MAKALAH MANAJEMEN PELAYANAN DAN PRODUK P

MANAJEMEN PELAYANAN DAN PRODUK PERTANAHAN

I. PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Pelayanan publik merupakan amanat dari Undang-Undang dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pelayanan publik harus dapat
mewujudkan good governance dan clean governance. Tugas terpenting
dari setiap instansi pemerintahan adalah memberikan pelayanan.
Pada praktiknya dari sekian banyak pelayanan publik yang ada di
Indonesia, diantara adalah pelayanan administratif, menurut banyak
masyarakat masih yang menerima citra buruk dari masyarakat, adalah
pelayanan pertanahan. Pelayanan pertanahan masih banyak mengalami
kekurangan

dalam

memberikan

produk

layanannya


kepada

masyarakat.Untuk melaksanakan pelayanan pertanahan yang lebih baik
diperlukan adanya upaya-upaya untuk meningkatkan pelayanan melalui
manajemen pelayanan dan produk pertanahan.

I.2. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan umum dari dibuatnya makalah ilmiah ini adalah
untuk mengetahui manajemen pelayanan pertanahan dan produk yang
diselenggarakan oleh Kantor Pertanahan dalam rangka mewujudkan
pelayanan prima.
II.

PEMBAHASAN
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peratuuran perundangundangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan

publik (Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik).
Pelayanan publik harus memenuhi asas-asas yang pada prinsipnya untuk
menciptakan good governance yang tertuang dalam Pasal 3 Undang-Undang
No. 28 tahun 1999 yang mengatur mengenai asas-asas- umum penyelenggaraan
Negara yaitu : asas kepastian, asas tertib penyelenggaraan negara, asas
kepentingan

umum,

asas

keterbukaan,

asas

proporsionalitas,

asas

profesionalitas dan asas akuntabilitas.1

Secara teoritis, tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan
masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu, dituntut kualitas pelayan prima
yang tercermin dari transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah
dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara
memadai serta mudah dimengerti. 2
Kementerian

Agraria

dan

Tata

Ruang

mempunyai

tugas

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria/pertanahan dan tata

ruang untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan
negara (Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 Tentang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang).Kualitas pelayanan dan kepuasan
masyarakat harus diutamakan mengingat keduanya mempunyai pengaruh yang
besar terhadap keberlangsungan dan berkembangnya misi suatu organisasi.
Pelayanan pertanahan juga harus memiliki semangat kerja yang berorientasi
pada pelayanan.3
Pelayanan prima merupakan terjemahan istilah ”excellent service” yang
secara harfiah berarti pelayanan terbaik atau sangat baik. Disebut sangat baik
atau terbaik karena sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki
instansi pemberi pelayanan. Hakekat pelayanan publik adalah pemberian
pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban
1

Wairocana, I Gusti Ngurah, 2006, “Good Governance dalam Aturan Hukum atau Kebijakan Publik”
Majalah Kertha Patrika Vol 31 No. 2, Juli 2006, hal 53
2
Sinabela, Lijan Poltak, 2010,Reformasi Pelayanan Publik, Teori, Kebijakan dan Implementasi, PT
Bumi
Aksara, Jakarta, Hal. 6

3
Sumadra, I Made, 2007, “Penerapan Knowledge Management di Lingkungan BPN, dimulai dari
Lembaga Pendidikan, Penelitian, dan Pelatihan” Majalah Sandi Edisi XXV, 2007, hal 28

aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Agenda perilaku pelayanan
sektor publik (SESPANAS LAN dalam Nurhasyim, 2004:16) menyatakan
bahwa pelayanan prima adalah:
a. Pelayanan yang terbaik dari pemerintah kepada pelanggan atau pengguna
jasa.
b. Pelayanan prima ada bila ada standar pelayanan.
c. Pelayanan prima bila melebihi standar atau sama dengan standar. Sedangkan
yang belum ada standar pelayanan yang terbaik dapat diberikan pelayanan
yang mendekati apa yang dianggap pelayanan standar dan pelayanan yang
dilakukan secara maksimal.
d. Pelanggan adalah masyarakat dalam arti luas; masyarakat eksternal dan
internal.
Standar pelayanan merupakan ukuran yang telah ditentukan sebagai suatu
pembakuan pelayanan yang baik. Standar pelayanan mengandung baku mutu
pelayanan. Pengertian mutu menurut Goetsch dan Davis (Sutopo dan Suryanto,
2003:10) merupakan kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,

manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pihak
yang menginginkannya.
Jika suatu instansi belum memiliki standar pelayanan, maka pelayanan
disebut prima jika mampu memuaskan pelanggan atau sesuai harapan
pelanggan. Instansi yang belum memiliki standar pelayanan perlu menyusun
standar pelayanan sesuai tugas dan fungsinya agar tingkat keprimaan
pelayanan dapat diukur. Kepuasan masyarakat ini merupakan salah satu ukuran
berkualitas atau tidaknya pelayanan publik yang diberikan oleh aparat birokrasi
pemerintah.
Dalam menjalankan pelayanannya Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Badan Pertanahan Nasional sudah memiliki pedoman yakni Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan
Dan Pengaturan Pertanahan. Pelayanan Pertanahan yang prima minimal harus

sesuai dengan standar pelayanan atau melebihi standar pelayanan yang terdapat
pada peraturan dimaksud
Dimensi spesifikasi mutu produk atau tolok ukur kualitas produk menurut
Suyadi Prawirosentono (2002:8) dapat diindikasikan antara lain melaui 6
indikasi. Keenam indikasi tersebut apabila dihubungkan dengan produk
pelayanan dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang antara lain:

1. Kinerja suatu produk
Dalam hal pelayanan pertanahan hal ini dapat dilihat dari terdapatnya SOP
yang jelas dalam setiap pelayanan yang dilaksanakan, sebagai contoh alur
perjalanan berkas permohonan pendaftaran tanah pertama kali.
2. Keistimewaan suatu produk
Produk/proses yang dilakukan mempunyai keistimewaan khusus misalnya
LARASITA, yakni layanan sertipikasi tanah online dengan sistem jemput
bola untuk daerah-daerah terpencil menggunakan mobil/perahu khusus,
LANTUM, PERMATA dll.
3. Kepercayaan dan waktu
Setiap pelayanan memiliki batasan waktu yang jelas dan dapat
dipertanggungjwabkan.

