BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksperimentasi Problem Based Learning dan Circ terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika bagi Siswa Kelas V SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupa

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

  Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono (2011: 107) penelitian eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Dari pengertian tersebut bahwa metode eksperimen merupakan metode yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih dalam kondisi yang dikendalikan.

  Berdasarkan teori di atas, penelitian eksperimen adalah penelitian untuk

mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor atau lebih yang sengaja ditimbulkan

oleh peneliti dengan menyisihkan faktor-faktor lain. Tujuan dari penelitian

eksperimen adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan sebab-akibat, berapa

besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan memberikan perlakuan tertentu pada

kelas eksperimental dan menyediakan kelas kontrol untuk perbandingan.

  Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah Quasi Experimental Design.

  Menurut Sugiyono (2011: 114) Quasi Experimental Design merupakan pengembangan dari tru experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Bentuk penelitian yang digunakan ialah Non Equivalent Control Group Design.

  

Non Equivalent Control Group Design hampir sama dengan pretest-posttest

control group design , hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun

  kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2011: 116). Berdasarkan wawancara dan observasi kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II untuk uji normalitas, uji homogenitas, dan uji keseimbangan awal dapat menggunakan hasil Ujian Akhir Semester (UAS) matematika semester 1 sehingga hasil pre-test diperoleh dengan hasil UAS matematika semester 1.

  1 2 34 Gambar 2 Desain Eksperimen

  Non Equivalent Control Group Design

  Keterangan: : Nilai UAS matematika semester 1 untuk kelas eksperimen I untuk

  1

  mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. : Nilai UAS matematika semester 1 untuk kelas eksperimen II untuk

  2

  mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. : Nilai post-test untuk kelas eksperimen I setelah mengikuti pembelajaran

  3 dengan Problem Based Learning.

  : Nilai post-test untuk kelas eksperimen II setelah mengikuti pembelajaran

  4 dengan CIRC.

  X : Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan Problem Based Learning untuk kelas eksperimen I pada kelas VA dan perlakuan pembelajaran menggunakan CIRC untuk kelas eksperimen II pada kelas VB SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo. Pada desain ini peneliti melakukan pengukuran awal menggunakan hasil

  UAS matematika semester I pada siswa kelas VA dan VB SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo. Dan menentukan kelas uji coba

  

instrument post-test yaitu kelas VI SD Negeri 1 Tempuranduwur Kecamatan

  Sapuran Kabupaten Wonosobo. Kemudian peneliti memberikan perlakuan tertentu pada kelas VA sebagai kelas eksperimen I dengan Problem Based

  Learning , sedangkan pada kelas VB sebagai kelas eksperimen II dengan CIRC.

3.1.2 Lokasi Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo semester II tahun pelajaran 2014/2015. Subjek penelitian adalah siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2014/2015.

  Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-April tahun 2015, perincian dapat dilihat pada tabel 7 berikut:

  

Tabel 7

Kegiatan Penelitian

Waktu/ Kegiatan Februari Maret April

  Persiapan Pelaksanaan Analsis Data Penyusunan Laporan

  Validasi Instrumen tes dilakukan pada kelas VI SD Negeri 1 Tempuranduwur Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo pada tanggal 13 Maret 2015. Dalam pemberian perlakuan peneliti menggunakan dua tatap muka pada tanggal 23 dan 24 Maret 2015 untuk kelas eksperimen I (Problem Based

  

Learning ) sedangkan tanggal 30 dan 31 Maret 2015 untuk kelas eksperimen II

  (CIRC). Pada pelaksanaan tes akhir, kelas eksperimen I mengerjakan tes pada hari Rabu tanggal 25 Maret 2015 jam ke-1. Sedangkan kelas eksperimen II mengerjakan tes pada hari Rabu tanggal 1 April 2015 jam ke-1.

  

Tabel 8

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Pertemuan Kelompok

  1

  2 Post test

  Eksperimen I 23/03/2015 24/03/2015 25/03/2015 Eksperimen II 30/03/2015 31/03/2015 1/04/2015

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.2.1 Variabel Penelitian

  Menurut Sugiyono (2011: 61) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu kesimpulannya. Berdasarkan tujuan dan identifikasi penelitian variabel dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu variable bebas (X) variabel terikat (Y).

  1. Variabel Bebas (X)

  Menurut Sugiyono (2011: 61) variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen). Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai variabel bebas adalah Problem Based Learning ( ) dan Cooperative

  1 Integrated Reading and Composition (CIRC) ( ). Hal ini dikarenakan

  2 Problem Based Learning dan CIRC memberikan pengaruh terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika.

  2. Variabel Terikat (Y)

  Menurut Sugiyono (2011: 61) variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika (Y).

