air kelapa dapat memerangi batu ginjal 2

Tanaman Transgenik
Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies
tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya.[1][2] Penggabungan gen asing ini bertujuan
untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan,[1] misalnya pembuatan tanaman
yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap organisme pengganggu
tanaman, serta kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi dari tanaman alami.[1] Sebagian besar
rekayasa atau modifikasi sifat tanaman dilakukan untuk mengatasi kebutuhan pangan penduduk
dunia yang semakin meningkat dan juga permasalahan kekurangan gizi manusia[3] sehingga
pembuatan tanaman transgenik juga menjadi bagian dari pemuliaan tanaman. Hadirnya tanaman
transgenik menimbulkan kontroversi masyarakat dunia karena sebagian masyarakat khawatir
apabila tanaman tersebut akan mengganggu keseimbangan lingkungan (ekologi), membahayakan
kesehatan manusia, dan memengaruhi perekonomian global.[4][5]

Pembuatan tanaman transgenik
Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan identifikasi atau pencarian
gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang diinginkan).[2] Gen yang diinginkan dapat
diambil dari tanaman lain, hewan, cendawan, atau bakteri.[10] Setelah gen yang diinginkan didapat
maka dilakukan perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen.[11] Pada tahapan
kloning gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA),
contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer gen).[12] Kemudian, vektor kloning akan
dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat diperbanyak seiring dengan

perkembangbiakan bakteri tersebut.[12] Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak dalam
jumlah yang cukup maka akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang
berasal dari bagian tertentu, salah satunya adalah bagian daun.[11] Transfer gen ini dapat dilakukan
dengan beberapa metode, yaitu metode senjata gen, metode transformasi DNA yang diperantarai
bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan bantuan
listrik).[11][13]


Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil.[11] Metode ini sering digunakan
pada spesies jagung dan padi.[11] Untuk melakukannya, digunakan senjata yang dapat
menembakkan mikro-proyektil berkecepatan tinggi ke dalam sel tanaman.[11] Mikroproyektil tersebut akan mengantarkan DNA untuk masuk ke dalam sel tanaman.[11]
Penggunaan senjata gen memberikan hasil yang bersih dan aman, meskipun ada
kemungkinan terjadi kerusakan sel selama penembakan berlangsung.[11]



Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens.[14] Bakteri
Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara alami karena memiliki
plasmid Ti, suatu vektor (pembawa DNA) untuk menyisipkan gen asing.[14] Di dalam
plasmid Ti terdapat gen yang menyandikan sifat virulensi untuk menyebabkan penyakit

tanaman tertentu.[14] Gen asing yang ingin dimasukkan ke dalam tanaman dapat disisipkan
di dalam plasmid Ti.[14] Selanjutnya, A. tumefaciens secara langsung dapat memindahkan
gen pada plasmid tersebut ke dalam genom]



Metode elektroporasi.[13] Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan menerima
gen asing harus mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas (sel yang
kehilangan dinding sel).[13] Selanjutnya sel diberi kejutan listrik dengan voltase tinggi
untuk membuka pori-pori membran sel tanaman sehingga DNA asing dapat masuk ke
dalam sel dan bersatu (terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman.[13] Kemudian,
dilakukan proses pengembalian dinding sel tanaman.[13]

Contoh-contoh
Beberapa contoh tanaman transgenik yang dikembangkan di dunia tertera pada tabel di bawah ini.
Jenis
tanaman

Padi


Jagung,
kapas,
kentang

Sifat yang telah
dimodifikasi

Modifikasi

Mengandung provitamin A
Gen dari tumbuhan narsis, jagung,
(beta-karotena) dalam jumlah dan bakteri Erwinia disisipkan pada
tinggi.[15]
kromosom padi.[15]

Tahan (resisten) terhadap
hama.[16]

Gen toksin Bt dari bakteri Bacillus
thuringiensis ditransfer ke dalam

tanaman.[15][16]

Gen untuk mengatur pertahanan pada
cuaca dingin dari tanaman
Tahan terhadap cuaca dingin.
Tembakau
Arabidopsis
thaliana atau dari
[15]
sianobakteri (Anacyctis nidulans)
dimasukkan ke tembakau.[15]

