UANG BEREDAR DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMP

UANG BEREDAR DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHINYA
Juni 23, 2009 nisa
PERMASALAHAN
Jumlah uang yang beredar dapat dilihat dari sisi pasiva neraca sistem moneter. Sementara itu,
sisi active neraca sistem moneter menerminkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
uang beredar tersebut. Dengan melihat perkembangan neraca sistem moneter dari waktu ke
waktu maka akan dapat diketahui perkembangan uang beredar dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Dalam penelitian ini penulis membatasi diri pada peredaran uang periode
April 2007 sampai dengan April 2009. Penulis akan melihat seberapa kuat atau lemahnya
hubungan (korelasi) antara jumlah uang beredar dan faktor-faktor yang memepngaruhinya.
Oleh karena itu permasalah penelitian yang dapat dikemukakan adalah : “Bagaimana tingkat
korelasi antara jumlah uang beredar dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya?”.
KERANGKA TEORITIS DAN EMPIRIS
Kerangka Teoritis
Teori permintaan uang sebelum Keynes sering juga diebut teori permintaan uang klasik,
karena landasan pemikiran mengenai perekonomiannya menggunakan asumsi klasik, yaitu
perekonomian berada dalam keadaan seimbang. Beberapa teori permintaan uang klasik:[3]
Teori Irving Fisher (transaction approach)
Teori ini mendasarkan pada flasafah hokum say, bahwa ekonomi akan selalu berada dalam
keadaan full employement. Menurut Fisher, apabila terjadi suatu transaksi antara penjual dan

pembeli, maka terjadi pertukaran antara uang dan barang/jasa, sehingga nilai dari uang yang
ditukarkan pastilah sama dengan nilai barang/jasa yang ditukarkan. Atau secara matematis
dapat ditulis sebagai berikut:
MV = PT
Dimana: M adalah jumlah uang yang beredar(penawaran uang),
V adalah tingkat kecepatan (velocity) perputaran uang,
P adalah harga barang/jasa, dan
T adalah jumlah barang/jasa yang menjadi objek trnsaksi.
Kemudian dalam versi lain, volume barang yang diperdagangkan (T) diganti dengaan output
riil (O) sehingga persamaannya berubah menjadi:
MV = PO = Y

Dalam teori kuantitas uang ini, Irving Fisher mengasumsikan bahwa keberadaan uang pada
hakikatnya adalah flow concept. Keberadaan uang ataupun permintaan uang tidak
dipengaruhi oleh suku bunga, tapi besar kecilnya uang akan ditentukan oleh kecepatan
perputaran uang tersebut.
Teori Cambridge ( cash balance approach)
Kaum ekonom Cambridge, seperti Marshal dan Pigou, menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang untuk memegang uang tunai (cash balances) ditentukan oleh
tingkat bunga, jumlah kekayaan yang dimiliki, harapan mengenai tingkat suku bunga di masa

yang akan dating, dan tingkat harga. Namun, dalam jangka pendek faktor-faktor tersebut
bersifat tetap (konstan) atau berubah secara proporsional terhadap pendapatan. Jadi, kaum
Cambridge menyatakan bahwa keinginan seseorang untuk memegang uang tunai secara
nominal adalah proporsional terhdap pendapatan nominal seseorang. Atau secara matematis
dapat ditulis sebagai berikut:
Md = kY
Dalam hal ini: Md adalah jumlah uang tunai yang dipegang oleh masyarakat (permintaan
uang),
k adalah konstanta yang menunjukkan presentase jumlah uang tunai yang dipegang terhadap
pendapatan
Y adalah pendapatan.
Berdasarkan persamaan tersebut, jika y = Y/P, maka Md = k.p.Y atau dapat dimanipulasi
menjadi:
Md / P = k Y
Persamaan di atas menunjukkan apabila terdapat kenaikan pada penghasilan nasional ecara
riil, maka permintaan akan uang tunai juga akan naik.
Teori Keynes
Menurut Keynes, seseorang mengatur uang atau asetnya dipengaruhi oleh tiga hal, sebagai
berikut:
1. Money demand for transaction (permintaan uang untuk transaksi)

