JUAL BELI VALUTA ASING DAN SAHAM
JUAL BELI VALUTA ASING DAN SAHAM
Yang dimaksud dengan valuta asing, ialah mata uang luar negri, seperti dollar
Amerika , Poundsterling Inggris,Ringgit Malaysia, dan sebagainya.
Apabila antar negara terjadi prdaggangan internasional, maka tiap negara
membutuhkan valuta asing untuk alat bayar luar negri, yang dalam duni
perdaggangan disebut dengan devisa. Misalnya eksportir Indonesia akan
memperoleh devisa hasil ekspornya, sebaliknya importir Indonesia memerlukan
devisa untuk mengimpor dari luar negri.
Dengan demikian, akan timbul penawaran dan permintaan devisa di bursa
valuta asing. Setiap negara berwenang penuh menetapkan kurs uangnya
masing-masing ( kurs, ialah perbandingan nilai uangnya terhadap uang asing).
Misalkan 1 dollar Amerika = Rp 1.640,00. Namun, kurs uang atau perbandingan
nilai tukar setiap saat bisa berubah-ubah, tergantung pada kekuatan ekonomi
negara masing-masing. Pencatattan kurs dan transaksi jual beli valuta asing
diselenggarakan di Bursa valuta asing.
Adapun Saham adalah termasuk efek (surat berharga yang dapat
diperdaggangkan seperti sertifikat dan obligasi), ialah surat tanda berharga
seperti pemegangnya turut memiliki perusahaan yang mengeluarkan saham itu.
Kurs saham itu juga seperti kurs valuta bisa brubah-ubah menurut hukum
permintaan dan penawaran. Pada waktu ini, di Indonesia pencatatan kurs
saham dilakukan oleg PT Danareksa di Bursa Efek Jakarta.
Bagaimana hukumnya jual beli Valuta asing dan Saham menurut Islam...?
Menurut penulis , jual beli valuta asing dan saham diperbolehkan dalam
Islam, baik transaksinya dilakukan di bursa valuta asing dan bursa efek maupun
ditempat lain, karena transaksinya telah memenuhi syarat rukun jual beli
menurut hukum Islam, antara lain yang terpenting sebagai berikut
1. Adanya Ijab kabul yang ditandai cash and carry, yakni penjual
menyerahkan barangnya dan pembeli membayar tunai. Ijab qabul
jual beli bisa dilakukan dengan lisan, tulisan, atau dengan utusanutusan.
2. Kedua belah pihak mempunyai wewenang penuh melakukan
tindakan-tindakan humum dewasa dan sehat .
3. Valuta asing dan saham memenuhi syarat untuk menjadi obyek
transaksi jual beli, ialah :
(i) Suci barangnya (bukan benda najis)
(ii) Dapat dimanfaatkan
(iii)Dijual oleh pemiliknya sendiri atau kuasanya atasa izin
pemiliknya.
(iv)
Dapat diserah terimakan barangnya secara nyata.
(v) Dapat diketahui barangnya dan harganya dengan jelas.
(vi)
Barangnya sudah ada ditangan pemiliknya, jika
barangnya diperoleh dengan imbalan.
Perlu ditambahkan pendapat Abdurrahman Isa, bahwa jual beli saham itu
diperbolehkan Agama, termasuk saham-saham yang dikeluarkan oleh bank,
sekalipun sebagian besar kegiatan bank itu untuk kegiatan perkreditan dengan
sistem bunga, karena umat Islam dewasa ini dalam keadaan terpaksa.
Adapun jual beli obligasi yang dikeluarkan oleh perusahaan –perusahaan
yang menginvestasikan dalam pembangunan proyek-proyek produktif, tetapi
dimanfaatkan dana yang yang terkumpul untuk kegiatan riba ( kredit dengan
sistem bunga), maka tidak boleh menurut agama, karena pemegang obligasi
statusnya sama dengan pemberi kredit dengan bunga yang sudah ditentukan.
