Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keefektifan Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Model Discovery Learning dan Problem Solving pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas III SDN Gugus Diponegoro Kecamatan Tengaran Semester II Tahun 20
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Gugus Diponegoro yang berada di jalan Sukarno hatta kecamatan Tengaran kabupaten Semarang. Gugus Diponegoro terdiri dari SD Negeri Galwaton 01, SD Negeri Galwaton 03, SD Negeri Barukan 01, SD Negeri Nyamat 01, SD Negeri Bener 01 dan SD Negeri 02 Bener.
Subjek dalam penelitian ini adalah kelas III, yaitu kelas III SD Negeri 02 Bener sebagai kelas eksperimen dan SD Negeri 01 sebagai kelas kontrol. Latar belakang dari kedua kelas ini adalah mayoritas sama yaitu dari keluarga buruh pabrik.
Penelitian pada kedua kelas ini menggunakan model Discovery Learning pada kelas eksperimen dan model Problem Solving pada kelas kontrol.
Tabel 13
Subjek Penelitian
No Kelas/Sekolah Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah Siswa
1 Kelas III SDN 02 Bener Eksperimen
8
12
20
2 Kelas III SDN 01 Bener Kontrol
12
10
22 Total Total subjek penelitian
42 Pelaksanaan penelitian di SDN 02 dan SDN 01 Bener tahun pelajaran 2014/2015 dilakukan 2 kali pertemuan pada kelas eksperimen dan 2 kali pertemuan pada kelas kontrol. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan beberapa pendekatan kepada siswa yang tujuannya agar peneliti tidak dianggap orang asing.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah: 1) sebelum melakukan eksperimen peneliti melakukan observasi bersama guru
3) peneliti melakukan perkenalan dan menjalin keakraban kepada siswa.
Pelaksanan penelitian di SDN 02 dan SDN 01 Bener Tahun pelajaran 2014/2015 tercantum dalam jadwal kegiatan yang dilaksanakan seperti pada tabel 14 berikut
Tabel 14
Jadwal kegiatan pembelajaran di SDN 02 dan SDN 01 Bener kecamatan
Tengaran
No Hari/tanggal Uraian kegiatan
1 Selasa , 3 Maret 2015
a) Melakukan perkenalan dengan siswa (kelas eksperimen dan kelas kontrol)
b) Memberikan pretes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol
2 Rabu , 4 Maret 2015 Kegiatan pembelajaran 1 pada kelas kontrol tentang energi
3 Kamis ,5 maret 2015 Kegiatan pembelajaran 1 pada kelas eksperimen
4 Jum’at, 6 Maret Kegiatan pembelajaran 2 pada kelas kontrol melanjutkan tentang materi energi, memberikan pos tes
5 Sabtu, 7 Maret Kegiatan pembelajaran 2 pada kelas eksperimen melanjutkan tentang materi energi, memberikan pos tes
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Hasil Penelitian Pada Implementasi Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning di SDN 02 BENER Sebagai Kelompok pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2015. Perincian dari proses pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Topik yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi mengenai sumber energi yang didasarkan pada standar kompetensi 4. Memahami berbagai cara gerak benda dan Kompetensi Dasar 4.3 mengidentifikasi sumber energi dan kegunaaanya. Dengan indikator pencapaian kompetensinya adalah, menyebutkan bentuk-bentuk energi, menjelaskan sumber-sumber energi, mengidentifikasi sifat-sifat energi, memberikan contoh kegunaan energi dalam kehidupan sehari-hari dan menerapkan cara menghemat energi dirumah dan sekolah.
a) Pertemuan Pertama Kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan guru menyiapkan peralatan yang akan dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, memasang LCD, alat peraga, buku pelajaran dan ruang untuk proses belajar mengajar. Materi pembelajaran pada pertemuan pertama ini adalah sumber-sumber energi dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.pada tahap awal dengan sintak stimulus, tahap kedua identifikasi masalah, tahapa ketiga mengumpulkan data, tahap keempat mengolah data dan tahapan yang terakhir adalah menarik kesimpulan.
Pada tahap stimulus, guru menampilkan macam-macam gambar sumber energi, dan guru menanyakan kepada siswa tentang apa yang mereka ketahui dari gambar yang diamatinya.bila pengamatan pembelajaran pada tahap ini menanpilkan tayangan PPT, contoh tayangan ditampilkan pada gambar 3 berikut ini:
Gambar 3 Sumber Energi
Pada tahap kegiatan identifikasi masalah guru memberikan satu masalah kepada siswa, yaitu dengan memberikan pertanyaan saat kalian berada dibawah sinar matahari apa yang kalian rasakan? Kemudian guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok dan membagikan alat peraga serta lembar kerja siswa. Dalam kelompok siswa melakukan percobaan tentang pengaruh energi panas pada suatu benda berdasarkan langkah-langkah yang ada di LKS.