Sebagai

contoh

Layanan

Pembebanan


Hak

Tanggungan dengan batasan waktu maksimal 7 hari, Layanan Penghapusan
Hak Tanggungan atau Roya maksimal 5 hari kerja yang di daerah-daerah
tertentu dapat dilaksanakan dengan lebih cepat yakni tujuh menit
(LANTUM).
4. Mudah dirawat dan diperbaiki
Dalam hal pemeliharaan data pendaftaran tanah, hak atas tanah dapat
dengan mudah dialihkan, dinaikkan atau diturunkan jenis haknya dengan
melengkapi syarat –syarat yang diperlukan.
5. Sifat khas
Pelayanan sertipikasi tanah, pembebanan hak tanggungan, pengukuran dan
pemetaan

kadastral

adalah

pelayanan-pelayanan


dilaksanakan oleh Kementerian ATR/BPN.
6. Penampilan dan citra etis.

yang

hanya

dapat

Sertipikat Hak Atas tanah yang diterbitkan oleh Kementerian Agraria dan
Tata Ruang adalah meruupakan produk hukum dan merupakan tanda bukti
hak atas tanah yang bersifat kuat meskipun bukan mutlak. Sertipikat harus
diterima oleh hakim sebagai keterangan yang benar sepanjang tidak ada alat
bukti lain yang menyatakan sebaliknya.
Keberhasilan

dalam

pelaksanaan


program

pertanahan

adalah

merupakanpencapaian sasaran dan tujuan BPN RI sebagaimana yang termuat
dalam RencanaStrategis (RENSTRA) BPN RI. Oleh karenanya harus bisa
dipastikanpelaksanaan seluruh program pertanahan yang dilaksanakan oleh
BPN RI dapatterlaksana dengan baik dan memenuhi target yang sudah
ditentukan baik secarakuantitas (fisik dan anggaran) maupun kualitas (mutu
pelaksanaan per tahapankegiatan serta kesesuaian subyek dan obyeknya).
Manjemen pelayanan dan produk pada Kementerian Agraria Dan Tata
Ruang secara garis besar tecermin dalam pelayanan pertanahan yang dibagi
menjadi tiap-tiap bidang atau seksi.
Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan
Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas pokok dan fungsi Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan
diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan
(Perkaban 4/2006). Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan
mempunyai tugas melakukan survei, pengukuran dan pemetaan
bidang tanah, ruang dan perairan, perapatan kerangka dasar,
pengukuran batas kawasan/wilayah, pemetaan tematik dan survei
potensi tanah, penyiapan pembinaan surveyor berlisensi dan pejabat
penilai tanah (sebagaimana diatur dalam pasal 37 Perkaban 4/2006).
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut maka seksi ini mempunyai
fungsi sebagai berikut :

a. pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan bidang tanah, ruang
dan perairan; perapatan kerangka dasar, pengukuran batas kawasan/
wilayah, pemetaan tematik dan survei potensi tanah, pembinaan
surveyor berlisensi;
b. perapatan

kerangka dasar

orde 4 dan pengukuran

batas

kawasan/wilayah;
c. pengukuran, perpetaan, pembukuan bidang tanah, ruang dan
perairan;
d. survei, pemetaan, pemeliharaan dan pengembangan pemetaan
tematik dan potensi tanah;
e. pelaksanaan kerjasama teknis surveyor berlisensi dan pejabat
penilai tanah;
f. pemeliharaanperalatan teknis.
Seksi ini terbagi atas dua subseksi (berdasarkan pasal 39
Perkaban 4/2006),yaitu :
1. Subseksi Pengukuran dan Pemetaan
Subseksi Pengukuran dan Pemetaan mempunyai tugas menyiapkan
perapatan kerangka dasar orde 4, penetapan batas bidang tanah dan
pengukuran bidang tanah, batas kawasan/wilayah, kerjasama teknis
surveyor berlisensi, pembinaan surveyor berlisensi dan memelihara
peta pendaftaran, daftar tanah, peta bidang tanah, surat ukur,
gambar ukur dan daftar-daftar lainnya dibidang pengukuran
(berdasarkan pasal 40 ayat (1) Perkaban 4/2006). Tugas
memelihara peta pendaftaran sudah menggunakan teknologi digital
karena Peta Dasar Pendaftaran dan Peta Pendaftaran yang berupa
hardcopy tidak lagi digunakan dan sudah digantikan dengan peta
dalam bentuk digital.
2. Subseksi Tematik dan Potensi Tanah
Subseksi

Tematik

dan

Potensi

Tanah

mempunyai

tugas

menyiapkan survei, pemetaan, pemeliharaan dan pengembangan

pemetaan tematik, survei potensi tanah, pemeliharaan peralatan
teknis komputerisasi dan pembinaan pejabat penilai tanah
(berdasarkan pasal 40 ayat (2) Perkaban 4/2006). Berdasarkan
Surat Edaran Nomor 02/SE-100/I/2015 tentang Evaluasi Pelayanan
Pemetaan Tematik dan Nilai Tanah Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 tahun 2010, maka subseksi Tematik dan
Potensi Tanah sejak tanggal 1 Februari 2015 tidak lagi
melaksanakan pelayanan PNBP untuk pemetaan tematik dan nilai
tanah.
Produk Dari Seksi Survey Pengukuran dan Pemetaan
Produk seksi survey pengukuran dan pemetaan meliputi:
1) Gambar Ukur (DI 107/107A)
2) Surat Ukur
3) Peta Dasar Teknik
4) Buku Tugu
5) Peta Dasar Pendaftaran
6) Peta Pendaftaran
7) Peta Bidang Tanah
8) Peta Tematik Pertanahan
9) Daftar Isian Lainnya Terkait Pengukuran dan Pemetaan
Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah
a. Alur Pekerjaan Pelayanan
1) Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak dan PPAT
Subseksi

