Perlindungan Hukum Terhadap Rahasia Dagang Perusahaan Dalam Hubungan Kerja”. (Studi Kasus Putusan MARI Nomor 783 K Pid.Sus 2008)

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka mengembangkan usahanya, Seorang pengusaha tidak mungkin
menangani seluruh kegiatan yang ada dalam perusahaan, maka dibutuhkan sumber
daya manusia yaitu karyawan/pekerja. Kebutuhan perusahaan akan sumber daya
manusia tersebut kemudian melahirkan hubungan kerja. Hubungan kerja terjadi
karena adanya suatu ikatan antara pekerja dengan pengusaha dalam pelaksanaan
pekerjaan. Dalam hubungan tersebut seorang pekerja akan menerima perintahperintah yang diberikan oleh pengusaha untuk dilaksanakan, sementara pengusaha
akan memberikan upah dan perlindungan berupa keselamatan dan kesehatan kerja
serta kesejahteraan berdasarkan kemampuan perusahaan.1
Dengan adanya hubungan kerja, seseorang dituntut untuk melakukan
pekerjaan dalam perusahaan. Karena bekerja pada suatu perusahaan, seorang
karyawan dapat mengetahui banyak hal mengenai perusahaannya yang tidak
diketahui orang lain termasuk rahasia perusahaan. Contohnya jika seorang pegawai
berdasarkan kontrak kerja diangkat sebagai kepala produksi, maka secara otomatis
mengetahui proses pembuatan dari produk tersebut mulai dari campuran bahan untuk
membuat formula hingga takaran yang digunakan. Informasi atas hal yang bersifat

rahasia itu tidak boleh dibawa keluar. Informasi rahasia tersebut diperoleh justru
1

Soedarjadi, Hak dan Kewajiban Pekerja-Pengusaha, (Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2009),

hal. 12.

1

2

karena ia karyawan disitu. Kalau dia bukan karyawan tentu dia tidak akan mengetahui
informasi itu. Konsekuensinya, sebagai seorang karyawan, ia wajib menjaga
kerahasiaan itu.2
Informasi rahasia bagi suatu perusahaan adalah semua informasi yang
berkaitan dengan perusahaan tersebut yang berharga dan tidak boleh diketahui oleh
perusahaan lain, terutama perusahaan saingannya (kompetitornya). Kerahasiaan suatu
informasi dapat harus dijamin kerahasiaannya, selama informasi tersebut belum
dibuka untuk publik atau dengan kata lain belum dipublikasikan dan masih
dipertahankan kerahasiaannya oleh pemiliknya. Perusahaan dalam hal ini bergerak

dalam usaha dagang yang bersifat komersil, sehingga informasi yang bersifat rahasia
dari perusahaan disebut sebagai rahasia dagang.3
Informasi yang dapat dilindungi sebagai rahasia dagang antara lain merupakan
informasi yang termasuk dalam kriteria :4
1.

Merupakan informasi yang tidak diketahui umum.

2.

Informasi itu meliputi bidang teknologi atau bisnis.

3.

Mempunyai nilai ekonomis yang berguna dalam kegiatan usaha.

4.

Dijaga kerahasiannya oleh pemiliknya.
Selain kriteria diatas, hal-hal yang bisa digolongkan sebagai rahasia dagang,


antara lain formula suatu produk yang kompleks, sulit dianalisis, teknik pembuatan
2
Antonius Artoshoki, dkk, Relasi Dengan Dunia (Alam, Iptek & Kerja), (Jakarta : Elex
Media Komputendo, 2005), hal. 289.
3
Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007) hal. 127.
4
H. Ok. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),
(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010). hal 452.

3

yang rumit dan menjadi keunggulan dari produsennya, seperti pada pabrik farmasi,
pabrik semikonduktor, dan minuman ringan, informasi mengenai strategi perusahaan,
production line, marketing plan, dan informasi penting lainnya yang bisa
mempengaruhi harga saham suatu public company bila diketahui umum, kumpulan
informasi lengkap rancangan suatu konstruksi bangunan atau mesin, dan metode
konstruksi.5
Dalam dunia perdagangan, aspek informasi yang bersifat rahasia menjadi

sangat penting terutama bagi kalangan bisnis. Banyak informasi bisnis yang sangat
dibutuhkan oleh kalangan usaha yang sama. Oleh karena itu, informasi tersebut
dianggap mempunyai nilai komersial. Dengan demikian, bagi kalangan bisnis yang
mempunyai informasi rahasia menghendaki adanya upaya pencegahan terhadap para
pesaing bisnis untuk menemukan dan menggunakan informasi tersebut. Melihat
perkembangan tersebut maka perlu adanya perlindungan hukum bagi formasi bisnis,
industri maupun teknologi melalui rahasia dagang.6
Pengaturan tentang rahasia dagang di Indonesia tertuang dalam UndangUndang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang yang telah diundangkan
Pemerintah pada tanggal 20 Desember 2000. Prinsip pengaturannya adalah
menegaskan pengakuan kepemilikan seseorang dan melarang penguasaan secara
tidak sah oleh orang lain suatu informasi yang bersifat rahasia yang memiliki nilai