3.2.2 Definisi Operasional

  Definisi operasional diperlukan untuk menentukan jenis dan indikator dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan dengan benar. Definisi dari Problem

  

Based Learning didefinisikan secara operasional sebagai penyajian pembelajaran

  yang menghadapkan siswa untuk mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, merencanakan penyelesaian masalah, dan penyelesaian masalah. Untuk melihat ketercapaian penerapan Problem Based Learning menggunakan lembar observasi.

  Variabel yang kedua adalah CIRC didefinisikan secara operasional sebagai penyajian pembelajaran dengan siswa belajar dalam kelompok, kegiatan yang dilakukan dalam kelompok adalah siswa mengerjakan soal cerita matematika yang membutuhkan pemecahan masalah dengan cara saling membacakan, menemukan ide pokok, dan memberi tanggapan terhadap soal cerita, kegiatan selanjutnya mempresentasikan hasil temuannya dari beberapa kelompok. Untuk melihat ketercapaian penerapan CIRC menggunakan lembar observasi.

  Variabel yang ketiga adalah kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika didefinisikan secara operasional sebagai tingkat penyelesaian masalah pada soal cerita matematika dengan cara memahami masalah yang terdapat dalam soal cerita; membuat rencana penyelesaian masalah; membuat kalimat matematika dengan melakukan perhitungan; membuat kesimpulan, yaitu menuliskan jawaban akhir sesuai dengan pertanyaan yang ada di dalam soal. Beberapa kriteria tersebut diuraikan dalam aspek spesifik yaitu pemahaman soal mempunyai aspek membaca soal dengan teliti, menuliskan hal yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal; perencanaan penyelesaian mempunyai aspek mengubah soal cerita dalam bentuk operasi matematika; melaksanakan rencana mempunyai aspek memahami bentuk operasi matematika, memasukkan hal-hal yang diketahui dalam soal ke dalam operasi dan melakukan penghitungan; memeriksa kembali mempunyai aspek penyelesaian hingga jawaban akhir, mengkoreksi hasil jawaban dan hasil akhir jawaban siswa.

3.3 Populasi dan Sampel

  Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010: 173). Sedangkan menurut Sugiyono (2011: 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Sugiyono (2011: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

  Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Pararel di Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo. Dari 3 SD Negeri pararel yang ada di Kecamatan Sapuran, dipilih satu SD dengan teknik simple random

  

sampling untuk dijadikan sampel penelitian. Sampel penelitian dalam penelitian

  ini diperoleh melalui teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2011: 120). Teknik simple random sampling dilakukan untuk menentukan kelas yang dijadikan sampel saja, bukan untuk menentukan siswa-

  Berikut langkah-langkah dalam pemilihan sampel dengan simple random

  sampling sebagai berikut: 1.

  Setelah selesai studi pendahuluan ke UPTD Sapuran, terdapat 3 Sekolah Dasar Negeri pararel khususnya untuk siswa kelas V di Kecamatan Sapuran 2. Melakukan pemilihan sampel dengan cara menuliskan 3 SD dalam satu kertas kemudian digulung berbentuk undian.

3. Peneliti mengambil satu undian untuk menentukan kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.

  Setelah melakukan teknik simple random sampling, maka terpilihlah satu Sekolah Dasar yang dijadikan sampel yaitu SD Negeri 1 Sedayu yang terdiri dari kelas VA dan kelas VB. Berdasarkan kelas yang ada peneliti menentukan kelas

  VA sebagai kelas eksperimen I (Problem Based Learning) dan kelas VB sebagai kelas eksperimen II (CIRC). Rincian jumlah siswa SD Negeri 1 Sedayu semester

  II tahun pelajaran 2014/2015 disajikan pada Tabel 9 berikut:

  

Tabel 9

Rincian Jumlah Siswa Kelas V SD Negeri 1 Sedayu

Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

Kelas

  

VA

  VB Jumlah

  

32

  32

3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2011: 308). Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 265) pengumpulan data dapat dilakukan dengan metode tes, observasi, kuisioner, dokumentasi, dan sebagainya. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, observasi, dan tes sebagai berikut:

1. Dokumentasi

  Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2010: 274). Metode dokumentasi dalam penelitian ini, digunakan untuk mendapatkan daftar sampel dan nilai UAS siswa kelas V semester I mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2014/2015.

  2. Observasi

  Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument (Suharsimi Arikunto, 2010: 272). Teknik Obsevasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati kegiatan guru pada saat mengajar dengan menerapkan Problem Based Learning dan CIRC di dalam kelas. Analisis penerapan Problem Based Learning dan CIRC menggunakan observasi langsung yang dilakukan oleh guru kelas VA dan

  VB. Hal ini perlu dilakukan untuk memantau jalannya pembelajaran pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II agar sesuai dengan ketentuan metode yang digunakan.

