Aplikasi Fungsi Manajemen Oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (Dp2kad) Kabupaten Karanganyar

PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DP2KAD) KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI

Disusun Oleh:

RIA AYU MAHARANI

D 0108142

Disusun Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Administrasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL & ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional yang berkesinambungan dapat terlaksana apabila terpenuhinya berbagai faktor pendukung pembangunan. Salah satu faktor tersebut adalah dengan menciptakan iklim yang mendukung agar mampu meningkatkan penerimaan sumber dana pembiayaan pembangunan yang dihimpun melalui lembaga-lembaga keuangan yang efektif dan dapat dipercaya oleh masyarakat.

Pembangunan daerah merupakan salah satu rangkaian dasar keberhasilan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat. Pemerintah daerah juga memiliki tugas yang sama dalam pembangunan, walaupun dalam jangkauan relatif lebih kecil dengan pusat. Daerah memiliki tanggung jawab terhadap keberlangsungan terhadap keberlangsungan pembangunan di daerahnya sehingga beban pusat dapat berkurang dan penggunaan sumber penerimaan dapat diarahkan pada bidang lain.

Pelaksanaan pembangunan secara efektif dan efisien akan mewujudkan tercapainya kemandirian daerah diarahkan juga untuk pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab. Dalam rangka pengembangan sistem otonomi daerah telah muncul undang undang yaitu Undang-Undang No.32 tahun Pelaksanaan pembangunan secara efektif dan efisien akan mewujudkan tercapainya kemandirian daerah diarahkan juga untuk pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab. Dalam rangka pengembangan sistem otonomi daerah telah muncul undang undang yaitu Undang-Undang No.32 tahun

Konsekuensi dari pelaksanaan kedua UU tersebut adalah bahwa daerah harus mampu mengembangkan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggung jawab dalam rangka pemberdayaan masyarakat, lembaga ekonomi, lembaga politik, lembaga hukum, lembaga keagamaan, dan lembaga swadaya masyarakat serta seluruh potensi masyarakat dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Disisi lain, saat ini kemampuan keuangan beberapa pemerintah daerah masih sangat tergantung pada penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat. Oleh karena itu bersamaan dengan semakin sulitnya keuangan negara dan pelaksanaan otonomi daerah itu sendiri, maka kepada setiap daerah dituntut harus dapat membiayai diri melalui sumber sumber keuangan yang dikuasainya. Peranan pemerintah daerah dalam menggali dan mengembangkan berbagai potensi daerah sebagai sumber penerimaan daerah akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas pemerintah, pembangunan dan pelayanan masyarakat di daerah.

Terkait dengan penyelenggaraan pengelolaan keuangan di daerah, maka berdasarkan PP 105 Tahun 2000, Pemerintah Daerah dapat mengatur pengelolaan keuangan dengan harapan terjadinya keseimbangan yang lebih transparan dan akuntabel dalam pendistribusian kewenangan, pembiayaan, dan penataan sistem pengelolaan keuangan yang lebih baik dalam mewujudkan pelaksanaan otonomi secara optimal sesuai dinamika dan tuntutan aspirasi masyarakat yang

merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi maupun mengevaluasi kebijakan-kebijakan daerah. Otonomi yang dibedakan kepada daerah yang dilaksanakan dengan memberi wewenang yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada pemerintah daerah secara proporsional. Pelimpahan tanggungjawab akan diikuti oleh pengaturan pembagian, pemanfaaatan sumber daya daerah yang berkeadilan dan berimbang. Dengan demikian, pemerintah daerah diharapkan lebih mengerti dan memenuhi aspirasi masayarakat di daerahnya agar dapat mendorong timbulnya prakarsa dan pelaksanaan pembangunan yang merupakan prasyarat keberhasilan pelaksanaan daerah.

Hal tersebut yang menyebabkan usaha-usaha meningkatkan pendapatan daerah menjadi sangat penting agar proses pembangunan di daerah tetap berjalan lancar dan berkelanjutan, sehingga upaya untuk mencari atau menggali sumber- sumber pembiayaan untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan, upaya tersebut harus didukung dengan kemampuan untuk mengelola dan memberdayakan berbagai sumber pembiayaan oleh Pemerintahan Daerah sehingga optimalisasi penerimaan pendapatan daerah dapat tercapai.

Kabupaten Karanganyar sebagai salah satu daerah otonom di Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, mengalami peningkatan dalam kebutuhan daerahnya sehingga diperlukan juga peningkatan penerimaan untuk menopang kebutuhan yang terus meningkat tersebut. Dan pendapatan daerah adalah salah satu pos yang harus selalu diupayakan kreativitasnya untuk ditingkatkan.

Kabupaten Karanganyar adalah unsur pelaksana pemerintah daerah dibidang pendapatan daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dan bertanggung jawab kepada Bupati Karanganyar. DP2KAD merupakan alat yang penting bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan fungsi otonomi dalam mengelola pendapatan maupun keuangan dan aset daerah. Dengan demikian pelaksanaan fungsi otonom oleh pemerintah daerah khususnya Pemerintah Kabupaten Karanganyar adalah cukup berat, karena harus diikuti pencarian dana untuk

menuju ke otonomi yang dinamis, nyata, dan bertanggung jawab. DP2KAD

Kabupaten Karanganyar mempunyai Tugas Pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dibidang Pendapatan Daerah, sedangkan fungsi DP2KAD Kabupaten Karanganyar yaitu :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah;