2. Money demand for precautionary (permintaan uang untuk berjaga-jaga)
3. Money demand for speculation (permintaan uang untuk spekulasi)
Dalam analisis pendapatan nasional, variabel permintaan uang untuk tujuan transaksi dan
untuk tujuan berjaga-jaga biasanya menjadi satu variabel, yaitu permintaan uang untuk
transaksi berjaga-jaga (M1-). Jadi, jika permintaan uang untuk transaksi adalah Mt,
permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga Mp, maka formulasi permintaan uang untuk
tujuan transaksi berjaga-jaga adalah sebagai berikut:

M1 = Mt + Mp
Dengan ketentuan bahwa:
M1 = f (Y)
Mp = f (Y)
Mt = f (Y)
Keynes membuat asumsi bahwa semua surat berharga tidak mempunyai jatuh tempo
(concol), sehingga nilai sekarang surat berharga ditentukan oleh hasil dan tingkat bunga, yang
dinyatakan dalam persamaan;
N = R/ i [ 1-1/(1+i)n] i
Keterangan: N: nilai surat berharga
R: hasil yang diperoleh
i: tingkat bunga

untuk obligasi yang tidak ada jangka waktu pengembaliannya berarti n tak terhingga (disebut
consol), formulasi nilai obligasi adalah sebagai berikut:
N = R/i
Teori Permintaan Uang Setelah Keynes:
Teori Baumol
Baumol menyatakan bahwa adanya lembaga keuangan yang memberikan bunga
menyebabkan orang yang memegang uang tunai akan menderita kerugian yang disebut
opportunity costs. Seseorang memperoleh pendapatan pada awal suatu periode dapat
menentukan berapa kali ia akan melakukan transaksi ke bank. Apabila pendapatnnya sebesar
Y dan ia menetapkan akan pergi ke bank sebanyak 2 kali, maka awal periode ia harus
memasukkan uang ke bank sebesar (1/2)Y; dan kalu ia menetapkan akan ke bank sebayak 3
kali maka awal periode uang yang harus dimasukkan sebesar (2/3)Y, dst. Jadi, seseorang yang
menetapkan akan melakukan transaksi ke bank sebanyak n kali rata-rata memegang uang
tunai sebesar (n-1)Y/2n dan apabila tingkat bunga sebesar I maka pendapatan ® dari bunga
sebesar:
R = (n-1)iY
2n
= iY
2n2


Teori Tobin
Tobin menjelaskan bahwa motivasi seseorang memegang uang tunai untuk tujuan spekulasi
menggunakan pendekatan porotfolio. Menurut Tobin, pada kenyataannya setiap
ketidakpastian. Seseorang yang memegang surat berharga mengharapkan akan memperoleh
pendapatan (e):
e=i+g
di mana: i = bunga
g = keuntungan modal
jadi, seseorang yang memiliki sejumlah surat berharga (B) mengharapkan akan memperoleh
pendapatan total (RT) sebesar:
Rr = B x e = B (i+g)
Memegang uang tunai juga mempunyai resiko, yaitu adanya kerugian modal karena turunnya
harga surat berharga. Apabila resiko yang dihadapi dalam memegang sebuah surat berharga
adalah sebesar σg, maka resiko total yang dihadapi (T) oleh seseorang yang memegang
sejumlah surat berharga (B) adalah:
T = B x σg dan B = T/σg
Dengan memasukkan B = T /σg ke dalam persamaan:
RT = T(i+g)/ σg
RT/T = (i+g)/ σg
Teori friedman

M. Friedman adalah seorang ekonom klasik yang menyatakan bahwa seseorang atau suatu
perusahaan memegang uang tunai karena memperoleh kepuasan (utility), sebagaimana halnya
dengan barang konsumsi tahan lama lainnya. Friedman merumuskan teori permintaan uang
sebagai berikut:
Md/P = k ((r1,…….,rj) y
Atau
Md/y = k (r1,……..,rj)
Ket: md = permintaan uang tunai riil
R = tingkat pengembalian (rate of return)
1,…,j = jenis kekayaan, termasuk tingkat bunga.

