PSIKOLOGI PENDIDIKAN 2 PENDIDIKAN LUAR S
PSIKOLOGI PENDIDIKAN 2
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
DOSEN :
Solicha, M.Si
DISUSUN OLEH :
1. Mochamad Yoga Adiputra (11160700000041)
2. Firdha Amelia Widia Azzahra (11160700000043)
3. Arifa Nafisal Fida (11160700000051)
4. Rahajeng Vika Hapsari (11160700000061)
5. Ayu Fitriani (11160700000064)
6. Euit Umaya Jundiah (11160700000067)
7. Desy Ramadhani Harahap (11160700000072)
FAKULTAS PSIKOLOGI
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia yang telah
dilimpahkan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
merupakan tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan 2. Adapun judul makalah yang
kami susun adalah “. Dengan berakhirnya sajian makalah yang kami susun, tak lupa
kami sampaikan ucapan terima kasih kepada segenap pihak terkait yang telah berperan
serta aktif secara pemikiran sehingga terselesaikannya makalah yang kami susun. Dan
harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca.
Pada kesempatan yang baik ini tak lupa kami sampaikan pula semoga kiranya
makalah yang kami susun, ada guna manfaatnya bagi kami khususnya serta pembaca
lain pada umumnya.
Akhir
kata,
kami
mohon
maaf
yang
sebesar-besarnya,
atas
segala
kekurangandan semoga makalah yang kami susun bermanfaat bagi semua pembaca.
Pemakalah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan Luar Sekolah (Pendidikan Luar Sekolah) adalah konsep pendidikan
yang tidak hanya di dunia persekolahan atau pendidikan formal saja. Pendidikan Luar
Sekolah juga ditekankan kepada pemberian keahlian dan keterampilan dalam suatu
bidang tertentu. Pendidikan Luar Sekolah (Pendidikan Luar Sekolah) memacu potensi
yang dimiliki seseorang hingga dapat dikembangkan secara maksimal. Bentuk
pelaksanaan Pendidikan Luar Sekolah pun berbeda dengan sistem pendidikan biasanya.
Pendidikan Luar Sekolah (Pendidikan Luar Sekolah) mencakup pendidikan informal,
non formal dan berfungsi menjadi mitra pendidikan formal. Pendidikan Luar Sekolah
(Pendidikan Luar Sekolah) dapat menjadi substitusi, komplemen serta dapat
menjembatani ke dunia luar.
Pendidikan Luar Sekolah (Pendidikan Luar Sekolah) muncul karena adanya
ketidak seimbangan antara Pendidikan di Sekolah dengan kenyataan daat ini.
Pendidikan Luar Sekolah memberikan pelayanan kepada masyarakat, salah satu
kegiatan Pendidikan Luar Sekolah yang banyak diminati masyarakat adalah kursus atau
pelatihan. Lembaga kursus di Indonesia dalam beberapa tahun tumbuh sangat pesat
namun masih banyak pula lembaga kursus yang terhambat. Hal ini dikarenakan
lembaga kursus hanya bertahan beberapa tahun.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pendidikan Luar Sekolah?
2. Apa tujuan Pendidikan Luar Sekolah?
3. Apa saja macam-macam Pendidikan Luar Sekolah?
4. Bagaimana cara mengembangkan Pendidikan Luar Sekolah?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Mampu menjelaskan pengertian tujuan, macam, dan pengembangan dalam
pendidikan luar sekolah.
2. Mampu menunjukkan rasa tertarik dengan melakukan pengamatan (observasi)
pada lembaga-lembaga pendidikan luar sekolah.
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Pengertian dan Karakteristik Pendidikan Luar Sekolah
A. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah
1. Menurut Undang Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Pendidikan
Luar Sekolah yaitu merupakan jalur pendidikan yang diselenggarakan bagi
warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan.
2. Phillip H. Columbus berpendapat bahwa Pendidikan Luar Sekolah adalah semua
kegiatan pendidikan yang terorganisasi, sistematis, dan dilaksanakan diluar
sistem pendidikan formal, yang menghasilkan tipe-tipe belajar yang dikehendaki
oleh kelompok orang dewasa maupun anak-anak.
3. Russel Kleis dalam bukunya Non Formal Education mengemukakan bahwa
Pendidikan Luar Sekolah adalah usaha pendidikan yag dilakukan secara sengaja
dan sistematis. Biasanya pendidikan ini berbeda dengan pendidikan tradisional
terutama yang menyangkut waktu, materi isi, dan media.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Luar Sekolah
adalah setiap kegiatan pendidikan yang diselenggarakan di luar sistem sekolah baik
yang dilembagakan maupun yang tidak dengan tujuan memberikan layanan kepada
peserta didik dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Pendidikan Luar Sekolah merupakan pendidikan dalam jalur non-formal, yang
berarti pendidikan di luar jalur pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur, berjenjang, dan fleksibel. Program pendidikan nonformal berpusat pada
lingkungan masyarakat dan lembaga dengan berbagai jenis pendidikan. Pendidikan
nonfomal perlu dibedakan dengan pendidikan informal yang merupakan pendidikan
yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan untuk menanamkan nilai-nilai agama,
moral, etika, kepribadian, estetika, dan keterampilan fungsional dalam bentuk
kegiatan belajar secara mandiri.
B. Karakteristik Pendidikan Luar Sekolah
Callaway dalam La Belle (1973:18) mengemukakan sifat umum pendidikan
nonformal dengan memberikan garis besar karakteristik pendidikan nonformal
sebagai berikut:
1. Merupakan pelengkap pendidikan formal.
2. Beragam dalam hal organisasi, sponsor, dan metode-metode pembelajaran.
3. Suka rela dan mencakup rentangan usia, latar belakang, dan kepetingan
kepentingan yang luas.
4. Tidak mengarah pada perolehan kredensial atau diploma.
5. Menyesuaikan tempat tinggal dan pekerjaan para peserta didik.
6. Lentur (fleksibel) dan dapat disesuaikan (adaptable) dalam hal waktu, lama,
dan tujuan.
2.2 Tujuan Pendidikan Luar Sekolah
Menurut No.20 Tahun 2003 pasal 26, Pendidikan Luar Sekolah bertujuan sebagai
pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat.
a. Pendidikan Nonformal sebagai Pelengkap Pendidikan Formal
Sebagaimana lazimnya terjadi di sekolah bahwa kurikulum yang harus
diselesaikan oleh siswa sangat banyak, sehingga memerlukan waktu yang cukup banyak
pula.Akibatnya yang terjadi adalah sekian banyak materi pelajaran yang harus diajarkan
di sekolah, tetapi waktu yang tersedia sangat terbatas.Hal ini memungkinkan para siswa
terhambat untuk menyerap materi pelajaran dalam waktu yang cepat itu. Akibatnya
mereka akan ketinggalan dalam menguasai materi pelajaran. Jalan keluarnya antara lain
bahwa mereka hendaknya mencari alternatif jalan keluar untuk bisa ketertinggalan
pelajaran sekolah melalui jalur pendidikan di luar sekolah.