b. Perencanaan yang meliputi segala usaha dalam kegiatan untuk merencanakan, mempersiapkan, mengolah, menelaah dan penyusunan rumusan kebijakan teknis dibidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah;

c. Pelaksanaan yang meliputi segala usaha dan kegiatan untuk menyelenggarakan pemungutan dan pemasukan pendapatan daerah; c. Pelaksanaan yang meliputi segala usaha dan kegiatan untuk menyelenggarakan pemungutan dan pemasukan pendapatan daerah;

e. Koordinasi yang meliputi segala usaha dan kegiatan guna mewujudkan kesatuan gerak, keserasian yang berhubungan dengan peningkatan pendapatan daerah;

f. Pengawasan yang meliputi segala usaha dan kegiatan untuk melaksanakan pengamanan teknis pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bertitik tumpu pada pentingnya fungsi manajeman di dalam Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah ( DP2KAD) antara lain melakukan perencanaan, koordinasi, pelaksanaan dan pengawasan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana aplikasi fungsi manajemen oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (SP2KAD) Kabupaten Karanganyar.

B. Rumusan Masalah:

Dari uraian latar belakang masalah di atas maka dalam penelitian ini penulis membatasi penelitiannya pada DP2KAD Kabupaten Karanganyar dengan permasalahan yang diajukan adalah:

1. Bagaimana aplikasi fungsi manajemen oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DP2KAD)?

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Tujuan Operasional

a. Untuk mengetahui aplikasi fungsi manajemen oleh Dinas Pendapatan

Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah

(DP2KAD)Kabupaten Karanganyar

2. Tujuan Fungsional

Untuk memberikan gambaran mengenai aplikasi fungsi manajemen oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DP2KAD) Kabupaten Karanganyar.

3. Tujuan Individual

Merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana S1 pada jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik untuk penulis, instansi dan bagi masyarakat. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

Dengan adanya penelitian ini, penulis dapat menerapkan disiplin ilmu yang didapat selama di bangku kuliah dan menambah pengetahuan serta wawasan tentang masalah yang terjadi secara nyata di dalam instansi khususnya masalah yang ada di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DP2KAD) Kabupaten Karanganyar.

2. Bagi instansi

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan di DP2KAD Kabupaten Karanganyar.

3. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian sejenis yang lebih mendalam.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Keuangan Daerah

1. Tinjauan tentang Manajemen Manajemen merupakan unsur utama dalam sebuah organisasi. Organisasi bisa dikatakan berhasil, apabila sudah mengatur anggota- anggotanya untuk menjalankan tugasnya masing-masing. Menurut Andrew F. Sikula manajemen adalah: Management in general refers to planning, organizing, controlling,

staffing, leading, motivating, communicating and decision making activities performade by any organization in order to coordinate the varied resources of the enterprise so as to bring an efficient creation of some product to service.

Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien (dalam Hasibuan,1996:2).

Berdasarkan definisi di atas, manajemen merupakan kegiatan untuk mengatur suatu perencanaan supaya tujuan organisasi tercapai dengan baik. Dalam melakukan kegiatan manajemen, terdiri dari adanya proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, penempatan, dan motivasi. Sehingga tercipta koordinasi yang baik sesama anggota yang

Management is a distinc proses consisting of planning, organizing, actuating and controlling performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human being and other resources.

Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakanperencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran- sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya (Terry dalam Hasibuan,1996:2).

Berdasarkan definsi di atas, manajemen merupakan suatu kegiatan untuk mengatur kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam organisasi. Peranan manajemen dalam organiasi merupakan mengatur tingkah laku anggota-anggotanya untuk melaksanakan kegiatan yang telah diperintahkan. Dalam bidang pemerintahan kepala dinas memliki kewenangan mengatur kegiatan-kegiatan yang sejalan dengan definisi- definisi di atas, menurut Harol Koontz and Cyril adalah: Management is getting things done through people. In bringing about this

coordinating of group activity, the manager, as a manager plens, organizes, staffs, direct and control the activities other people .

Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian (dalam Hasibuan,1996:3).

merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer dalam organisasi. Kegiatan-kegiatan yang diperintahkan oleh manajer kepada anggotannya untuk mencapai tujuan organisasi yang diinginkan. Di bidang pemerintahan manajemen merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang kepala dinas dalam mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas aparatur untuk mencapai tujuan organisasi.

Sejalan dengan definisi di atas, Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah mengemukakan, bahwa manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian orang-orang serta umber daya organisasi lainnya (Ernie dan Saefullah, 2006:6).

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa manajemen merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh anggota untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen merupakan kegiatan untuk mengatur anggotanya supaya mau melakukan kegiatan yang dibebankan kepadanya.

Fungsi-fungsi manajemen yang berarti adalah segenap kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai kegiatan yang telah ditetapkan dengan cara yang diatur sedemikian rupa dan sistematis sehingga tujuan dapat tercapai secara tertib, efektif dan efesien. Menurut Dessler dalam bukunya Manajemen personalia, bahwa fungsi manajemen ada 5, yaitu :

5. Pengendalian. (Dessler, 1997: 2)

Berdasarkan fungsi manajemen diatas, perencanaan merupakan dasar fundamental manajeman yang terlebih dahulu dibuat dan direncanakan untuk masa akan datang, agar resiko yang ditanggung relatif kecil. Adapun Fungsi manajemen menurut G.R. Terry dalam bukunya yang berjudul Prinsip-prinsip Manajemen sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planing)

2. Pengorganisasian (Organizing)

3. Penggerakan (Actuating)

4. Pengawasan (Controlling) (Terry, 2008: 77-78)

Adapun fungsi manajemen menurut Malayu SP. Hasibuan dalam bukunya yang berjudul Manajemen sumber daya manusia sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning) Perencanaan adalah sejumlah keputusan mengenai keinginan dan berisi pedoman pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan itu.

2. Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokkan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

3. Pengarahan (Actuating) Pengarahan adalah suatu proses mengarahkan semua karyawan agar mau bekerja sama dan bekerja efektif dalam mencapai suatu tujuan.

4. Pengendalian (Controlling) Pengendalian adalah proses pengamatan terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

5. Pengadaan (procurement) Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Pengembangan adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoretis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.

7. Kompensasi (compensation)

Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung, uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan.

8. Pengintegrasian Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan.

9. Pemeliharaan (maintenance) Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun.

10. Kedisiplinan Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma sosial.

11. Pemberhentian (separation) Pemberhentian adalah putusnya hubungan seseorang dari suatu perusahaan. (Hasibuan, 1996:95)

Berdasarkan pendapat diatas, fungsi manajemen tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk merumuskan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.

2. Tinjauan tentang Keuangan Daerah Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut (Pasal 1 butir 5 PP Tahun 2005)

Pengertian keuangan daerah menurut PP No 58 Tahun 2005 mempunyai ruang lingkup yang lebih luas yaitu meliputi:

a. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan rerribusi daerah serta melakukan pinjaman a. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan rerribusi daerah serta melakukan pinjaman

c. Penerimaan daerah

d. Pengeluaran daerah

e. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah.

f. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum

Pengertian keuangan daerah sebagaimana dimuat dalam penjelasan pasal 156 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut : Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat

dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Berdasarkan pengertian tersebut pada prinsipnya keuangan daerah mengandung unsur pokok yaitu: - Hak Daerah - Kewajiban Daerah - Kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban tersebut. Pengertian keuangan daerah menurut Bahrullah Akbar (2002) adalah: Semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah, dalam kerangka anggaran dan pendapatan dan belanja daerah (APBD).

Oleh karena itu, pengertian keuangan daerah selalu melekat dengan pengertian APBD yaitu; suatu rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan. Selain itu, APBD merupakan salah satu Oleh karena itu, pengertian keuangan daerah selalu melekat dengan pengertian APBD yaitu; suatu rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan. Selain itu, APBD merupakan salah satu

1. Adanya dimensi hak dan kewajiban;

2. Adanya dimensi tujuan dan perencanaan;

3. Adanya dimensi penyelenggaraan dan pelayanan publik; dan

4. Adanya dimensi nilai uang dan barang (investasi dan inventarisasi). (Bahrullah Akbar, 2002)

Tujuan keuangan daerah menurut Nick Devas, (1989):

1. Akuntabilitas (Accountability) Pemda harus mempertanggungjawabkan tugas keuangan kepada

lembaga atau orang yang berkepentingan dan sah. Lembaga atau orang yang dimaksud antara lain, adalah Pemerintah Pusat, DPRD, Kepala Daerah, masyarakat dan kelompok kepentingan lainnya (LSM);

2. Memenuhi kewajiban Keuangan Keuangan daerah harus ditata sedemikian rupa sehingga mampu

melunasi semua ikatan keuangan, baik jangka pendek maupun jangka panjang;

3. Kejujuran Urusan keuangan harus diserahkan pada pegawai profesional dan jujur,

sehingga mengurangi kesempatan untuk berbuat curang.

4. Hasil guna (effectiveness) dan daya guna (efficiency) kegiatan daerah Tata cara pengurusan keuangan daerah harus sedemikian rupa

sehingga memungkinkan setiap program direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dengan biaya serendah- rendahnya dengan hasil yang maksimal.

5. Pengendalian

Adanya pengendalian yang dilakukan agar dalam pengelolaan keuangan tidak terjadinya kecurangan-kecurangan.

Fungsi manajemen terbagi atas tiga tahapan utama, yaitu: adanya proses perencanaan, adanya tahapan pelaksanaan, dan adanya tahapan pengendalian/pengawasan. Oleh karena itu fungsi manajemen keuangan Fungsi manajemen terbagi atas tiga tahapan utama, yaitu: adanya proses perencanaan, adanya tahapan pelaksanaan, dan adanya tahapan pengendalian/pengawasan. Oleh karena itu fungsi manajemen keuangan

1. Pengalokasian potensi sumber-sumber ekonomi daerah;

2. Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

3. Tolok ukur kinerja dan Standarisasi;

4. Pelaksanaan Anggaran yang sesuai dengan Prinsip-prinsip Akuntansi;

5. Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Kepala Daerah; dan

6. Pengendalian dan Pengawasan Keuangan Daerah. (sumber: Diklat Pembentukan Auditor Terampil Sistem Administrasi Keuangan Daerah I, BPKP 2007: 4)

Dalam arti sempit manajemen keuangan daerah merupakan tugas kebendaharawanan, dari peran kas daerah atau bendahara umum daerah sampai dengan peran bendaharawan proyek, bendaharawan penerima, bendaharawan barang. Secara garis besarnya, ada dua hal tugas pokok atau bidang yang harus disadari bagi seorang manajer keuangan daerah, yaitu: pekerjaan penganggaran dan pekerjaan akuntansi, dimana dalam pelaksanaan keduanya berinteraksi dan saling melengkapi terutama dalam rangka pengendalian dan pengawasan manajemen (Bidang Auditing). Secara aplikatif dua tugas pokok tersebut terekam dalam Kepmendagri No.

