BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksperimentasi Problem Based Learning dan Circ terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika bagi Siswa Kelas V SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan S

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan tentang

  pelaksanaan penelitian, deskripsi data sebelum dan setelah perlakuan, analisis data sebelum dan setelah perlakuan serta pembahasan hasil penelitian. Hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut:

4.1 Pelaksanaan Penelitian

  Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah 64 siswa kelas V SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo yang dibagi menjadi 2 kelas pararel yaitu kelas VA dan VB. Kelas eksperimen I dari penelitian ini adalah kelas VA yang terdiri dari 32 siswa dan kelas eksperimen II adalah kelas VB yang terdiri dari 32 siswa.

  Kelas V di SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo terbiasa dengan metode ceramah dan diskusi yang dipakai oleh guru. Siswa cenderung diam dan mencatat hal-hal yang dijelaskan oleh guru saat pembelajaran. Dalam menyelesaikan soal matematika seringkali siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika yang berbentuk soal cerita. Berdasarkan hasil UAS matematika semester I rata-rata kelas VA yaitu 69,59 dan 70,13 untuk kelas VB. Di dalam penelitian ini, terdapat variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Problem Based

  

Learning dan CIRC, dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan

menyelesaikan soal cerita matematika.

  Penelitian dilaksanakan pada seluruh siswa kelas V semester II SD Negeri

  1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 64 siswa yang dibagi menjadi 2 kelas pararel yaitu kelas VA dan

  VB. Kelas eksperimen I adalah 32 siswa dari kelas VA sedangkan kelas eksperimen II adalah 32 siswa dari kelas VB. Berdasarkan hasil UAS matematika semester I kedua kelas tersebut sudah diuji normalitas, uji homogen, dan uji keseimbangan dengan mengunakan SPSS 21.0 for windows dan menunjukkan kedua kelas itu homogen, yang berarti data berdistribusi normal dan memiliki varian yang tak berbeda secara signifikan. Ini menunjukkan bahwa sebelum diberi perlakuan kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama sehingga peneliti dapat melanjutkan penelitiannya dengan memberikan perlakuan pada kelas eksperimen I dengan menggunakan Problem Based Learning. Sedangkan pada kelas eksperimen II menggunakan CIRC. Setelah keduanya selesai dengan pembelajaran dengan cara yang berbeda, selanjutnya diadakan tes akhir (post-

  test ). Sedangkan materi yang diajarkan dapat dilihat pada tabel 21 berikut:

Tabel 21

Pelaksanaan Penelitian

  Pertemuan Materi

  I

  1. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan dua hal pada soal cerita

  2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan tiga hal pada soal cerita

  II

  1. Menghitung skala jika diketahui jarak pada peta dan jarak sebenarnya pada soal cerita

  2. Menghitung jarak pada peta jika diketahui skala dan jarak sebenarnya pada soal cerita

  3. Menghitung jarak sebenarnya jika diketahui skala dan jarak pada peta pada soal cerita

  III Post-test

  Penelitian ini dilakukan dalam 6 pertemuan, yaitu 3 pertemuan pada tanggal 23, 24, dan 25 Maret 2015 untuk kelas eksperimen I (Problem Based

  

Learning ) dan 3 pertemuan pada tanggal 30, 31 Maret, dan 1 April 2015 untuk

  kelas eksperimen II (CIRC). Setiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran dengan alokasi waktu 35 menit setiap satu jam pelajaran. Materi yang diberikan untuk kelas eksperimen I sama dengan materi yang diberikan untuk kelas eksperimen II yaitu membahas tentang perbandingan dan skala. Pada awal penyelenggaraan kelas eksperimen guru menyiapkan peralatan yang menunjang metode Problem Based Learning untuk kelas eksperimen I dan metode CIRC untuk kelas eksperimen II. Siswa menerima pembelajaran dengan baik dan mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru serta berdiskusi secara kelompok. Pada saat pelaksanaan tes akhir, kelas eksperimen I terlebih dahulu mengerjakan tes pada hari Rabu tanggal 25 Maret 2015 jam ke-1. Sedangkan kelas eksperimen

  II mengerjakan tes pada hari Rabu tanggal 1 April 2015 jam ke-1.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Deskripsi Data

  Statistik Kelas Eksperimen I

  Statistik Kelas Eksperimen I

  

Tabel 22

Deskripsi Data Sebelum Perlakuan

  63 Standar deviasi 7,40 6,99

  65

  88 Nilai terendah

  90

  32 Nilai rata-rata 79,09 75,38 Nilai tertinggi

  32

  (kelas CIRC ) N (jumlah siswa)

  (kelas Problem Based Learning) Kelas Eksperimen II

  