Pendidikan nonformal sebagai pelengkap mengandung arti bahwa pendidikan
nonformal itu menyediakan layanan pendidikan untuk melengkapi kebutuhan belajar
siswa di sekolah.Tujuannya adalah untuk membantu para siswa yang mengalami
ketertinggalan itu untuk mengejar penguasaan materi di sekolah sehingga mereka bisa
sukses dalam menempuh pedidikan di sekolah.Mereka mampu menjawab atau
menyelesaikan tugas-tugas pelajaran di sekolah, termasuk dalam rangka menghadapi
ujian-ujian yang dilaksanakan sekolah maupun ujian Negara.
b. Pendidikan Nonformal sebagai Pengganti Pendidikan Formal
Sebagai pengganti pendidikan formal, pendidikan nonformal memberikan
layanan pendidikan yang dibutuhkan oleh warga masyarakat (calon peserta didik) yang
karena beberapa hal sehingga mereka tidak mungkin memperoleh pendidikan yang
dibutuhkan melalui jalur pendidikan formal. Warga masyarakat yang membutuhkan
pendidikan tidak memandang usia karena sepanjang kehidupan manusia akan muncul
kebutuhan-kebutuhan baru yang memerlukan kemampuan baru. Sementara dilihat dari
segi usia atau kesempatan yang dimiliki mereka tidak mungkin memperoleh pendidikan
tersebut lewat jalur sekolah. Bagi kaum ibu rumah tangga, misalnya, maka kebutuhan
pendidikan mereka tidak mungkin lewat jalur sekolah, melainkan hanya bisa
menempuh pendidikan yang dibutuhkan lewat jalur pendidikan nonformal atau
formal.Termasuk juga anak-anak dari kalangan orangtua miskin yang cenderung
terkendala untuk bersekolah, maka untuk memenuhi kebutuhan mereka adalah melalui
jalur pendidikan nonformal.
Program pendidikan nonformal yang menjadi pengganti pendidikan formal
adalah apa yang disebut dengan pendidikan kesetaraan. Pendidikan kesetaraan yang
dikembangkan di Indonesia adalah Pendidikan Kelompok Belajar (Kejar) Paket A
setara dengan Sekolah Dasar (SD), Kejar Paket B setara dengan SLTP, dan Kejar Paket
C setara dengan SMA. Perlakukan pada pendidikan kesetaraan ini sama dengan
pendidikan formal, di mana para lulusannya memeperoleh ijasah, dan ijasah tersebut
dapat digunakan untuk melanjutkan pendidikan di jalur formal pada jenjang di atasnya.
2.3 Jenis-Jenis Pendidikan Luar Sekolah
a. Pendidikan Umum, merupakan pendidikan yang mengutamakan perluasan
wawasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan serta sikap warga belajar dalam
bidang tertentu secara umum. Jenis pendidikan ini dapat dilakukan dalam satuan-
satuan: kelompok belajar keaksaraan, kelompok belajar kesetaraan (paket A, B, dan
C), kursus (kerumahtanggaan, bahasa, kesehatan dsb), bimbingan belajar, dsb.
b. Pendidikan Keagamaan, merupakan pendidikan yang mempersiapkan warga
belajar untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan khusus tentang
ajaran agama yang bersangkutan. Jenis pendidikan ini dapat diselenggarakan dalam
satuan-satuan: pendidikan keluarga, kelompok belajar, kursus-kursus, kelompok
bermain, pondok pesantren. majlis ta'lim, dsb.
c. Pendidikan dan Pelatihan Kerja merupakan pendidikan untuk meningkatkan
kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan sikap warga belajar untuk memenuhi
peryaratan pekerjaan tertentu atau meningkatkan kemampuan kerja pada satuan kerja
yang bersangkutan. Jenis pendidikan ini pada umumnya dilakukan oleh lembaga atau
perusahaan melalui satuan-satuan: pelatihan, pelatihan kerja, magang, dsb.
d. Pendidikan Kedinasan, merupakan pendidikan untuk mempersiapkan dan
meningkatkan pelaksanaan tugas kedinasan calon pegawai dan pegawai di lingkungan
instansi pemerintahan, baik departeman maupun non departemen. Jenis ini pada
umumnya dilakukan pada satuan pelatihan yaitu pelatihan pra¬jabatan (pre-service
training), pelatihan alam jabatan (in-service training), pelatihan pelayanan kepada
masyarakat (social-service training), pelatihan diluar lingkungan kerja (outbond
training), dsb.
e. Pendidikan Keterampilan Fungsional, merupakan pendidikan yang mempersiaplcan warga belajar untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Jenis pendidikan
ini dapat dilakukan dalam satuan-satuan: kursus-kursus, pelatihan, magang, kelompok
belajar usaha, dsb.
2.4 Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah
Sistem pengembangan pendidikan luar sekolah dibuat dalam suatu model yang
dikembangkan oleh Sudjana, bertujuan untuk meningkatkan dan memajukan
pendidikan nonformal. Model tersebut terdiri dari komponen-komponen menurut
Sudjana (2004), yaitu: pertama, masukan sarana (lnstrumental input), kedua;
masukan mentah (raw input), ketiga; masukan lingkungan (environmental Input),
keempat; proses yang menyangkut interaksi antara masukan sarana, terutama
pendidik dengan masukan mentah, kelima; keluaran (output), keenam; masukan lain,
ketujuh; pengaruh (Impact) yang menyangkut hasil yang telah dicapai oleh peserta
didik dan lulusan. Pendapat Sudjana ini sangat sistematik dan bergerak untuk
dilaksanakan secara teratur serta berurutan secara terus menerus.
Sudjana lebih lanjut mengatakan, yang dimaksud komponen pertama dalam
tulisan ini atau masukan sarana (Instrumental input) adalah keseluruhan sumber dan
fasilitas yang memungkinkan bagi kelompok masyarakat dapat metakukan kegiatan
belajar, dalam masukan ini termasuk tujuan program, kurikulum, pendidik (tutor,
pelatih, fasilitator), tenaga kependidikan lainnya, tenaga pengelola program, sumber
belajar, media, fasilitas, biaya, dan pengelolaan program.
Kemudian ia mengatakan lagi dengan komponen kedua, yang dimaksud dengan
masukan mentah (raw Input) adalah peserta didik (warga belajar) dengan berbagai
karakteristik yang dimilikinya, termasuk ciri-ciri yang berhubungan dengan faktor
internal yang meliputi struktur kognitif, pengalaman, sikap, minat, ketrampilan,
kebutuhan belajar, aspirasi, dan lain sebagainya serta ciri-ciri yang berhubungan
dengan faktor internal seperti keadaan keluarga dalam segi ekonomi, pendidikan,
status sosial, biaya dan sarana belajar, serta cara dan kebiasaan belajar.
Dalam komponen ketiga ia mengatakan, yang dimaksud dengan masukan
lingkungan (instrumental input) adalah faktor lingkungan yang menunjang atau
mendorong berjalannya program pendidikan yang meliputi lingkungan keluarga,
lingkungan sosial seperti teman bergaul atau teman bekerja, lapangan kerja,
kelompok sosial dan sebagainya, serta lingkungan alam seperti Iklim, lokasi, tempat
tinggal. Masukan ini meliputi pula lingkungan wilayah atau daerah, lingkungan
nasional, dan bahkan lingkungan internasional.