5
6

Adrian Sutedi, Op.cit., hal. 128.
Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007) hal. 123.

4


komersial.7 Dengan dikeluarkannya UU Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia
Dagang ini diharapkan akan semakin menambah adanya kepastian hukum dalam
setiap praktik bisnis di Indonesia.8
Tidak dapat dipungkiri agar suatu perusahaan dapat bertahan dalam dunia
usaha adalah dengan memenangkan persaingan yang ada. Banyak hal yang dapat
dilakukan untuk mencapai dan memenangkan persaingan dan semua hal tersebut akan
bermuara kepada prinsip ekonomi yang telah menjadi tradisi dunia usaha, yaitu
memperoleh laba yang sebesar-besarnya dengan biaya serta resiko yang seminim
mungkin.
Ketika suatu perusahaan menjadi terpusat pada suatu persaingan, akan
dilakukan segala cara untuk memenangkan persaingan tersebut. Akhirnya, dalam
perkembangan dunia usaha dikenal yang dinamakan persaingan usaha, dimana
terdapat sisi positif dan negatif yang mencuat didalamnya. Jelas terlihat bahwa
pergerakan dunia usaha yang demikian dinamis dengan segala persaingan usaha yang
ada didalamnya telah meningkatkan keinginan para investor menanamkan
investasinya di dunia usaha. Akan tetapi, terlihat pula apa yang dinamakan persaingan
curang dan monopoli. Kedua hal tersebut merupakan sisi negatif dari persaingan
usaha.

7


Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung : PT.
Citra Aditya Bakti, 2001) hal. 250.
8
Abdul R. Saliman, Hermansyah, Ahmad Jalis, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan : Teori dan
Contoh Kasus, (Jakarta : Kencana, 2008), hal. 208.

5

Banyak cara yang dapat ditempuh oleh para pengusaha dalam memperoleh
keunggulan dari perusahaannya lainnya. Salah satunya dapat kita lihat dari kasus
yang cukup terkenal, yang diputus di Negeri Belanda adalah kasus Cohen vs.
Lindenbaum.9
Kasus Cohen vs. Lindenbaum ini bermula dari penerimaan pegawai
Lindenbaum oleh Cohen melalui suatu iming-iming dan bujuk rayu yang disertai
dengan hadiah. Kepindahan karyawan Lindenbaum ke Cohen tersebut bukannya
tanpa imbalan. Karyawan Lindenbaum yang diperjakan oleh Cohen tersebut
selanjutnya dimanfaatkan oleh Cohen, dengan cara mengorek

segala macam


informasi maupun data yang dimiliki oleh karyawan tersebut, khususnya yang
berhubungan dengan jalannya kegiatan operasional Lindenbaum, termasuk berbagai
informasi mengenai pembelian, pemasok (supplier), penjualan, promosi dan
advertensi, pelanggan (customer), serta proses penentuan harga (pricing). Perlu
diketahui bahwa baik Cohen maupun Lindenbaum adalah dua perusahaan percetakan
yang bersaing satu dengan yang lainnya. Dari informasi yang diperoleh tersebut,
Cohen kemudian menyusun strategi untuk merebut pangsa pasar Lindenbaum.
Mengetahui hal tersebut, bahwa Cohen telah memanfaatkan informasi rahasia
Lindenbaum dari pegawai yang dibajak oleh Cohen, Lindenbaum selanjutnya
menggugat Cohen dengan dasar gugatan perbuatan melawan hukum. Di pengadilan

9

Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Rahasia Dagang, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
persada, 2001), hal. 1.

