PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KO

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE KELILING KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN HASIL
BELAJAR PAI DI SMP ISLAM TELAGAWARU LOMBOK TENGAH
TAHUN PELAJARAN 2016/2017

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan masalah yang selalu menarik untuk dibahas,
karena pendidikan adalah salah satu bidang yang mendapatkan perhatian serius
baik dari pemerintah, masyarakat, maupun para ahli pendidikan dalam usaha
merealisasikan pembangunan bangsa dan Negara. Melalui pendidikan manusia
dapat meningkatkan serta mengembangkan potensinya. Hal ini sesuai dengan
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(2003:1) menyatakan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.
Berbicara tentang pendidikan, tentu tidak terlepas dari peran guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk
interaksi belajar mengajar, baik antara guru dengan guru lainnya, guru dengan

peserta didik, maupun peserta didik dengan peserta didik dan lingkungannya.
Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan,
dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan sebagainya menuju perkembangan yang seutuhnya.

1

2

Pendidikan merupakan salah satu tugas manusia sebagai ibadah kepadaNya, hal ini terdapat dalam firman Allah QS. Az- Zariyat : 56

‫ت ال عنج لين يوال عنإن عيس نإ ليلا لنييععبدددونن‬
‫يويما يخل يعق د‬
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.(Sumber: Alhikmah Surabaya, 2012)
Pendidikan juga merupakan salah satu asset terpenting dalam
kehidupan manusia, dengan pendidikan pola pikir dan pengetahuan manusia
menjadi berkembang sehingga IPTEK semakin maju. Abu Ahmadi
mengemukakan bahwa: “tujuan dari pendidikan itu ingin menimbulkan atau
menyempurnakan perilaku dan membina kebiasaan sehingga siswa terampil

menjawab tantangan situasi hidup secara manusiawi” (Nurul Huda, 2006: 8).
Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang pada hakikatnya
pendidikan itu bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya
sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 berbunyi:
“Pendidikan

Nasional

berfungsi

mengembangkan

kemampuan

dan

membentuk watak serta peradaban bangsa dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Oleh karena itu, maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh
kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri dan kompleksnya masalah kehidupan
menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetensi. Selain

3

itu, pendidikan merupakan wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai
pencetak sumber daya manusia yang bermutu tinggi.
Salah satu bentuk pendidikan formal adalah sekolah. Sekolah
merupakan tempat siswa menimba ilmu. Di sekolah, siswa diharapkan dapat
mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku pada
setiap jenjang pendidikan. Salah satu pelajaran yang ada pada setiap jenjang
pendidikan adalah pelajaran Pendidikan Agama Islam baik di lembaga
pendidikan Islam maupun umum.
Pembelajaran merupakan salah satu wahana yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan potensi siswa menuju jalan kehidupan yang
disediakan oleh Allah SWT dan siswa sendiri yang akan memilih,
memutuskan, dan mengembangkan jalan hidup dan kehidupan yang telah

dipelajari dan dipilihnya. Oleh karena itu segala kegiatan interaksi metode dan
kondisi pembelajaran harus direncanakan dengan selalu berpegang pada tujuan
pembelajaran

agar

proses

pembelajaran

dapat

berhasil

sesuai

yang

dikehendaki.
Dalam menumbuhkembangkan potensi diri tentunya melalui adanya

proses

pembelajaran,

sebab

proses

pembelajaran

merupakan

proses

pengubahan status siswa dari lack of knowledge to knowledge. Keberhasilan
proses pembelajaran ditunjukkan dengan terjadinya perubahan sikap dan
perilaku serta peningkatan status pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu.
Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu pendidikan yang
sangat penting untuk kehidupan khususnya bagi yang beragama Islam, karena


4

pendidikan agama Islam merupakan pendidikan dengan melalui ajaran agama
Islam yaitu beberapa bimbingan dan asuhan terhadap siswa, agar nantinya
setelah selesai dari pendidikan, siswa dapat memahami, menghayati, dan
mengamalkan ajaran agama Islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi
keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat. Oleh sebab
itu, pemerintah menjadikan PAI sebagai salah satu mata pelajaran, dimana
pelajaran ini hanya dipelajari oleh pemeluk agama Islam saja. Di dalam
pelajaran PAI terdapat beberapa materi pokok, materi pokok tersebut sudah
ditentukan dan dituangkan dalam bentuk silabus. Salah satu materi pokoknya
yaitu tentang Qanaah Dan Tasamuh yang merupakan materi pokok yang berada
di kelas IX SMP.
Seiring dengan berkembangnya zaman, guru masa kini dituntut untuk
kreatif dan inovatif dalam memilih dan mengembangkan metode pembelajaran.
Tujuannya adalah agar pembelajaran yang dihasilkan berlangsung efektif,
memenuhi kebutuhan belajar siswa, dan memaksimalkan potensi belajar siswa.
Menurut Sardiman, guru merupakan fasilitator pembelajaran yang memberikan
fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar, membimbing
penelusuran siswa, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bisa memperluas

pemahaman mereka, dan mendorong siswa untuk menyampaikan pemikiran
mereka itu. (Sardiman A.M, 2009:146).
Dari permasalahan yang telah dipaparkan, maka perlu adanya
perubahan pada proses pembelajaran. Tidak lagi dengan cara yang klasik
(pembelajaran konvensional) yaitu pengajaran berpusat pada guru sehingga

