SIKLUS EKONOMI INFLASI DAN PENGANGGURAN

SIKLUS EKONOMI, INFLASI DAN PENGANGGURAN
Yulyanti Fahruna SE, M.Si
OLEH :
KELOMPOK 1
Antonius Renaldy Sakat (B1021171066)
Bukri (B1021171048)
Dhendy Eksandhi (B1021171064)
Handoyo (B1021171044)
Jajad Sudrajat (H1091141002)
Khairatunia (H1091151052)
Marton Febrianto (B1021171056)
Syahrul Apryan (B1021171061)

MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TANJUNG PURA PONTIANAK
2017

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat

dan hidayah yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik, yang bertemakan tentang “Siklus Ekonomi, Inflasi dan
Pengangguran”. Atas dukungan moral dan materil yang telah diberikan dalam
penyusunan makalah ini, maka kami ucapkan terimakasih kepada Dosen
Pengampu kami , Ibu Yulyanti Fahruna SE, M.Si
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen kami. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh Karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua
kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami
selanjutnya
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi semua kalangan

Pontianak, 29 November 2017

Tim Penulis

DAFTAR ISI


BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal terutama yang menjadi
pokok permasalahan ekonomi makro. Pertama masalah inflasi yang menjadi
indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum, yang secara
bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan daya beli. Inflasi mencerminkan
stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi berarti semakin besar adanya
kecenderungan kearah stabilitas harga. Namun masalah inflasi tidak hanya
berkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang dan jasa, namun berkaitan
dengan daya beli masyarakat. Sedangkan daya beli masyarakat sangat bergantung
pada upah riil.
Masalah kedua adalah penggunaan tambahan-tambahan faktor-faktor produksi
yang berlaku dari tahun ke tahun yang tidak efisien. Masalah ini menyebabkan
masalah pengangguran tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lainnya harus
secara terus-menerus difikirkan dan dipecahkan. Memang pengangguran sudah
menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan
besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya
jumlah penduduk. Juga masalah ini menyebabkan dari waktu ke waktu tingkat

kemakmuaran masyarakat selalu lebih rendah daripada tingkat kemakmuran yang
mungkin mereka capai.
Masalah ketiga adalah siklus ekonomi yang mengalami pasang surut. GDP yang
diukur berdasarkan pengeluaran yang terdiri dari konsumsi, investasi, pengeluaran
pemerintah, dan ekspor neto mempengaruhi siklus ekonomi yang terjadi akibat
dari perubahan salah satu gabungan dari keempat komponen pembentuk GDP
tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Siklus Ekonomi
2. Anatomi Siklus Ekonomi
3. Durasi Siklus dan Faktor-faktor yang Memengaruhi
4. Siklus Ekonomi Kesempatan Kerja dan Inflasi
5. Pengelolaan Siklus Ekonomi
6. Definisi dan Pengertian Inflasi
7. Return to Scale
8. Indikator Inflasi
9. Definisi dan Pengertian Pengangguran
10. Jenis Jenis Pengangguran
11. Inflasi dan Pengangguran: Kurva Phillips

C. Tujuan
1. Pembaca dapat mengetahui dan memahami apa itu Siklus Ekonomi
2. Pembaca dapat mengetahui dan memahami Anatomi Siklus Ekonomi
3. Pembaca dapat mengetahui dan memahami Durasi Siklus dan Faktorfaktor yang Memengaruhi
4. Pembaca dapat mengetahui dan memahami Siklus Ekonomi Kesempatan
5.
6.
7.
8.
9.