Pada tahap mengumpulkan data, dengan melakukan percobaan siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat energi dan guru mengarahkan dan membimbing siswa pada saat siswa melakukan identifikasi sifat-sifat energi.
b) Pertemuan kedua
Proses pembelajaran diawali dengan mengaitkan materi yang sebelumnya yang telah disampaikan yaitu tentang percobaan pengaruh energi terhadap suatu benda.Kemudian dilanjutkan dengan sintagmatik dari model Discovery Learning.
Pada tahap pengolah data dari hasil percobaan yang dilakukan siswa dapat menjelaskan kegunaan sumber-sumber energi, bentuk-bentuk energi serta menyebutkan contoh energi listrik, energi panas, dan energi kimia. Guru
Pada tahap menyimpulkan siswa mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya dan guru memberikan arahan dan bimbingan pada saat siswa mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya didepan kelas.
Kegiatan selanjutnya adalah konfirmasi berupa ulasan singkat dari guru dan kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari dengan melibatkan siswa. proses pembelajaran diakhiri dengan kegiatan penutup berupa refleksi dan pemberian soal postes untuk mengukur hasil belajar siswa.
Berikut ini hasil pengamatan yang digunakan pada saat melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran
Discovery Learning.
Pada kegiatan awal pembelajaran ada 5 aspek yang diamati diantaranya adalah sebagai berikut: 1) mengkondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran , 2) melakukan apersepsi pembelajaran, 3) menjelaskan tujuan pembelajaran, 4) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning, 5) melakukan motivasi pembelajaran. Semua aspek tersebut terlaksana dengan runtut.
Pada kegiatan inti pembelajaran aspek yang diamati adalah sintak pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut: pada tahap stimulus aspek yang diamati 1) menampilkan gambar sesuai dengan materi yang diajarkan, 2) Memancing siswa untuk mengajukan pertanyaan dari gambar yang ditampilkan. Terlaksana. Identifikasi masalah aspek yang diamati 3) memberikan suatu permasalahan pada siswa. 4) memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti tentang permasalahan. 5) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi permasalahan yang diberikan semuanya terlaksana. Mengumpulkan data aspek yang diamati 6) membagi siswa kedalam 4 kelompok, 7) hasil aspek yang diamati 10) menampilkan video untuk membuktikan hasil percobaan yang dilakukan siswa. Terlaksana. Menyimpulkan aspek yang diamati 11) membimbing siswa untuk menyusun hasil diskusi, 12) meminta siswa untuk mempersentasikan hasil diskusi tiap kelompok, 13) mengarahkan siswa lain untuk bertanya atau menanggapi hasil kerja kelompok yang persentasi didepan kelas semua terlakasana.
Pada kegiatan penutup aspek yang diamati 1) melakukan refleksi, 2) memberikan soal evaluasi semua terlaksana.
4.2.2. Tingkat Hasil Belajar siswa SDN Bener 02 sebagai Kelompok Eksperimen
Deskripsi hasil belajar siswa pada pelajaran IPA dengan materi Energi di SDN 02 Bener sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model Discovery Learning pretes dan postes dapat dilihat pada tabel 15 berikut ini.
Tabel 15
Statistic Deskriptif Nilai Pretes Dan Postes Kelompok Eksperimen Std. N Minimum Maximum Mean Deviation pretes_eksperimen22
36
60 52.00 6.873 postes_eksperimen
22
68
92 82.55 7.564 Valid N (listwise)
22 Dari tabel diatas dapat dilihat nilai minimal pretest kelompok eksperimen adalah
36 dan nilai tertingginya adalah 60. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 52. untuk hasil postest kelompok eksperimen nilai minimalnya adalah 68, dan nilai tertingginya adalah 92. Untuk nilai rata-ratanya diperoleh adalah 82.55
SD Negeri Bener 02 kecamatan Tengaran sebagai kelas eksperimen. Untuk melihat distribusi frekuensi perlu dilakukan kategori dengan mengacu pada kategori dari SDN Bener 02 sendiri. Acuan kategori perolehan nilai pada SD ini adalah sebagai berikut : kurang, hampir cukup, cukup, baik dan sangat baik. Agar mengetahui perolehan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 02 Bener berada pada kategori apa perlu dilakukan interval terlebih dahulu. Interval nilai siswa menggunakan rumus yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah dibagi dengan banyaknya kategori yang ditetapkan (kurang, hampir cukup, cukup, baik dan sangat baik). Secara visual rumus untuk mencari interval tersebut dirumuskan sebagai berikut :
Interval = Interval = = 12
Interval yang didapatkan adalah 12, maka nilai terendah atau kurang berada pada interval 36 – 47, hampir cukup berada pada interval 48- 59, cukup berada pada interval 60 -72, baik berada pada interval 73 – 84, sangat baik berada pada interval 85-96.