6

tingkat pertama dan kedua, gugatan tersebut tidak berhasil, namun oleh Mahkamah

Agung, gugatan tersebut diterima.
Terjadinya pengungkapan informasi yang dimiliki satu pihak kepada pihak
lainnya tanpa diketahui oleh pemilik informasi dapat menimbulkan kerugian bagi
pemilik informasi tersebut. Dalam kasus diatas, pengungkapan informasi dilakukan
oleh buruh dari pemilik informasi dimana sebenarnya telah ada pengaturannya.
Pengaturan yang dimaksud di sini adalah kewajiban bagi buruh untuk menjaga
kerahasiaan informasi yang dimiliki oleh tempat dimana ia bekerja.10
Kewajiban untuk menjaga kerahasiaan timbul karena adanya hubungan
hukum antara satu pihak dengan pihak yang lain. Salah satu hubungan yang sering
memunculkan kewajiban menjaga rahasia dagang perusahaan adalah hubungan antara
majikan dan pegawai.11
Alasan yang mendasari kewajiban karyawan menyimpan rahasia perusahaan
adalah bahwa perusahaan adalah pemilik informasi rahasia itu. Membuka informasi
rahasia sama dengan mencuri. Milik tidak terbatas pada barang fisik saja tetapi
meliputi juga ide, pikiran, atau temuan dari seseorang. Dengan kata lain, disamping
milik fisik terdapat juga milik intelektual. Jadi, dasar untuk kewajiban
konfidensialitas dari karyawan adalah intellectual property. Umpamanya, perusahaan
farmasi melakukan banyak penelitian yang bertujuan mengembangkan obat baru. Jika

10


Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007) hal. 129.
Tim, Lindsey, dkk, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Alumni,
2006), hal 252.
11

7

akhirnya mereka menemukan obat baru, tentu mereka akan sangat dirugikan, jika
hasil itu dibocorkan ke perusahaan farmasi lain. 12
Kewajiban merahasiakan rahasia dagang perusahaan tidak saja berlaku selama
karyawan bekerja di perusahaan, tetapi berlangsung terus setelah ia pindah kerja. Jika
ia pindah kewajiban ini malah menjadi lebih aktual, terutama bila perusahaan baru itu
bergerak di bidang yang sama seperti perusahaan yang lama. Adalah sangat tidak etis,
jika seseorang pindah kerja sambil membawa rahasia perusahaan ke perusahaan baru,
supaya mendapat gaji lebih tinggi.13
Kebanyakan kasus di bidang pelanggaran rahasia dagang melibatkan salah
seorang pegawai yang telah menggunakan informasi yang diperoleh dari tempat kerja
majikannya selama atau setelah masa pekerjaan berakhir. Hal demikian juga terjadi di
Indonesia dan dapat dilihat dari Putusan MARI (Mahkamah Agung Republik

Indonesia) Nomor No. 783 K/Pid.Sus/2008 tertanggal 7 Januari 2009. Dalam Kasus
yang diperiksa Mahkamah Agung tersebut dapat diketahui bahwa Pengadilan Negeri
Jakarta Utara menerima gugatan mengenai adanya dugaan pelanggaran rahasia
dagang yang dilakukan oleh Danar Dono.
Danar Dono adalah pegawai di PT. Kota Minyak Automation sejak tahun
2005 dengan gaji sebesar Rp. 5.000.000.000,- (lima juta rupiah). Kemudian pada saat
PT. Kota Minyak Automation mengikuti tender pengadaan barang berupa cerobong
api di PT. Medco E&P Indonesia, lalu Danar Dono menjalankan tugasnya membuat

12
13

K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta : Kansius, 1999), hal. 172.
Ibid., hal. 171.

8

design, gambar, dokumentasi, kalkulasi harga, survey harga untuk penyusunan
proposal tender tersebut.
Pada saat itu juga PT. Envico mengikuti tender dan tanpa seizin serta

sepengetahuan dari Direktur PT. Kota Minyak Automation, Danar Dono membuat
proposal penawaran yang sama untuk PT. Kota Minyak Automation dengan harga
yang lebih tinggi sedangkan untuk proposal penawaran PT. Envico lebih rendah
dengan dan sengaja membuat PT. Kota Minyak Automation tidak memiliki software
untuk perhitungan “Ground Level Concentration” sehingga tidak lolos secara
tekhnikal, sehingga setelah tender dibuka oleh PT. Medco E&P Indonesia perwakilan
PT. Kota Minyak Automation kalah dan diurutkan nomor 2 (dua) sedangkan PT.
Envico menjadi pemenang nomor 1 dalam tender tersebut. Berdasarkan kejadian
tersebut, PT. Kota Minyak Automation telah dirugikan.
Berdasarkan bukti-bukti Pengadilan Negeri Jakarta Utara memeriksa perkara
dimaksud dan hasil pemeriksaan perkara tersebut Pengadilan Negeri Jakarta Utara
memberi putusan dengan isi amar putusannya adalah :
1.