Untuk komponen keempat, proses yang menyangkut Interaksi antara masukan
sarana, terutarna pendidik dengan masukan mentah atau peserta didik. Proses Ini
terdiri dari kegiatan belajar-membelajarkan, bimbingan dan penyuluhan serta
evaluasi. Kegiatan belajar-membelajarkan lebih mengutamakan pendidik untuk
membantu agar peserta melakukan kegiatan belajar, dan bukan menekankan pada
peranan mengajar.
Komponen keluaran (output) dimaknai sebagai kuantitas lulusan yang disertai
dengan kualitas perubahan tingkah laku yang didapat melalui kegiatan belajar-
membelajarkan. Perubahan tingkah taku ini mencakup ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor yang sesuai dengan kebutuhan belajar yang mereka perlukan.
Yang dimaksud dengan komponen pengaruh (impact) adalah menyangkut hasil
yang telah dicapai oteh peserta didik dan lulusan. Pengaruh lni meliputi antara lain,
(a) perubahan taraf hidup yang dltandai dengan perolehan pekerjaan, atau
berwirausaha, perolehan atau peningkatan pendapatan, kesehatan, dan penampilan
diri, (b) kegiatan membelajarkan orang lain atau mengikutsertakan orang lain dalam
memanfaatkan hasil yang telah ia miliki, (c) peningkatan partisipasinya dalam
kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat, baik partisipasi buah pikiran, tenaga,
harta benda dan dana.
2.5 Sistem Belajar
1) Gaya Belajar
Teori Gaya Belajar :
Menurut Flemming & Mills, gaya belajar merupakan kecenderungan siswa
untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung
jawabnya untuk mendapakan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan
belajar dikelas atau sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran.
Menurut buku Brain Management Series karya sutanto windura (2008), ada tiga gaya
belajar, yaitu:
Tipe Belajar Visual
Suka membaca apa saja
Mampu membaca dengan cepat
Lebih suka membaca daripada dibacakan
Suka membuat coretan – coretan saat berpikir, mencatat, dan menelepon.
Cenderung menyukai lukisan daripada musik
Tulisan tangan biasanya cukup bagus
Suka memerhatikan detail tulisan atau laporan
Konsentrasi tidak terganggu oleh suara
Tipe Belajar Auditorial
Suka mendengar musik
Lebih menyukai musik ( seni suara ) daripada lukisan
Suka menggumam saat membaca
Sering berbicara sendiri saat berpikir
Menyukai diskusi dnegan lawan bicara
Pandai bicara dan mungkin fasih sebagai pembicara
Tipe Belajar Kinestetik
Berbicara perlahan
Penampilan rapih
Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
Belajar melalui memanipulasi dan praktik
Menghafal dengan cara menghafal dan melihat
Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
BAB III
STUDI LAPANGAN
SISTEM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH GO DAN PENGARUHNYA
TERHADAP AKADEMIK PESERTA DIDIK
3.1 Metode Penelitian
A. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik Ganesha Operation Cinere,
sedangkan sampel penelitian ini adalah peserta didik Ganesha Operation Cinere
tingkat SMA dan berjurusan IPS berjumlah 19 orang dan satu Kepala Unit dari
Ganesha Operation Cinere.
B. Teknik dan Cara Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik
wawancara dan pengambilan data perubahan nilai peserta didik.
C. Prosedur Penelitian
a) Wawancara
Wawancara dilakukan pada tanggal 8 Oktober 2017 dengan narasumber
Bapak Teuku Tiar Hardiansyah selaku Kepala Unit Ganesha Operation
Cinere dan 19 peserta didik Ganesha Operation Cinere.
b) Data Perubahan Nilai Peserta Didik
Pengambilan data dilakukan pada tanggal 10 November dengan
pengambilan informasi mengenai naik/turunnya mata pelajaran dari rapot
sebelum dan sesudah mengikuti Ganesha Operation dari 19 peserta didik
Ganesha Operation Cinere.
3.2 Hasil penelitian
a) Wawancara
Dari Bapak Teuku Tiar Hardiansyah
Kualifikasi yang dibutuhkan sebagai pengajar di Ganesha Operation :
Dari lulusan PTN
Visi Ganesha Operation:
Jadi bimbel terbaik dan terbesar di Indonesia.
Fasilitas
yang disediakan
pihak
Ganesha
Operation
sebagai
sarana
pembelajaran:
a. papan tulis
b. ruang kelas yg nyaman
c. buku fasilitas yang tinggi 9 smp sampe 12 sma itu paling lengkap
d. kumpulan soal
e. kumpulan rumus dan kuncinya
f. acara seminar motivasi
Proses penyaringan peserta sehingga menjadi siswa didikan Ganesha
Operation:
Tidak menggunakan sistem seleksi, tetapi terdapat Tes Modalitas untuk
menentukan gaya belajar calon peserta didik.
Jumlah pendidik dan peserta yang saat ini ada di Ganesha Operation:
a. 4 orang pengajar
b. 243 peserta didik
Jadwal belajar yang diterapkan pihak Ganesha Operation:
a. Daerah Jakarta kota mulai jam 16:45 (SMP jam 15:00 dan SD jam 15:30).
b. Ada yang disesuaikan oleh jadwal pulang sekolah jadi jam belajar dimulai
setelah pulang sekolah.
Hambatan Ganesha Operation:
Saingan-saingan yang terletak disekitar Ganesha Operation, seperti MPI,
Sinotip, NF, Primagama, Smartplus, dan Zenius unit
Hambatan murid:
a. Siswanya malas
b. Bimbel karna niat orang tua bukan karena diri sendiri
c. Hujan
d. Komplen orang tua mengenai fasilitas yang kurang
Pembagian kelas:
a. Reguler (kapasitas murid max 30)
b. Silver (kapasitas murid max 20)
c. Gold (kapasitas murid max 15)
d. Platinum (kapasitas murid max 10)
Pencapaian pembelajaran yang telah di raih oleh Ganesha Operation dan
tujuan pencapaian kedepannya:
Tujuan yang sudah tercapai dari mulai SMP dan SMA menjuarai lomba tingkat
nasional dengan mendapatkan ASMOC ASIAN dari bidang Matematika.
Sedangkan tujuan selanjutnya akan menjadikan generasi selanjutnya menjadi
lebih baik sesuai dengan visi yaitu menjadikan Ganesha Operation menjadi
terbesar dan terbaik
Kurikulum yang diterapkan di Ganesha Operation :
a. KTSP
b. Kurikulum 2013
(menyesuaikan dengan anak didik disekolahnya menggunakan yang mana)
Strategi pembelajaran yang digunakan Ganesha Operation:
Dalam sistem pembelajarannya Ganesha Operation mengaplikasikan 3 dari
model belajar Sutanto Widura, yaitu vidual, auditory, dan kinestetik dengan
penerapan sebagai berikut:
A. Visual: Murid duduk di bangku depan, pengajar harus menulis dengan
jelas, serta menggunakan 3 spidol dengan warna yang berbeda-beda agar
pemahaman lebih mudah seperti biru, merah untuk membuat garis, dan
hitam untuk menulis kalimat dsb.
B. Auditory: pengajar menggunakan suara yang lantang dan jelas, dan radio
yang
memainkan
musik
klasik
selama
waktu
belajar
untuk
menyeimbangkan kerja otak kiri dan otak kanan.