Peralihan,

Pembebanan

Hak

dan

PPAT

mempunyai tugas menyiapkan pelaksanaan pendaftaran, peralihan,
pembebanan hak atas hak tanah, pembebanan hak tanggungan dan
bimbingan PPAT serta sarana daftar isian di bidang pendaftaran
tanah. Alur kegiatan pelayanan pertanahan dari subseksi ini, yaitu:
a) Pelayanan Peralihan Hak

Peralihan hak, baik hak atas tanah maupun satuan
rumah susun, dapat terjadi karena adanya jual beli, pewarisan/
wasiat, tukar-menukar, hibah, pembagian hak bersama, lelang,
pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng) dan juga merger
(penggabungan). Setiap bentuk peralihan hak tersebut memiliki
dasar hukum, persyaratan, biaya, dan waktu penyelesaian
pelayanan yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan
dan Pengaturan Pertanahan dan Peraturan Kepala BPN Nomor
13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pertanahan
Nasional.
Jenis pelayanan peralihan hak yang paling sering
dilakukan di Kantor Pertanahan Kabupaten Boyolali, yaitu
pelayanan peralihan hak karena jual beli, pewarisan/wasiat,
hibah, pembagian hak bersama. Sementara itu pelayanan
peralihan hak karena lelang, tukar-menukar, pemasukkan
dalam perusahaan (inbreng) dan merger jarang dilakukan
Kantor Pertanahan Kabupaten Boyolali karena jarang ada
permohonan peralihan hak karena hal tersebut.
Alur kegiatan pelayanan pada Subseksi ini, misal:
pelayanan peralihan hak karena jual beli yaitu: Pemohon
datang ke loket I (loket informasi dan penerimaan berkas)
untuk menyerahkan seluruh dokumen persyaratan peralihan
hak karena jual beli.Dokumen persyaratan yang dibawa
pemohon tersebut kemudian diteliti oleh petugas loket I.
Dokumen persyaratan dalam peralihan hak dengan jual beli
diantaranya:
(1) Formulir permohonan yang sudah diisi dan ditandatangani
pemohon atau kuasanya di atas materai cukup. Isi formulir
permohonan

memuat

identitas

diri;

luas,

letak

danpenggunaan tanahyang dimohon; pernyataan tanah tidak
sengketa; pernyataantanah/bangunan dikuasai secara fisik;
(2) Surat Kuasa apabila dikuasakan;
(3) Fotocopy identitas pemohon (KTP, KK) dan kuasa apabila
dikuasakan, yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh
petugas loket;
(4) Fotocopy Akta Pendirian dan Pengesahan Badan Hukum
yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket,
bagi badan hukum;
(5) Sertipikat asli;
(6) Akta Jual Beli dari PPAT;
(7) Fotokopi KTP dan para pihak penjual-pembeli dan/atau
kuasanya;
(8) Ijin

Pemindahan

sertipikat/keputusannya
menyatakan

bahwa

Hak

apabila

dicantumkan
hak

tersebut

di

dalam

tanda

yang

hanya

boleh

dipindahtangankan jika telah diperoleh ijin dari instansi
yang berwenang;
(9) Fotokopi SPPT PBB Tahun berjalan yang telah dicocokkan
dengan aslinya oleh petugas loket, penyerahan bukti SSB
(BPHTB) dan bukti bayar uang pemasukan (pada saat
pendaftaran hak).
Jika dokumen persyaratan yang dibawa oleh pemohon sudah
lengkap, maka pemohon diminta untuk ke loket III (loket
pembayaran) untuk membayar biaya peralihan hak, yang
besarnya sesuai ketentuan dalam Peraturan Kepala BPN Nomor
13 Tahun 2010.Sementara itu berkas permohonan tersebut
dientry dalam aplikasi KKP oleh petugas loket II (loket entry
data).
Berkas-berkas permohonan yang telah diterima dari
loket I sebelum masuk di Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak

dan PPAT wajib dicarikan terlebih dahulu buku tanahnya yaitu
di ruangan arsip buku tanah.Setelah selesai diproses di ruangan
arsip buku tanah kemudian dilanjutkan untuk diproses di
Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak dan PPAT, yaitu pada
bagian pelaksana yang dalam hal ini melakukan kegiatan
pencatatan pada buku tanah dan sertipikat hak atas tanah
mengenai

adanya

tersebut.Berkas-berkas

peralihan
tersebut

hak

karena

kemudian

jual

beli

dilakukan

pemeriksaan oleh Kepala SubseksiPeralihan, Pembebanan Hak
dan PPAT.Apabila sudah benar maka langsung diberi paraf
oleh Kepala Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak dan PPAT.
Proses selanjutnya adalah berkas diajukan kepada
Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah untuk
diperiksa dan diparaf. Berkas kemudian diserahkan kepada
Kepala Kantor Pertanahan untuk ditandatangani, setelah itu lalu
berkas tersebut kembali ke Subseksi Peralihan, Pembebanan
Hak dan PPATuntuk dicatat di DI 307 dan DI. 208. Untuk
nomor DI. 307 dan DI.208 didapat dari alur kegiatan yang telah
terhubungkan satu dengan yang lainnya dalam aplikasi
KKP.Sertipikat hak atas tanah yang telah selesai dilakukan
pencatatan peralihan haknya kemudian diserahkan kepada
pemohon atau kuasanya melalui loket IV.
Peralihan hak karena sebab lain selain jual beli (hibah,
pewarisan, pembagian hak bersama, dll) juga mempunyai alur
pekerjaan yang sama dengan peralihan hak akibat jua beli.
Hanya syarat-syarat dalam dokumen permohonan saja yang
berbeda. Berikut merupakan bagan alir proses peralihan hak
atas tanah dan satuan rumah susun;

bagan alir proses peralihan hak atas tanah dan satuan rumah
susun(sumber:Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2010)

b) Pelayanan Pembebanan Hak
Pelayanan

pembebanan

hak

meliputi:

pelayanan

pendaftaran Hak Tanggungan, penghapusan Hak Tanggungan
(roya), peralihan Hak Tanggungan (cessie) dan perubahan
kreditur (subrograsi). Kantor Pertanahan Kabupaten Boyolali
selama ini belum pernah menerima permohonan pelayanan
cessie

