RESPON PEMERINTAH RI TERHADAP KEBIJAKAN

RESPON PEMERINTAH RI TERHADAP KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA
SERIKAT ATAS PEMINDAHAN IBUKOTA
ISRAEL KE YERUSALEM-PALESTINA
Oleh:
Deka Nurjaman
120170102007
A.
Pendahuluan
Interaksi antarnegara dalam dunia internasional sering kali ditentukan dengan kebijakan politik luar negeri.
Politik luar negeri ialah kebijakan suatu negara dalam mengatur hubungan luar negerinya. Menurut Rosenau,
kebijakan luar negeri ialah upaya sebuah negara yang berkaitan dengan sikap dan kegiatannya dalam mengatasi
serta mendapatkan keuntungan dari lingkungan eksternalnya.1
Tujuan dari politik luar negeri ialah untuk mewujudkan sebuah kepentingan nasional. Karena dalam sistem
internasional, hubungan yang ada antara negara-negara tertentu, umumnya didasari atas kepentingan negara
masing-masing. Dalam hal ini, Amerika Serikat memiliki konsep tersendiri akan politik luar
negerinya.
Secara umum menurut Mario Wahyu, politik luar negeri Amerika Serikat itu berkaitan dengan tujuan
nasionalnya yakni memantapkan diri sebagai polisi dunia, dominasi simber daya alam, ekonomi, politik dan
penyebaran ideologi liberalism, demokrasi dan lain sebagainya.2
Oleh karena itu, dalam paper ini penulis bertujuan untuk menjelaskan pertama, kebijakan politik luar negeri
Amerika Serikat dalam rencana pemindahan ibukota Israel ke Palestina. Kedua, respon pemerintah RI atas

kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat tersebut.
B.
Pembahasan
Terkait kebijakan luar negeri Ameika Serikat, baru-baru ini Amerika mengeluarkan kebijakan politik luar
negerinya dalam perencanaan pemindahan ibukota Israel dan keduataan besarnya (AS) ke Yerusalem, seperti
dalam pidatonya di Gedung Putih, pada hari Rabu (06/12), Presiden Trump mengatakan “sudah saatnya untuk
mengakui secara resmi Yerusalem sebagai ibukota Israel”. Hal ini mendapatkan respon yang kurang baik dari
beberapa negara di dunia seperti Cina, Rusia, Inggris, Prancis, Turki, Jerman dan negara-negara Eropa lainnya,
negara-negara Arab serta negara-negara Asia dan organisasi-organisasi internasional, PBB misalnya.
PBB mengingatkan akan kerawanan Yerusalem, PBB memberikan status terhadap Yerusalem sebagai wilayah
yang chaos, yang tidak boleh dimiliki oleh negara manapun, termasuk Palestina maupun oleh Israel serta negaranegara lainnya, karena Yerusalem merupakan bagian atau milik warga dunia.3
Oleh karena itu, tindakan Amerika Serikat beralwanan dengan resolusi dari PBB 4 sebagai pelaksanan perdamaian
serta keamanan dunia internasional dalam menyelesaikan kasus-kasus internasional.5 Seperti yang tercantum
dalam pembukaan Piagam PBB itu sendiri:
“We the peoples of the united nations determined to save succeeding generations from the scourage of war…”

1 James N. Rosenau, Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson, World Politics: An Introduction, (New York: The Free Press, 1976), hlm. 27.
2 Herlan Febriani, “Politik Luar Negeri Amerika Serikat”, dalam http://www.academia.edu, diunduh pada 8 Januari 2018.
3 Jones Gultom, “Paman Donald Trump Jangan Usik Keheningan Yerusalem”, dalam Koran Medan Bisnis Membangaun Indonesia
yang Lebih Baik, diterbitkan oleh PT. Kasih Karunia Medan Bisnis pada 12 Desember 2017.

