OPTIMALISASI POTENSI DAN PEMBERDAYAAN EKONOM

OPTIMALISASI POTENSI PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT
DENGAN PENDEKATAN ADAT DAN AGAMA
Oleh : Firdaus

Pendahuluan
Tuntutan akan perbaikan bagi sebuah penyelenggaraan pemberdayaan ekonomi
kerakyatan yang lebih berkeadilan, merata dan lebih berorientasi kepada masyarakat
merupakan sebuah keharusan dalam penataan ekonomi mikro kerakyatan yang bergerak
di sektor informal. Reformasi ekonomi di Indonesia perlu ditegaskan dengan adanya
pendekatan pengembangan ekonomi mikro yang lebih berorientasi kepada masyarakat.
Hal ini dimaksudkan agar proses pemberdayaan ekonomi menjadi milik masyarakat
dalam arti yang sesungguhnya. Sehingga format ekonomi kerakyatan lebih mengacu
pada konsepsi-konsepsi masyarakat terhadap pemberdayaan ekonomi di mana
masyarakat tidak hanya menjadi oyek ekonomi makro.
Harapan atas perubahan konsep pemberdayaan ekonomi kerakyatan dengan
menempatkan masyarakat pada level pertama semakin penting, mengingat kekuatan
ekonomi masyarakat indonesia lebih dominan bergerak di sektor informal. Hal tersebut
dibuktikan bahwa ekonomi sektor informal lebih mampu untuk survive saat krisis
ekonomi menghantam Indonesia pertengahn 2007 silam yang berkelanjutan hingga
sekarang. Selain catatan kegagalan pelaku ekonomi makro yang harus gulung tikar
karena tidak mampu untuk survive di tengah pertarungan ekonomi yang semakin ketat,

ekonomi informal malahan tetap eksis merupakan aspek lain yang memperkuat argumen
bahwa ekonomi informallah sebenarnya yang memperkuat perekonomian negara secara
tidak langsung
Perubahan pokok yang ada pada paradigma baru pemberdayaan ekonomi
dimaksud adalah pemberian peran yang lebih besar kepada masyarakat dan
menempatkannya sebagai subyek sekaligus obyek ekonomi. Dalam kerangka ini maka
hubungan fungsional antar para pelaku ekonomi dan obyek ekonomi yang ada selama
ini mengalami modifikasi sesuai dengan kondisi, peluang tujuan dan tuntutan yang
berkembang di masyarakat. Tentu semuanya didasarkan pada kapasitas dan norma yang
dianut oleh masing-masing pelaku ekonomi. Karenanya diperlukan optimalisasi potensi
masyarakat dalam hal pemberdayaan ekonomi dengan jalan optimalisasi potensi

ekonomi kerakyatan yang dapat menampung berbagai tuntutan dan kebutuhan diantara
para pelaku ekonomi tersebut.

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Salah satu problem yang umum terjadi dalam pemberdayaan ekonomi yang
berorientasi pada masyarakat adalah rumusan kebijakan ekonomi yang bersifat topdown, dan sering bersifat makro. Hal tersebut menempatkan masyarakat sebagai obyek
kebijakan dan sekaligus objek ekonomi. Masalah komunikasi antara masyarakat dengan
pihak pemerintah sebagai pihak yang menentukan distribusi sumberdaya ekonomi

menjadi kendala lain ketika sektor ekonomi informal yang menjadi kekuatan rakyat
tidak mampu menjadi tolak ukur dalam melahirkan kebijakan. Selain itu kemampuan
dan keberanian mengartikulasikan kekutan ekonomi dan aspirasinya merupakan kendala
umum yang dimiliki banyak masyarakat. Disamping itu juga kemampuan untuk
memodifikasi berbagai mekanisme ekonomi yang umum berlaku. Disadari atau tidak,
ada keengganan dari pihak pemerintah dan swasta komersial untuk melepaskan
sebagian kepentingannya kepada masyarakat.
Untuk dapat berjalan sebagai proses sosial maka pemberdayaan ekonomi harus
dapat menempatkan masyarakat sebagai tolok ukur utamanya. Penempatan peran ini
berarti bahwa secara politis masyarakat yang menentukan ukuran, kriteria dan
mekanisme pemberdayaan ekonomi yang akan dilakukan sesuai dengan potensi yang
mereka miliki. Namun mekanisme untuk menentukan kebijakan pemberdayaan yang
dapat menampung aspriasi semua masyarakat bukanlah hal sederhana. Tingkat
pendidikan dan sumber daya yang dimilki akan mempengaruhi bentuk sektor ekonomi
yang akan menjadi pilihan dalam rangka meningkatkan taraf hidup yang lebih layak.
Untuk itu, selain memberikan rumusan kebijakan sepenuhnya kepada
masyarakat sebagai subyek ekonomi dalam rangka meningkatkan taraf hidup yang lebih
layak, kebutuhan akan penguatan sumber daya manusia (capacity building) merupakan
sebuah kaharusan. Hal ini mengingat bahwa kebutuhan pengetahuan akan berbanding
lurus dengan tingkat keberhasilan suatu program ekonomi. Pembardayaan ekonomi