Sebaliknya, jual beli obligasi yang dikeluarkan oleh pemerinta untuk membiayai
proyek-proyek yang produktif (pertanian,perkebunan, industri, dan sebagainya),
maka diperbolehkan agama karena persentasi keuntungan yang akan diterima
oleh pemilik obligasi itu adalah hasil mudharabah, yakni bagi hasil antara pemilik
modal (obligasi) dengan pelaksana usaha, dalam hal ini pemerintah.
Jangan kamu membeli ikan dalam air,karena sesungguhnya jual beli yang
demikian itu mengandung unsur penipuan. (Hadits riwayat Ahman bin Hanbai
dan Al-Baihaqi dari Ibnu Mas’ud).
Menurut kebanyakan ulama, Jual beli benda najis tidak boleh berdasarkan Hadist
Nabi yang disampaikan oleh Jabir; teks haditsnya Ibid. Menurut Ulama Hanafi dan
Madzhab Dzahiri, boleh jual beli barang yang ada manfaatnya, termasuk beda
najis,seperti kotoran hewan untuk pupuk tanaman dan minyak yang terkena
najis untuk penerangan. Pendapat Hanafi dan Dzahiri ini didasarkan kepada
hadits Nabi, bahwa Nabi menemukan kambing kepunyaan Maemunah mati
tergeletak, lalu Nabi bersabda, “ Mengapa kamu tidak ambil kulitnya, kemudian
kamu samak dan memanfaatkannya?’’
Mereka menjawab, bahwasannya
kambing yang telah menjadi bangkai. Maka Nabi bersabda, “Bahwasannya yang
dilarang itu memakannya.” Maka dapat disimpulkan , bahwa memanfaatkan
benda najis selain untuk makanan itu boleh menurut Islam.
Jual beli barang yang bukan miliknya, misalnya milik suami atau istrinya atau
teman karibnya, maka menurut mazhab Maliki, Syafi’i, dan Hambali, adalah
boleh dan sah dengan syarat : menunggu izin suami atau istri atau teman
karibnya dengan tidak menghadiri akad jual belinya.
Apabila ternyata
pemiliknya mnyetujuinya, sahlah jual belinya. Apabila pemiliknya tidak bisa
menyetujuinya, maka tidak sahlah jual belinya. Akad semacam ini disebut akad
fudhuli (
).
Tidak boleh jual beli ikan yang masih ada didalam air, burung yang brlum
tertangkap atau terkurung, kecuali burung yang biasanya pulang kembali
kesangkarnya, misalnya pada malam hari, anak hewan yang masih didalam
perut induknya, dan sebagainya. Hal ini berdasarkan atas hadits Nabi.
Jual beli barang yang yang tidak ada ditempat transaksi diperbolehkan dengan
syarat harus diterangkan sifat-sifatnya dan ciri-cirinya. Kemudaian jika barang
sesuai dengan keterangan penjual, maka sahlah jual belinya; tetapi jika tidak
sesuai, maka pembeli mempunyai hak khiyar, artinya boleh meneruskan atau
membatalkruquthi dari jual belinya. Hal ini sesuai dengan Haduts Nabi riwayat
Al-Duruquthni dari Abu Hurairah.
Barang siapa yang membeli sesuatu yang tidak ia melihatnya, maka ia berhak
khiyar jika ia telah melihatnya.
Jual beli hasil tanaman yang masih terpendam,seperti ketela,kentang,dan
sebagainya juga diperbolehkan, asal dibri contohnya, karena akan mengalami
kesulitan dan kerugian jika harus mengeluarkan semua hasil tanaman yang
terpendam untuk dijual. Hal ini sesuai dengan kaidah hukum Islam ;
Kesulitan itu menarik kemudahan
Demikian pula boleh jual beli barang-barang yang telah terbungkus atau
tertutup, seperti makanan kalengan,LPG,dan sebagainya, asal diberi label yang
menerangkan isinya.
Hal ini berdasarkan Hadits Nabi riwayat Ahmad, Al Baihaqi dan Ibnu Hibban dan
Hakim Hizam :
Jika engkau membeli sesuatu,
menerimanya (menguasainya)
maka engkau jangan jual sehingga engkau
Tetapi jual beli barang yang diperoleh tanpa imbalan, seperti barang warisan
atau wasiat, maka sah jual belinya, sekalipun barangnya belum diterima oleh
sipenjualnya.