4 Perserikatan Bangsa-Bangsa atau yang lebih dikenal dengan singkatan PBB merupakan sebuah organisasi internasional yang
dibentuk untuk menjaga perdamaian dan keamanan dunia serta pertumbuhan kerjasama semua bangsa di dunia dalam berbagai sektor
kehidupan internasional. Lihat Sumaryo Suryokusumo, Organisasi Internasional, (Jakarta: UI-Press, 1987), hlm. 1.
5 Marupa Hasudungan Sianturi, “Peran PBB sebagai Organisasi Internasional dalam Menyelesaikan Sengketa Yurisdiksi Negara
Anggotanya dalam Kasus State Immunity Antara Jerman dengan Italia Terkait Kejahatan Perang Nazi”, dalam https://media.neliti.com,
diunduh pada 7 Januari 2018.

1

PBB bertujuan hendak menyelamatkan generasi penerus dari ancaman terhadap perang.6
“All members shall settle their international disputes by peaceful means in such manner that international
peace and security, and justice, are not endangered…”
Setiap anggota harus menyelesaikan sengketa internasional dengan cara damai yang tidak membahayakan
keamanan dunia.7
Melihat tugas dan fungsi dari PBB di atas, menunjukan ingin terciptanya dunia yang lebih baik yang jauh dari
konflik. Namun, dalam hal ini, terkait dengan sikap AS yang merupkan anggota tetap di PBB yang memiliki hak
veto justru bertindak keblikannya. Sangat disesalkan Persiden AS melakukan hal yang melanggar tujuan dan
fungsi dari PBB.
Terkait permasalahan ini, pemerintah Indonesia juga memberikan respon yang kritis terkait pengklaiman AS, dan
mengingatkan bahwa keputusan pemindahan ibukota Isreal itu hanya akan memperburuk konflik yang ada antara

Palestina-Israel.8
Munculnya pidato Presiden Amerika Serikat, cukup banyak menimbulkan kekacauan khususnya dalam negeri,
diplomasi publik yakni demonstrasi masa yang turun ke jalan meminta dan menekan pemerintah RI agar
melakukan tindakan terhadap sikap Amerika Serikat untuk meninjau ulang keputusan itu.
Pemerintah Indonesia mendukung untuk menolak kebijakan AS yang hendak menjadikan Yerusalem sebagai
ibukota Israel. Landasan utama sikap pemerintah Indonesia adalah amanat konstitusi negara UUD 1945 yakni
menjaga perdamaian dunia. Menurut M. Muttaqien konflik Arab-Israel ialah isu bagi politik luar negeri
Indonesia, opini publik terkait isu ini hendalah menjadi sebuah pertimbangan bagi pemerintah ketika mengambil
kebijakan luar negeri. 9
Indonesia merupakan anggota aktif dari berbagai organisasi internasional seperti PBB, OKI. Dalam kasus ini,
Indonesia menunjukkan keseriusannya untuk mendukung perdamaian dunia sesuai dengan amanat UUD Negara
Republik Indonesia.10 Oleh karena itu, Persiden RI dalam mencegah konflik ini, mecoba melakukan diplomasi
dengan negara-negara yang tergabung dengan organisasi-organisasi internasional, dan mendesak PBB serta OKI
untuk bersuara.11 Selain itu juga, Permerintah RI mencoba berdialog dengan neagara-negara NATO, dan dengan
negara-negara yang memiliki hak veto dalam PBB.
Dalam pemungutan suara Kamis (21/12) waktu New York, sebanyak 128 negara mendukung resolusi PBB,
sembilan menentang, dan 35 negara memilih untuk tidak hadir. 12 Mengutip dari berita BBC Indonesia yakni
tentang apa sebenarnya yang mendasari pengakuan Trump terhadap Yerusalem. Menurut penjelasan Barbara Plett
Usher, bahwa tidak ada alasan strategi khusus dibalik keputusan AS ini. Barbara Plett Usher menyatakan ada
spekulasi bahwa, Trump berupaya mengubah beberapa hal sebagai taktik persiapan di lapangan untuk