C. Kinestetik: Memberi jarak ditengah kelas untuk murid berjalan-jalan.
Selain 3 model belajar tersebut, strategi pembelajaran Ganesha Operation juga
memberikan solusi tercepat dalam menyelesaikan masalah (soal), berkonsultasi
dengan pengajar diluar waktu belajar, dan mengadakan break ditengah-tengah
pelajaran.
Sistem evaluasi pembelajaran yang ditetapkan Ganesha Operation:
a. Menggunakan try out perbulan.
b. Kelas 7,8,10,11 try out hanya diadakan ketika ingin UTS dan UAS.
c. Pemberian soal ujian tes dan hasilnya diberikan kepada pihak sekolah.
Kerja sama pihak Ganesha Operation dengan lembaga lain :
Dengan lembaga Psikotes yang berpusat di Bandung.
Kegiatan lain yang diadakan di Ganesha Operation yaitu :
Tes TPA dan seminar motivasi.
Aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif, manakah yang paling di tonjolkan
dalam proses pembelajaran adalah :
a. Kognitif menggunakan KTSP seperti banyak memberikan soal-soal ujian
tes.
b. Psikomotorik dan afektif seperti diadakannya seminar motivasi setahun tiga
kali.
Perbedaan pendidikan formal dengan bimbingan belajar di Ganesha Operation:
a. Memberikan yang belum diberikan dari sekolah.
b. Membuat murid lebih naik peringkat nilainya dengan cara memberikan latar
belakang nilai kemampuan.
Wawancara dari peserta didik
Peningkatan yang diraih setelah belajar di Ganesha Operation :
a. Yang belum dipelajari disekolah telah dipelajari di Ganesha Operation
b. Mempengaruhi
sebelumnya
nilai
Raport
yaitu
mendapatkan
peningkatan
dari
c. Lebih membantu dalam pengerjaan tugas sekolah
Yang memutuskan memilih belajar di Ganesha Operation:
a. Belajar lebih lama
b. Wawasan menjadi luas
c. Tempatnya strategis
d. Banyak mendapat ‘rumus cepat’
b) Data perubahan nilai peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti
Bimbingan Belajar Ganesha Operation
Individu 1 (wildati)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Individu 2 (yohanna)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Naik
Naik
Tidak berubah
Tidak berubah
Tidak berubah
Naik
Individu 3 (nabila)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Seimbang
Naik
Naik
Seimbang
Seimbang
Naik
Individu 4 (diah)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Individu 5 (Putri)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
sesudah GO
Naik
Seimbang
Naik
Seimbang
Matematika
B. indonesia
Seimbang
Naik
Individu 6 (Dheva)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Naik
Naik
Naik
Naik
Seimbang
Naik
Individu 7 (Hasna)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Seimbang
Seimbang
Seimbang
Seimbang
Naik
Seimbang
Individu 8 (farrel)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Turun
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Individu 9 (Sonia)
Mata pelajaran
Naik/Turun
sesudah GO
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
Naik
Naik
Naik
Seimbang
Seimbang
Seimbang
Individu 10 (sururi)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Individu 11 (Raihan)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Naik
Naik
Naik
Naik
naik
Naik
Individu 12 (vania)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Individu 13 (edito)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Individu 17 (yuliana)
Individu 14 (ahmed)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Naik
Turun
Naik
Naik
Turun
Naik
Mata pelajaran
Naik/Turun
Biologi
Kimia
Fisika
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Individu 18 (tiara)
Individu 15 (Ahmad)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Seimbang
Naik
Naik
Seimbang
Seimbang
Naik
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Nai
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Individu 19 (yosi)
Individu 16 (Shofi)
Mata pelajaran
Naik/Turun sesudah
Biologi
Kimia
Fisika
B. inggris
GO
Naik
Naik
Naik
Naik
Matematika
B. indonesia
Naik
Naik
BAB IV
ANALISIS DATA
4.1 Perubahan Nilai Peserta Didik
Dari data perubahan nilai akademik disekolah peserta didik Ganesha Operation Cinere
sebelum dan sesudah memasuki Ganesha Operation didapat analisis sebagai berikut:
Mata Pelajaran
Jumlah Peserta
Jumlah Peserta
Jumlah Peserta
Didik yang
Didik yang
Didik yang
Nilainya Naik
Nilainya Turun
Nilainya
seimbang
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
15
16
17
13
12
17
1
1
0
0
1
0
3
2
2
6
6
2
Perubahan Nilai Peserta Didik Ganesha Operation Cinere
seimbang;
18.42%
Turun; 2.63%
Naik; 78.95%
Naik
Turun
seimbang
Peserta didik secara umum menunjukan perubahan yang positif pada akademiknya di
sekolah setelah mengikuti bimbingan belajar Ganesha Operation.
4.2 Sistem Pendidikan Ganesha Operation
Ganesha Operation sebagai lembaga bimbingan belajar memiliki beberapa
kelebihan dibanding pendidikan formal pada umumnya; hal ini dapat dilihat dari
penyediaan fasilitas yang memadai, penerapan 3 gaya belajar yang mengoptimalkan
pemrosesan belajar peserta didik, juga dengan pengaadannya seminar tiga kali setahun
untuk meningkatkan motivasi peserta didik.
Sistem pendidikan di Ganesha Operation tersebut telah membuktikan
keberhasilannya dengan hasil pengambilan data yang menunjukkan peningkatan pada
akademik peserta didik disekolahnya masing-masing. Dengan keberhasilan ini juga
Ganesha Operation telah membuktikan bahwa Pendidikan Luar Sekolah memang
bermanfat dalam melengkapi pendidikan formal.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ganesha Operation memiliki keunggulan dalam seleksi tes yaitu Tes Modalitas.
Ganesha Operation memiliki pemetaan dalam tempat duduk untuk mempermudah siswa
dalam proses pembelajaran yang terbagi dalam Visual, Kinestetik dan Auditori.
Ganesha Operation juga memiliki strategi untuk mengatasi siswa yang susah diatur
yaitu pembinaan atau memanggil orang tua siswa. Catatan perbedaan kurikulum 2006
dan 2013 yaitu materi, urutan pembelajaran serta cara mebelajarkannya. Di Kurikulum
2013 siswa lebih aktif dan mencari materi sendiri. Ganesha Operation juga membagi
kelas sesuai kurikulum 2013 dan KTSP 2006.
Dari hasil studi lapangan kami menyimpulkan bahwa sistem pendidikan
Ganesha Operation memiliki perubahan peningkatan pada akademik peserta didik di
sekolah. Peserta didik memutuskan memilih Ganesha Operation karena mendapatkan
rumus penting dalam pembelajaran serta lokasi yang strategis menjadi pilihan mereka
serta mendapatkan wawasan yang luas. Selama mereka bergabung dalam Ganesha
Operation mereka lebih terbantu dalam pembelajaran disekolah dan sangat
mempengaruhi nilai rapot sebelumnya dan mendapatkan pengetahuan yg belum
didapatkan disekolahnya.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
La Belle, Thomas J. 1976. Nonformal Education and Social Change in Latin America.
Los Angeles:UCLA Latin American Center Publications & University of
California.
Sudjana, H. D. 2004. Pendidikan Nonformal. Wawasan, Sejarah Perkembangan,
Filsafat, Teori Pendukung, Asas. Bandung: Falah Production.