Menyatakan Danar Dono, telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana dengan sengaja tanpa hak mengingkari kesepakatan
untuk menjaga rahasia dagang;

2.

Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa dengan pidana penjara selama 1 (satu)
tahun;
Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara ini Danar Dono

mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI) dan dalam

9

putusannya Mahkamah Agung menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara
tersebut.
Dari Amar Putusan MARI ini dapat dilihat bahwa rahasia dagang pada
dasarnya masuk dalam lingkup hukum perdata begitu pula hal nya dengan perjanjian
kerja yang sebenarnya termasuk dalam hukum keperdataan. Namun, dalam hal
pemberian sanksi terhadap pelanggaran rahasia dagang dapat dihadapkan pada
ancaman pidana disamping adanya sanksi perdata berupa ganti kerugian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, perlu dikaji lebih jauh
“Perlindungan Hukum Terhadap Rahasia Dagang Perusahaan Dalam Hubungan
Kerja”. (studi kasus putusan MARI nomor 783 K/Pid.Sus/2008).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka pembahasan
akan dibatasi dalam beberapa permasalahan, yaitu:
1.

Bagaimana hubungan antara rahasia dagang dengan perjanjian kerja?

2.

Bagaimana bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap rahasia dagang pemilik
rahasia dagang?

3.

Apakah putusan MARI Nomor 783 K/Pid.Sus/2008 telah sesuai dengan UndangUndang nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang?

C. Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang ada di atas, maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah :

10

1.

Untuk mengetahui dan menjelaskan hubungan rahasia dagang dengan perjanjian
kerja.

2.

Untuk mengetahui dan menjelaskan bentuk-bentuk perlindungan rahasia dagang
yang dapat dilakukan oleh pemilik rahasia dagang.

3.

Untuk mengetahui apakah putusan MARI Nomor 783 K/Pid.Sus/2008 telah
sesuai dengan Undang-Undang nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang
atau belum.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis
maupun secara praktis, adalah sebagai berikut:
1.

Secara teoritis untuk menambah literatur tentang perkembangan hukum,
khususnya mengenai rahasia dagang.

2.

Secara praktis sebagai sumber informasi bagi masyarakat umum, khususnya bagi
pihak yang berkepentingan tentang rahasia dagang.

E. Keaslian Penulisan
Berdasarkan hasil penelusuran pustaka di lingkungan Universitas Sumatera
Utara, khususnya di lingkungan Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa penelitian dengan judul: “Perlindungan Hukum Terhadap
Rahasia Dagang Perusahaan Dalam Hubungan Kerja (studi kasus putusan MARI
nomor 783 K/Pid.Sus/2008).” ini belum pernah dilakukan dalam pendekatan dan
perumusan masalah yang sama, walaupun ada beberapa topik yang mirip, namun
jelas berbeda dengan penelitian ini.

11

Ada ditemukan penelitian sebelumnya tentang hak kekayaan intelektual
mengenai rahasia dagang, namun topik permasalahan dan bidang kajiannya berbeda
dengan penelitian ini, peneliti tersebut antara lain :
1.

Himalay Taufan (067011041), Magister Kenotariatan Universitas Sumatera
Utara, dengan judul “Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang”. Adapun
permasalahan yang di bahas dalam penelitian tersebut adalah :
a. Bagaimanakah perlindungan hukum atas rahasia dagang?
b. Bagaimana upaya pemilik rahasia dagang dalam mempertahankan eksistensi
rahasia dagangnya untuk mengatasi persaingan usaha tidak sehat yang
dilakukan oleh kompetitor yang tidak beritikad baik?
c. Bagaimana bentuk upaya penyelesaian sengketa pelanggaran rahasia dagang?
Dengan demikian jelas bahwa penelitian ini adalah asli karena sesuai dengan

asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka.Sehingga penelitian ini
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara akademis.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1.

Kerangka Teori
Menurut pendapat Sudikno Mertokusumo kata teori berasal dari kata theoria

yang artinya pandangan atau wawasan, kata teori mempunyai banyak arti dan
biasanya diartikan sebagai pengetahuan yang hanya ada dalam alam pikiran tanpa
dihubungkan dengan kegiatan yang bersifat praktis.14 Teori adalah untuk

14

Sudikno Mertokusumo, Teori Hukum, (Yogyakarta : Cahaya Atma Pusaka, 2012), hal. 4.