  Hasil observasi oleh guru kelas V pada pertemuan I-II di kelas eksperimen I (Problem Based Learning ) pada tanggal 23 - 24 Maret 2015 dan kelas eksperimen II (CIRC) pada tanggal 30 - 31 Maret 2015 mengindikasikan bahwa guru sudah memenuhi kriteria penerapan

  Problem Based Learning

  dan CIRC dengan benar karena terlihat pada hasil observasi (terlampir) bahwa sudah dilakukan dengan tingkat 100% dari seluruh prosedur sintak penerapan Problem Based Learning dan CIRC.

  3. Tes

  Instrumen yang berupa tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi (Suharsimi Arikunto, 2010: 266). Teknik pengumpulan data untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem Based Learning lebih baik daripada CIRC bagi siswa kelas V SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah dengan menggunakan teknik tes dan instrumen berbentuk uraian. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

  1. Menyusun instrumen penelitian untuk post-test.

  2. Menentukan pedoman pemberian skor terhadap setiap jawaban.

  3. Menguji cobakan instrumen.

  4. Menentukan kelas eksperimen, dari siswa kelas V yang ada di SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas VA dan VB. Kelas VA yang pembelajarannya menggunakan Problem Based Learning (kelas eksperimen I) dan kelas VB menggunakan CIRC (kelas eksperimen II).

  5. Mengambil nilai Ujian Akhir Semester I sebagi uji prasarat awal sebelum perlakuan.

  6. Sebelum melakukan eksperimen terhadap kedua kelas tersebut, terlebih dahulu melakukan uji prasyarat untuk uji keseimbangan yaitu uji normalitas dan uji homogenitas, selanjutnya melakukan uji keseimbangan sebelum perlakuan.

  7. Melakukan pembelajaran, kelas VA pembelajarannya menggunakan

  Problem Based Learning

  dan kelas VB menggunakan CIRC selanjutnya melakukan tes untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Kemudian diperoleh nilai siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika setelah perlakuan.

  8. Melakukan uji prasyarat untuk uji hipotesis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas selanjutnya melakukan uji hipotesis terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika setelah perlakuan.

3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data

  Untuk mendapatkan data yang diperlukan, disusun instrumen dalam bentuk observasi, dan tes. Sebelum digunakan maka disusun terlebih dahulu kisi- kisinya dan butir-butir soalnya. Instrumen ini akan diuraikan berdasarkan variabel

  1. 1 Variabel X

  Instrumen yang digunakan dalam variabel X adalah lembar

  1

  observasi. Lembar observasi ini digunakan untuk mengukur aktifitas guru dalam pembelajaran dengan menerapkan Problem Based Learning. Kisi- kisi pembelajaran dengan menerapkan Problem Based Learning sebagai berikut:

  Tabel 10 Kisi-kisi Observasi Problem Based Learning No Aspek Indikator Rumusan Item

  Orientasi siswa kepada

  1 Pendahuluan 1 – 6 masalah Mengorganisir siswa untuk

  2 Eksplorasi

  7

  • – 10 belajar Membimbing penyelidikan

  11 individual atau kelompok

  3 Elaborasi Mengembangkan dan

  12

  • – 13 menyajikan hasil karya Menganalisis dan

  4 Konfirmasi mengevaluasi proses

  14

  • – 16 pemecahan masalah 2.

   Variabel

  Instrumen yang digunakan dalam variabel X adalah adalah lembar

  2

  observasi. Lembar observasi ini digunakan untuk mengukur aktifitas guru dalam pembelajaran dengan menerapkan CIRC. Kisi-kisi pembelajaran dengan menerapkan CIRC sebagai berikut:

  Tabel 11 Kisi-kisi Observasi CIRC No Aspek Indikator Rumusan Item

  1

  1 Pendahuluan Orientasi

  • – 7 Pengenalan Konsep

  8

  • – 10

  2 Eksplorasi Organisasi

  11

  • – 12 Eksplorasi dan

  3 Elaborasi 13 – 16 Aplikasi

  4 Konfirmasi Publikasi

  17

  • – 20

3. Variabel Y

  Instrumen yang akan digunakan dalam variabel Y adalah tes dalam bentuk uraian. Tes ini dilakukan untuk mendapatkan hasil belajar siswa sebagai data kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Data kemampuan menyelesaikan soal cerita diambil dari nilai

  post test . Analisis awal atau uji normalitas dan homogenitas awal

  menggunakan nilai UAS matematika semester I kelas VA dan VB SD 1 Sedayu. Post test dilaksanakan setelah eksperimen untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa setelah diadakan perlakuan dengan kisi-kisi sebagai berikut:

  

Tabel 12

Kisi-Kisi Instrumen Pos Test Banyak No NO SK/KD Indikator Teknik butir Butir 1. Standar

