View of Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Berbantuan Media Puzzle untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas V SD
Siti Musawaroh, M.Pd
e-mail: musawarohsiti@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share berbantuan media puzzle kelas V SDN Soge Kandang haur Indramayu. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis dan Mc. Taggart. Model penelitian ini terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan observasi serta tahap refleksi. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa 1) aktivitas siswa baik pada siklus
I, II maupun siklus III menunjukkan peningkatan yang signifikan dengan persentase pada siklus I sebesar 75% menjadi 85,23% pada siklus II, dan 89% pada siklus III. 2) hasil belajar siswa dapat dilihat dari peningkatan ketuntasan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share berbantuan media puzzle pada siklus I sebesar 56,25% menjadi 75% pada siklus
II, dan 93,75 % pada siklus III. Berdasarkan hasil tersebut, dapat
METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742 METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
Kata Kunci: Aktivitas Siswa, Hasil Belajar, Think Pair Share, Media Puzzle
ABSTRACK
This research aims to describe of execution of social studies by using cooperative learning model think pair share with media puzzles of class of V SDN Soge Kandanghaur Indramayu. This research design uses Classroom Action Research (CAR) model of Kemmis and Mc.Taggart. The research model consist of plan, act and observe, and reflect. Method of descriptive research qualitative.. Data collecting used by method observation and tes. This research showed result that 1) activity of students reach 75% at cycle I, 85,23% at cycle II and 89% at cycle III. 2) result of student learning outcomes of cycle
I and cycle II by using cooperative learning model think pair share with media puzzles show improvement that 56,25% at cycle I and 75% at cycle II and 89% at cycle III. Based on these results it can
be concluded that student learning activities and student learning outcomes has increased.
Keywords: Activity, Learning Outcomes, Think Pair Share With Media Puzzles
A. PENDAHULUAN
Kita ketahui bersama bahwasanya tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pelaksanaannya, hal yang paling utama untuk mencapai tujuan tersebut adalah dalam proses kegiatan pembelajaran, sesuai dengan lampiran Permendikbud No 81A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum pedoman umum pembelajaran yang dijelaskan bahwa kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi dalam hal sikap, pengetahuan dan keterampilannya. Hal ini didukung oleh (Kosasih, 2014, p. 6) yang mengungkapkan bahwa kualitas yang dikembangkan dalam proses pembelajaran antara lain kreatifitas,
90 METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018
P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742 P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
Akan tetapi pentingnya proses pembelajaran sering kali tidak dibarengi dengan inovasi serta kreatifitas guru. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan (Sanjaya, 2016, p. 5) bahwa lemahnya proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas sesuai dengan kemampuan dan selera guru. Hal tersebut kemudian menjadi masalah karena pada saat ini kurikulum yang berlaku yaitu kurikulum 2013 menuntut adanya perubahan dan pengembangan teknologi yang harus dikuasai oleh guru.
Di Sekolah Dasar Negeri Soge Kecamatan Kandanghaur Indramayu, proses belajar mengajar masih dirasa kurang dalam hal inovasi pembelajaran, hal ini belum sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 seperti yang diungkapkan oleh (Kosasih, 2014, p. 7) bahwa guru harus dapat mengembangkan kesempatan belajar siswa untuk meniti anak tangga membawa ke pemahaman yang lebih tinggi, yang semula berpusat pada guru (teacher center) dilakukan dengan bantuan guru menjadi semakin mandiri (student center). Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 22 September 2016 dengan persentase 70% siswa masih belum dapat menguasai materi yang bersifat faktual, yang terlihat dari hasil belajar mereka masih belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditargetkan, hal lainnya yang menjadi persoalan kurangnya tingkat pemahaman dan keaktifan siswa terhadap mata pelajaran khususnya IPS masih belum optimal, yang dirasakan pada saat guru melakukan apersepsi.
Hal ini tidak sesuai dengan tujuan dari Undang-Undang No 20 tahun 2013 tentang sistem pendidikan nasional yang mengemukakan bahwa lulusan harus memiliki kemampuan yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang akan menjadi pengembangan serta acuan pendidikan nasional, maka dari itu proses pengembangan model pembelajaran diperlukan untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa.
Khususnya pengembangan kurikulum IPS yang mengkaji seperangkat fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (Depdiknas, 2006, p. 51). Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi,
METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742 METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
Secara teoritis, kurikulum Pendidikan IPS pada hakikatnya bertujuan mendidik siswa agar menjadi warga negara yang kritis serta peka terhadap lingkungan sosialnya. Namun realitasnya peserta didik masih sangat lemah dalam mengamati dan menganalisa isu-isu sosial kontekstual yang sedang mereka hadapi di lingkungan, berbagai persoalan sosial pada remaja sekolah seperti tawuran, narkoba, seks bebas, alkoholisme, kejahatan seksual pada anak dan menjamurnya sinetron-sinetron yang kurang mendidik yang membuat anak-anak memuja dan mengidolakan artis hal ini berdampak pada krisis kebangsaan di mana anak tidak mengetahui dan tidak mengenal tokoh pahlawan perjuangan oleh sebab itu perlu ditanamkan jiwa patriotisme, nasionalisme dan cinta tanah air melalui pembelajaran IPS pada materi perjuangan melawan penjajahan kelas V yang tersirat bahwasanya kemerdekaan bukan atas pemberian atau hadiah tetapi dengan perlawanan dan tetesan darah para pahlawan, sehingga penanaman karakter dimana rasa menghargai jasa para pahlawan, cinta tanah air, patriotisme dan nasionalisme harus melekat pada peserta didik.
Dalam dunia pendidikan inilah sebenarnya peranan guru memegang posisi kunci (key of position) atas pengembangan nilai-nilai sosial budaya bahkan karakter kebangsaan di lingkungan sekolah. Pengembangan pendidikan IPS tidak lagi berorientasi pada kecerdasan individual, melainkan pada penumbuh kembangan kecerdasan sosial peserta didik (Birsyada, 2014, p. 27).