Tabel 16
Distribusi frekuensi hasil belajar siswa kelas III SDN 02 Bener
Hasil belajar No Interval Kategori Pretes Postes
Frekuensi % Frekuensi % 1 36 – 47 Kurang 4 18,2 - - 2 48 – 59 Hampir cukup
13
59 - - 3 60 – 72 Cukup 5 22,8 4 18,2
4
- 73 – 84 Baik 10 45,8 5 85 – 96 Sangat baik
- Total
8
36
22 100 22 100 Berdasarkan pada tabel 16 diatas, diketahui bahwa hasil belajar pretes pada siswa kelas III SD Negeri Bener 02, siswa yang mendapat nilai pada interval 36 – 47 atau berada pada kategori kurang adalah 4 siswa dengan persentase 18,2%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 48 – 59 atau berada pada kategori hampir cukup adalah 13 siswa dengan persentase 59%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 60
- –72 atau berada pada interval cukup adalah 5 siswa dengan persentase 22,8%. Tidak ada siswa yang mendapatkan nilai pada interval 73 – 84 dan nilai pada interval 85 –
96. Dari hasil distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pretes kelas III SD Negeri Bener 02, sebagian berada pada kategori cukup.
Hasil belajar postes siswa kelas III SD Negeri Bener 02, berdasarkan pada tabel distribusi frekuensi diatas, diketahui bahwa tidak ada siswa yang mendapatkan nilai pada interval 36 – 47 atau pada kategori kurang dan siswa yang mendapatkan nilai pada interval 48 – 59 pada kategori hampir cukup. Sebanyak 4 siswa yang Berdasarkan hasil diatas, maka dapat disimpukan bahwa hasil belajar postes pada kelompok eksperimen masuk dalam kategori baik.
b. Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Kelas III SD Negeri Bener 02
Rata-rata hasil belajar adalah nilai perolehan rata-rata keseluruhan baik pretes maupun postes. Pemaparan rata-rata hasil belajar dimaksudkan untuk melihat perubahan perolehan/ peningkatan persentase sebelum dan setelah diberikan perlakuan dengan pembelajaran model Discovery Learning. Adapun rata-rata maupun perubahan peningkatannya, disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 17
Rata-rata hasil belajar dan gain rata-rata hasil belajar siswa
kelas III SDN Bener 02
Rata-Rata Hasil Belajar Gain
Pretes Postes
52.00
82.55
30.55 Dari tabel diatas, diketahui bahwa rata-rata hasil belajar pretes adalah 52.00 kemudian rata-rata hasil belajar postes yaitu 82.55 Itu berarti, setelah diberikan pembelajaran dengan model Discovery Learning siswa kelas III SDN 02 Bener, terjadi kenaikan rata-rata hasil belajar yaitu 30.55. Untuk lebih memperjelas daftar distribusi frekuensi nilai pretes dan postes diatas maka disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut.
Gambar 4
Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Dan Postes Kelompok Eksperimen
4.2.3. Hasil Penelitian Pada Implementasi Pembelajaran di SDN Bener 01 Sebagai Kelas Kontrol
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol ini terdiri dari dua kali pertemuan dengan masimg-masing pertemuan selama 70 menit ( 2x35 menit). Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari kamis tanggal 4 Maret 2015 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 2015.
Topik yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi mengenai sumber energi yang didasarkan pada standar kompetensi 4. Memahami berbagai cara gerak benda dan Kompetensi Dasar 4.3 mengidentifikasi sumber energi dan kegunaaanya. Dengan indikator pencapaian kompetensinya adalah, menyebutkan bentuk-bentuk energi, menjelaskan sumber-sumber energi, mengidentifikasi sifat-sifat energi,
a) Pertemuan Pertama
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, alat peraga, buku pelajaran, lemabar kerja siswa, dan ruangan untuk proses belajar mengajar. Materi pelajaran pada pertemuan ini adalah Enegi. Dengan langkah- langkah pembelajran sebagai berikut: pada tahap awal dimulai dengan sintak mengidentifikasi masalah, tahap kedua mengorganisasi siswa dalam pemecahan masalah, tahap ketiga membimbing penyelidikan baik secara individu maupun kelompok, keempat mengembangkan dan mempersentasikan hasil karya dan tahap yang terakhir adalah menganalisa dan mengevaluasi pemecahan masalah.
Pada tahap kegiatan identifikasi masalah guru memberikan satu masalah kepada siswa, yaitu dengan memberikan pertanyaan saat kalian berada dibawah sinar matahari apayang kalian rasakan? Kemudian guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok dan membagikan alat peraga serta lembar kerja siswa. Dalam kelompok siswa melakukan percobaan tentang pengaruh energi panas dan pada suatu benda berdasarkan langkah-langkah yang ada di LKS.
Pada tahap mengorganisasi siswa dalam pemecahan masalah, dengan melakukan percobaan siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat energi. Guru memantau kegiatan belajar pada saat siswa mengisi lembar kerja.
b) Pertemuan kedua
Pada tahap ini melalui percobaan yang dilakukan siswa menemukan sumber- sumber energi, siswa menyebutkan bentuk-bentuk energi . guru mendampingi para siswa dan menjadi tempat bertanya apabila siswa mengalami kesulitan, dan guru memantau kegiatan belajar pada saat siswa mengisi LKS. Proses pembelajaran diawali dengan mengaitkan materi yang sebelumnya yang telah disampaikan yaitu pengarahan dan bimbingan pada saat siswa memepersentasikan hasil diskusi kelompoknya Pada tahap menganalisa dan mengavaluasi proses pemecahan masalah siswa membuktikan hasil percobaannya berdasarkan video yang ditampilkan guru tentang pengaruh energi panas terhadap suatu benda. Kegiatan selanjutnya adalah konfirmasi berupa ulasan singkat dari guru dan kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari dengan melibatkan siswa. Proses pembelajaran diakhiri dengan kegiatan penutup berupa refleksi dan pemberian soal postes untuk mengukur hasil belajar.
