Perlindungan Hukum Terhadap Rahasia Dagang Perusahaan Dalam Hubungan Kerja”. (Studi Kasus Putusan MARI Nomor 783 K Pid.Sus 2008)

24

BAB II
HUBUNGAN RAHASIA DAGANG DENGAN PERJANJIAN KERJA
A. Tinjauan Umum Tentang Rahasia Dagang
1.

Pengertian Rahasia Dagang
Istilah rahasia dagang berbeda-beda di beberapa negara. Di Amerika Serikat

pengertian rahasia dagang dalam pengertian luas terdapat dalam Uniform Secret
Trade Act (UTSA), suatu undang-undang yang telah diadopsi oleh 39 negara bagian di
Amerika Serikat. Rahasia dagang didefinisikan sebagai informasi termasuk suatu
rumus, pola-pola, kompilasi, program, metode teknik atau proses yang menghasilkan
nilai ekonomis secara mandiri, nyata dan potensial. Informasi itu sendiri bukan
merupakan informasi yang diketahui umum dan tidak mudah diakses oleh orang lain
untuk digunakan sehingga yang bersangkutan mendapat keuntungan ekonomis.45
Sementara dalam Uniform Trade Secret Act (Canada) menyatakan bahwa
rahasia dagang merupakan setiap informasi yang dapat digunakan dalam suatu
perdagangan yang tidak merupakan informasi umum dan memiliki nilai ekonomis.
Dari ketentuan Uniform Trade Secret Act (Canada) dapat dilihat bahwa undangundang tersebut tidak hanya membatasi bentuk rahasia dagang pada suatu rumus,

pola rencana, kompilasi, program komputer, teknik, proses, produk, perangkat atau
mekanisme semata-mata.46

45

Ahmad M Ramli, Perlindungan Rahasia Dagang Dalam UU No. 30/2000 Dan
Perbandingannya Dengan Beberapa Negara, (Bandung: Mandar Maju, 2001), hal. 6.
46
Ibid. hal. 6.

24

25

Sedangkan pengertian rahasia dagang di Indonesia yang tercantum dalam
ketentuan UU Rahasia Dagang, Pasal 1 Ayat (1) yang berbunyi : “Rahasia Dagang
adalah informasi di bidang teknologi dan atau bisnis yang tidak diketahui umum,
mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga
kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang”.
Jika diperhatikan rumusan yang diberikan, akan dapat ditarik suatu bahwa

pengertian rahasia dagang terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :
a. Adanya pengertian mengenai informasi;
b. Informasi tersebut merupakan informasi yang tidak diketahui oleh umun;
c. Informasi tersebut berada dalam lapangan teknologi dan/atau bisnis;
d. Informasi tersebut harus memiliki nilai ekonomi;
e. Informasi tersebut harus dijaga kerahasiannya oleh pemiliknya.
1) Informasi
Informasi adalah keterangan atau berita mengenai gagasan, peristiwa,
keadaan, kegiatan, atau proses tertentu dalam bentuk tertentu. Pada umumnya,
informasi dapat digolongkan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :
1. Informasi terbuka (disclosed information), yaitu informasi yang boleh atau
patut diketahui oleh siapa saja sebagai anggota masyarakat karena bermanfaat.
2. Informasi tertutup/rahasia (secret information), yaitu informasi yang tidak
boleh diketahui siapa saja, kecuali petugas atau pejabat yang diberi wewenang
untuk melaksanakan dan menyimpan informasi rahasia tersebut.
Informasi rahasia dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis menurut
pemilik atau sumbernya, yaitu:47
47

Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung:

PT. Citra Aditya Bakti, 2001), hal. 246.

26

1. Rahasia Pribadi (private secret), dimiliki seseorang yang patut dirahasiakan,
misalnya catatan harian pengusaha melalui sekretarisnya, kisah kehidupan
pribadi masa lalu, kiat sukses dalam pemasaran.
2. Rahasia Politik (political secret), dimiliki oleh negara atau partai politik
misalnya rahasia jabatan, strategi penguasaan suatu wilayah, pembatasan
\ruang gerak partai politik, strategi mempertahankan kekuasaan.
3. Rahasia Pertahanan dan Keamanan (defence and security secret), dimiliki
negara, misalnya strategi pengembangan militer, pembangunan pabrik senjata,
pertahanan negara yang efektif, daerah kawasan militer.
4. Rahasia Dagang (trade secret), dimiliki perusahaan atau pengusaha, misalnya
penemuan teknologi, proses produksi dan pemasaran, manajemen perusahaan,
formula produk berkualitas, program komputer dan komputerisasi data
prospek perusahaan.
Untuk mengetahui apakah informasi yang dimiliki perusahaan/pengusaha itu
termasuk rahasia dagang, perlu dipenuhi 4 (empat) kriteria utama berikut ini:48
1. Informasi itu mempunyai nilai ekonomi (economic value), artinya

menghasilkan keuntungan ekonomi bagi perusahaan yang menggunakannya.
2. Informasi itu mempunyai nilai rahasia (secret value), artinya ide baru yang
belum diketahui oleh pihak lain, bernilai strategis dalam menghadapi pesaing,
dan prospek usaha cerah melalui pengembangan proses produksi dan
pemasaran.
3. Informasi itu termasuk lingkup perindustrian dan perdagangan (scope of
industry and trade), lingkup perindustrian ini meliputi aspek tata niaga.
4. Terbukanya kerahasiaan (disclosure of secrecy), informasi mengakibatkan
kerugian bagi pemiliknya karena informasi itu berpindah dan ikut
dimanfaatkan oleh pihak pesaing.
2) Tidak Diketahui Oleh Umum
Informasi tidak diketahui umum, bermakna bahwa ada sifat kerahasiaan.
Artinya informasi itu bersifat eksklusif, hanya si pemegang informasi tersebut sajalah
yang dapat mengetahui rahasia itu.49

48

Ibid. hal. 247.
H. Ok. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),
(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010). Hal 450.