29 Tahun 2

Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan

Hak daerah dalam rangka keuangan daerah adalah segala hak yang melekat pada Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam usaha pemerintah daerah mengisi kas daerah.

1. Hak menarik pajak daerah (UU No. 18 Tahun 1997 dan UU No. 34 Tahun 2000).

2. Hak untuk menarik retribusi/iuran daerah (UU No. 18 Tahun 1997 dan UU No. 34 tahun 2000).

3. Hak mengadakan pinjaman (UU No. 33 tahun 2004 ).

4. Hak untuk memperoleh dana perimbangan dari pusat (UU No. 33 tahun 2004). Berdasarkan hak daerah diatas, pertama hak menarik pajak daerah.

Daerah berhak melakukan penarikan pajak sesuai dengan pajak yang termasuk kedalam pendapatan asli daerah. Kedua, hak untuk menarik retribusi, setiap daerah berhak menarik retribusi yang merupakan bagian dari pendapatan asli daerah. Ketiga, hak mengadakan pinjaman, setiap daerah berhak melakukan pinjaman baik kepada pemerintah pusat maupun pada pihak lain atau pihak asing melalui prosedur tertentu. Keempat, setiap daerah berhak mendapatkan dana perimbangan dari pusat dimana dana perimbangan merupakan dana yang disediakan pemerintah pusat untuk daerah.

3. Tinjauan Tentang Manajemen Keuangan Daerah Manajemen keuangan daerah merupakan bagian dari Manajemen Pemerintahan Daerah selain Manajemen Kepegawaian dan manajemen teknis dari tiap-tiap instansi yang berhubungan dengan pelayanan publik,

Administrasi Pembangunan Daerah. Pengertian Manajemen keuangan daerah menurut Bahrullah Akbar (2002) adalah: Mencari sumber-sumber pembiayaan dana daerah melalui potensi dan

kapabilitas yang terstruktur melalui tahapan perencanaan yang sistematis, penggunaan dana yang efisien dan efektif serta pelaporan tepat waktu.

Pengertian keuangan daerah menurut Bahrullah Akbar (2002) adalah:

Semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah, dalam kerangka anggaran dan pendapatan dan belanja daerah (APBD).

Oleh karena itu, pengertian keuangan daerah selalu melekat dengan pengertian APBD yaitu; suatu rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan. Selain itu, APBD merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab. Dari definisi keuangan daerah tersebut melekat 4 (empat) dimensi (Bahrullah Akbar, 2002):

1. Adanya dimensi hak dan kewajiban;

2. Adanya dimensi tujuan dan perencanaan;

3. Adanya dimensi penyelenggaraan dan pelayanan publik; dan

4. Adanya dimensi nilai uang dan barang (investasi dan inventarisasi).

Keterkaitan keuangan daerah yang melekat dengan APBD merupakan pernyataan bahwa adanya hubungan antara dana daerah dan dana pusat atau dikenal dengan istilah perimbangan keuangan pusat dan daerah. Dana

Dana Perimbangan) dan dana Desentralisasi. Dana dekonsentrasi berbentuk dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus. Sedangkan yang dimaksud dana desentralisasi adalah yang bersumber dari pendapatan asli daerah (PAD). Tujuan keuangan daerah menurut Nick Devas, et.al, (1989):

1. Akuntabilitas (Accountability)

Pemda harus mempertanggungjawabkan tugas keuangan kepada lembaga atau orang yang berkepentingan dan sah. Lembaga atau orang yang dimaksud antara lain, adalah Pemerintah Pusat, DPRD, Kepala Daerah, masyarakat dan kelompok kepentingan lainnya (LSM);

2. Memenuhi kewajiban Keuangan

Keuangan daerah harus ditata sedemikian rupa sehingga mampu melunasi semua ikatan keuangan, baik jangka pendek maupun jangka panjang;

3. Kejujuran

Urusan keuangan harus diserahkan pada pegawai profesional dan jujur, sehingga mengurangi kesempatan untuk berbuat curang.

4. Hasil guna (effectiveness) dan daya guna (efficiency) kegiatan daerah Tata cara pengurusan keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap program direncanakan dan 4. Hasil guna (effectiveness) dan daya guna (efficiency) kegiatan daerah Tata cara pengurusan keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap program direncanakan dan

5. Pengendalian

Manajer keuangan daerah, DPRD dan aparat fungsional pemeriksaan harus melakukan pengendalian agar semua tujuan dapat tercapai. Harus selalu memantau melalui akses informasi mengenai pertanggungjawaban keuangan. Fungsi manajemen terbagi atas tiga tahapan utama, yaitu: adanya

proses perencanaan, adanya tahapan pelaksanaan, dan adanya tahapan pengendalian/ pengawasan. Oleh karena itu fungsi manajemen keuangan daerah terdiri dari unsur-unsur pelaksanaan tugas yang dapat terdiri dari tugas (Bahrullah Akbar, 2002) :

1) Pengalokasian potensi sumber-sumber ekonomi daerah;

2) Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

3) Tolok ukur kinerja dan Standarisasi;

4) Pelaksanaan Anggaran yang sesuai dengan Prinsip-prinsip Akuntansi;

5) Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Kepala Daerah; dan

6) Pengendalian dan Pengawasan Keuangan Daerah.