Tabel 23

Deskripsi Data Setelah Perlakuan

  (kelas Problem Based

  Deskripsi data yang disajikan adalah data hasil UAS matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo semester 1 tahun pelajaran 2014/2015 sebelum perlakuan sebagai data kemampuan awal. Kemudian setelah diberikan perlakuan diperoleh data akhir melalui tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika. Adapun ringkasan data yang disajikan dalam tabel dan gambar berikut:

  60 Berdasarkan kedua tabel di atas, terlihat bahwa pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II mengalami peningkatan. Rata-rata kemampuan awal kelas eksperimen I sebesar 69,59 meningkat menjadi 79,09 setelah diadakan perlakuan melalui tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika. Sedangkan pada kelas eksperimen II, rata-rata kemampuan awal sebesar 70,13 meningkat menjadi 75,38 setelah diadakan perlakuan melalui tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika. Dari hasil rata-rata post-test dapat dilihat bahwa rata-tata kelas eksperimen I lebih tinggi daripada kelas eksperimen II. Keadaan ini dapat dilihat pada gambar diagram batang di bawah ini.

  87 Nilai terendah

  85

  32 Nilai rata-rata 69,59 70,13 Nilai tertinggi

  32

  N (jumlah siswa)

  Kelas Eksperimen II (kelas CIRC )

  Learning )

  60 Standar deviasi 6,82 7,07

  100

  80

  60 Kelas Eksperimen I (Kelas Problem Based Learning)

  40 Kelas Eksperimen II (Kelas

  20 CIRC) N Nilai Rata- Nilai Nilai Standar rata Tertinggi Terendah Deviasi

  

Gambar 4

Deskripsi Data Sebelum Perlakuan

100

  90

  80

  70

  60 Kelas Eksperimen I (Kelas

  50 Problem Based Learning)

  40

  30 Kelas Eksperimen II (Kelas

  20 CIRC)

  10 N Nilai Rata- Nilai Nilai Standar rata Tertinggi Terendah Deviasi

Gambar 5

Deskripsi Data Setelah Perlakuan

  Penggambaran hasil UAS matematika semester 1 sebelum perlakuan dan hasil tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika setelah perlakuan baik kelas eksperimen I maupun kelas eksperimen II dalam penelitian ini akan dibuat distribusi frekuensi. Data dalam penelitian ini di distribusikan sesuai dengan interval perolehan skor yang didapat dari skor minimum ke skor maksimum. Menurut Budiyono (2004: 11) jika data kuantitatif dikelompokkan menjadi (golongan), maka akan diperoleh tabel distribusi frekuensi.

  Langkah-langkah membuat tabel distribusi frekuensi sebelum perlakuan dalam penelitian ini dengan menentukan:

  1. Jangkauan data (j) j = Nilai maks min

  • – Nilai = 87
  • – 60 = 27

  2. Banyaknya kelas interval (k) k = 1 + 3,3 logn (k = harus bilangan bulat) = 1 + 3,3 log64 = 1 + 3,3 (1,81) = 6,96 = 7

  3. Panjang kelas interval (p) p = 27 = 7

  = 3,86 (dapat digunakan panjang kelas interval 3 atau 4) dalam penelitian ini digunakan panjang kelas interval 4.

  4. Batas kelas interval (batas bawah dan batas atas) ditentukan. Batas bawah kelas pertama bisa diambil sama dengan nilai datum terkecil atau nilai yang lebih kecil dari datum terkecil. Akan tetapi, selisih batas bawah dan batas atas harus kurang dari panjang kelas. Dari data sebelum perlakuan diperoleh distribusi frekuensi yang disajikan dalam tabel dan gambar berikut:

  • – 63 8 25%
  • – 67 5 16%
  • – 71 6 19%
  • – 75 6 19%

  • – 79 5 16%
  • – 83 1 3%
  • – 87 1 3%

  60

  8

  7

  6

  5

  4

  3

  2

  1

  60 – 63 banyaknya siswa sama.