49

27

Rumusan Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 cenderung
memperluas limitasi yang diberikan dalam pengertian rahasia dagang tersebut.
Adapun rumusan ketentuan Pasal 3 ayat (2) Undang-undang Rahasia Dagang adalah
sebagai berikut: “Informasi dianggap bersifat rahasia apabila informasi tersebut hanya
diketahui oleh pihak tertentu atau tidak diketahui secara umum oleh masyarakat.”
Misalnya, Coca-cola mempunyai rahasia berupa rumus tertentu dalam membuat
minumannya hingga terkenal sebagai salah satu minuman yang terlaku di dunia. Ada
suatu formula tertentu yang khas serta tidak dapat diketahui oleh pihak luar secara
umum. Demikian pula dengan Hamburger dan Mc.Donald yang juga mempunyai
selera khas dan cara membuatnya yang membuat terkenal sekali dan sukar ditiru oleh
orang.
Demikian pula ada formula-formula tertentu yang merupakan informasi
tertutup bagi pihak luar. Inilah yang membuatnya mempunyai suatu sifat rahasia dan
penting untuk usaha perdagangannya. Jadi, informasi ini tidak diketahui oleh umum.
Beberapa faktor yang dapat digunakan untuk menilai informasi yang dimiliki
dilindungi sebagai rahasia dagang, antara lain adalah sebagai berikut :50

1. Sampai seberapa jauh informasi tersebut diketahui oleh orang-orang di luar
bidang usaha tersebut;
2. Sampai seberapa jauh informasi tersebut diketahui oleh karyawan atau pihak
lain yang berhubungan dengan bidang usaha tersebut;

50

Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Rahasia Dagang, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2001), hal 80.

28

3. Sampai seberapa jauh usaha telah dilakukan oleh perusahaan untuk menjaga
kerahasiaan informasi yang dirahasiakan tersebut;
4. Nilai komersial informasi tersebut bagi perusahaan maupun kompetitornya;
5. Tingkat kesulitan bagi pihak lain untuk memperoleh atau menduplikasikan
informasi rahasia tersebut.
3) Dalam Lapangan Teknologi dan/atau Bisnis
Limitasi kedua yang diberikan dalam definisi rahasia dagang oleh Undangundang No. 30 Tahun 2000 adalah informasi tersebut harus berada dalam bidang
teknologi atau bisnis. Jadi, ini adalah suatu rahasia di bidang teknologi dan/atau

bisnis, bukan di bidang lain. Bidang teknologi ini dipakai oleh bisnis. Bisnis ini
dalam perdagangan usaha suatu usahawan tertentu. Harus merahasiakan sesuatu
untuk dapat meneruskan dan membuat laku barangmya itu. Kalau sudah diketahui
oleh umum dan setiap orang bisa membuat, maka sifat khas dari produknya itu sudah
hilang dan tidak mempunyai kekuatan rahasia dagang lagi.
Adapun yang dimasukkan dalam informasi teknologi, adalah :51
1.

Informasi tentang penelitian dan pengembangan suatu teknologi;

2.

Informasi tentang produksi/proses;

3.

Informasi mengenai kontrol mutu.
Sedangkan yang dimaksud dalam informasi bisnis, adalah :
a. Informasi yang berkaitan dengan penjualan dan pemasaran suatu produk;
b. Informasi yang berkaitan dengan para langganan;

51

Adrian Sutedi, Hak atas Kekayaan Intelektual, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007), hal. 122.

29

c. Informasi tentang keuangan;
d. Informasi tentang administrasi.
4) Memiliki Nilai Ekonomi
Limitasi ketiga yang diberikan dalam definisi rahasia dagang adalah
“memiliki nilai ekonomi”. Rumusan Pasal 3 ayat (3) Undang-undang No. 30 Tahun
2000 merumuskan bahwa : “Informasi dianggap memiliki nilai ekonomi apabila sifat
kerahasiaan informasi tersebut dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha
atau usaha yang bersifat komersial atau dapat meningkatkan keuntungan secara
ekonomi.”
Makna menjalankan kegiatan yang bersifat komersial, menunjukkan bahwa
informasi tersebut akan bermanfaat dan menguntungkan jika dilakukan secara massal,
dan tidak hanya diperuntukkan dan dipergunakan secara terbatas. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam rahasia dagang, yang dirahasiakan adalah suatu sistem,
prosedur, tata cara, proses, formula dan bukan produk itu sendiri. Melalui rangkaian

kegiatan dengan mempergunakan sistem, tata cara, proses, dan/atau formula yang
dirahasiakan, produk barang atau jasa yang dihasilkan ini diharapkan dapat
memberikan keuntungan secara ekonomis52 dalam kegiatan usaha dari seorang
pemilik rahasia dagang ini.
5) Kewajiban Untuk Menjaga Kerahasiaan Oleh Pemiliknya

52

Gunawan Widjaja, Op.cit., hal. 82.

30

Suatu informasi teknik maupun bisnis yang dimiliki oleh seseorang atau
badan hukum walaupun bernilai ekonomis, tetapi pemiliknya tidak berupaya untuk
menjaga kerahasiannya, tidak dapat dikategorikan sebagai rahasia dagang.53
Ketentuan Pasal 3 ayat (4) Undang-undang No. 30 Tahun 2000 menentukan
bahwa : “Informasi dianggap dijaga kerahasiannya apabila pemilik atau para pihak
yang menguasainya telah melakukan langkah-langkah yang layak dan patut.”
Adapun yang dimaksud dengan langkah yang layak dan patut adalah langahlangkah baik eksternal maupun internal perusahaan yang dilakukan agar informasi
yang dianggap rahasia tersebut tidak dapat dengan mudah diakses, atau diketahui oleh

orang yang tidak berhak, baik karyawan maupun bukan karyawan. 54 Misalnya dalam
suatu perusahaan ada prosedur baku cara penyimpanan arsip-arsip yang dirahasiakan.
Adanya perjanjian kerahasiaan yang ditandatangani oleh karyawan ketika awal
penerimaan pegawai atau pekerja yang berkerja di lingkungan rahasia itu
dioperasionalkan sehingga rahasia itu benar-benar terlindungi.
Banyak pengertian dari rahasia dagang itu sendiri, baik menurut ketentuan
hukum nasional maupun menurut negara lainnya. Namun pada prinsipnya bahwa
rahasia dagang merupakan segala informasi yang tidak diketahui oleh umum dalam
rangka kegiatan perdagangan. Informasi yang sangat strategis sifatnya ini memiliki
potensi mengandung nilai ekonomis yang tinggi karena dapat digunakan untuk alat
bersaing dengan para competitor. Apabila informasi rahasia itu bocor atau disadap
53

Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, (Yogyakarta : FH UII Press, 2006), hal,

54

Gunawan Widjaja, Op.cit., hal. 83.

253.


31

oleh pihak lain, maka hilanglah sifat rahasianya itu, dan pemiliknya akan mengalami
kerugian atau kehilangan keuntungan yang diharapkan timbul dari informasi rahasia
tersebut.
2.