Angka 1 dan 2 merupakan bagian dari fungsi perencanaan dimana melekat pengertian adanya partisipasi publik; Angka 3 dan 4 merupakan fungsi pelaksanaan dan Angka 5 dan 6 merupakan fungsi pengendalian dan pengawasan. Keseluruhannya akan bermuara pada terciptanya sistem informasi keuangan daerah yang transparan dan akuntabel.

Dalam arti sempit manajemen keuangan daerah merupakan tugas kebendaharawanan, dari peran kas daerah atau bendahara umum daerah Dalam arti sempit manajemen keuangan daerah merupakan tugas kebendaharawanan, dari peran kas daerah atau bendahara umum daerah

B. Pendapatan Daerah

Di dalam keuangan daerah terdapat hak-hak daerah yang dapat dinilai dengan uang yang tercermin dalam pendapatan daerah. Pendapatan daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah, dimaksudkan untuk membiayai lembaga

berhubungan dengan tanggungjawabnya. Pendapatan daerah pada dasarnya merupakan penerimaan daerah dalam bentuk peningkatan aktiva atau penurunan utnag berbagai sumber dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Untuk mendapatkan pengertian yang lebih jelas dan tepat mengenai pendapatan, di bawah ini dikemukakan beberapa definisi mengenai pendapatan daerah.

Menurut Indra Bastian dan Gatot Soepiyanto (200283-84) yang mengungkapkan bahwa: Pendapatan daerah adalah arus masuk bruto manfaat ekonomi yang timbul

dari aktivitas atau kegiatan operasi entittas pemerintah selama satu periode yang mengakibatkan kenaikan ekuitas dan bukan berasal dari pinjaman yang harus dikembalikan.

Sedangkan pengertian pendapatan daerah menurut Abdul Halim (2002:66): Sedangkan pengertian pendapatan daerah menurut Abdul Halim (2002:66):

Dalam konteks laporan kinerja keuangan, pendapatan daerah merupakan salah satu sumber data yang digunakan oleh daerah untuk membiayai aktivitas-aktivitasnya yang berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan publik.

Indra Bastian (2002:53-54) juga mengemukakan bahwa: Pendapatan diklasifikasikan menurut sumber pendapatan dan pusat

pertanggungjawaban. Sumber pendapatan dirinci berdasarkan bagian atau fungsi dan untuk organisasi pemerintah daerah.

Menurut UU RI No, 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 1 ayat 15 diungkapkan pengertian pendapatan daerah, yaitu: pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 1 ayat 50 mengungkapkan pengertian tentang pendapatan daerah, yaitu pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat diambil kesimpulan, yaitu sebagai berikut:

1. Penerimaan kas daerah yang timbul dari aktivitas operasi daerah yang meliputi pendapatan dari pemilikan aktiva, pedanaan suatu entitas (pemilikan saham BUMD), dan pendapatan dari aktivitas daerah 1. Penerimaan kas daerah yang timbul dari aktivitas operasi daerah yang meliputi pendapatan dari pemilikan aktiva, pedanaan suatu entitas (pemilikan saham BUMD), dan pendapatan dari aktivitas daerah

2. Dalam periode ahun anggaran tertentu

3. Pendapatan yang timbul dari aktivitas peningkatan atas nama pihak ketiga bukan merupakan pendapatan karena tidak menghasilkan manfaat ekonomi kenaikan ekuitas

4. Pendapatan diklasifikasikan menurut sumber pendapatan dan pertanggungjaawaban

Maka sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku yaitu UU RI No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 157, sumber- sumber pendapatan daerah dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. PAD, yaitu:

1. Hasil pajak daerah

2. Hasil retribusi daerah

3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

4. Lain-lain PAD ayang sah

b. Dana Perimbangan

1. Bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak

2. Dana Alokasi Umum

3. Dana Alokasi Khusus

4. Bagi hasil pajak dan bantuan keuangan dari provinsi

c. Lain-lain Pendapatan yang Sah (Sumber UU RI No 32 Tahun 2004)

C. Tinjaun tentang DP2KAD

1. Pengertian DP2KAD Secara umum dinas daerah sebagai sebagai pelaksana Pemerintah Daerah mampu untuk berfungsi secara konsisten dalam usaha pembangunan daerahnya, dapat mengidentifikasikan potensi dari daerah yang mempunyai efek dongkrak (Leverge effect) bagi peningkatan pembangunan dan merencanakan serta melaknsanakan kegiatan pembangunan, dijelaskan oleh Bintoro dalam bukunya Pengantar Administrasi Pembangunan bahwa sehatnya porsi dari penerimaan PAD diberikan lebih besar kepada pembiayaan pembangunan daerah maka peningkatan keuangan daerah akan tercermin dari meningkatnya bagian yang dapat dipergunakan bagi pengeluaran pembiayaan pembangunan. (Bintoro:1974)

Dan juga DJ Mamesah yang mengatakan dalam bukunya Sistem Administrasi Keuangan Daerah mengatakan:

kin meningkatnya pendapatan daerah memberikan indikasi yang baik bagi kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri terutama dalam pelaksanaan tugas-tugas pelayanan kepada masyarakat, serta percepatan dan peningkatan pembangunan di

Dari sumber-sumber pendapatan daerah tersebut diharapkan memberi sumbangan yang besar bagi pelaksanaan pembangunan di daerah karena dengan keuangan yang kuat maka pembangunan dan pelayanan kepada

Irawan Soeyatno yaitu:

-tugas yang sangat luas itu dengan baik maka daerah harus memiliki keuangan daerah yang

Dalam pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada faktor-faktor yang benar-benar dapat menjamin daerah yang bersangkutan secara nyata mampu mengurus rumah tangganya sendiri serta memperlancar pembangunan yang tersebar di seluruh pelosok negara dan serasi dengan pemerintahan pusat serta dapat menjamin perkembangan dan pembangunan daerah.

