Pelaksanaan E-Procurement Oleh Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Banjarnegara

PELAKSANAAN E-PROCUREMENT OLEH UNIT LAYANAN PENGADAAN KABUPATEN BANJARNEGARA

Disusun Oleh : GANANG PRIBADI D0107058

SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Ilmu Administrasi JURUSAN ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

commit to user

Disetujui untuk Dip ertahankan di Hadapan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dosen Pembimbing

Herwan Parwiyanto, S.Sos, M.Si

NIP. 19750505 200801 1 033

commit to user

Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari

Tanggal

Panitia Penguji :

1. Drs. Sonhaji, M.Si

) NIP. 195912061988031004

Ketua Penguji

2. Faizatul Ansoriyah, S.Sos, M.Si

) NIP. 198203042008122003

Sekretaris Penguji

3. Herwan Parwiyanto, S.Sos, M.Si

) NIP. 19750505 200801 1 033

Penguji

Mengetahui, Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Prof. Drs. Pawito, Ph.D NIP. 1954 0805 1985 031 002

commit to user

MOTTO

Hanya melalui percobaan dan penderitaan, jiwa bisa diperkuat, ambisi dilahirkan dan keberhasilan dicapai (Hellen Keller)

When with the others (people), we may not main character But in our own life, we are (Penulis)

“Life is crazy for those who can’t bear it” (Penulis)

commit to user

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan :

 Sebagai tanda bakti kepada Bapak dan Ibu atas semua

pengorbanan serta doa yang selalu mendorong dan memotivasi penulis sehingga penulis bisa seperti ini

 Organisasi GMNI Komisariat UNS  Almameterku  Untuk mengenang Almarhum Bapak Basuki, semoga

segala amal dan kebaikannya diterima oleh Allah SWT

commit to user

Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia, nikmat, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “PELAKSANAAN E-

PROCUREMENT OLEH UNIT LAYANAN PENGADAAN KABUPATEN BANJARNE GARA” dengan baik. Skripsi ini penulis susundan ajukan guna memenuhi syarat akademis untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa sejak awal selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas segala budi baik bantuannya :

1. Bapak Herwan Parwiyanto Parwiyanto, S.Sos, M.Si selaku pembimbing atas kesabarannya dalam membimbing dan mengarahkan penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik terutama Ilmu Administrasi Negara yang telah mendidik dan membimbing penulis.

3. Bapak Yunus selaku Koordinator ULP tahun 2011 atas penjelasannya mengenai e-procurement.

4. Bapak Rusham selaku Verifikator yang telah menjelaskan secara mendalam kepada penulis mengenai dunia pengadaan barang dan jasa.

5. Bapak Yosef selaku Koordinator ULP yang telah memberikan penulis pemahaman lebih lanjut mengenai e-procurement.

6. Bapak Veriyanto selaku Admin Agency LPSE atas penjelasannya yang mendalam mengenai e-procurement kepada penulis.

7. Ibu Peni selaku Admin Agency yang turut serta membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Panitia lelang Bapak Novi Hardianto atas informasinya yang mendalam mengenai lelang yang ditanganinya.

commit to user

9. Mas Say atas petuah gaibnya.

10. Semua Teman-teman AN, terutama Tito, Pak Doz, Bang Hendra, Yoga, Sofi, Boss Adit, Balok, Cah Futsal, Klenting.

11. Bung Wahyu, Tompret, Panji, dan semua teman-teman yang ada di organisasi GMNI

12. Serta semua pihak yang tak mungkin penulis sebutkan satu-persatu disini atas bantuan dan dukungannya dalam proses penyusunan skripsi ini

Surakarta,

Juli 2012

Penulis

commit to user

2. Kendala-Kendala dalam Pelaksanaan e-Procurement ................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................

B. Saran .................................................................................................

a) DAFTAR PUSTAKA

b) LAMPIRAN

111 111

commit to user

Halaman Tabel I.1

Tabel I.2

Daftar Pelelangan secara Elektronik yang berhasil di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011 ............................. Daftar Pelelangan secara Elektronik yang gagal di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011 .............................

commit to user

Halaman Gambar II.1 Gambar II.2 Gambar III.1 Gambar IV.1 Gambar IV.2 Gambar IV.3 Gambar IV.4 Gambar IV.5 Gambar IV.6 Gambar IV.7 Gambar IV.8 Gambar IV.9 Gambar IV.10 Gambar IV.11 Gambar IV.12 Gambar IV.13 Gambar IV.14 Gambar IV.15 Gambar IV.16 Gambar IV.17 Gambar IV.18

Bagian-bagian Elemen suatu Sistem ............................... Skema Kerangka Pemikiran Pelaksanaan e-Procurement Model Analisis Interaktif ................................................ Bagan Struktur Organisasi ULP ..................................... Bagan Struktur Organisasi LPSE .................................... Mekanisme Alur e-Procurement ..................................... Informasi Lelang Pembangunan Gedung Kantor BPS ... Laman Awal LPSE Kabupaten Banjarnegara ................. Laman Login Panitia ....................................................... Informasi Lelang ............................................................. Laman Login Penyedia ................................................... Daftar Peserta Lelang ...................................................... Fasilitas Tanya Jawab LPSE ........................................... APENDO untuk Peserta .................................................. Aplikasi APENDO LPSE Untuk Panitia ........................ Daftar Harga Penawaran Peserta .................................... Jadwal Lelang ................................................................. Pemenang Lelang Serta Hasil Evaluasi .......................... Tahap Lelang .................................................................. History Perubahahan Jadwal ........................................... Laman Home LPSE versi latihan ....................................