Yang dimaksud dengan valuta asing, ialah mata uang luar negri, seperti dollar
Amerika , Poundsterling Inggris,Ringgit Malaysia, dan sebagainya.
Apabila antar negara terjadi prdaggangan internasional, maka tiap negara
membutuhkan valuta asing untuk alat bayar luar negri, yang dalam duni
perdaggangan disebut dengan devisa. Misalnya eksportir Indonesia akan
memperoleh devisa hasil ekspornya, sebaliknya importir Indonesia memerlukan
devisa untuk mengimpor dari luar negri.
Dengan demikian, akan timbul penawaran dan permintaan devisa di bursa
valuta asing. Setiap negara berwenang penuh menetapkan kurs uangnya
masing-masing ( kurs, ialah perbandingan nilai uangnya terhadap uang asing).
Misalkan 1 dollar Amerika = Rp 1.640,00. Namun, kurs uang atau perbandingan
nilai tukar setiap saat bisa berubah-ubah, tergantung pada kekuatan ekonomi
negara masing-masing. Pencatattan kurs dan transaksi jual beli valuta asing
diselenggarakan di Bursa valuta asing.
Adapun Saham adalah termasuk efek (surat berharga yang dapat
diperdaggangkan seperti sertifikat dan obligasi), ialah surat tanda berharga
seperti pemegangnya turut memiliki perusahaan yang mengeluarkan saham itu.
Kurs saham itu juga seperti kurs valuta bisa brubah-ubah menurut hukum
permintaan dan penawaran. Pada waktu ini, di Indonesia pencatatan kurs
saham dilakukan oleg PT Danareksa di Bursa Efek Jakarta.
Bagaimana hukumnya jual beli Valuta asing dan Saham menurut Islam...?
Menurut penulis , jual beli valuta asing dan saham diperbolehkan dalam
Islam, baik transaksinya dilakukan di bursa valuta asing dan bursa efek maupun
ditempat lain, karena transaksinya telah memenuhi syarat rukun jual beli
menurut hukum Islam, antara lain yang terpenting sebagai berikut
1. Adanya Ijab kabul yang ditandai cash and carry, yakni penjual
menyerahkan barangnya dan pembeli membayar tunai. Ijab qabul
jual beli bisa dilakukan dengan lisan, tulisan, atau dengan utusanutusan.
2. Kedua belah pihak mempunyai wewenang penuh melakukan
tindakan-tindakan humum dewasa dan sehat .
3. Valuta asing dan saham memenuhi syarat untuk menjadi obyek
transaksi jual beli, ialah :
(i) Suci barangnya (bukan benda najis)
(ii) Dapat dimanfaatkan
(iii)Dijual oleh pemiliknya sendiri atau kuasanya atasa izin
pemiliknya.
(iv)
Dapat diserah terimakan barangnya secara nyata.
(v) Dapat diketahui barangnya dan harganya dengan jelas.
(vi)
Barangnya sudah ada ditangan pemiliknya, jika
barangnya diperoleh dengan imbalan.
Perlu ditambahkan pendapat Abdurrahman Isa, bahwa jual beli saham itu
diperbolehkan Agama, termasuk saham-saham yang dikeluarkan oleh bank,
sekalipun sebagian besar kegiatan bank itu untuk kegiatan perkreditan dengan
sistem bunga, karena umat Islam dewasa ini dalam keadaan terpaksa.
Adapun jual beli obligasi yang dikeluarkan oleh perusahaan –perusahaan
yang menginvestasikan dalam pembangunan proyek-proyek produktif, tetapi
dimanfaatkan dana yang yang terkumpul untuk kegiatan riba ( kredit dengan
sistem bunga), maka tidak boleh menurut agama, karena pemegang obligasi
statusnya sama dengan pemberi kredit dengan bunga yang sudah ditentukan.
Sebaliknya, jual beli obligasi yang dikeluarkan oleh pemerinta untuk membiayai
proyek-proyek yang produktif (pertanian,perkebunan, industri, dan sebagainya),
maka diperbolehkan agama karena persentasi keuntungan yang akan diterima
oleh pemilik obligasi itu adalah hasil mudharabah, yakni bagi hasil antara pemilik
modal (obligasi) dengan pelaksana usaha, dalam hal ini pemerintah.