6 Marupa Hasudungan Sianturi, op.cit.
7 Ibid.

8 BBC Indonesia, “Donald Trump: Yerusalem adalah ibu kota Israel”, dalam http://www.bbc.com, diunduh pada 7 Januari 2018.
9 M. Muttaqien. Domestic Politics and Indonesia’s Foreign Policy on the Arab-Israeli Conflict, Departemen of International Relations
Universitas Airlangga, Surabaya Global & Strategis, Th. 7, No. 1 Global & Strategis, Januari-Juni 2013, hlm, 69-70.
10 Saibatul Aslamiah, “Jom. UNRI”, Diplomasi Indonesia dalam Mendukung Palestina Menjadi Negara Peninjau di PBB Tahun 2012,
Jom. FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015, hlm. 3. Dalam https://jom.unri.ac.id, diunduh 7 Januari 2018.
11 Ery Satria, “Kebijakan Trump Akui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel Kontraproduktif”, dalam http://beritabuana.co, diunduh pada
7 Januari 2018.
12 Sembilan negara yang ikut menolak resolusi PBB terkait siap Amerika atas Yerusalem ialah Amerika Serikat, Israel, Guatemala,
Honduras, Kepulauan Marshall, Mikronesia, Nauru, Palau, dan Togo. Indonesia sendiri termasuk ke dalam 128 negara yang ikut
mendukung resolusi PBB, bersamaan dengan empat negara yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan, yakni Cina, Prancis,
Rusia, dan Inggris. Selebihnya Sebanyak 21 negara tidak hadir untuk memberikan suara. Lihat BBC Indonesia, “Suara Indonesia
dukung Resolusi PBB tolak sikap AS atas Yerusalem”, dalam http://www.bbc.com, diunduh pada 7 Januari 2018.

2

perundingan damai. 13 Namun negara-negara lain merespon dengan sebaliknya, bahwa sikap Trump ini hanyalah
pemenuhan janji atas kampanyenya dulu pada saat pemilihan persiden AS terhadap kaum Yahudi di Amerika

yang pro-Israel dan kelompok Kristen Evangelis yang dalam hal ini merupakan basis dari massa politisnya.
Karena pada tahun 2016 yang lalu, pada saat kampanye, Donald Trump memberikan janji kepada kaum Yahudi
yang tinggal di AS untuk memberikan dukungan yang kuat terhadap Israel. Dan jika ia terpilih maka ia juga akan
memindahkan keduatan besarnya (AS) Tel Aviv ke Yerusalem.14
Menurut Ibu Retno yang merupakan menteri luar negeri RI, pada saat memanggil Joseph R. Donovan, duta besar
AS, mempertanyakan perihal rencana dari Persiden Trump terkait pengakuan Yerusalem sebagi ibukota Israel,
dan dia juga menyampaikan keperihatinan akan kabar tersebut, pasalnya rencana Persiden AS akan membuat
perdamaian antara Palestina-Israel terancam karena tindakan Trump. Perdamain yang sudah diidamkan akan
rusak dan kembali memicu terjadinya ketegangan yang akhirnya akan berujung pada peperangan. Jawaban dari
Joseph R Donovan terkait pemindahan ibukota Isreal ataupun pemindahan keduatan besar AS masih dalam tahap
yang belum final.15 Jadi, Persiden Donald Trump pada saat ini belum memutuskan untuk masalah tersebut.
Terlepas dari jawaban itu, Periden Joko Widodo, dikutip dari Surat Kabar Harian Metro Andalas Jumat 8
Desember 2017, menyerukan agar OKI serta PBB turun tangan dan harus segera membahas dan menentukan
sikap atas keputusan AS ini, dan harus mendesak AS agar mau meninjau ulang keputusannya itu, karena AS talah
melanggar resolusi dari PBB.16
Dalam pernyataanya di Bogor, Kamis 7 Desember 2017, Bapak Pesiden Joko Widodo mengatakan bahwa AS
jelas telah melanggar hukum internasional dan resolusi sebagai solusi Dewan Keamanan PBB atas Yerusalem
sebagai kota dengan status qou sebagai kota suci tiga agama. Hal ini jika dibiarkan maka akan mengguncang
stabilitas keamanan dunia, ujar Bapak Joko Widodo.17
Selain dari itu, keputusan AS yang secara sepihak juga mengakibatkan rusaknya hubungan serta meningkatnya