Lingkup Perlindungan Rahasia Dagang
Perumusan secara resmi dalam UU Rahasia Dagang tentang apa yang

merupakan lingkup rahasia dagang diatur dalam Pasal 2. Menurut Pasal 2 UU
Rahasia Dagang lingkup perlindungan rahasia dagang meliputi informasi tentang
metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan atau informasi lainnya di
bidang teknologi dan atau bisnis yang bernilai ekonomi dan tidak diketahui oleh
masyarakat umum.
Dengan kata lain, informasi yang dilindungi oleh UU Rahasia Dagang adalah
informasi:
1. Di bidang teknologi atau bisnis;
2. Meliputi metode produksi, metode pengelolahan, metode penjualan atau
informasi lain;
3. Memiliki nilai ekonomis karena menghasilkan keuntungan;
4. Memiliki nilai rahasia karena hanya diketahui oleh orang tertentu saja.
Ada persyaratan lain yang juga harus dipenuhi bagi pemilik rahasia dagang
apabila haknya ingin tetap dapat dilindungi oleh Undang-undang Rahasia Dagang dan
persyaratan itu diatur dalam Pasal 3
menyatakan:

Undang-Undang Rahasia Dagang yang

32

(1) Rahasia dagang mendapat perlindungan apabila informasi tersebut bersifat
rahasia, mempunyai nilai ekonomis dan dijaga kerahasiaannya melalui upaya
sebagaimana mestinya.
(2) Informasi dianggap bersifat rahasia apabila informasi tersebut hanya diketahui
oleh pihak tertentu atau tidak diketahui secara umum oleh masyarakat.
(3) Informasi dianggap memiliki nilai ekonomi apabila sifat kerahasiaan informasi
tersebut dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan atau usaha yang bersifat
komersil atau dapat meningkatkan keuntungan secara ekonomi.
(4) Informasi dianggap dijaga kerahasiannya apabila pemilik atau para pihak yang
menguasainya telah melakukan langkah-langkah yang layak dan patut.
Upaya-upaya sebagaimana mestinya, yang dirumuskan dalam Pasal 3 ayat (1)
UU Rahasia Dagang adalah semua langkah yang memuat kewajaran, kelayakan dan
kepatutan yang harus dilakukan. Misalnya, suatu perusahaan harus ada prosedur baku
berdasarkan praktek umum yang berlaku di tempat-tempat lain dan/atau dituangkan
ke dalam ketentuan internal perusahaan itu sendiri. Demikian pula dalam ketentuan
internal perusahaan yang dapat diterapkan bagaimana rahasia dagang itu dijaga dan
yang bertanggung jawab atas kerahasiaan itu.55
Jadi, misalnya suatu pedoman menyimpan rahasia atau yang banyak dijumpai
dalam praktek jika dilakukan suatu perjanjian khusus dengan pegawai yang diterima
untuk bekerja di perusahaan itu, Ada suatu klausula tertentu yang melarang
membocorkan apa yang dianggap rahasia itu kepada pihak lain. mereka harus tetap
55

Penjelasan atas Pasal 3 UU Rahasia Dagang.

33

memelihara kerahasiaan dan itu dicantumkan dalam kontrak kerja mereka. Demikian
pula waktu diberikan lisensi pada orang lain untuk memakai rahasia dagang ini dan
memasarkannya, mereka juga wajib untuk cepat memelihara kerahasiaan dari rahasia
dagang ini. Ini adalah langkah-langkah yang dalam praktek dianggap layak dan
patut.56
Perlindungan terhadap rahasia dagang diberikan secara otomatis (tanpa
pendaftaran) dan diberikan selama kerahasiaan terjaga dan tidak diumumkan.57
Perlindungan rahasia dagang juga diberikan secara terbalik, yakni tidak mewajibkan
suatu perusahaan untuk menyerahkan informasi tertentu yang sensitif. Hal ini
mencakup :58
1.

Metode penjualan : Perusahaan tidak diwajibkan mengungkapkan strategistrategi yang dilakukan untuk meningkatkan penjualan/omset yang besar,
misalnya cara pembayaran kredit, tunai, kebijakan diskon (terbuka/terselubung),
kebijakan harga (distributor, ritel), serta strategi promosi (terbuka/terselubung).

2.

Metode produksi : tercakup dalam kategori ini adalah hasil penelitian, hasil riset
pasar dan langkah yang hendak dilakukan terhadap pengembangan dari hasil
tersebut, termasuk teknik penggunaan mesin-mesin, treatment terhadap bahan,
dan teknik pengolahan.

56

Sudargo Gautama, dkk, Komentar Atas Undang-Undang Rahasia DagangTahun 2000,
(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), hal. 100.
57
Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum Dalam Ekonomi, (Jakarta: Grasindo,
2007), hal. 135.
58
Haris Munandar, Sally Sitanggang, Mengenal HAKI Hak Cipta, Paten, Merek dan selukbeluknya, (Jakarta : Erlangga, 2008) hal. 77.

34

3.

Komposisi ramuan : perusahaan tidak diharuskan melaporkan penggunaan
bahan-bahan yang dipakai untuk formula, sehingga dapat menghasilkan produk
yang lebih unggul, misalnya kualitas bahan yang digunakan. Contohnya adalah
dalam pembuatan obat, jamu, kosmetik, minuman ringan dan sebagainya.
Pada umumnya banyak perusahaan tidak menyadari bahwa sebenarnya

perusahaannya memiliki informasi yang tergolong rahasia dagang yang sebenarnya
mempunyai nilai komersial dan menjadi dasar keunggulan kompetitif yang perlu
dilindungi, antara lain sebagai berikut :59
1.

Berkaitan dengan teknologi organis.
a. Produk perawatan kecantikan (krim untuk badan, lipstik, krim muka,
shampoo).
b. Produk rumah tangga (sabun, pengharum, cairan pengkilap perabot).
c. Resep produk makanan (minuman ringan, saos, bumbu masak).

2.

Berkaitan dengan teknologi canggih.
a. Circuit terpadu elektronik (chips).
b. Teknik produksi dalam pabrik.
c. Program komputer.
d. Proses fotografi.
e. Data pengujian produk farmasi.

3.

Berkaitan dengan metode dagang/bisnis.
a. Data tentang biaya produksi dan harga.
59

Adrian Sutedi, Hak atas Kekayaan Intelektual, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007), hal. 125.