12

menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi.15
Sedangkan kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam
membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis.
Kerangka teori atau landasan teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butirbutir pendapat teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang bagi si
pembaca menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis yang mungkin disetujui atau
tidak disetujui, yang dijadikan masukan eksternal dalam membuat kerangka berpikir
dalam penulisan.16
Sedangkan menurut H.R. Otje Salman dan Anthon F. Susanto, teori berasal
dari kata theoria dalam bahasa Latin yang berarti perenungan yang pada gilirannya
berasal dari kata thea dalam bahasa Yunani yang secara hakiki menyiratkan sesuatu
yang disebut dengan realitas. Dalam banyak literatur beberapa ahli menggunakan kata
ini untuk menunjukkan bangunan berpikir yang tersusun secara sistematis, logis
(rasional), empiris (kenyataannya), juga simbolis.17
Tugas teori hukum ialah memberikan suatu analisis tentang pengertian hukum
dan tentang pengertian-pengertian lain yang dalam hubungan ini relevan, kemudian
menjelaskan hubungan antara hukum dengan logika dan selanjutnya memberikan
suatu filasafat ilmu dari ilmu hukum dan suatu ajaran metode untuk praktek hukum.18

15

JJ. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-Asas, (Jakarta : Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Penyunting M. Hisyam , 1996), hal. 203.
16
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung : Mandar Madju, 1994), hal. 80.
17
H.R. Otje Salman S dan Anthon F. Susanto, Teori Hukum, Mengingat, Mengumpulkan dan
Membuka Kembali, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2010), hal. 21.
18
B. Arief Sidharta, Meuwissen, Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum,
Dan Filsafat Hukum, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2007), hal. 31.

13

Teori berguna untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik
atau proses tertentu terjadi19, Menurut Soerjono Soekanto bahwa “Kontinuitas
perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian
dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori”20
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perlindungan
hukum yang dikemukakan oleh Philipus M Hadjon. Perlindungan hukum artinya
suatu perlindungan yang diberikan oleh perangkat hukum baik yang bersifat preventif
maupun yang bersifat represif, baik melalui hukum tertulis maupun hukum tidak
tertulis yang diberikan terhadap subjek hukum dengan tujuan memberikan suatu rasa
aman, damai, tertib dan pasti dalam kehidupan sehari-hari subjek hukum.21
Perlindungan hukum preventif merupakan sebuah bentuk perlindungan yang
mengarah pada tindakan yang bersifat pencegahan. Tujuannya adalah meminimalisasi
peluang terjadinya pelanggaran rahasia dagang. Langkah ini difokuskan pada
perlindungan terhadap hak eksklusif pemilik dan pemegang hak atas rahasia dagang.
Perlindungan

hukum

represif

yang

dilakukan

untuk

menyelesaikan

atau

menanggulangi suatu peristiwa atau kejadian yang telah terjadi, yaitu berupa
pelanggaran hak atas rahasia dagang. Tentunya dengan demikian peranan lebih besar
berada pada lembaga peradilan dan aparat penegak hukum lainnya.22

19

S. Mantayaborbir, Sistem Hukum Pengurusan Piutang Negara, (Jakarta : Pustaka
Bangsa Press, 2004), hal. 13.
20

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : Universitas Indonesia (UI
Press), 1986), hal.6.
21
Otje Salman, Teori Hukum (Suatu Pencarian/Penelaahan), (Jakarta : Grenada Media
,2007), hal. 19.
22
Y Sri Pudyatmoko, Penegakan dan perlindungan Hukum, (Jakarta : Salemba Empat, 2007),
hal. 155-160.

14

Perlindungan hukum menunjukkan arti bahwa hukum itu melindungi sesuatu.
Sesuatu yang dilindungi oleh hukum adalah kepentingan manusia, karena memang
hukum itu dibuat oleh dan untuk manusia atau masyarakat. Kepentingan pada
hakekatnya mengandung kekuasaan yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam
melaksanakannya.
Perlindungan hukum diperlukan untuk mewujudkan fungsi hukum dan tujuan
hukum. Pada umumnya ahli-ahli hukum sudah sepakat mengatakan bahwa fungsi
hukum merupakan perlindungan kepentingan manusia, sementara tujuan pokok
hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang terbit, menciptakan ketertiban
dan keseimbangan. Dengan terciptanya ketertiban di dalam masyarakat diharapkan
kepentingan manusia terlindungi.
Hukum juga memberikan perlindungan terhadap hak yang dimiliki oleh
manusia. Sanusi Bintang dalam bukunya yang berjudul “Hak Cipta” mengartikan hak
sebagai Kewenangan yang diberikan kepada seseorang untuk dipergunakan secara
bebas.23 Menurut Satjipto Raharjo Hak tidak saja berarti kewenangan yang dilindungi
oleh hukum namun juga menekankan pada pengakuan atas wewenang dari hak
tersebut.24
Diantara hak-hak yang diakui oleh masyarakat global harus mendapat
perlindungan adalah Intelectual Property Rights atau disebut juga hak kekayaan
intelektual, hak yang secara khusus diperuntukkan bagi perlindungan hasil karya atau

23
24

Sanusi Bintang, Hukum Hak Cipta, (Bandung :Citra Aditya, 1998), hal. 1.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung : Citra Aditya, 1996), hal. 54.