Kerja dan Inflasi
Pembaca dapat mengetahui dan memahami Pengelolaan Siklus Ekonomi
Pembaca dapat mengetahui dan memahami Definisi dan Pengertian Inflasi
Pembaca dapat mengetahui dan memahami apa itu Return to Scale
Pembaca dapat mengetahui dan memahami apa itu Indikator Inflasi
Pembaca dapat mengetahui dan memahami Definisi dan Pengertian

Pengangguran
10. Pembaca dapat mengetahui dan memahami Jenis Jenis Pengangguran

11. Pembaca dapat mengetahui dan memahami Inflasi dan Pengangguran:
Kurva Phillips

BAB II
PEMBAHASAN

1. Siklus Ekonomi
Perekonomian yang ideal adalah perekonomian yang terus menerus
bertumbuh, tanpa satu tahun atau bahkan satu triwulan pun mengalami penurunan.
Pertumbuhan tersebut disertai stabilitas harga dan kesempatan kerja yang terbuka
luas. Neraca perdagangan dan neraca pembayaran pun mengalami surplus yang
baik. Perekonomian seperti ini dipercaya akan mampu memberikan kemakmuran
dan keadilan bagi rakyatnya dari generasi ke generasi.
Sayangnya, perekonomian diatas hanya ada didunia khayal. Dalam dunia
nyata, perekonomian umumnya mengalami gelombang pasang surut, setidak
tidaknya dilihat dari perkembangan tingkat output dan harga. Gelombang naik
turun tersebut relatif teratur dan terjadi berulang-ulang dengan rentang waktu
yang bervariasi. Ada yang berdurasi pendek, panjang dan sangat panjang. Dalam
ilmu ekonomi, gerak naik turun tersebut dikenal sebagai siklus ekonomi.


2. Anatomi Siklus Ekonomi
Siklus ekonomi dapat digambarkan sebagai gelombang naik turun aktivitas
ekonomi, yang terdiri atas empat elemen:
a.
b.
c.
d.

Gerakan menaik
Titik puncak atau kulminasi
Gerakan menurun
Titik terendah atau nadir
Diagram 18.1 dan Diagram 18.2 menggambarkannya.

Diagram 18.1
Siklus Ekonomi Dengan Indikator Pertumbuhan Ekonomi
Biasanya indikator yang dipergunakan untuk menganalisis siklus ekonomi adalah
pertumbuhan ekonomi atau jumlah output riil, serta tingkat harga. Diagram 18.1
memberikan gambaran tentang fluktuasi ekonomi, dengan indikator pertumbuhan
ekonomi. Sumbu vertikal menunjukkan pertumbuhan ekonomi per periode,

misalnya persen per tahun, Sedangkan sumbu horizontal menunjukkan periode
waktu. Kurva trend yang berbentuk garis lurus menggambarkan kecenderungan

pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Untuk sementara ini, dalam jangka
panjang pertumbuhan ekonomi dianggap konstan, sehingga garis lurusnya sejajar
dengan sumbu horizontal.

Diagram 18.2
Siklus Ekonomi Dengan Indikator Output Rill
Diagram 18.2 adalah gambaran tentang siklus ekonomi, bila indikator yang
digunakan adalah output rill. Elemen-elemen siklusnya adalah sama, yaitu
gerakan menurun, titik nadir, gerakan menaik dan titik kulminasi. Kadang juga
terjadi bum dan depresi. Karena menggunakan indikator output, maka sumbu
vertikalnya adalah output rill. Sedangkan garis lurus yang berslope positif
memberikan gambaran tentang trend perkembangan output jangka panjang.
Output yang digambarkan garis trend disebut juga sebagai output natural (natural
real output), yaitu tingkat output yang dihasilkan dari tingkat pertumbuhan
ekonomi, dimana inflasi konstan.
3. DURASI SIKLUS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
a.Siklus Jangka Pendek (Kitchin Cycle)

Durasi siklus jangka pendek sekitar 40 bulan. Pola siklus ini ditemukan
oleh Joseph Kitchin (1923).