35

b. Materi promosi yang belum dipublikasikan.
c. Teknik marketing dan data dermatogis (penduduk).
d. Proses produksi dan penyiapan makanan.
e. Metode pembelajaran untuk dansa.
4.

Berkaitan dengan daftar langganan.
a. Informasi rute perjalanan salesman.
b. Data order melalui surat-menyurat (mail order).
c. Sifat-sifat dan uraian demografis tentang para langganan.

5.

Berkaitan dengan pengetahuan bisnis.
a. Waktu/jadwal pasokan suku cadang.
b. Alternatif pemasok suku cadang.
c. Nama-nama pengambil keputusan dalam perusahaan langganan.
Adapun hal-hal yang tidak termasuk rahasia dagang, yaitu semua informasi

yang telah menjadi milik umum adalah bukan merupakan rahasia dagang, seperti
bahan promosi, iklan, spesifikasi teknis, buku petunjuk pengoperasian dan sebagainya
secara bebas dibagikan kepada khalayak ramai, mengandung informasi yang tidak
lagi merupakan suatu rahasia dagang.
Kecenderungan dipilihnya bentuk perlindungan melalui rahasia dagang
setidaknya dilandasi oleh 2 (dua) alasan, yaitu:
1.

Karena seringkali substansi yang diinginkan untuk mendapat perlindungan
merupakan hal yang tidak dapat diberi paten seperti hal nya daftar pelanggan
perusahaan, data keuangan, nota-nota bisnis dan lain-lain.

36

2.

Mungkin juga hal yang ingin dilindungi sebenarnya memungkinkan untuk diberi
hak paten, tetapi investor lebih memilih bentuk perlindungan rahasia dagang
karena berbagai alasan seperti jangka waktu perlindungan yang tidak terbatas,
nilai kerahasiaan yang lebih terjamin, mahalnya biaya di kantor paten dan
formalitas pendaftaran yang lebih rumit.
Untuk lebih jelasnya berikut ini dipaparkan keuntungan-keuntungan dan

kerugian-kerugian sistem perlindungan rahasia dagang. Adapun keuntungankeuntungan perlindungan rahasia dagang adalah60
1.

2.

3.

Dibandingkan dengan jangka waktu perlindungan atas paten yang hanya 20
tahun di Indonesia maka perlindungan melalui rahasia dagang lebih
menguntungkan karena jangka waktunya yang tidak terbatas. Untuk penemuanpenemuan dan rumus-rumus di bidang produksi perdagangan jangka waktu ini
menjadi demikian penting karena jika dilindungi dengan Paten maka setelah
habis jangka waktunya itu maka informasi akan menjadi milik umum dan setiap
orang dapat mengaksesnya tanpa perlu takut dinyatakan sebagai pelanggar HKI,
sedangkan informasi itu sendiri merupakan salah satu potensi strategis yang
seharusnya dipegang teguh untuk dapat bersaing dengan kompetitor. Melalui
sistem perlindungan rahasia dagang, maka informasi itu dapat dilindungi
seterusnya dan haknya tetap melekat pada pemiliknya. Rahasia dagang pun
seringkali tidak memenuhi syarat paten. Disamping itu perlu juga dipenuhi
syarat-syarat seperti harus ada unsur kebaruan, dan dapat diterapkan dalam
industri.
Melalui sistem perlindungan rahasia dagang, maka segala informasi penting
perusahaan akan tetap terjaga kerahasiaannya, karena informasi itu tetap bersifat
tertutup, hal ini sangat penting mengingat keterbukaan informasi tersebut dapat
dimanfaatkan oleh kompetitor untuk membuat produk yang sama.
Dalam sistem hukum paten hanya penemu pertama yang boleh mendaftarkan
patennya, namun dalam rahasia dagang hal ini tidak diatur artinya sepanjang
waktu orang boleh menyimpan rahasia dagangnya dan memelihara haknya dari
gangguan orang lain, tanpa perlu memikirkan apakah orang lain juga mempunyai
informasi serupa, dengan catatan bahwa informasi itu bukan informasi umum
atau milik umum.
60

Ahmad M. Ramli, HAKI Teori Dasar Perlindungan Rahasia Dagang, (Bandung: Mandar
Maju, 2000), hal. 79.

37

4.

5.

Dari segi biaya, perlindungan penemuan melalui rahasia dagang relatif lebih
murah dibandingkan dengan paten, karena tidak perlu mengeluarkan iuran
tahunan dan biaya-biaya yang berkaitan dengan formalitas pendaftaran seperti
halnya pada paten. Hal ini menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh
inventor.
Secara faktual terdapat hal-hal yang tidak dapat dilindungi paten, tetapi justru
dapat dilindungi oleh rahasia dagang, misalnya daftar pelanggan, formulirformulir, dan lain-lain. Informasi-informasi bisnis seringkali tidak merupakan hal
yang memenuhi syarat untuk dlindungi Paten, karena beberapa alasan seperti
tidak mengandung langkah inventif, kemungkinan adanya kesamaan dengan
penemu lain dan sebagainya.61
Sedangkan kerugian-kerugian perlindungan rahasia dagang adalah62

1.
2.

3.

3.

Rahasia dagang mungkin juga ditemukan oleh pihak ketiga sebagai kompetitor.
Upaya perlindungan rahasia dagang dapat mempengaruhi produktivitas karena
sistem perlindungannya yang sangat ketat sehingga memerlukan metode yang
sangat rapi termasuk dalam rangka hubungan perusahaan dengan karyawan. Hal
ini dapat mempengaruhi keberhasilan manufaktur, akibat hilangnya keuntungan
tambahan yang mestinya diperoleh karena sistem perlindungan ini.
Perlindungan atas rahasia dagang hanya akan berlangsung selama
kerahasiaannyan itu terjaga dengan baik, sekali rahasia itu terpublikasi oleh
pemiliknya, maka tidak akan ada lagi perlindungan oleh karena itu seorang
pemilik rahasia dagang harus mengeluarkan biaya dan tenaga yang terus menerus
untuk melindungi informasi yang dimilikinya itu, dengan pengertian lain bahwa
tanggung jawab perlindungan sepenuhnya diserahkan kepada pemilik informasi.
Hal ini berbeda dengan paten yang tidak membebankan kewajiban serupa karena
stelsel konstitutif telah secara langsung melindungi pemilik meskipun paten
tersebut telah dipublikasikan.
Hak dan Kewajiban Pemilik Rahasia Dagang
Undang-undang Rahasia Dagang membedakan antara rahasia dagang dan hak

rahasia dagang. Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang Rahasia Dagang dirumuskan
61

Langkah inventif menurut pasal 2 ayat 2 dan ayat 3 UU Nomor 13 Tahun 1997 adalah jika
penemuan tersebut bagi seorang yang mempunyai keahlian biasa mengenai teknik merupakan hal yang
tidak dapat diduga sebelumnya. Penilaian bahwa suatu penemuan merupakan hal yang tidak dapat
diduga harus dilakukan dengan memperhatikan keahlian yang ada pada saat diajukan permintaan paten
atau yang telah ada pada saat diajukan permintaan pertama dalam hal permintaan itu diajukan dengan
Hak Prioritas.
62
Ahmad M Ramli, opcit, hal. 81.