15

pikiran manusia. Beberapa penulis hukum adapula yang menggunakan istilah Hak
Milik Intelektual. Hak Milik Intelektual tersebut meliputi:
a.

Hak milik hasil pemikiran (intelektual), melekat pada pemiliknya, bersifat tetap
dan eksklusif;

b.

Hak yang diperoleh pihak lain atas izin dari pemilik, bersifat sementara.25
Secara konseptual, rahasia dagang dapat dikelompokkan dan menjadi bagian

dari Hak Kekayaan Intelektual Nasional. Hal ini sejalan dengan pemahaman bahwa
objek rahasia dagang pada dasarnya adalah informasi yang merupakan karya
intelektual manusia yang oleh pemiliknya sengaja disimpan atau dirahasiakan dan
dijaga sedemikian rupa untuk melindungi kepentingannya.26
Bagi Indonesia, upaya untuk memberikan perlindungan terhadap rahasia
dagang makin mendesak untuk diatur dengan Undang-undang terutama untuk
menjamin perlindungan bagi pemilik atau pemegang rahasia dagang. Adanya
perlindungan tersebut akan mendorong timbulnya penemuan baru meskipun
diperlakukan sebagai rahasia, tetap mendapat perlindungan hukum dalam rangka
kepemilikan, penguasaan atau pemanfaatan oleh penemunya. Perlindungan rahasia
dagang juga diperlukan untuk mengamankan dan menjamin kepentingan pemiliknya,
terutama yang berkaitan dengan mobilitas perpindahan tenaga kerja antar perusahaan
dan bahkan antar negara yang kemungkinan besar membawa serta rahasia dagang
milik perusahaan.
25

Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung :
PT. Citra Aditya Bakti, 2001), hal. 1.
26
Ibid., hal. 250.

16

Pada dasarnya perlindungan rahasia dagang adalah untuk mewujudkan dan
mengembangkan etika bisnis dengan cara mencegah praktek dagang yang tidak wajar
atau curang yang dapat merugikan kepentingan orang lain. Praktek serupa itu dapat
berlangsung dalam bentuk pencurian atau penyadapan informasi, spionase industri
maupun bentuk-bentuk pelanggaran lain yang berupa pengingkaran terhadap
kesepakatan untuk menjaga kerahasiaan suatu rahasia dagang.
Dari segi lingkup perlindungan, yang diatur adalah rahasia dagang yang
berupa informasi yang bersifat rahasia, mempunyai nilai ekonomi, dan dipertahankan
kerahasiaan melalui upaya-upaya sebagaimana mestinya. Undang-undang memberi
batasan bahwa suatu informasi dianggap rahasia apabila hanya diketahui secara
terbatas oleh pihak tertentu saja atau tidak diketahui secara umum. Meskipun bersifat
abstrak, nilai ekonomi informasi tersebut harus dapat dikuantifikasi karena dapat
digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha atau usaha yang menghasilkan
keuntungan. Informasi tersebut akan tetap menjadi rahasia dagang apabila dijaga
kerahasiaannya dengan melakukan upaya perlindungan melalui langkah-langkah yang
memadai.27
Guna menentukan kualitas suatu informasi, apakah rahasia ataupun bukan,
serta memiliki nilai ekonomi, sehingga perlu dilindungi, maka bisa diuji dengan
melihat 4 (empat) kriteria, yaitu:28

27

Ibid., hal.251.
Muhammad Djumhana & R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual¸ (Bandung : Citra Aditya
Bakti, Bandung/2003 ), hal.252.
28

17

1.

Apakah dengan terbukanya informasi itu mengakibatkan pemiliknya memperoleh
kerugian.

2.

Pemilik informasi itu yakin bahwa informasinya itu mempunyai nilai yang perlu
dirahasiakan dan tidak semua orang memilikinya.

3.

Pemilik informasi tersebut mempunyai alasan tertentu atas kerugian maupun
keyakinan kerahasiaan informasi tersebut.

