4. LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PENGARUH SU

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI
“PENGARUH SUHU LINGKUNGAN TERHADAP SUHU TUBUH”
Dosen Pengampu: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes

Disusun Oleh :
Nama: Sofyan Dwi Nugroho
NIM : 16708251021
Prodi : Pendidikana IPA Kelas B

PRODI PENDIDIKAN SAINS
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017

PENGARUH SUHU LINGKUNGAN TERHADAP SUHU TUBUH
A. Tujuan
A.1. Tujuan Kegiatan
Mahasiswa dapat melakukan pengukuran suhu tubuh dan mengamati pengaruh suhu
lingkungan terhadap suhu tubuh manusia.
A.2. Kompetensi Khusus
Mahasiswa dapat melakukan pengukuran suhu tubuh dan mengamati pengaruh suhu

lingkungan terhadap suhu tubuh manusia.
B. Tinjauan Teori
Hipothalamus merupakan organ pengatur suhu tubuh yang dimiliki oleh organisme
berdarah panas (homeoterm). Sel-sel saraf hypothalamus peka terhadap perubahan suhu
badan internal terutama suhu darah. Hipothalamus ibarat thermostat yang berada di bawah
otak. Ada dua macam hypothalamus yaitu hypothalamus anterior dan hypothalamus
posterior. Hipothalamus anterior berguna untuk mengatur pembuangan panas, sedangkan
hypothalamus posterior berguna untuk mengatur penyimpanan panas. Manusia memiliki
suhu optimal sebesar 37,1°C. Pengaturan atau proses regulasi suhu badan bertujuan untuk
menjaga keseimbangan panas yang dihasilkan dari proses metabolisme tubuh dan
lingkungan sekitar dengan banyaknya panas yang dikeluarkan oleh tubuh. Proses
pembebasan panas tubuh dapat melalui kulit, mulut, saluran pernapasan, feses dan urin.
Mekanisme regulasi panas disebut neuro-endokrin karena melibatkan system saraf,
hormon dan berlangsung sangat cepat. Regulasi panas badan menggunakan system
feedback ( umpan balik negative), apabila panas badan melebihi suhu optimal maka
hypothalamus berusaha menurunkan ke suhu optimal dan sebaliknya.
Suhu lingkungan tinggi atau suhu badan yang meningkat 1 - 2° C akan
mempengaruhi sel-sel saraf hipothalam untuk mengintruksikan lewat neuroendokrin ke
safar perifer untuk meningkatkan sirkulasi darah perkier yang ada di bawah kulit dan
meningkatkan keringat sehingga panas bada banyak yang keluar. Suhu darah yang telah

turun akan mempengaruhi hipotalamus dan mengintruksikan agar aktivitas sel-sel saraf
diturunkan sehingga suhu badan tetap dalam kondisi optimal.

Bila tubuh terasa panas, ada kecenderungan tubuh meningkatkan kehilangan panas
ke lingkungan; bila tubuh merasa dingin maka kecenderungannya menurunkan kehilangan
panas. Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui rdiasi dan konduksi –konveksi
ditentukan oleh perbedaan suhu antara kulit dan lingkungan eksternal. Bagian pusat tubuh
merupakan ruang yang memiliki suhu yang dijaga tetap sekitar 37° C ( Soewolo dkk, 205:
287)
Apabila es menempel langsung pada kulit maka pembuluh darah kulit berkontraksi
sampai 15°C yang akan menyebabkan dilatasi sebagai efek langsung pendinginan setempat
terhadap pembuluh darah tersebut. Mekanisme kontraksi dingin membuat hambatan impuls
saraf datang ke pembuluh tersebut pada suhu mendekati 0°C sehingga pembuluh darah
mencapai vasodilatasi maksimum.Hal ini dapat mencegah pembekuan bagian tubuh yang
terkena terutama tangan dan telinga (Syaifuddin, 2009: 324).
Pengaturan suhu tubuh manusia merupakan contoh suatu sistem homeo-stasis
kompleks yang fasilitasi oleh mekanisme umpan balik. Sel-sel saraf yang mengatur
termoregulasi, dan juga sel-sel saraf yang mengontrol banyak aspek lain dari homeostasis
terpusat di hipotalamus. Hipotalamus memiliki termofosfat yang merespon pada perubahan
suhu di atas dan di bawah kisaran suhu normal dengan cara mengaktifkan mekanisme yang