Dari dua pendapat tersebut dapat dilakukan bahwa keuangan daerah itu sangat penting dalam pembangunan suatu daerah sehingga diperlukan saru dinas tersendiri untuk mengelolanya. DP2KAD sebagai dinas daerah mempunyai fungsi pokok dalam pengelolaan keuangan daerah sehingga membuat DP2KAD menjadi layaknya jantung bagi suatu daerah.

Dalam menopang pembangunan di daerah berdasarkan undang- undang otonomi daerah ada beberapa sumber pendapatan yang dapat diandalkan antara lain PAD, Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan Lain- lain pendapatan yang sah.

2. Tugas, Pokok dan Fungsi DP2KAD DP2KAD Kabupaten Karanganyar mempunyai Tugas Pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas

Kabupaten Karanganyar yaitu :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah;

b. Perencanaan yang meliputi segala usaha dalam kegiatan untuk merencanakan, mempersiapkan, mengolah, menelaah dan penyusunan rumusan kebijakan teknis dibidang pendapatan daerah, keuangan dan aset daerah;

c. Pelaksanaan yang meliputi segala usaha dan kegiatan untuk menyelenggarakan pemungutan dan pemasukan pendapatan daerah;

d. Penatausahaan yang meliputi segala usaha dan kegiatan dibidang tata laksana dan hubungan masyarakat, hukum dan perundang-undangan, kepegawaian, keuangan dan tata usaha umum;

e. Koordinasi yang meliputi segala usaha dan kegiatan guna mewujudkan kesatuan gerak, keserasian yang berhubungan dengan peningkatan pendapatan daerah;

f. Pengawasan yang meliputi segala usaha dan kegiatan untuk melaksanakan pengamanan teknis pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan Tupoksi aplikasi fungsi manajemen oleh DP2KAD, meliputi:

a. Perencanaan Pereencanaan dalam arti luas adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Handoko (1999:15) mengemukakan bahwa perencanaan adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebiajkan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Dalam fungsi manajemen, tindakan dan perencanaan sangat memegang peranan penting karena perancanaan yang baik akan menjamin terlaksananya kegiatan selanjutnya dalam suatu organisasi. Untuk menyusun rencana yang baik, dibutuhkan adanya data dan informasi yang akurat serta dapat dipertanggungjawabkan dan dijabarkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan dalam organisasi. Lembaga Administrasi Negara (1999:9) merumuskan pengertian perencanaan sebagai beriikut:

a. Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

b. Perencanaan adalah proses penentuan tujuan, penentuan kegiatan dan penentuan aparat pelaksana kegiatan untuk mencapai tujuan.

c. Perencanaan adalah usaha yang diorganisasikan berdasarkan perhitungan-perhitungan untuk memajukan perkembangan

Pengertisn perencanaan tadi memperlihatkan bahwa terdapat unsur-unsur penting dalam suatu perencanaan sebagai berikut Rahardjo (2011:22)

a. Penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan-tujuan konkrit yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai-nilai yang dimiliki msyarakat yang bersangkutan.

b. Pilihan diantara alternatiif yang efisien serta rasional guna mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Harold Koontz dan menyatakan bahwa

Planning is the function of a manager which involves the selection among alternatives of objectives, policies, procedures, and program.

an salah satu fungsi manager yang berkaitan dengan pemilihan dia natara beebagai alternatif untuk mencapai tuujuan, kebijaksanaan, prosedur, dan program. Pengertian perencanaa menurut Y. Dror (dalam Kunarjo,2000:7): Perencanaan didefinisikan sebagai suatu proses penyiapan

seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang yang diarahkan pada pencapaian saasaran tertentu.

Adapun pendapat Christopher S. Armstrong (2011:1) mengatakan bahwa:

erature that links tax planning with top executive incentive (e.g., Desai & Dharmapala, Dyreng et al., 2010). Although these studies show that both the incentive of top managment and corporate culture have a significant impact on effective tax rates, it is not clear wheter top management directly engages in tax planning or wheter

Hasil penelitian diatas menghubungkan perancanaan pajak

dengan

peningkatan pajak

eksekutif atas kompensasi

eksekutif/budaya

perusahaan.

Meskipun

studi tersebut menunjukkan bahwa baik peningkatan manajemen puncak dan budaya organisasi mempunyai dampak yang signifikan pada tarif pajak yang berlaku. Selain itu juga dipengaruhi oleh pembiayaan, investasi dan keputusan perencanaan dalam suatu organisasi.