42

50

57

60

60

65

68

69

70

72

75

76

78

82

84

86

91

93

99 100 109

commit to user

Ganang Pribadi. D0107058. Pelaksanaan E-Procurement oleh Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Banjarnegara. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. 2012. 120 halaman

Cepatnya perkembangan Teknologi Informasi dewasa ini mempengaruhi berbagai bidang kehidupan dan profesi sehingga menyebabkan perubahan sistem dan cara kerja pada instansi atau perusahaan. Teknologi Informasi banyak digunakan untuk pengelolaan pekerjaan karena daya efektivitas dan efisiensinya yang sudah terbukti mampu mempercepat pelaksanaan pekerjaan. Sehingga seiring dengan pesatnya perkembangan TI serta dalam rangka menghadapi era globalisasi, pemerintah perlu memanfaatkannya. Salah satunya ialah diterapkannya manfaat TI pada pengadaan barang dan jasa atau juga dapat disebut dengan e-procurement.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan e- procurement di Unit Layanan Kabupaten Banjarnegara dengan dibantu oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kabupaten Banjarnegara, serta memaparkan kendala yang menghambat selama proses pelaksanaan e- procurement.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dimana sumber datanya diperoleh dari data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, studi dokumentasi, dan observasi. Teknik penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling yaitu dengan memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data. Sedangkan validitas data pada penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa e-procurement di Kabupaten Banjarnegara dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu: 1) Pengumuman lelang dengan input data dan informasi lelang, 2) Download dokumen pemilihan dan kualifikasi oleh penyedia barang/jasa, 3) Penjelasan dokumen lelang kepada penyedia, 4) Upload dokumen penawaran dan kualifikasi penyedia ke website LPSE melalui software APENDO penyedia, 5) Pembukaan file dokumen penawaran dan kualifikasi oleh panitia terhadap dokumen yang diupload penyedia dengan software APENDO panitia, 6) Evaluasi penawaran pada harga penawaran dengan koreksi aritmatik, 7) Evaluasi dokumen dan pembuktian kualifikasi dengan melihat dokumen asli penyedia, 8) Upload BAH lelang serta Penetapan dan Pengumuman Pemenang berdasarkan hasil evaluasi dokumen pengadaan, 9) Masa sanggah lelang terhadap hasil pengumuman pemenang, 10) Penerbitan Surat Penunjukkan Penyedia Barang/Jasa (SPPB/J), 11) Penandatanganan Kontrak antara PPKom dengan pemenang lelang. Namun e-procurement tak terlepas dari kendala yang menghambat pelaksanaannya, yaitu minimnya pegawai yang bersertifikat pengadaan, sumber daya pendukung yang belum kurang, kurangnya pemahaman pegawai terhadap e-procurement.

Kata Kunci : Pelaksanaan, e-procurement

commit to user

Ganang Pribadi. D0107058. The Implementation of e-Procurement by Banjarnegara Procurement Service Unit. Administration Departement. Social and Political Sciences Faculty. Sebelas Maret University. 2012. 120 pages

The rapid of Information Technology development recently influences like fields and profession so it causes the change of system and way of working instance or company. Information technology are used to organize the work because of it‟s efectivity and eficiency and it has been proven to make the carrying out of working faster. Thus, in line with the development of information technology to face globalization era, the government has to use it. One of them is the implementation the use of information technology in procurement good and service that is e-procurement.

This research is aimed to know whether the implementation of e- procurement in Banjarnegara Regency Procurement Service Unit helped with Electronic Procurement Service in Banjarnegara Regency, and to explain the barrier in implementation of e-procurement.

The method used in this research in descriptive qualitative, where the source of data is gotten from premier and secunder data. The technique of collecting data in this research are interviews, documentation study, and observation. The technique of informan determining is purposive sampling by choosing informan who are considered knowing, understanding and credible to be the source of data. Moreover, the data validity in this research uses data triangular technique. The result of this research shows that e-procurement in Banjarnegara Regency carried out in some steps, as follows: 1) Auction announcement with the input of data and auction information, 2) Downloading of auction of choosing and qualification by the supplier, 3) The explanation of auction document toward supplier, 4) Uploading document of supplying and qualification of supplier to LPSE website via APENDO software supplier, 5) The opening of document file of supplying and qualification toward document which is uploaded by supplier via commitee APENDO software, 6) Supplying evaluation toward supplying price with arithmetics correction, 7) Document evaluation and proven qualification by viewing original document of supplier, 8) Auction BAH uploading determining and the winner announcement based on evaluation result of procurement document, 9) Auction interrupt time toward the result of winner announcement,

10) The publishing of good and service letter (SPPB/J), 11) Contract signing between PPKom and auction winner. However, e-procurement have barriers in carried out, such as the less number of certificate employees of procurement, supporting resources, and employee‟s understanding toward e-procurement is not enough.

Keywords : Implementation, e-procurement

commit to user

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan zaman yang semakin pesat senantiasa diiringi dengan teknologi yang semakin canggih. Perkembangan teknologi saat ini sudah tidak dapat dipisahkan lagi dari segala aspek kehidupan manusia. Semua sisi kehidupan manusia selalu berhubungan dengan teknologi, seolah teknologi sudah menjadi salah satu gaya hidup masyarakat. Perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang sangat cepat sudah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan dan profesi, hal ini menyebabkan perubahan sistem pada instansi atau perusahaan, juga harus mengubah cara kerja mereka.