Tomat

Proses pelunakan tomat
diperlambat sehingga tomat
dapat disimpan lebih lama
dan tidak cepat busuk.[17]

Gen khusus yang disebut

antisenescens ditransfer ke dalam
tomat untuk menghambat enzim
poligalakturonase (enzim yang
mempercepat kerusakan dinding sel
tomat).[16] Selain menggunakan gen
dari bakteri E. coli, tomat transgenik
juga dibuat dengan memodifikasi
gen yang telah dimiliknya secara
alami.[17]

Kedelai

Mengandung asam oleat
tinggi dan tahan terhadap
herbisida glifosat.[15][18]
Dengan demikian, ketika
disemprot dengan herbisida
tersebut, hanya gulma di
sekitar kedelai yang akan
mati.


Gen resisten herbisida dari bakteri
Agrobacterium galur CP4
dimasukkan ke kedelai dan juga
digunakan teknologi molekular
untuk meningkatkan pembentukan
asam oleat.[15][18]

Ubi jalar

Tahan terhadap penyakit
tanaman yang disebabkan
virus.[19]

Gen dari selubung virus tertentu
ditransfer ke dalam ubi jalar dan
dibantu dengan teknologi peredaman
gen.[19]

Kanola


Menghasilkan minyak kanola
Gen FatB dari Umbellularia
yang mengandung asam
californica ditransfer ke dalam
laurat tinggi sehingga lebih tanaman kanola untuk meningkatkan
menguntungkan untuk
kandungan asam laurat.[20]
kesehatan dan secara

Foto

ekonomi.[20] Selain itu,
kanola transgenik yang
disisipi gen penyandi vitamin
E juga telah ditemukan.[16]
Pepaya

Melon


Bit gula

Resisten terhadap virus
tertentu, contohnya Papaya
ringspot virus (PRSV).[21]

Gen yang menyandikan selubung
virus PRSV ditransfer ke dalam
tanaman pepaya.[21]

Buah tidak cepat busuk.[22]

Gen baru dari bakteriofag T3 diambil
untuk mengurangi pembentukan
hormon etilen (hormon yang
berperan dalam pematangan buah) di
melon.[22]

Tahan terhadap herbisida
glifosat dan glufosinat.[23]


Gen dari bakteri Agrobacterium
galur CP4 dan cendawan
Streptomyces viridochromogenes
ditransfer ke dalam tanaman bit gula.
[23]

Prem
(plum)

Resisten terhadap infeksi
virus cacar prem (plum pox
virus).[24]

Gen selubung virus cacar prem
ditransfer ke tanaman prem.[24]

Gandum

Resisten terhadap penyakit

hawar yang disebabkan
cendawan Fusarium.[25]

Gen penyandi enzim kitinase
(pemecah dinding sel cendawan) dari
jelai (barley) ditransfer ke tanaman
gandum.[25]

Aplikasi tanaman transgenik
Aplikasi yang telah dikembangkan
Beberapa tanaman transgenik telah diaplikasikan untuk menghasilkan tiga macam sifat unggul,
yaitu tahan hama, tahan herbisida, dan buah yang dihasilkan tidak mudah busuk.[26][27] Tanaman
jagung dan kapas transgenik dengan sifat tahan hama telah diproduksi secara massal dan
dipasarkan di dunia.[27] Gen asing yang banyak digunakan untuk sifat resistensi hama ini adalah
gen penyandi toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis.[26] Sejak tahun 1996, Monsanto, salah
satu perusahaan multinasional di bidang bioteknologi, telah menjual benih kapas transgenik
dengan merek dagang "Bollgard".[28] Selain itu, tanaman kedelai dan kanola tahan herbisida juga
telah dijual ke berbagai negara, termasuk Indonesia, dengan merek "Roundup Ready".[29]
Tanaman tomat transgenik dengan sifat pematangan buah diperlambat pernah diproduksi oleh
Calgene pada tahun 1994 dan dipasarkan di Amerika Serikat dengan merek "Flavr Savr".[30]