Faktor yang diduga memengaruhi siklus jangka pendek adalah pengaruh
alamiah (nature) dan adat-istiadat atau kebiasaan (custom).
Pengaruh adat-istiadat maupun kebiasaan terhadap aktivitas ekonomi
jangka pendek juga amat terlihat. Di negara-negara Barat pengaruh perayaan
Natal dan Tahun Baru terhadap aktivitas perekonomian barangkali dapat
disamakan dengan pengaruh bulan Ramadhan dan Hari Raya Lebaran terhadap
perekonomian di Indonesia.
b.Siklus Jangka Menengah
Durasi siklus jangka menengah adalah berkisar 7-11 tahun. Pola siklus ini
pertama kali ditemukan oleh Clement Juglar (1860). Ada beberapa penjelasan
tentang penyebab siklus ini. Salah satu yang cukup unik adalah penjelasan
ekonom Inggris, William Stanley Jevon. Menurutnya, siklus ekonomi di bumi
(dalam hal ini perekonomian Inggris) dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu
siklus bintik matahari (sunspot) yang berdaur ulang 11 tahun sekali. Aktivitas
bintik matahari tersebut menurut Jevon, akan memengaruhi siklus iklim/cuaca.
Selanjutnya siklus ikim/cuaca akan memengaruhi output perekonomian, yang
muaranya memengaruhi output perekonomian nasional.

c.Siklus Jangka Panjang
Pada siklus jangka panjang pertama kali ditemukan oleh Nikolai
D.Kondratief (1925). Durasi siklusnya berkisar antara 48-60 tahun. Salah satu
faktor yang diduga berada di belakang siklus jangka panjang adalah ditemukan
dan diterapkannya teknologi baru (invention and innovation). Schumpeter
menunjukkan bahwa siklus jangka panjang yang terjadi di Amerika Serikat antara
lain adalah periode 1787-1842 dan 1843-1897. Siklus 1787-1842 dipengaruhi oleh
penemuan mesin uap dan aplikasinya di dunia industri yang melahirkan revolusi
industri. Siklus 1843-1897 disebabkan oleh ditemukannya teknologi transportasi
masal, yaitu kereta api (rail road).

4. SIKLUS EKONOMI KESEMPATAN KERJA DAN INFLAS

a. Siklus Ekonomi dan Kesempatan Kerja
Secara umum ada hubungan positif antara tingkat output dengan
kesempatan kerja, terutama bila analisinya jangka pendek. Sebab, dalam jangka
pendek teknologi dianggap konstan, barang modal merupakan input tetap.
Sedangkan yang dianggap variabel adalah tenaga kerja. Gerak menaik akan
meningkatkan kesempatan kerja, yang berarti menurunkan tingkat pengangguran,
sementara gerak menurun akan mengurangi kesempatan kerja, yang berarti

meningkatkan angka pengangguran. Hubungan antara siklus ekonomi dan tingkat
pengangguran digambarkan dalam Diagram 18.3 berikut ini.
Diagram 18.3
Siklus Ekonomi dan Kesempatan Kerja

Diagram 18.3.a menggambarkan siklus output, sedangkan Diagram 18.3.b
menggambarkan siklus pengangguran. Garis lurus sejajar dengan sumbu
horizontal adalah tingkat pengangguran natural (natural rate of unemployment),
yaitu tingkat pengangguran pada tingkat output natural.
Dari diagram terlihat, bila output riil berada dibawah output natural
(Diagram 18.3.a), maka tingkat pengangguran meningkat dan melebihi tingkat
pengangguran natural. Sebaliknya, bila output riil melebihi output natural, tingkat
pengangguran akan menurun dan lebih rendah daripada tingkat pengangguran
natural. Jika output riil sama dengan output natural, tingkat pengangguran dan
sama dengan tingkat pengangguran natural.
b. Siklus Ekonomi dan Inflasi
Diagram 18.4.a adalah siklus output dan Diagram 18.4.b adalah siklus
inflasi. Dari diagram terlihat bila output riil berada dibawah output natural, inflasi
cenderung menurun. Sebaliknya, bila output riil berada diatas output natural,
inflasi cenderung meningkat.