Salah satu solusi yang dapat diberikan dalam upaya peningkatan hasil belajar dan penanaman karakter khususnya dalam mata pelajaran IPS adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif. Sesuai dengan Jhonson & Jhonson (dalam Lie, 2008, p. 7), yang mengungkapkan bahwa suasana belajar cooperative learning menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik. Hal tersebut sejalan dengan tujuan utama pembelajaran IPS menurut (Nasution, 2015, p. 9) yang bertujuan untuk membantu anak-anak
92 METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018
P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742 P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
B. METODE PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model Kemmis dan Mc.Taggart. Menurut (Kemmis dan Mc. Taggart, 1988, p, 11) yang setiap siklusnya terdiri atas tiga komponen, meliputi: (1) perencanaan (plan), (2) tindakan dan observasi (act and observe ), dan (3) refleksi (reflect).
Gambar 1 Siklus Model PTK Kemmis dan Mc.Taggart
Menurut (Arikunto, 2015, p. 42) Kegiatan tersebut disebut dengan siklus kegiatan pemecahan masalah. Apabila satu siklus belum menunjukkan tanda-tanda perubahan ke arah perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan penelitian dilanjutkan pada siklus kedua, dan seterusnya sampai menunjukkan peningkatan yang diinginkan oleh peneliti.
Secara sistematis sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu perangkat pembelajaran divalidasi oleh uji ahli. Pada uji ahli terdapat dua pakar ahli yaitu ahli materi dan ahli desain pembelajaran. Masing-masing pakar ahli menilai perangkat pembelajaran yang akan digunakan. Setelah itu, dilakukan tindakan siklus, secara garis besar, gambaran persiklus METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018
P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742 P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
Berikut ini gambaran tahapan penelitian yang akan dilakukan:
1. Perencanaan (Planning) Pada tahap perencanaan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri atas silabus, RPP, lembar kerja siswa, lembar evaluasi, materi yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan media puzzle.
b. Menyusun lembar observasi aktivitas siswa.
c. Menyusun lembar penilaian siswa.
d. Menyiapkan sarana, prasarana dan media puzzle yang digunakan dalam pembelajaran.
e. Mengatur jadwal penelitian.
2. Pelaksanaan tindakan (Acting) dan pengamatan (observing) Tahap ini merupakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe
think pair share. Dalam tahap ini dilakukan tindakan dan observasi oleh observer/partisipan pada aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan media puzzle. Observasi/penilaian difokuskan untuk mengobservasi kemampuan peneliti dalam melaksanakan pembelajaran serta keaktifan siswa terlibat dalam menggunakan media puzzle.
Pelaksanaan diisi dengan kegiatan pembelajaran dengan langkah- langkah menggunakan model kooperatif tipe TPS yang tercantum pada tabel berikut ini:
94 METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018
P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
Tabel 1 Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal (± 10 menit)
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
1. Mengkondisikan siswa dengan 1. Menjawab salam, berdoa, dan mengu capkan salam, berdoa, mela-
menyimak presensi yang dilakukan kukan presensi, dan menyiap kan
guru.
bahan ajar 2. Siswa mempersiapkan diri untuk 2. Melakukan apersepsi dengan mem-
mengi kuti pembelajaran be rikan pertanyaan kepada siswa. 3. Siswa menjawab pertanyan aper-
3. Memberikan motivasi dengan sepsi dari guru. menya nyikan lagu wajib bersama- 4. Guru bersama siswa menyanyikan
sama. lagu wajib nasional. 4. Menyampaikan tujuan pembe la- 5. Siswa menyimak tujuan pembe-
jaran lajaran yang disampaikan oleh guru 5. Menyampaikan kegiatan yang akan 6. Siswa menyimak kegiatan yang akan
dilakukan selama proses pem- dilakukan selama pembelajaran. belajaran
Kegiatan Inti (± 50 menit) A. Fase Think 1. Guru memberikan pertanyaan
1. Siswa secara individu berfikir untuk kepada siswa tentang alasan Bangsa
mencari jawaban atas pertanyaan Belanda datang ke Indonesia
mengenai alasan kedatangan Bang- 2. Guru menampilkan gambar salah
sa Belanda di Indonesia. satu tokoh Bangsa Belanda dalam
2. Siswa memperhatikan gambar da- bentuk utuh.
lam bentuk utuh. 3. Kemudian guru menampilkan gam-
3. Siswa memperhatikan gambar be- bar salah satu tokoh dalam bentuk
ru pa puzzle yang diperlihatkan oleh potongan berupa media puzzle dan
guru
meminta siswa mengamatinya 4. Siswa memperhatikan petunjuk yang 4. Guru menjelaskan bagaimana pe-
disampaikan guru dalam meng - tun juk menyusun puzzle
gunakan media puzzle. 5. Guru mengaitkan gambar dengan
5. Siswa aktif bertanya selama kegiatan peris tiwa yang terjadi pada saat itu.
pembelajaran terkait materi pela- jaran
METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
B. Fase Pair 1. Guru membagi siswa menjadi 1. Siswa duduk berpasangan dalam berpasangan
kelompok 2. Guru meminta siswa untuk mendis- 2. Siswa berdiskusi dengan pasangan
kusikan dan mencari jawa ban dari tentang permasalahan yang diberi- permasalahan dengan pasa ngan-
kan guru.
nya. 3. Siswa aktif bertanya selama kegiatan 3. Guru membagikan LKS dan satu
pembe lajaran terkait materi pelaja- buah puzzle kepada masing-masing
ran
pasa ngan 4. Siswa menerima LKS yang dibagikan. 4. Guru menjelaskan cara mengerjakan 5. Siswa menerima satu buah amplop
LKS yang berisi potongan gambar 5. Dalam menyusun puzzle diharuskan 6. Siswa memperhatikan petunjuk dari
kerja sama dengan pasangannya
guru. 6. Guru membimbing kegiatan diskusi 7. Siswa bekerja sama menyusun puzzle
berpasangan dengan pasangannya 7. Guru memantau aktivitas setiap 8. Siswa melakukan diskusi kelompok
pasa ngan dengan pasangannya 9. Siswa terlibat aktif dalam diskusi
kelompok 10. Menulis hasil diskusi kelompok
pada lembar kerja siswa Fase Share 1. Setelah siswa selesai mengerjakan 1. Siswa mempresentasikan hasil
LKS dan menyusun gambar, guru disku sinya di depan kelas meminta beberapa pasangan untuk 2. kelompok yang lain menyimak
mempresentasikan hasil diskusinya penje lasan dari kelompok yang di depan kelas
presentasi 2. Kelompok yang lain memberikan 3. Siswa bersama pasangannya me-
tanggapan atas jawaban yang nang gapi jawaban yang disam pai - disampaikan temannya.