ketegangan di antara negara-negara yang terikat konfilk, dalam hal ini termasuk Timur Tengah yang juga sedang
dalam proses perdamaian. Jadi, keputusan yang diambil Amerika Serikat itu sangat gegabah yang pada akhirnya
berdampak terhadap instabilitas keamanan dunia, khususnya di negara-negara yang berpenduduk Muslim
mayoritas.
C.
Kesimpulan
Tindakan kebijakan dari politik luar negeri Amerika Serikat banyak mendapatkan kritikan dari negara-negara di
dunia, termasuk Indonesia. Sikap tegas pemerintah Indonesia meminta agar AS melakukan kajian ulang atas
keputusannya, pasalnya keputusan dari politik AS ini akan menimbulkan ketidakstabilan di dalam negeri, seperti
demonstrasi masa dan khawatiran akan menimbulkan kebencian terhadap non Muslim yang memunculkan
tindakan anarkis (teror) dari garis keras Islam.
Karena dengan dijadikannya Yerusalem sebagai ibukota Israel, penduduk dengan mayoritas Muslim
dikhawatirkan akan melakukan tindakan-tindakan anarkis dengan cara teror di tempat-tempat yang berbau milik
Asing. Hal ini mengingatkan kita pada kejiadian pemboman di Sarinah, di mana salah satu sasaran dari bom
bunuh diri (teroris) itu adalah tempat-tempat milik asing Starbucks misalnya.
Selain itu, informasi saat ini bahwa di akhir tahun 2018, Palestina akan melakanakan pemilu nasional, dengan
rekonsiliasi yang telah diperoleh antara Fatah dan Hamas yang selama ini terpecah belah. Rekonsiliasi Fatah
dengan Hamas di Mesir, telah menghasilkan hubungan yang baik serta penyelesaian sejumlah masalah Palestina.

13 BBC Indonesia, “Apa yang mendasari pengakuan Trump atas Yerusalem?”, dalam http://www.bbc.com, diunduh pada 7 Januari

2018.
14 Ibid.
15 Humayrah Hira, “Teori Konspirasi Israel-Palestina”, dalam https://www.wattpad.com, diunduh 7 Januari 2018.
16 Surat Kabar Harian Metro Andalas, Edisi 839/Th.IV 2017, Jumat 8 Desember 2017, Terbit 16 halaman.
17 Ibid.

3

Oleh sebab itu, Mereka siap untuk menggelar pemilu nasional untuk menyusun pemerintahan nasional baru yang
membentuk integrasi nasional.18
Kubu-kubu seperti Fatah dan Hamas, dalam pertemuan di Kairo, Rabu 22 November 2017 membahas cara-cara
pelaksanaan kesepakatan rekonsiliasi serta menyelesaikan isu-isu dalam negeri, terutama masalah pertahanan,
keamanan, dan pemilihan umum untuk mengakhiri keretakan politik yang telah terjadi selama hampir satu
dekade.19
Analisa penulis bahwa, AS bisa jadi menggunakan Israel sebagai proxy warnya, untuk membuat kegaduhan
politik dalam negeri Paletina, sehinga pemerintah Palestina beralih fokus pada permalasahan yang dibuat oleh AS
dan menunda program yang sudah direncanakan yakni terkait dengan akan diselenggaraknnya pemilu. AS
membuat kegaduhan di Palestina agar politik Paletina menjadi tidak stabil, sehingga pemilu yang dicanangkan
tidak terlaksana.


18 Kamran Dikarma, “Palestina Siap Gelar Pemilihan Umum Nasional”, dalam http://internasional.republika.co.id, diunduh 9 Januari
2018.

19 Zaenal Muttaqin, “Faksi Palestina Serukan Pemilu Nasional pada Akhir 2018”, dalam http://www.mirajnews.com, diunduh 9
Januari 2018.

4