5

pembelajaran di kelas-kelas terlihat monoton, tetapi dapat dilakukan
pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, menyenangkan serta dapat mengatasi
perbedaan individual siswa, sehingga pembelajaran dirasakan lebih bermakna
bagi siswa.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong
tumbuhnya rasa senang siswa terhadap suatu pelajaran, sehingga akan
meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas dan memberikan kemudahan
bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga siswa dapat mencapai hasil
belajar yang lebih baik (Aunurrahman, 2009:143). Diantara beberapa model
pembelajaran yang ada, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif
(cooperative learning). Pembelajaran kooperatif digunakan untuk mewujudkan
kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented),

terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam
mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain. Model
pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata
pelajaran dan berbagai usia.
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat siswa
adalah model pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok. Pembelajaran
kooperatif mengacu pada metode pengajaran di mana siswa bekerja bersama
dalam satu kelompok kecil, saling membantu dalam belajar, dalam
pembelajaran kooperatif siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang
memiliki kemampuan yang berbeda-beda satu sama lain.

6

Model pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok berbeda dengan
kerja kelompok yang seperti biasanya. Dimana model ini merupakan cara yang
efektif untuk mengubah pola diskusi di dalam kelas yang akan mengaktifkan
setiap anggota kelompok dan merupakan suatu model pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student centre), yang dapat digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Dan dalam model
pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok diharapkan dapat membantu

siswa dalam mengembangkan kreativitasnya dalam proses pembelajaran
dimana siswa dapat mengembangkan daya pikirnya, selain itu dapat juga
membiasakan

siswa

untuk

bersaing

dan

bertukar

pikiran

mempertanggungjawabkan hasil pekerjaaan yang diberikan.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok ini,
masing-masing


anggota

kelompok

mendapatkan

kesempatan

untuk

memberikan kontribusi mereka dan menunjukkan partisipasi mereka kepada
orang lain dalam pemecahan suatu permasalahan. Metode ini sangat sederhana
dan tidak membutuhkan waktu yang lama dalam memahaminya.
Berangkat dari latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan,
maka peneliti mengambil sebuah judul yaitu: “Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Keliling Kelompok Terhadap Peningkatan
Hasil Belajar PAI Di SMP Islam Telagawaru Lombok Tengah Tahun
Pelajaran 2016/2017”. Penelitian ini akan dilakukan khusus di kelas IX SMP
Islam Telagawaru.


7

B. Identifikasi Masalah
Dari apa yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka
dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
a. Minat siswa terhadap pembelajaran masih kurang.
b. Kurang tepatnya strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru, sehingga
membuat sebagian siswa terlihat pasif dalam proses pembelajaran.
c. Model dan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru belum
berpengaruh terhadap hasil dan minat belajar Pendidikan Agama Islam
Siswa siswa.
d. Ada beberapa siswa yang hasil belajarnya belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu (7,5).
e. Adanya kemungkinan keberhasilan penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe keliling kelompok berpengaruh pada minat belajar siswa dan
hasil belajar Pendidikan Agama Islam.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah maka rumusan masalah yang dipilih, yaitu:
a. Apakah penerapan Model Pembelajaran Tipe Keliling Kelompok dapat
meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam di SMP Islam
Telagawaru Tahun Pelajaran 2016/2017?
b. Bagaimana Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Keliling
Kelompok terhadap peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam
siswa di SMP Islam Telagawaru kelas IX Tahun Pelajaran 2016/2017?

8

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
c. Untuk mengetahui sejauh mana Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Keliling Kelompok dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Telagawaru Tahun Pelajaran
2016/2017.
d. Untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Keliling
Kelompok terhadap minat hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa di
SMP Islam Telagawaru kelas IX Tahun Pelajaran 2016/2017.
E. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan konstruktif untuk
memperluas

pengetahuan

meningkatkan

prestasi

tentang
belajar

model

siswa,

pembelajaran
khususnya

yang

tentang

bisa
Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Keliling Kelompok.
2. Secara praktis
a. Bagi guru, sebagai masukan atau memberikan informasi mengenai
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok dapat dijadikan salah
satu