38

yang dimaksud dengan hak rahasia dagang adalah hak atas rahasia dagang yang
timbul berdasarkan undang-undang ini. Bila dirumuskan Pasal 1 angka 2 ini
dihubungkan dengan Pasal 1 angka 1, hak atas rahasia dagang adalah hak yang hanya
dipunyai pemilik rahasia dagang.
Pasal 4 UU Rahasia Dagang lebih lanjut menentukan hak-hak yang dimiliki
pemilik rahasia dagang itu, yaitu berhak untuk :
1.

Menggunakan sendiri rahasia dagang yang dimilikinya;

2.

Memberikan lisensi kepada atau melarang pihak lain untuk menggunakan rahasia
dagang atau mengungkapkan rahasia dagang itu kepada pihak ketiga untuk
kepentingan yang bersifat komersial.
Di samping pemilik rahasia dagang, UU Rahasia Dagang menyebut juga

istilah pemegang hak rahasia dagang. Namun, UU Rahasia Dagang tidak memberikan
penjelasan, baik pengertian pemilik maupun pemegang rahasia dagang. Bila dikaitkan
dengan ketentuan Pasal 5 UU Rahasia Dagang, pemegang rahasia dagang bisa
pemilik rahasia dagang atau bisa pula orang lain yang mendapatkan hak rahasia
dagang. Dengan kata lain, pemilik hak rahasia dagang sekaligus menjadi pemegang
hak rahasia dagang. Oleh karena itu, hak pemegang rahasia dagang sama saja dengan
hak pemilik rahasia dagang.63
Berdasarkan pasal 4 UU Rahasia Dagang ini, pemilik rahasia dagang
mempunyai hak monopoli untuk menggunakan sendiri rahasia dagang yang

63

Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual Perlindungan dan Dimensi
Hukumnya di Indonesia, (Bandung, PT. Alumni, 2003), hal. 400.

39

dimilikinya dalam kegiatan bisnis untuk memperoleh keuntungan ekonomis.
Ketentuan ini juga berarti bahwa hanya pemilik rahasia dagang yang berhak untuk
memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakan rahasia dagang yang
dimilikinya melalui perjanjian lisensi. Selain itu, pemilik rahasia dagang juga berhak
melarang pihak lain untuk menggunakan atau mengungkapkan rahasia dagang yang
dimilikinya kepada pihak ketiga apabila pengungkapan tersebut dilakukan untuk
kepentingan yang bersifat komersial.
Dengan kata lain, pemilik rahasia dagang mempunyai hak khusus terhadap
rahasia dagang yang dimiliki dalam hal berikut:
1.

Penggunaan Sendiri Rahasia Dagang
Pemilik rahasia dagang memiliki hak untuk menggunakan sendiri rahasia

dagangnya, artinya melaksanakan sendiri dalam perusahaan yang dijalankannya. Di
samping melaksanakan sendiri, pada waktu yang sama pemilik rahasia dagang boleh
memberikan lisensi kepada pihak lain untuk menggunakan rahasia dagangnya dan
melarang pihak lain mengungkapkan rahasia dagangnya untuk kepentingan yang
bersifat komersil.
2.

Pemberian Lisensi Kepada Pihak Lain
Pemilik rahasia dagang memiliki hak untuk memberikan lisensi kepada pihak

lain. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang hak rahasia dagang kepada
pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pemberian hak (bukan pengalihan
hak) untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu rahasia dagang yang diberi
perlindungan dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu.

40

Setiap perjanjian lisensi wajib dicatatkan pada Direktorat Jendral Hak
Kekayaan Intelektual dengan membayar biaya. Yang wajib dicatatkan pada
Direktorat Jenderal hanyalah mengenai data yang bersifat administratif dari perjanjian
lisensi dan tidak mencakup substansi rahasia dagang yang diperjanjikan. Bila tidak
dicatatkan, perjanjian lisensi tidak mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga.
Perjanjian lisensi yang tercatat pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual diumumkan dalam berita resmi rahasia dagang. Hal-hal yang diumumkan
dalam berita resmi rahasia dagang hanya mengenai data yang bersifat administratif
dan tidak mencakup substansi rahasia dagang yang diperjanjikan. Perjanjian lisensi
dilarang memuat ketentuan yang dapat menimbulkan akibat yang merugikan
perekonomian Indonesia atau memuat ketentuan yang mengakibatkan persaingan
usaha tidak sehat. misalnya, perjanjian lisensinya mengatur kewajiban yang dapat
dinilai tidak adil bagi penerima lisensi, seperti menghalangi proses alih teknologi ke
Indonesia. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual wajib menolak pencatatan
perjanjian lisensi yang demikian.
3.

Pelarangan Pihak Lain Menggunakan Rahasia Dagang
Pemilik rahasia dagang berhak melarang pihak lain menggunakan rahasia

dagangnya untuk kepentingan yang bersifat komersil. Pemilik rahasia dagang dapat
menggugat siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
pemberian lisensi kepada pihak lain atau menungkapkan rahasia dagangnya kepada
pihak ketiga, dalam bentuk tuntutan ganti kerugian dan/atau menghentikan perbuatan
yang dilarang tersebut. Gugatan penggugat diajukan ke dan didaftarkan pada

41

Pengadilan Negeri. Namun, pihak yang bersengketa boleh juga menyelesaikan
sengketa melalui arbitrase atau penyelesaian sengketa alternatif lainnya.
4.