  Berdasarkan tabel 24 dan gambar 6 di atas menunjukkan pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II diperoleh nilai terendah masing-masing kelas sebanyak 8 siswa pada interval 60

  

Gambar 6

Distribusi Frekuensi Sebelum perlakuan

  1 3% N 32 100% 32 100%

  1 3%

  84

  80

  5 16%

  76

  7 22%

  72

  5 16%

  68

  5 16%

  64

  8 25%

  60

  

Tabel 24

Distribusi Frekuensi Sebelum Perlakuan

Interval Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II f P F P

  Kelas Eksperimen I frekuensi Kelas Eksperimen I Presentase Kelas Eksperimen II frekuensi Kelas Eksperimen II Presentase

  • – 63 64 – 67 68 – 71 72 – 75 76 – 79 80 – 83 84 – 87
  • >– 63 dengan persentase 25%. Sedangkan untuk nilai tertinggi masing-masing kelas sebanyak 1 siswa pada interval 84
  • – 87 dengan persentase 3%. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi sebelum perlakuan menunjukkan jumlah siswa kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II yang mencapai nilai tertinggi dengan interva
  • – 87 dan nilai terendah dengan interval
Sedangkan Langkah-langkah membuat tabel distribusi frekuensi setelah perlakuan dalam penelitian ini dengan menentukan:

  1. Jangkauan data (j) j = Nilai maks min

  • – Nilai = 90
  • – 63 = 27

  2. Banyaknya kelas interval (k) k = 1 + 3,3 logn (k = harus bilangan bulat) = 1 + 3,3 log64 = 1 + 3,3 (1,81) = 6,96 = 7

  3. Panjang kelas interval (p) p = 27 = 7

  = 3,86 (dapat digunakan panjang kelas interval 3 atau 4) dalam penelitian ini digunakan panjang kelas interval 4. Batas kelas interval (batas bawah dan batas atas) ditentukan. Batas bawah 4. kelas pertama bisa diambil sama dengan nilai data terkecil atau nilai yang lebih kecil dari data terkecil. Akan tetapi, selisih batas bawah dan batas atas harus kurang dari panjang kelas. Dari data sebelum perlakuan diperoleh distribusi frekuensi yang disajikan dalam tabel dan gambar berikut:

  

Tabel 25

Distribusi Frekuensi Setelah Perlakuan

Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II Interval f P F P

  63 2 6% 3 9%

  • – 66

  67 2 6% 5 16%

  • – 70

  71 5 16% 6 19%

  • – 74

  75 4 13% 5 16%

  • – 78

  79 6 19% 8 25%

  • – 82

  83 6 19% 3 9%

  • – 86

  87 7 22% 2 6%

  • – 90 N

  32 100% 32 100%

  8

  7 Kelas Eksperimen I frekuensi

  6

  5 Kelas Eksperimen I Presentase

  4 Kelas Eksperimen II

  3 frekuensi

  2 Kelas Eksperimen II Presentase

  1

  63

  • – 66 67 – 70 71 – 74 75 – 78 79 – 82 83 – 86 87 – 90

  

Gambar 7

Distribusi Frekuensi Setelah Perlakuan

  Berdasarkan tabel 25 dan gambar 7 dapat dibandingakn antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II pada kelas eksperimen I diperoleh nilai terendah sebanyak 2 siswa pada interval 63

  • – 66 dengan persentase 6% dan untuk nilai tertinggi sebanyak 7 siswa pada interval 87 – 90 dengan persentase 22%.

  Sedangkan, pada kelas eksperimen II diperoleh nilai terendah sebanyak 3 siswa pada interval 63

  • – 66 dengan persentase 9% dan untuk nilai tertinggi sebanyak 2 siswa pada interval 87
  • – 90 dengan persentase 6%. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi setelah perlakuan menunjukkan jumlah siswa yang mencapai nilai tertinggi kelas eksperimen I lebih banyak dibandingkan dengan kelas eksperimen

  II dan nilai terendah kelas eksperimen I lebih sedikit dibandingkan dengan kelas eksperimen II.

4.2.2 Hasil Analisis Data

a. Sebelum Perlakuan

  Teknik analisis data sebelum perlakuan dilakukan sebagai uji prasyarat analisis untuk uji keseimbangan. Untuk keperluan uji keseimbangan, data hasil penelitian ini diolah menggunakan Uji t. Uji t merupakan metode statistik parametrik. Uji ini digunakan karena sesuai dengan ciri-ciri statistik parametrik normal. Ciri yang pertama sudah terpenuhi karena dalam penelitian diperoleh data berupa interval dan rasio yang akan dilakukan analisis yang hasilnya akan diberlakukan secara keseluruhan sedangkan asumsi yang kedua akan diuji dalam penelitian ini sekaligus sebagai syarat uji t. Untuk proses penghitungan, digunakan bantuan Software Statistical Package for Social Science (SPSS) 21.0.