alternatif

model

dan

strategi

pembelajaran

dalam

upaya

9

meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam
kelas.
b. Bagi siswa, sebagai sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil
dan belajar Pendidikan Agama Islam dan minat belajar Pendidikan
Agama Islam.
c. Bagi peneliti, sebagai wawasan dan pengetahuan baru yang sangat
berguna ketika mengajar nanti.
d. Bagi sekolah, diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu masukan
dalam rangka meningkatkan mutu dan memperbaiki proses pembelajaran
terutama pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.
F. Definisi Operasional
Supaya tidak terjadi kesalahan dalam mengartikan istilah-istilah yang
digunakan dalam judul ini maka perlu adanya penegasan istilah. Penegasan
istilah dalam judul ini adalah sebagai berikut:
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Keliling Kelompok
Model pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok adalah suatu
metode pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk
memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan
pemikiran anggota lain, serta mengembangkan pemikiran yang aktif dan
kritis karena dengan teknik ini dapat berbagi keahlian. Pembelajaran
kooperatif tipe keliling kelompok merupakan cara yang efektif untuk
mengubah pola diskusi di dalam kelas yang akan mengaktifkan setiap
anggota kelompok.

10

2. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
Hasil belajar merupakan perubahan yang mengakibatkan siswa
berubah dalam sikap dan tingkah lakunya yang diperoleh dari proses belajar.
Hasil belajar hanya terjadi pada individu yang belajar, tidak pada orang lain
dan setiap individu menampilkan perilaku belajar yang berbeda. Hasil
belajar Pendidikan Agama Islam adalah merupakan tolak ukur atau patokan
yang menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan
memahami suatu materi pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah
mengalami pengalaman belajar yang dapat diukur melalui tes.
G. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka hasil hipotesis
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0: Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe keliling
kelompok terhadap hasil dan minat belajar Pendidikan Agama Islam siswa
Sekolah Menengah Pertama Islam Telagawaru.
Ha: Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe keliling
kelompok terhadap hasil dan minat belajar Pendidikan Agama Islam siswa
Sekolah Menengah Pertama Islam Telagawaru.

11

H. KAJIAN TEORETIS
1. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian
Falsafah yang mendasari model pembelajaran kooperatif atau
kerjasama dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius, yang
menekankan manusia adalah makhluk sosial. Kooperatif atau kerjasama
merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup,
karena tanpa kerjasama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau
sekolah dan tanpa kerjasama kehidupan ini akan punah.
Pembelajaran kooperatif tumbuh dari suatu tradisi pendidikan yang
menekankan berfikir, berlatih, bertindak demokratis, pembelajaran aktif,
saling memberi dan menerima. Sesuai dengan pendapat Ibrahim dkk
(2000:19), yang menyatakan bahwa suatu kerangka teoritis dan empiris
yang kuat pembelajaran kooperatif yang mencerminkan pandangan manusia
belajar dari pengalaman mereka dan berpartisipasi aktif dalam kelompok
kecil membantu siswa belajar keterampilan sosial yang penting, sementara
itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokratis dan keterampilan
logis.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif siswa dapat lebih mudah memahami konsepkonsep dan masalah yang sulit karena dalam pembelajaran kooperatif lebih
menekankan pada pembelajaran bersama dalam kelompok kecil, sehingga
siswa dapat saling bekerja sama dan mendiskusikan masalah dengan

12

anggota kelompoknya, dengan demikian kesulitan siswa akan lebih mudah
dipecahkan
Pembelajaran

kooperatif

merupakan

salah

satu

bentuk

pembelajaran yang berkembang dari konsep belajar konstruktivisme,
dimana pendekatan konstruktivisme dalam belajar dan pembelajaran
didasarkan pada keterpaduan antara konsep kognitif dan sosial yang biasa
disebut dengan teori belajar Vygosty. Teori Vygosty adalah salah satu teori
belajar sosial yang sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif,
karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaksi sosial. Slavin
yang dikutip oleh Rusman mengatakan, “model pembelajaran kooperatif
menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok
yang memperbolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam
suasana belajar yang terbuka dan demokratis”.
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan
cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan
struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dalam pembelajaran ini akan
tercipta sebuah interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan
siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Pembelajaran kooperatif
tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar
pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok
yang biasa dilakukan di kelas.

13

Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif
dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif.
Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari
guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa
lainnya.
Berkenaan dengan pengelompokkan siswa dapat ditentukan
berdasarkan atas:
1) Minat dan bakat siswa,
2) Latar belakang kemampuan siswa,
3) Perpaduan antara minat dan bakat siswa dan latar belakang kemampuan
siswa.
Menurut Thompson, et al. (dalam Lie A, 2002), pembelajaran
kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran
sains. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas
disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atas 5 orang siswa, dengan
kemampuan yang heterogen. Kelompok heterogen adalah terdiri dari
campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat
untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang
berbeda latar belakangnya.
Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan
khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti
menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi

14

pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja
kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin,
2008:270).
Ide

pembelajaran

kooperatif

muncul

dari

filosofi

yang

mengemukakan agar seseorang dapat belajar, maka ia harus mempunyai
teman atau pasangan dalam belajar sehingga teman belajar tersebut dapat
diajak untuk memecahkan masalah (Slavin, 2008:272). Pemikiran yang
melandasi hal tersebut adalah sifat manusia yang saling membutuhkan.
Kondisi tersebut juga terjadi dalam pendidikan karena siswa tidak dapat
mengisolasi dirinya sendiri dari komunitas kelas. Oleh karena itu setiap
siswa harus dapat bekerja sama dengan siswa lain.
Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode mengajar dimana
siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam
belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu teknik pengajaran dimana
siswa bekerja dalam suatu kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5
orang, dimana anggota bersifat heterogen dipandang dari segi etnis, jenis
kelamin dan hasil belajar. Mereka bekerja sama dan saling membantu tugastugasnya yang diberikan oleh guru.
Selain itu pembelajaran kooperatif juga memberi kesempatan
kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang
terstruktur dan hanya akan berjalan jika terbentuk suatu kelompok yang
didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah
ditentukan (Lie A, 2008:27). Tujuan dari pembelajaran model ini adalah

15

siswa saling membantu dalam proses pembelajaran. Adanya rasa tanggung
jawab kepada sesama kelompok, sehingga semua siswa benar-benar
memahami materi dengan baik.
Untuk mencapai hasil maksimal, lima unsur dalam model
pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Adapun unsur-unsur dalam
pembelajaran kooperatif menurut Anita Lie (2008:31) adalah sebagai
berikut:
1) Positive interdependence, artinya adanya saling ketergantungan positif
yakni anggota kelompok menyadari pentingnya kerja sama dalam
pencapaian tujuan.
2) Personal responsibility, artinya setiap anggota kelompok harus belajar
dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan
kelompok.
3) Face to face promotive interaction, artinya antara anggota berinteraksi
dengan saling berhadapan.
4) Interpersonal skill, artinya harus menggunakan keterampilan bekerja
sama dan bersosialisasi, agar siswa mampu berkolaborasi perlu adanya
bimbingan guru.
5) Group processing, artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka
bekerja secara efektif.

16

b. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif pada umumnya memiliki ciri-ciri:
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi pelajaran;
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan rendah;
3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan
jenis kelamin yang berbeda-beda;
4) Penghargaan berorientasi pada kelompok daripada individu.
c. Keuntungan Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Arkundato

(2007:134-142),

pembelajaran

kooperatif

memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil belajarnya rendah
sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan.
Adapun keuntungan dari model pembelajaran kooperatif, antara lain:
1) Siswa mempunyai taggung jawab dan terlibat secara aktif dalam
pembelajaran;
2) Meningkatkan prestasi akademik dan kehadiran di kelas;
3) Memperbaiki perilaku dan kehadiran di kelas;
4) Meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi siswa;
5) Memperbaiki interaksi antarsiwa di dalam dan di luar proses belajar
mengajar.

17

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Keliling Kelompok
a. Pengertian
Menurut pendapat Lie (2008: 64) mengatakan bahwa:
“Pembelajaran cooperatif tipe keliling kelompok (Round Club) adalah
masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk
memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan serta
pemikiran anggota lain memiliki kesempatan untuk berbicara”.
Pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok (Round Club)
bertujuan untuk melatih kerja sama dalam membangun sebuah konsep. Pada
kegiatan ini peserta didik tidak hanya duduk mendengarkan pemikiran dari
teman diskusinya, akan tetapi setiap peserta didik mampu memberikan
pemikirannya secara bergiliran dan mereka mendiskusikan untuk mencari
solusi yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan yang ada, sehingga
setiap peserta didik aktif, bertanggung jawab, dan ikut berpartisipasi. Semua
tahapan tersebut diharapkan peserta didik dapat meningkatkan pemahaman
konsep siswa dalam pembelajaran PAI.
Anita (2010:163) mengatakan bahwa “ keliling kelompok (Round
club)) adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk
bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep menyelesaikan
persoalan atau inkuiri”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
keliling

kelompok

(Round

Club)

merupakan

model

pembelajaran

berkelompok dengan memberikan kesempatan dan kontribusi kepada orang
lain, saling membantu menyesaikan persoalan.

18

Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran dimana
siswa bekerja bersama dalam satu kelompok kecil yang memiliki
kemampuan yang berbeda-beda satu sama lain sehingga dapat saling
membantu dalam belajar. Dalam pembelajaran kooperatif sering terjadi ada
anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara, sebaliknya ada juga
anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan
dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa
tidak tercapai karena anggota yang pasif akan terlalu menggantungkan diri
pada rekannya yang dominan.
Pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok merupakan cara
yang efektif untuk mengubah pola diskusi di dalam kelas yang akan
mengaktifkan setiap anggota kelompok. Menurut Miftahul Huda yang
sejalan dengan pendapat Isjoni dan Lie, mengatakan bahwa “teknik keliling
kelompok masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan
untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan
pemikiran anggota lain”.
Model pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok ini
memberikan kesempatan lebih banyak kepada setiap siswa untuk
memberikan kontribusi mereka dan menunjukkan partisipasi mereka kepada
orang lain dalam pemecahan suatu permasalahan. Dimana penerapannya
dimulai dari pertama sekali siswa membentuk kelompoknya masing-masing,
kemudian masingmasing kelompok diberi waktu 20 menit untuk
mempelajari materi yang akan dibahas.