dan

subrograsi

sehingga

hanya

ada

pelayanan

pendaftaran Hak Tanggungan dan roya saja. Alur pekerjaan
pendaftaran Hak Tanggungan diuraikan sebagai berikut:
Pemohon atau kuasanya membawa berkas permohonan
yang telah dilengkapi dokumen persyaratan pendaftaran Hak
Tanggungan ke loket I. Dokumen persyaratan tersebut yaitu:
(1) Formulir permohonan yang sudah diisi dan ditandatangani
pemohon atau kuasanya di atas materai cukup. Isi formulir
permohonan

memuat

identitas

diri;

luas,

letak

danpenggunaan tanahyang dimohon; pernyataan tanahtidak
sengketa; pernyataantanah/bangunan dikuasai secara fisik;
(2) Surat Kuasa apabila dikuasakan;
(3) Fotokopi identitas pemohon (KTP, KK) dan kuasa apabila
dikuasakan, yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh
petugas loket;
(4) Fotokopi Akta Pendirian dan Pengesahan Badan Hukum
yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket,
bagi badan hukum;
(5) Sertipikat asli;
(6) Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT);
(7) Salinan APHT yang sudah diparaf oleh PPAT yang
bersangkutan untuk disahkan sebagai salinan oleh Kepala
Kantor untuk pembuatan sertipikat Hak Tanggungan;
(8) Fotokopi KTP pemberi HT (debitur) atau Akta Pendirian
Badan Hukum, penerima HT (Kreditur) dan/atau kuasanya
yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket;
(9) Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT)
apabila pemberian Hak Tanggungan melalui Kuasa.
Jika berkas permohonan sudah lengkap, pemohon kemudian ke
loket

III

untuk

membayar

biaya

pendaftaran

Hak

Tanggungan.Sementara itu petugas loket II mengentry berkas
permohonan yang masuk.

Berkas-berkas permohonan yang telah diterima dari
loket I kemudian dikirim ke Subseksi Peralihan, Pembebanan
Hak dan PPAT, yaitu pada bagian pelaksana.Pada bagian
pelaksana, berkas permohonan pendaftaran Hak Tanggungan
selain dientry pada aplikasi KKP, juga dicatat secara manual
dalam buku register pendaftaran hak tanggungan. Pada petugas
pelaksana PPP, dalam aplikasi KKP membuat catatan
mengenai hak tanggungan sehingga menghasilkan dokumen
hak tanggungan berupa Nomor Hak Tanggungan serta catatancatatan lain seperti nilai Hak Tanggungan, Pihak penerima hak
tanggungan atau Kreditur dalam Hal ini lembaga keuangan,
Obyek yang dibebankan hak tanggungan dan catatan-catatan
lain mengenai obyek hak tanggungan. Untuk hal-hal yang
dicatat dalam buku register secara manual antara lain nomor
berkas, nomor hak tanggungan, nama pemegang HAT, nomor
hak, letak tanah, luas tanah, besarnya nilai tanggungan, nomor
DI 301, DI 305 dan DI 306, PPAT serta DI 208 dan DI 307
apabila pekerjaan tersebut telah diselesaikan.
Setelah entry data KKP untuk memperoleh nomor hak
tanggungan pada petugas pelaksana PPP selanjutnya petugas
pelaksana membuat data base untuk pencetakan sertipikat hak
tanggungan. Selain itu petugas pelaksana juga mencari buku
tanah hak atas tanah untuk dibuat catatan pembebanan Hak
Atas Tanah dalam sebab perubahan hak atas tanahnya. Apabila
semua dokumen telah siap maka berkas tersebut diajukan pada
Kasubsi Peralihan, Pembebanan Hak dan PPAT untuk
diperiksa dan dianalisis dokumennya. Apabila dokumennya
telah lengkap secara teknis maka berkas tersebut diajukan
kepada Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah untuk
diperiksa dan diparaf. Selanjutnya berkas tersebut diserahkan
kepada

Kepala

Kantor

untuk

ditandatangani

hak

tanggungannya serta mengesahkan Salinan Akta Pemberian
Hak

Tanggungan.

Dalam

pelayanan

pemberian

Hak

Tanggungan pada Kantor Pertanahan Kabupaten Boyolali
wewenang kepala kantor dalam menandatangani sertipikat
maupun mengesahkan salinan APHT dilimpahkan kepada
Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah. Dokumen
yang sudah di tandatangani selanjutnya diteruskan kepada
petugas pelaksana PPP untuk didaftarkan DI 208 maupun DI
307.
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 tahun 1997 tentang Ketentuan Pelakasanaan
Peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah pasal 119 ayat 1 yang intinya menyatakan
bahwa sertipikat hak tanggungan diterbitkan dalam waktu 7
(tujuh)

hari

setelah

dilaksanakannya

pendaftaran

Hak

Tanggungan, pada umumnya hal ini tidak mengalami kendala.
Dalam pelaksanaannya ada beberapa berkas yang tertahan
karena masalah teknis. Misalnya apabila APHT yang dibuat
berdasarkan SKMHT, tetapi setelah dikoreksi SKMHT tersebut
sudah habis jangka waktunya. Hal ini menjadi kendala dalam
penerbitan sertipikat Hak Tanggungan. SKMHT dan APHT
tersebut dikembalikan lagi untuk diperbaiki.
2) Subseksi Pendaftaran Hak
Subseksi Pendaftaran Hak mempunyai tugas menyiapkan
pelaksanaan pendaftaran hak atastanah, pengakuan dan penegasan
konversi hak-hak lama, hak milik atas satuan rumah susun,tanah
hak pengelolaan, tanah wakaf, data yuridis lainnya, data fisik
bidang tanah, komputerisasipelayanan pertanahan serta memelihara
daftar buku tanah, daftar nama, daftar hak atas tanah, danwarkah
serta daftar lainnya di bidang pendaftaran tanah.Pekerjaan
pelayanan di Subseksi Pendaftaran Hak dimulai setelah berkas

permohonan lengkap dengan Peta Bidang.Kemudian dilanjutkan
dengan Sidang Panitia A. Adapun tugas Panitia A adalah:
a. Memeriksa kelengkapan berkas;
b. Meneliti status tanah atau riwayat tanah dan hubungan hukum
obyek dan subyek;
c. Melakukan sidang dan peninjauan fisik di lapangan;
d. Memberikan kesimpulan terhadap permohonan tersebut.
Setelah semuanya diperiksa maka Panitia A menandatangani DI
201 halaman 4 dan setelah selesai kemudian dilakukan
pengumuman terlebih dahulu selama 60 (enam puluh) hari yaitu
untuk pendaftaran tanah sporadik.Jika tidak ada sanggahan dari
pihak manapun maka dari Subseksi Pendaftaran Hak membuatkan
Berita Acara Pengesahan Data Fisik dan Data Yuridisyang
ditandatangani Kepala Kantor Pertanahan.