Susetyo, Beni. 2005. Politik Pendidikan Penguasa. Yogyakarta: LKiS.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
LAMPIRAN
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
DOSEN :
Solicha, M.Si
DISUSUN OLEH :
1. Mochamad Yoga Adiputra (11160700000041)
2. Firdha Amelia Widia Azzahra (11160700000043)
3. Arifa Nafisal Fida (11160700000051)
4. Rahajeng Vika Hapsari (11160700000061)
5. Ayu Fitriani (11160700000064)
6. Euit Umaya Jundiah (11160700000067)
7. Desy Ramadhani Harahap (11160700000072)
FAKULTAS PSIKOLOGI
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia yang telah
dilimpahkan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
merupakan tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan 2. Adapun judul makalah yang
kami susun adalah “. Dengan berakhirnya sajian makalah yang kami susun, tak lupa
kami sampaikan ucapan terima kasih kepada segenap pihak terkait yang telah berperan
serta aktif secara pemikiran sehingga terselesaikannya makalah yang kami susun. Dan
harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca.
Pada kesempatan yang baik ini tak lupa kami sampaikan pula semoga kiranya
makalah yang kami susun, ada guna manfaatnya bagi kami khususnya serta pembaca
lain pada umumnya.
Akhir
kata,
kami
mohon
maaf
yang
sebesar-besarnya,
atas
segala
kekurangandan semoga makalah yang kami susun bermanfaat bagi semua pembaca.
Pemakalah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan Luar Sekolah (Pendidikan Luar Sekolah) adalah konsep pendidikan
yang tidak hanya di dunia persekolahan atau pendidikan formal saja. Pendidikan Luar
Sekolah juga ditekankan kepada pemberian keahlian dan keterampilan dalam suatu
bidang tertentu. Pendidikan Luar Sekolah (Pendidikan Luar Sekolah) memacu potensi
yang dimiliki seseorang hingga dapat dikembangkan secara maksimal. Bentuk
pelaksanaan Pendidikan Luar Sekolah pun berbeda dengan sistem pendidikan biasanya.
Pendidikan Luar Sekolah (Pendidikan Luar Sekolah) mencakup pendidikan informal,
non formal dan berfungsi menjadi mitra pendidikan formal. Pendidikan Luar Sekolah
(Pendidikan Luar Sekolah) dapat menjadi substitusi, komplemen serta dapat
menjembatani ke dunia luar.
Pendidikan Luar Sekolah (Pendidikan Luar Sekolah) muncul karena adanya
ketidak seimbangan antara Pendidikan di Sekolah dengan kenyataan daat ini.
Pendidikan Luar Sekolah memberikan pelayanan kepada masyarakat, salah satu
kegiatan Pendidikan Luar Sekolah yang banyak diminati masyarakat adalah kursus atau
pelatihan. Lembaga kursus di Indonesia dalam beberapa tahun tumbuh sangat pesat
namun masih banyak pula lembaga kursus yang terhambat. Hal ini dikarenakan
lembaga kursus hanya bertahan beberapa tahun.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pendidikan Luar Sekolah?
2. Apa tujuan Pendidikan Luar Sekolah?
3. Apa saja macam-macam Pendidikan Luar Sekolah?
4. Bagaimana cara mengembangkan Pendidikan Luar Sekolah?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Mampu menjelaskan pengertian tujuan, macam, dan pengembangan dalam
pendidikan luar sekolah.
2. Mampu menunjukkan rasa tertarik dengan melakukan pengamatan (observasi)
pada lembaga-lembaga pendidikan luar sekolah.
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Pengertian dan Karakteristik Pendidikan Luar Sekolah
A. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah
1. Menurut Undang Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Pendidikan
Luar Sekolah yaitu merupakan jalur pendidikan yang diselenggarakan bagi
warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan.
2. Phillip H. Columbus berpendapat bahwa Pendidikan Luar Sekolah adalah semua
kegiatan pendidikan yang terorganisasi, sistematis, dan dilaksanakan diluar
sistem pendidikan formal, yang menghasilkan tipe-tipe belajar yang dikehendaki
oleh kelompok orang dewasa maupun anak-anak.
3. Russel Kleis dalam bukunya Non Formal Education mengemukakan bahwa
Pendidikan Luar Sekolah adalah usaha pendidikan yag dilakukan secara sengaja
dan sistematis. Biasanya pendidikan ini berbeda dengan pendidikan tradisional
terutama yang menyangkut waktu, materi isi, dan media.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Luar Sekolah
adalah setiap kegiatan pendidikan yang diselenggarakan di luar sistem sekolah baik
yang dilembagakan maupun yang tidak dengan tujuan memberikan layanan kepada
peserta didik dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Pendidikan Luar Sekolah merupakan pendidikan dalam jalur non-formal, yang
berarti pendidikan di luar jalur pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur, berjenjang, dan fleksibel. Program pendidikan nonformal berpusat pada
lingkungan masyarakat dan lembaga dengan berbagai jenis pendidikan. Pendidikan
nonfomal perlu dibedakan dengan pendidikan informal yang merupakan pendidikan
yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan untuk menanamkan nilai-nilai agama,
moral, etika, kepribadian, estetika, dan keterampilan fungsional dalam bentuk
kegiatan belajar secara mandiri.
B. Karakteristik Pendidikan Luar Sekolah
Callaway dalam La Belle (1973:18) mengemukakan sifat umum pendidikan
nonformal dengan memberikan garis besar karakteristik pendidikan nonformal
sebagai berikut:
1. Merupakan pelengkap pendidikan formal.
2. Beragam dalam hal organisasi, sponsor, dan metode-metode pembelajaran.
3. Suka rela dan mencakup rentangan usia, latar belakang, dan kepetingan
kepentingan yang luas.
4. Tidak mengarah pada perolehan kredensial atau diploma.
5. Menyesuaikan tempat tinggal dan pekerjaan para peserta didik.
6. Lentur (fleksibel) dan dapat disesuaikan (adaptable) dalam hal waktu, lama,
dan tujuan.
2.2 Tujuan Pendidikan Luar Sekolah
Menurut No.20 Tahun 2003 pasal 26, Pendidikan Luar Sekolah bertujuan sebagai
pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat.
a. Pendidikan Nonformal sebagai Pelengkap Pendidikan Formal
Sebagaimana lazimnya terjadi di sekolah bahwa kurikulum yang harus
diselesaikan oleh siswa sangat banyak, sehingga memerlukan waktu yang cukup banyak
pula.Akibatnya yang terjadi adalah sekian banyak materi pelajaran yang harus diajarkan
di sekolah, tetapi waktu yang tersedia sangat terbatas.Hal ini memungkinkan para siswa
terhambat untuk menyerap materi pelajaran dalam waktu yang cepat itu. Akibatnya
mereka akan ketinggalan dalam menguasai materi pelajaran. Jalan keluarnya antara lain
bahwa mereka hendaknya mencari alternatif jalan keluar untuk bisa ketertinggalan
pelajaran sekolah melalui jalur pendidikan di luar sekolah.