  Menurut Budiyono (2004: 185), terdapat 4 syarat yang harus dipenuhi dalam menggunakan uji t yaitu:

  1. Populasi-populasi saling independen (saling bebas) 2. 1 2 dan 2 2 (varians populasi) tidak diketahui

  3. Data berdistribusi normal (sifat normalitas)

  4. Ada pertimbangan perbedaan variansi antara kedua sampel yang dibandingkan (sifat homogenitas). Hal ini berkaitan dengan formula pengujian yang berbeda dimana variansi sama atau variansi berbeda. Persyaratan dari uji t di atas akan dibahas syarat ke-3 dan syarat ke-4. Untuk syarat pertama dan kedua sudah terpenuhi. Variabelnya saling independen dan varians populasi tidak diketahui. Hasil uji prasyarat ke-3 dan ke-4 dalam penelitian ini adalah:

1) Uji Normalitas

  Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data sebelum dilakukan penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini meliputi:

  a) Hasil belajar sebelum perlakuan kelas eksperimen I (kelas Problem

  Based Learning )

  b) Hasil belajar sebelum perlakuan kelas eksperimen II (kelas CIRC) Uji normalitas digunakan untuk menentukan data berdistribusi normal, berdasarkan uji Shapiro-Wilk dengan tingkat signifikan α = 0,05.

  Rangkuman uji normalitas menggunakan SPSS 21.0 for windows dapat dilihat pada tabel 26 berikut:

  Tabel 26 Hasil Uji Normalitas Sebelum Perlakuan Tests of Normality a

  X Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk * Statistic df Sig. Statistic df Sig. 1 .106 32 .200 .955 32 .197 y * 2 .122 32 .200 .953 32 .175 *. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

  Berdasarkan tabel 26 menunjukkan hasil analisis uji normalitas hasil belajar matematika pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Dengan menggunakan Shapiro-Wilk, jika nilai signifikan > 0,05, maka data berdistribusi normal. Jadi berdasarkan analisis hasil belajar matematika nilai signifikan pada kelas eksperimen I sebesar 0,197 > 0,05 dan kelas eksperimen II sebesar 0,175 > 0,05, sehingga pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II berdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas

  Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II sebelum diberi perlakuan mempunyai variansi yang sama. Berikut adalah hasil analisis uji homogenitas menggunakan SPSS 21.0 for windows.

  Tabel 27 Hasil Uji Homogenitas Sebelum Perlakuan

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic df1 df2 Sig.

  Based on Mean .040

  1 62 .842 Based on Median .056 1 62 .814 y

  

Based on Median and with adjusted df .056 1 61.995 .814

Based on trimmed mean .053 1 62 .818

  Berdasarkan tabel 27 diatas menunjukkan hasil uji homogenitas dengan metode

  Levene’s Test jika nilai signifikan > 0,05, maka data

  homogen. Nilai Levene ditunjukkan pada baris nilai Based on Mean, yaitu 0,040 dengan p value (sig) sebesar 0,842 dimana > 0,05 yang berarti terdapat kesamaan varians antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen

  II sebelum diberi perlakuan atau yang berarti homogen.

3) Uji Keseimbangan

  Sebelum dilaksanakan penelitian dilakukan terlebih dahulu uji keseimbangan. Sehingga, untuk uji keseimbangan dapat menggunakan uji

  t Independent Sample Test karena data berdistribusi normal dan homogen.

  Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: : =

  1) 1 2 (kedua kelas sama kemampuannya) :

  2) 1 1 2 (kedua kelas tidak sama kemampuannya)

  Untuk menguji keseimbangan maka digunakan hasil output olahan SPSS 21.0 for windows. Kriteria Pengujian: (1) Menggunakan koefisien Sig., dengan ketentuan

  a) Jika nilai sig. Hitung (probabilitas) < 0,05 maka tolak H 0.

  b) Jika nilai sig. Hitung (probabilitas) > 0,05 maka terima H 0. (2) Menggunakan koefisien t hitung, dengan ketentuan

  a) Jika koefisien t hitung positif = kedua kelas tidak sama kemampuannya apabila t hitung > t tabel maka tolak H .

  b) Jika koefisien t hitung negatif = kedua kelas tidak sama kemampuannya apabila t hitung < t tabel maka tolak H .

  Hasil perhitungan uji keseimbangan menggunakan SPSS 21.0 for

  windows

  dengan taraf signifikan α = 0,05 disajikan pada tabel berikut:

  

Tabel 28

Hasil Uji Keseimbangan Sebelum Perlakuan

Independent Samples Test

  Levene's Test for t-test for Equality of Means Equality of

  Variances 95% Std. Confidence Sig. Mean

  Error Interval of the F Sig. t Df (2- Differ Differen

  Difference tailed) ence ce Lower Upper

  Equal .040 .842 -.307 62 .760 -.531 1.728 -3.986 2.924 variances assumed y

Equal -.307 61.9 .760 -.531 1.728 -3.986 2.924

variances not

  

