BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan Pemerintah Kota Salatiga dalam Meningkatkan Ketaatan Hukum Pemilik Angkutan Umum Kota (Angkota) dalam Melakukan Uji Kelayakan Kendaraan Bermotor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan Hukum Kepatuhan berasal dari kata patuh, yang berarti tunduk, taat dan turut. Mematuhi

  berarti menunduk, menuruti dan mentaati. Kepatuhan berarti ketundukan,ketaatan keadaan seseorang tunduk menuruti sesuatu atau sesorang. Jadi, dapatlah dikatakan kepatuhan hukum adalah keadaan seseorang warga masyarakat yang tunduk patuh dalam satu aturan main (hukum) yang berlaku.

  Kalau suatu undang-undang itu memenuhi syarat-syarat formal atau telah mempunyai kekuatan secara yuridis, namun belum tentu secara sosiologis dapat diterima oleh masyarakat, ini yang disebut kekuatan berlaku secara sosiologis. Masih ada kekuatan berlaku yang disebut filosofische rechtsgetung, yaitu apabila isi undang- undang tersebut mempunyai ketiga kekuatan berlaku sekaligus.

  Dalam konteks kepatuhan hukum didalamnya ada sanksi positif dan negatif, ketaatan merupakan variable tergantung, ketaatan hukum tersebut didasarkan kepada kepuasan diperoleh dengan dukungan sosial. Menurut Satjipto Rahardjo ada 3 faktor yang menyebabkan masyarakat mematuhi hukum:

  1. Compliance, Suatu kepatuhan yang didasarkan pada harapan akan suatu imbalan dan usaha untuk menghindari diri dari hukuman atau sanksi yang mungkin dikenakan apabila seseorang melanggar ketentuan hukum. Kepatuhan ini sama sekali tidak didasarkan pada suatu keyakinan pada tujuan kaidah hukum yang bersangkutan, dan lebih didasarkan pada pengendalian dari pemegang kekuasaan.. Sebagai akibatnya, kepatuhan hukum akan ada apabila ada pengawasan yang ketat terhadap pelaksanaan kaidah-kaidah hukum tersebut.

  2. Identification, terjadi bila kepatuhan terhadap kaidah hukum ada bukan karena nilai intrinsiknya, akan tetapi agar keanggotaan kelompok tetap terjaga serta ada hubungan baik dengan mereka yang diberi wewenang untuk menerapkan diperoleh dari hubungan-hubungan tersebut, dengan demikian kepatuhan tergantung pada baik-buruk interaksi.

  3. Internalization, Pada tahap ini seseorang mematuhi kaidah hukum karena secara intrinsik kepatuhan tadi mempunyai imbalan. Isi kaidah tersebut adalah sesuai dengan nilai-nilainya dari pribadi yang bersangkutan, atau karena Ia mengubah nilai-nilai semula dianutnya. Hasil dari proses tersebut adalah suatu konformitas yang didasarkan pada motivasi secara intrinsik. Titik sentral dari kekuatan proses ini adalah kepercayaan orang tadi terhadap tujuan dari kaidah- kaidah yang bersangkutan, terlepas dari pengaruh atau nilai-nilainya terhadap kelompok atau pemegang kekuasaan maupun pengawasannya. Tahap ini merupakan derajat kepatuhan tertinggi, dimana ketaatan itu timbul karena hukum yang berlaku sesuai dengan nilai-nilai yang dianut. Kepatuhan merupakan sikap yang aktif yang didasarkan atas motivasi setelah ia memperoleh pengetahuan. Dari mengetahui sesuatu, manusia sadar, setelah menyadari ia akan tergerak untuk menentukan sikap atau bertindak. Oleh karena itu dasar kepatuhan itu adalah pendidikan, kebiasaan, kemanfaatan dan identifikasi kelompok. Jadi karena pendidikan, terbiasa, menyadari akan manfaatnya dan untuk identifikasi dirinya dalam kelompok manusia akan patuh. kepentingan manusia, setelah tahu kita akan menyadari kegunaan isinya dan kemudian

  1 menentukan sikap untuk mematuhinya.