  5.4.1 3 1, 2, 3 Tes Menyelesaikan

  Kompetensi (SK) masalah yang Uraian

  5 berkaitan dengan Menggunakan pecahan perbandingan dalam pada soal cerita pemecahan

  5.4.2 2 4, 5 Tes Menghitung skala masalah jika diketahui Uraian jarak pada peta dan jarak

  Kompetensi

  sebenarnya pada

  Dasar (KD)

  soal cerita

5.4 Menggunakan

  5.4.3 2 6, 7 Tes Menghitung jarak pecahan dalam pada peta jika Uraian masalah diketahui skala perbandingan dan jarak dan skala sebenarnya pada soal cerita

  5.4.4 2 8, 9 Tes Menghitung

  Materi Pokok

  jarak sebenarnya Uraian

  Pembelajaran

  jika diketahui Perbandingan dan skala dan jarak skala pada peta pada soal cerita Penskoran instrumen dalam penelitian ini sesuai dengan langkah-langkah pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Polya dalam menyelesaikan soal cerita matematika yaitu: (1) Memahami masalah yang terdapat dalam soal cerita; (2) Membuat rencana penyelesaian; (3) Membuat model (kalimat) matematika dan melakukan perhitungan; (4) Menarik kesimpulan, yaitu menuliskan jawaban akhir sesuai dengan pertanyaan yang ada di dalam soal. Langkah-langkah tersebut harus dilakukan secara urut, tidak bisa dengan meloncati bagian satu ke bagian yang lain. Penskoran instrumen dalam penelitian ini sebagai berikut:

  

Tabel 13

Penskoran Instrumen

  Jawaban Skor 1.

  1 Memahami masalah 2.

  2 Menyusun rencana penyelesaian 3.

  2 Membuat model (kalimat) matematika dan melakukan perhitungan

  4.

  1 Menarik kesimpulan, yaitu menuliskan jawaban akhir sesuai dengan pertanyaan yang ada di dalam soal

3.5 Uji Coba Instrumen

3.5.1 Daya Pembeda Butir Soal

  Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (menguasai materi) dengan siswa yang kurang pandai (kurang/tidak menguasai materi) (Zainal Arifin, 2014: 133). Menurut Zainal Arifin (2014: 133) untuk menguji daya pembeda (DP) perlu menempuh langkah- langkah sebagai berikut: a.

  Menghitung jumlah skor total tiap siswa.

  b.

  Mengurutkan skor total mulai dari skor terbesar sampai dengan skor terkecil.

  c.

  Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah.

  d.

  Menghitung rata-rata skor untuk masing-masing kelompok (kelompok atas maupun kelompok bawah).

  e.

  Menghitung daya pembeda soal dengan rumus:

  2

  Intrepretasi daya pembeda yang dipakai dalam instrumen penelitian ini yaitu pada kisaran 0,20

  3

  4

  Total

   9 0,24 

  6 0,39  7 0,38  8 0,23

   3 0,26  4 0,27  5 0,47 

  Uraian 1 0,37  2 0,47

  Tabel 15 Hasil Uji Daya Pembeda Bentuk Instrumen Item Soal Nilai Daya Pembeda Kategori Cukup Baik Sangat Baik

  Baik (good) Sangat baik (excellent)

  = −

  Kurang baik, soal harus dibuang Cukup

  0,19 ke bawah 0,20 – 0,29 0,30

  

Tabel 14

Klasifikasi Indeks Daya Pembeda

Indeks Daya Pembeda Kualifikasi

  Adapun kriteria indeks daya pembeda adalah pada tabel sebagai berikut:

  = rata-rata skor kelompok bawah = skor maksimum butir soal

  ℎ

  = rata-rata skor kelompok atas

  Keterangan: DP = daya beda butir soal

  ℎ

  • – 0,39 0,40 ke atas
  • – 0,29 dengan kriteria daya pembeda cukup, 0,30 - 0,39 dengan kriteria daya pembeda baik, dan 0,40 ke atas dengan kriteria daya pembeda sangat baik.
Dari hasil perhitungan diperoleh dua butir soal dengan kriteria daya pembeda sangat baik yaitu butir soal nomor 2 dan 5, tiga butir soal dengan kriteria baik yaitu butir soal nomor 1, 6, dan 7, empat butir soal dengan kriteria cukup yaitu butir soal nomor 3, 4, 8, dan 9. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

3.5.2 Tingkat Kesukaran

  Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang bisa dinyatakan dengan indeks (Zainal Arifin, 2014: 134). Analisis tingkat kesukaran soal ini dilakukan untuk pemilihan instrumen soal yang baik. Menurut Zainal Arifin (2014: 134) untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk uraian dapat menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a.

