Analisis Yuridis Pemberian Iwadh Dalam Gugatan Cerai Menurut Hukum Islam (Studi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.248 K AG 2011)

ABSTRAK
Allah SWT menentukan pernikahan dengan tujuan untuk mewujudkan
ketenangan hidup, menimbulkan rasa kasih sayang antara suami istri, antara mereka dan
anak-anaknya, antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan besan akibat pernikahan
suami istri tersebut dan untuk melanjutkan keturunan dengan cara berkehormatan. Islam
tidak akan membiarkan terjadinya kehidupan suami istri yang penuh dengan
penderitaan. Diantara mereka dimungkinkan memutuskan ikatan pernikahan dengan
jalan baik-baik, dengan pertimbangan untuk kebaikan hidup masing-masing. Perceraian
terjadi tidak hanya karena kemauan suami (cerai talak) saja, tetapi juga bisa terjadi
karena permintaan isteri (cerai gugat). Banyak alasan yang dikemukakan isteri untuk
mengugat cerai kepada suaminya. Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini,
yakni apakah yang menjadi dasar hukum pembayaran iwadh dalam perceraian khulu’
menurut Fiqih Islam dan Kompilasi Hukum Islam, bagaimanakah akibat hukum yang
lahir setelah isteri membayar iwadh dan apakah yang menjadi pertimbangan hukum
hakim tentang pembayaran iwadh dalam memutuskan perkara. Tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis dasar-dasar
hukum pembayaran iwadh dalam perceraian khulu’ menurut Fiqih Islam dan Kompilasi
Hukum Islam, untuk mengetahui dan menganalisis akibat hukum yang timbul dari
perceraian khulu’, untuk mengetahui hal-hal yang menjadi pertimbangan hukum
bagi hakim dalam memutus perkara 248/K/AG/2011 tentang pembayaran iwadh.
Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif yaitu

penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum yang tertulis dari bahan
pustaka atau data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan nama bahan sekunder
dan bahan acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum. Iwadh
atau tebusan yang dibayarkan isteri kepada suami dalam khulu’ ini dapat berupa
apapun yang memenuhi syarat untuk menjadi mahar, tetapi biasanya berupa
sejumlah harta. Dalam hal sejumlah harta dapat berupa pengembalian mahar yang
pernah diterima oleh isteri dari suami, baik seluruhnya maupun sebagian. Wujud
iwadh itu bergantung kepada persetujuan bersama antara suami dan istri.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa yang menjadi dasar hukum pembayaran
iwadh dalam perceraian khulu’ menurut Fiqih Islam adalah firman Allah SWT AlQur’an Surah Al-Baqarah ayat 229. Akibat hukum yang lahir setelah isteri
membayar iwadh adalah jatuhnya talak bain kepada isteri, keharusan bagi isteri
untuk membayar iwadh serta gugurnya seluruh hak dan kewajiban antara suami
isteri. Adapun yang menjadi pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara
No.248/K/AG/2011 adalah Surah An-Nisa ayat 12. Oleh karena itu dalam
memutuskan perkara majelis hakim agar memperhatikan kasus-kasus tertentu
mengingat dalam kehidupan keluarga di Indonesia ada suami yang tidak
berpartisipasi dalam ekonomi rumah rumah tangga dan istri berkewajiban untuk
mencari nafkah bagi kehidupan rumah tangganya.

Kata Kunci : Pembayaran Iwadh, Gugatan Cerai, Hukum Islam


i

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
Allah SWT determines the marriage whose aim is to realize the peace of life,
create a feeling of affection between a wife and a husband, parents and their
children, people who have a in-law relationship as the result of the marriage and to
continue the descent by a honorable way. Islam does not allow the painful life of a
husband and a wife to occur. It is possible that they may to break the marriage tie in
a good way with a consideration for the good of each other's lives. A divorce is not
only due to husband’s willingness (talak divorce), but also because of the wife's
request (claimed divorce). There are many reasons why a wife claims a divorce from
her husband. The problems raised in the research are what is the legal basis of
paying iwadh in khulu’ divorce according to the Islamic Law and the Compilation of
Islamic Law, how is the legal consequence after his wife pays iwadh and what is the
legal concideration on iwadh payment in khulu’ divorce according to the Islamic
Law and the Compilation of Islamic Law, to find out what become the judge’s legal
consideration to decide the case No.248 /K/AG/2011 on iwadh payment.

The type of research is a normative juridical approach namely the research
was done by analyzing the written laws of library materials or only secondary data
better known as legal secondary materials and legal reference materials. Iwadh or
compensation paid by a wife to her husband in khulu’ can be anything that fullfilled
qualification to be a dowry, but usually it is some wealth. The wealth may be the
return of the dowry ever received by a wife from her husband, either entirely or
partially. The existence of iwadh’s depends on the mutual agreement between a wife
and her husband.
Based on the research results, the legal basis of iwadh payment in khulu’
divorce according to the Islamic Fiqh is the Allah’s words in the Koran in AlBaqarah verse 229. The legal consequence after his wife paid iwadh was she got
talak bain. The judge’s legal concideration to decide the case No.248/K/AG/2011
was surah An-Nisa verse 12. Therefore, to decide a case, a judge should pay
attention to certain cases because in some families in Indonesia there are some
husbands who do not participate in the household economy and their wives are
obliged to earn living for their family’s life.

Keywords: Iwadh Payment, Divorce Claim, Islamic Law

ii


Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Eksistensi Presidential Threshold Paska Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/Puu-Xi/2013

6 131 94

Analisis Yuridis Peranan Wali Nikah Menurut Fiqih Islam Dan Kompilasi Hukum Islam (Studi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.261/K/AG/2009)

1 90 131

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Efektifitas Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilukada oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

3 55 122

Analisis Yuridis Pemberian Iwadh Dalam Gugatan Cerai Menurut Hukum Islam (Studi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.248 K AG 2011)

0 0 16

Analisis Yuridis Pemberian Iwadh Dalam Gugatan Cerai Menurut Hukum Islam (Studi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.248 K AG 2011)

0 0 26

Analisis Yuridis Pemberian Iwadh Dalam Gugatan Cerai Menurut Hukum Islam (Studi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.248 K AG 2011)

0 0 23

Analisis Yuridis Pemberian Iwadh Dalam Gugatan Cerai Menurut Hukum Islam (Studi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.248 K AG 2011)

0 0 6

Analisis Yuridis Peranan Wali Nikah Menurut Fiqih Islam Dan Kompilasi Hukum Islam (Studi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.261/K/AG/2009)

0 0 16