Teknologi Informasi banyak digunakan untuk pengelolaan pekerjaan karena daya efektivitas dan efisiensinya yang sudah terbukti mampu mempercepat pelaksanaan pekerjaan yang pada akhirnya juga akan mempercepat pencapaian tujuan. Penggunaan TI dalam kehidupan sehari-hari mempermudah pertukaran informasi dan data antarwilayah sehingga penyebaran pengetahuan menjadi cepat. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi khususnya di bidang TI serta dalam rangka mengahadapi era globalisasi, lembaga pemerintah perlu memanfaatkan perkembangan ini untuk membantu dalam proses pelayanan publik maupun bisnis.

Contoh pemanfaatan Teknologi Informasi oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, dapat dilihat pada dikeluarkannya program KTP elektronik baru-baru ini, sedangkan penggunaan TI pada

commit to user

dikenal dengan sebutan e-procurement. Penggunaan TI pada pengadaan barang dan jasa merupakan cerminan harapan masyarakat terutama dari kalangan swasta untuk mendapatkan layanan pemerintah agar lebih cepat, mudah, dan profesional. Pemanfaatan TI juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa pemerintah. Untuk itulah pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang menyebutkan adanya e-procurement dalam rangka menuju good governance melalui e-Government.

Dalam e-Government berusaha pemerintah memaksimalkan tugas- tugas pemerintah yang meliputi Government to Government (G2G), Government to Business (G2B), dan Government to Citizens (G2C). Program e-procurement yang merupakan layanan yang bersifat Government to Business (G2B), dimana pengadaan barang dan jasa merupakan wilayah yang rawan akan terjadinya penyimpangan. Salah satu penyimpangan yang terjadi pada mekanisme pengadaan barang dan jasa dapat dilihat contoh kasus yang diberitakan Kompas, Selasa 6 Januari 2009, dimana Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menghukum 12 peserta tender pengadaan barang/jasa konstruksi di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kepahiang, Bengkulu, tahun anggaran 2007 karena telah melanggar Pasal 22 Undang- Undang Nomor 5/1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Sementara dalam hasil survei Integritas Sektor Publik

commit to user

15 unit layanan dengan skor integritas terendah, empat diantaranya adalah pengadaan barang dan jasa pemerintah. Survei tersebut dilakukan terhadap 371 unit layanan pada 98 instansi baik instansi pusat maupun daerah dengan melibatkan jumlah responden pengguna layanan sebanyak 11.413 orang yang merupakan pengguna langsung dari layanan publik yang disurvei (www.kpk.go.id). Hal ini menunjukkan bahwa pengadaan barang dan jasa tidak terlepas dari praktik-praktik curang yang merugikan baik bagi pemerintah, swasta, maupun masyarakat.

Diterapkannya program e-procurement oleh pemerintah diharapkan tidak hanya meningkatkan transparansi, tetapi juga memberikan efisiensi yaitu dalam hal penekanan biaya untuk pengumuman, disiplin dalam waktu, mempermudah proses penelitian dokumen, mempermudah komunikasi, paperless (mengurangi penggunaan kertas), layanan publik yang lebih baik, dan siklus pengadaan yang lebih pendek. Selain itu juga e-procurement juga mengurangi persaingan yang semakin lama makin tidak sehat antar peserta yang mengikuti pengadaan.

Penggunaan Teknologi Informasi pada pengadaan barang dan jasa mempermudah pertukaran informasi dan data baik pada G2G (Government to Government) yaitu pemerintah daerah atau kota dengan pemerintah pusat yang menangani pengadaan barang/jasa, maupun pada G2B (Government to Business) yaitu antara pihak pemerintah dengan pihak swasta atau penyedia barang/ jasa. Paradigma lama mengenai pengadaan barang/ jasa pemerintah

commit to user

penyimpangan dapat diubah dengan adanya penerapan TI. Pengadaan yang dilakukan secara manual yang memakan waktu dan biaya dapat dilakukan secara efektif dan efisien melalui penggunaan TI yaitu dengan mengubah „sebagian‟ tahap-tahap lelang menjadi otomatis.

Melihat adanya keuntungan dari e-Procurement, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Perpres No. 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah untuk membentuk Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah (LKPP) yang sudah diamanatkan sebelumnya dalam Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. LKPP kemudian mengembangkan sistem aplikasi e-Procurement yang dinamakan Sistem Pengadaan Secara Ekektronik (SPSE) dan memperluas penggunaan aplikasi tersebut dengan membangun Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) yang dapat dibentuk di berbagai instansi pemerintah daerah di seluruh Indonesia.

LPSE merupakan unit kerja yang dapat dibentuk di berbagai instansi dan pemerintah daerah untuk membantu Unit Layanan Pengadaan (ULP) atau Panitia/ Pokja ULP Pengadaan dalam melaksanakan pengadaan barang dan jasa secara elektronik. Jadi seluruh ULP dan Panitia/Pokja ULP Pengadaan di berbagai daerah dapat menggunakan aplikasi SPSE melalui fasilitas LPSE untuk pengadaan barang dan jasa yang telah ditetapkan APBD untuk dilaksanakan secara elektronik.. Hingga pada tanggal 21 Desember 2011 telah

commit to user

instansi di Indonesia. Pada wilayah Provinsi Jawa Tengah menerapkan e- Procurement yang tersebar di kota, kabupaten, maupun universitas sebanyak

33 LPSE yang telah didirikan, salah satunya ialah Kabupaten Banjarnegara. Kabupaten Banjarnegara dalam rangka reformasi birokrasi serta mengoptimalisasikan pelayanan kepada masyarakat, pemerintah Kabupaten Banjarnegara melakukan restrukturisasi birokrasi pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pelayanan pengadaan barang dan jasa. Selain itu, berdasarkan peraturan terbaru mengenai pengadaan barang dan jasa yaitu Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah bahwa pada tahun anggaran 2012 sebagian atau seluruh paket pekerjaan pengadaan barang dan jasa diwajibkan dilaksanakan secara e- procurement.