Pengungkapan Rahasia Dagang
Pemilik rahasia dagang berhak melarang pihak lain mengungkapkan rahasia

dagangnya kepada pihak ketiga untuk tujuan komersial. Akan tetapi, menurut
ketentuan Pasal 15 Undang-Undang Rahasia Dagang (UURD), seseorang tidak
dianggap melakukan pelanggaran atas rahasia dagang apabila:64
a. Pengungkapan atau penggunaan rahasia dagang itu didasarkan pada
kepentingan pertahanan keamanan, kesehatan, atau keselamatan masyarakat,
b. Rekayasa ulang atas produk yang dihasilkan dari penggunaan rahasia dagang
milik orang lain dilakukan semata-mata untuk kepentingan pengembangan
lebih lanjut dari produk yang bersangkutan.
Di samping hak-hak tersebut dalam UU Rahasia Dagang disebutkan pula
bahwa pemilik rahasia dagang juga memiliki kewajiban, yaitu harus bersedia
mengungkapkan setiap bagian dari rahasia dagang serta proses penggunaannya secara
lengkap untuk kepentingan pembuktian dihadapan pengadilan. Hal ini memang
memiliki resiko bahwa rahasia dagang dapat terpublikasi, maka untuk mencegah hal
tersebut hakim dapat memerintahkan agar sidang dilakukan secara tertutup atas
permintaan para pihak yang bersengketa, baik dalam perkara perdata maupun perkara
pidana.65

64
65

Pasal 15 UU Rahasia Dagang.
Pasal 18 UU Rahasia Dagang.

42

Hal yang sama dilakukan pula oleh pengadilan di Amerika Serikat, di mana
pengadilan harus melindungi kerahasiaan suatu rahasia dagang dalam rangka proses
pemeriksaan dan proses litigasi pada umumnya. Setiap orang yang terlibatdalam
proses litigasi itu pun tidak boleh mengungkapkan rahasia dagang sebelum
memperoleh persetujuan dari pengadilan.66
Hal yang senada dianut pula oleh Kanada yang menetapkan bahwa pengadilan
dapat membuat perintah untuk melindungi rahasia dagang. Selama dalam proses
perkara pengadilan dapat melangsungkan dengar pendapat secara tertutup,
memerintahkan semua atau beberapa catatan proses penuntutan untuk disegel atau
memerintahkan setiap orang yang terlibat dalam proses penuntutan untuk tidak
mengungkapkan rahasia dagang dimaksud tanpa terlebih dahulu memperoleh
persetujuan dari pengadilan.67
Seorang pemilik rahasia dagang juga diwajibkan memelihara dan menjaga
kerahasiaan yang dimilikinya. Sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 168, dijaga

66

Pasal 5 UTSA (USA) selengkapnya berbunyi : "In an action under this Act, a court
shallpreserve the secrecy of an alleged trade secret by reasonable means, which may include granting
protective orders in connection with discovery proceedings, holding in-camera hearings, sealing the
records of the action, and ondering any person involved in the litigation not to disclose an alleged
trade secret without prior court approval.”
67
Pasal 11 UTSA (Canada) berbunyi : "(1) In any proceedings under this Act, the Court may,
at any time, on application, make an order directing by what means the trade secret at issue in the
proceedings is to be preserved during the course of the proceedings. (2) Without limiting the
generality of subsection (1), the Court may
(a) hold hearing in private,
(b) order that all or any of the records of the proceedings be sealed, or
(c) order any person involved in the proceedings not to disclose an alleged trade secret without
prior approval of the Court."
68
Pasal 1 UURD berbunyi : Rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh
umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan
usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang.

43

kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang. Hal itu dapat dilakukan melalui berbagai
langkah seperti melalui pembuatan kontrak yang isinya secara eksplisit mewajibkan
pihak lain untuk tidak membocorkan rahasia itu secara tertulis. Kontrak tertulis
semacam

ini

akan

sangat

membantu

khususnya

untuk

menghindarkan

kesalahpahaman atas ruang lingkup yang harus dirahasiakan.69
Kewajiban dalam memelihara kerahasian ini juga dapat di tempuh melalui
ketentuan-ketentuan yang bersifat implisit. Pada prinsipnya hukum akan melindungi
kerahasian itu berdasarkan asas-asas hukum perjanjian itu tidak hanya mencakup apa
yang telah secara eksplisit diperjanjikan, tetapi mencakup juga kebiasaan-kebiasaan
meskipun tidak secara tegas dinyatakan seperti tercantum dalam pasal 1347 BW yang
berbunyi : “Hal-hal yang menurut kebiasaan selamanya diperjanjikan, dianggap
secara diam-diam dimasukan dalam persetujuan, meskipun tidak dengan tegas
dinyatakan.”70
Bentuk pemeliharaan rahasia dagang juga dapat lahir karena adanya hubungan
antara pihak pemberi Informasi dan pihak yang menerimanya berdasarkan asas
keseimbangan dengan kata lain pihak satu harus melakukan kewajiban secara adil
terhadap pihak lainnya sebagai bukti adanya hubungan saling percaya satu sama lain,
Hal ini biasanya dituangkan dalam satu kontrak isinya tidak akan membocorkan
rahasia satu sama lain.71

69

Ahmad M. Ramli, HAKI Teori Dasar Perlindungan Rahasia Dagang, (Bandung: Mandar
Maju, 2000), hal. 82.
70
R. Subekti & R Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta : Pradnya
Paramita, 1980), hal. 308.
71
Francois Dessemonte, Protection of Trade Secrets and Confidential Information, (London,
Hague, Boston : Kluwer Law International, 1998), hal. 244.

44

Upaya menjaga kerahasiaan ini merupakan suatu yang bersifat wajib, karena
tindakan-tindakan yang bersifat lalai dapat menyebabkan pemilik rahasia dagang
kehilangan haknya. Sekali saja rahasia ini terlepas atau terpublikasi maka
perlindungan atas kepemilikannya menjadi terancam, berdasarkan hal itu maka
langkah perlindungan ini menjadi amat penting.72
Untuk mempertahankan eksistensi rahasia dagang maka pemiliknya harus
melakukan langkah-langkah konkret untuk melindunginya, langkah-langkah itu dapat
hal-hal berupa sebagai berikut :73
1.

2.

3.

4.

Pengungkapan rahasia dagang hanya dilakukan terhadap mereka yang perlu
mengetahuinya saja dengan persayaratan-persyaratan yang sifatnya rahasia.
Dengan demikian pengungkapan rahasia hendaknya hanya dilakukan stelah
adanya jaminan mmisalnya untuk kerjasama antar perusahaan pengungkapan
hanya dapat dilakukan setelah perjanjian ditandatangani.74
Rahasia dagang harus selalu dimasukan dalam kelompok informasi atau data
yang bersifat rahasia. Dengan demikian maka seluruh dokumen yang
mencantumkan rahasia dagang tersebut harus dibubuhi tanda “rahasia” dan
karyawan yang tidak berkepentingan dilarang mengetahui informasi itu.
Akses publik terhadap informasi itu dalam berbagai bentuk harus dihindari.
Termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan penelitian laboratorium, studi literatur,
perbandingan proses produksi dan lain-lain.
Dalam perjanjian kerja antara perusahaan dengan karyawan harus diatur secara
tegas ketentuan tentang larangan pengungkapan rahasia dagang di luar tugastugasnya seperti jika berhubungan dengan pihak lain yang tidak terikat dalam
perjanjian.