Pendidikan nonformal sebagai pelengkap mengandung arti bahwa pendidikan
nonformal itu menyediakan layanan pendidikan untuk melengkapi kebutuhan belajar
siswa di sekolah.Tujuannya adalah untuk membantu para siswa yang mengalami
ketertinggalan itu untuk mengejar penguasaan materi di sekolah sehingga mereka bisa
sukses dalam menempuh pedidikan di sekolah.Mereka mampu menjawab atau
menyelesaikan tugas-tugas pelajaran di sekolah, termasuk dalam rangka menghadapi
ujian-ujian yang dilaksanakan sekolah maupun ujian Negara.
b. Pendidikan Nonformal sebagai Pengganti Pendidikan Formal
Sebagai pengganti pendidikan formal, pendidikan nonformal memberikan
layanan pendidikan yang dibutuhkan oleh warga masyarakat (calon peserta didik) yang
karena beberapa hal sehingga mereka tidak mungkin memperoleh pendidikan yang
dibutuhkan melalui jalur pendidikan formal. Warga masyarakat yang membutuhkan
pendidikan tidak memandang usia karena sepanjang kehidupan manusia akan muncul
kebutuhan-kebutuhan baru yang memerlukan kemampuan baru. Sementara dilihat dari
segi usia atau kesempatan yang dimiliki mereka tidak mungkin memperoleh pendidikan
tersebut lewat jalur sekolah. Bagi kaum ibu rumah tangga, misalnya, maka kebutuhan
pendidikan mereka tidak mungkin lewat jalur sekolah, melainkan hanya bisa
menempuh pendidikan yang dibutuhkan lewat jalur pendidikan nonformal atau
formal.Termasuk juga anak-anak dari kalangan orangtua miskin yang cenderung
terkendala untuk bersekolah, maka untuk memenuhi kebutuhan mereka adalah melalui
jalur pendidikan nonformal.
Program pendidikan nonformal yang menjadi pengganti pendidikan formal
adalah apa yang disebut dengan pendidikan kesetaraan. Pendidikan kesetaraan yang
dikembangkan di Indonesia adalah Pendidikan Kelompok Belajar (Kejar) Paket A
setara dengan Sekolah Dasar (SD), Kejar Paket B setara dengan SLTP, dan Kejar Paket
C setara dengan SMA. Perlakukan pada pendidikan kesetaraan ini sama dengan
pendidikan formal, di mana para lulusannya memeperoleh ijasah, dan ijasah tersebut
dapat digunakan untuk melanjutkan pendidikan di jalur formal pada jenjang di atasnya.
2.3 Jenis-Jenis Pendidikan Luar Sekolah
a. Pendidikan Umum, merupakan pendidikan yang mengutamakan perluasan
wawasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan serta sikap warga belajar dalam
bidang tertentu secara umum. Jenis pendidikan ini dapat dilakukan dalam satuan-
satuan: kelompok belajar keaksaraan, kelompok belajar kesetaraan (paket A, B, dan
C), kursus (kerumahtanggaan, bahasa, kesehatan dsb), bimbingan belajar, dsb.
b. Pendidikan Keagamaan, merupakan pendidikan yang mempersiapkan warga
belajar untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan khusus tentang
ajaran agama yang bersangkutan. Jenis pendidikan ini dapat diselenggarakan dalam
satuan-satuan: pendidikan keluarga, kelompok belajar, kursus-kursus, kelompok
bermain, pondok pesantren. majlis ta'lim, dsb.
c. Pendidikan dan Pelatihan Kerja merupakan pendidikan untuk meningkatkan
kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan sikap warga belajar untuk memenuhi
peryaratan pekerjaan tertentu atau meningkatkan kemampuan kerja pada satuan kerja
yang bersangkutan. Jenis pendidikan ini pada umumnya dilakukan oleh lembaga atau
perusahaan melalui satuan-satuan: pelatihan, pelatihan kerja, magang, dsb.
d. Pendidikan Kedinasan, merupakan pendidikan untuk mempersiapkan dan
meningkatkan pelaksanaan tugas kedinasan calon pegawai dan pegawai di lingkungan
instansi pemerintahan, baik departeman maupun non departemen. Jenis ini pada
umumnya dilakukan pada satuan pelatihan yaitu pelatihan pra¬jabatan (pre-service
training), pelatihan alam jabatan (in-service training), pelatihan pelayanan kepada
masyarakat (social-service training), pelatihan diluar lingkungan kerja (outbond
training), dsb.
e. Pendidikan Keterampilan Fungsional, merupakan pendidikan yang mempersiaplcan warga belajar untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Jenis pendidikan
ini dapat dilakukan dalam satuan-satuan: kursus-kursus, pelatihan, magang, kelompok
belajar usaha, dsb.
2.4 Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah
Sistem pengembangan pendidikan luar sekolah dibuat dalam suatu model yang
dikembangkan oleh Sudjana, bertujuan untuk meningkatkan dan memajukan
pendidikan nonformal. Model tersebut terdiri dari komponen-komponen menurut
Sudjana (2004), yaitu: pertama, masukan sarana (lnstrumental input), kedua;
masukan mentah (raw input), ketiga; masukan lingkungan (environmental Input),
keempat; proses yang menyangkut interaksi antara masukan sarana, terutama
pendidik dengan masukan mentah, kelima; keluaran (output), keenam; masukan lain,
ketujuh; pengaruh (Impact) yang menyangkut hasil yang telah dicapai oleh peserta
didik dan lulusan. Pendapat Sudjana ini sangat sistematik dan bergerak untuk
dilaksanakan secara teratur serta berurutan secara terus menerus.
Sudjana lebih lanjut mengatakan, yang dimaksud komponen pertama dalam
tulisan ini atau masukan sarana (Instrumental input) adalah keseluruhan sumber dan
fasilitas yang memungkinkan bagi kelompok masyarakat dapat metakukan kegiatan
belajar, dalam masukan ini termasuk tujuan program, kurikulum, pendidik (tutor,
pelatih, fasilitator), tenaga kependidikan lainnya, tenaga pengelola program, sumber
belajar, media, fasilitas, biaya, dan pengelolaan program.
Kemudian ia mengatakan lagi dengan komponen kedua, yang dimaksud dengan
masukan mentah (raw Input) adalah peserta didik (warga belajar) dengan berbagai
karakteristik yang dimilikinya, termasuk ciri-ciri yang berhubungan dengan faktor
internal yang meliputi struktur kognitif, pengalaman, sikap, minat, ketrampilan,
kebutuhan belajar, aspirasi, dan lain sebagainya serta ciri-ciri yang berhubungan
dengan faktor internal seperti keadaan keluarga dalam segi ekonomi, pendidikan,
status sosial, biaya dan sarana belajar, serta cara dan kebiasaan belajar.
Dalam komponen ketiga ia mengatakan, yang dimaksud dengan masukan
lingkungan (instrumental input) adalah faktor lingkungan yang menunjang atau
mendorong berjalannya program pendidikan yang meliputi lingkungan keluarga,
lingkungan sosial seperti teman bergaul atau teman bekerja, lapangan kerja,
kelompok sosial dan sebagainya, serta lingkungan alam seperti Iklim, lokasi, tempat
tinggal. Masukan ini meliputi pula lingkungan wilayah atau daerah, lingkungan
nasional, dan bahkan lingkungan internasional.
Untuk komponen keempat, proses yang menyangkut Interaksi antara masukan
sarana, terutarna pendidik dengan masukan mentah atau peserta didik. Proses Ini
terdiri dari kegiatan belajar-membelajarkan, bimbingan dan penyuluhan serta
evaluasi. Kegiatan belajar-membelajarkan lebih mengutamakan pendidik untuk
membantu agar peserta melakukan kegiatan belajar, dan bukan menekankan pada
peranan mengajar.