  Menghitung rata-rata skor untuk tiap butir soal dengan rumus:

  ℎ

  Rata-rata =

  ℎ b.

  Menghitung tingkat kesukaran dengan rumus:

  −

  Tingkat kesukaran = c. Membandingkan tingkat kesukaran dengan kriteria berikut:

  

Tabel 16

Kriteria Indeks Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat Kesukaran Kategori Soal

  0,00 - 0,30 Soal kategori sukar 0,31 Soal kategori sedang

  • – 0,70 0,71 Soal kategori mudah
  • – 1,00 Kriteria indeks kesulitan soal apabila hasil uji tingkat kesukaran 0 sampai

  0.30 maka soal tersebut dikategorikan sukar, 0,31 sampai 0,70 dikategorikan sebagai soal kategori sedang, dan 0,71 sampai 1,00 dapat dikatakan soal kategori mudah.

  

Tabel 17

Hasil Uji Tingkat Kesukaran

Bentuk Item Nilai Tingkat Kategori

  

Instrumen Soal Kesukaran Mudah Sedang Sukar

  1 0,83  2 0,82  3 0,29 

  4 0,64  Uraian 5 0,60

   6 0,67  7 0,70  8 0,61 

  9 0,29 

  Total

  2

  5

  2 Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai artinya 25% soal kategori mudah, 50% soal kategori sedang dan 25% kategori sukar. Dalam penelitian ini digunakan item soal yang termasuk kategori mudah, sedang, dan sukar. Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran dari 9 soal uraian, dua butir soal termasuk kategori mudah yaitu butir soal nomor 1 dan 2, lima butir soal termasuk kategori sedang yaitu butir soal nomor 4, 5, 6, 7, dan 8, dua butir soal termasuk kategori sukar yaitu butir soal nomor 3 dan 9. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

3.5.3 Validitas Instrumen

  Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2010: 211). Menurut Sugiyono (2011: 173) bahwa instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat . digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi dan sebaliknya jika tingkat validitasnya rendah maka instrumen tersebut kurang valid. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini uji validitas ditunjukan untuk menguji instrumen dari variabel terikat (Y) yang validitas isi dan teknik untuk mengetahui kesejajaran yaitu teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh pearson.

  Untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan (Sugiyono, 2011: 182). Menurut Zainal Arifin (2014: 248) validitas isi sering digunakan dalam penilaian hasil belajar. Suatu tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika dikatakan valid, apabila materi tes tersebut betul-betul merupakan bahan-bahan yang representatif terhadap bahan-bahan pelajaran yang diberikan. Dengan kata lain sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh karena materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering disebut validitas kurikuler.

  Validitas isi diperoleh melalui penilaian ahli. Untuk mendapatkan instrumen yang memenuhi validitas isi dilakukan proses sebagai berikut: instrumen tes disusun dengan mengacu pada SK, KD, dan indikator pencapaian kompetensi; kemudian instrumen dikonsultasikan kepada para ahli (expert

  judgement

  ) untuk diperiksa dan dievaluasi secara sistematis apakah butir-butir instrumen tersebut telah mewakili apa yang akan diukur. Ahli yang memvalidasi instrumen dalam penelitian ini yaitu guru kelas V SD Negeri 1 Sedayu dan guru kelas V SD Negeri 1 Tempuranduwur Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo. Instrumen dikatakan memenuhi validitas isi karena butir soal tes sesuai dengan tuntutan SK dan KD yang terdapat dalam kurikulum.

  Uji validitas isi yang dilakukan dengan pengisian angket uji validitas isi instrumen oleh tiga validator. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji validitas isi adalah membuat kisi-kisi soal, menyusun soal tes, dan menelaah soal tes. Validitas isi ini ditinjau dari kesesuaian isi tes dengan isi kurikulum KTSP 2006 dengan prosedur sebagai berikut:

  1) Menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum KTSP 2006.

  2) Menyusun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang

  3) Menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. 4) Melakukan analisis butir soal.

  Uji validitas isi yang dilakukan dengan pengisian angket uji validitas isi instrumen, hasilnya menunjukkan bahwa instrumen yang disusun sudah sesuai dengan kriteria validitas isi yang mengacu pada SK, KD, dan indikator pencapaian kompetensi. Hasil uji validitas isi selengkapnya tersaji dalam lampiran.

  Sedangkan untuk uji validitas yang kedua adalah teknik untuk mengetahui kesejajaran yaitu teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh pearson (Suharsimi Arikunto, 2010: 213).