Diagram 18.4
Siklus Ekonomi dan Inflasi

output rill
output riil
output rantura

(a)

inflasi

waktu
inflasi
inflasi natural

(b)

waktu

5. PENGELOLAAN SIKLUS EKONOMI
Simpangan gerak naik turun output diusahakan tidak terlalu lebar,
sementara kecenderungan output jangka panjang terus meningkat. Kondisi baik
tersebut dapat digambarkan dalam Diagram 18.5 dibawah ini.
Diagram 18.5
Siklus Ekonomi Yang Makin Stabil

Sumbu vertikal dalam Diagram 18.5 adalah nilai output riil. Sedangkan
garis lurus adalah trend output natural. Pada awalnya, memang fluktuasi output
sangat besar, karena simpangan siklus selama periode T1 sampai T5 sangat besar.
Namun karena pengelolaan yang baik, maka simpangan dalam periode
selanjutnya mengecil, sementara ekonomi mampu mempertahankan pertumbuhan
jangka panjangnya karena output natural terus meningkat.
Kondisi seperti yang digambarkan dalam Diagram 18.5 secara teoretis
dapat dicapai dengan mengombinasikan kebijakan jangka pendek dan jangka
panjang.
Siklus Ekonomi memang sangat banyak memengaruhi kebijakan
kebijakan perekonomian suatu Negara. Oleh karenanya, untuk menekan danpak
negatif dari siklus ekonomi maka diperlukan kebijakan jangka pendek dan jangka
panjang di bidang moneter dan fiskal.
a. Kebijakan Jangka Pendek

Kebijakan jangka pendek dilakukan melalui kebijakan fiskal dan moneter
yang mempengaruhi permintaan dan penawaran agregat jangka pendek guna
mengatasi perbedaan output riil dengan output natural.
Target utama kebijakan jangka pendek adalah mengatasi perbedaan output
riil dengan output natural. Diagram 18.6 menunjukkan bahwa output gap yang
relatif besar menunjukkan kondisi ekonomi yang kurang stabil dibanding output
gap yang kecil. Mengubah kondisi (a) ke kondisi (b) dapat dilakukan dengan
kebijakan fiskal dan moneter, yang memengaruhi permintaan dan penawaran
agregat jangka pendek.
Diagram 18.6
Masalah Siklus Ekonomi Jangka Pendek:
Output Gap

b. Kebijakan Jangka Panjang
Target yang ingin dicapai dalam jangka panjang, selain memperkecil
simpangan tingkat pertumbuhan ekonomi, juga pencapaian pertumbuhan yang
tinggi. Sebab, simpangan yang mengecil tidak banyak artinya jika perekonomian
bertumbuh lamban. Diagram 18.7.a dan 18.7.b menggambarkan bahwa simpangan
siklus telah makin kecil. Tetapi kondisi dalam Diagram 18.7.a kurang baik
dibanding 18.7.b, sebab pertumbuhan ekonominya relatif sangat rendah, dilihat
dari sudut kemiringan garis trend. Bahkan dapat dikatakan kondisi ekonomi dalam
diagram adalah stagnan (mandek).

Diagram 18.7
Masalah Siklus Ekonomi Jangka Panjang
Stabilitas dan Pertumbuhan

Untuk mengubah kondisi (a) ke kondisi (b) juga dapat digunakan peralatan
kebijakan fiska dan moneter. Jika dalam jangka pendek penekanan tujuan
kebijakan fiskal dan moneter adalah stimulasi permintaan, maka dalam jangka
panjang lebih diarahkan kepada stimulasi penawaran. Misalnya pemberian kredit
kepada kelompok usaha kecil menengah, alokasi anggaran yang lebih besar
kepada pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan kualitas SDM dan kesehata.
6. DEFINISI DAN PENGERTIAN INFLASI
Inflasi adalah kenaikan harga barang barang yang bersifat umum dan terus
menerus. Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat
dikatakan telah terjadi inflasi:




Kenaikan Harga
Bersifat Umum
Berlangsung Terus Menerus

7. RETURN TO SCALE

Perubahan Output Karena Perubahan Skala Pengangguran Faktor Produksi
(Return to Scale) adalah konsep yang ingin menjelaskan seberapa besar output
berubah bila jumlah faktor produksi dilipatgandakan.
1) Skala Hasil Menaik
Jika penambahan faktor produksi sebanyak 1 unit menyebabkan output
meningkat lebih dari satu unit, fungsi produksi memiliki karakter Skala Hasil
Menaik.
Diagram 19.2
Pengaruh Kebijakan Ekonomi Pemerintah
Terhadap Permintaan Agregat

2) Penawaran Agregat

Diagram 19.3
Pengaruh Kebijakan Ekonomi Pemerintah
Terhadap Penawaran Agregat

Penjelasan tentang permintaan agregat mempermudah kita memahami penawaran
agregat, yang secara visual ditunjukkan dengan kurva AS dalam Diagram 19.3.a
dan 19.3.b. Kebijakan pemerintah juga sangat berpengaruh terhadap penawaran
agregat. Kebijakan moneter ekspansif, misalnya dengan memberikan bantuan
kredit, dapat meningkatkan penawaran agregat, sehingga kurva AS bergeser ke
kanan (Diagram 19.3.a). Demikian halnya dengan kebijakan fiskal, seperti yang
telah dijelaskan diatas. Kebijakan fiskal ekspansif akan meningkatkan penawaran
agregat, sehinggat kurva AS bergeser ke kanan (Diamgram 19.3.b).

8. INDIKATOR INFLASI

Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengetahui
laju inflasi selama satu periode tertentu. Tiga diantaranya akan dibahas dalam
uraian berikut ini.
1) Indeks Harga Konsumen
Indeks harga konsumen (IHK) aalah angka indeks yang menunjukkan
tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode
tertentu. Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga harga barang dan jasa
utama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu. Masing-masing
harga barang dan jasa tersebut diberi bobot berdasarkan tingkat keutamaannya.
Barang dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot yang paling benar.
Di Indonesia, perhitungan IHK dilakukan dengan mempertimbangkan
sekitar beberapa ratus komoditas pokok. Untuk lebih mencerminkan keadaan yang
sebenarnya, perhitungan IHK dilakukan dengan melihat perkembangan regional,
yaitu dengan mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar, terutama ibukota
provinsi provinsi di Indonesia, seperti tampak dalam Tabel 19.1 berikut ini.
Tabel 19.1
Indeks Harga Konsumen (IHK) Gabungan 27 Kota Di Indonesia
Tahun 1994-1998 (April 1988 – Maret 1989 = 100 )
Akhir Periode
1994
1995
1996
1997
1998

IHI
163,17
177,83
189,62
211,62
375,89

Perubahan IHI (%)
9,60
8,98
6,63
11,60
77,63

Tabel 19.1 menyatakan bahwa titik awal penghitungan angka IHK adalah
April 1988 Maret 1989, dengan angka 100. Jika angka IHK makin besar, maka
telah terjadi inflasi. Misalnya, angka IHK akhir periode 1994 adalah 163,17
menunjukkan selama 1989-1994 telah terjadi inflasi. Angka perubahan IHK
– IHK
-1)
(kolom (IHK
3) adalah
angka
inflasi per tahun. Misalnya, IHK 1995 adalah 177,83,
IHK-1IHK-nya 8,98%. Berarti selama periode 1994-1998 telah terjadi
angka perubahan

inflasi sebesar 8,98%. Angka 8,98% diperoleh dengan menggunakan rumus
perhitungan dibawah ini.
Inflasi =

x 100%

(IHK1995 – IHK1994)
Inflasi 1995 =
IHK1994
(177,83 – 163,17)
=

163,17

x 100%
x 100%

= 8,98%

Dilihat dari cakupan komoditas yang dihitung IHK kurang mencerminkan
tingkat

inflasi

yang

sebenarnya.