memperbanyak hilangnya panas atau perolehan panas (lihat gambar 1).
Sel-sel saraf yang mengindera suhu tubuh terletak pada kulit, hipotalamus itu sendiri,
dan beberapa bagian lain sistem saraf. Beberapa diantaranya adalah reseptor panas yang
memberi sinyal kepada termofosfat hipotalamus ketika suhu kulit atau darah meningkat
dan reseptor dingin yang mensinyal termofosfat ketika suhu turun. Termofosfat itu
merespon terhadap suhu tubuh di bawah kisaran normal dan menghambat mekanisme
kehilangan

panas

serta

mengaktifkan

mekanisme

penghematan

panas


seperti

vasokonstriksi pembuluh superfisial dan berdirinya bulu atau rambut, sementara
merangsang mekanisme yang membangkitkan panas (termogenesis melalui menggigil dan
tanpa menggigil). Sebagai respon terhadap suhu tubuh yang meningkat, termofosfat
mematikan

(menginaktifkan)

mekanisme

penghematan

panas

dan meningkatkan

pendinginan tubuh melalui vasodilatasi, berkeringat, atau painting. (Campbell dkk, 2000:
106).


Gambar 1. Fungsi Termofosfat Hipotalamus Dan Mekanisme Umpan-Balik Pada
Termoregulasi Pada Manusia
Sumber: (Campbell et al. 2000)
Read

more:

http://www.zonabiokita.web.id/2017/6/pengaruh-suhu-lingkungan-

terhadap-suhu.html#ixzz4k8xJBDpz
Karena fungsi sel peka terhadap fluktuasi suhu internal, manusia secara homeostatis
mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang optimal bagi kelangsungan metabolisme
yang stabil. Bahkan peningkatan suhu tubuh sedikit saja sudah dapat menimbulkan

gangguan fungsi saraf dan denaturasi protein yang ireversibel. Suhu tubuh normal secara
tradisional dianggap berada pada 37°C (98,6°F). Namun sebenarnya tidak ada suhu tubuh
“normal” karena suhu bervariasi dari organ ke organ. Dari sudut pandang termoregulatorik,
tubuh dapat dianggap sebagai suatu inti di tengah (central core) dengan lapisan
pembungkus di sebelah luar (outer shell). Suhu di inti bagian dalam yang terdiri dari organorgan abdomen dan toraks, sistem saraf pusat, serta otot rangka, umumnya relative konstan
sekitar 37,8oC (100oF). Suhu inti internal inilah yang dianggap sebagai suhu tubuh dan

menjadi subjek pengaturan ketat untuk mempertahankan kestabilannya. Suhu kulit dapat
berfluktuasi antara 20oC (68oF) dan 40oC (104oF) tanpa mengalami kerusakan. Ini karena
suhu

kulit

sengaja

diubah-ubah

sebagai

tindakan

kontrol

untuk

membantu


mempertahankan agar suhu di tengah tetap konstan (Sherwood, 2001)
Suhu tubuh dipengaruhi oleh exercise, hormon, system saraf, asupan makanan,
gender, iklim dan status malnutrisi. Pada proses termoregulasi, aliran darah berubah-ubah
mengalami vasodilatasi pembuluh darah kulit yaitu peningkatan aliran darah panas ke kulit
yang akan meningkatkan kehilangan panas. Sebaliknya vasokontriksi pembuluh darah kulit
mengurangi aliran darah ke kulit untuk menjaga suhu pusat tubuh konstan.
Darah diinsulasi dari lingkungan eksternal yang akan menurunkan kehilangan panas.
Respon-respon vasomotor kulit dikoordinasi oleh hipotalamus melalui jalur sistem
parasimpatik. Aktivitas simpatetik yang ditingkatkan ke pembuluh kutaneus menghasilkan
penghematan panas vasokonstriksi untuk merespon suhu dingin, sedangkan penurunan
aktivitas simpatetik menghasilkan kehilangan panas vasodilatasi pembuluh darah
kulitsebagai respon terhadap suhu panas (Soewolo dkk, 2005: 287-288)
Mekanisme tubuh terhadap kompres air hangat dapat menurunkan suhu tubuh
sebagai berikut:
a. kompres hangat pada daerah tubuh memberikan sinyal ke hipothalamus melalui
sumsum tulang belakang.
b. ketika reseptor yang peka terhadap panas dihipotalamus dirangsang, maka sistem
effektor mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer.
c. perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla
oblongata dari tangkai otak, di bawah pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga

terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan/kehilangan

energi/panas melalui kulit meningkat ( berkeringat ), diharapkan akan terjadi
penurunan suhu tubuh sehingga mencapai keadaan normal kembali.
Apabila kita memberikan rangsangan dingin pada kulit, maka pada jaringan yang
terkena rangsangan tersebut akan mengalami penurunan temperature (cooling), hal ini akan
diikuti dengan :
a. penurunan tingkat metabolisme
b. terjadi vasokonstriksi arteriole yang timbul akibat pengurangan terbentuknya metabolit
berupa CO2 dan asam laktat serta pengaruh dingin terhadap pembuluh darah,
c. Vasokonstriksi juga terjadi pada pembuluh darah kulit berlangsung secara reflektoris
karena kulit sabagai komponen thermoregulator (pengatur panas) bereaksi terhadap
adanya rangsangan dingin.
d. Vasokonstriksi yang terjadi akan menurunkan kecenderungan terbentuknya cairan
edema dan penurunan produksi cairan limfe, karena permeabilitas dinding pembuluh
darah menurun.
e. Dingin akan menginduksi pembuluh darah vena, sehingga terjadi vakonstriksi
pembuluh darah vena dan ini akan menaikkan tekanan venosa.

C. Alat dan Bahan

Untuk pengukuran suhu tubuh poikiloterm praktikan menggunakan alat dan bahan sebagai
berikut
a)

Termometer badan,

b) Alat kompres air
c)

Air es

d) Air panas
e)

Pengukur waktu

D. Cara Kerja
Dalam pengukuran suhu tubuh homeoterm dalam hal ini praktikan digunakan termometer
badan yang skalanya 35-43°C. Ada berbagai tempat yang biasa digunakan untuk pengukuran
suhu tubuh antara lain: aksial (ketiak), sublingual (oral), dan anal (anus).


a) Sebelum menggunakan termometer harus menunjukkan skala terendah, hal ini dilakukan
dengan cara mengibas-ngibaskan termometer tersebut. Untuk melakukan hal ini perlu hatihati karena sering secara tidak sengaja menyentuh tubuh teman atau benda keras lainnya
yang dapat mengakibatkan pecahnya termometer.
b) Menaruh termometer tersebut pada ketiak praktikan selama kurang lebih 3 menit,
kemudian mengamati skalanya dan mencatat suhunya. Setelah itu pada leher menempelkan
kompres air dingin selama lima menit, kemudian mengukur suhu tubuh seperti langkah a)
dan mengamati setiap 1 menit. Mengulangi dengan mengganti kompres air hangat.
Mencatat apakah ada perbedaan suhu tubuh praktikan pada sebelum dan sesudah
perlakuan.
E. Hasil Pengamatan
Kode Suhu
Nama Normal

WA
AN
LW

36,2
35,7

35,0
35,6

YNK
CSW
ERW
LMP
EKO
CAG
PRM
FER
EKA
JUM
SDN
GWS
UKS
Rerata

35,7

Saat
Dipaparkan
Dingin
1
2
3
4

Air
5

Suhu pada Waktu keSetelah Dipaparkan Air Saat
Dipaparkan
Dingin
Panas
1
2
3
4
5
1
2
3
4