Selanjutnya

dilakukan

penerbitan

sertipikat

untuk

permohonan tersebut. Berkas telah dilengkapi dengan nomornomor yang dibutuhkan, baik NIB dan nomor SU dari Seksi
Survei, Pengukuran dan Pemetaan yang diambil dari data DI 207

serta penyelesaiannya pada DI 208 dan kesemuanya yang
merupakan data administrasi dilakukan entry data dengan
menggunakan aplikasi KKP. Buku tanah serta SU yang telah
selesai

diproses

kemudian

diparaf

oleh

Kepala

Subseksi

Pendaftaran Hak dan dilanjutkan oleh paraf Kepala Seksi Hak
Tanah dan Pendaftaran Tanah.Selanjutnya setelah mendapat
persetujuan dan ditandatangani langsung oleh Kepala Kantor
Pertanahan maka sertipikat sudah dapat diberikan ke Loket IV
untuk diberikan kepada Pemohon. Berikut adalah bagan alir proses
konversi, pengakuan dan penegasan hak.
Gambar bagan alir proses konversi, pengakuan dan penegasan hak
(sumber:Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2010).

Berikut adalah bagan alir proses konversi, pengakuan dan
penegasan hak.

Gambar bagan alir proses pemberian hak milik/HGB/HPL/Hak Pakai
(sumber:Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2010).

3) Subseksi Penetapan Hak Tanah
Subseksi Penetapan Hak mempunyai tugas menyiapkan
pelaksanaan pemeriksaan, saran dan pertimbangan mengenai
penetapan Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai,
perpanjangan jangka waktu, pembaharuan hak, perijinan, peralihan
hak atas tanah; penetapan dan/rekomendasi perpanjangan jangka
waktu pembayaran uang pemasukan dan atau pendaftaran hak
tanah perorangan. Pada kantor Pertanahan Kabupaten Boyolali
subseksi ini mempunyai tugas mempersiapkan berkas untuk sidang
Panitia A pada proses permohonan pendaftaran hak pertama kali,
baik melalui pengakuan/penegasan/pemberian hak yang kemudian

hasil sidang tersebut dituangkan dalam bentuk surat keputusan
pengakuan/penegasan/pemberian hak.
Subseksi ini juga mempunyai peran dalam proses
permohonan peningkatan hak dari hak guna bangunan menjadi hak
milik, terutama dalam mempersiapkan berkas sidang panitia
konstatering,

selanjutnya

hasil

sidang

dituangkan

dalam

konstatering rapport sebagai bahan untuk proses pencatatan
perubahan hak dalam sertipikat. Berikut adalah bagan alir proses
perpanjangan jangka waktu hak guna usaha;

Gambar bagan alir proses perpanjangan jangka waktu hak guna usaha
(sumber:Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2010)

4) Subseksi Pengaturan Tanah Pemerintah
Subseksi Pengaturan Tanah Pemerintah mempunyai tugas
menyiapkan pelaksanaan pemeriksaan, saran dan pertimbangan
mengenai penetapan hak milik dan hak pakai, Hak Guna Bangunan
dan hak pengelolaan bagi instansi pemerintah, badan hukum
pemerintah,

perpanjangan

jangka

waktu,pembaharuan

hak,

perijinan, peralihan hak atas tanah; rekomendasi pelepasan dan
tukar-menukar tanah pemerintah.Subseksi Pengaturan Tanah
Pemerintah

pada

Kantor

Pertnahan

Kabupaten

Boyolali

mempunyai tugas dalam kaitannya dengan legalisasi aset-aset
pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah desa.Aset
pemerintah yang dimaksud berupa tanah-tanah milik pemerintah
desa maupun pemerintah daerah. Selain proses legalisasi aset tanah
aset pemerintah, Subseksi Pengaturan Tanah Pemerintah juga
berperan dalam sertipikasi hasil proses tukar guling terhadap tanah
aset.
SEKSI PENGENDALIAN DAN PENGATURAN PERTANAHAN
Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan mempunyai tugas
menyiapkan bahan dan melakukan penatagunaan tanah, landreform,
konsolidasi tanah, penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau
kecil, perbatasan dan wilayah tertentu lainnya. Seksi Pengaturan dan
Penataan Pertanahan terdiri dari Subseksi Penatagunaan Tanah dan
Kawasan Tertentu dan Subseksi Landreform dan Konsolidasi Tanah.
a. Subseksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan Tertentu
Kegiatanpelayananpertanahan

yang

biasanyadilakukanolehsubseksiiniadalahkegiatandalamrangkamemberi
kanpertimbanganteknispertanahan

(PTP),

untukkegiatanpemberianIjinLokasi, IjinPerubahanPenggunaan Tanah
(IPPT),

danPenetapanLokasi.