Tetapi

IHK

sangat

berguna

karena

menggambarkan besarnya kenaikan biaya hidup bagi konsumen, sebab IHK
memasukkan komoditas-komoditas yang relevan (pokok) yang biasanya
dikonsumsi masyarakat.
2) Indeks Harga Perdagangan Besar
Jika IHK melihat inflasi dari sisi konsumen, maka Indeks Harga
Perdagangan Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh karena itu
IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen. IHPB menunjukkan
tingkat harga yang diterima produsen pada berbagai tingkat produksi.
Akhir Periode
1995
1996
1997
1998

IHPB
240
259
282
568

Perubahan IHPB (%)
11,62
7,92
8,88
101,42

Tabel 19.2
Indesk Harga Perdagangan Besar (IHPB), Tahun 1995 – 1998
(1983=100)

Prinsip menghitung inflasi berdasarkan data IHPB adalah sama dengan
cara berdasarkan IHK:
(IHPB – IHPB-1)
Inflasi =
IHPB-1

x 100%

3) Indeks Harga Implisit
Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan gambaran laju
inflasi yang sangat terbatas. Sebab, dilihat dari metode penghitungannya, kedua
indikator tersebut hanya melingkupi beberapa puluh atau mungkin ratus jenis
barang jasa, dibeberapa puluh kota saja. Padahal dalam kenyataan, jenis barang
dan jasa yang diproduksi atau dikonsumsi dalam sebuah perekonomian dapat
mencapai ribuan, puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu jenis. Kegiatan
ekonomi juga terjadi tidak hanya di beberapa kota saja, melainkan seluruh pelosok
wilayah. Untuk mendapatkan gambaran inflasi yang paling mewakili keadaan
sebenarnya, ekonom menggunakan indeks harga implisit (IHI).
Penghitungan inflasi berdasarkan IHI dilakukan dengan menghitung
perubahan angka indeks.
(IHPB – IHPB-1)
Inflasi =
IHPB-1

x 100%
Tabel 19.3

Indeks Harga Implisit (IHI), Tahun 1990 – 1996
(1990=100)
Akhir Periode
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996

IHI
100
108,70
116,7
139
149,9
163,9
177,8

9. DEFINISI DAN PENGERTIAN PENGANGGURAN

Perubahan IHI (%)
9,05
8,70
7,,36
19,10
7,84
9,34
8,48

Definisi dalam ekonomi tentang pengangguran tidak identik dengan tidak
bekerja. Seseorang baru dikatakan menganggur bila dia ingin bekerja dan telah
berusaha mencari kerja, namun tidak mendapatkannya.
Dalam ilmu kependudukan, orang yang mencari kerja masuk dalam
kelompok penduduk yang disebut angkatan kerja. Berdasarkan kategori usia, usia
angkatan kerja adalah 15-64 tahun. Tetapi tidak semua orang yang berusia 15-64
tahun dihitung sebagai angkatan kerja. Yang dihitung sebagai angkatan kerja
adalah penduduk berusia 15-64 tahun yang bekerja dan sedang mencari kerja,
sedangkan yang tidak mencari kerja, tidak termasuk angkatan kerja. Tingkat
pengangguran adalah persentase angkatan kerja yang tidak/belum mendapatkan
pekerjaan. Lebih jelasnya perhatikan Diagram 19.8 berikut ini.
Diagram 19.8
Struktur Penduduk Berdasarkan Usia
Total Penduduk

Bukan Usia Kerja
0-14 Tahun + ≥ 65 tah

Usia Kerja
15-64 Tahun

Bukan Angkatan Kerja
(Bukan Pengangguran)

