Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keefektifan Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Model Discovery Learning dan Problem Solving pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas III SDN Gugus Diponegoro Kecamatan Tengaran Semester II Tahun 20

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Perubahan sistem pendidikan diIndonesia itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan. Sekarang ini pendidikan telah mengalami banyak perubahan yang sesuai dengan Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi. Sejalan dengan ilmu pengetahuan dan tehnologi peranan pendidikan sebagai usaha sadar untuk meningkatkan sumberdaya manusia menjadi perhatian khusus bagi pemerintah dan masyarakat, sehingga pemerintah selalu mengadakan pembaharuan untuk mengembangkan meningkatkan pendidikan Nasional.

  Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia menyangkut kemampuan manusia, baik secara individual maupun secara kolektif untuk bertahan hidup di tengah tuntutan kebutuhan dan ancaman persaingan dari individu dan komunitas manusia lainnya. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia.

  Penyelengaraan pendidikan di sekolah melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, yang diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan berdasarkan kurikulum yang berlaku.

  Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional. Berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai hasil menghendaki suatu pembelajaran yang tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori dan fakta tetapi juga aplikasinya dalam kehidupan sehari hari. Materi pembelajaran tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana yang bersifat hafalan dan pemahaman, tetapi juga tersususun atas materi yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi, dan sintesis (Trianto, 2007:3). Untuk itu, guru harus bijaksana dalam menetukan suatu metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

  Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang akan dipelajarinya, bukan sekedar hafal terhadap materi pelajaran. Proses Pembelajaran yang berorientasi terhadap target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, namun gagal dalam membekali siswa memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan jangka panjang (Depdiknas, 2002). Proses pembelajaran penguasaan materi jangka panjang memerlukan kesesuaian antara pengalaman guru dengan siswa.

  Dalam peraturan menteri pendidikan nasional, No 22 tahun 2006 tentang Standar isi disebutkan bahwa (IPA) Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Untuk itu pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya dikehidupan sehari-hari.

  Pembelajaran IPA sangat ditentukan oleh kegiatan-kegiatan nyata yang timbul dari pemikiran siswa sendiri. Pembelajaran yang memacu pemikiran siswa sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.

  Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar tingkat SD atau MI dalam peraturan menteri Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar isi untuk satuan Dasar (KD) IPA di SD atau MI merupakan standar minimum yang secara nasioanal harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum disetiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.

  Peran guru dalam proses pembelajaran sangatlah penting. Seorang guru harus mampu menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan peserta didik untuk belajar aktif, membentuk makna dan bahan-bahan pelajaran melalui proses belajar dan selalu mengingatnya dalam pikiran. Pada pelajaran IPA, peserta didik diharapkan dapat memahami tentang alam dan lingkungan sekiar. Dengan demikian peserta didik diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam dan lingkungan sekitar, maka sangat penting seorang guru mengajarkan IPA dengan berbagai macam percobaan-percobaan. Di dalam melakukan percobaan tersebut, seorang guru juga harus mampu untuk memilih metode-metode pembelajaran yang sesuai sehingga dapat mengaktifkan peserta didik.

  IPA merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan danTeknologi (IPTEK). Hasil dari perkembangan teknologi yang dinikmati dewasa ini merupakan salah satu aplikasi konsep dan prinsip IPA yang diwujudkan secara teknis dalam berbagai produk teknologi. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD), diupayakan adanya penekanan pada pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar yang lebih bermakna (Depdiknas, 2005). Namun dalam kenyataannya masih banyak ditemukan guru yang kurang memperhatikan pengetahuan awal yang dimiliki siswa dan keaktifan dalam pembelajaran IPA di kelas sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar.

  Permendikbud No 16 tahun 2014 tentang pemberlakuan kurikulum tahun 2006 dan kurikulum 2013 dinyatakan bahwa satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang melaksanakan kurikulum 2013 sejak semester semester kedua tahun pelajaran 2014/2015 sampai ada ketetapan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk melaksanakan kurikulum 2013. Dari perubahan tersebut para siswa sudah berpengalaman untuk belajar secara aktif melalui pendekatan saintifik. Oleh karena itu model pembelajaran ini juga bisa diterapkan pada KTSP.