Pemberian

PTP

untukPenetapanlokasitidakdilaksanakanlagipadakantorpertanahanseja
kdikeluarkanUndang-undang No 2 Tahun 2012 TentangPengadaan
Tanah Bagi Pembangunan UntukKepentinganUmum.
Berkaspermohonandalamrangkapertimbanganteknispertanahandanpen
atagunaantanahmeliputi:

1) Formulirpermohonan

yang

sudahdiisidanditandatanganipemohonataukuasanya

di

atasmateraicukup;
2) SuratKuasaapabiladikuasakan;
3) Fotocopyidentitas

(KTP,

KK)

pemohondankuasaapabiladikuasakan,

yang

telahdicocokkandenganaslinyaolehpetugasloket;
4) Fotocopy

NPWP,

AktaPendiriandanPengesahanBadanHukum

yang
telahdicocokkandenganaslinyaolehpetugasloketbagiBadanHukum
;
5) Proposal rencanakegiatanteknis;
6) Sketlokasi yang dimohon;
7) Fotocopydasarpenguasaantanah;
8) Foto

copy

SPPT

PBB

tahunberjalan

yang

telahdicocokkandenganaslinyaolehpetugasloket;
9) Suratpernyataan yang menyatakanbahwatanahtersebutakanbenarbenardipergunakansesuaidenganpermohonan

yang

diajukan;

akanmelaksanakanpengelolaanlingkungansesuaidenganperaturanp
erundang-undangan

yang

berlaku;

memperhatikankelestarianlingkunganhidup;
sertasanggupmemeliharadankualitasfasiitasumumdansosial;
Adapununtuk PTP IPPT selainberkas di atasjugadiperlukanberkasberkassebagaiberikut:
1) SuratKeteranganAlihFungsiLahandariPemerintah Daerah (KP3M);
2) Buktisetoranke

Bank

sebagaikontribusisesuaidenganketentuan

Daerah
yang

berlaku

di

PemerintahKabupatendigunakanuntukperbaikanfungsiirigasi.
Misalnyauntuksawahirigasiteknismembayar 3xluas tanah x Rp
2.150
Berikutalurpekerjaanpembuatanpertimbanganteknis:

Gambar 24AlurPenerbitan PTP
PertimbanganTeknisPertanahanberisirekomendasidalampenggunaandanp
emanfaatandenganmemperhatikanaspekkelestarianlingkungan,
kondisifisiktanah, dantidakmengganggupenggunaantanah di sekitarnya.
PTP dilampirkanminimal peta-petaberikut:
a.

peta petunjuk lokasi

b.

peta penggunaan tanah;

c.

peta gambaran umum penguasaan tanah;

d.

peta kemampuan tanah;

e.

peta pola ruang dan kesesuaian lahan;

f.

peta ketersediaan lahan;

g.

peta PTP.

Selain pelayanan PTP, Seksi Pengaturan dan Pengendalian Pertanahan
juga memberikan layanan tapak kavling yang di sini disebut dengan
Rencana Persediaan, Peruntukkan, dan Penggunaan Tanah (RP3T).
RP3T ini diperlukan untuk keperluan pemecahan bidang tanah.
Lampiran Peraturan Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2010 halaman 51
menyebutkan bahwa jika ada suatu permohonan pemecahan,
penggabungan, dan pemisahan harus ada tapak kavling (untuk tanah
perorangan) atau site plan (untuk tanah badan hukum) dari kantor
pertanahan. Dalam Peraturan ini mengisyaratkan bahwa pemecahan
/pemisahan bidang tanah perorangan maksimum hanya diperbolehkan
sampai 5 bidang kecuali pemecahan/pemisahan tanah perorangan
karena pewarisan bisa lebih dari 5 bidang.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa pelayanan pada
Seksi Pengendalian dan Pengaturan Pertanahan adalah pemberian
Pertimbangan

Teknis

Pertanahan.

Pemberian

ijin

perubahan

penggunaan tanah (IPPT) telah menjadi domain Pmerintah Daerah.
Merujuk pada Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2012 tentang Izin
Pemanfaatan Ruang, pelayanan IPPT menjadi tugas satuan kerja
perangkat daerah (SKPD) yang mengurusi perijinan dalam hal ini
yaitu Kantor Pelayanan Perijinan dan Penanaman Modal (KP3M)

Gambar .Produk Pertimbangan Teknis Pertanahan
b. Subseksi Landreform dan Konsolidasi Tanah
Subseksi Landreform dan Konsolidasi Tanah mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan redistribusi tanah dan konsolidasi tanah.

Seksi Pengendalian Pertanahan dan Pemberdayaan Masyarakat
Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan pada Kantor Pertanahan
mempunyai

tugas

menyiapkan

bahan

dan

melakukan

kegiatan

pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara, tanah terlantar dan
tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat. Seksi Pengendalian dan
Pemberdayaan Masyarakat terdiri dari dua subseksi yaitu yang masingmasing mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Sub Seksi Pengendalian Pertanahan
Mempunyai tugas pengelolaan basis data, dan melakukan
inventarisasi dan identifikasi, penyusunan saran tindak dan langkah
penanganan, serta menyiapkan bahan koordinasi usulan penertiban dan
pendayagunaan dalam rangka penegakan hak dan kewajiban pemegang
hak atas tanah; pemantauan, evaluasi, harmonisasi dan pensinergian
kebijakan dan program pertanahan dan sektoral dalam pengelolaan
tanah negara, penanganan tanah terlantar dan tanah kritis.
b. Sub Seksi Pemberdayaan Masyarakat
Mempunyai tugas menyiapkan bahan inventarisasi potensi,
asistensi, fasilitasi dalam rangka penguatan penguasaan, dan
melaksanakan pembinaan partisipasi masyarakat, lembaga masyarakat,
mitra kerja teknis dalam pengelolaan pertanahan, serta melakukan
kerjasama pemberdayaan dengan pemerintah kabupaten/kota, lembaga
keuangan dan dunia usaha serta bimbingan dan pelaksanaan kerja sama
pemberdayaan.
Kegiatan yang telah dilaksanakan pada Seksi Pengendalian
Pertanahan dan Pemberdayaan Masyarakat yakni:
a. PRONA.