Berikut ini hasil pengamatan yang digunakan pada saat melaksanakan pembelajaran pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran problem
solving:
Pada kegiatan awal pembelajaran ada 5 aspek yang diamati diantaranya adalah sebagai berikut : 1) mengkondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran , 2) melakukan apersepsi pembelajaran, 3) menjelaskan tujuan pembelajaran, 4) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving 5) melakukan motivasi pembelajaran. Semua aspek tersebut terlaksana dengan runtut.
Pada kegiatan inti pembelajaran aspek yang diamati adalah sintak pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut: pada tahap Identifikasi masalah aspek yang diamati 1) memberikan suatu permasalahan pada siswa. 2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti tentang permasalahan. 3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi permasalahan yang diberikan semuanya terlaksana. Tahap mengorganisasi siswa dalam pemecahan masalah aspek yang diamati 4) membagi siswa kedalam 4 kelompok, 5) membimbing siswa merencanakan kegiatan untuk mengembangkan dan mempersentasikan hasil karya aspek yang diamati 8) membimbing siswa untuk menyusun hasil diskusi, 9) meminta siswa untuk mempersentasikan hasil diskusi tiap kelompok, 10) mengarahkan siswa lain untuk bertanya atau menanggapi hasil kerja kelompok yang persentasi didepan kelas semua kegiatan ini terlakasana. Tahap menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah aspek yang diamati 11) membantu menganalisa hasil diskusi tiap kelompok, 12) menampilkan video untuk pembuktian pemecahan masalah semua kegiatan ini terlaksana.
Pada kegiatan penutup aspek yang diamati 1) melakukan refleksi, 2) memberikan soal evaluasi semua terlaksana.
4.2.4. Tingkat Hasil Belajar Siswa SDN Bener 01 Sebagai Kelompok Kontrol
Deskripsi hasil belajar siswa pada pelajaran IPA dengan materi Energi di SDN 01 Bener sebagai kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving pretes dan postes dapat dilihat pada tabel 18 dibawah ini.
Tabel 18 Statistic Deskriptif Nilai Pretes Dan Postes Kelompok Kontrol Descriptive Statistics Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation pretes_kontrol20
36
64 51.50 8.507 postes_kontrol
20
64
92 74.60 7.486 Valid N (listwise)
20 Dari tabel diatas dapat dilihat nilai minimal pretest kelompok kontrol adalah
a. Distribusi frekuensi hasil belajar
Berdasarkan perolehan hasil nilai pretes dan postes untuk mengetahui adanya perubahan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving perlu dilakukan distribusi frekuensi perolehan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Bener 01 kecamatan Tengaran sebagai kelas kontrol. Untuk melihat distribusi frekuensi perlu dilakukan kategori dengan mengacu pada kategori dari SDN Bener 01 itu sendiri. Acuan kategori perolehan nilainya adalah sebagai berikut: kurang, hampir cukup, cukup, baik dan sangat baik. Agar mengetahui perolehan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 01 Bener berada pada kategori apa perlu dilakukan interval terlebih dahulu. Interval nilai siswa menggunakan rumus yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah dibagi dengan banyaknya kategori yang ditetapkan (kurang, hampir cukup, cukup, baik dan sangat baik). Secara visual rumus untuk mencari interval tersebut dirumuskan sebagai berikut :
Interval = Interval =
= 12 Interval yang didapatkan adalah 12, maka nilai terendah atau kurang berada pada interval 36 – 47, hampir cukup berada pada interval 48- 59, cukup berada pada interval 60 -72, baik berada pada interval 73 – 84, sangat baik berada pada interval 85-96.
Tabel 19
Distribusi frekuensi hasil belajar siswa kelas III SDN Bener 01
Hasil belajar No Interval Kategori pretes Postes
Frekuensi % Frekuensi % 1 36 – 47 Kurang
5
25 - - 2 48 – 59 Hampir cukup
10
50 - - 3 60 – 72 Cukup
5
25
10
50
4
- 73 – 84 Baik
8
40
- 5 85 – 96 Sangat baik
2
10 Total 20 100 20 100 Berdasarkan pada tabel 19 diatas, diketahui bahwa hasil belajar pretes pada siswa kelas III SD Negeri Bener 01 , siswa yang mendapat nilai pada interval 36 – 47 atau berada pada kategori kurang adalah 5 siswa dengan persentase 25 %. Siswa yang mendapat nilai pada interval 48 – 59 atau berada pada kategori hampir cukup adalah 10 siswa dengan persentase 50 %. Siswa yang mendapat nilai pada interval 60
- – 72 atau berada pada interval cukup adalah 5 siswa dengan persentase 25 %. Dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai pada interval 73 – 84 dan nilai pada interval 85 – 96. Dari hasil distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pretes kelas III SD Negeri 01 Bener, sebagian berada pada kategori hampir cukup.