72

Roman Saliwanchik, Legal Protection for Microbiological and Genetic Engineering
Inventions, (London : Addison-Wesley Publishing Company, Advanced Book Program/Word Science
Division Reading, 1982), hal. 13.
73
Ibid., hal. 13-14.
74
Kinney and Lange, Overview of Intellectual Property for Business Lawyer, Minneapolis,
Minnesota, 1992.

45

4.

Pengalihan Hak Rahasia Dagang
Hak Rahasia Dagang ini diklasifikasikan sebagai hak milik, sehingga sebagai

hak milik, rahasia dagang dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Pengalihan
hak adalah proses pemindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan dari seseorang
kepada orang lain. Pengalihan hak milik dapat terjadi karena perbuatan hukum dan
peristiwa hukum. Pengalihan hak milik atas karena perbuatan hukum dapat terjadi
apabila pemegang hak milik atas rahasia dagang dengan sengaja mengalihkan hak
yang dipegangnya kepada pihak lain. Sedangkan pengalihan hak milik karena
peristiwa hukum, terjadi apabila pemegang hak meninggal dunia, maka dengan
sendirinya atau tanpa adanya suatu perbuatan hukum disengaja dari pemegang hak,
hak milik beralih kepada ahli waris pemegang hak.
Ketentuan mengenai pengalihan hak rahasia dagang diatur dalam Pasal 5 ayat
1 UU Rahasia Dagang yang menyatakan:
Hak rahasia dagang dapat beralih atau dialihkan dengan:
a. Pewarisan;
b. Hibah;
c. Wasiat;
d. Perjanjian tertulis; atau
e. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
Pengalihan hak rahasia dagang melalui pewarisan terjadi demi hukum sebagai
akibat meninggalnya pihak pemilik rahasia dagang, jelas mengakibatkan beralihnya

46

secara hukum semua hak-hak dan kewajiban yang melekat pada rahasia dagang dari
pewaris (pemilik rahasia dagang) kepada ahli warisnya.75
Sedangkan pengalihan melalui hibah dan wasiat tidak terjadi demi hukum,
melainkan harus dilakukan melalui perbuatan hukum tertentu, sehingga hak atas
rahasia dagang menurut hukum sah beralih atau dialihkan kepada penerima hibah dan
penerima wasiat. Peristiwa hukum tertentu tersebut didasarkan pada hukum yang
mengatur mengenai hibah dan wasiat sesuai dengan golongan penduduknya.76
Khusus untuk pengalihan hak atas dasar perjanjian, diperlukan adanya suatu
pengalihan hak yang didasarkan pada pembuatan suatu akta, terutama akta otentik.
Hal ini penting mengingat aspek yang dijangkau begitu luas dan pelik, selain untuk
menjaga kepentingan masing-masing pihak yang mengadakan perjanjian pengalihan
hak atas rahasia dagang tersebut.
Pengalihan hak rahasia dagang yang disebabkan oleh "sebab-sebab lain yang
dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan" dapat dijelaskan di sini misalnya
putusan pengadilan yang menyangkut kepailitan.
Pengalihan hak rahasia dagang di atas bersifat limitatif artinya proses
pengalihan hak rahasia dagang tersebut tidak boleh mencantumkan klausula time
constraint, dengan kata lain pengalihan hak itu bersifat final dalam arti tidak boleh
dibatasi oleh waktu.

75

Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual Perlindungan dan Dimensi
Hukumnya di Indonesia, (Bandung, PT. Alumni, 2003), hal. 401.
76
Ibid., hal. 401.

47

Pengalihan hak rahasia dagang wajib disertai dengan dokumen tentang
pengalihan hak.77 Ini berarti, pengalihan hak rahasia dagang harus dilakukan secara
tertulis, dalam artian pengalihan hak atas rahasia dagang harus dilakukan atau
dibuktikan dengan adanya dokumen pengalihan hak. Yang dimaksud dengan
dokumen pengalihan hak adalah dokumen yang menunjukkan terjadinya pengalihan
hak rahasia dagang.78
Segala bentuk pengalihan hak rahasia dagang wajib dicatatkan pada
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dengan membayar biaya.79 Yang wajib
dicatatkan pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual hanyalah mengenai hal
yang bersifat administraktif dari dokumen pengalihan hak dan tidak mengenai
substansi rahasia dagang. yang tidak dicatatkan pada Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual tidak mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga.80
Kemudian, selain dicatatkan pengalihan hak rahasia dagang tersebut juga
diumumkan dalam Berita Resmi Rahasia Dagang.81 hal-hal yang diumumkan itu
hanya mengenai data yang bersifat administratif dan tidak mencakup substansi
rahasia dagang yang diperjanjikan.
Hak atas rahasia dagang ternyata dapat juga diberikan kepada orang lain
melalui perjanjian lisensi. Hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam Pasal 6 UU
Rahasia Dagang , yang berbunyi :
77

Pasal 5 ayat (2) UU Rahasia Dagang.
Penjelasan pasal 5 ayat (2) UU Rahasia Dagang.
79
Pasal 5 ayat (3) UU Rahasia Dagang.
80
Pasal 5 ayat (4) UU Rahasia Dagang.
81
Pasal 5 ayat (5) UU Rahasia Dagang.
78

48

“Pemegang hak rahasia dagang berhak memberikan lisensi kepada pihak lain
berdasarkan perjanjian lisensi untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 482, kecuali diperjanjikan lain.”
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang hak rahasia dagang kepada
pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pemberian hak (bukan pengalihan
hak) untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu rahasia dagang yang diberi
perlindungan dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu.83 Dari rumusan
tersebut dapat ditarik beberapa unsur, yaitu:
a.

adanya izin yang diberikan oleh pemegang hak rahasia dagang.

b.

izin tersebut diberikan dalam bentuk perjanjian.

c.

izin tersebut merupakan pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi (yang
bukan bersifat pengalihan hak rahasia dagang).

d.