Untuk dapat melaksanakan e-procurement, Kabupaten Banjarnegara mendirikan Unit Layanan Pengadaan (ULP) pada tanggal 22 Desember 2010 diikuti Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) satu tahun sesudahnya dengan domain http://lpse.banjarnegarakab.go.id. LPSE didirikan untuk membantu kegiatan ULP dalam menyelenggarakan pengadaan barang dan jasa terutama secara elektronik. Hingga data ini didapatkan yaitu tanggal 21 Desember 2011, website LPSE Kabupaten Banjarnegara telah menyelenggarakan e-procurenment atau lelang secara elektronik sebanyak 42 pelelangan dengan perincian 3 lelang masih dilaksanakan, 35 lelang berhasil dilaksanakan dan 4 lelang yang gagal sehingga harus dilelang ulang. Berikut

commit to user

Kabupaten Banjarnegara melalui LPSE

Tabel I. 1

Daftar Pelelangan secara Elektronik yang berhasil di

Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011

NO NAMA LELANG

HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS)

PESERTA LELANG 1 Pengadaan Alat Praktik

IPA SMP

1,5 Miliar

1. Karo Aku Abadi 2. Grasindo Makmur Bersama 3. PILAR SAPTA MANDIRI 4. CV. MEDIA AKSARA 5. CV Trijaya Perkasa 6. CV. Tirta Kencana

2 Pengadaan

buku

perpustakaan SMA/ SMK

375 juta

1. CV. MEDIA AKSARA 2. CV ANJANGSANA 3. PT. BERLIAN INTERNUSA GRAFINDO 4. CV. Tirta Kencana 5. CV. Trijaya Perkasa 6. CV. FAJAR ILHAM

3 Pengadaan bahan/ bibit tanaman

562,2 juta

1. Galuh Wana Mukti 2. CV. MEDIA AKSARA 3. CV PARADISE 4. CV. MENCEGER GLOBAL SARANA 5. CV. Makmur Jaya Hijau 6. CV. ABDI BANGUN SARANA

4. Pengadaan Sarana dan Prasarana

1. CV. BHUMI PALA 2. CV. Tirta Kencana 3. CV. Nusa indah Perkasa 4. CV. TANI MAKMUR SEJAHTERA 5. CV. SETIA KARYA

6. CV. BINA SEJAHTERA

(Sumber : http://lpse.banjarnegarakab.go.id )

commit to user

merupakan upaya pemerintah Kabupaten Banjarnegara untuk mewujudkan penyelenggaraan penyediaan barang dan jasa secara adil, transparan dan akuntabilitas baik itu bagi pemerintah maupun bagi masyarakat. Hal ini dilihat selain dari makin bertambah banyaknya jumlah lelang elektronik yang dilaksanakan secara elektronik dan telah berhasil diadakan mengingat ULP dan LPSE belum lama didirikan di Kabupaten Banjarnegara. Dengan Harga Perkiraan Satuan (HPS) yang tinggi hingga mencapai nilai miliaran rupiah menunjukkan seriusnya pemerintah Kabupaten Banjarnegara terhadap lelang elektronik. Selain itu lelang elektronik diatas selalu diikuti oleh lebih dari tiga pihak penyedia barang/jasa, menunjukkan tingginya minat penyedia barang/jasa dalam lelang elektronik yang diselenggarakan di Kabupaten Banjarnegara.

Namun dari semua pelelangan yang telah diselenggarakan oleh ULP Kabupaten Banjarnegara terdapat pelelangan yang gagal dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari wesite LPSE Banjarnegara per tanggal 21 Desember 2011 terdapat beberapa lelang yang harus dilaksanakan ulang

commit to user

Daftar Pelelangan secara Elektronik yang gagal di

Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011

NO NAMA LELANG

HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS)

PESERTA LELANG 1 Pengadaan bahan dan

perlengkapan kedokteran habis pakai

912,1 jt

1. PT Teluk Pursel Sejahtera 2. CV. Warista 3. CV Kartika Jaya 4. CV Vagus Mulya Pratama 5. CV BATRACO 6. CV. ANUGERAH TUNAS MEDICA

2 Pengadaan bahan dan peralatan

laboratorium

habis pakai

406,8 jt

1. PT Teluk Pursel Sejahtera 2. CV Kartika Jaya 3. CV Vagus Mulya Pratama 4. CV. ANUGERAH TUNAS MEDICA 5. CV. TUNAS SATRIA MEDIKA 6. PT DWI MUSTIKA

1. CV.GRAHA MEDIKA 2. CV. NATANA SEJAHTERA 3. CV. ANUGERAH TUNAS MEDICA 4. PT. SAKAPILAR 5. CV. STARKOM MEDIA 6. PT DWI MUSTIKA

4 Penyediaan

fasilitas

perawatan kesehatan bagi penderita akibat dampak asap rokok

364,8 juta

1. PT. DWI MUSTIKA 2. PT Teluk Pursel Sejahtera 3. PT. SAKAPILAR 4. CV. MEDIKANA PRATAMAJAYA 5. CV. SARANA MEDIKA 6. CV. ANUGERAH TUNAS MEDICA

(Sumber : http://lpse.banjarnegarakab.go.id

Keempat lelang diatas harus diulang kembali dikarenakan dalam tahap-tahap lelang tidak berjalan hingga akhir, sehingga lelang gagal dan harus dilakukan lelang lagi dari awal. Gagalnya suatu lelang elektronik dimungkinkan karena

commit to user

suatu tahap lelang. Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang bagaimana pelaksanaan prosedur e-procurement yang dilakukan oleh ULP Kabupaten Banjarnegara serta kendala yang dihadapi dalam menangani lelang secara elektronik melalui LPSE.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan prosedur e-procurement oleh Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Banjarnegara?