kan temannya 3. Guru meminta siswa untuk men- 4. Siswa mencatat dan merangkum
catat informasi penting informasi penting dari guru 4. Guru meminta siswa untuk 5. Siswa menyimpulkan hasil diskusi
menyimpulkan hasil diskusi tentang pengerjaan LKS materi yang terdapat pada LKS
96 METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018
P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
Kegiatan Akhir (± 10 menit)
1. Guru melatih kemampuan pemaha- 1. Siswa mengerjakan soal latihan/ tes man siswa dengan memberikan soal
formatif.
latihan/tes formatif 2. Siswa menyimak dan membahas 2. Guru memeriksa hasil tes siswa dan
soal bersama dengan guru. membahasnya
3. Siswa menyalin tugas pada buku 3. Guru meminta siswa untuk menya-
tugas siswa
lin tugas yang diberikan guru 4. Siswa menyimpulkan pembelajaran 4. Guru mengajak siswa menyimpulkan
yang telah dilakukan. pembelajaran yang telah dilakukan 5. Siswa dengan pasangan kelompo-
5. Guru memberikan reward berupa knya yang memiliki kinerja yang bintang kepada kelompok yang
baik mendapat reward dari guru. melakukan kineja yang baik.
6. Siswa menyimak motivasi dan pesan 6. Guru menutup pembelajaran
moral yang disampaikan oleh guru. dengan memberikan motivasi bela- 7. Siswa menjawab salam dan berdoa.
jar dan pesan moral. 7. Guru menutup pembelajaran de- ngan salam dan berdoa
1. Refleksi (Reflection)
Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi terhadap keberhasilan penerapan model kooperatif tipe TPS berbantuan media puzzle. Dalam refleksi ini guru bersama dengan siswa dan observer melakukan diskusi membahas temuan yang diperoleh selama proses pembelajaran. hasil akhir pada tahap refleksi dan evaluasi pada siklus 1 merupakan acuan bagi peneliti untuk menyimpulkan bagaimana pengaruh penerapan model kooperatif tipe TPS berbantuan media puzzle terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Kekurangan pada siklus 1 akan diperbaiki pada siklus/ tahap selanjutnya.
Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Soge Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat, dengan jumlah siswa sebanyak 16 anak yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan
5 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah lembar observasi, tes hasil belajar, dan dokumentasi.
METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
Instrumen penelitian yang digunakan peneliti adalah instrumen validasi perangkat, instrumen pengamatan aktivitas siswa, dan lembar evaluasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen berupa:
1. Instrumen validasi perangkat meliputi: (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) Silabus, (3) Lembar kerja Siswa, (4). Lembar tes hasil belajar siswa, (5). Lembar observasi aktivitas siswa, (6). Media puzzle.
2. Lembar pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar
Lembar pengamatan ini digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan kerja kelompok. Aktivitas siswa ditentukan oleh pengamat/observer dengan melihat kecocokan hasil pengamatan. Berikut ini aktivitas siswa yang akan diobservasi selama proses
pembelajaran berlangsung.
Tabel 1 Aktivitas Siswa
Skor penilaian No
Aktivitas yang diamati
Visual Activities
1. Memperhatikan penjelasan atau informasi yang disampaikan guru
2. Memperhatikan media puzzle yang digunakan dalam proses pembelajaran
3. Memperhatikan petunjuk yang disampaikan guru dalam menggunakan media puzzle
4. Memperhatikan informasi yang disampaikan temannya
Oral Activities
5. Siswa aktif bertanya selama kegiatan pembelajaran terkait materi pelajaran
6. Menjawab pertanyaan dari guru yang terkait dengan materi pelajaran
98 METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018
P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
7. Siswa menyampaikan hasil diskusi dengan kelompoknya
8. Siswa aktif membaca materi pelajaran
Listening Activities
9. Mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru
10. Mendengarkan saran dan pendapat yang disampaikan oleh temannya
11. Mendengarkan pertanyaan yang disampaikan oleh guru maupun oleh temannya
12. Mendengarkan kesimpulan pembelajaran yang disampaikan oleh guru maupun oleh temannya
Writing Activities
13. Mencatat informasi yang penting dari guru 14. Menyalin tugas yang diberikan guru 15. Menulis hasil diskusi kelompok pada lembar kerja
siswa 16. Menulis jawaban pada lembar jawaban tes hasil
belajar
Motor Activities
17. Siswa aktif menyusun kepingan puzzle dalam kelompok
18. Siswa bekerja sama dalam kelompoknya 19. Siswa berpartisipasi dalam menyusun puzzle 20. Siswa berdiskusi dengan teman satu bangkunya
berdasarkan jawaban kelompok
Mental Activities
21. Siswa aktif berpikir menyelesaikan potongan puzzle dalam kelompok
22. Siswa aktif memikirkan jawaban mandiri sebelum berdiskusi dengan temannya
23. Siswa aktif menyelesaikan soal latihan
METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
24. Bersama dengan pasangannya memikirkan jawaban terbaik kelompoknya
Emotional Activities
25. Siswa berani tampil di depan kelas untuk menyam- paikan hasil diskusinya
26. Siswa bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembe- lajaran
27. Siswa merasa senang dan gembira dalam pembelajaran 28. Siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran
3. Lembar tes hasil belajar
Tes hasil belajar dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar kognitif, tes ini mengukur kemampuan siswa menguasai materi. Tes ini digunakan untuk melihat ketuntasan indikator pencapaian hasil belajar yang berupa tes formatif yang berbentuk soal pilihan ganda, isian singkat dan uraian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