Uang dalam Ekonomi Islam
Uang Menurut Ibnu Taimiyah
Secara garis besar Ibnu Taimiyah menyampaikan lima poin penting:
1. perdagangan uang akan memicu inflasi
2. hilangnya kepercayaan orang akan stabilitas nilai uang akan mencegah orang
melakukan kontrak jangka panjang dan menzalimi golongan masyarakat yang
berpenghasilan tetap sebagai pegawai
3. perdagangan domestic akan menurun karena kekhawatiran stabilitas nilai uang
4. oerdagangan internasional akan menurun

5. logam berharga akan mengalir keluar dari Negara
Uang menurut Al-Ghazali
Al-Ghazali berpendapat bahwa dalam ekonomi barter sekalipun, uang dibutuhkan sebagai
nilai sutu barang. Dengan adanya uang sebagai ukuran nilaibarang, maka uang akan berfungsi
sebagai media pertukaran tersebut. Uang tidak mempunyai harga namun merefleksikan harga
semua barang. Selain itu, Al-Ghazali juga membolehkan peredaran uang yang sama sekali
tidak mengandung emas dan perak asalkan pemerintah menyatakan sebagai alat pembayaran
resmi.
Uang menurut Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldu menegaskan bahwa kekayaan suatu Negara bukanlah ditentukan dari banyaknya
uang di Negara tersebut, tapi ditentukan oleh tingkat produksi negara tersebut dan oleh neraca
pembayaran yang positif. Sejalan dengan pendapat Al-Ghazali, Ibnu Khaldun jugs
mengatakan bahwa uang tidak perlu mengandung emas dan perak, namun emas dan perak
menjadi standar nilai uang.
Uang menurut Al-Magrizy
Taqyuddin Ahmad bin Al-Magrizy adalah salah satu murid Ibnu Khaldun yang mempunyai
spesialisasi dalam hal uang dan inflasi. Beliau membagi inflasi menjadi dua: inflasi akibat
berkurangnya persediaan barang (natural inflation) dan inflasi akibat kesalahan manusia.
Inflasi jenis pertama terjadi di zaman Rasulullah dan Khulafa Arrasyidin yang disebabkan
kekeringan maupun peperangan. Inflasi jenis kedua menurut Al-Magrizy disebabkan tiga hal.

Pertama, korusi dan administrasi yang buruk. Kedua, pajak berlebih yang memberatkan
petani. Ketiga, jumlah fullus yang berlebihan atau yang oleh Milton Friedman
disebut”inflation is just a monetary phenomenon”.
Permintaan Uang menurut Mazhab Iqtishoduna

Menurut mazhab ini, permintaan uang hanya ditujukan untuk dua tujuan pokok, yaitu
transaksi dan berjaga-jaga atau untuk investassi. Secara matematis formula permintaan uang
dapat dituliskan sebagai berikut: (diformulasikan Kadism As-Sadr)
Md = Mdtrans + Mdprec
Permintaan Uang menurut Mazhab Mainstream
Jumlah uang yang diperlukan dalam ekonomi Islam hanya memenuhi dua motivasi (transaksi
dan berjaga-jaga_ merupakan fungsi dari dua tingkat pendapatan, pada tingkat tertentu yang
telah ditentukan zakat atas asset yang kurang produktif. Meningkatnya pendapatan akan
meningkatkan permintaan atas uang oleh masyarakat, untuk tingkat pendapatan tertentu yang
terkena zakat. Penawaran uang dalam ekonomi Islam dikontrol oleh Negara sebagai
pemegang monopoli atas penerbitan mata uang sebagai alat tukar yang sah (legal tender).
Penawaran uang diasumsikan bebas dari tingkat biaya yang dikenakan atas asset yang tidak
produktif dan ditetapkan oleh otoritas moneter sebagai proporsi bagi nilai transaksi atau
tingkat pendapatan, yaitu:
Ms = f ( µ )

Dan Ms = α Y ; α > 0
Asumsi tentang pengaruh perluasan penawaran uang ini dengan mudah dapat dimodiikasi
tanpa berpengaruh pada analisisnya. Suatu kondisi yang penting bagi keseimbangan pasar
uang ialah bahwa penawaran uang harus seimbang dengan permintaan uang.
Ms = Md
Bila kebutuhan uang melebihi penawaran, maka kelebihan itu dieliminir dengan
meningkatnya biaya atas uang menganggur. Dengan kata lain, jika, misalnya pada tingkat
pendapatan (Y0) dan tingkat biaya (m0) maka:
Md0 (Y0/µ1) > Ms0 = α Y0
Jadi otoritas Islam akan meningkatkan biaya atas uang menganggur untuk mencapai tingkat
keseimbangan. Dengan pengandaian bahwa tingkat biaya yang baru mencapai m1, maka
diperoleh persamaan:
Md0 (Y0/µ1) = Ms0 = α Y0
Kenaikan m akan mendorong sekaligus investasi dan konsumsi, dan ini akan menaikkan
tingkat pendapatan menjadi Y1. tingkat pendapatan yang baru akan menaikkan tingkat
permintaan uang (Md1), selanjutnya tingkat keseimbangan baru akan diperoleh:
Md1 (Y1/µ1) = Ms1 = α Y1
Permintaan Uang Menurut Mazhab Alternatif
Permintaan uang dalam mazhab ini sangat erat kaitannya dengan konsep edogenous uang
dalam Islam, yang artinya:’keberadaan uang pada hakekatnya adalah representasi dari