Komponen keluaran (output) dimaknai sebagai kuantitas lulusan yang disertai
dengan kualitas perubahan tingkah laku yang didapat melalui kegiatan belajar-
membelajarkan. Perubahan tingkah taku ini mencakup ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor yang sesuai dengan kebutuhan belajar yang mereka perlukan.
Yang dimaksud dengan komponen pengaruh (impact) adalah menyangkut hasil
yang telah dicapai oteh peserta didik dan lulusan. Pengaruh lni meliputi antara lain,
(a) perubahan taraf hidup yang dltandai dengan perolehan pekerjaan, atau
berwirausaha, perolehan atau peningkatan pendapatan, kesehatan, dan penampilan
diri, (b) kegiatan membelajarkan orang lain atau mengikutsertakan orang lain dalam
memanfaatkan hasil yang telah ia miliki, (c) peningkatan partisipasinya dalam
kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat, baik partisipasi buah pikiran, tenaga,
harta benda dan dana.
2.5 Sistem Belajar
1) Gaya Belajar
Teori Gaya Belajar :
Menurut Flemming & Mills, gaya belajar merupakan kecenderungan siswa
untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung
jawabnya untuk mendapakan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan
belajar dikelas atau sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran.
Menurut buku Brain Management Series karya sutanto windura (2008), ada tiga gaya
belajar, yaitu:
Tipe Belajar Visual
Suka membaca apa saja
Mampu membaca dengan cepat
Lebih suka membaca daripada dibacakan
Suka membuat coretan – coretan saat berpikir, mencatat, dan menelepon.
Cenderung menyukai lukisan daripada musik
Tulisan tangan biasanya cukup bagus
Suka memerhatikan detail tulisan atau laporan
Konsentrasi tidak terganggu oleh suara
Tipe Belajar Auditorial
Suka mendengar musik
Lebih menyukai musik ( seni suara ) daripada lukisan
Suka menggumam saat membaca
Sering berbicara sendiri saat berpikir
Menyukai diskusi dnegan lawan bicara
Pandai bicara dan mungkin fasih sebagai pembicara
Tipe Belajar Kinestetik
Berbicara perlahan
Penampilan rapih
Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
Belajar melalui memanipulasi dan praktik
Menghafal dengan cara menghafal dan melihat
Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
BAB III
STUDI LAPANGAN
SISTEM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH GO DAN PENGARUHNYA
TERHADAP AKADEMIK PESERTA DIDIK
3.1 Metode Penelitian
A. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik Ganesha Operation Cinere,
sedangkan sampel penelitian ini adalah peserta didik Ganesha Operation Cinere
tingkat SMA dan berjurusan IPS berjumlah 19 orang dan satu Kepala Unit dari
Ganesha Operation Cinere.
B. Teknik dan Cara Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik
wawancara dan pengambilan data perubahan nilai peserta didik.
C. Prosedur Penelitian
a) Wawancara
Wawancara dilakukan pada tanggal 8 Oktober 2017 dengan narasumber
Bapak Teuku Tiar Hardiansyah selaku Kepala Unit Ganesha Operation
Cinere dan 19 peserta didik Ganesha Operation Cinere.
b) Data Perubahan Nilai Peserta Didik
Pengambilan data dilakukan pada tanggal 10 November dengan
pengambilan informasi mengenai naik/turunnya mata pelajaran dari rapot
sebelum dan sesudah mengikuti Ganesha Operation dari 19 peserta didik
Ganesha Operation Cinere.
3.2 Hasil penelitian
a) Wawancara
Dari Bapak Teuku Tiar Hardiansyah
Kualifikasi yang dibutuhkan sebagai pengajar di Ganesha Operation :
Dari lulusan PTN
Visi Ganesha Operation:
Jadi bimbel terbaik dan terbesar di Indonesia.
Fasilitas
yang disediakan
pihak
Ganesha
Operation
sebagai
sarana
pembelajaran:
a. papan tulis
b. ruang kelas yg nyaman
c. buku fasilitas yang tinggi 9 smp sampe 12 sma itu paling lengkap
d. kumpulan soal
e. kumpulan rumus dan kuncinya
f. acara seminar motivasi
Proses penyaringan peserta sehingga menjadi siswa didikan Ganesha
Operation:
Tidak menggunakan sistem seleksi, tetapi terdapat Tes Modalitas untuk
menentukan gaya belajar calon peserta didik.
Jumlah pendidik dan peserta yang saat ini ada di Ganesha Operation:
a. 4 orang pengajar
b. 243 peserta didik
Jadwal belajar yang diterapkan pihak Ganesha Operation:
a. Daerah Jakarta kota mulai jam 16:45 (SMP jam 15:00 dan SD jam 15:30).
b. Ada yang disesuaikan oleh jadwal pulang sekolah jadi jam belajar dimulai
setelah pulang sekolah.
Hambatan Ganesha Operation:
Saingan-saingan yang terletak disekitar Ganesha Operation, seperti MPI,
Sinotip, NF, Primagama, Smartplus, dan Zenius unit
Hambatan murid:
a. Siswanya malas
b. Bimbel karna niat orang tua bukan karena diri sendiri
c. Hujan
d. Komplen orang tua mengenai fasilitas yang kurang
Pembagian kelas:
a. Reguler (kapasitas murid max 30)
b. Silver (kapasitas murid max 20)
c. Gold (kapasitas murid max 15)
d. Platinum (kapasitas murid max 10)
Pencapaian pembelajaran yang telah di raih oleh Ganesha Operation dan
tujuan pencapaian kedepannya:
Tujuan yang sudah tercapai dari mulai SMP dan SMA menjuarai lomba tingkat
nasional dengan mendapatkan ASMOC ASIAN dari bidang Matematika.
Sedangkan tujuan selanjutnya akan menjadikan generasi selanjutnya menjadi
lebih baik sesuai dengan visi yaitu menjadikan Ganesha Operation menjadi
terbesar dan terbaik
Kurikulum yang diterapkan di Ganesha Operation :
a. KTSP
b. Kurikulum 2013
(menyesuaikan dengan anak didik disekolahnya menggunakan yang mana)
Strategi pembelajaran yang digunakan Ganesha Operation:
Dalam sistem pembelajarannya Ganesha Operation mengaplikasikan 3 dari
model belajar Sutanto Widura, yaitu vidual, auditory, dan kinestetik dengan
penerapan sebagai berikut:
A. Visual: Murid duduk di bangku depan, pengajar harus menulis dengan
jelas, serta menggunakan 3 spidol dengan warna yang berbeda-beda agar
pemahaman lebih mudah seperti biru, merah untuk membuat garis, dan
hitam untuk menulis kalimat dsb.
B. Auditory: pengajar menggunakan suara yang lantang dan jelas, dan radio
yang
memainkan
musik
klasik
selama
waktu
belajar
untuk
menyeimbangkan kerja otak kiri dan otak kanan.
C. Kinestetik: Memberi jarak ditengah kelas untuk murid berjalan-jalan.
Selain 3 model belajar tersebut, strategi pembelajaran Ganesha Operation juga
memberikan solusi tercepat dalam menyelesaikan masalah (soal), berkonsultasi
dengan pengajar diluar waktu belajar, dan mengadakan break ditengah-tengah
pelajaran.