Angkatan Kerja

Penduduk usia kerja, tetapi tidak mencari kerja dengan berbagai alasan

Bekerja
1. ≥35 Jam/Minggu
2.< 35 Jam/Minggu

Tidak Bekerja
Pengangguran

Pada Diagram 19.8 terlihat bahwa jumlah penduduk suatu negara dapat
dibedakan menjadi penduduk usia kerja (15-64 tahun) dan bukan usai kerja. Yang
masuk kelompok bukan usia kerja adalah anak anak (0-14 tahun) dan manusia
lansia yang berusia ≥ 65 tahun. Dari jumlah penduduk usia kerja, yang masuk
angkatan kerja adalah mereka yang mencari kerja atau bekerja. Sebagian yang

tidak bekerja tidak masuk angkatan kerja. Lebih lanjut lagi terlihat, ternyata tidak
semua angkatan kerja memperoleh lapangan kerja. Mereka inilah yang disebut
penganggur.
10. JENIS JENIS PENGANGGURAN
1) Pengangguran Friksional
Apabila dalam suatu periode tertentu perekonomian terus menerus
mengalami perkembangan yang pesat, jumlah dan tingkat pengangguran akan
menjadi semakin rendah. Pada akhirnya perekonomian dapat mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh, yaitu apabila pengangguran tidak melebihi 4%.
Pengangguran ini dinamakan pengangguran friksional.
Pengangguran

jenis

ini

bukanlah

wujud

sebagai

akibat

dari

ketidakmampuan memperoleh pekerjaan, melainkan sebagai akibat dari keinginan
untuk mencari kerja yang lebih baik. Didalam proses mencari kerja yang lebih
baik itu adakalanya mereka harus menganggur. Namun pengangguran ini tidak
serius karena bersifat sementara.
2) Pengangguran Struktural
Dikatakan pengangguran struktural karena sifatnya yang mendasar.
Pencari kerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhka untuk
lowongan perkejaan yang tersedia. Hal ini terjadi dalam perekonomian yang
berkembang pesat. Makin tinggi dan rumitnya proses produksi dan atau teknologi
produksi yang digunakan, menuntut persyaratan tenaga kerja yang juga makin
tinggi. Misalnya, tenaga kerja yang dibutuhkan untuk industri kimia menuntut
persyaratan yang relatif berat, yaitu pendidikan minimal sarjana muda, mampu
menggunakan komputer dan menguasai minimal bahasa Inggris.
Dilihat dari sifatnya, pengangguran struktural lebih sulit diatasi dibanding
friksional. Selain membutuhkan pendanaan yang besar, juga waktu yang lama.
Bahkan untuk Indonesia, pengangguran struktural merupakan masalah besar
dimasa mendatang, jika tidak ada perbaikan kualitas SDM.
3) Pengangguran Siklis

Pengangguran siklis atau konjungtur adalah pengangguran yang
diakibatkan oleh perubahan perubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian.
pada waktu kegiatan ekonomi mengalami kemunduran, perusahaan perusahaan
harus mengurangi kegiatan memproduksi. Dalam pelaksanaannya berarti jam
kerja dikurangi sebagian meisn produksi tidak digunakan, dan sebagian tenaga
kerja diberhentikan. Dengan demikian, kemunduran ekonomi akan menaikkan
jumlah dan tingkat pengangguran.
Pengangguran konjungtur hanya dapat dikurangi atau diatasi masalahnya
apabila pertumbuhan ekonomi yang terjadi setelah kemunduran ekonomi cukup
besar juga dapat menyediakan kesempatan kerja baru yang lebih besar dari
pertambahan tenaga kerja yang terjadi.
4) Pengangguran Musiman
Pengangguran ini berkaitan erat dengan fluktuasi kegiatan ekonomi jangka
pendek, terutama terjadi disektor pertanian. Misalnya, diluar musim tanam dan
panen, petani umumnya menganggur, sampai menunggu musim tanam dan panen
berikutnya.
11. INFLASI DAN PENGANGGURAN: KURVA PHILLIPS
Hubungan antara inflasi dan pengangguran menjadi salah satu tema sentral
ekonomi makro. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif dan non
linier antara kenaikan tingkat upah/inflasi tingkat upah dengan pengangguran
seperti dalam Diagram 19.9.
Dari