a. Analisis Data aktivitas siswa Analisis lembar observasi yang berupa aktivitas siswa digunakan
rumus:
Keterangan : P
= Persentase aktivitas
fx
= Jumlah skor yang diperoleh
N = Jumlah skor maksimal (Bungin, 2011, p. 182) Hasil observasi dikonversikan dengan kriteria penilaian:
81 - 100 % = sangat baik
= kurang sekali (Arikunto, 2007, p. 18) 100 METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018
P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742 P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
dan uraian untuk setiap siswa. Jumlah butir tes yang digunakan adalah 20 nomor soal untuk masing-masing pertemuan pada siklusnya. Untuk menghitung nilai yang diperoleh oleh siswa, digunakan rumus:
Setelah memperoleh skor pada setiap aspeknya, maka tahap selanjutnya adalah menghitung rata-rata nilai kelas. Rata-rata tersebut menggunakan rumus:
Keterangan : Me = Rata-rata Σx = Jumlah nilai seluruh siswa Ns = Jumlah seluruh siswa
(Sudjana, 2016, p. 109) Tahap selanjutnya adalah menghitung ketuntasan belajar
mereka dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar, yaitu:
Keterangan : P
= Persentase ketuntasan ∑x = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 70 N = Jumlah seluruh siswa
(Arikunto, 2012, p. 299)
Setiap langkah pengumpulan data selesai pada setiap siklusnya, maka dikelompokkan berdasarkan rentangannya, yaitu: R entangan 80 – 100% = baik sekali
R entangan 66 – 79% = baik R entangan 56 – 65% = cukup R entangan 40 – 55% = kurang Kurang dari 40%
= kurang sekali
(Arikunto, 2007, p. 19)
METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe think pair share berbantuan media puzzle dapat diketahui bahwa nilai aktivitas siswa tidak merata pada setiap aspek yang diamati. Namun secara keseluruhan pelaksanaan aktivitas dengan disertai sintaks model kooperatif tipe think pair share berbantuan media puzzle dapat menyebabkan siswa aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, skor terendah pada aktivitas berbicara (oral activities) dengan persentase 65,75%. Kedua pada aktivitas mendengarkan (listening activities) dengan persentase 73,50%. Ketiga aktivitas mental (mental activities) dengan persentase 75,25%. Keempat aktivitas menulis (writing activities) dengan persentase 76,56%. Kelima aktivitas melihat/memperhatikan (visual activities) dengan persentase 77,38%. Keenam aktivitas emosional (emotional activities) dengan persentase 78,25%. Selanjutnya skor tertinggi pada kegiatan aktivitas gerak (motor activities) dengan persentase 79,75%. Nilai rata-rata aktivitas pada siklus I sebesar 75,00% dengan kategori “baik”. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh informasi ketuntasan indikator keberhasilan belum tercapai pada siklus I dan perlu diperbaiki pada siklus berikutnya.
2. Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus II, terjadi peningkatan pada aktivitas yang diamati. Skor tertinggi pada aktivitas melihat/memperhatikan (visual activities) dengan persentase 89,63% dan aktivitas menulis (writing activities) dengan persentase 89,63%. Berikutnya pada urutan kedua dengan perolehan skor tertinggi yaitu terdapat pada kegiatan aktivitas gerak (motor activities) dengan persentase 88,25% dan aktivitas emosional (emotional activities) dengan persentase 88,25%. Urutan ketiga dengan perolehan skor tertinggi yaitu pada aktivitas mental (mental activities) dengan persentase 85,13%. Selanjutnya perolehan terendah yaitu pada kegiatan aktivitas mendengarkan (listening activities) dengan persentase 77,38% dan perolehan skor terendah kedua pada kegiatan aktivitas berbicara (oral activities) dengan persentase 71,38%.
102 METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018
P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus II, menunjukkan peningkatan dari siklus I dengan rata-rata aktivitas 85,23% dengan kategori “sangat baik”. Apabila dibandingkan dengan rata-rata aktivitas siklus I yaitu 75,00% berarti terjadi peningkatan sebesar 10,23% dari siklus I. Aktivitas siswa pada siklus II ini juga dinyatakan belum tuntas, karena masih ada dua aktivitas yang diamati yang belum memenuhi kriteria indikator keberhasilan yang telah ditentukan peneliti yaitu ≥ 80%. Untuk itu perlu adanya perbaikan pada siklus berikutnya terutama pada kegiatan aktivitas mendengarkan (listening activities) dan kegiatan aktivitas berbicara (oral activities).
3. Aktivitas Belajar Siswa Siklus III
Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan materi pokok perjuangan melawan penjajahan Belanda, Jepang dan pergerakan nasional pada siklus III menunjukkan bahwa aktivitas yang paling tinggi adalah kegiatan melihat/memperhatikan (visual activities) dengan persentase 91,50 %. Kedua kegiatan aktivitas menulis (writing activities) dengan persentase 90,75%. Ketiga adalah kegiatan aktivitas mendengarkan (listening activities) dengan persentase 89,50%. Keempat adalah kegiatan aktivitas emosional (emotional activities) dengan persentase 89,00%. Kelima adalah kegiatan aktivitas gerak (motor activities) dengan persentase 88,50%. Keenam adalah kegiatan aktivitas berbicara (oral activities) dengan persentase 88,25%. Ketujuh adalah kegiatan aktivitas mental (mental activities) dengan persentase 86,00%.
Berdasarkan data tersebut maka diperoleh rata-rata sebesar 89,00% dengan kategori “baik sekali”. Hal ini terjadi peningkatan sebesar 3,77% dari siklus II. Aktivitas pada siklus III dinyatakan telah tuntas, karena telah melampaui persentase kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan peneliti sebesar 80%, sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa telah berhasil meningkat, baik dari segi proses maupun persentase yang diperoleh.
4. Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus I – III
Proses analisis data hasil penelitian meliputi data tentang aktivitas siswa dari siklus I sampai siklus III. Proses analisis data ini meliputi membandingkan data pada setiap siklus dan mengamati perkembangan
METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
I sampai dengan siklus III.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I-III
Siklus
No Aspek yang diamati I II III
P % 1 Visual Activities
3,66 91,50 2 Oral Activities
3,53 88,25 3 Listening Activities
3,58 89,50 4 Writing Activities
3,63 90,75 5 Motor Activities
3,54 88,50 6 Mental Activities
3,44 86,00 7 Emotional Activities
Sumber: data sekunder diolah, 2017 Tahap kedua Design and Develompment (perencanaan dan
pengembangan) yang terdiri dari empat aktivitas antara lain: (1) pemilihan lingkungan pengembangan yaitu produk LKPD ini dipakai oleh guru kelas IV di Sekolah Dasar dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. (2) Pemilihan format media yaitu format yang dipilih adalah pembelajaran berbasis proyek. Sedangkan media yang dipilih untuk pengembangan produk LKPD adalah media cetak. (3) Prosedur Evaluasi yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui pemahaman peserta didik setelah melakukan proses kerja dan belajar. Alat pengumpul data yang diperlukan menggunakan metode tes dan observasi penilaian proyek. (4) Desain dan pengembangan produk yaitu aktivitas yang berupa perancangan produk LKPD. Setelah LKPD sudah jadi, maka tahap selanjutnya divalidasi oleh para pakar ahli yaitu Drs. Suprayitno, M.Si sebagai ahli materi dan Julianto, M.Pd sebagai ahli desain pembelajaran. Setelah itu melakukan refleksi tentang kekurangan ataupun kesalahan pada produk LKPD yang dikembangkan.
104 METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018
P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
Bagian-bagian yang perlu direvisi yaitu kesalahan tahapan petunjuk belajar, kesalahan tata letak desain background, tidak ada sumber gambar, kesalahan penulisan kata dan kalimat, kesalahan penulisan kegiatan. Selanjutnya produk LKPD dilakukan revisi dan menghasilkan draf baru. Draf baru ini dilakukan uji coba perorangan yang terdiri dari
3 peserta didik kelas IV SD Negeri Gampeng 2, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk. Dari uji coba perorangan bagian yang perlu direvisi merupakan penulisan kata “produk” yang kurang spesifik pada LKPD. Selanjutnya dilakukan revisi dan dihasilkan draf baru. Draf baru dilakukan uji coba kelompok kecil yang terdiri dari 9 peserta didik kelas
IV SD Negeri Gampeng 2, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk. Masing-masing peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda. Hasil uji coba kelompok kecil yaitu pada tahapan penjadwalan proyek terlalu rumit, sehingga pengembang mengganti menjadi sederhana. Draf dilakukan pembenaran, dan selanjutnya hasil draf yang baru dilakukan uji coba kelompok besar. Uji coba kelompok besar berjumlah
24 peserta didik SD Negeri Ngluyu, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk. Pada hasil uji coba kelompok besar ini dapat diketahui bahwa LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek layak, praktis, efektif.
Pada tahap selanjutnya desimination (penyebarluasan). Tahap ini tidak digunakan dalam penelitian ini. Hal tersebut dikarenakan hasil data yang dikumpulkan lebih banyak bersifat kontekstual, sehingga tidak dapat digeneralisasikan untuk semua tempat. Selain itu juga LKPD yang dikembangkan tidak hanya diterima secara individu, melainkan juga institusi melalui proses adopsi.
Hasil uji kelayakan LKPD diperoleh dari lembar validasi dan angket respon peserta didik. Komponen yang divalidasi adalah LKPD, perangkat pembelajaran, dan instrumen penelitian. Sedangkan angket respon siswa pada uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil.
Hasil lembar validasi dari validator yang dinilai oleh kedua validator menyatakan bahwa LKPD, perangkat pembelajaran, dan instrumen layak digunakan dalam pembelajaran. Sedangkan hasil angket respon siswa sebagai berikut.
METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
Tabel 3. Hasil Angket Respon Peserta Didik
Jawaban
Jumlah Uji Coba
Interpretasi Siswa
Uji Coba
3 12 3 80 Baik Perorangan
Uji Coba Kelompok
Sangat Baik Kecil Sumber: data sekunder diolah, 2017
Hasil angket respon peserta didik menyatakan bahwa LKPD layak sesuai persentase pada uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil.
Kepraktisan LKPD dapat dilihat dari hasil lembar observasi keterlaksanaan LKPD. Lembar observasi keterlaksanaan LKPD ada
2 yaitu untuk guru dan untuk peserta didik. Dimana masing-masing ada 4 kali pertemuan dengan indikator yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran berbasis proyek dilakukan pada 4 kali pertemuan. Hasil persentase keterlaksanaan LKPD pada peserta didik sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Persentase Keterlaksanaan LKPD pada peserta didik
Pertemuan ke- Persentase Keterlaksanaan
Rata-Rata Persentase
Keterlaksanaan
Sumber: data sekunder diolah, 2017
Dari hasil tabel diatas, rata-rata persentase keterlaksanaan LKPD pada peserta didik adalah 79,9%. Oleh karena itu, keterlaksanaan LKPD pada peserta didik dapat dikategorikan tinggi. Selanjutnya persentase keterlaksanaan LKPD pada guru sebagai berikut:
106 METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018
P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
Tabel 5. Persentase Keterlaksanaan Pada Guru
Pertemuan ke- Persentase Keterlaksanaan
Rata-Rata Persentase
Terlaksana
Sumber: data sekunder diolah, 2017
Dari tabel 4 menyatakan bahwa rata-rata persentase keterlaksanaan LKPD adalah 97,5. Oleh karena itu, keterlaksanaan LKPD pada guru dapat dikategorikan sangan tinggi.