2. Bagaimana kendala yang dihadapi Unit Layanan Pengadaan dalam melaksanakan lelang melalui LPSE?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan prosedur e-procurement yang dilakukan oleh Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Banjarnegara serta kendala yang menghambatnya

2. Untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar S1 jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UNS

commit to user

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Manfaaat yang diharapkan antara lain :

1. Sebagai bahan sumbangan pemikiran bagi Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Banjarnegara dalam melaksanakan e-Procurement atau lelang

elektronik agar memberikan pelayanan menjadi lebih baik

2. Sebagai bahan acuan yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian lanjutan baik bagi mahasiswa maupun Unit Layanan Pengadaan dalam

upaya peningkatan pelayanan dalam e-Procurement

commit to user

KAJIAN PUSTAKA

A. PELAKSANAAN

Kebijakan publik selalu mengandung setidak-tidaknya tiga komponen dasar, yaitu tujuan yang luas, sasaran yang spesifik dan cara mencapai. Komponen “cara” mengandung beberapa unsur kebijakan lain, yaitu pelaksana atau implementornya, berapa jumlahnya dan dari mana dana diperoleh, siapa kelompok sasarannya, bagaimana program dilaksanakan dan bagaimana keberhasilan atau kinerja kebijakan diukur.

Kompon en “cara” merupakan komponen yang mewujudkan kedua komponen lainnya. Cara ini biasa disebut sebagai implementasi. Ini sesuai dengan definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 427) yang mengartikan implementasi sebagai pelaksanaan, penerapan. Pelaksanaan (2007: 627) sendiri mempunyai arti proses, cara perbuatan melaksanakan, biasanya berupa rancangan atau keputusan.

Pelaksanaan merupakan aspek yang penting dalam keseluruhan aspek keseluruhan proses kebijaksanaan ini sesuai dengan pernyataan Udoji dalam Solichin Abdul Wahab dalam bukunya Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke Implementasi Negara (2005 : 59) :

“The execution of policies is as important if not more important than policy making. Policies will remain dreams or blue prints file jackets

unless they are implemented ” (pelaksanaan kebijaksanaan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebih daripada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan- kebijaksanaan akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan)

commit to user

merumuskan secara pendek bahwa mengimplementasikan berarti menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu serta menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu. Hal ini dipandang bahwa implementasi kebijaksanaan dapat dipandang sebagai suatu proses melaksanakan keputusan kebijaksanaan (dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif, atau dekrit presiden).

Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Solichin (2005: 65), pelaksanaan/implementasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu, pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

Menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier dalam Solichin (2005: 65) menjelaskan makna implementasi dengan mengatakan bahwa :

“memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program, dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian

implementasi kebijaksanaan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan- kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan negara”

Menurut Salusu (1998: 409) dalam bukunya Pengambilan Keputusan Strategik, menyebutkan bahwa implementasi adalah seperangkat kegiatan yang dilakukan menyusul suatu keputusan. Suatu keputusan selalu dimaksudkan untuk mencapai sasaran tertentu. Guna merealisasikan pencapaian sasaran itu, diperlukan serangkaian aktivitas. Jadi dapat dikatakan

commit to user

mencapai suatu sasaran tertentu. Salusu (1998: 412) juga mengemukakan perlunya kebijaksanaan organisasi untuk menyiapkan semua fasilitas yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang timbul selama implementasi. Kebijaksanaan itu berkaitan dengan pedoman pelaksanaan, metode kerja, prosedur, peraturan-peraturan, formulir-formulir, dan segala sesuatu yang diperlukan dalam upaya pencapaian organisasi.

Menurut Salusu (1998: 412) untuk mencegah timbulnya tindakan independen, memperkecil keputusan-keputusan zig-zag, dan praktek-praktek yang kontradiktif yang tidak sesuai dengan tujuan pelaksanaan e- procurement, maka dalam melaksanakan e-procurement ULP dan LPSE menggunakan pedoman pengadaan barang/jasa khususnya secara elektronik yaitu Peraturan Bupati Banjarnegara Nomor 623 Tahun 2010 tentang Mekanisme Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Kabupaten Banjarnegara Secara Elektronik. Selain itu juga tetap memperhatikan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Tata Cara E-Tendering juga dijadikan dasar pedoman pelaksanaan e-procurement.

Dengan demikian pelaksanaan atau implementasi dalam penelitian ini adalah tindakan yang dilakukan oleh individu maupun pejabat-pejabat pemerintahan guna melaksanakan atau menyelenggarakan rencana dan kebijakan yang telah dirumuskan dengan disertai kelengkapan-kelengkapan

commit to user

kapan, tempat, dan cara untuk melakukannya. Disini terlihat jelas bahwa implementasi lebih menekankan pada fase tindakan dan tetap menganut pada peraturan serta pedoman pelaksanaan.