4.

Informasi rahasia tersebut mempunyai kekhususan dan bermula khusus dari atau
dalam praktek perdagangan dan perindustrian.
Dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat diketahui bahwa yang menjadi subjek

perlindungan rahasia dagang adalah pemilik rahasia dagang. Pemilik rahasia dagang
adalah orang yang memiliki dan menjaga kerahasiaan infomasi yang mempunyai nilai
ekonomi di bidang teknologi dan/atau bisnis karena informasi tersebut berguna dalam
kegiatan usahanya.29
2.

Konsepsi
Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori.Konsepsi diterjemahkan

sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang
disebut dengan operational definition.30Pentingnya definisi operasional adalah untuk
menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu

29

Yusran Isnaini, Buku Pintar Haki, ( Bogor : Ghalia Indonesia, 2010 ) hal. 98.
Sutan Remi Para y Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang
Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia(Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1993)
hal. 10.
30

18

istilah yang dipakai.31 Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam
penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional
diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, yaitu :
1.

Perlindungan Hukum adalah penegakan hak yang diberikan oleh hukum kepada
pemilik rahasia dagang apabila kepentingan/haknya dilanggar oleh orang lain
yang tidak berhak.

2.

Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang
teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam
kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang32.

3.

Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik
orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik
swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain; usaha-usaha sosial dan usahausaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.33

4.

Hubungan Kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh
berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan
perintah.34

31
Tan Kamelo, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia : Suatu Tinjauan Putusan
Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, Disertasi (Medan : PPs-USU, 2002) hal. 35.
32
Pasaal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.
33
Pasal 1 angka 6 -Unadang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
34
Pasal 1 angka 15 Undang-Unadang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

19

G. Metode Penelitian
Metode ( Inggris : method, Latin : methodus, Yunani : methodos – meta
berarti sesudah, di atas, sedangkan hodos, berarti suatu jalan, suatu cara ). Mula-mula
metode diartikan secara harfiah sebagai suatu jalan yang harus ditempuh, menjadi
penyelidikan atau penelitian berlangsung menurut suatu rencana tertentu. Metode
penelitian secara harfiah menggambarkan jalan atau cara penelitian tersebut dicapai
atau dibangun.35 Metodologi penelitian merupakan penelitian yang menyajikan
bagaimana cara atau prosedur, maupun langkah-langkah yang harus diambil dalam
suatu penelitian ecara sistematis dan logis sehingga dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.36
1.

Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah penelitian hukum

yuridis normatif atau penelitian hukum doktrinal yaitu penelitian hukum yang
menggunakan sumber data sekunder atau data yang diperoleh melalui bahan-bahan
pustaka dengan meneliti sumber-sumber bacaan yang relevan dengan tema penelitian,
meliputi penelitian terhadap azas-azas hukum, sumber-sumber hukum, teori hukum,
buku-buku, peraturan perundang-undangan yang bersifat teoritis ilmiah serta dapat
menganalisa permasalahan yang dibahas.37
Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal dikonsepkan
sebagai apa yang tertulis di dalam peraturan perundang-undangan (law as it is
35
Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang : Bayu Media
Publishing, 2008), hal. 25 – 26.
36
Sutrisno Hadi, Metodologi Riset Nasional, (Magelang : Akmil, 1987) hal. 8.
37
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta : Rajawali Pers, 2010), hal. 13-14.

20

written) atau hukum yang dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan
patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.38
Penelitian hukum doktrinal dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan
peraturan perundangan. Peraturan tersebut dikumpulkan dengan cara mengkoleksi
publikasi-publikasi dan dokumen-dokumen yang mengandung peraturan-peraturan
hukum positif. Setelah bahan-bahan tersebut terkumpul, kemudian diklasifikasi
secara sistematis untuk melakukan inventarisasi data sebagai bahan perpustakaan saat
melakukan penelitian serta mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam
peraturan perundangan di Indonesia.39
Penelitian ini bersifat preskriptif analitis, yang mempelajari tujuan hukum,
nilai-nilai keadilan, validalitas aturan hukum, konsep-konsep hukum dan normanorma hukum. Suatu penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan saran-saran
mengenai apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah tertentu.40
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan perundang-undangan (statute
aprroach) yang dilakukan dengan mencari dan menelaah semua peraturan perundangundangan dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang
ditangani. Oleh karena itu untuk memecahkan suatu isu hukum harus menelusuri
berbagai produk peraturan perundang-undangan.41Dalam hal ini dilakukan studi

38

Muslan Abdurrahman, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, (Malang: UMM Press,
2009), hal. 127.
39
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : Rajawali Pers, 2011), hal.
81-82.
40
Soekanto, Soerjono, Op.Cit., hal.10.
41
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana, 2010), hal.93.