55 Berdasarkan tabel 28 menunjukkan skor koefisien t sebesar -0,307 dan t dengan nilai signifikansi sebesar 0,760. Hasil perhitungan uji keseimbangan menggunakan uji t Independent Sample Test. Berdasarkan pada nilai signifikansi/probabilitas yaitu jika signifikansi > 0,05, maka H diterima dan jika signifikansi < 0,05, maka H ditolak. Hasil uji t

  

Independent Samples Test Equal variances assumed diperoleh nilai

  signifikansi 0,760 yang berarti lebih besar dari 0,05 (0,760 > 0,05), maka H diterima. Dasar pengambilan keputusan juga didasarkan pada hasil uji t

  

Independent Samples Test Equal variances assumed diperoleh skor

  koefisien t sebesar -0,307. Pada penelitian ini, untuk keperluan uji keseimbangan digunakan uji t dua pihak dengan taraf signifikansi 5%. Rangkuman hasil uji keseimbangan dengan uji t dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  Tabel 29 Rangkuman Uji Keseimbangan t hitung t tabel Keputusan Uji

  • 0,307 -1,999 > t > 1,999 H diterima Daerah Penolakan Daerah Penolakan
  • 1 1 (Daerah luas = 2 ) (Daerah luas = ) 2 Daerah Penerimaan

      t = -1,999 t =-0,307 0 t =1,999 tabel hitung tabel

      Gambar 8 Daerah Kritik Uji Keseimbangan

      Uji keseimbangan yang digunakan adalah uji t dua pihak. Dalam perhitungan diperoleh nilai t = -0,307 sedangkan t = -1,999 > t >

      hitung tabel

      1,999 dengan taraf signifikan 5%. Karena t maka H ditolak dan

      hitung tabel

      1

      ∉ t H diterima menunjukkan bahwa kedua kelas sama kemampuannya.

    b. Setelah Perlakuan

      Teknik analisis data setelah perlakuan dilakukan sebagai uji prasyarat analisis untuk uji hipotesis. Untuk keperluan uji hipotesis, data hasil penelitian ini diolah menggunakan Uji t. Uji t merupakan metode statistik parametrik. Uji ini digunakan karena sesuai dengan ciri-ciri statistik parametrik yaitu; (1) Data berupa interval dan rasio; (2) Data menyebar atau berdistribusi normal. Asumsi yang pertama sudah terpenuhi karena dalam penelitian diperoleh data berupa interval dan rasio yang akan dilakukan analisis yang hasilnya akan diberlakukan secara keseluruhan sedangkan asumsi yang kedua akan diuji dalam penelitian ini sekaligus sebagai syarat uji t. Untuk proses penghitungan, digunakan bantuan Software Statistical Package for Social Science (SPSS) 21.0.

      Menurut Budiyono (2004: 185), terdapat 4 syarat yang harus dipenuhi dalam menggunakan uji t yaitu:

      1. Populasi-populasi saling independen (saling bebas) 2 2 2. dan (varians populasi) tidak diketahui 1 2

      3. Data berdistribusi normal (sifat normalitas)

      4. Ada pertimbangan perbedaan variansi antara kedua sampel yang dibandingkan (sifat homogenitas). Hal ini berkaitan dengan formula pengujian yang berbeda dimana variansi sama atau variansi berbeda. Persyaratan dari uji t di atas akan dibahas syarat ke-3 dan syarat ke-4. Untuk syarat pertama dan kedua sudah terpenuhi. Variabelnya saling independen dan varians populasi tidak diketahui. Hasil uji prasyarat ke-3 dan ke-4 dalam penelitian ini adalah:

    1) Uji Normalitas

      Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data setelah dilakukan penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini meliputi:

      a) Kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika setelah perlakuan siswa kelompok kelas eksperimen I (kelas Problem Based Learning) b) Kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika setelah perlakuan siswa kelompok kelas eksperimen II (kelas CIRC)

      Uji normalitas digunakan untuk menentukan data berdistribusi normal sebagai syarat uji hipotesis, berdasarkan uji Shapiro-Wilk dengan tingkat signifikan α = 5% atau 0,05. Rangkuman uji normalitas menggunakan SPSS 21.0 for windows dapat dilihat pada tabel 30.

      Tabel 30 Hasil Uji Normalitas Setelah Perlakuan

    Tests of Normality

    a

      X Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk * Statistic df Sig. Statistic df Sig. 1 .107

    32 .200 .939

    32 .068 y * 2 .104

    32 .200 .967

    32 .420 *. This is a lower bound of the true significance.

    a. Lilliefors Significance Correction

      Berdasarkan tabel 30 menunjukkan hasil analisis uji normalitas pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Dengan menggunakan , jika nilai signifikan > 0,05 maka data berdistribusi normal.