Tidak hanya di Indonesia, negara lain yang juga telah menerapkan sistem e-procurement, salah satunya ialah Negara Malaysia. Hal ini disebutkan oleh Aini Aman dan Hasmiah dalam buku jurnal internasional Transforming Government: People, Process and Policy, Volume 5 No. 4, dengan judul penelitian E-Procurement Implementation: a case of Malaysia Government (2011: 334),

“The Government of Malaysia launched electronic government as one of the MSC Flasgship Applications with the aspiration to employ multimedia technologies to re-invent the way the government operates. One of the applications is e-procurement project known as e-Perolehan (eP). The eP streamlines government procurement activities and improves the quality of service it provides and converts traditional manual procurement process in the government machinery to electronic procurement on the internet (Rashid, 2007). ” (Pemerintah Malaysia meluncurkan elektronik government sebagai salah satu hasil aplikasi dari MSC demi melaksanakan aspirasi meletakkan teknologi multimedia untuk mengubah cara kerja pemerintah. Salah satu aplikasi tersebut ialah proyek e-procurement yang dikenal sebagai e-Perolehan (eP). eP memudahkan kegiatan pemerintah dalam pengadaan barang/jasa serta meningkatkan kualitas layanan dan mengubah proses pengadaan barang dan jasa secara manual dalam pemerintahan dan mengubahnya menjadi pengadaan barang/jasa secara elektronik melalui internet)

e-Perolehan merupakan produk dari program e-government Malaysia, hal ini disebutkan oleh Maniam Kaliannan dan Halimah Awang dalam WSEAS Transactions on Business and Economics, dengan judul Adoption and Use E- Government Services: A Case Study on E-Procurement in Malaysia (2010: 5), bahwa

commit to user

“Main projects Generic Office Environment (GOE), Electronic Procurement (EP), Project Monitoring System (PMS), Human Resource Management Information Sytem (HRMIS), Electronic Services (e- Services), Electronic Labour Exchange (ELX), E-Syariah and E- Land”

Aini Aman (2011: 341) juga mengemukakan bahwa dalam upaya memahami implementasi e-procurement di bidang pemerintahan, perlu memperhatikan pada dua hal yaitu

“... categorized into system specification and implementation management. In system specification are not only related to software integration and data management, but also legal and administration procedures as well as IT infrastucture, while challenges in implementation are related to outscorcing contract and IT skills .” (... dikategorikan menjadi spesifikasi sistem dan manajemen implementasi. Pada sistem spesifikasi tak hanya berhubungan dengan integrasi software dan manajemen data, tapi juga prosedur administrasi yang benar juga dengan infrastruktur IT, sementara pada implementasi berhubungan dengan kontrak outscorcing dan kemampuan IT)

B. E-PROCUREMENT

1. Pengertian e-Procurement

e-Procurement merupakan istilah lain dari pengadaan barang jasa pemerintah secara elektronik. Pengadaan Barang/Jasa sendiri dalam Peraturan Presiden No. 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah merupakan Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

e-Procurement merupakan transformasi mekanisme pengadaan secara manual (LKPP, 2009). Definisi e-procurement menurut Ita Akyuna Nightsabha dalam Jurnal Siasat Bisnis Vol 13 No 2 dengan judul Persepsi Pengguna Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Pada Pemerintah

commit to user

131) dari berbagai sumber yaitu :

1. Menurut Kantor Manajemen Informasi Pemerintah Australia (Australian Government Information Management, AGIMO), e- Procurement merupakan pembelian antar-bisnis (business-to-business),

B2B) dan penjualan barang dan jasa melalui internet (www.agimo.gov.au, 2001)

2. Bank Dunia menyebut e-procurement dari sisi pemerintahan sebagai electronic government procurement atau e-GP adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi khususnya internet oleh

pemerintahan-pemerintahan dalam melaksanakan hubungan pengadaan dengan para pemasok untuk memperoleh barang, karya-karya, dan layanan konsultasi yang dibutuhkan oleh sektor publik (Ippolito, 2003)

3. Palmer (2003) menyebutkan e-procurement adalah teknologi yang dirancang untuk memfasilitasi manajemen seluruh aktivitas pengadaan

barang melalui internet, yang meliputi semua aspek fungsi pengadaan yang didukung oleh bermacam-macam bentuk komunikasi secara elektronik

4. E-Procurement adalah Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan (Perpres tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tahun 2010)

commit to user

“E-procurement refers to the use of electronic methods in every methods in every stage of purchasing process form identification of requirements through payment and potentially to contract management ”. (E-

procurement dapat dikatakan sebagai metode penggunaan secara elektronik dalam setiap langkah proses bentuk pembelian indentifikasi dari permintaan lewat pembayaran dan potensial untuk konrak manajemen)

Serta terdapat enam jenis e-procurement yaitu :

1. E-ordering/ e-maintence repair operate

2. Web-based enterprise resource planning

3. E-sourcing

4. E-tendering

5. E-reverse auctioning/ e-auctioning

6. E-informing

Jurnal Internasional Proceeding of the 2010 Internatoinal Conference on e-Education, e-Business, e-Management, and e-Learning hasil penelitian dari Emme Suzila Kassim dan Husnayati Hussin yang berjudul Public e-Procurement : A Research Synthesis (2010: 150), menyebutkan bahwa :

“Public e-procurement system is a government-to-business application (G2B), and in general it resembles the private business-to-business application .” (Sistem e-procurement publik adalah aplikasi government-

to-business (G2B), dan secara keseluruhan hampir mirip dengan aplikasi privat business-to-business)

Perbedaan fungsi dan tujuan dalam e-procurement sistem antara privat dan publik juga dijelaskan Emme Suzila Kassim (2010: 150) sebagai berikut :