Sistem evaluasi pembelajaran yang ditetapkan Ganesha Operation:
a. Menggunakan try out perbulan.
b. Kelas 7,8,10,11 try out hanya diadakan ketika ingin UTS dan UAS.
c. Pemberian soal ujian tes dan hasilnya diberikan kepada pihak sekolah.
Kerja sama pihak Ganesha Operation dengan lembaga lain :
Dengan lembaga Psikotes yang berpusat di Bandung.
Kegiatan lain yang diadakan di Ganesha Operation yaitu :
Tes TPA dan seminar motivasi.
Aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif, manakah yang paling di tonjolkan
dalam proses pembelajaran adalah :
a. Kognitif menggunakan KTSP seperti banyak memberikan soal-soal ujian
tes.
b. Psikomotorik dan afektif seperti diadakannya seminar motivasi setahun tiga
kali.
Perbedaan pendidikan formal dengan bimbingan belajar di Ganesha Operation:
a. Memberikan yang belum diberikan dari sekolah.
b. Membuat murid lebih naik peringkat nilainya dengan cara memberikan latar
belakang nilai kemampuan.
Wawancara dari peserta didik
Peningkatan yang diraih setelah belajar di Ganesha Operation :
a. Yang belum dipelajari disekolah telah dipelajari di Ganesha Operation
b. Mempengaruhi
sebelumnya
nilai
Raport
yaitu
mendapatkan
peningkatan
dari
c. Lebih membantu dalam pengerjaan tugas sekolah
Yang memutuskan memilih belajar di Ganesha Operation:
a. Belajar lebih lama
b. Wawasan menjadi luas
c. Tempatnya strategis
d. Banyak mendapat ‘rumus cepat’
b) Data perubahan nilai peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti
Bimbingan Belajar Ganesha Operation
Individu 1 (wildati)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Individu 2 (yohanna)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Naik
Naik
Tidak berubah
Tidak berubah
Tidak berubah
Naik
Individu 3 (nabila)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Seimbang
Naik
Naik
Seimbang
Seimbang
Naik
Individu 4 (diah)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Individu 5 (Putri)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
sesudah GO
Naik
Seimbang
Naik
Seimbang
Matematika
B. indonesia
Seimbang
Naik
Individu 6 (Dheva)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Naik
Naik
Naik
Naik
Seimbang
Naik
Individu 7 (Hasna)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Seimbang
Seimbang
Seimbang
Seimbang
Naik
Seimbang
Individu 8 (farrel)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Turun
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Individu 9 (Sonia)
Mata pelajaran
Naik/Turun
sesudah GO
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
Naik
Naik
Naik
Seimbang
Seimbang
Seimbang
Individu 10 (sururi)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Individu 11 (Raihan)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Naik
Naik
Naik
Naik
naik
Naik
Individu 12 (vania)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Individu 13 (edito)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Individu 17 (yuliana)
Individu 14 (ahmed)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Naik
Turun
Naik
Naik
Turun
Naik
Mata pelajaran
Naik/Turun
Biologi
Kimia
Fisika
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Individu 18 (tiara)
Individu 15 (Ahmad)
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Seimbang
Naik
Naik
Seimbang
Seimbang
Naik
Mata pelajaran
Naik/Turun
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
sesudah GO
Nai
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Individu 19 (yosi)
Individu 16 (Shofi)
Mata pelajaran
Naik/Turun sesudah
Biologi
Kimia
Fisika
B. inggris
GO
Naik
Naik
Naik
Naik
Matematika
B. indonesia
Naik
Naik
BAB IV
ANALISIS DATA
4.1 Perubahan Nilai Peserta Didik
Dari data perubahan nilai akademik disekolah peserta didik Ganesha Operation Cinere
sebelum dan sesudah memasuki Ganesha Operation didapat analisis sebagai berikut:
Mata Pelajaran
Jumlah Peserta
Jumlah Peserta
Jumlah Peserta
Didik yang
Didik yang
Didik yang
Nilainya Naik
Nilainya Turun
Nilainya
seimbang
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
B. inggris
Matematika
B. indonesia
15
16
17
13
12
17
1
1
0
0
1
0
3
2
2
6
6
2
Perubahan Nilai Peserta Didik Ganesha Operation Cinere
seimbang;
18.42%
Turun; 2.63%
Naik; 78.95%
Naik
Turun
seimbang
Peserta didik secara umum menunjukan perubahan yang positif pada akademiknya di
sekolah setelah mengikuti bimbingan belajar Ganesha Operation.
4.2 Sistem Pendidikan Ganesha Operation
Ganesha Operation sebagai lembaga bimbingan belajar memiliki beberapa
kelebihan dibanding pendidikan formal pada umumnya; hal ini dapat dilihat dari
penyediaan fasilitas yang memadai, penerapan 3 gaya belajar yang mengoptimalkan
pemrosesan belajar peserta didik, juga dengan pengaadannya seminar tiga kali setahun
untuk meningkatkan motivasi peserta didik.
Sistem pendidikan di Ganesha Operation tersebut telah membuktikan
keberhasilannya dengan hasil pengambilan data yang menunjukkan peningkatan pada
akademik peserta didik disekolahnya masing-masing. Dengan keberhasilan ini juga
Ganesha Operation telah membuktikan bahwa Pendidikan Luar Sekolah memang
bermanfat dalam melengkapi pendidikan formal.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ganesha Operation memiliki keunggulan dalam seleksi tes yaitu Tes Modalitas.
Ganesha Operation memiliki pemetaan dalam tempat duduk untuk mempermudah siswa
dalam proses pembelajaran yang terbagi dalam Visual, Kinestetik dan Auditori.
Ganesha Operation juga memiliki strategi untuk mengatasi siswa yang susah diatur
yaitu pembinaan atau memanggil orang tua siswa. Catatan perbedaan kurikulum 2006
dan 2013 yaitu materi, urutan pembelajaran serta cara mebelajarkannya. Di Kurikulum
2013 siswa lebih aktif dan mencari materi sendiri. Ganesha Operation juga membagi
kelas sesuai kurikulum 2013 dan KTSP 2006.
Dari hasil studi lapangan kami menyimpulkan bahwa sistem pendidikan
Ganesha Operation memiliki perubahan peningkatan pada akademik peserta didik di
sekolah. Peserta didik memutuskan memilih Ganesha Operation karena mendapatkan
rumus penting dalam pembelajaran serta lokasi yang strategis menjadi pilihan mereka
serta mendapatkan wawasan yang luas. Selama mereka bergabung dalam Ganesha
Operation mereka lebih terbantu dalam pembelajaran disekolah dan sangat
mempengaruhi nilai rapot sebelumnya dan mendapatkan pengetahuan yg belum
didapatkan disekolahnya.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
La Belle, Thomas J. 1976. Nonformal Education and Social Change in Latin America.
Los Angeles:UCLA Latin American Center Publications & University of
California.
Sudjana, H. D. 2004. Pendidikan Nonformal. Wawasan, Sejarah Perkembangan,
Filsafat, Teori Pendukung, Asas. Bandung: Falah Production.
Susetyo, Beni. 2005. Politik Pendidikan Penguasa. Yogyakarta: LKiS.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
LAMPIRAN