B. Penegakan Hukum

  Penegakan hukum dalam bahasa belanda disebut dengan rechtstoepassing atau

  

rechtshandhaving dan dalam bahasa inggris law enforcement, meliputi pengertian yang

  2

  bersifat makro dan mikro. Penegakan hukum sebagai suatu proses yang pada 1 2 http://erniebi.blogspot.co.id/

Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar, Syarif Fadillah, 2008. Strategi Pencegahan Dan hakikatnya merupakan penerapan direksi yang menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum akan tetapi mempunyai unsur-unsur penilaian pribadi (Wayne La-Favre). Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, melahirkan dan mempertahankan

  3 kedamaian pergaulan hidup.

  Atas dasar uraian tersebut dapat dikatakan bahwa gangguan terhadap penegakan hukum mungkin terjadi apabila ada ketidakserasian a ntara ”tritunggal” nilai, kaidah dan pola perilaku gangguan tersebut terjadi apabila ada ketidakserasian antara nilai-nilai yang berpasangan, yang menjelma di dalam kaidah-kaidah yang bersimpang siur, dan pola perilaku tidak terarah yang mengganggu kedamaian pergaulan hidup. Penegakan hukum merupakan suatu upaya pemerintah untuk menciptakan keadilan dalam kehidupan masyarakat. Akan tetapi penegakan hukum yang dilakukan sampai saat ini sangat bertolak belakang dengan prinsip penegakan hukum yang sebenarnya. Masyarakat yang seharusnya memperoleh perlindungan hukum akan hak-haknya malahan menjadi merasa ditindas. Fenomena yang menganggap hukum belum mampu sepenuhnya member rasa aman, adil dan kepastian hukum dapat ditegaskan secara tegas dan konsisten, karena ketidakpastian hukum dan

  4 kemerosotan wibawa hukum akan melahirkan krisis hukum.

  Penegakan hukum bukanlah semata-mata berarti pelaksanaan perundang- undangan, walaupun di dalam kenyataan di Indonesia kecenderungannya adalah demikian, sehingga pengertian law enforcement begitu populer. Selain itu ada kecenderungan lain yang mengartikan penegakan hukum sebagai pelaksanaan keputusan-keputusan hakim.namun pendapat-pendapat seperti itu mempunyai 3 Soerjono Soekanto, 2012, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT.

  Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm. 5. kelemahan apabila pelaksanaan undang-undang atau keputusan hakim tersebut malahan mengganggu kedamaian di dalam pergaulan hidup. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pokok penegak hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yaang mempengaruhinya, faktor tersebut mempunyai arti netral sehingga dampak positif dan negatifnya terletak pada isi faktor tersebut. Faktor-

  5

  faktor yang mempengaruhi penegakan hukum tersebut adalah:

  1. Faktor hukumnya sendiri

  2. Faktor penegak hukum

  3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum

  4. Faktor masyarakat yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku dan diterapkan

  5. Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada rasa kemanusiaan di dalam pergaulan hidup Tujuan penegakan hukum sejalan dengan tujuan hukum itu sendiri, adalah untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diinginkan dan tujuan hukum merupakan upaya mewujudkan tercapainya ketertiban dan keadilan (Bodenheimer, 1974). Suatu ketertiban mustahil akan dapat diwujudkan, jika hukum diabaikan. Ketaatan dan kepatuhan masyarakat terhadap hukum, tidak saja berpengaruh terhadap ketertiban dan

  6 mengatur perilaku.

C. Hukum Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Indonesia.

  Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, Lalu 5 Soerjono Soekanto, 2012, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT.

  Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm. 7-8

  Lintas dan Angkutan Jalan harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, kesejahteraan, ketertiban berlalu lintas dan angkutan jalan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan ilmu

  7 pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, serta akuntabilitas penyelenggara negara.