      Shapiro-Wilk

      Jadi berdasarkan analisis kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika setelah perlakuan nilai signifikan pada kelas eksperimen I sebesar 0,068 > 0,05 dan kelas eksperimen II sebesar 0,420 > 0,05, sehingga pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II berdistribusi normal.

    2) Uji Homogenitas

      Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II setelah diberi perlakuan mempunyai variansi yang sama. Berikut adalah hasil analisis uji homogenitas menggunakan SPSS 21.0 for windows.

      

    Tabel 31

    Hasil Uji Homogenitas Setelah Perlakuan

    Test of Homogeneity of Variance Levene df1 df2 Sig.

      Statistic Based on Mean .052 1 62 .821 Based on Median .050 1 62 .825 Y

      Based on Median and with .050 1 61.11 .825 adjusted df

      6 Tabel diatas menunjukkan hasil uji homogenitas dengan metode

      Levene’s Test jika nilai signifikan > 0,05, maka data homogen. Nilai

      ditunjukkan pada baris nilai Based on Mean, yaitu 0,052 dengan p

      Levene value (sig) sebesar 0,821 dimana > 0,05 yang berarti terdapat kesamaan

      varians antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II setelah diberi perlakuan atau yang berarti homogen.

    3) Uji Hipotesis

      Hasil perhitungan menunjukkan bahwa data hasil kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika kelompok eksperimen I (kelas

      Problem Based Learning ) dan kelompok eksperimen II (kelas CIRC)

      berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya dilakukan perhitungan uji hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis merupakan langkah atau prosedur untuk menentukan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

      1. H : µ

      1 2 artinya kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika

      ≤ µ siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem Based Learning tidak lebih baik daripada CIRC bagi siswa kelas V semester II SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo semester II tahun pelajaran 2014/2015.

      2. H : µ > µ artinya kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika

      1

      1

      2

      siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem Based Learning lebih baik daripada CIRC bagi siswa kelas V semester II SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo semester II tahun pelajaran 2014/2015.

      Untuk menguji hipotesis maka digunakan hasil output olahan SPSS 21.0 for windows. Kriteria Pengujian: (1) Menggunakan koefisien Sig., dengan ketentuan

      a) Jika nilai sig. Hitung (probabilitas) < 0,05 maka tolak H 0.

      b) Jika nilai sig. Hitung (probabilitas) > 0,05 maka terima H 0. (2) Menggunakan koefisien t hitung, dengan ketentuan c) Jika koefisien t hitung > t tabel maka tolak H .

      d) Jika koefisien t hitung < t tabel maka terima H .

      Hasil perhitungan uji hipotesis menggunakan SPSS 21.0 for

      windows

      dengan taraf signifikan α = 0,05 disajikan pada tabel berikut:

      

    Tabel 32

    Hasil Uji Hipotesis

    Independent Samples Test

      Levene's Test for t-test for Equality of Means Equality of

      Variances 95% Std. Confidence Sig. Mean

      Error Interval of the F Sig. t df (2- Differ Differ tailed) ence Difference ence

      Lower Upper Equal .052 .821 2.067 62 .043 3.719 1.799 .122 7.316 variances assumed y

    Equal 2.067 61.795 .043 3.719 1.799 .121 7.316

    variances not assumed

      Hasil perhitungan uji hipotesis menggunakan uji t Independent

      Sample Test . Berdasarkan pada nilai signifikansi/probabilitas yaitu jika

      signifikansi > 0,05, maka H diterima dan jika signifikansi < 0,05, maka H ditolak. Hasil uji t Independent Samples Test Equal variances assumed diperoleh nilai signifikansi 0,043 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (0,046<0,05), maka H ditolak. Dasar pengambilan keputusan juga didasarkan pada hasil uji t Independent Samples Test Equal variances diperoleh skor koefisien t sebesar 2,067. Pada penelitian ini, uji

      assumed

      hipotesis digunakan uji t pihak kanan (ekor kanan) dengan taraf signifikansi 5%. Rangkuman hasil uji hipotesis dengan uji t dapat dilihat pada tabel berikut ini.