Hasil belajar postes siswa kelas III SD Negeri Bener 01 berdasarkan pada tabel distribusi frekuensi diatas, diketahui bahwa tidak ada siswa yang mendapatkan nilai pada interval 36 – 47 atau pada kategori kurang dan siswa yang mendapatkan nilai pada interval 48 – 59 pada kategori hampir cukup. Sebanyak 10 siswa yang mendapat nilai pada interval 60 – 72 atau masuk pada kategori cukup dengan diatas, maka dapat disimpukan bahwa hasil belajar postes pada kelompok kontrol masuk dalam kategori cukup.
b. Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Kelas III SD Negeri Bener 01
Rata-rata hasil belajar adalah nilai perolehan rata-rata keseluruhan baik pretest maupun postes. Pemaparan rata-rata hasil belajar dimaksudkan untuk melihat perubahan perolehan/ peningkatan persentase sebelum dan setelah diberikan perlakuan dengan pembelajaran model Problem Solving . Adapun rata-rata maupun perubahan peningkatannya, disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 20 Rata-Rata Hasil Belajar Dan Gain Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Kelas
III SDN Bener 01
Rata-Rata Hasil Belajar Gain Pretes Postes
51.50
74.60
23.1 Dari tabel 20 diatas, diketahui bahwa rata-rata hasil belajar pretes adalah 51,5 kemudian rata-rata hasil belajar postes yaitu 74,60. Itu berarti, setelah diberikan pembelajaran dengan model Problem Solving siswa kelas III SDN Bener 01, terjadi kenaikan rata-rata hasil belajar yaitu 23.1. Untuk lebih memperjelas daftar distribusi frekuensi nilai pretes dan postes diatas maka disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut.
Gamabar 5 Grafik Nilai Pretes Dan Postes Kelompok Kontrol
4.3. Diskripsi Komparasi Hasil Pengukuran Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol.
Berdasarkan uraian diatas perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan model yang berbeda yaitu Discovery Learning pada kelas eksperimen dan Problem Solving pada kelas kontrol. Meskipun sintak kedua model tersebut hampir sama tetapi pada kenyataannya untuk hasil belajar siswa lebih meningkat yang menggunakan model Discovery Learning dibanding dengan Problem Solving. Tetapi untuk hasil belajar secara keseluruhan kedua model ini rata-rata sudah melebihi KKM yang ditentukan dari sekolah. Untuk hasil perbedaan pada kedua
Tabel 21 Komparasi Hasil Pengukuran Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Dan
Kelompok Kontrol
Rerata skor ( mean) Tahap
Keterangan Kelompok pengukuran selisih skor
Eksperimen Kontrol Awal
52.00
51.50
0.5 Akhir
82.55
74.60
7.95 Gain skor
30.55
23.1
7.45 Dari tabel 21 diatas dapat dilihat tahap awal pada kelas eksperimen nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 52.00 dan nilai akhir 82.55 dengan keuntungan yang diperoleh adalah 30.55. Sedangkan pada kelas kontrol nilai awal yang diperoleh adalah 51.50 dan nilai akhir 74.60 dengan keuntungannya adalah 23.1. Untuk selisih secara keseluruh antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dari tahap awal mendapat 0.5 sedangkan pada tahap akhir 7.95 dengan nilai keuntungannya 7.45. secara ringkas deskripsi komparasi hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada grafik berikut:
4.4. Hasil Uji Perbedaan
Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan menghitung rata-rata
masing-masing kelompok kelas, kemudian diuji perbedaannya menggunakan uji t yang dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 20. Uji t dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perbedaan hasil belajar dengan menggunakan model
Discovery Learning pada kelas eksperimen dan Problem Solving pada kelas kontrol.
Sebelum uji t terlebih dahulu sudah dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.Seperti yang telah diuraikan di bab III penggunaan teknik statistik uji t dalam penelitian ini berdasarkan pada kebutuhan dalam melakukan komparasi terhadap dua kelompok penelitian. Menurut Sugiyono dalam Priyatno (2010:32), uji ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok yang tidak berhubungan. Sebelum dilakukan uji t test (Independent Samples T Test) sebelumnya dilakukan uji kesamaan varian (homogenitas) dengan F test (Levens Test), artinya jika varian sama, maka uji t menggunakan Equal Variances Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda menggunakan Equal Variances Not Assumed (Duwi Priyatno, 2010: 35).