Biasanya, tanaman tomat alami dipanen dalam keadaan masih hijau dan belum matang kemudian
disemprot dengan gas etilen untuk membuat buah matang dan berwarna merah.[30] Namun, rasa
tomat yang dihasilkan umumnya kurang terasa.[30] Tujuan pembuatan tomat transgenik tersebut
adalah untuk memperpanjang masa simpan dan menghindari pembusukan buah selama
transportasi dari lahan penanaman ke tempat penjualan.[31] Namun, penjualan Flavr Savr ditarik
dalam waktu kurang dari setahun karena alasan kesehatan dan penjualannya mengalami kerugian.
[30]
Produk tersebut tidak banyak terjual karena harganya dua kali lipat dari tomat biasa namun rasa
yang dihasilkan sama.[30]

Aplikasi yang sedang dikembangkan
Dalam tahap penelitian, tanaman transgenik sedang diaplikasikan untuk menghasilkan senyawa
yang bermanfaat bagi kesehatan manusia, seperti vitamin A dan vaksin.[26] Untuk produksi vaksin
yang dapat dimakan (edible vaccine), contoh tanaman yang sedang dikembangkan adalah pisang,
kentang, dan tomat.[32] Salah satu tanaman transgenik yang sudah diteliti sejak tahun 1980 untuk
mengurangi jumlah penderita defisiensi (kekurangan) vitamin A adalah padi emas.[33] Aplikasi lain
yang sedang dikembangkan adalah penggunaan tanaman untuk membersihkan polusi tanah dari
senyawa beracun (seperti arsen) dan logam berat (contohnya merkuri).[34] Gen asing dari bakteri
ditransfer ke dalam tembakau dan Arabidopsis sehingga kedua tanaman tersebut dapat menarik
merkuri dalam tanah dan mengubahnya menjadi senyawa yang mudah menguap serta tidak
berbahaya.[34]
Tanaman Arabidopsis juga dikembangkan untuk memproduksi poli(3-hidroksibutirat) atau PHB,
suatu bahan pembentuk plastik yang mudah diurai (biodegradable).[35] Sebagian besar plastik yang
ada dibuat dari sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, salah satunya adalah minyak bumi.[26]
Untuk mengurangi penggunaan sumber daya tersebut, digunakan PHB yang dihasilkan oleh
bakteri, seperti Alcaligenes eutrophus.[35] Empat pen pembentuk PHB dari bakteri tersebut telah
ditransfer ke Arabidopsis sehingga tanaman tersebut dapat menghasilkan PHB.[26] Penelitian
tentang PHB dari tumbuhan masih dalam tahap pengembangan sebelum diproduksi massal.[35]

Kontroversi

Kampanye penolakan jagung Bt di Kenya, Afrika.
Perkembangan tanaman transgenik dapat diterima dengan baik oleh Amerika Serikat, Argentina,
Cina, dan Kanada.[36] Namun, banyak negara Eropa yang menolak tanaman transgenik karena
kekhawatiran terhadap potensi gangguan kesehatan konsumen dan kerusakan lingkungan.[36]

Pengaruh pada kesehatan manusia
Sikap kontra terhadap produk tanaman transgenik umumnya berasal dari organisasi nonpemerintah/LSM, seperti Greenpeace dan Friends of the Earth Internasional.[37] Dari segi
kesehatan, tanaman ini dianggap dapat menjadi alergen (senyawa yang menimbulkan alergi) baru
bagi manusia.[5] Untuk menanggapi hal tersebut, para peneliti menyatakan bahwa sebelum suatu
tanaman transgenik diproduksi secara massal, akan melakukan berbagai pengujian potensi alergi
dan toksisitas untuk menjamin agar produk tanaman tersebut aman untuk dikonsumsi.[4] Apabila
berpotensi menyebabkan alergi, maka tanaman transgenik tersebut tidak akan dikembangkan lebih
lanjut.[38] Kekhawatiran lain yang timbul di masyarakat adalah kemungkinan gen asing pada
tanaman transgenik dapat berpindah ke tubuh manusia apabila dikonsumsi.[38] Pendapat tersebut
dinilai berlebihan oleh para ilmuwan karena makanan yang berasal dari tanaman transgenik akan
terurai menjadi unsur-unsur yang dapat diserap tubuh sehingga tidak akan ada gen aktif.[38] Untuk
memberikan kebebasan kepada masyarakat dalam memilih produk transgenik atau produk alami,

berbagai negara, khususnya negara-negara Eropa, telah melakukan pemberian label terhadap
produk transgenik.[39][40] Pelabelan tersebut juga bertujuan untuk memberikan informasi kepada
konsumen sebelum mengonsumsi hasil tanaman transgenik.[39]