  C.1. Pengertian Pengangakutan Jalan Menurut arti kata, angkut berarti mengangkat dan membawa, memuat atau mengirimkan. Pengangkutan artinya usaha membawa, mengantar atau memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat yang lain Jadi, dalam pengertian pengangkutan itu tersimpul suatu proses kegiatan atau gerakan dari suatu tempat ke tempat lain. Pengangkutan dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Dalam hal ini terkait unsur-unsur pengangkutan sebagai berikut : 1) Ada sesuatu yang diangkut.

  2) tersedianya kendaraan sebagai alat angkutan. 3) ada tempat yang dapat dilalui oleh angkutan. Pengangkutan pada pokoknya berisikan perpindahan tempat baik mengenai benda-benda maupun mengenai orang-orang, karena perpindahan itu mutlak perlu untuk mencapai dan meninggikan manfaat serta efisiensi. Adapun proses dari

  8

  dimulai ke tempat tujuan dimana angkutan itu diakhiri. Pengangkutan adalah proses kegiatan memuat barang atau penumpang ke dalam alat pengangkutan, membawa barang atau penumpang dari tempat pemuatan ke tempat tujuan dan menurunkan

  9 barang atau penumpang dari alat pengangkutan ke tempat yang ditentukan.

  Sehingga Secara umum dapat didefinisikan bahwa pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orang dari 7 Tim Redaksi Nuansa Aulia, Ketentuan Umum Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lulu Lintas dan Angkutan Jalan , Bandung CV, Nuansa Aulia, 2012, hlm. 158. 8

  prabusetiawan.blogspot.com/2009/05/hukum-pengangkutan.html suatu tempat ketempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar angkutan. Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa pihak dalam perjanjian pengangkut adalah pengangkut dan pengirim. Sifat dari perjanjian pengangkutan adalah perjanjian timbal balik, artinya masing-masing pihak mempunyai kewajiban-kewajiban sendiri-sendiri. Pihak pengangkut berkewajiban untuk menyelenggarakan pengangkutan barang atau orang dari suatu tempat ketempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengiriman berkewajiban untuk membayar

  10 uang angkutan.

  C.2. Sumber Hukum Lalu lintas dan Angkutan Jalan.

  Pada Hakikat Pengangkutan di atur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang digagas oleh Departemen Perhubungan, dibuat agar penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan sesuai harapan masyarakat, sejalan dengan kondisi dan kebutuhan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan saat ini, serta harmoni dengan Undang-undang lainnya. Yang lebih penting dari hal tersebut adalah bagaimana kita dapat menjawab dan menjalankan amanah yang tertuang didalamnya. Sesuai dengan Pasal 7 ayat 2e dinyatakan: ”bahwa tugas pokok dan fungsi Polri dalam hal penyelenggaraan lalu lintas sebagai suatu urusan pemerintah di bidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pendidikan berlalu lintas”.

  Dengan menyadari pentingnya peranan transportasi, maka lalu lintas dan angkutan jalan harus ditata dalam suatu sistem transportasi nasional secara terpadu dan mampu mewujudkan tersedianya jasa transportasi yang sesuai dengan tingkat kebutuhan lalu lintas dan pelayanan angkutan yang tertib, nyaman, cepat, teratur, lancar dan dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan kebijakan di bidang transportasi darat yaitu dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai Pengganti UU 10 Abdul Kadir, Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, bandung, Citra No. 14 Tahun 1992, serta Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan yang masih tetap berlaku meskipun PP No. 41 Tahun 1993 merupakan peraturan pelaksanaan dari UU No. 14 tahun 2003 dikarenakan disebutkan dalam Pasal 324 UU No. 22 Tahun 2 009 bahwa : “Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480) dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan Undang- Undang ini”.

  Dalam pasal 2 dan pasal 3 Undang- Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (yang selanjutnya disingkat dengan UULLAJ) mengatur asas dan tujuan pengangkutan. Adapun Asas penyelenggaraan lalu lintas adalah diatur dalam Pasal 2 UULLAJ yakni : Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diselenggarakan dengan memperhatikan:

  a. Asas transparan,

  b. Asas akuntabel,

  c. Asas berkelanjutan,

  d. Asas partisipatif,

  f. Asas efisien dan efektif,

  g. Asas seimbang,

  h. Asas terpadu dan i. Asas mandiri.