b. Kegiatan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan
Pemanfaatan Tanah (IP4T).
c. Redistribusi Tanah Obyek Landreform.
Selain program-program strategis tersebut, Seksi Pengendalian
Pertanahan Dan Pemberdayaan Masyarakat juga melaksanakan kegiatan
layanan yang tidak kalah penting meliputi:
a. Larasita
Dengan slogannya “Menjangkauyang Tidak Terjangkau”,
Larasita mewujudkan kemudahan akses untuk memperoleh informasi,
pengurusan sertipikat dan penyelesaian masalah/sengketa pertanahan
karena Kantor Pertanahan Bergerak berada di dekat mereka. Dengan
melakukan kegiatan pelayanan ke desa-desa maupun kecamatankecamatan, biaya pengurusan sertipikasi tanah menjadi murah karena
pemohon tidak perlu mengunjungi kantor pertanahankarena tidak perlu
membayar jasa calo/perantara.Keuntungan lain yang bisa didapatkan
dari layanan prima ini adalah pengurusan sertipikasi tanah menjadi
lebih mudah karena tidak perlu beberapa kali datang ke Kantor
Pertanahan. Layanan yang dapat diberikan melalui kegiatan ini adalah
peralihan hak, pembebanan hak dan roya.
Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009,Larasita
mengemban misi sebagai berikut:
1) menyiapkan masyarakat dalam pelaksanaan pembaruan agraria
nasional (reforma agraria);
2) melaksanakan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat di
bidang pertanahan;
3) melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah terlantar;
4) melakukan

pendeteksian

diindikasikan bermasalah;

awal

atas

tanah-tanah

yang

5) memfasilitasi penyelesaian tanah bermasalah yang mungkin
diselesaikan di lapangan;
6) menyambungkan program Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia dengan aspirasi yang berkembang di masyarakat; dan
7) meningkatkan

dan

mempercepat

legalisasi

aset

tanah

masyarakat.
Untuk menjalankan misi tersebut, layanan yang dapat diberikan
melalui kegiatan Larasitadapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 20. Kegiatan Larasita
No.
Jenis Kegiatan
1.
Pelayanan surat masuk
2.
Informasi Pertanahan – Hukum dan Hak-hak Atas Tanah
3.
Informasi Pertanahan – Pengukuran dan Pendaftaran Hak
Atas Tanah
4.
Informasi Pertanahan – Pengaturan Penguasaan Tanah
5.
Informasi Pertanahan – Penatagunaan Tanah
6.
Informasi Pertanahan – Pengendalian Pertanahan dan
Pemberdayaan Masyarakat
7.
Pengaduan masyarakat terhadap tanah yang diindikasikan
terlantar
8.
Peralihan Hak – Jual Beli (Untuk nilai transaksi dibawah
NOPTKP)
9.
Hapusnya Hak Tanggungan – Roya
10. Ganti Nama
11. Ralat Nama
12. Pencatatan Sita Jaminan
13. Pencatatan Blokir
Sumber: Lampiran 1 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang Larasita Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Dari beberapa jenis kegiatan LARASITA tersebut, kenyataan
di lapangan yang dapat dilaksanakan untuk sementara ini baru
legalisasiaset,

yakni

peralihan

hak

murni,

roya

dan

pengecekansertipikat. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi dan kebutuhan
masyarakat setempat. Selain itu, pelaksanaan Larasita di lapangan juga
mengalami berbagai kendala sebagai berikut:

1) keterbatasan sarana dan prasarana;
Untuk memperlancar kegiatan Larasita, sarana dan prasarana
minimal yang diperlukan antara lain 4 (empat) laptop, 2 (dua)
printer dan 4 (empat) modem.
2) keterbatasan sumber daya manusia;
Dalam setiap pelaksanaan Larasita harus selalu melibatkan
personildari tiap seksi yang ada di kantor pertanahan. Padahal di
sisi lain Kantor Pertanahan juga harus menyelesaikan pekerjaan
rutin maupun proyek melalui loket dengan volume yang sudah
cukup tinggi.
3) kurangnya dukungan jaringan internet di beberapa wilayah.
Kurangnya dukungan jaringan internet akan mempengaruhi
kecepatan dalam memberikan layanan. Akan tetapi, hal ini
seharusnya tidak menjadi hambatan karena Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
2009 memungkinkan kegiatan Larasita untuk dilakukan secara
manual, yakni dengan memberikan nomor berkas sementara yang
selanjutnya apabila petugas LARASITA telah kembali ke Kantor
Pertanahan maka nomor berkas tersebut dapat disinkronisasikan
dengan nomor berkas di Kantor Pertanahan.
b. One Day Service
One Day Service merupakan layanan satu hari selesai dibidang
pertanahan yang dilaksanakan pada loket pelayanan kantor pertanahan
maupun mobil Larasita.Jenis layanan pertanahan dalam One Day
Service meliputi:
1) Pengecekan Sertipikat;
2) Penghapusan Hak Tanggungan (Roya);
3) Pendaftaran Hak Milik Berdasarkan Surat Keputusan;
4) Peningkatan Hak / Perubahan Hak;
5) Peralihan Hak;
6) Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT);

7) Perpanjangan Hak Tanpa Ganti Blanko;
8) Pencatatan Sita;
9) Pencatatan Blokir.
Manajemen pelayanan dan produk Seksi Sengketa Konflik dan Perkara.
Berdasarkan Pasal 76 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 4 Tahun 2006 dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya,
seksi konflik, sengketa dan perkara mempunyai tugas melakukan:
a.

Pelaksanaan penanganan sengketa, konflik dan perkara
pertanahan;

b.

Pengkajian masalah, sengketa dan konflik pertanahan;

c.

Penyiapan bahan dan penanganan sengketa dan konflik
pertanahan secara hukum dan non hukum, penanganan dan penyelesaian
perkara, pelaksanaan alternatif penyelesaian sengketa dan konflik
pertanahan melalui mediasi, fasilitasi dan lainnya, usulan dan rekomendasi
pelaksanaan putusan-putusan lembaga peradilan serta usulan rekomendasi
pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang, dan/atau
badan hukum dengan tanah;

d.

Pengorganisasian penanganan sengketa, konflik dan
perkara pertanahan;

e.