Pengaruh pada lingkungan (ekologis)

Peta penerimaan produk transgenik di dunia.
Penolakan terhadap budidaya tanaman transgenik muncul karena dianggap berpotensi
mengganggu keseimbangan ekosistem. Salah satunya adalah terbentuknya hama atau gulma super
(yang lebih kuat atau resisten) di lingkungan.[5] Kekhawatiran ini terlihat jelas pada perdebatan
mengenai jagung Bt yang memiliki racun Bt untuk membunuh hama lepidoptera berupa ngengat
dan kupu-kupu tertentu.[41] Ada kemungkinan hama yang ingin dibunuh dapat beradaptasi dengan
tanaman tersebut dan menjadi hama yang lebih tahan atau resisten terhadap racun Bt.[5] Selain itu,
kupu-kupu Monarch, yang bukan merupakan hama jagung, ikut terkena dampak berupa
peningkatan kematian akibat memakan daun tumbuhan perdu (Asclepias) yang terkena serbuk sari
dari jagung Bt.[4] Penelitian mengenai kupu-kupu Monarch tersebut dapat disanggah oleh studi
lainnya yang menyatakan bahwa kupu-kupu tersebut mati karena habitatnya dirusak dan hal ini
tidak berhubungan sama sekali dengan jagung Bt.[3] Di sisi lain, penggunaan tanaman transgenik
seperti jagung Bt telah menurunkan penggunaan pestisida secara signifikan sehingga mengurangi
pencemaran kimia ke lingkungan.[4] Selain itu, petani juga merasakan dampak ekonomis dengan
penghematan biaya pembelian pestisida.[4]
Kontroversi lain yang berkaitan dengan isu ekologi adalah timbulnya perpindahan gen secara
tidak terkendali dari tanaman transgenik ke tanaman lain di alam melalui penyerbukan (polinasi).
[38]
Serbuk sari dari tanaman transgenik dapat terbawa angin dan hewan hingga menyerbuki
tanaman lain.[38] Akibatnya, dapat terbentuk tumbuhan baru dengan sifat yang tidak diharapkan
dan berpotensi merugikan lingkungan.[38] Sebagai tindakan pencegahan, beberapa tanaman yang
disisipi gen untuk mempercepat pertumbuhan dan reproduksi tanaman, seperti: alfalfa (Medicago
sativa), kanola, bunga matahari, dan padi, disarankan untuk dibudidayakan pada daerah tertutup
(terisolasi) atau dibatasi dengan daerah penghalang.[4][5] Hal itu dilakukan untuk menekan
perpindahan serbuk sari ke tanaman lain, terlebih gulma.[4] Apabila gulma memiliki gen tersebut
maka pertumbuhannya akan semakin tidak terkendali dan dengan cepat dapat merusak berbagai
daerah pertanian di sekitarnya.[4] Hingga sekarang belum terdapat petunjuk bahwa transfer
horizontal ini telah menyebabkan munculnya "gulma super", meskipun telah diketahui terjadi
transfer horizontal.