  Sedangkan Pasal 3 UULAJ menyebutkan mengenai tujuan dari Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yakni:

  a. Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa c. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.

  Dengan berlakunya UU No. 22 Tahun 2009 tersebut diharapkan dapat membantu mewujudkan ketaatan hukum bagi pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaraan jasa angkutan, baik itu pengusaha angkutan, pekerja (sopir/ pengemudi) serta penumpang. Secara operasional kegiatan penyelenggaraan pengangkutan dilakukan oleh pengemudi atau sopir angkutan dimana pengemudi merupakan pihak yang mengikatkan diri untuk menjalankan kegiatan pengangkutan atas perintah pengusaha angkutan atau pengangkut. Pengemudi dalam menjalankan tugasnya mempunyai tanggung jawab untk dapat melaksanakan kewajibannya yaitu mengangkut penumpang sampai pada tempat tujuan yang telah disepakati dengan selamat, artinya dalam proses pemindahan tersebut dari satu tempat ke tempat tujuan dapat berlangsung tanpa hambatan dan penumpang dalam keadaan sehat, tidak mengalami bahaya, luka, sakit maupun meninggal dunia. Sehingga tujuan pengangkutan dapat terlaksana dengan lancar dan sesuai dengan nilai guna masyarakat. C.3. Ruang Lingkup Pengangkutan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

  Menurut Soekardono “Hukum Pengangkutan Darat” adalah keseluruhan peraturan-peraturan di dalam dan di luar kodifikasi (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang) yang berdasarkan atas dan tujuan untuk mengatur hubunganhubungan hukum tempat ke tempat yang lain untuk memenuhi perikatanperikatan yang lahir dari perjanjian tertentu termasuk juga perjanjian-perjnajian untuk memberikan perantaraan

  11 untuk mendapatkan pengangkutan (ekspeditur).

  Undang-Undang Lalu Litan dan Angkutan Jalan ini berlaku untuk membina dan menyelenggarakan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, dan lancar melalui, kegiatan gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang di Jalan. Kegiatan yang menggunakan sarana prasarana dan fasilitas pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan kegiatan yang berkaitan dengan registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, pendidikan berlalu lintas, dan Rekayasa Lalu Lintas, serta penegakan hukum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

  Berdasarkan sumber hukum dari hukum pengangkutan darat, secara garis besar dapat, yaitu: a. Sumber-sumber hukum yang berasal dari kodifikasi yaitu Kitab Undang- Undang

  Hukum Perdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang,

  b. Sumber-sumber hukum diluar kodifikasi yaitu Peraturan Perundang-Undangan, yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

  c. Dan peraturan lainnya seperti Peraturan Pemerintah, Surat Keputusan Menteri, yang

  

12

dapat dijadikan sebagai sumber hukum.

  Perlu diperhatikan bahwa sistem pengamanan pengangkutan darat perlu mendapat perhatian khusus. Hal-hal lain yang menyebabkan kerugian pengangkut dan penumpang. Menurut Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 22 Tahun 2009 pasal 200 ayat (3) menyebutkan “Untuk mewujudkan dan memelihara keamanan Lalu Lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan kegiatan:

  1. Penyusunan program nasional keamanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan angkutan jalan

  3. Pelaksanaan pendidikan, pelatihan, pembimbingan, penyuluhan, dan penerangan berlalu lintas dalam rangka meningkatkan ketaatan hukum dan etika masyarakat dalam berlalu lintas,