  N

  XY  (  X )(  Y ) rxy 2 2 2 2

  { N

  X  (  X ) }{ NY  (  Y ) }

  Keterangan: r = Koefisien Validitas

  xy

  X = Skor Butir Soal Y = Skor Total N = Jumlah Responden

  Uji validitas instrumen post-test (kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika) dilakukan dengan cara memberikan soal tes yang dikerjakan oleh 30 siswa di luar populasi yaitu pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Tempuranduwur Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo proses penghitungan dengan bantuan

  SPSS for Windows Version

  21.0. Dari hasil uji validitas instrumen dengan menggunakan taraf signifikan 5% dan jumlah responden 30 diperoleh koefisien korelasi pada tabel korelasi product moment yaitu 0,361. Jika koefisien korelasi lebih dari 0,361 dikatakan instrumen tersebut valid. Instrumen yang diuji terdiri dari 9 butir soal uraian. Dari hasil uji validitas akan diketahui apakah butir soal yang ada pada instrumen valid sehingga memenuhi syarat untuk mengumpulkan data penelitian.

  

Tabel 18

Hasil Validitas Instrumen Post-Test

Bentuk

  Kategori Item Soal Nilai r

Instrumen Valid Tidak Valid

  1 0,613  2 0,787  3 0,756 

  4 0,602  Uraian 5 0,818

   6 0,714  7 0,737  8 0,282 

  9 0,739 

  Total

  8

  1 Data hasil penelitian menunjukkan bahwa suatu instrumen dikatakan memenuhi syarat untuk mengumpulkan data penelitian jika instrumen tersebut valid. Dari hasil analisis diketahui jumlah instrumen 9 butir soal uraian dengan menggunakan taraf signifikan 5% dan koefisien korelasi 0,361. Dengan hasil akhir 8 butir soal dikatakan valid atau memenuhi syarat untuk mengumpulkan data penelitian dan 1 butir soal yang tidak valid yaitu butir soal nomor 8 dengan nilai r hitung = 0,282. Dari hasil analisis maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 instrumen valid yaitu item soal 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 9. Hasil perhitungan selengkapnya tersaji dalam lampiran.

3.5.4 Reliabilitas Instrumen

  Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 2010: 221). Dalam penelitian ini uji reliabilitas adalah untuk menguji atau mengetahui instrumen dari variabel Y yaitu kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika yang berupa soal tes uraian digunakan teknik Alpha dari Cronbach (Suharsimi Arikunto, 2010: 239). 2

  σ

  = ) 2

  11 (1 − −1

  Dengan:

  = banyaknya butir instrumen

  2

  = jumlah varian butir σ

  2

  = variansi total

2 Dengan rumus varian dapat dicari yaitu:

  2

  (

  2 )

  −

  2

  = Keterangan : X = Skor pada belah awal dikurangi skor pada belah akhir N = Jumlah peserta tes

  

Tabel 19

Kriteria Penafsiran Reliabilitas

Interval Klasifikasi Koefisien Realibilitas

  < 0,200 reliabilitas sangat rendah Jika 0,000 ≤ r

  11

  < 0,399 reliabilitas rendah Jika 0,200 ≤ r

  11 11 < 0,599 reliabilitas cukup

  Jika 0,400 ≤ r < 0,799 reliabilitas tinggi

  Jika 0,600 ≤ r

  11 Jika 0,800 ≤ r 11 ≤ 1,000 reliabilitas sangat tinggi

  Suharsimi Arikunto (2010 : 319) Uji reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode satu kali tes. Uji reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan

  SPSS for Windows Version 21.0 dengan menggunakan metode croncbach alpha. Dari soal uraian yang terdiri dari 9 butir soal terdapat 8 butir soal yang valid untuk dilakukan uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas dari 8 butir soal yang valid

  

Cronbach’s Alpha (r) sebesar 0,864, ini menunjukkan bahwa instrumen memiliki

reliabilitas sangat tinggi oleh karena itu maka instrumen dinyatakan reliabel.

  

Tabel 20

Hasil Uji Reliabilitas

Reliability Statistics

  Cronbach's N of Items

  Alpha .864

  8

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Teknik Analisis Data Sebelum Perlakuan

  Teknik analisis data sebelum perlakuan dilakukan sebagai uji prasyarat analisis untuk uji keseimbangan. Untuk keperluan uji keseimbangan, data hasil penelitian ini diolah menggunakan Uji t. Uji t merupakan metode statistik parametrik. Uji ini digunakan karena sesuai dengan ciri-ciri statistik parametrik yaitu; (1) Data berupa interval dan rasio; (2) Data menyebar atau berdistribusi normal. Asumsi yang pertama sudah terpenuhi sedangkan asumsi yang kedua akan diuji dalam penelitian ini sekaligus sebagai syarat uji t. Menurut Budiyono (2004: 185), terdapat 4 syarat yang harus dipenuhi dalam menggunakan uji t yaitu:

  1. Populasi-populasi saling independen (saling bebas)

  2

  2

  2. dan (varians populasi) tidak diketahui

  1

  2 3.