“For the former, the main goal of usage is to reduce operational cost, maximize profits and improve performance, whereas for the latter, the main agenda is for value creations in which to reduce transparency, improve

information flow and management, and more informed decision making. Also highlighted on the detail objectives for e-procurement system funding

commit to user

harness aggregated buying power of the government to achieve dynamic pricing of goods and sevices, to improve efficiency of the procurement cycle while meeting all legislative mandates and to ensure compliance with purchasing policies, both within departements and across government

agencies.” (Pada awalnya, tujuannya adalah untuk mengurangi biaya operasional, memaksimalkan profit dan meningkatkan kinerja, sedangkan untuk hal lainnya, agenda utamanya adalah menghargai kreasi yang mana mengurangi transparansi, meningkatkan aliran informasi dan manajemen, dan membuat keputusan yang terarah. Juga menyorot pada sistem pendanaan pada pada e-procurement, untuk menciptakan pasar terbuka sehingga tiap penyedia dapat berkompetisi, untuk memanfaatkan daya beli agregat dari pemerintah agar harga barang dan jasa menjadi dinamis, meningkatkan efisiensi pengadaan sementara mandat legislatif tercapai dan sesuai dengan kepentingan publik, baik bagi departemen maupun pemerintahan secara keseluruhan)

Berdasarkan definisi e-procurement dari berbagai sumber tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa e-procurement adalah kegiatan yang dilakukan oleh sektor publik baik itu pemerintah pusat dan daerah maupun lembaga publik lain termasuk Badan Usaha Milik Negara dengan menggunakan fasilitas teknologi internet yang dikembangkan oleh LKPP dengan landasan hukum Peraturan Presiden No. 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

2. Organisasi/ pihak dalam pengadaan barang dan jasa

Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa turut melibatkan pihak maupun organisasi, hal ini didasarkan pada Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 :

I. Pengguna Anggaran (PA)/ Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

PA adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Pejabat yang disamakan pada Institusi lain Pengguna APBN/APBD.

commit to user

1) menetapkan Rencana Umum Pengadaan;

2) mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling kurang di website K/L/D/I;

3) menetapkan PPK;

4) menetapkan Pejabat Pengadaan;

5) menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan;

6) menetapkan:

a. pemenang pada Pelelangan atau penyedia pada Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan

Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai diatas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau

b. pemenang pada Seleksi atau penyedia pada Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai diatas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

7) mengawasi pelaksanaan anggaran;

8) menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

9) menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan ULP/Pejabat Pengadaan, dalam hal terjadi perbedaan pendapat; dan

10) mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh Dokumen Pengadaan Barang/Jasa.

commit to user

adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. Pejabat Pembuat Komitmen memiliki tugas pokok dan kewenangan sebagai berikut:

1) menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang meliputi:

a. spesifikasi teknis Barang/Jasa;

b. Harga Perkiraan Sendiri (HPS); dan

c. rancangan Kontrak.

2) menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;

3) menandatangani Kontrak;

4) melaksanakan Kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa;

5) mengendalikan pelaksanaan Kontrak;

6) melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA;

7) menyerahkan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA dengan Berita Acara Penyerahan;

8) melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap

triwulan; dan

9) menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

commit to user

ULP adalah unit organisasi pemerintah yang berfungsi melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa di K/L/D/I yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada. Pejabat Pengadaan adalah personil yang memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa yang melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa. Tugas pokok dan kewenangan ULP/Pejabat Pengadaan meliputi:

1) menyusun rencana pemilihan Penyedia Barang/Jasa;

2) menetapkan Dokumen Pengadaan;

3) menetapkan besaran nominal Jaminan Penawaran;

4) mengumumkan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa diwebsite K/L/D/I masing-masing dan papan pengumuman resmi untuk

masyarakat serta menyampaikan ke LPSE untuk diumumkan dalam Portal Pengadaan Nasional;

5) menilai kualifikasi Penyedia Barang/Jasa melaluiprakualifikasi atau pascakualifikasi;

6) melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran yang masuk;

7) khusus untuk ULP:

a. menjawab sanggahan;

b. menetapkan Penyedia Barang/Jasa untuk:

commit to user

i. Pelelangan atau Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai

paling tinggiRp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah);atau

ii. Seleksi atau Penunjukan Langsung untuk paketPengadaan Jasa Konsultansi yang bernilaipaling tinggi Rp10.000.000.000,00

(sepuluhmiliar rupiah);

c. menyerahkan salinan Dokumen Pemilihan PenyediaBarang/Jasa kepada PPK;

d. menyimpan dokumen asli pemilihan PenyediaBarang/Jasa;

8) membuat laporan mengenai proses dan hasil Pengadaankepada Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi; dan

9) memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaankegiatan Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA.

IV. Panitia/ Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan

adalah panitia/ pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan.

3. SPSE (Sistem Pengadaan Secara Elektronik)

Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) dikembangkan oleh Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa-Bappenas pada tahun 2006 sesuai Inpres nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. E-procurement menjadi salah satu dari 7 flagship Dewan Teknologi Informasi Nasional (Detiknas) dan di bawah koordinasi

commit to user

melalui LPSE oleh Bappenas dan Departemen Pendidikan Nasional. Pada waktu itu baru terdapat satu server LPSE yang berada di Jakarta dengan alamat www.pengadaannasional-bappenas.go.id yang dikelola oleh Bappenas.