35,
1
36

36
,3
36
,2
35
,2
35
,2

36
,3
36
,2
35
,3
35
,3

36,
4
36,
2
35,
3
35,
3

36,
2
36,
1
36

36
,2
35
,4
36

36
,2
36

35,
3

35
,3

35
,3

35
,7
35

35,
7
35,
4
35,
6
36,
3
36,
4
35,
5
36,
4
36,
5
36,
2
36,
3
35,
8
36

35,
7
35,
6
35,
6
36,
7
36,
4
35,
5
36,
5
36,
8
36,
2
36,
5
35,
7
35,
9
36,

35
,7
35
,6
35
,6
36
,7
36
,4
35
,5
36
,7
36
,8
36
,2
36
,2
35
,8
36

35
,7
35
,8
35
,6
36
,7
36
,4
35
,5
36
,7
36
,9
36
,2
36
,5
35
,7
36
,1
36
,0

35,
4
35,
3

35,6

35,
7
35

35,6

34

36,5

35,
9
35,
8
35,
9
36,
5
35,
5
35,
3
35,
9
35,
9
36

36,4
35,5
35,7
36,5
35,9
36,1
35,9
35,7
35,85

35,
56

35
,2
35
,9
35
,3
35
,3

36
,4
36
35
,1
35
,3

36
,4
36
,2
35
,1
35
,2

35
,4
35
,5
34

35
,3
35
,7
34

35
,3
35
,7
34

35
,3
35
,7
34

35
,8
35
,5
35
,9
36
,8
35
,5
35
,8
36
,5
35
,8
36
,1
35
,6

35
,8
35
,5
36
,4
36
,8
35
,6
35
,9
36
,3
36
,3
36
,6
35
,8

35
,8
35
,6
36
,4
36
,8
35
,9
35
,9
36
,4
36
,2
35
,7
35
,7

35
,8
35
,7
36
,4
36
,8
35
,4
36
,3
36
,5
36
,3
36
,0
35
,8

35
,7
36
,3
36
,4
35
,3
36
,2
36
36
,3
36
,3
35
,4
36
,1
35
,8

35,

36
,0

36

5

Setelah Dipaparkan Air
Panas
1
2
3
4
5

36
,4
35
,8
35
,5
35
,8

36
,4
36
,1
35
,5
36

36
,6
36
,3
35
,9
36
,4

36
,6
36
,3
35
,9
36
,5

36,
6
36,
3
35,
9
36,
9

36
,6
36
,3
35
,9
35
,3

36
,6
36
,4
35
,9
35
,3

36
,6
36
,4
36
,3
35
,3

36,
2
36,
4
36,
2
35,
3

36
,2
36
,4
36
,2
35
,3

35
,7
36

35
,7
36

36
36

36
,3
36

36,
3
36

35
,7
35

35
,3
35
,9
36
,3
35

35
,6
35
,5
36
,4
34
,7
36
,1
36
,0
35
,4
36
,7
35
,9
35
,7
35
,8

35
,6
35
,9
36
,7
35
,4
36
,3
36
,2
35
,7
36
,6
36
,1
35
,6
36
,0

35
,7
35
,4
36
,7
35
,8
36
,3
36
,3
35
,6
36
,6
36
,1
35
,7
36
,1

35,
7
35,
4
36,
7
35,
8
36,
5
36,
5
35,
6
36,
6
36,
0
36

35
,7
36
,3
36
,4
35
,3
36
,4
36
,4
36
,1
36
,6
35
,6
36

35
,7
35
,6
35
,6
36
,7
36
,4
35
,5
36
,4
36
,4
36
,1
36
,7
36

35
,9

35,
7
35,
6
35,
6
36,
7
36,
4
35,
5
36,
4
36,
3
36,
1
36,
6
35,
6
35,
7
36,

35
,7
35
,8
35
,6
36
,7
36
,4
35
,5
36
,4
36
,3
36

36,

35
,7
35
,4
35
,6
36
,3
36
,4
35
,5
36
,4
36
,4
36
,1
36
,6
35
,5
35
,7
33
,7

36
,1
35
,5
35
,4
36
,7
36
36
35
,8

Air

35
,6
36
,0

36
,7
36
35
,7
36
,0

4

1

9

2

6

96

04

1

8

3

5

8

1

18

8

1

8

F. Analisis Data
Berdasarkan hasil pengukuran suhu tubuh di atas, berikut ini rerata pada tiap kondisi yang
sebelumnya dicatat.
Suhu
Normal

35,85

Menit ke1
2
3
4
5
Rerata
1
2
3
4
5
Rerata

Diberi Air Es

Diberi Air Panas

Selama Perlakuan
35,58
35,64
35,81
35,79
35,82
35,73
Setelah Perlakuan
35,86
35,96
36,04
36,00
36,08
36,01

35,84
35,86
36,08
36,11
36,18
35,99
35,98
35,99
36,08
36,02
36,06
36,02

Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan rerata suhu tubuh probandus saat dikenai
perlakuan dan setelah dikenai perlakuan.

Keterangan:
1. Warna biru menunjukkan suhu normal.
2. Mulai menit ke-6 menunjukkan perlakuan sudah dihentikan.