4.4.1. Uji Prasyarat
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil tes evaluasi setelah pembelajaran (postes), dianalisislah perbedaan hasil belajar dua kelompok penelitian. Namun, sebelum melakukan uji beda terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat. Uji prasyarat analisis yang digunakan adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data telah berdistribusi normal, sedangkan uji homogenitas dimaksudkan untuk melihat apakah suatau data mempunyai varians yang sama atau homogen dari dua kelompok yang diteliti yaitu kelompok eksperimen
Tabel 22
Hasil Uji Normalitas Data Pretes Dan Postes Kelompok Eksperimen
Dan Kelompok Kontrol
Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig. eksperimen .174 22 .081 .915 22 .061 Pretes kontrol .173 20 .117 .942 20 .262 eksperimen .167
22 .112 .913 22 .055 Postes kontrol .176 20 .106 .936 20 .204
a. Lilliefors Significance Correction
Pengambilan keputusan apakah data tersebut berdistribusi normal adalah apabila nilai signifikan > 0.05 (lebih besar dari 0.05) maka data tersebut berdistribusi normal. Karena jumlah koresponden dalam penelitian ini kurang dari 50 maka uji normalitas yang digunakan adalah Shapiro-Wilk. Setelah dilakukan pengujian normalitas dengan menggunakan Shapiro-Wilk maka diketahui bahwa data hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Hal ini terbukti pada
tabel 4.10 hasil uji normalitas dengan signifikansi 2 tailed pada kelas eksperimen untuk hasil belajar pretes sebesar 0,061 dan postes sebesar 0,055 atau lebih besar dari0,05. Setelah dilakukan pengujian ditemukan bahwa hasil belajar pada kelompok kontrol juga berdistribusi normal dengan dibuktikan signifikansi 2 tailed untuk hasil belajar pretes sebesar 0, 262 dan hasil belajar postes sebesar 0,204 atau lebih besar dari 0,05. Berikut ini disajikan gambar plot yang menunjukkan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal.
Gambar 7
Normal Q- Q Plot Skor Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen
Gambar 8
Normal Q-Q Plot Skor Hasil Belajar IPA Kelompok Kontrol dekat atau menempel pada garis maka menunjukkan data yang kita peroleh berdistribusi normal. Dalam grafik tersebut juga terdapat titik yang berada sangat jauh dari garis. Hal ini menunjukkan peringatan bagi kita untuk berhati-hati pada saat melakukan analisis berikutnya.
Setelah syarat uji normalitas berupa distribusi kenormalan data terpenuhi, kemudian dilanjutkan syarat kedua yaitu tentang homogenitas atau tingkat kesetaraan data dengan melakukan uji homogenitas menggunakan Levene Test dengan ketentuan apabila nilai probabilitas/signifikansi > 0.05 maka dapat dikatakan bahwa populasi data memiliki varian yang sama atau dengan kata lain data homogen. Pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 20 for windows yang langkah-langkahnya adalah masukkan data-analyze-descriptive statistic-explore- masukkan variabel X2 (nilai pretest) dan X3 (nilai posttest) ke dependent list dan X1 ke factor-klik tombol plots hingga muncul kotak dialog explore:plots-klik power
estimation-continue-pada tombol display pilih both-ok. Hasil dari uji homogenitas
data kelompok eksperimen dan kontrol adalah sebagai berikut.
Tabel 23
Uji Homogenitas Hasil Pretes Dan Postes Kelompok Kontrol Dan Eksperimen
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.Based on Mean .723
1 40 .400 Based on Median .525 1 40 .473 nilaipretes
Based on Median and with .525 1 37.154 .473 adjusted df
Based on trimmed mean .614
1 40 .438 Based on Mean .043 1 40 .837 Based on Median .000 1 40 .990 nilaipostes
Based on Median and with .000 1 39.830 .990 adjusted df
Based on trimmed mean .028
1 40 .868
mean = 0,837. Sehingga dapat dikatakan bahwa data nilai pretest kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol SD Negeri 02 dan SD Negeri 01 Bener memiliki varian yang sama atau homogen, karena nilai probabilitas populasi data > 0,05.
Sedangkan untuk nilai postesnya menunjukkan bahwa angka signifikansi yang diperoleh adalah untuk probabilitas based on mean = 0,837 , untuk based on median = 0,990 , probabilitas based on median and with adjusted df = 0,990 dan probabilitas
based on trimmed mean = 0,868. Karena nilai probabilitas populasi data > 0,05 maka
dapat dikatakan bahwa data nilai postes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol SD Negeri 02 dan SD Negeri 01 Bener memiliki varian yang sama atau homogen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi data nilai pretes dan postes kelompok ekasperimen dan kelompok kontrol SD Negeri Imbas memiliki varian yang sama atau homogen.