Pelaporan

penanganan

dan

penyelesaian

konflik,

sengketa dan perkara pertanahan.
Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan,
pengelolaan pengkajian dan penanganan kasus pertanahan, meliputi:
1. pelayanan pengaduan dan informasi kasus pertanahan;
untuk masyarakat umum informasi berupa surat balasan diberikan
selambat-lambatnya 30 hari, sedangkan untuk instansi pemerintah selama
14 hari
2. pengkajian kasus pertanahan;
3. penanganan kasus pertanahan;

4. penyelesaian kasus pertanahan, serta;
dalam jangka waktu 3 bulan kasus pertanahan tersebut harus sudah
dikaji, ditangani dan diselesaikan.
5. bantuan hukum dan perlindungan hukum.
Produk dari seksi SKP antara lain dapat dikategorikan berdasarkan
kriteria penyelesaian kasus yang telah dilakukan, yakni:
1. Kriteria Satu (K 1) berupa penerbitan Surat Pemberitahuan Penyelesaian
Kasus Pertanahan dan pemberitahuan kepada semua pihak yang
bersengketa;
2. Kriteria Dua (K 2) berupa Penerbitan Surat Keputusan tentang pemberian
hak atas tanah, pembatalan sertipikat hak atas tanah, pencatatan dalam
buku tanah, atau perbuatan hukum lainnya sesuai Surat Pemberitahuan
Penyelesaian Kasus Pertanahan;
3. Kriteria Tiga (K 3) berupa Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus
Pertanahan yang ditindaklanjuti mediasi oleh BPN sampai pada
kesepakatan berdamai atau kesepakatan yang lain yang disetujui oleh para
pihak;
4. Kriteria Empat (K 4) berupa Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus
Pertanahan

yang

intinya

menyatakan

bahwa

penyelesaian

kasus

pertanahan akan melalui proses perkara di pengadilan, karena tidak adanya
kesepakatan untuk berdamai;
5. Kriteria Lima (K 5) berupa Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus
Pertanahan yang menyatakan bahwa penyelesaian kasus pertanahan yang
telah ditangani bukan termasuk kewenangan BPN dan dipersilakan untuk
diselesaikan melalui instansi lain.
Sebagaimana telah di uraikan sebelumnya, dalam hal melaksanakan
pelayanan, seksi sengketa, konflik dan perkara telah memiliki standar yang
jelas dalam manajemen pelayanan dan produk pertanahan. Kendala yang
dihadapi antara lain hal-hal teknis yang kemungkinan dapat menghambat

pelayanan antara lain hilangnya warkah kasus petanahan dan sumber daya
manusia yang terdapat di seksi sengketa, konflik dan perkara.

SKMPP (SISTEM KENDALI MUTU PROGRAM PERTANAHAN)
Aplikasi Sistem Kendali Mutu Program Pertanahan adalah perangkat lunak
yang dibangun dan dikembangkan sebagai instrumen dalam rangka pengendalian
pelaksanaan program pertanahan dan kinerja yang terintegrasi di dalam
infrastruktur jaringan komunikasi Badan Pertanahan Nasional RepublikIndonesia.
Selain memiliki modul dan menu pelaporan program-program pertanahan
yang dilaksanakan oleh satuan-satuan kerja pusat, kantor wilayah dan
kantorpertanahan, aplikasi ini juga didesain untuk dapat menjadi sistem informasi
eksekutif dengan membangun dan mengembangkan fitur-fitur informasi
sepertikinerja (input, process and output), Profil Kantor, Trend pelaksanaan
programpertanahan,

Hambatan

Kendala

Dan

Masalah

(HKM)

program

pertanahan, petasebaran program pertanahan, peta realisasi fisik dan anggaran
programpertanahan, serta menu upload data pendukung pelaksanaan program
pertanahan(evidence).
SKMPP diperlukan untuk memonitor dan mengevaluasi secara periodik mutu
kinerja program pertanahan secara keseluruhan pada 33 Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional Provinsi dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota seluruh
Indonesia secara lebih efektif, efisien dan komprehensif. Dengan demikian dapat
diperoleh otomatisasi pelaporan yang sekaligus memberikan feedback dari waktu
ke waktu untuk meningkatkan mutu pelaksanaan program-program pertanahan.
Desain Pengukuran Kinerja berbasis Sistem Kendali Mutu Program Pertanahan
(SKMPP) dimulai dengan menguraikan penentuan perspektif, program/kegiatan
yang akan diukur kinerjanya, sasaran-sasaran strategik yang akan dicapai sampai
dengan penentuan indikator-indikator ukuran kinerja setiap perspektif. Data yang
direkam oleh SKMPP menghasilkan informasi yang dapat dimanfaatkan sebagai
Sistem Informasi Eksekutif (Executive Information System) bagi pengambilan

keputusan (decision making). Informasi tersebut berguna pula sebagai bahan bagi
pertanggungjawaban publik serta bahan perencanaan, pembinaan, pemantauan,
evaluasi dan pengendalian terhadap pelaksanaan program pertanahan dan kinerja.
Data yang dikumpulkan di dalam SKMPP digunakan untuk berbagai
keperluan baik untuk keperluan internal maupun eksternal, antara lain :
1. Menjadi support system terhadap pengendalian kegiatan-kegiatan prioritas
BPN RI yang dipantau oleh UKP4.
2. Menjadi Scorecard bagi Pengukuran Kinerja Program Kegiatan yang ada di
BPN RI.
3. Menjadi support system bagi pengendalian pelaksanaan kegiatan Penertiban
Tanah Terindikasi Terlantar.
4. Menjadi Alat Analisis Internal bagi Tingkat Kesesuaian Subyek-Obyek
Kegiatan Program dan Analisis Kepuasan Pegawai BPN RI.
5. Menjadi Alat Analisis Hambatan, Kendala dan Masalah dalam pelaksanaan
Kegiatan Program yang ada di BPN RI.
6. Menjadi alat untuk Analisis Customer Satisfaction (Kepuasan Stakeholder).

Tampilan Dashboard SKMPP

III.

PENUTUP
KESIMPULAN

TUGAS
MATA KULIAH MANAJEMEN MUTU
MANAJEMEN PELAYANAN DAN PRODUK PERTANAHAN

Oleh :
KELOMPOK II
1.
2.
3.
4.
4.
5.

DIKI YUMANSYAH
EKA ASTA KURNIAWAN
FATHONAH ENDAH PAWESTRI
HENGKI SAPUTRO
ENI RETNANINGSIH
FITRI NUR SOLIHAH

NIM.
NIM.
NIM.
NIM.
NIM.
NIM.

12212643
12212645
12212647
12212650
11202602
11202567

BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
YOGYAKARTA
2015