  Data berdistribusi normal (sifat normalitas) 4. Ada pertimbangan perbedaan variansi antara kedua sampel yang dibandingkan (sifat homogenitas). Hal ini berkaitan dengan formula pengujian yang berbeda dimana variansi sama atau variansi berbeda. Persyaratan dari uji t di atas akan dibahas syarat ke-3 dan syarat ke-4. Untuk syarat pertama dan kedua sudah terpenuhi. Variabelnya saling independen dan varians populasi tidak diketahui. Uji prasyarat ke-3 dan ke-4 dalam penelitian ini adalah:

  1) Uji Normalitas

  Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Menurut Budiyono (2004: 170-172) untuk menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a.

  Hipotesis Uji H : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H

  1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal b.

  Taraf Signifikansi : α = 5 %

  L = Maks F zi – S zi

  = −

  dengan s adalah standar deviasi Keterangan :

  : ≤ ; ~ (0,1) : proporsi cacah Z ≤ Z

  i

  terhadap seluruh cacah Z

  i

  : skor responden d. Daerah Kritik (DK)= | >

  

;

  ; adalah ukuran sampel e. Keputusan Uji

  H ditolak jika L ∈ DK dan H diterima jika L

  ∉ DK Untuk proses penghitungan, digunakan bantuan software Statistical Package for Social Science (SPSS) 21.0.

2) Uji Homogenitas

  Hipotesis Uji Ho :

  2

  = derajat kebebasan untuk RKG

  =1

  = − =

  ; = 1,2, … ,

  2

  − 1 = derajat kebebasan untuk

  = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j =

  j

  ) Dengan = banyaknya populasi = banyaknya sampel = banyaknya seluruh nilai n

  ( log − log

  σ

  = 2,203

  2

  ≠ j; i = 1, 2, …, k b. Taraf Signifikansi : α = 5 % c. Statistik Uji:

  2 H 1 : tidak semua variansi sama, untuk i

  = ⋯ = σ

  2

  Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Menurut Budiyono (2004: 176- 178) untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan uji Chi kuadrat menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a.

  = σ

  2

  1

  2

  1

  1

  1 = 1 + −

  3 − 1

  2 RKG = rataan kuadrat galat = =

  2

  ( )

  2

  = − d.

  Daerah Kritik:

  2

  2

  2

  > | a;k-1 }

  ={ e. Keputusan Uji

  2

  2 H ditolak jika diterima jika

  ∈ dan H ∉ Untuk proses penghitungan, digunakan bantuan software Statistical

  Package for Social Science (SPSS) 21.0.

3) Uji Keseimbangan

  Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas (kelas eksperimen I (kelas Problem Based Learning) dan kelas eksperimen

  II (kelas CIRC) dalam keadaan seimbang atau tidak, sebelum kelas eksperimen mendapat perlakuan. Statistik uji yang digunakan adalah uji-t dengan prasyarat seperti diatas. Adapun data yang digunakan berasal dari data dokumen nilai belajar matematika siswa dalam kelas-kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian. Menurut Budiyono (2004: 157) uji keseimbangan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1)

  Hipotesis : = (kedua kelas populasi sama kemampuannya)

  1

  2

  : (kedua kelas populasi tidak sama kemampuannya)

  1 1 ≠

  2

  2) Taraf Signifikasi : = 0,05

  3) Statistik Uji 1 − 2 −d

  t = ~ t(n + n 1 1

  1 2 − 2)

  • s p

  1 2

  2 2 1 − 1 − 1 1 2 2

  • 2

  = n + n 1 2 − 2

  t = harga statistik yang diuji t 1 = standar deviasi gabungan 2 = nilai rata-rata sebelum perlakuan kelas eksperimen II = nilai rata-rata sebelum perlakuan kelas eksperimenI

  2

  = variansi sebelum perlakuan kelas eksperimen I

  1

  2

  = variansi sebelum perlakuan kelas eksperimen II

  2

  = jumlah siswa kelas eksperimen I

  1

  = jumlah siswa kelas eksperimen II

  2 d = o 0 (sebab tidak membicarakan selisih rataan)

  4) Menentukan Daerah Kritik: = | > − >

  5) jika harga t obs Keputusan Uji: Tolak H ∈

  Untuk proses penghitungan, digunakan bantuan software Statistical Package for Social Science (SPSS) 21.0.