Pengaruh etika dan agama

Demo menentang jagung transgenik di Perancis pada tahun 2004.
Dari segi etika, pihak yang kontra dengan tanaman transgenik menganggap bahwa rekayasa atau
manipulasi genetik tanaman merupakan tindakan yang tidak menghormati penciptaan Tuhan.[42]
Perubahan sifat tanaman dengan penambahan gen asing juga dianggap sebagai tindakan "bermain
sebagai Tuhan" karena mengubah makhluk yang telah diciptakan-Nya.[43] Pemikiran teologis
Katolik memandang bahwa manipulasi atau rekayasa genetik merupakan suatu kemungkinan yang
disediakan oleh Tuhan karena tanaman diberikan kepada manusia untuk dipelihara dan
dimanfaatkan.[42] Dalam sudut pandang agama tersebut, modifikasi genetika tanaman tidak
berlawanan dengan ajaran Gereja Katolik, namun kelestarian alam juga harus diperhatikan karena
merupakan tanggung jawab manusia.[44] Dalam menanggapi isu tentang tanaman transgenik,
Dewan Yuriprudensi Islam dan Badan Sertifikasi Makanan Islam di Amerika (IFANCA)
menyatakan bahwa makanan dari tanaman transgenik yang ada telah dikembangkan bersifat halal
dan dapat dikonsumsi oleh umat Islam.[45] Untuk tanaman yang disisipi gen dari binatang haram,
produk tanaman transgenik tersebut akan disebut Masbuh, yang berarti masih diragukan (belum
diketahui) status halal atau haramnya.[45] Sertifikasi makanan yang telah dikeluarkan oleh
IFANCA juga diakui dan diterima oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majelis Ulama Islam
Singapura (MUIS), Liga Muslim Dunia, Arab Saudi, dan pemerintah Malaysia.[45]

Pengaruh terhadap ekonomi global
Riset dan pengembangan tanaman transgenik membutuhkan biaya yang besar dan umumnya
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan swasta maupun pemerintah di negara maju.[5] Untuk
mengembalikan biaya investasi perusahaan dan melindungi produk hasil investasinya, tanaman
transgenik yang telah diproduksi akan dipatenkan.[46] Di dalam salah satu laporan kerja Komisi
Eropa, disebutkan bahwa pemberlakuan paten pada produk transgenik dapat mengakibatkan
petani kehilangan kemampuan memproduksi benih secara mandiri dan harus membeli pada
produsen dari negara maju.[47] Ketergantungan para petani terhadap produsen juga semakin
meningkat dengan ditemukannya teknologi "gen bunuh diri".[5] Sebagian tanaman transgenik
disisipi "gen bunuh diri" yang menyebabkan tanaman hanya bisa ditanam satu kali dan biji
keturunan selanjutnya bersifat mandul (tidak dapat berkembang biak).[46] Hal ini akan
menyebabkan terjadinya arus modal dari negara berkembang ke negara maju untuk pembelian
bibit transgenik setiap kali akan melakukan penanaman.[5] Para petani di negara-negara dunia
ketiga khawatir bila harga benih akan menjadi mahal karena pemberlakuan paten dan mekanisme
"gen bunuh diri" yang dilakukan oleh produsen benih.[46] Jika petani tersebut tidak mampu
membeli benih transgenik maka kesenjangan ekonomi antara negara penghasil tanaman
transgenik dan negara berkembang sebagai konsumen akan semakin melebar.[5] Salah satu usaha

mencegah terjadinya kesenjangan tersebut pernah dilakukan oleh Yayasan Rockefeller.[46] Yayasan
yang berpusat di Amerika Serikat tersebut telah menjual benih transgenik dengan harga yang lebih
murah kepada negara-negara miskin.[46]
Di beberapa negara bagian Brasil, pelarangan tanaman transgenik telah mengakibatkan terjadinya
penyelundupan benih transgenik oleh para petani di negara tersebut.[46][48] Mereka takut akan
menderita kerugian ekonomi apabila tidak mampu bersaing di pasar global dengan negara
pengekspor serealia lainnya.[46]
lah padi emas.[33] Aplikasi lain yang sedang dikembangkan adalah penggunaan tanaman untuk
membersihkan polusi tanah dari senyawa beracun (seperti arsen) dan logam berat (contohnya
merkuri).[34] Gen asing dari bakteri ditransfer ke dalam tembakau dan Arabidopsis sehingga kedua
tanaman tersebut dapat menarik merkuri dalam tanah dan mengubahnya menjadi senyawa yang
mudah menguap serta tidak berbahaya.[34]
Tanaman Arabidopsis juga dikembangkan untuk memproduksi poli(3-hidroksibutirat) atau PHB,
suatu bahan pembentuk plastik yang mudah diurai (biodegradable).[35] Sebagian besar plastik yang
ada dibuat dari sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, salah satunya adalah minyak bumi.[26]
Untuk mengurangi penggunaan sumber daya tersebut, digunakan PHB yang dihasilkan oleh
bakteri, seperti Alcaligenes eutrophus.[35] Empat pen pembentuk PHB dari bakteri tersebut telah
ditransfer ke Arabidopsis sehingga tanaman tersebut dapat menghasilkan PHB.[26] Penelitian
tentang PHB dari tumbuhan masih dalam tahap pengembangan sebelum diproduksi massal.[35]

Keuntungan dan Kerugian Bioteknologi Konvensional dan Modern
Keuntungan dan Kerugian Bioteknologi Konvensional dan Modern
A. Bioteknologi Konvensional
1. Keuntungan Bioteknologi Konvensional
a.