terhadap masyarakat ini dilakukan dalam upaya memberikan penguatan secara
partisipatif kepada masyarakat untuk menentukan bentuk dan tujuan sektor ekonomi

yang mereka inginkan dengan menempatkan mereka sesuai dengan kapasitas dan
tingkat sumber daya masing-masing
Dengan demikian pemahaman terhadap hubungan partisipasi pelaku ekonomi
mikro merupakan hal yang mutlak harus dimilki oleh semua pelaku ekonomi
kerakyatan. Bagaimanapun pemberdayaan adalah merupakan proses penguatan
masyarakat untuk lebih survive dengan berbagai kondisi yang menjadi kendala bagi
mereka nantinya dalam mengembangkan perekonomian. Dalam konteks ini diperlukan
kesadaran akan fungsi dan peran masing-masing pihak agar dapat dihasilkan suatu
mekanisme yang produktif sesuai adat istiadat dan kepranataan yang berlaku.
Kemampuan dan potensi masing-masing pelaku akan sangat menentukan bentuk
pola hubungan partisipasi dalam proses pemberdayaan ekonomi masyarakat. Ruang dan
kesempatan bagi masyarakat untuk terlibat di setiap tahap dan tingkatan ekonomi cukup
terbuka, namun untuk dapat berperan sebagai pelaku utama dalam sektor ekonomi
tersebut bukanlah hal yang sederhana bagi masyarakat tanpa proses penguatan kapasitas
di level individu. Maka untuk itu dibutuhkan pendekatan pemberdayaan ekonomi
dengan pendekatan adat istiadat dan agama dalam rangka optimalisasi terhadap potensi
ekonomi yang ada di tengah masyarakat


Pemberdayaan dengan pendekatan Agama dan Adat
Masyarakat adalah sebuah komunitas utuh, yang mempunyai potensi terhadap
pola organisasi, kepemimpinan, wilayah, dan kepentingan yang terbentuk dengan
proses. Salah satu misi yang dilaksanakan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat
adalah dengan menciptakan, memfasilitasi terciptanya iklim yang kondusif dan
membuka akses sumber daya dan informasi serta mengoptimalkan pendayagunaan
sumberdaya pendukung lainnya dengan menjadikan tradisi yang ada dalam masyarakat
sebagi penguat rasa tanggung jawab masyarakat tersebut. Implementasi dari konsep
pemberdayaan ekonomi disini adalah penyelenggaraan sektor ekonomi yang berbasis
pada potensi ekonomi masyarakat.
Dalam konsep ini diselenggarakan suatu proses peningkatan peluang
kesempatan yang mandiri dan bermitra dengan pelaku ekonomi yang lain. Proses
pemberdayaan pembangunan yang bertumpu kepada masyarakat merupakan suatu
proses yang spesifik sesuai dengan karakteristik masyarakatnya, yang meliputi tahapan

identifikasi karakteristik masyarakat, identifikasi permasalahan ekonomi masyarakat,
perencanaan ekonomi masyarakat, pemrograman sektor ekonomi mandiri, serta
pembukaan akses kepada sumber daya ekonomi dan informasi pasar.
Pendekatan pemberdayaan ekonomi masyarakat perlu diselaraskan dengan

kondisi sosio kultural dan keagamaan yang berlaku di tengah masyarakat sesuai dengan
adat istiadat yang berlaku. Hal tersebut tidak lebih karena pada prinsipnya, tidak ada
masyarakat yang tidak memiliki adat istiadat dan agama yang berpotensi untuk enjadi
faktor penguat sumber ekonomi yang kondusif dan bermartabat.
Dalam studi dan literatur antropologi, agama merupakan salah satu unsur
kebudayaan universal (cultural universal). Selain sebagai kebudayaan universal agama
merupakan inti dari kebudayaan (cultural core). Artinya, agama merupakan unsur
kebudayaan yang sangat esensial di tengah-tengah kehidupan masyarakat, sehingga
agama meruapakan aspek paling sulit untuk berubah. Sebagai sebuah kebudayaan,
agama akan menjadi penghalang dalam proses perekonomian masyarakat ketika konsep
ekonomi digunakan dalam proses tersebut berlawanan dengan agama. Selain agama,
aspek adat dan tradisi yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat akan turut
mempengaruhi konsep dan bentuk sektor ekonomi tersebut.
Dalam