Keefektifan LKPD dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik. Soal tes hasil belajar terlebih dulu dilakukan validasi ahli oleh kedua pakar ahli. Selanjutnya uji validasi konstruk dengan 36 peserta didik dan di hitung validasi dengan menggunakan Product Moment. Uji validasi ini menggunakan bantuan SPSS for Windows Version 16.0. Hasil dari uji validasi sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil Uji Validitas Soal
Simpulan Butir Soal
1, 3,4, 6,7,8,9,10,12,13,15,17,18,19, 21,23,24,26,27,28,30 Tidak Valid 2,5,11,14,16,20,22,2529 Sumber: data sekunder diolah, 2017 Dari tabel diatas menyatakan bahwa soal yang dinyatakan valid
Valid
sejumlah 21 butir soal, sedangkan soal yang tidak valid sejumlah 9 butir soal. Menurut (Kasmadi & Sunariah, 2013, p.78) pengambilan keputusan validitas jika r hitung >r tabel maka berkorelasi yang signifikan terhadap skor total. Maka hal tersebut dinyatakan valid. Butir soal dinyatakan tidak valid jika r hitung <r tabel . Butir soal tersebut tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total. Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas sebagai berikut:
METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
Tabel 7. Hasil Uji Realibilitas Soal
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
Sumber: SPSS Version 16.0
Menurut (Kasmadi & Sunariah, 2013, p.79) pengambilan keputusan reliabilitas jika r hitung >r tabel maka dapat dikategorikan reliabel, sedangkan jika r hitung <r tabel maka dapat dikategorikan tidak reliabel. Berdasarkan tabel diatas menyatakan bahwa nilai reliabilitas 0,743, sedangkan r tabel 0,329. Pengambilan keputusan jika r hitung (0,743) > r tabel (0,329), maka dikategorikan reliabel. Nilai reliabilitas 0,743 pada uji reliabilitas termasuk kategori sangat tinggi. Selanjutnya dilakukan uji tingkat kesukaran soal. Hasil uji tingkat kesukaran soal sebagai berikut:
Tabel 8. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal
Sumber: data sekunder diolah, 2017
Dari tabel diatas menyatakan bahwa tingkat kesukaran soal yaitu mudah sebanyak 2 butir soal, sedang 26 butir soal, dan sukar sebanyak
2 butir soal. Selanjutnya dilakukan uji daya pembeda. Hasil uji daya pembeda sebagai berikut:
Tabel 9. Hasil Uji Daya Pembeda
Sangat Jelek
Sangat Baik
Sumber: data sekunder diolah, 2017
Berdasarkan hasil uji daya pembeda menyatakan bahwa butir soal yang dinyatakan sangat jelek sebanyak 4 butir soal, jelek sebanyak 5 butir soal, cukup sebanyak 2 butir soal, dan baik sebanyak 19 butir soal. Dari hasil perhitungan pengujian soal tes, pengembang mengambil
20 butir soal yang valid untuk sebagai intrumen tes hasil belajar. Soal tes hasil belajar tesebut dijadikan pre test dan post test. Soal pre test dan post test sama tetapi hanya saja di acak pertanyaan dan nomor
108 METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018
P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742 P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
Tabel 10. Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
Statistic Df Sig.
21 .449 PostTest_Kont .119
PreTest_Kont * .131 21 .200 .957
21 .263 PostTest_Eks .175
PreTest_Eks * .150 21 .200 .944
Sumber: SPSS Version 16.0 Berdasarkan tabel diatas terdapat dua hasil uji normalitas yaitu
Kalmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk. Kalmogorov-Smirnov digunakan jika jumlah sampel > 50, sedangkan Shapiro Wilk digunakan jika jumlah sampel <50. Sampel dari penelitian ini kurang dari 50, maka pengembang menggunakan Shapiro-Wilk. Dari data Shapiro-Wilk menyatakan bahwa P value >0,05 dengan df 21 dengan demikian semua data berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Untuk mengetahui data yang diperoleh berdistribusi homogen atau tidak, maka digunakan uji homogen dengan statistic Based on Mean dengan menggunakan SPSS for Windows Version 16.0. Pengolahan uji homogen ini dari data pre test kelas kontrol dan pre test kelas eksperimen.
Tabel 11. Hasil Uji Homogenitas Pre Test
Test of Homogeneity of Variances
Nilai
Levene Statistic
Sumber: SPSS Version 16.0
METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
Menurut (Kasmadi & Sunariah, 2013, p. 119) kriteria homogenitas varians yaitu apabila p value Sig > 0,05. Nilai p value Sig merupakan nilai perhitungan hasil pengujian homogenitas. Sedangkan nilai 0,05 merupakan nilai probabilitas yang biasa digunakan. Berdasarkan tabel diatas,uji homogenitas pre test melalui SPSS for Windows Version
16.0 diketahui bahwa hasil pada p value Sig. O,961. Oleh karena itu, berdasarkan hasil uji homogenitas p value Sig. 0,961> 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data pre test kelas kontrol dan kelas eksperimen dinyatakan homogen. Sedangkan hasil uji homogenitas pada post test kelas kontrol dan kelas eksperimen sebagai berikut:
Tabel 12. Hasil Uji Homogenitas Post Test
Test of Homogeneity of Variances
Nilai
Sig. 2.877
Levene Statistic
Sumber: SPSS Version 16.0
Menurut (Kasmadi & Sunariah, 2013, p. 119) kriteria homogenitas varians yaitu apabila p value Sig > 0,05. Nilai p value Sig merupakan nilai perhitungan hasil pengujian homogenitas. Sedangkan nilai 0,05 merupakan nilai probabilitas yang biasa digunakan. Berdasarkan tabel diatas, uji homogenitas post test melalui SPSS for Windows Version
16.0 diketahui bahwa hasil pada p value Sig. 0,097.. Oleh karena itu, berdasarkan hasil uji homogenitas p value Sig. 0,097 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data post test kelas kontrol dan kelas eksperimen dinyatakan homogen.