Berdasarkan hasil dari uji normalitas yang menunjukkan bahwa populasi data postes berdistribusi normal dan uji homogenitas yang menunjukkan bahwa populasi data postes homogen, maka dengan demikian uji prasyarat telah terpenuhi sehingga populasi data postes tersebut dapat digunakan untuk uji t ( uji beda rata-rata). Untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh penggunaaan model Discovery Learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa tersaji dalam tabel 24 berikut ini
Tabel 24 Hasil Uji t Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SD Negeri 02 Bener Sebagai Kelas Eksperimen Dan SD Negeri 01 Bener Sebagai Kelas Kontrol Pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016
Independent Samples Test
t-test for Equality of Levene's Test for Equality of VariancesMeans Std. 95% Confidence Mean Sig. (2- Error Interval of the
F Sig. t df Diffe Difference tailed) Diffe rence rence Lower Upper Dari tabel diatas diketahui probabilitas signifikansi (2tailed) 0,001. Probabilitas ini lebih < dari 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa kedua kelompok penelitian ini berbeda atau memiliki perbedaan. Berdasarkan nilai T hitung 3,417 dan nilai T tabel 2,021. ( 3.417 > 2.021 ) maka H ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa
O
terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas III SD Negeri Gugus Diponegoro Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
Tabel 25
Hasil Uji t Gain Skor Belajar IPA Siswa Kelas III SD Negeri Bener 02 Sebagai
Kelas Eksperimen Dan SD Negeri Bener 01 Sebagai Kelas Kontrol Pada
Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016
Independent Samples Test
Levene's Test for t-test for Equality of Means Equality ofVariances 95% Confidence Mean Std. Error Interval of the
F Sig. t Df Sig. (2- Differen Differenc tailed) Difference ce e Lower Upper
Equal variances .114 .737 2.129 40 .039 7.645 3.592 .387 14.904 GAIN assumed
SKOR Equal variances 2.124 39.1 .040 7.645 3.600 .365 14.926 not assumed
59
Dari tabel diatas diketahui probabilitas signifikansi (2tailed) 0,039 dan 0,040.Probabilitas ini lebih < dari 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa kedua kelompok penelitian ini berbeda atau memiliki perbedaan. Berdasarkan nilai T hitung 2.129 dan nilai T tabel 2,021 ( 2.129 > 2.021). maka H ditolak. jadi dapat disimpulkan bahwa
o
terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas III SD Negeri Gugus Diponegoro Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. perbedaan yang positif dan signifikan hasil belajar IPA siswa kelas III SD gugus Diponegoro yang menggunakan model Discovery Learning dengan siswa yang menggunakan model Problem solving. Adapun kriteria pengujian hipotesis berdasarkan taraf signifikansi yakni jika probabilitas lebih dari 0,05 maka dapat dinyatakan tidak terdapat perbedaan, dan jika probabilitas signifikansinya dapat dikatakan bahwa kurang dari 0,05 maka dapat dinyatakan terdapat perbedaan antara dua kelompok penelitian.
Hasil uji beda diketahui bahwa nilai Signifikansi/probabilitas 0,001 yang dikenakan pada nilai postes. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis berdasarkan probabilitas dapat dikatakan bahwa H ditolak. Karena nilai signifikansi probabilitas
O
pada uji beda menunjukkan nilainya lebih < dari 0,05. Dengan ditolaknya H maka
o
diterimalah H . Secara empirik, hasil dari pengujian hipotesis menyatakan bahwa
a
Ada perbedaan yang positif dan signifikan hasil belajar IPA siswa kelas III SD gugus Diponegoro yang menggunakan model Discovery Learning dengan siswa yang menggunakan model Problem solving.
Rumusan Hipotesis H = Tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa kelas III SD gugus
o
Diponegoro yang menggunakan model Discovery Learning dengan siswa yang menggunakan model problem solving.
H = Ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa kelas III SD gugus
a
Diponegoro yang menggunakan model Discovery Learning dengan siswa yang menggunakan model Problem solving Ho: μ1 = μ2 Ha: μ1 ≠ μ2 pula dengan penelitian yang dilakukan di SD Negeri Bener 01 sebagai kelas kontrol yang melaksanakan pembelajarannya dengan menggunakan model Problem Solving. Disini guru pada kedua kelompok penelitian sudah melaksanakan sintak pembelajaran dengan runtut. Seperti yang tercantum pada bab 1 yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan keefktifan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Discovery Learning dibandingkan dengan model Problem Solving.
Hasil analisis persyaratan kedua kelompok adalah homogen karena nilai sig adalah 0,868 > 0,05, maka didapat kesimpulan bahawa kedua varian tersebut (kelas eksperimen dan kelas kontrol) homogen, sehingga kelompok tersebut dapat dilakukan untuk penelitian. dari uji normalitas untuk postes kelompok eksperimen nilai signifikan (0,055) lebih besar dari alpha yang ditetapkan yaitu 0,05, maka diambil kesimpulan nilai postes kelompok eksperimen berdistribusi normal. Untuk postes kelompok kontrol nilai signifikan (0,204) lebih besar dari alpha yang ditetapkan yaitu 0,05, maka diambil kesimpulan nilai postes kelompok kontrol berdistribusi normal, sehingga data dari kedua kelompok tersebut berdistribusi normal.