  4. Pengkajian masalah keamanan lalu lintas dan angkutan jalan

  5. Manajemen keamanan lalu lintas

  6. Pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan/atau patrol

  7. Registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi dan 8. Penegakan hukum Lalu Lintas.

  Dalam pasal 201 ayat (1) Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juga menyatakan bahwa perusahaan pengangkutan umum wajib menyempurnakan keamanan lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Tentunya apabila dilihat dari peraturan perundang-undangan yang berlaku sudah sangat baik untuk meningkatkan keamanan dalam lalu lintas pengangkutan melalui darat, namun perlu diketahui bahwa kenyataannya terhadap undang-undang tersebut masih kurang dalam penerapannya di Indonesia. Masalah ini merupakan pekerjaan rumah yang harus diperhatikan pemerintah mengingat bahwa infrastruktur jalan darat juga merupakan salah satu aset negara yang penting dalam meningkatkan perekonomian negara yang berkesinambungan. Apabila infrastruktur itu baik, maka perekonomian juga akan berkesinambungan baik, demikian juga sebaliknya, apabila infrastruktur kurang baik, maka perkembangan perekonomian tidak lancar. C.4. Jenis-jenis Pengangkutan Jalan.

  Jenis-jenis angkutan umum dalam Undang-undang Nomer 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan:

  a. Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel.

  b. Kendaraan tidak bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh

  c. Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap Kendaraan yang digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran.

  d. Perusahaan Angkutan Umum adalah badan hukum yang menyediakan jasa angkutan orang dan/atau barang dengan Kendaraan Bermotor Umum.

  e. Pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum terdiri atas:  Angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek; dan  Angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum tidak dalam trayek

  f. Perusahaan Angkutan Umum wajib memenuhinstandar pelayanan minimal

   Keamanan  Keselamatan  Kenyamanan  Keterjangkauan  Kesetaraan, dan  Keteraturan.

  g. Perusahaan Angkutan Umum yang menyelenggara kan angkutan orang dan/atau barang wajib memiliki:  Izin penyelenggarakan angkutan orang dalam trayek  Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek, dan/atau  Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat.

   kewajiban diatas tidak berlaku untuk pengangkutan orang sakit dengan menggunakan ambulans dan pengangkutan jenazah. C.5. Hak dan Kewajiban Pemilik Angkutan Jalan.

  Kewajiban dan hak timbal balik pihak-pihak timbul karena peristiwa hukum berupa perbuatan, kejadian, atau keadaan. Peristiwa hukum tersebut dapat berasal dari perjanjian atau undang-undang. Hubungan kewajiban dan hak timbal balik antara pengankutan dan penumpang atau pengirim terjadi karena perbuatan, kejadian, atau keadaan dalam proses pengangkutan. Kewajiban yang timbul dari ketentuan perjanjian disebutnkewajiban perjanjian contractual obligations, sedangkan kewajiban yang timbul dari ketentuan undang-undang disebut kewajiban undang-undang law obligation. Kewajiban dan hak yang dibahas di sini adalah kewajiban dan hak pengangkutan serta penumpang/pengirim dalam proses pengangkutan.

  13

  : a. Kewajiban Perusahaan Angkutan Jalan. Menurut ketentuan Undang-undang Nomer 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor umum wajib 13 Abdulkadir Muhammad.2013. Hukum Pengangkutan Niaga. PT Citra Aditya Bakti. menggunakan kendaraan bermotor umum penumpang, yaitu kendaraan bermotor umum yang dipergunakan untuk mengangkut penumpang, baik dengan maupun tanpa tempat bagasi. Kendaraan ini terutama diperuntungkan menjaga keselamatan dan kenyamaan penumpang. Demikian juga pengangkutan barang dengan kendaraan bermotor wajib menggunakan kendaraan bermotor umum barang, yaitu kendaraan bermotor yang penggunaanya untuk memngakut barang. Pengangkutan orang atau barang dengan memungut bayaran hanya dilakukan dengan kendaraan bermotor umum.