Untuk mengetahui keefektifan LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek yang dikembangkan, maka diberikan pre test dan post test pada pembelajaran tersebut. Pre test ini untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik kedua kelas tersebut apakah sama atau berbeda. Uji kesamaan rata-rata pre test ini menggunakan uji independent sample t-test dengan berbantuan SPSS for Windows Version
16.0. Hasil perhitungan pre test kelas kontrol dan kelas eksperimen sebagai berikut:
110 METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018
P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
Tabel 13. Hasil Uji Independent Sample Test Pre Test
Independent Samples Test
Levene's Test for
t-test for Equality of Means Equality of
Diff St 95%
er d. Err Confidence
F Sig.
Df .
enc
enc Interval of the e or e Difference
Lower Upper Pre_ Equal
test variances .008 .927 .885 42 .381 3.375 3.814 -4.322 11.072 assumed
Equal variances
.882 40.067 .383 3.375 3.826 -4.356 11.106 not assumed
Sumber: SPSS Version 16.0 Berdasarkan uji t pada Independent Sample t Test menunjukkan
bahwa t hitung 0,885. Pada taraf 5% dengan df (derajat kebebasan) 43 dan signifikan 5% (0,05) maka diperoleh nilai t tabel adalah 2,016. Pada tabel diatas menjabarkan bahwa sig. 0,381 dimana lebih besar dari 0,05, maka tidak ada perbedaan antara pre test kontrol dan kelas eksperimen. Selanjutnya hasil perhitungan post test kelas kontrol dan kelas eksperimen menggunakan uji independent sample t-test berbantuan SPSS for Windows Version 16.0 sebagai berikut :
METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
Tabel 14. Hasil Uji Independent Sample Test Post Test
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
Sig
Diff M
Diff St
Confidence e or e Interval of the
Difference
df Lower Upper Post_ Equal
F Sig. T
test variances 2.877 .097 -5.347 43 .000 -17.440 3.262 -24.019 -10.862 assumed
Equal variances
-5.257 37.553 .000 -17.440 3.318 -24.160 -10.721 not
assumed
Sumber: SPSS Version 16.0 Berdasarkan pada output Independent Sample T-test nilai –t hitung <-
t tabel (-5,427<-2,016) dan P value (0,000<0,05), maka sesuai dasar pengambilan keputusan dalam Uji Independent Sample T-Test maka Ho di tolak, dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek efektif digunakan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV di Sekolah Dasar.
Untuk melihat derajat pengaruh perbedaan pembelajaran terhadap kemampuan hasil belajar dilakukan analisis inferensial melalui N-Gain yang dinormalisasikan. Berdasarkan perhitungan N-Gain pada kelas kontrol mengalami penurunan sebanyak 2 peserta didik, tetap sebanyak
4 peserta didik, rendah sebanyak 5 peserta didik, sedang sebanyak 6 peserta didik, dan tinggi sebanyak 4 peserta didik. Jika dirata-rata hasil N-Gain pada kelas kontrol adalah 0,35. N-Gain secara keseluruhan dapat dikategorikan sedang. Sedangkan pada kelas eksperimen N-Gain pada kategori sedang sebanyak 3 peserta didik, dan tinggi sebanyak 21 peserta didik. Jika dirata-rata hasil N-Gain pada kelas eksperimen adalah 1,2.
112 METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018
P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
N-Gain secara keseluruhan dapat dikategorikan tinggi. Penilaian proyek ini dinilai setiap kegiatan kelompok pada kegiatan
pembuatan produk. Penilaian proyek ini juga dinilai setiap kelompok. Setelah nilai proyek kelompok sudah di dapatkan, maka nilai proyek kelompok akan dipisah-pisahkan menjadi nilai individu. Setelah dihitung dan dianalisis interpretasi rata-rata penilaian proyek pada kategori tinggi dengan nilai rata-rata 77,7.
Data hasil tes semua peserta didik dikumpulkan dan dianalisis untuk mengetahui seberapa banyak peserta didik yang berhasil dalam pembelajaran ini. Secara klasikal peserta didik dikatakan tuntas belajar jika keberhasilan peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 75 mencapai 80%. Penilaian klasikal ini terdiri dari nilai post test dan nilai proyek. Berdasarkan perhitungan, peserta didik yang mendapatkan nilai akhir > 75 sebanyak 15 peserta didik. Setelah dilakukan penghitungan secara klasikal maka diperoleh persentase klasikal 62,5%. Oleh karena itu, hasil data secara klasikal dapat diinterpretasikan tinggi.
Kelayakan LKPD yang disusun sesuai dengan Peraturan Pemerintahan No. 19 tahun 2005 pasal 42 poin 5 yaitu kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikaan buku teks. LKPD ini disusun dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek. Jadi LKPD yang dikembangkan ini di dalamnya terdapat tahapan model pembelajaran berbasis proyek sehingga pada akhir pembelajaran peserta didik menghasilkan proyek berupa miniatur perkembangan teknologi. Kelayakan LKPD dilihat dari validasi dan angket respon peserta didik. Validasi yang dinilai oleh pakar yaitu LKPD, perangkat pembelajaran, dan instrumen penelitian. Semua komponen yang divalidasi oleh pakar ahli dinyatakan layak digunakan dalam pembelajaran. Sedangkan angket respon peserta didik pada uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil juga dikategorikan baik dan layak digunakan. Dari hasil analisis kelayakan, maka dapat disimpulkan bahwa LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek layak untuk meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV di Sekolah Dasar.
Kepraktisan LKPD dapat dilihat dari lembar observasi keterlaksanaan LKPD sesuai sintaks rencana pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran terjadi 4 kali pertemuan, sehingga lembar observasi keterlaksanaan LKPD juga ada 4 kali pertemuan yang mana pada masing-
METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
Keefektifan LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dapat dilihat dari tes hasil belajar. Pembelajaran menggunakan LKPD. Menurut Prastowo (2012: 204) berpendapat bahwa LKPD merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga peserta didik diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek yang dikembangkan ini dikemas sedemikian rupa, sehingga peserta didik dapat mempelajari materi ajar secara mandiri. LKPD ini berisikan mengenai pembelajaran yang mengacu dengan pembuatan sebuah proyek. Peserta didik mengikuti pembelajaran dan mengerjakan LKPD sesuai dengan langkah-langkah dari model pembelajaran berbasis proyek.