konteks

ini

pemberdayaan


ekonomi

masyarakat

perlu

mempertimbangkan kedua aspek tersebut. Selain itu, potensi agama dan adat istiadat
yang ada dalam masyarakat sangat besar untuk menjadi spirit pemberdayaan ekonomi
sebagai proses penguatan ekonomi mikro. Pemberdayaan ekonomi dengan pendekatan
adat dan agama dimaksud akan terwujud dengan menjadikan keduanya sebagai spirit
awal untuk melakukan kegiatan ekonomi yang lebih kondusif di berbagai aspek dan
sektor ekonomi baik mikro maupun makro
Persoalannya adalah terletak kepada bagaimana menyiapkan dan menciptakan
format pemberdayaan masyarakat sebagai pelaku utama ekonomi dalam rangka
menggali potensi yang ada dalam masyarakat, maka peran pendampingan oleh tenaga
pendamping/fasilitator adalah sangat strategis. Pendampingan masyarakat merupakan
suatu hubungan setara antara masyarakat dengan individu atau kelompok pendamping
yang memiliki kemampuan profesional dalam menerapkan kaidah proses pendampingan
yang dibutuhkan masyarakat sesuai dengan agama dan adat istiadat yang berlaku di

lingkungan masyarakat.

Format dan Metoda Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Belum tercapainya manfaat kebijakan ekonomi yang memenuhi aspirasi rakyat
banyak merupakan hal yang menjadi perhatian pemerintah saat ini. Banyak kelompok
masyarakat atau komunitas, terutama mereka yang miskin dan berpenghasilan rendah,
yang belum menikmati hasil kebijakan ekonomi selama ini. Belum terpenuhinya
berbagai kebutuhan dasar mereka pada tingkat minimum merupakan indikator belum
tercapainya sasaran kebijkan ekonomi tersebut. Misalnya, masih sekitar 4,33 juta
masyarakat yang belum memiliki perumahan dan sebagian besar dari mereka berasal
dari kelompok marginal.
Meskipun demikian tampak bahwa potensi komunitas sangat besar di mana daya
tahan dan strategi survival masyarakat dalam menghadapi keterbatasan dan goncangan
ekonomi yang ada merupakan gambaran potensi tersebut. Sebagai contoh adalah
kekuatan ekonomi masyarakat 70 % bergerak di bidang ekonomi informal dan hanya 30
% yang bergerak di bidang formal. Data di mana 70% masyarakat bergerak di sektor
informal menunjukkan bahwa ada potensi survival komunitas dapat dimanfaatkan dan
dikembangkan untuk pembangunan sektor ekonomi informal mikro. Maka dengan
demikian dibutuhkan sebuaah format pemberdayaan ekonomi mikro dengan menjadikan
masyarakat sebagai pilar utama dan garda depan ekonomi dengan memfasilitasi

berbagai kegiatan komunitas dan mendukungnya dengan menyiapkan sistem
kepranataan yang dibutuhkan.
Dalam penerapannya, kegiatan ini menggunakan pemberdayaan masyarakat
sebagai inti pelaku ekonomi. Hal tersebut dengan menempatkan masyarakat sebagai
pelaku utama pada setiap tahapan, langkah, dan proses kegiatan ekonomi. Ini berarti
bahwa masyarakat akan berperan sebagai pelaku dan sekaligus pemilik kegiatan
ekonomi. Mereka adalah pelaku ekonomi informal yang mandiri yang memposisikan
pemerintah sebagai mitra kerja sekaligus sebagai pelaku pendukung kegiatan ekonomi
mereka. Dengan demikian, strategi program ini menitikberatkan pada transformasi
kapasitas manajemen ekonomi kerakyatan serta teknis pasar masyarakat melalui proses
pembelajaran langsung (learning by doing) melalui proses fasilitasi manajemen
ekonomi mikro.
Penerapan strategi ini memungkinkan masyarakat untuk mampu membuat
rencana yang rasional, membuat keputusan, melaksanakan rencana dan keputusan yang

diambil, mengelola dan mempertanggungjawabkan hasil-hasil kegiatan ekonomi, serta
mampu mengembangkan produk ekonomi yang telah dihasilkan sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan pasar.
Melalui penerapan strategi ini diharapkan terjadi peningkatan ekonomi secara
bertahap dimana sumberdaya manusia dan kapasitas ekonomi/usaha komunitas menjadi