      

    Tabel 33

    Rangkuman Uji Hipotesis

    t hitung t tabel Keputusan Uji

      2,067 1,6698 H ditolak Daerah Penolakan (Daerah luas=

      ) Daerah Penerimaan 0 t tabel =1,6698 t hitung = 2,067

      

    Gambar 9

    Daerah Kritik Uji Hipotesis

      Diketahui H : kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem Based Learning tidak lebih baik daripada CIRC bagi siswa kelas V semester II SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo semester II tahun

      pelajaran 2014/2015, sedangkan H

      1 : kemampuan menyelesaikan soal

      cerita matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem lebih baik daripada CIRC bagi siswa kelas V SD Negeri 1

      Based Learning

      Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo semester II tahun

      pelajaran 2014/2015. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II di atas diperoleh hasil bahwa t hitung >

      t . Dengan demikian H ditolak dan H diterima. tabel

      1

    4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

      Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan

      

    Problem Based Learning lebih baik daripada CIRC bagi siswa kelas V SD Negeri

      1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo semester II tahun pelajaran

      2014/2015. Dari hasil penelitian diperoleh data hasil belajar awal (sebelum perlakuan) yang didapat dari nilai UAS semester I dan data kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa setelah perlakuan yang didapat dari nilai post test setelah materi selesai disampaikan.

      Berdasarkan hasil perhitungan analisis data akhir menunjukkan, bahwa data hasil tes evaluasi kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika pada kelas VA dan VB materi perbandingan dan skala berdistribusi normal dan juga homogen. Maka untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian menggunakan uji t, yaitu uji hipotesis satu pihak kanan. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa, rata-rata kelas eksperimen I 79,09 dan rata-rata kelas eksperimen II sebesar 75,38. Dengan jumlah siswa masing-masing 32 siswa, dan diperoleh t hitung sebesar 2,067 dan t tabel sebesar 1,6698 sehingga t hitung > t tabel . Dengan demikian H ditolak dan H

      1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa

      kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem Based Learning lebih baik daripada CIRC bagi siswa kelas V SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo semester II tahun pelajaran 2014/2015.

      Penelitian sejalan dengan yang dilakukan oleh Safitri Ngatiatun (2012) menyatakan bahwa kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika dengan menggunakan pembelajaran Problem Based Learning lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam penelitian ini untuk kelas eksperimen II menggunakan CIRC perbedaan dengan pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh Safitri Ngatiatun (2012) pada saat siswa berdiskusi, dalam pembelajaran CIRC siswa saling membacakan, menemukan ide, dan memberi tanggapan terhadap soal cerita matematika. Guru ikut berperan aktif dengan menjelaskan konsep materi pembelajaran. Jadi, guru yang aktif menggunakan alat peraga dan media pembelajaran. Akibatnya semangat dan motivasi siswa dalam pembelajaran pun tidak maksimal. Sedangkan kelas eksperimen I sama-sama menggunakan Problem Based Learning. Pembelajaran ini berbasis masalah yang membuat siswa aktif mencari cara untuk menyelesaikan masalah sehingga siswa lebih termotivasi semangat belajarnya. Siswa mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang dilakukan. Sehingga siswa termotivasi untuk terus belajar dan hasil belajar mereka meningkat.

      Menurut ilustrasi Gyorgy (dalam Amir, 2013: 22-23) penyajian sebuah masalah, dapat membantu siswa lebih baik dalam belajar. Ini adalah salah satu bedanya Problem Based Learning dengan metode belajar yang lain. Bahwa dalam belajar tidak hanya sekedar mengingat, menghafal, meniru, mencontoh. Begitu pula dalam Problem Based Learning yang namanya masalah tidak hanya sekedar latihan yang diberikan setelah contoh-contoh soal disajikan. Sementara masalah dalam Problem Based Learning menuntut penjelasan atas sebuah fenomena.

      Pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen I yaitu dengan Problem

      

    Based Learning . Siswa diberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan

      metode Problem Based Learning kemudian siswa dikelompokkan menjadi 8 kelompok heterogen masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Aktivitas yang terjadi pada kelas eksperimen I siswa berdiskusi dengan aktif karena motivasi dengan adanya video dalam pembelajaran dan mengaitkan dengan hal-hal yang lebih dekat dengan siswa yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yang dijadikan sebagai permasalahan yang akan diteliti. Kegiatan siswa dalam kelompok mengerjakan lembar permasalahan dengan merencanakan dan mengumpulkan data baik dari buku atau sumber lain untuk menyelesaikan masalah, penyelesaian masalah dengan langkah-langkah penyelesaian soal cerita dengan runtut dan benar kemudian mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan membahas penyelesaian masalah bersama-sama. Dengan adanya kegiatan tersebut perhatian siswa tidak monoton sehingga siswa tidak merasa jenuh dalam belajar. Setelah penyampaian materi selesai, pertemuan III diadakan tes kemampuan meyelesaikan soal cerita matematika.

      Pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen II yaitu dengan CIRC, sama halnya dengan kelas ekperimen I hanya saja pada kelas eksperimen II guru ikut berperan aktif dengan menjelaskan konsep perbandingan dan skala. Jadi, guru yang aktif menggunakan alat peraga dan media sementara siswa tetap berdiskusi dengan aktif dalam menyelesaikan soal cerita matematika tentang perbandingan dan skala dengan saling membacakan, menemukan ide, dan memberi tanggapan terhadap soal cerita matematika. Setelah itu siswa dalam kelompok melalui wakilnya mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan membahas penyelesaian masalah bersama-sama.