volume transaksi yang ada dalam sktor riil”. Menurut Choudhury permintaan uang adalah
representasi dari keseluruhan kebutuhan transaksi dalam sector rii. Permintaan uang dan
penawaran uang dipengaruhi oleh besar profit sharing atau xpected rate of profit. Tinggi
rendahnya expected rate of profit ini merupakan representasi dari prospek pertumbuhan
actual ekonomi.
Tinjauan Empiris[4]
Bijan B. Aghevli (1976) mencoba melihat hubungan antara uang dan tingkat harga dengan
menggunakan alat analisis model ekonometrik dan sector moneter.
Boediono (1985) mencoba untuk mengidentifikasikan faktor0faktor penentu dari permintaan
uang di Indonesia selama periode 1975 -1984. Kajian yang dilakukan mencakup uang kartal
(currency), narrow money (M1) dan broad money (M2). Faktor yang mempengaruhi
permintaan uang masyarakat adalah gross domestic product (GDP), suku bunga dalam negeri
(suku bunga deposito), dan inflasi domestic. Variabel lain yang dijadikan sebagai penentu
permintaan uang antara lain: gross domestic income (GDI), interest rate differential (INT).
Price Simon dan Insukendro (1994) mencoba untuk menganalisa komponen permintaan
uang dalam arti sempit (money stock) dengan menggunakan teknik ekonometrik modern.
Triatmo Doriyanto (1999) mencoba mengetahui apakan permintaan uang riil di Indonesia
selama periode sebelum krisis (sebelum Agustus 1997) dan saat krisis tetap stabil.Produk
Domestik Bruto Riil dipergunakan sebagai variabel untuk menaksir transaksi uang yang

terjadi.. nilai tukar juga berpengaruh trhadap permintaan uang terutama setelah pemberlakuan
sistem nilai tukar berubah menjadi free floating.
METODE PENELITIAN DAN PENYAJIAN DATA
Penelitian ini merupakan analisis deskriptif untuk melihat hubungan jumlah uang yang
beredar di Indonesia dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Data yang digunakan
bersumber dari publikasi statistik ekonomi dan keuangan Indonesia yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia. data diolah dengan menggunakan SPSS, yang kemudian dianalisis secara
kuantitatif. Pengolahan data dengan statistik deskriptif dan pengujian hipotesisnya
menggunakan uji signifikansi r (pearson’s/product moment).
Jumlah uang beredar yang paling tinggi adalah pada periode maret 2009 dengan total
1,909,681 miliar rupiah,sedangkan jumlah terendah pada periode April 2007 yaitu sebesar
1,383,577 miliar rupiah. Rata-rata jumlah uang yang beredar selama 24 bulan adalah
1,654,566.12 miliar rupiah. Pernyataan ini digambarkan dalam table di bawah ini.

Statistics
jml.uangberedar
N
Valid
25
Missing
11
Variance
27294258926
Minimum
1383577
Maximum
1909681

Uang yang beredar terdapat pada sisi pasiva neraca sistem moneter yang mencerminkan
kewajiban moneter, terdiri dari uang kartal, uang giral, dan uang kuasi yang dimiliki oleh
sector swasta domestic. Peredaran uang diatur oleh Bank Indonesia sebagai lembaga otoriter
yang berwenang mengatur system moneter.
Untuk menguji hubungan uang beredar dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, penulis
menggunakan uji korelasi Pearson’s. Hasil uji korelasi tersebut yaitu:


jumlah uang yang beredar mempunyai hubungan positif dan kuat dengan aktiva luar
negeri bersih. Hal ini ditunjukkan dengan nilai korelasi Pearson sebesar 0,897.