Meningkatkan nilai gizi dari produk-produk makanan dan minuman, seperti air susu menjadi

yoghurt, mentega, keju.
b. Teknologinya relatif sederhana,
c.

Menciptakan sumber makanan baru, misalnya dari air kelapa dapat dibuat Nata de coco
d.

Secara tidak langsung dapat meningkatkan perekonomian rakyat karena bioteknologi

konvensional tidak banyak membutuhkan biaya karena biaya yang digunakan relatif murah
e.

Pengaruh jangka panjang umumnya sudah diketahui karena sistemnya sudah mapan

2. Kerugian Bioteknologi Konvensional
a.

Tidak dapat mengatasi masalah ketidaksesuaian (inkompatibilitas) genetic

b. Perbaikan sifat genetik tidak terarah
c.

Hasil tidak dapat diperkirakan sebelumnya

d. Memerlukan waktu yang relatif lama untuk menghasilkan galur baru
e.

Tidak dapat mengatasi kendala alam dalam sistem budidaya tanaman, misalnya hama

B. Bioteknologi Modern
1. Manfaat Bioteknologi Modern
a.

Di bidang pertanian dan peternakan yaitu mampu menciptakan bibit-bibit unggul yang akan

memberikan produk bermutu tinggi secara kualitas dan kuantitas , meningkatnya sifat resistensi
tanaman terhadap hama dan penyakit tanaman, misalnya tanaman transgenik kebal hama,
Mengatasi terbatasnya lahan pertanian , Mengatasi produksi bibit yang sama dalam jangka waktu
singkat , Mengendalikan serangga perusak tanaman budidaya
b. Di bidang Lingkungan dan pelestarian yaitu mengatasi masalah pelestarian species langka
dan hampir punah. Dengan teknologi transplantasi nukleus, hewan / tumbuhan langka bisa
dilestarikan, membantu manusia mengatasi masalah-masalah pencemaran lingkungan, Seperti :
bacteri pemakan plastik dan parafin, bacteri penghasil bahan plastik biodegradable,
c.

Di bidang kesehatan, mampu menciptakan produk obat untuk penyakit. Misalnya : penyakit

kelainan genetis dg terapi gen, hormon insulin, antibiotik, antibodi monoklonal, vaksin.
d.

Di bidang industri, mampu menciptakan pemberantas hama secara biologis (Bacillus

thuringensis) dan tanaman tahan hama dalam tubuhnya disisipi gen bakteri (tanaman transgenik)

e.

Di bidang pertambangan, mampu melakukan pengolahan biji besi (Thiobacillus

ferrooxidans), membantu manusia mengatasi masalah sumber daya energi. Misalnya : bioethanol,
biogas,membantu

proses

pemurnian

logam

dari

bijihnya

pada

pertambangan

logam

( biohidrometalurgi )
2.

2.Kerugian Bioteknologi Modern

1) Di bidang Etika/ Moral
a.

Ada masyarakat yang menganggap bahwa menyisipkan gen suatu MH ke MH berten-tangan

dengan nilai budaya dan melanggar hukum alam
b. Penyisipan gen babi ke dalam buah semangka dapat membawa konsekuensi bagi penganut
agama tertentu.
c.

Pemberian hak paten atas organisme transgenik bertentangan dengan banyak nilai-nilai

budaya yang menghargai nilai intrinsik makhluk hidup karena pemberian hak paten pada
organisme hasil rekayasa menyebabkan pemberian hak pribadi atas organisme yang bisa
disalahgunakan.
d. Kloning manusia saat ini masih dipertentangkan dan dianggap merusak nilai etika dan moral
karena merusak embrio/janin manusia untuk alasan apapun dianggap tidak manusiawi
2) Di bidang sosial ekonomi
a.