      Pembelajaran menggunakan CIRC dapat mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses diskusi kelompok dan saling membantu satu sama lain dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Siswa termotivasi untuk menyelesaikan soal cerita matematika, karena bekerja dalam kelompok. Siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya. Setelah penyampaian materi selesai, pertemuan III diadakan tes kemampuan meyelesaikan soal cerita matematika.

      Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran matematika pada pokok bahasan perbandingan dan skala dengan penerapan Problem Based Learning pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II dengan penerapan CIRC bagi siswa kelas V SD Negeri 1 Sedayu semester II tahun pelajaran 2014/2015, diketahui bahwa ada perbedaan antara kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem Based Learning dengan CIRC. Hal ini terlihat dari data kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa setelah perlakuan, untuk kelas Problem Based Learning nilai rata-ratanya 79,09 dan kelas CIRC nilai rata-ratanya 75,38.

      Berdasarkan nilai rata-rata setelah perlakuan menunjukkan bahwa Problem

      

    Based Learning lebih baik dari CIRC terhadap kemampuan menyelesaikan soal

      cerita matematika. Hal ini karena proses pembelajaran pada kelas eksperimen II (kelas CIRC) pada saat presentasi hanya siswa yang aktif yang berani tampil. Guru menerangkan materi di depan kelas, siswa hanya mendengarkan dan memperhatikan apa yang ditulis guru di papan tulis hal ini yang membuat retensi siswa pada apa yang dipelajari kurang lama dan kurang kuat serta keterampilan belajar siswa menjadi keterampilan belajar jangka pendek yang berpengaruh pada daya ingat dan pemahaman atas materi ajar. Sebagian besar siswa tidak teliti dalam mengerjakan soal sehingga salah dalam melakukan perhitungan.

      Adapun kesulitan-kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita, seperti yang telah dikemukakan menurut Syafri Ahmad (dalam Rahardjo dan Waluyati,

      2011: 14) secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut: (1) Kesulitan dalam memahami masalah (soal), yaitu kesulitan dalam menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal; (2) Kesulitan dalam menyusun rencana penyelesaian, yaitu kesulitan dalam menerjemahkan soal cerita ke dalam model (kalimat) matematika; (3) Kesulitan dalam menyelesaikan rencana, yaitu kesulitan dalam menyelesaikan model (kalimat) matematika; (4) Kesulitan dalam melihat (mengecek) kembali hasil yang telah diperoleh; (5) Kesulitan dalam menginterpretasikan jawaban tersebut terhadap situasi permasalahan yang terdapat dalam soal. Melihat kesalahan-kesalahan yang ada tersebut, guru hendaknya dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan meminimalisir kesalahan tersebut. Hal ini dapat dilakukan guru dengan membiasakan pada siswa untuk menyelesaikan soal cerita sesuai dengan langkah-langkah yang ada.

      Karena hal demikianlah, sehingga pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas eksperimen II menjadi tidak sebanding dengan kelas eksperimen I. Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem Based Learning lebih baik daripada CIRC bagi siswa kelas V SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo semester II tahun pelajaran 2014/2015.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA di Kelas 5 SDN Tegalrejo 03 Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 145

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning ( PBL ) Berbantuan Video untuk meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester II SD Kanisius Harjosari Kecamatan Bawen Tahun Aj

0 0 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning ( PBL ) Berbantuan Video untuk meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester II SD Kanisius Harjosari Kecamatan Bawen Tahu

0 0 28

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning ( PBL ) Berbantuan Video untuk meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester II SD Kanisius Harjosari Kecamatan Bawen

0 0 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning ( PBL ) Berbantuan Video untuk meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester II SD Kanisius Harjosari Kec

1 4 23

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) BERBANTUAN VIDEO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SEMESTER II SD KANISIUS HARJOSARI KECAMATAN BAWEN TAHUN AJARAN 20142015

1 2 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning ( PBL ) Berbantuan Video untuk meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester II SD Kanisius Harjosari Kecamatan Bawen Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 86

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksperimentasi Problem Based Learning dan Circ terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika bagi Siswa Kelas V SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wono

0 0 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksperimentasi Problem Based Learning dan Circ terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika bagi Siswa Kelas V SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten

0 0 30

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksperimentasi Problem Based Learning dan Circ terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika bagi Siswa Kelas V SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupa

0 0 26