Jumlah uang yang beredar mempunyai hubungan negatif dan lemah dengan tagihan
bersih kepada pemerintah pusat. Hal ini ditunjukkan dengan nnilai korelasi Pearson
sebesar -0,038.



Jumlah uang beredar mempunyai hubungan poositif kuat terhadap tagihan kredit
kepada lembaga pemerintah dan BUMN. Hal ini ditunjukkan dengan nilai korelasi
Pearson sebesar 0,966.



Nilai korelasi Pearson sebesar -0,372 pada hubungan jumlah uang beredar dengan
tagihan lainnya lembaga pemerintah dengan BUMN. Hal ini berarti uang beredar
mempunyai hubungan negatif lemah.



Jumlah uang beredar mempunyai hubungan positif kuat dengan tagihan kredit pada
perusahaan swasta dan perorangan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai korelasi Pearson
sebesar 0, 973.



Jumlah uang beredar mempunyai hubungan netgatif lemah dengan tagihan lainnya
pada perusahaan swasta dan perorangan, sedangkn mempunyai hubungan negatif kuat
dengan fktor lainnya bersih (termasuk jaminan impor).

Hubungan positif berarti memiliki hubungan yang searah, jika jumlah uang berdar naik, maka
faktor yang mempengaruhinya juga naik dan sebaliknya. Sedangkan hubungan negatif berati
mempunyai hubungan yang berlawanan arah, jika jumlah uang yang beredar naik maka
faktor yang mempngaruhinya turun, dan sebaliknya.
Hubungan tersebut digambarkan pada tabel korelasi terlampir.
DISKUSI DAN INTERPRETASI
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat hubungan antar jumlah uang beredar dengan faktorfaktor yang mempengaruhinya. Akan tetapi, tidak semua faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah uang beredar dicantumkan dalam tulisan ini. Masih banyak faktor-faktor lain yang
tidak disebutkan, seperti tingkat suku bunga, gross domestic product, dll.
Pengertian uang beredar pun telah berkembang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan
perkembangan di sector keuangan dan perbankan. Seperti yang telah diketahui, menjelang
akhir abad ke-20 sektor keuangan dan perbankan berkembang pesat. Keadaan tersebut
terutama ditunjang oleh perkembangan teknologi yang sangat pesat. Dengan
perkembangantersebut, telah berkembang pula produk-produk baru di bidang keuangan dan
perbankan, seperti kartu kredit, kartu debit, internet banking, dan mobile banking. Hal ini
tentunya secara tidak langsung dimaksudkan untuk menampung keragaman transaksi
masyarakat. Oleh karena itu, jenis pengelompokkan uang tidak bias hanya menggunakan M1
dan M2 saja, namun harus ditambahkan M3 untuk pengelompokkan yang lebih rinci lagi.
KESIMPULAN
Dari hasil analisis data mengenai jumlah uang beredar dan faktor-faktornya tadi, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagi berikut:


Terdapat hubungan yang kuat dan searah antara jumlah uang beredar dengan aktiva
luar negeri bersih, tagihan kredit pada lembaga pemerintah dan BUMN, serta tagihan
kredit pada perusahaan swasta dan perorangan dengan nilai korelasi Pearson masingmasing sebesar 0,897; 0,966; 0,973.



jumlah uang beredar mempunyai hubungan yang berlawanan dengan tagihan bersih
pada pemerintah pusat, tagihan lainnya pada lembaga pemerinta dan BUMN, tagihan
lainnya pada perusahaan swasta dan perorangan, serta faktor lainnya bersih (termasuk
jaminan impor dengan nilai korelasi Pearson sebesar -0,035; -0,372; -0,236; -0,802



Seiring perkembangan perekonomian maka pengelompokkan uang beredar yang
dilakukan Bank Indonesia harus lebih disempurnakan agar pengelompokkannya
menjadi lebih rinci.

[1] Eko Suprayitno, Ekonomi Islam: Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional,
Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta: 2005. Hlm. 188.

[2] Solikin dan Suseno, Penyusunan Statistik Uang Beredar, Pusat Pendidikan dan Studi
Kebanksentralan Bank Indonesia, Jakarta: 2002. Hlm. 1.
[3] Opcit., hlm.189-191
[4] Untoro, dalam Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Bank Indonesia, 2007