19

Siswa mengumpulkan berbagai macam informasi yang dibutuhkan
dari buku untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di dalam LKS
secara bersama-sama, masing-masing siswa bertanggung jawab untuk
memahami apa yang telah mereka kerjakan. Setelah selesai mengerjakan
LKS, salah seorang perwakilan kelompok yang terpilih maju untuk
mempresentasikan jawaban mereka di depan kelas kemudian anggota
berikutnya dalam kelompok itu juga ikut memberikan kontribusinya
sehingga semua anggota kelompok mendapat giliran untuk memberikan
kontribusinya dalam mempresentasikan hasil kelompoknya, dan kelompok
lainnya menanggapi jawaban temannya. Diakhir semua kegiatan diadakan
diskusi kelas dan tanya jawab, sehingga pembelajaran kooperatif tipe
keliling kelompok ini dapat:
a) Meningkatkan pembelajaran yang positif
Pembelajaran dengan menggunakan teknik keliling kelompok
membiasakan siswa bekerja menurut paham demokrasi, member
kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan sikap musyawarah
dan bertanggung jawab serta menghargai pendapat orang lain.
b) Memaksimalkan waktu
Dalam teknik pembelajaran keliling kelompok, waktu yang
diperlukan guru lebih efisien, sebelum proses pembelajaran guru bersama
siswa menyepakati waktu yang dibutuhkan untuk memahami materi
pelajaran, menjawab pertanyaan yang telah disiapkan guru dan untuk
diskusi dikelas.

20

c) Meningkatkan pemikiran yang kreatif dan kritis, karena teknik ini dapat
berbagi keahlian dan ide, memberi saran umpan balik untuk menjawab
permasalahan yang diberikan, siswa berlomba-lomba mengemukakan ide
kreatif dan bersama-sama menyatukan ide tersebut.
d) Memupuk kesabaran
Teknik keliling kelompok dapat mengembangkan kesabaran
siswa untuk menunggu gilirannya memberikan pendapat. Oleh karena
itu, model pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok membiasakan
siswa bekerja menurut paham demokrasi dan memberi kesempatan
kepada

mereka

untuk mengembangkan

sikap musyawarah

dan

bertanggung jawab serta menghargai pendapat orang lain.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Keliling Kelompok
(Round Club)
Menurut Lie, (2008:63) langkah-langkah pembelajaran Kooperatif
tipe keliling kelompok (Round Club) sebagai berikut:
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompotensi dasar.
2) Guru membagi siswa menjadi kelompok.
3) Guru memberikan tugas atau lembar kerja.
4) Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan
memberikan pandangan dan pemikiran mengenai tugas yang sedang
mereka kerjakan.
5) Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya.

21

6) Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran
jarum jam atau dari kiri ke kanan.
c. Keunggulan dan kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Keliling
Kelompok (Round Club)
Menurut Sefra (2006:76) kelebihan pembelajaran Tipe keliling
kelompok (Round Club) sebagai berikut:
1) Adanya tanggung jawab setiap kelompok.
2) Adanya pemberian sumbagan ide pada kelompoknya.
3) Lebih dari sekedar belajar kelompok.
4) Bisa saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat, pandangan serta
hasil pemikiran.
5) Hasil pemikiran beberapa kepala lebih kaya dari pada satu kepala.
6) Dapat membina dan memperkaya emosional.
Menurut Sefra (2006:76) kelemahan Pembelajaran Tipe keliling
kelompok (Round Club) sebagai beriku :
1) Banyak waktu yang terbuang dalam pembelajaran keliling kelompok.
2) Suasana kelas menjadi ribut.
3. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
a. Belajar
Menurut Suyono dan Hariyanto (2011:9) “Belajar adalah suatu
aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan
keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian”

22

Menurut Hilgard (Suyono dan Hariyanto 2011:12) “Belajar adalah
suatu proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya
respon terhadap suatu siatuasi”.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk keterampilan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan dan daya pikir.
b. Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Hamalik (2006:30) adalah “Bila seseorang
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti”.
Menurut Erman S (Taniredja dkk, 2010:69) : Hasil belajar mencakup
aspek yang berkenaan dengan perubahan dan kemampuan yang telah
dimiliki siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan
dan kemampuan yang telah dimiliki tersebut bisa berupa komunikasi,
interaksi, kreativitas, dan sebagainya. Prestasi belajar adalah sebagian dari
hal tersebut, yaitu berkenaan dengan hasil tes yang mencerminkan
kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah suatu perubahan perilaku yang dimiliki setiap individu dari
hal yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti
serta mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