3.6.2 Teknik Analisis Data Setelah Perlakuan

  Teknik analisis data setelah perlakuan dilakukan sebagai uji prasyarat analisis untuk uji hipotesis. Untuk keperluan uji hipotesis, data hasil penelitian ini diolah menggunakan Uji t. Uji t merupakan metode statistik parametrik. Uji ini digunakan karena sesuai dengan ciri-ciri statistik parametrik yaitu; (1) Data berupa interval dan rasio; (2) Data menyebar atau berdistribusi normal. Asumsi yang pertama sudah terpenuhi sedangkan asumsi yang kedua akan diuji dalam penelitian ini sekaligus sebagai syarat uji t. Menurut Budiyono (2004: 185), terdapat 4 syarat yang harus dipenuhi dalam menggunakan uji t, yaitu:

1. Populasi-populasi saling independen (saling bebas)

  2

  2

  2. dan (varians populasi) tidak diketahui

  1

  2 3.

  Data berdistribusi normal (sifat normalitas) 4. Ada pertimbangan perbedaan variansi antara kedua sampel yang dibandingkan (sifat homogenitas)

  Persyaratan dari uji t di atas akan dibahas syarat ke-3 dan syarat ke-4. Untuk syarat pertama dan kedua sudah terpenuhi. Variabelnya saling independen dan varians populasi tidak diketahui. Uji prasyarat ke-3 dan ke-4 dalam penelitian ini adalah:

  1) Uji Normalitas

  Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Menurut Budiyono (2004: 170-172) untuk menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a.

  Hipotesis Uji H : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H

  1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal b.

  Taraf Signifikansi : α = 0,05 c. Statistik Uji

  L = Maks F zi – S zi

  − = dengan s adalah standar deviasi

  Keterangan : : ≤ ; ~ (0,1)

  i terhadap seluruh cacah Z i

  : proporsi cacah Z ≤ Z : skor responden d. Daerah Kritik (DK) = | > ; adalah ukuran sampel

  ; e.

  Keputusan Uji H ditolak jika L diterima jika L

  ∈ DK dan H ∉ DK Untuk proses penghitungan, digunakan bantuan software Statistical

  Package for Social Science (SPSS) 21.0.

  2) Uji Homogenitas

  Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Menurut Budiyono (2004: 176- 178) untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan uji Chi kuadrat menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a.

  Hipotesis Uji

  2

  2

  2 H : tidak semua variansi sama, untuk i

  1

  ≠ j; i = 1, 2, …, k b. Taraf Signifikansi : α = 5 % c. Statistik Uji:

  2,203

  2

  2

  = ( log ) log − Dengan = banyaknya populasi = banyaknya sampel = banyaknya seluruh nilai n j = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j

  2

  = ; − 1 = derajat kebebasan untuk = 1,2, … ,

  = derajat kebebasan untuk RKG = − =

  =1

  1

  1

  1 = 1 + −

  3 − 1

  2 RKG = rataan kuadrat galat = =

  2

  ( )

  2

  = − d.

  Daerah Kritik:

  2

  2

  2

  | > }

  a;k-1

  ={ e. Keputusan Uji

  2

  2 H ditolak jika diterima jika

  ∈ dan H ∉ Untuk proses penghitungan, digunakan bantuan software Statistical Package for Social Science (SPSS) 21.0.

3) Uji Hipotesis

  Berdasarkan hipotesis penelitian sehingga uji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H : µ

  1 ≤ µ 2 artinya kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika

  siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem Based Learning tidak lebih baik daripada CIRC bagi siswa kelas V semester II SD Negeri 1

  Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo semester II tahun pelajaran 2014/2015. H

  1 : µ 1 > µ 2 artinya kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika

  siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem Based Learning lebih baik daripada CIRC bagi siswa kelas V semester II SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo semester II tahun pelajaran 2014/2015.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA di Kelas 5 SDN Tegalrejo 03 Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA di Kelas 5 SDN Tegalrejo 03 Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 145

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning ( PBL ) Berbantuan Video untuk meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester II SD Kanisius Harjosari Kecamatan Bawen Tahun Aj

0 0 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning ( PBL ) Berbantuan Video untuk meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester II SD Kanisius Harjosari Kecamatan Bawen Tahu

0 0 28

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning ( PBL ) Berbantuan Video untuk meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester II SD Kanisius Harjosari Kecamatan Bawen

0 0 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning ( PBL ) Berbantuan Video untuk meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester II SD Kanisius Harjosari Kec

1 4 23

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) BERBANTUAN VIDEO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SEMESTER II SD KANISIUS HARJOSARI KECAMATAN BAWEN TAHUN AJARAN 20142015

1 2 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning ( PBL ) Berbantuan Video untuk meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester II SD Kanisius Harjosari Kecamatan Bawen Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 86

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksperimentasi Problem Based Learning dan Circ terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika bagi Siswa Kelas V SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten Wono

0 0 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksperimentasi Problem Based Learning dan Circ terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika bagi Siswa Kelas V SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sapuran Kabupaten

0 0 30