Analisis deskriptif dari skor hasil belajar siswa setelah pembelajaran diketahuilah bahwa nilai tertinggi yang diperoleh dari kelompok eksperimen yaitu 92 dan nilai terendahnya 68, dengan rata-rata skor hasil belajar 82,55 Sedangkan nilai tertinggi yang diperoleh pada kelompok kontrol yaitu 92 dan nilai terendahnya adalah 64 dengan rata-rata skor hasil belajar 74, 60. Adapun dari 22 siswa kelompok eksperimen terdapat 21 siswa yang tuntas KKM mata pelajaran IPA kelas III di SD Negeri Bener 02 dengan persentase 95% dan 1 siswa tidak tuntas KKM dengan persentase 5%. Sedangkan pada 20 siswa kelompok kontrol terdapat 14 siswa tuntas KKM mata pelajaran IPA kelas III SD Negeri 01 Bener dengan presentase 70% dan 4 koefesien 0,001. Probabilitas ini lebih kecil dari 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan antara dua kelompok penelitian. setelah melakukan uji beda dengan nilai postes kemudian juga dilakukan uji beda dengan gain skor. uji beda dilakukan dengan melihat probabilitas sig (2tailed) menununjukkan koefisien 0,039 dan 0,040. Probabilitas ini lebih kecil dari 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan anatara dua kelompok penelitian.Ssetelah melakukan uji beda, dilakukan uji hipotesis, Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan kriteria signifikan.
probabilitas sig (2tailed) dari uji beda menunjukkan kurang dari 0,05. Maka
penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan keefektifan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dibandingkan dengan model
Problem Solving.
Hasil uji beda dan hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan antara kedua kelompok penelitian terhadap hasil postes dan gain skor sejalan dengan adanya perbedaan rata-rata antara kedua kelompok penelitian dan jumlah siswa yang tidak tuntas KKM. Dari rata-rata skor hasil belajar, siswa pada kelompok eksperimen berhasil memperoleh rata-rata skor hasil belajar lebih tinggi dibandingkan rata-rata pada kelompok kontrol. Sedangkan berdasarkan jumlah siswa yang tuntas KKM siswa pada kelompok eksperimen lebih banyak yang menuntaskan KKM dibandingkan siswa dari kelompok kontrol. Maka uji beda yang dilakukan semakin memperkuat hasil penelitian ini yang menyatakan memang ada perbedaan antara dua kelompok penelitian terhadap hasil belajar.
Hasil belajar yang diperoleh kelompok eksperimen dengan perlakuan menggunakan model Discovery Learning dinyatakan lebih unggul dibandingkan dengan kelompok kontrol yang mendapat perlakuan dengan menggunakan model
Problem Solving. Hal yang menyebabkan model Discovery Learning lebih unggul bagaimana cara belajarnya. b) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. c) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. d) Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. e) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. f) Model ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. g) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama- sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. h) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tentu atau pasti. i) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik. j) Membantu dan mengembangkan ingatan dan teransfer kepada situasi proses belajar yang baru. k)Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. l) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri. m) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik. n) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya. o) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.p) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. q) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Dalam model pembelajaran Discovery Learning ada beberapa sintak yang sangat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran diantaranya adalah stimulus dimana pada tahapan ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
i
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendir suatu masalah, sintak selanjutnya identifikasi masalah karena disini siswa diberikan suatu masalah yang kemudian dirumuskan dalam bentuk hipotesis ( jawaban sementara atas pertanyaan
Sintak yang selanjutnya adalah pengumpulan data dimana siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahapan ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar atau tidaknya hipotesis, dengan demikian siswa diberikan kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, mengamati objek, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensinya dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak sengaja siswa dihubungkan dengan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
Selanjutnya adalah mengolah data. Dalam kegiatan ini siswa mengolah data atau informasi yang telah diperoleh lalu ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban atau penyelesaian yang perlu mendapat pembuktikan secara logis.
Langkah yang terakhir adalah pembuktian. Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan pengolahan data. Berdasarkan hasil mengolah data dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya kemudian dicek kembali, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak. selain membantu hasil belajar siswa hal tersebut juga sejalan dengan kajian teori Bruner dalam Mulyatiningsih, 2012:236 yang menyarankan agar peserta didik belajar melalui keterlibatannya secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip yang dapat menambah ppengalaman dan mengarah pada kegiatan eksperimen. Kelas IV SD Gugus Muhammad Syafi’i Kecamatan Randublatung Kab Blora Tahun
Pelajaran 2011/2012. Menyimpulkan bahwa: (1) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara model penggunaan model Discovery Learning dan metode eksperimen terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD N Sambongwangan 01 dan SDN Plosorejo 02 Kecamatan Randublatung kecamatan Blora Tahun pelajaran 2011/2012. (2) Hasil uji t-tes menunjukkan nilai t adalah 3.731 dengan probabilitas signifikan 0,001<0,05 artinya mean nilai setelah menggunakan metode Discovery
Learning berbeda dengan mean nilai setelah menggunakan metode eksperimen. (3)
pembelajaran menggunakan model Discovery Learning dan metode eksperimen memperoleh skor rata-rata kelompok eksperimen adalah 70,50 dan skor rata-rata kelompok kontrol 61,47 dengan selisih skor 9,029. (4) Model Discovery Learning lebih berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD N Sambongwangan 01 dibandingkan hasil belajar SD N Plosorejo 02 yang menggunakan metode eksperimen. Disini siswa juga lebih aktif dalam pembelajaran.