23

c. Tujuan Belajar
Menurut Sardiman (2007:28) “Tujuan belajar itu adalah ingin
mendapatkan

pengetahuan,

keterampilan

dan

pemahaman

sikap

mental/nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil
belajar”. Sistem pembelajaran memiliki tujuan

tertentu yang hendak

dicapai. Tujuan sistem pembelajaran adalah agar peserta didik dapat belajar.
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2004:39) “Hasil belajar yang dicapai Peserta didik
dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri peserta didik
itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan”.
Faktor yang datang dari diri peserta didik terutama kemampuan yang
dimilikinya. Faktor kemampuan peserta didik besar sekali pengaruhnya
terhadap hasil belajar yang dicapai. Adanya pengaruh dari dalam diri peserta
didik, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar
adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya.
Peserta didik harus merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan
berprestasi. Ia harus berusaha mengerahkan segala daya dan upaya untuk
dapat mencapainya.
J. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk melakukan
perbaikan-perbaikan terhadap sistem, isi dan kompetensi atau situasi

24

pembelajaran dengan menguji cobakan suatu ide ke dalam praktik dan
situasi yang nyata dalam proses belajar mengajar di kelas dengan harapan
kegiatan tersebut dapat meningkatkan hasil proses belajar mengajar.
Kemmis dan McTaggart (2005: 154) mengatakan bahwa “penelitian
tindakan adalah suatu siklus spiral yang terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi, yang
selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya”
Wardhani (2011:1.4) menyatakan bahwa:
“Penelitian tindakan merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang
menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh
seorang yang terlibat didalamnya, serta bertujuan untuk melakukan
perbaikan dalam berbagai aspek.”
Adapun Mills (Wardhani, dkk, 20.4) mendefinisikan bahwa:
“Penelitian tindakan sebagai “systematic inquiry” yang dilakukan oleh
guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk mengumpulkan
informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya. Informasi ini
digunakan untuk meningkatkan persepsi serta mengembangkan
“reflective practice” yang berdampak positif dalam berbagai praktik
persekolahan, termasuk memperbaiki hasil belajar peserta didik.”
Karena alas an di atas penulis mengambil Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) sebagai metode untuk mencapai tujuan penelitian ini. Penelitian
Tindakan Kelas menurut penulis sangat cocok karena penerapannya dapat
mengembangkan profesionalisme guru dan keberhasilan murid dalam
memahami pelajaran. Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan
mampu memperbaiki pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

25

2. Desain Penelitian
Metode penelitian ini melalui siklus, di mana masing-masing siklus
terdiri dari 4 tahapan yaitu:
a. Perencanaan.
b. Pelaksanaan tindakan.
c. Observasi.
d. Refleksi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut :

Gambar 1. Bagan perencanaan Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan Kemmis dan Mc Taggart (2005:154)

26

Siklus I :
1) Perencanaan yaitu persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan PTK
yang terdiri dari:
 Menganalisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan
disampaikan kepada peserta didik.
 Membuat pokok bahasan.
 Membuat rencana pelaksanaan pengajaran (RPP).
 Membuat lembar observasi.
 Membuat alat evaluasi.
2) Pelaksanaan tindakan yaitu menerapkan tindakan yang mengacu pada
perencanaan PTK yaitu sebagai berikut:
a) Pra tindakan
 Mengucapkan salam dan berdoa.
 Mempersiapkan bahan ajar.
 Guru menyampaikan indikator pembelajaran.
 Guru menyampaikan pokok bahasan dan tujuan pembelajaran yang
akan dipeljarai.
b) Tindakan
 Guru menjelaskan mengenai Qanaah dan Tasammuh.
 Membentuk kelompok yang anggotanya empat orang secara
heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lainlain).

27

 Guru menyajikan pelajaran.
 Guru memberi tugas kepada setiap kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota kelompok. Anggota kelompok yang tahu menjelaskan
kepada anggota lainnya, sampai semua anggota dalam kelompok itu
mengerti.
 Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh peserta didik.
Pada saat menjaawab kuis, tidak boleh saling membantu.
 Memberi evaluasi.
 Penutup.
3) Observasi guru dan peneliti melakukan pengamatan dan pengumpulan
data mengenai kegiatan proses pembelajaran dari implementasi tindakan
yang dirancang.
4) Refleksi yaitu melakukan analisis data yang diperoleh dari pelaksanaan
tindakan serta merancang proses perbaikan sesuai dengan hasil analisis
data, untuk digunakan pada siklus berikutnya.
Siklus II :
Siklus II dilakukan seperti halnya siklus I mencakup perencanaan,
pelaksanaan, observasi, refleksi dan perbaikan rencana. Pada siklus ke II
dilakukan tahapan-tahapan seperti pada sklus I, akan tetapi didahului dengan
perencanaan ulang berdasarkan hasil – hasil yang diperoleh pada siklus I,
sehingga kelemahan-kelamahan yang terjadi pada siklus I tidak terjadi lagi
pada siklus II, sehingga pada rancangan penelitian ini peneliti belum bisa