21

pustaka yang segala sesuatunya berkaitan dengan pengaturan hukum mengenai
Perlindungan Hukum Terhadap Rahasia Dagang Perusahaan Dalam Hubungan Kerja.
2.

Sumber Data Penelitian
Berhubung metode penelitian adalah penelitian hukum normatif maka sumber

data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari bahan penelitian
yang berupa bahan-bahan hukum, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder dan bahan hukum tersier, seperti:42
a.

Bahan Hukum Primer yaitu : bahan-bahan hukum atau dokumen peraturan yang
mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang berupa bahan pustaka yang
berisikan peraturan perundang-undangan, yang antara lain terdiri dari :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
2. Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa.
3. Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.
4. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tantang Ketenagakerjaan.
5. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
6. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
7. Peraturan perundangan lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

b.

Bahan Hukum Sekunder yaitu :bahan-bahan hukum yang berkaitan erat dan
memberikan penjelasan bahan hukum primer yang ada dan dapat membantu
untuk proses analisis seperti buku-buku yang ditulis para ahli hukum, doktrin /
42

Ibid., hal.23-24.

22

pendapat / ajaran dari para ahli hukum, hasil seminar, sumber dari laman dunia
maya / internet yang memiliki kaitan erat dengan permasalahan yang menjadi
objek penelitian.
c.

Bahan Hukum Tersier yaitu : semua bahan yang memberikan petunjuk,
penjelasan dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer
dan sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, ensiklopedia dan lain-lain.

3.

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan

studi pustaka, yaitu menghimpun data dari hasil penelaahan bahan pustaka atau data
sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan
hukum tersier. Untuk memperoleh data sekunder yang berupa bahan hukum primer,
sekunder dan tersier, dalam penelitian ini akan menggunakan alat penelitian studi
dokumen/pustaka

atau

penelitian

pustaka

(library

research)

dengan

cara

mengumpulkan semuaperaturan perundangan, dokumen-dokumen hukum dan bukubuku yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.43
4.

Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan menguraikan data ke

dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan data.44
Dalam penelitian ini bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan
hukum tersier yang sebelumnya telah disusun secara sistematis kemudian akan

43

Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hal. 156-159.
44
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,( Bandung : Remaja Rosdakarya, 1993 ),
hal. 103.

23

dianalisa dengan menggunakan prosedur logika ilmiah yang sifatnya kualitatif.
Kualitatif berarti akan dilakukan analisa data yang bertitik tolak dari penelitian
terhadap asas atau prinsip sebagaimana yang diatur di dalam bahan hukum primer
dan kemudian akan dibahas lebih lanjut menggunakan sarana pada bahan hukum
sekunder, yang tentunya akan diupayakan pengayaan sejauh mungkin dengan
didukung oleh bahan hukum tersier. Dalam hal penelitian ini menggunakan metode
deduktif yaitu penarikan kesimpulan dari yang umum ke yang khusus.
Adapun tahapan untuk menganalisa bahan-bahan hukum yang telah ada
tersebut, secara sederhana dapat diuraikan dalam beberapa tahapan :
1.

Tahapan pengumpulan data, yakni mengumpulkan dan memeriksa bahan-bahan
pustaka misalnya ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
langsung dengan permasalahan yang sedang diteliti.

2.

Tahapan pemilahan data, dalam tahapan ini seluruh data yang telah dikumpulkan
sebelumnya akan dipilah-pilah secara sistematis dengan mempedomani konteks
yang sedang diteliti, sehingga akan lebih memudahkan dalam melakukan kajian
lebih lanjut terhadap permasalahan di dalam penelitian tesis ini;

3.

Tahapan analisis data dan penulisan hasil penelitian, sebagai tahapan klimaks
dimana seluruh data yang telah diperoleh dan dipilah tersebut akan dianalisa dengan
seksama dengan melakukan interpretasi / penafsiran yang diperlukan dengan
berpedoman terhadap konsep, asas dan kaidah hukum yang dianggap relevan dan
sesuai dengan tujuan utama daripada penelitian ini. Hasil penelitian kemudian akan
dituangkan dalam bentuk tertulis yang diharapkan akan dapat menjawab
permasalahan yang ada, sehingga hasil penelitian ini akan dapat dijadikan sebagai
referensi ilmiah.