  Saintifik adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sehingga menimbulkan keaktifan pada diri peserta didik. Kurniasih, (2013: 29) pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai tehnik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

  Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaranyang diharapkan tercipta diarah untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagi sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.

  Tujuan dari pendekatan saintifik adalah (1) untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa (2) untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, (3) terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan, (4) diperolehnya hasil belajar yang tinggi, (5) untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah, (6) untuk mengembangkan karakter siswa. Adapun langkah-langkah ilmiah adalah Mengamati (Observing), Menanya (Questioning), mengumpulkandata (colecting), Mengasosiasi (Associating), Mengkomunikasikan

  Untuk melengkapi pendekatan saintifik metode pembelajaran yang dipilih dalam penelitian ini adalah model Discovery Learning dan Problem Solving Hamalik (2011: 131-132) menyatakan bahwa: model discovery learning adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa dimana kelompok-kelompok siswa dibawa kedalam satu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan– pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang dijelaskan secara jelas.

  Strategi belajar dengan menggunakan model Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inquiri dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, perbedaanya pada model

  

Discovery Learning masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam

  masalah yang direkayasa guru. Model Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip sebelumnya yang tidak diketahui. Dalam mengaplikasikan model Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagai mana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan.

  Berdasarkan observasi di lapangan dengan mengambil sampel Sekolah Dasar Negeri Gugus Diponegoro, yaitu melalui wawancara dengan guru kelas III di SD Negeri Bener 02, siswa yang aktif mengikuti pembelajaran IPA hanya 11 orang dari jumlah keseluruhan 22 orang siswa, atau dengan kata lain tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA hanya mencapai 40% dan pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centered). Hal serupa juga terlihat ketika dilakukan observasi pada SD Negeri Bener 01. Berdasarkan wawancara dilakukan dengan guru kelas III SD Negeri Bener 01 tersebut diperoleh data bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran IPA hanya mencapai 50% dari jumlah siswa sebanyak 20 orang. Hal ini disebabkan latar belakang siswa yang kurang mendapat perhatian dari orang tua siswa karena sibuk bekerja. Mata pencaharian orang tua siswa yang mayoritas sebagai buruh pabrik dan pedagang yang masih awam dengan pentingnya pendidikan dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. Selain itu guru juga belum sering menerapkan metode pembelajaran yang inovatif, guru masih mendominasi pembelajaran dengan metode ceramah, tanya jawab, praktek/percobaan.

  Di SDN gugus Diponegoro kecamatan Tengaran dalam kegiatan belajar mengajar khususnya bidang studi IPA sebagian siswa belum membuahkan hasil yang memuaskan. Ada beberapa siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dibawah ini daftar nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas III semester 1 tahun pelajaran 2014/2015.

  Tabel 1 Daftar Rata-rata Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III No Nilai Frekuensi Rata-rata Keterangan 1 81-87

  4 Tuntas 2 75-76

  7 Tuntas 3 71-74

  6 Tuntas 4 67-70

  3 Belum Tuntas 5 58-65

  2 Belum Tuntas

  

22

- JUMLAH

  • * ≥ KKM 70

  Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sebagian kelas SDN gugus Diponegoro adalah 70. walaupun ada sebagian siswa yang telah memenuhi KKM namun upaya itu tidak cukup, guru harus berupaya agar semua siswa dapat memenuhi KKM yang telah ditetapkan dan memperoleh hasil belajar yang maksimal. Hal ini dikarenakan guru lebih sering menggunakan metode konvensioanal atau metode ceramah saja dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa kurang aktif atau terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Karena mereka hanya menerima apa yang diberikan oleh guru tanpa proses menemukan.

  Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengeksperimenkan suatu model pembelajaran yaitu model Discovery Learning dengan pendekatan saintifik. Dimana telah dibuktikan keefektifannya oleh banyak penelitian.