diagram

tersebut

terlihat

biaya

dari

pengurangan

tingkat

pengangguran adalah inflasi. Misalnya, kondisi awal yang dihadapi adalah titik B,
dimana tingkat upah W2 dan tingkat pengangguran U2. Jika tingkat pengangguran
ingin dikurangi menjadi U1, tingkat upah naik menjadi W1. Berarti terjadi inflasi.
Seandainya yang ditargetkan adalah penurunan inflasi, secara grafis yang harus
dilakukan adalah mengubah titik B ke titik C, karena W 3 < W2. Namun harga yang
harus dibayar adalah meningkatnya pengangguran, karena U3 > U2.

Diagram 19.9
Hubungan Antara Tingkat Upah dan Pengangguran

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Elemen dalam siklus ekonomi meliputi: gerakan menurun, titik nadir,
gerakan menaik, dan titik kulminasi. Kadang-kadang juga terjadi bum dan
depresi.
Berdasarkan durasi siklus ekonomi dapat dibedakan menjadi 3 macam,
yaitu: siklus jangka pendek (40 bulan), siklus jangka menengah (7-11 tahun),
dan siklus jangka panjang (48-60 tahun)
Pengaruh adat istiadat maupun kebiasaan terhadap aktivitas ekonomi
amatlah terlihat, di negara-negara Barat pengaruh perayaan Natal dan Tahun
Baru terhadap aktivitas perekonomian barangkali dapat disamakan dengan
pengaruh bulan Ramadhan dan Hari Raya Lebaran terhadap perekonomian di
Indonesia.
Penurunan output (resesi) akan meningkatkan pengangguran. Sebaliknya,
ekspansi akan mengurangi pengangguran. Pemerintah umumnya amat
berkepentingan untuk menghindari resesi, setidak-tidaknya menghindari resesi
yang berkepanjangan. Sebab resesi cenderung membawa dampak negatif bagi
tersedianya kesempatan kerja. Hanya saja, pengaruh ekspansi terhadap

penambahan kesempatan kerja ada batasnya. Sebab seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, bila ekspansi mencapai kulminasinya, perekonomian
akan mengalami gerakan menurun kembali. Jika penurunan ini terjadi selama
minimal 2 triwulan berurutan, perekonomian telah dianggap memasuki
kondisi resesi.
Pertumbuhan ekonomi yang rendah, terutama pada periode 1982,
disebabkan

perekonomian

dunia

mengalami

resesi.

Melemahnya

perekonomian dunia bermakna melemahnya permintaan terhadap ekspor
Indonesia, yang pada gilirannya akan melemahkan kemampuan Indonesia
meningkatkan produksi.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan mengenai materi
pengangguran dan kesempatan kerja sebagai berikut:
1.

Pengangguran adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan

sedang aktif mencari pekerjaan.
2.

Kesempatan

Kerja

adalah suatu

keadaan

yang

menggambarkan

ketersediaan pekerjaan untuk diisi oleh para pencari kerja. Namun bisa
diartikan juga sebagai permintaan atas tenaga kerja.
3.

Relasi antara pengangguran dan kesempatan kerja adalah bergantung

kepada lapangan pekerjaan, jika lapangan pekerjaan disuatu Negara besar
maka para pekerja diusia angkatan kerjanya akan berkesempatan untuk
mendapatkan pekerjaan lebih besar sehingga pengagguran di Negara tersebut
kecil. Sedangkan apabila lapangan pekerjaan di Negara tersebut kecil maka
usia angkatan pekerjaan di Negara tersebut akan mendapatkan
DAFTAR PUSTAKA
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi.
Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.