Menurut Tjihno Windaryanto (1999:48) ada beberapa alasan arti pentingnya perencanaan harus dilakukan sebelum kegiatan itu dijalankan:

Dari segi cara dan alat pencapaian tujuan:

1. Perencanaan dapat dijadikan arahan kegiatan dan pedoman bagi pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan

2. Dapat melakukan forcasting terhadap hal-hal yang akan dilakukan

perkembangan di masa yang akan datang

3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih kombinasi tentang cara yang terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi tentang cara yang terbaik

4. Perencanaan dapat melakukan pemilihan prioritas atau urutan- urutan yang berdasarkan pencapaian tujuan

5. Perencanaan dapat dijadikan tolok ukur atau standar keberhasilan atau pengawasan

Dari segi operasional:

1. Perencanaan diharapkan terdapatnya arahan bagi pelaksana kegiatan

2. Dengan adanya perencanaan dapat mengetahui apakah pelaksanaan dapat mencapai sasaran atau yang telah ditetapkan

3. Dapat menghindari pemborosan-pemborosan terhadap sumber- sumber daya yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan 3. Dapat menghindari pemborosan-pemborosan terhadap sumber- sumber daya yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan

1. Sebagai sarana komunikasi bagi semua pihak penyelenggara

2. Dasar pengaturan alokasi sumber daya yang dimiliki oleh organisasi

3. Alat untuk mendorong perencana dan pelaksana melihat ke depan dan menyadari pentingnya unsur waktu

4. Sebagai pegangan dan tolok ukur fungsi pengendalian Menurut Bintoro Tjokroamidjojo (1998:15) ada tiga unsur

penting daripada perencanaan yaitu:

1. Perlunya koordinasi

2. Konsistensi antara berbagai variabel sosial ekonomi suatu masyarakat

3. Penetapan skala priorotas Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

perencanaan adalah suatu usaha yang berhubungan dengan pemilihan alternatif-alternatif kegiatan yang akan dikerjakan di masa yang akan datang guna meningkatkan kesejahteraan dan pembinaan potensi daerah.

b. Koordinasi

1) Pengertian Koordinasi Pengertian koordinasi menurut Manulang (2008:12):

Coordinating atau mengkoordinasikan merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar Coordinating atau mengkoordinasikan merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar

Menurut Handoko (1998:19):

Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.

Selain itu menurut Terry (2006:19):

Coordinating merupakan sinkronisasi yang teratur dari usaha-usaha individu yang berhubungan dengan jumlah, waktu dan tujuan mereka sehingga dapat diambil tindakan yang secara serempak menuju sasaran yang telah ditetapkan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan mengenai koordinasi adalah proses menyatukan dan menyinkronkan berbagai kegiatan dan usaha sehingga terdapat kerjasama yang terarah menuju sasaran atau tujuan yang ditetapkan.

2) Ciri-ciri Koordinasi

Ciri-ciri koordinasi yang baik menurut Fayol (dalam Ibnu Syamsi, (1995:113) yaitu:

1. Antara unit dan sub unit dengan unit atau sub unit lainnya dapat bekerjas sama secara serasi

2. Masing-masing unit dan sub unit telah mengetahui bagian tugas yang mana yang harus bekerja sama dengan unit lainnya

3. Unit dan sub unit harus dapat menyesuaikan diri dengan jadwal waktu kerjasama dengan unit sub unit lainnya

Syarat koordinasi yang baik menurut Ibnu Syamsi (1995:113)

yaitu: yaitu:

2. Adanya suasana persaudaraan dan semangat kerjasama yang besar dalam organisasi

3. Adanya kontak-kontak dan komunikasi yang cukup diantara orang-orang dalam organisasi

4. Koordinasi ditetapkan dan dilaksanakan sebagai kesatuan dalam perencanaan, pembimbingan dan pengendalian

3) Gejala-gejala kurangnya koordinasi dan pencegahaannya Kurangnya koordinasi dalam suatu organisasi atau usaha kerja sama akan nampak dari gejala-gejala berikut:

1. Petugas atau pejabat masing-masing atau satuan-satuan organisasi berselisih menurut wewenang atau bidang kerja yang masing-masing menganggap sebagai termasuk dalam yuridiksinya

2. Terdapat saling pelemparan tanggung jawab, karena masing- masing merasa bahwa sesuatu wewenang atau bidang kerja tidak termasuk dalam lingkupnya

3. Gejala yang lain nampak pada adanya suatu keputusan yang ternyata dibuat dengan kurang sempurna karena tidak terhimpun secara lengkap segenap keterangan pada satuan- satuan organisasi yang bersangkutan (dari tingkat bawahannya)

4. Tumbuhnya banyak badan khusus atau satuan-satuan organisasi nonstruktural misalnya panitia, komisi, tim, satgas, dan sebagainya yang masing-masing berdiri sendiri untuk menyelesaikan tugas yang sebetulnya telah dapat dicakup atau dimasukkan ke dalam susunan organisasi yang sudah ada (Pariatra Westra, 1983:55)

Untuk mencegah kemungkinan benarnya gejala-gejala di atas sebagai kurangnya koordinasi dan agar aktivitas pengkoordinasian efektif hendaknya perlu diperhatikan hal-hal berikut:

1. Diadakan pembagian kerja yang jelas dalam organisasi atau program

2. Semangat bekerjasama yang besar diantara para pejabat atau pekerja (hubungan informal yang sehat dalam organisasi yang bersangkutan) hendaknya dibina terus 2. Semangat bekerjasama yang besar diantara para pejabat atau pekerja (hubungan informal yang sehat dalam organisasi yang bersangkutan) hendaknya dibina terus

4. Koordinasi hendaknya telah disiapkan sejak tahap-tahap permulaan kegiatan atau program yang bersangkutan dan kemudian dipertahankan sebagai proses yang menerus (Pariatra Westra, 1983:55)

4) Macam-macam Koordinasi

Dalam melakukan koordinasi paling tidak dikenali tiga macam koordinasi khususnya dalam hubungan penyelenggaraan hubungan kepemerintahan:

1. Koordinasi hirarkis atau vertikal yaitu oleh atasan yang secara operasional membawahinya

2. Koordinasi fungsional horisontal yaitu koordinasi oleh suatu instansi yang secara fungsional bertanggung jawab atas suatu masalah atau program terhadap instansi lain yang turut terlibat