  Penelitian yang dilakukan Yuli Astutik yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Metode Discovery Terhadap Hasil Belajar Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Peserta didik Pada Pelajaran IPA Kelas 5 Sekolah Dasar Gugus Pangeran Diponegoro Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun

  Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitian menggunakan analisis uji t dan deskriptif data. Nilai rata-rata post test untuk kelas eksperimen sebesar 81,20 dan rata-rata kelas kontrol sebesar 70,31 dengan probabilitas signifikasi ranah kognitif 0,001<0,05, serta rata-rata skor angket untuk kelas eksperimen sebesar 20,67 dan rata-rata kelas kontrol sebesar 15,92 dengan probabilitas signifikasi ranah afektif 0,00>0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan untuk pembelajaran dengan menggunakan metode discovery dengan metode konvensional. Serta hasil deskriptif data ranah psikomotor diperoleh hasil penilaian unjuk kerja lebih besar dari 34 dengan skor rata-rata sebesar 48. Sehingga da\pat disimpulkan bahwa penggunaan metode discovery efektif terhadap hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik pada pelajaran IPA kelas 5.

  Menurut penelitian dari I Made Putrayasa, H. Syahruddin, I Gede Margunaya (Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia) yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Peserta didik ” menyimpulkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model discovery learning dan kelompok peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional.

  (2) Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan minat terhadap hasil belajar IPA peserta didik . Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning dan minat belajar peserta didik berpengaruh terhadap hasil belajar IPA peserta didik . (3) Pada kelompok peserta didik yang memiliki minat tinggi, terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model Discovery Learning dengan kelompok peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. (4) Pada kelompok peserta didik yang memiliki minat rendah, tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok.

  Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti mengambil judul “ Keefektifan Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Model Discovery Learning dan Problem Solving pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas III SDN Gugus Diponegoro Kecamatan Tengaran Semester II Tahun 2014/2015.

  1.2 Identifikasi masalah

  Berdasarkan dari latar belakang yang dikemukakan diatas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA hanya mencapai 40%. 2) Pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centered). 3) Model dan metode yang digunakan masih didominasi ceramah. 4) Hasil belajar yang dicapai siswa hanya 65 sementara KKM nya 70.

  1.3 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah diperlukan agar lebih efektif, efesien, dan terarah.

  Adapun yang membatasi dalam penelitian ini hanya meneliti perbedaan efektifan penerapan pendekatan saintifik melalui model Discovery Learning terhadap hasil belajar IPA siswa kelas III.

  1.4 Rumusan masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan keefektifan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dibandingkan dengan model Problem Solving.

  1.5 Tujuan penelitian

  Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada perbedaan keefektifan pembelajaran, antara penerapan pembelajaran model Discovery Learning dengan pembelajaran model Problem Solving.

  1.6. Manfaat penelitian

  Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini, yaitu:

  1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian yang telah ada serta dapat memberi informasi serta gambaran mengenai penerpan pendekatan Saintifik dengan model Discovery Learning dan Problem Solving.

  2. Manfaat Praktis 1) Bagi Sekolah : Dapat digunakan sebagai bahan membuat kebijakan dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran.

  2) Bagi Guru :

  a) Penelitian ini dapat berguna sebagai masukan guru untuk memberikan bantuan perbaikan dalam penanganan masalah hasil belajar siswa.

  b) Sebagai bahan refleksi bagi guru terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. 3) Bagi Siswa: Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi energi 4) Bagi peneliti: Sebagai wahana latihan pengembangan ilmu pengetahuan melalui kegiatan penelitian.

Dokumen yang terkait

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Media Visual pada Siswa Kelas 3 SD Negeri Lemahireng 01 Kecama

0 0 17

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Media Visual pada Siswa Kelas 3 SD Negeri Lemahireng 01 Ke

0 0 15

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Media Visual pada Siswa Kelas 3 SD Negeri Lem

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Media Visual pada Siswa Kelas 3 SD Negeri Lemahireng 01 Kecamatan Bawen Kabupaten Sema

1 2 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Media Visual pada Siswa Kelas 3 SD Negeri Lemahireng 01 Kecamatan Bawen Kabupaten Sema

0 13 130

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Make A Match Berbantuan Media PowerPoint Siswa Kelas 5 SDN Butuh 1 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 16

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Make A Match Berbantuan Media PowerPoint Siswa Kelas 5 SDN Butuh 1 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester

0 0 16

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Make A Match Berbantuan Media PowerPoint Siswa Kelas 5 SDN Butuh 1 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semar

0 0 26

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA POWER POINTSISWA KELAS 5 SDN BUTUH 1 KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II TAHUN AJARAN 20142015 SKRIPSI

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Make A Match Berbantuan Media PowerPoint Siswa Kelas 5 SDN Butuh 1 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 64