Jangan kamu membeli ikan dalam air,karena sesungguhnya jual beli yang
demikian itu mengandung unsur penipuan. (Hadits riwayat Ahman bin Hanbai
dan Al-Baihaqi dari Ibnu Mas’ud).
Menurut kebanyakan ulama, Jual beli benda najis tidak boleh berdasarkan Hadist
Nabi yang disampaikan oleh Jabir; teks haditsnya Ibid. Menurut Ulama Hanafi dan
Madzhab Dzahiri, boleh jual beli barang yang ada manfaatnya, termasuk beda
najis,seperti kotoran hewan untuk pupuk tanaman dan minyak yang terkena
najis untuk penerangan. Pendapat Hanafi dan Dzahiri ini didasarkan kepada
hadits Nabi, bahwa Nabi menemukan kambing kepunyaan Maemunah mati
tergeletak, lalu Nabi bersabda, “ Mengapa kamu tidak ambil kulitnya, kemudian
kamu samak dan memanfaatkannya?’’
Mereka menjawab, bahwasannya
kambing yang telah menjadi bangkai. Maka Nabi bersabda, “Bahwasannya yang
dilarang itu memakannya.” Maka dapat disimpulkan , bahwa memanfaatkan
benda najis selain untuk makanan itu boleh menurut Islam.
Jual beli barang yang bukan miliknya, misalnya milik suami atau istrinya atau
teman karibnya, maka menurut mazhab Maliki, Syafi’i, dan Hambali, adalah
boleh dan sah dengan syarat : menunggu izin suami atau istri atau teman
karibnya dengan tidak menghadiri akad jual belinya.
Apabila ternyata
pemiliknya mnyetujuinya, sahlah jual belinya. Apabila pemiliknya tidak bisa
menyetujuinya, maka tidak sahlah jual belinya. Akad semacam ini disebut akad
fudhuli (
).
Tidak boleh jual beli ikan yang masih ada didalam air, burung yang brlum
tertangkap atau terkurung, kecuali burung yang biasanya pulang kembali
kesangkarnya, misalnya pada malam hari, anak hewan yang masih didalam
perut induknya, dan sebagainya. Hal ini berdasarkan atas hadits Nabi.
Jual beli barang yang yang tidak ada ditempat transaksi diperbolehkan dengan
syarat harus diterangkan sifat-sifatnya dan ciri-cirinya. Kemudaian jika barang
sesuai dengan keterangan penjual, maka sahlah jual belinya; tetapi jika tidak
sesuai, maka pembeli mempunyai hak khiyar, artinya boleh meneruskan atau
membatalkruquthi dari jual belinya. Hal ini sesuai dengan Haduts Nabi riwayat
Al-Duruquthni dari Abu Hurairah.
Barang siapa yang membeli sesuatu yang tidak ia melihatnya, maka ia berhak
khiyar jika ia telah melihatnya.
Jual beli hasil tanaman yang masih terpendam,seperti ketela,kentang,dan
sebagainya juga diperbolehkan, asal dibri contohnya, karena akan mengalami
kesulitan dan kerugian jika harus mengeluarkan semua hasil tanaman yang
terpendam untuk dijual. Hal ini sesuai dengan kaidah hukum Islam ;
Kesulitan itu menarik kemudahan
Demikian pula boleh jual beli barang-barang yang telah terbungkus atau
tertutup, seperti makanan kalengan,LPG,dan sebagainya, asal diberi label yang
menerangkan isinya.
Hal ini berdasarkan Hadits Nabi riwayat Ahmad, Al Baihaqi dan Ibnu Hibban dan
Hakim Hizam :
Jika engkau membeli sesuatu,
menerimanya (menguasainya)
maka engkau jangan jual sehingga engkau
Tetapi jual beli barang yang diperoleh tanpa imbalan, seperti barang warisan
atau wasiat, maka sah jual belinya, sekalipun barangnya belum diterima oleh
sipenjualnya.