02

6

G. Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan uji pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh
masing-masing probandus. Pengukuran suhu tubuh normal dilakukan pada tahap awal
praktikum. Selanjutnya, pengkuran suhu dilakukan tiap lima menit saat probandus dikenai
perlakuan pemberian air es dan perlakuan pemberian air panas pada bagian tengkuk.
Pengukuran juga dilakukan tiap lima menit setelah treatment selesai dilakukan.
Data hasil pengamatan menunjukkan adanya perubahan suhu pada masing-masing
kondisi. Secara umum, suhu tubuh rerata probandus adalah 35,85°C. Berdasarkan jenis
kelamin, ditemukan suhu tubuh normal probandus laki-laki lebih tinggi dibanding suhu rerata
probandus wanita. Suhu tubuh probandus laki-laki adalah 36,3°C sedangkan suhu tubuh
probandus wanita adalah 35,7°C. Hasil ini sesuai dengan teori yang memaparkan bahwa suhu
tubuh pria secara umum lebih tinggi daripada suhu tubuh wanita. Meski demikian, simpulan
pada data ini hanya berupa dugaan karena jumlah probandus laki-laki yang terlalu sedikit,
yakni hanya 2 orang dibanding probandus wanita yang jumlahnya 14 orang.
Adapun, pada kondisi setelah diberi perlakuan air es, rerata suhu tubuh probandus
mengalami penurunan menjadi 35,76°C atau menurun sebesar 0,09°C. Berikutnya setelah
treatment, suhu tubuh rerata tercatat 35,99°C atau meningkat 0,23°C dari suhu saat
perlakukan dan 0,14 dibanding suhu tubuh normal. Perubahan suhu dari menit ke menit
sendiri cenderung tidak begitu besar.
Pada treatment pemberian air panas, rerata suhu tubuh mengalami peningkatan
dibanding suhu awal, yakni menjadi 35,84°C. Setelah perlakuan selesai, suhu menunjukkan
penurunan menjadi 35,98°C. Perubahan suhu juga tidak terjadi secara signifikan dari menit ke
menit.
Berdasarkan temuan ini, terlihat bagaimana suhu tubuh terpengaruh lingkungannya
yang berupa air es maupun air panas pada awal perlakuan. Namun seiring berjalannya waktu
tampak tubuh memberikan respon berkebalikan (feedback negative). Dilihat pada rerata
perubahan suhu per menit, tampak bagaimana mulanya suhu turun kemudian meningkat
seiring berjalannya waktu terutama saat pemberian air es dihentikan pada menit ke-6. Pola
serupa terlihat pada perlakuan suhu panas. Rerata suhu awal mengalami peningkatan namun

seiring berjalannya waktu mengalami penurunan yang menunjukkan respon spesifik yang
diberikan tubuh.

Keterangan:
1. Warna biru menunjukkan suhu normal.
2. Mulai menit ke-6 menunjukkan perlakuan sudah dihentikan.
Berdasarkan kajian pustaka yang dilakukan, fenomena ini bisa dijelaskan menurut teori
regulasi suhu pada manusia sebagai hewan homeoterm. Organisme berdarah panas
(homeoterm) memiliki organ pengatur suhu tubuh yaitu hipothalamus agar suhu tubuh tetap
pada kondisi optimal. Pengaturan suhu badan (thermoregulasi) bertujuan agar panas yang
dihasilkan dari berbagai proses metabolisme dan yang diperoleh dari lingkungan sekitar harus
seimbang dengan banyaknya panas yang dikeluarkan dari tubuh. Regulasi panas badan
menggunakan sistem feedback (umpan balik negatif) artinya apabila panas badan melebihi
suhu optimal, maka hipothalamus akan berusaha menurunkan ke optimal dan sebaliknya
(Djukri dan Heru Nurcahyo, 2017: 17).
Berdasarkan prinsip tersebut, bisa dijelaskan mengapa perubahan yang terjadi pada suhu
tubuh probandus hanya menunjukkan sedikit perbedaan nilai yang kemudian direspon
berkebalikan. Pada saat tubuh dikenai air es maupun air panas, terjadi respon dari sel-sel saraf
hipothalamus

yang

selanjutnya

akan

menginstruksikan

feedback

negatif

untuk

mempertimbangkan kondisi keseimbangan. Mekanisme ini hanya dimiliki organisme
homeoterm dan telah memberikan banyak manfaat. Salah satunya ialah dengan penjagaan
kondisi tubuh untuk metabolisme yang optimal tanpa sepenuhnya tergantung pada lingkungan
di sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2000. Biologi, edisi kelima-jilid2.
(Terjemahan Wasmen Manalu). Jakarta: Erlangga. (Buku asli diterbitkan tahun1999).
Djukri & Heru Nurcahyo. 2009.Petunjuk praktikum biologi.Yogyakarta: Prodi PSn
PPsUNY.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC
Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi manusia. Malang: Universitas Negeri Malang
Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
http://www.academia.edu/7216188/Pengaruh_Suhu_Lingkungan_terhadap_Suhu_Tubuh