  Perusahaan pengangkutan umum wajib mengankut orang dan/atau barang setelah di sepakati perjanjian pengangkutan dan/atau dilakukan pembayaaran biaya pengankutan oleh orang dan/atau dilakukan pembayaran biaya pengankutan oleh orang dan/atau pengirim barang (pasal 186). Karcis penumpang atau surat pengangkutan barang merupakan tanda bukti telah terjadi perjanjian pengankutan barang merupakan tanda bukti telah terjadi tanda bukti telah terjadi perjanjian pengankutan barang merupakan tanda bukti telah terjadi perjanjian pengankutan adalah pengangkutan penumpang atau barang seta memberikan dokumen pengankutan dan sebagai imbalan haknya memperoleh biaya pengankutan dari penumpang atau pengirim barang. Pihak- pihak dapat juga memperjanjikan bahwa di samping ke wajiaban utama, pengangkutan

   Menjaga serta merawat penumpang dan memelihara barang yang di angkut dengan sebaik-baiknya.  Melepaskan dan menurunkan penumpang di tempat pemberhantian atau ditempat tujuan dengan aman dan selamat  Menyerahkan barang yang diangkut kepada penerima dengan utuh, lengkap, tidak rusak, atau terlambat.

  Pengusaha pengangkutan umum wajb mengembalikan biaya pengangkutan yang telah dibayar oleh penumpang dan/atau pengirim barang jika terjadi pembatalan pemberangkatan (pasal 187). Perusaan pengangkutan umum wajib mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang atau pengirim barang karaena lalai dalam melaksanakan mengangsurasikan tanggung jawabnya guna mencegah kemungkinan timbul kerugian dalam hal terjadi musibah.

  Perusaan angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang diakibatkan oleh segala perbuatan orang yang dipekerjakan dalam kegiatan penyelenggaraan

  14 pengangkutan (pasal 1991).

  b. Hak Perusahaan Angkutan Jalan Menurut ketentuan Undang-undang Nomer 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas angkutan jalan, perusahaan pengangkutan umumnya berhak menerima biaya pengangkutan pengangkutan atau memungut biaya pengangkutan dengan ketentuan yang berlaku dalam peraturan atau perundang-undang

  Disamping itu, dapat dapat diperjanjikan pula bahawa perusahaan pengangkutan umum berhak menolak mengangkut barang yang dilarang oleh undang- undang atau membahayakan ketertiban dan kepentingan umum, barang yang dilarang itu, misalnya, barang selundupan, petasan, berbagai jenis narkoba, minuman keras,

  15 ataupun hewan yang dilindungi.

  C.6. Pemeriksaan Secara Teknis Pengujian Laik Jalan Kendaran Bermotor. pemeriksaan persyaratan teknis kendaraan bermotor kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf a merupakan kegiatan pemeriksaan ketentuan mengenai persyaratan teknis kendaraan bermotor. Huruf b merupakan kegiatan pengukuran kinerja minimal kedaraan bermotor berdasarkan ambang batas laik jalan. Semua yang dimaksud wajib menggunakan peralatan uji, agar mendapatkan hasil yang maksimal.

  Pemeriksaan persyaratan teknis dan pengujian laik jalan kendaraan bermotor dan pemeriksaan teknis kendaraan bermotor PM No. 133 Tahun 2015 pasa 11. 14

  a. Pemeriksaan persyaratan teknis kendaraan bermotor meliputi:

Abdulkadir Muhammad.2013. Hukum Pengangkutan Niaga. PT Citra Aditya Bakti.

  Bandung. Hlm 152. 15 Abdulkadir Muhammad.2013. Hukum Pengangkutan Niaga. PT Citra Aditya Bakti.

   Susunan  Perlengkapan  Ukuran  Rumah-rumak  Rancangan teknis kendaraan bermotor sesuai dengan peruntukanya, dan  Berat kendaraan

  b. Pemeriksaan sebagai dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara visual dan pengecekan secara manual dengan atau tanpa alat bantu c. Pemeriksaan secara fisual sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit meliputi:

   Nomer dan kondisi ranka kendaraan bermotor  Nomer dan tipe motor penggerak  Kondisi tengki bahan bakar, corong pengisian bahan bakar, pipa saluran bahan bakar  Kondisi sistem converter kit bagi kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar tekanan tinggi  Kondisi dan posisi pipa pembuangan  Ukuran roda dan ban serta kondisi ban  Kondisi sistem suspensi  Kondisi sistem rem utama  Kondisi penutup lampu dan alat pembantu cahaya  Kondisi penel instrumen pada dashboard kendaraan  Kondisi kaca sepion  Kondisi spakbor  Bentuk bumper  Keberadaan dan kondisi perlengkapan kendaraan  Rencana teknis kendaraan sesuai peruntungannya  Kendaraan dan kondisi fasilitas tanggap darurat khusus untuk mobil

   Kondisi badan kendaraan, kaca, engsel, tempat duduk, perisai kolong, pengarah angin, untuk mobil barang bak muatan tertutup.

  d. pemeriksaan secara manual dengan atau tanpa alat bantu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit meliputi:  Kondisi penerus daya  Sudut bebas kemudi  Kondisi rem parkir  Fungsi lampu dan alat pembantu cahaya  Fungsi penghapus kaca  Tingkat kegelapan kaca  Fungsi klakson  Kondisi dan fungsi sabuk pengaman  Ukuran kendaraan  Ukuran tempat duduk, bagian dalam kendaraan, dan akses keluar darurat khusus untuk mobil bus  Teknologi jenis kendaraan bermotor (hybrid, BBG, listrik, panas menjadi tenaga penggerak).

  e. Dalam hal pemeriksaan persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap kereta gandengan dan kereta gandengan dan kereta temlelan paling sedikit meliputi:

   Pengukuran berat  Pengukuran dimensi dan  Pemeriksaan konstruksi.

  Ada pun tata cara pengujian laik jalan kendaraan bermotor dalam PM No. 133 Tahun 2015 tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor, terdapat pada pasal 13 ayat (1).

  1. Pengujian persyaratan laik jalan paling sedikit meliputi uji:  Emisi gas buanag termasuk ketebalan asap gas buang

   Kemampuan rem utama  Kemampuan rem parkir  Kincup roda depan  Kemampuan pancar dan arah sinar lampu utama  Akurasi alat penunjuk kecepatan, dan  Kedalaman alur ban  Daya tembus cahaya pada kaca Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 133 Tahun 2015 tentang

  Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor, maka semua kendaraan umum atau pelat kuning wajib melakukan pengujian kelayakan.

Dokumen yang terkait

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Unsur-Unsur Tanggung Jawab Komando di Dalam Hukum Pidana Internasional: Studi Putusan The Prosecutor V. Jean-Pierre Bemba Gombo/ICC-01/05-01/08)

0 1 8

BAB II KERANGKA KONSEPTUAL, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Unsur-Unsur Tanggung Jawab Komando di Dalam Hukum Pidana Internasional: Studi Putusan The Prosecutor V. Jean-Pierre Bemba Gombo/ICC-0

1 5 67

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Interaktif Berbasis Adobe Flash CS4 Professional pada Pembelajaran Tematik untuk Siswa Kelas 2 SD Kristen Satya Wacana Salatiga

0 1 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Interaktif Berbasis Adobe Flash CS4 Professional pada Pembelajaran Tematik untuk Siswa Kelas 2 SD Kristen Satya Wacana Salatiga

0 0 16

45 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Data Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, dan Tingkat Kesukaran Instrumen Soal Tes

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Interaktif Berbasis Adobe Flash CS4 Professional pada Pembelajaran Tematik untuk Siswa Kelas 2 SD Kristen Satya Wacana Salatiga

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Karakteristik Badan Hukum Rumah Sakit di Indonesia

0 0 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Karakteristik Badan Hukum Rumah Sakit di Indonesia

0 0 41

BAB III PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Karakteristik Badan Hukum Rumah Sakit di Indonesia

0 1 34

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan Pemerintah Kota Salatiga dalam Meningkatkan Ketaatan Hukum Pemilik Angkutan Umum Kota (Angkota) dalam Melakukan Uji Kelayakan Kendaraan Bermotor

0 0 12