Tujuan pengemasan LKPD ini sebagai berikut.
a. Menyajikan tugas-tugas berupa kegiatan yang dapat membantu peserta didik menemukan konsep dan mengintegrasikan pengetahuan yang di dapatkan.
b. Melatih jiwa kemandirian peserta didik dalam suatu pembelajaran.
c. Melatih peserta didik dalam mengekspresikan pengetahuan yang dimiliki.
Pada penerapan LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek ini dapat melihat hasil belajar. Hasil belajar yang dinilai dalam penelitian ini terdapat 2 yaitu hasil belajar individu dan hasil belajar proyek. Hasil belajar individu berupa soal pre test dan soal post test. Pada masing-masing kelas diberikan soal pre test dan soal post test. Untuk hasil belajar proyek ini diberikan kepada kelas yang menggunakan LKPD pengembang. Hal tersebut dikarenakan LKPD yang dikembangkan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek.
114 METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018
P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
Sebelum soal tes hasil belajar diberikan kepada subjek penelitian, masih dilakukan validasi kepada para pakar ahli dan dilakukan uji coba konstruk. Uji coba konstruk ini dilakukan kepada peserta didik kelas
V di SD Negeri Ngluyu. Hasil dari uji coba dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran soal, dan uji daya pembeda. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa terdapat 21 butir soal yang valid dan 9 butir soal yang tidak valid. Dari 21 butir soal yang valid, pengembang mengambil 20 butir soal yang valid sebagai intrumen tes hasil belajar individu.
Setelah soal tes hasil belajar siap digunakan, maka penelitian pada uji coba kelompok besar siap dilaksanakan. Peneliti menggunakan bentuk penelitian adalah quasi exsperimental design menggunakan teknik pre test-post test control group design. Desain ini merupakan desain eksperimen yang dilakukan pre test sebelum perlakuan untuk mengetahui keadaan awal pada masing-masing kelas. Hasil pre test kelas kontrol tidak jauh berbeda dengan pre test kelas eksperimen, maka hasil pre test dinyatakan baik. Setelah dilakukan perlakuan (treatment) yang berupa penggunaan LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dan LKPD siap pakai. Setelah perlakuan selesai, maka dilakukan post test pada masing-masing kelas.
Penelitian ini dilakukan pada peserta didik kelas IV di SD Negeri Tempuran 2, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk sebagai kelas kontrol dan peserta didik kelas IV di SD Negeri Ngluyu, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk sebagai kelas eksperimen. Kedua sekolah tersebut memiliki karakteristik yang sama. Pada penelitian ini, masing- masing kelas sama-sama belajar menggunakan LKPD. Tetapi, pada kelas kontrol menggunakan LKPD siap pakai yang sudah dibeli oleh instansi sekolah. Sedangkan pada kelas eksperimen menggunakan LKPD yang telah dibuat oleh pengembang.
Pembagian kelas tersebut sesuai penelitian yang dilakukan Celikler dan Aksan (2012) dengan judul “The Effect of the Use of Worksheets About Aqueous Solution Reaction on Pre-Service Elementary Science Teacher Academic Succes”. Penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol diterapkan dengan metode pembelajaran tradisional. Sedangkan kelas eksperimen diterapkan dengan lembar kerja yang dikembangkan.
METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
Untuk mengetahui keefektifan LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek yang dikembangkan, maka dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis menggunakan uji independent sample t-test. Hasil uji independent sample t-test pada pre test menjabarkan bahwa sig. 0,381 dimana lebih besar dari 0,05, maka tidak ada perbedaan antara pre test kontrol dan kelas eksperimen. Selanjutnya data post test kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan uji independent sample t-test. Berdasarkan pada output Independent Sample T-test nilai –t hitung<-t tabel (-5,427<-2,016) dan P value (0,000<0,05), maka sesuai dasar pengambilan keputusan dalam Uji Independent Sample T-Test maka Ho di tolak, dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek efektif digunakan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV di Sekolah Dasar.
Pada penerapan LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek terdapat kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dalam penerapan LKPD ini sebagai berikut.
a. Peserta didik lebih aktif dalam segala kegiatan yang dilakukan sesuai LKPD.
b. Peserta didik lebih rajin dan berusaha keras agar terselesaikan proyek ini, sehingga peserta didik termotivasi untuk menyelesaikan proyek ini.
Sedangkan kelemahan dalam penerapan LKPD ini sebagai berikut.
a. Penerapan model pembelajaran berbasis proyek yang membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga penyelesaian produk kurang efektif.
b. Kondisi kelas agak sulit dikontrol dan mudah menjadi rebut saat pelaksanaan proyek, karena adanya kebebasan pada peserta didik sehingga memberi peluang untuk rebut dan untuk itu diperlukannya kecakapan guru dalam penguasaan dan pengelolaan kelas yang baik.
D. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan diskusi hasil penelitian dapat disim- pulkan antara lain: (1) LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek layak digunakan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
116 METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018
P-ISSN: xxx-xxx, E-ISSN: 2615-3742
Sosial kelas IV di Sekolah Dasar. Hal tersebut didasarkan pada hasil validasi dan angket respon siswa yaitu layak digunakan dalam pembelajaran. (2) LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek praktis digunakan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV di Sekolah Dasar. Hal tersebut didasarkan pada perhitungan persentase keterlaksanaan, rata-rata persentase keterlaksanaan LKPD pada aktivitas peserta didik secara keseluruhan adalah 79,7. Hasil persentase tersebut pada kategori tinggi. Rata-rata keterlaksanaan LKPD pada aktivitas guru secara keseluruhan adalah 97,5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru sangat tinggi. (3) LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek efektif digunakan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV di Sekolah Dasar. Hal tersebut didasarkan pada output Independent Sample T-test nilai –t hitung<-t tabel (-5,427<-2,016) dan P value (0,000<0,05), maka sesuai dasar pengambilan keputusan dalam Uji Independent Sample T-Test maka Ho di tolak, dan Ha diterima.