Pada bulan Desember 2007, Presiden mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 106 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Lembaga ini merupakan „pemekaran‟ Pusat Pengadaan yang sebelumnya berada di Bappenas. Dengan adanya Perpres ini, seluruh tugas menyangkut kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah menjadi tanggung jawab LKPP, termasuk di dalamnya pengembangan dan implementasi electronic government procurement.

Pengembangannya SPSE membawa semangat free lisence. SPSE dikembangkan menggunakan bahasa pemrograman Java dan menggunakan database PostgreSQL serta diinstal di sistem berbasis Linux. LKPP dalam pengembangan SPSE berkerjasama dengan:

1. Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) untuk fungsi enkripsi dokumen. LKPP merupakan Lembaga Pemerintah non Departemen yang berada

dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dan dibentuk berdasarkan Perpres No. 106 tahun 2007 LKPP merupakan lembaga pemerintah satu-satunya yang mempunyai tugas melaksanakan pengembangan dan perumusan kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah, dan dalam melaksakan tugas dan

commit to user

Pembangunan Nasional.

2. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk sub sistem audit

4. LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik)

Dalam melaksanakan e-procurement, ULP tidak dapat melakukannya sendiri, yaitu Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Pengadaan, Panitia yang dibentuk untuk menangani pengadaan tersebut, serta unit kerja Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) yang dibentuk untuk memfasilitasi pengadaan secara elektronik melalui aplikasi Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) yang dibuat untuk seluruh daerah di wilayah Indonesia.

Dalam Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Layanan Pengadaan Secara Elektronik Pasal 3, LPSE mempunyai tugas yang meliputi :

1. Memfasilitasi Pengguna Anggaran (PA)/ Komisi Pengguna Anggaran (KPA) mengumumkan rencana umum pengadaan

2. Memfasilitasi ULP menayangkan pengumuman pelaksanaan pengadaan

3. Memfasilitasi ULP/ Pejabat Pengadaan melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa secara elektronik

4. Memfasilitasi Penyedia Barang/Jasa dan pihak-pihak yang berkepentingan menjadi Pengguna SPSE

commit to user

5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan K/L/D/I Dalam melaksanakan tugas diatas, LPSE menyelenggarakan fungsi

meliputi :

1. Penyusunan program kegiatan, ketatausahaan, evaluasi dan pelaporan pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik di lingkungan

K/L/D/I

2. Pengelolaan SPSE dan infrastrukturnya

3. Pelaksanaan registrasi dan verifikasi Pengguna SPSE

4. Pelaksanaan pelayanan pelatihan dan dukungan teknis pengoperasian SPSE

Dalam melaksanakan tugasnya, perangkat organisasi LPSE disusun sesuai dengan kebutuhan, sekurang-kurangnya menyelenggarakan fungsi yang meliputi :

1. Kepala LPSE yang mempunyai tugas memimpin LPSE dalam menjalankan tugas dan fungsi LPSE

2. Sekretriat mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, ketatausahaan, pembinaan dan pengendalian terhadap program, kegiatan, administrasi

dan sumber daya di lingkungan LPSE. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, sekretariat menyelenggarakan fungsi :

a. Koordinasi kegiatan di lingkungan LPSE dan lembaga terkait

b. Penyelenggaraan ketatausahaan dan pengelolaan administrasi umum untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi LPSE

c. Pengelolaan sarana, prasarana dan sumber daya

commit to user

d. Pengendalian, evaluasi dan pelaporan kegiatan

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala LPSE sesuai dengan tugas dan fungsi

3. Unit Administrasi Sistem Elektronik mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan SPSE. Untuk itu melaksanakan tugasnya, Unit

Administrasi Sistem Elektronik menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan dan pemeliharaan perangkat lunak, perangkat keras dan jaringan

b. Penanganan masalah teknis yang terjadi untuk menjamin kehandalan dan ketersediaan layanan

c. Pemberian informasi kepada LKPP tentang kendala teknis yang terjadi di LPSE

d. Pelaksanaan instruksi teknis dari LKPP

4. Unit Registrasi dan Verifikasi bertugas melaksanakan pengelolaan registrasi dan verifikasi Pengguna SPSE, untuk itu Unit Registrasi dan

Verifikasi menyelenggarakan fungsi :

a. Pelayanan pendaftaran Pengguna SPSE

b. Penyampaian informasi kepada calon Pengguna SPSE tentang kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan

c. Verifikasi seluruh dokumen dan informasi sebagai persyaratan pendaftaran pengguna SPSE

d. Pengelolaan arsip dan dokumen pengguna SPSE

commit to user

5. Unit Layanan dan Dukungan bertugas untuk melaksanakan pelayanan pelatihan dan dukungan teknis pengoperasian aplikasi SPSE. Berkaitan

dengan tugas tersebut, Unit Layanan dan Dukungan menyelenggarakan fungsi :

a. Pemberian layanaan konsultasi mengenai proses pengadaan barang/jasa secara elektronik

b. Pemberian informasi tentang fasilitas dan fitur aplikasi SPSE

c. Penanganan keluhan tentang pelayanan LPSE

d. Pelayanan pelatihan penggunaan aplikasi SPSE Untuk menjamin keberlangsungan penyelenggaraan sistem

pengadaan barang/jasa secara elektronik, LPSE menyusun Standar Prosedur Operasional yang sekurang-kurangnya mencangkup :

1. Registrasi dan verifikasi Pengguna SPSE

2. Layanan Pengguna SPSE

3. Penanganan masalah (error handling)

4. Pemeliharaan dan pengamanan infrastruktur SPSE

5. Pemeliharaan kinerja dan kapasitas SPSE

6. Pengarsipan dokumen elektronik

5. Cara melakukan e-Procurement