3. Koordinasi fungsional diagonal yaitu koordinasi oleh instansi yang lebih tinggi yang secara formal bukan atasannya,

tetapi

secara

fungsional harus mengkoordinasikannya (Muhadjir Darwin, 2005:743)

Sedangkan menurut Ibnu Syamsi (1995:115) koordinasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1. Koordinasi vertiikal yaitu koordinasi yang dilakukan oleh atasan kepada para bawahannya

2. Koordinasi horisontal yaitu koordinasi yang dilakukan dalam unit-unit yang sederajat atau antar isntansi yang sederajat

Oleh karena itu koordinasi yang dilakukan oleh DP2KAD meliputi koordinasi vertikal yang dilakukan oleh pimpinan DP2KAD dalam melakukan pengarahan, penyatuan kegiatan-kegiatan terhadap satuan-satuan kerja yang ada di bawah tanggung jawabnya dan Oleh karena itu koordinasi yang dilakukan oleh DP2KAD meliputi koordinasi vertikal yang dilakukan oleh pimpinan DP2KAD dalam melakukan pengarahan, penyatuan kegiatan-kegiatan terhadap satuan-satuan kerja yang ada di bawah tanggung jawabnya dan

5) Cara Mengadakan Koordinasi

Supaya koordinasi dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan maka pelaku koordinasi harus mengetahui cara-cara untuk mengadakan

koordinasi. Soewarno Handayaningrat (1991:124) mengutarakan bahwa koordinasi dapat dilakukan melalui metode dan teknik yaitu:

1. Koordinasi melalui wewenang

2. Koordinasi melalui konsesus

3. Koordinasi melalui pedoman kerja

4. Koordinasi melalui suatu forum

5. Koordinasi melalui konferensi

Menurut Sutarto (2006:152) koordinasi dapat dilakukan dengan cara:

1. Mengadakan pertemuan informal dengan para pejabat

2. Mengadakan pertemuan formal yang biasa dinamakan rapat

3. Membuat edaran berantai

4. Mengadakan penyebaran kartu

5. Membuat buku pedoman organisasi

6. Mengangkat koordinator

7. Berhubungan melalui alat penghubung

8. Membuat tanda-tanda

9. Membuat simbol

10. Membuat kode

11. Menyanyi bersama

Dari berbagai hal yang telah dikemukakan di atas, maka kita dapat menarik suatu pernyataan bahwa koordinasi mutlak diperlukan untuk pencapaian tujuan yang diharapkan. Menurut Patiatra Westra

au usaha kerjasama karena adanya perbedaan-perbedaan (satuan,

dikarenakan keharusan untuk mengadakan pembagian tugas, pekerjaan, spesialisasai, dan tanggung jawab sebagai konsekuensi berorganisasi atau bekerjasama. Itulah sebabnya tanpa koordinasi ada tendensi atau kemungkinan masing-masing spesialis itu akan berjalan sendiri yang bisa saja menuju ke berbagai arah atau tidak pernah bertemu dengan tujuan yang sama.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dinyatakan bahwa koordinasi mempunyai sasaran agar organisasi dapat mencapai tujuannya dengan seefisien mungkin. Untuk mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan merupakan suatu sistem dimana di dalamnya terdapat unit-unit atau bagian-bagian yang paling berkaitan satu dengan yang lainnya. Setiap unit walaupun mempunyai fungsi yang berlainan satu dengan lainnya tidak dapat saling melepaskan diri dalam menjalankan fungsinya dengan baik tanpa bantuan unit lainnya, dan oleh karena itu maka setiap unit Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dinyatakan bahwa koordinasi mempunyai sasaran agar organisasi dapat mencapai tujuannya dengan seefisien mungkin. Untuk mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan merupakan suatu sistem dimana di dalamnya terdapat unit-unit atau bagian-bagian yang paling berkaitan satu dengan yang lainnya. Setiap unit walaupun mempunyai fungsi yang berlainan satu dengan lainnya tidak dapat saling melepaskan diri dalam menjalankan fungsinya dengan baik tanpa bantuan unit lainnya, dan oleh karena itu maka setiap unit

Menurut Malayu Hasibuan (2007:89) pentingnya koordinasi

yaitu:

1. Koordinasi memungkinkan suatu penyelesaian secara menyeluruh atas akses bagian-bagian individu yang membentuk total itu

2. Masing-masing bagian yang membentuk keseluruhan menjadi sangat penting di bawah koordinasi

3. Koordinasi menekankan pentingnya unsur-unsur manusia

4. Salah satu konsep koordinasi adalah mengikat menjadi satu kesatuan integral berbagai macam tingkatan unit

Dari arti penting koordinasi di atas diketahui bahwa koordinasi mempunyai manfaat untuk mencapai tujuan yang optimal. Adapun manfaat koordinasi menurut Sutarto (2006:152)

1. Dengan koordinasi dapat dihindarkan perasaan lepas satu sama lain antara satuan-satuan organisasi atau antara pejabat yang ada dalam organisasi

2. Dengan koordinasi dapat dihindarkan timbulnya rebutan fasilitas

3. Dengan

koordinasi dapat

dihindarkan timbulnya pertentangan antar organisasi atau jabatannya merupakan yang paling penting

dihindarkan terjadinya kekosongan pekerjaan oleh satuan-satuan organisasi atau antara pejabat yang ada dalam organisasi