Menimbulkan kesenjangan antara negara/ perusahaan yang memanfaatkan biotekno-logi

dengan yang belum memanfaatkan bioteknologi (negara dunia ke tiga).
b. Hak paten hasil rekayasa, swastanisasi dan konsentrasi bioteknologi pada kelompok tertentu
membuat petani tradisional tidak dapat mengadakan bibit sendiri dan para peneliti harus
mendapatkan ijin terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian menggunakan bibit-bibit hasil
rekayasa tersebut.
c.

Merugikan petani kecil dan menimbulkan kesenjangan ekonomi karena produk bioteknologi

yang pada umumnya dimiliki oleh pemilik modal dapat meningkatkan produksi hingga 50 %.
d. Produk bioteknologi hasil modifikasi genetika suatu organisme dapat menyingkirkan plasma
nutfah, yaitu suatu jenis makhluk hidup yang masih memiliki sifat asli.
3) Di bidang kesehatan
a.

Ada produk hasil rekayasa genetik yang disinyalir menimbulkan masalah serius, misalnya

kematian akibat penggunaan insulin, sapi penghasil susu yang disuntik dengan Hormon BGH
mengandung bahan kimia yang berbahaya, tomat Flavr Savr diketahui membawa gen resisten
terhadap antibiotik.
b. Penggunaan insulin hasil rekayasa telah menyebabkan 31 orang meninggal di Inggris.
c.
antibiotik.

Tomat Flavr Savr hasil rekayasa diketahui mengandung gen yang resisten terhadap

d. Susu sapi yang disuntik hormon BGH (bovine growth hormone) atau hormon pertumbuhan
sapi, disinyalir mengandung bahan kimia baru yang punya potensi berbahaya bagi kesehatan
manusia..
e.

Jagung yang direkayasa sebagai pakan unggas menjadikan unggas tersebut mengandung

genetic modified organism (GMO) yang dikhawatirkan membahayakan manusia.
f.

Ada dugaan bahwa SARS yang menghebohkan dunia, diduga disebabkan oleh rekayasa

genetika virus Corona.
4) Dampak terhadap lingkungan
a.

Pelepasan organisme transgenik ke alam dapat keseimbangan alam dan kelestarian

organisme.
b.

Pencemaran biologi, karena apabila makhluk hidup transgenik lepas ke alam bebas dan

kawin dengan makhluk normal dapat menghasilkan keturunan yang mutan.
c.

Penyalahgunaan hak pribadi, karena dengan rekayasa genetika perubahan genotip tidak

dirancang secara alami sesuai dengan kebutuhan, melainkan menurut kebutuhan pelaku
bioteknologi itu sendiri. Hal ini dapat menimbulkan peluang bahaya bagi kelestarian lingkungan
hidup.

CONTOH-CONTOH PENERAPAN ILMU BIOTEKNOLOGI
1. Antibodi Monoklonal
adalah antibodi sejenis yang diproduksi oleh sel plasma klon sel-sel ? sejenis. Antibodi ini dibuat
oleh sel-sel hibridoma (hasil fusi 2 sel berbeda; penghasil sel ? Limpa dan sel mieloma) yang
dikultur.
Bertindak sebagai antigen yang akan menghasilkan anti bodi adalah limpa. Fungsi antara lain
diagnosis penyakit dan kehamilan
2. Terapi Gen
adalah pengobatan penyakit atau kelainan genetik dengan menyisipkan gen normal
3. Antibiotik
Dipelopori oleh Alexander Fleming dengan penemuan penisilin dari Penicillium notatum.
4. Interferon
Adalah antibodi terhadap virus. Secara alami hanya dibuat oleh tubuh manusia. Proses
pembentukan di dalam, tubuh memerlukan waktu cukup lama (dibanding kecepatan replikasi
virus), karena itu dilakukan rekayasa genetika.
5. Vaksin
Contoh: Vaksin Hepatitis B dan malaria.
Secara konvensional pelemahan kuman dilakukan dengan pemanasan atau pemberian bahan
kimia.
Dengan bioteknologi dilakukan fusi atau transplantasi gen.