28

mendeskripsikan perbaikan perbaikan apa saja yang akan dilakukan pada siklus
II.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Islam Telagawaru. Pemilihan
lokasi berdasarkan atas alasan masalah yang akan diteliti di sekolah
bersangkutan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran
2016/2017.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Islam
Telagawaru. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar
Pendidikan Agama Islam dan minat belajar Pendidikan Agama Islam siswa.
5. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Islam
Telagawaru tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 38 siswa yang terbagi
dalam dua kelas. Kedua kelas ini terdiri dari kelas IX1 berjumlah 20 siswa
dan kelas IX2 berjumlah 18 siswa. Karena jumlahnya relative sedikit maka
seluruh populasi diambil sebagai subyek penelitian (tidak memakai system
sampling)
6. Kehadiran dan Peran Peneliti
Kehadiran dan peran peneliti bertujuan untuk menciptakan hubungan
yang baik dengan subjek penelitian. Pada penelitian ini, peneliti hadir setiap
hari selasa, rabu dan jum’at pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Peneliti secara terbuka atau terang-terangan bertindak melalui pengamatan,

29

yakni pengamatan di mana peneliti terlibat langsung dalam kegiatan subjek
dan peneliti berperan serta dalam melakukan proses belajar mengajar
dengan menentukan tercapainya hasil belajar peserta didik yang lebih baik.
Penelitian ini tidak lepas dari peran guru sebagai wali dari kelas
yang tersebut yang memberikan banyak bantuan kepada peneliti dari mulai
observasi sampai dengan berlangsungnya penelitian. Peneliti bekerjasama
untuk mendapatkan data hasil dan minat belajar PAI tentang Qanaah dan
Tasammuh.
7. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
a. Observasi
Teknik observasi dilakukan

dengan menggunakan lembaran

observasi keaktifan siswa yang berguna untuk mengamati kegiatan siswa
yang diharapkan muncul dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Observasi ini dilakukan setiap kali tatap muka, dengan tujuan untuk
mengamati kegiatan guru dan siswa yang diharapkan muncul dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok. Melalui teknik ini peneliti
bekerja sama dengan guru, dimana guru menjadi observer yang bertugas
mengambil data aktifitas pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe
keliling kelompok. Observasi ini dilakukan untuk mencocokkan dengan
perencanaan yang telah dibuat

30

b. Tes
Tes ini dilakukan pada dua kelas yang satu kelas akan diterapkan
pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok sebagai kelas eksperimen
dan satu kelas lagi dengan pengajaran yang biasa dilakukan guru sebagai
kelas kontrol. Tes dilakukan pada akhir pertemuan yang dikerjakan secara
individu untuk melihat perbedaan hasil belajar Pendidikan Agama Islam
siswa.
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
instrumen tes hasil belajar. Instrumen tes hasil belajar dalam penelitian ini
adalah pre-test (tes awal) dan post-test (tes akhir).
1) Pre-test (tes awal) adalah tes hasil belajar PAI yang dilakukan sebelum
adanya perlakuan, pre-test digunakan untuk mengumpulkan data awal
hasil belajar PAI peserta didik sehingga menunjukan bahwa kelompok
penelitian berawal dari titik tolak yang sama.
2) Post-test (tes skhir) adalah hasil belajar PAI yang dilakukan setelah
melalui model kooperatif tipe keliling kelompok atau setelah dilakukan
siklus I dan II, post-test digunakan untuk mengumpulkan data akhir hasil
belajar PAI peserta didik.
c. Uji Validitas
Kata Validitas berasal dari kata valid yang artinya tepat, benar shahih
atau sah. Validitas isi tes hasil belajar adalah validitas yang diperoleh setelah
dilakukan penganalisisan atau pengujian terhadap isi yang terkandung
dalam tes hasil belajar.