kekuatan ekonomi bangsa. Seluruh rangkaian kegiatan dalam pemberdayaan masyarakat
dalam program penguatan ekonomi kerakyatan memiliki pola dasar yang secara umum
dapat dikelompokkan dalam tiga tahapan kegiatan pemberdayaan. Pertama, tahap
peningkatan kapasitas dan sumber daya manusia masyarakat. Dalam rangka
menempatkan komunitas sebagai pelaku utama ekonomi mikro, tingkat kemampuan
manajerial ekonomi yang terfokus dan terarah memiliki peluang yang lebih besar
dibandingkan tingkat kemampuan manajerial ekonomi di bawah rata-rata. Selain itu
kemampuan masyarakat dalam mengidentifikasi kebutuhan dan potensinya, serta
membuat rencana yang rasional juga menjadi persyaratan keberhasilan perekonmian
mereka. Oleh karenanya, fasilitasi kepada masyarakat dalam peningkatan kapasitas
merupakan kebutuhan awal dan khususnya dalam aspek penyiapan masyarakat dengan
kegiatan ekonomi yang terfokus dan terarah.
Kedua, tahap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ekonomi. Dalam
mengaktualkan rencananya, komunitas masyarakat perlu melakukan rencana yang
strategis sesuai dengan kapasitas masing-masing dengan di mana aspek budaya ekonomi
menjadi perhatian khusus. Kemampuan melihat peluang dan sumberdaya kunci yang
ada merupakan aspek terpenting. Dalam kaitannya dengan fasilitasi ini, pemerintah
memberikan stimulan dana kepada komunitas untuk merealisasikan rencananya
terutama dalam kegiatan ekonomi informal karakyatan seperti perkebunan, peternakan
dan lain sebagainya, tanpa menutup kemungkinan adanya bantuan tidak mengikat dari

pihak lain.
Ketiga, tahap pengembangan kelembagaan ekonomi masyarakat. Pengembangan
lembaga

ekonomi

masyarakat

merupakan

fasilitasi

penting

dalam

konteks

pengembangan ekonomi. Dalam rangkaian kegiatannya, fasilitasi ini mengarah kepada
pembuatan aturan main lembaga ekonomi masyarakat, formalisasi lembaga ekonomi

masyarakat, pelatihan dalam rangka peningkatan kapasitas manajemen dan teknis
kepada masyarakat maupun lembaga ekonomi masyarakat, pembentukan jaringan kerja

dengan lembaga ekonomi masyarakat lain, pemanfaatan akses sumber daya kunci
ekonomi dalam rangka kemitraan, dan pembukaan akses terhadap pengambil kebijakan.

Penutup
Potensi ekonomi kerakyatan yang bergerak di sektor informal sudah teruji
mampu untuk survive dengan segala tantangan ekonomi masyarakat Indonesia pada
masa dan pasca krisis. Kekuatan ekonomi sektor informal tidak hanya sebatas mampu
bertahan dari tekanan ekonomi global, akan tetapi mampu menampung tenaga kerja
lebih dari setengah masyarakat indonesia. Fakta ini merupakan potensi yang perlu
disikapi secara serius dengan melakukan pemberdayaan ekonomi kerakyatan informal
bagi masyarakat luas
Dalam prakteknya, pemberdayaan tersebut tidak hanya dalam tataran program
dalam bentuk konsep-konsep ekonomi. Akan tetapi lebih utama pada tataran praktis
bagaimana mengelola sektor ekonomi yang ada menjadi kekuatan ekonomi yang
meningkatkan taraf hisup masyarakat. Pemberdayaan ekonomi dimaksud, labih
mangacu pada bagaimana masyarakat adat mampu secara mandiri untuk menentukan
perencanaan ekonomi kerakyatan dalam skala besar dengan cara pembinaan yang
intensif dari fihak pemerintah dan lembaga-lembaga ekonomi yang telah mapan
Dalam konteks ini, pengutan kapasistas masyarakat sesuai dengan adat istiadat
dan kultur agama akan menjadi aspek terpenting mengingat hal tersebut merupakan
pilart kekuatan masyarakat adat yang mampu menggiring masyarakat pada taraf di
mana kemampuan untuk survive lebih kuat dibanding hanya karena faktor ekonomi. Di
balik semua itu, kekuatan spiritual juga merupakan stimulan bagi masyarakat di mana
saja dalam melakukan kegiatan ekonomi