31

Sugiyono (2007:182) menjelaskan bahwa:
“Untuk instrument yang berbentuk tes, penguji validitas isi dapat dilakukan
dengan membandingkan antara isi instrument dengan materi pelajaran yang
telah diajarkan. Untuk instrument yang akan mengukur efektifitas
pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrument dengan isi atau rancangan yang telah
ditetapkan.”
Jadi validitas isi adalah pengujian validitas yang dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi yang diajarkan,
kemudian dibantu dengan kisi-kisi instrumen, yang isinya telah mewakili
keseluruhan materi yang akan diteskan. Berkenaan dengan hal ini peneliti
meminta dua orang dosen dan guru ahli sebagai validator.
8. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dikumpulkan dan diolah sedemikian rupa sehingga
hasilnya dijadikan bahan untuk analisis. Data dalam penelitian ini memberikan
gambaran mengenai hasil dan minat minat peserta didik dalam pembelajaran
PAI dengan penggunaan model kooperatif tipe keliling kelompok.
Data yang dikumpulkan dari setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam
siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase
untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam pembelajaran. Data yang
diperoleh melalui instrument yang telah dikumpulalkan sebelumnya diolah
menjadi dua jenis dan data yaitu secara kuantitatif dan kualitatif.
a. Kuantitatif
Data kuantitatif berasal dari pre-test yang dilakukan di awal
pertemuan dan post-test yang dilakukan diakhir pembelajaran. Hal ini

32

dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan keaktifan
peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung. Adapun untuk
menganalisis keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran hendaknya
setelah proses belajar mengajar memberikan evaluasi berupa soal
mengarang untuk menghitung menggunakan rumus :
1) Menghitung nilai rata-rata (mean) dengan rumus:
x=

∑ f i xi
fi

Keterangan :
x=nilai rata−rata

∑ f i x i=Total nilai interval kelas
i=¿ Frekuensi interval kelas
f¿
2) Menghitung persentase ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal,
dimana indikator ketuntasan belajar yang ditentukan yakni 85 % dengan
rumus :
TB=

∑ s ≥ x 100
n

Keterangan :
TB=Ketuntasan belajar

∑ s ≥ 75=Jumlah siswa yang nilainya ≥75 (KKM)
n=Jumlah sisw a

100 =Bilangan teta p

33

3) Menghitung peningkatan hasil belajar dengan rumus:
N−Gain=

skor post test −skor pre test
skor maksimum−skor pre test

Tabel 1
Nilai N-Gain Ternormalisasi dan Klasifikasi
Rata-rata N-Gain
Klasifikasi
Ternormalisasi
0,70 < N-Gain
0,30 ≤ N-Gain < 0,70
N-Gain < 0,30

Tinggi
Sedang
Rendah
Hake (dalam Setiawan, 2013:55)

b. Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi yang dimaksud untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran yang dilakukan.
Data kualitatif diperoleh dari aktivitas terhadap peneliti dan aktivitas
terhadap peserta didik selama proses kegiatan belajar mengajar dengan
penerapan model kooperatif tipe keliling kelompok.
Ketuntasan aktivitas belajar peserta didik digunakan rumus
presentase sebagai berikut:
P=

F
x 100
N

Keterangan:
P = Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Peserta didik
F = Jumlah peserta didik yang tuntas belajar
N = Jumlah seluruh Peserta didik

Tabel 2

34

Tabel Presentase Ketuntasan dan Klasifikasi
Presentase
Kategori
0-19%
Sangat rendah
20-39%
Rendah
40-59%
Sedang
60-79%
Tinggi
≥80%
Sangat tinggi
Menilai kemampuan guru berdasarkan hasil penilaian yang
diberikan oleh observe terhadap kemampuan guru digunakan kategori
sebagai berikut:
Kurang baik = 1,0 – 1,9
Cukup baik = 2,0 – 2,9
Baik = 3,0 – 3,9
Amat baik = 4.0
(Sumber: Budininggarti dalam Julkifli, 2013:33)
K. Sistematika Penulisan
Skripsi ini tediri dari 5 (lima) BAB, yaitu:
BAB I:

Berisi Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang, Identifikasi
Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan
Definisi Operasional.

BAB II: Berisi kajian teori yang menjadi bahan rujukan. Adapun isi lengkap
dari bab ini adalah Model Pembelajaran Kooperatif, Pembelajaran
Kooperatif Tipe Keliling Kelompok, Hasil Belajar Pendidikan
Agama Islam, Minat Belajar Pendidikan Agama Islam dan Hipotesis.
BAB III: bab ini berisi Metodologi penelitian yang secara spesifik terdiri dari
Jenis dan Desain Penelitian, Waktu dan Tempat Penelitian, Subjek

35

dan Objek Penelitian, Populasi dan Sampel, Kehadiran dan Peran
Peneliti, Rancangan Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan
Teknik Analisis Data
BAB IV: Bab ini memaparkan tentang sejarah sekolah, kondisi sarana dan
prasarana sekolah, keadaan siswa; guru dan karyawan. Selain itu,
bab ini berisi hasil, analsis dan pembahasan data yang diperoleh
dari hasil penelitian.
BAB V: Bab ini adalah merupakan bab terakhir (penutup) dari skripsi ini.
Bab ini berisi kesimpulan dari dari penelitian dan saran penulis.
Pada bagian akhir, akan di cantumkan dafatar pustaka dan sejumlah lampiran.
Untuk lampiran, hal – hal yang dilampirkan tentu disesuaikan dengan jenis
penelitian yang dipakai.