izin tersebut diberikan untuk rahasia dagang yang memenuhi syarat untuk
dilindungi.

e.

izin tersebut diberikan dengan waktu tetentu dan syarat tertentu.
Dari ketentuan ini, UU Rahasia Dagang juga sebagaimana pada Hak

Kekayaan Intelektual lainnya tidak memasukkan lisensi sebagai salah satu pengalihan
hak rahasia dagang. Memang berbeda antara pengalihan dan pemberian hak rahasia
dagang. Dalam pengalihan hak rahasia dagang, yang beralih tidak hanya manfaat
82

Pasal 4 UU Rahasia Dagang berbunyi :Pemilik rahasia dagang memiliki hak untuk :
1. Menggunakan sendiri rahasia dagang yang dimilikinya;
2. Memberikan lisensi kepada atau melarang pihak lain untuk menggunakan rahasia
dagang atau mengungkapkan rahasia dagang itu kepada pihak ketiga untuk kepentingan
yang bersifat komersial.
83
Pasal 1 angka 5 UU Rahasia Dagang

49

ekonomi dari rahasia dagang saja, melainkan termasuk hak moralnya atas rahasia
dagang. Sedangkan pemberian hak rahasia dagang hanya terbatas pada pengalihan
manfaat ekonomi dari suatu rahasia dagang kepada orang lain, sehingga orang lain
tersebut dapat juga menikmati manfaat ekonomi dari suatu rahasia dagang untuk
jangka waktu tertentu.84
Berbeda dengan perjanjian yang menjadi dasar pengalihan rahasia dagang,
lisensi hanya memberikan hak secara terbatas untuk menikmati manfaat ekonomi saja
dan dengan waktu yang terbatas pula. Dengan demikian, lisensi diberikan untuk
pemakaian atau penggunaan rahasia dagang dalam jangka waktu tertentu.
Lisensi dalam pengertian yang lebih lanjut senantiasa melibatkan suatu bentuk
perjanjian (kontrak tertulis) dari pemberi lisensi dan penerima lisensi. Perjanjian
tersebut juga berfungsi sebagai dan merupakan bukti pemberian izin dari Pemberi izin
lisensi kepada Penerima Lisensi untuk menggunakan nama dagang, paten atau hak
milik lainnya (Hak atas Kekayaan Intelektual).85 Tanpa adanya izin tersebut, maka
tindakan atau perbuatan penggunaan tersebut merupakan suatu tindakan yang
terlarang, yang tidak sah, yang merupakan perbuatan melawan hukum.86
Perjanjian Lisensi merupakan salah satu jenis kontrak bisnis yang berkaitan
dengan Hak Atas Kekayaan Inteltual. Ia bukanlah salah satu jenis Hak Atas Kekayaan
Intelektual, melainkan merupakan media yang menampung pengaturan hak dan

84
85

Rachmadi Usman, Op.Cit., hal. 403.
Gunawan Widjaya, Seri Hukum Bisnis Lisensi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001),

hal. 9.
86

Gunawan Widjaja, Waralaba, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2003), hal. 3.

50

kewajiban pihak pemilik hak atas kekayaan intelektual dengan pihak lainnya yang
ingin menggunakan hak atas kekayaan intelektual tersebut secara komersial.
Kebebasan para pihak dalam pembuatan dan perumusan isi perjanjian lisensi diatur
dalam perundang-undangan hak atas kekayaan intelektual yang berlaku untuk
mencegah dan menanggulangi persaingan usaha tidak sehat.87
Adapun alasan-alasan yang dapat dipertimbangkan untuk memberikan lisensi
adalah hal-hal berikut :88
a.
b.
c.
d.
e.
f.

g.

Dengan memberikan lisensi dihasilkan uang.
Lisensi mempunyai pengaruh memperluas pasar (jarak, hambatan-hambatan
pemerintah, sifat dari produk).
Dilihat dari segi teknis, pemberian lisensi punya daya memperluas cakrawala.
Melalui lisensi dapat diadakan tukar menukar paket pengetahuan.
Lisensi dapat berakibat olehnya sendiri di produksi barang bersangkutan,
tentunya setelah terbukanya pasar.
Dengan lisensi dapat diperluas kepentingan, dengan jalan mendapatkan paket
bagian dalam perusahaan penerima lisensi, tentunya melalui tukar menukar
lisensi itu.
Pemberian lisensi dapat digunakan untuk menyelesaikan kemungkinan sengketa
oktroi (jika seseorang memiliki oktroi yang tidak begitu kuat, yang dengan aksi
pihak ketiga terancam oleh pembatalan, maka pihak ketiga ini dapat dihambat
aksinya lebih jauh dengan membrikan lisensi kepadanya dalam lingkungan oktroi
itu).
Selama memberikan lisensi, pemilik rahasia dagang tetap boleh melaksanakan

sendiri atau memberi lisensi kepada pihak ketiga berkaitan dengan rahasia dagang
yang dimilikinya.89 Hal ini merupakan penegasan prinsip bahwa lisensi bersifat

87

Sanusi Bintang dan Dahlan, Pokok-Pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis, (Bandung : Citra
Aditya Bakti, 2000) hal. 82.
88
Mr. Roeslan Saleh, Seluk Beluk Praktis Lisensi, (Jakarta : Sinar Grafika, 1991) hal. 13 – 14.
89
Pasal 7 UU Rahasia Dagang: Dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 6, pemegang hak rahasia dagang tetap dapat melaksanakan sendiri atau memberikan
Lisensi kepada pihak ketiga untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,
kecuali jika diperjanjikan lain.

51

noneksklusif, apabila diinginkan lisensi bersifat eksklusif. artinya hak rahasia dagang
tidak dapat lagi diberikan kepada pihak ketiga lainnya maka hal tersebut harus
dinyatakan secara tegas dalam perjanjian lisensi yang dimaksud.90
Kemudian, dalam UU Rahasia Dagang ditentukan bahwa perjanjian lisensi
wajib dicatatkan pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dengan dikenai
biaya.91 Terdapat konsekuensi yaitu perjanjian lisensi itu tidak mempunyai akibat
hukum terhadap pihak ketiga apabila perjanjian lisensi rahasia dagang itu tidak
dicatatkan pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.92 Jika perjanjian
lisensi itu dicatatkan, maka perjanjian lisensi itu akan diumumkan dalam Berita
Resmi Rahasia Dagang.93 Ketentuan mengenai pencatatan perjanjian lisensi itu diatur
dengan Keputusan Presiden.
Perjanjian lisensi rahasia dagang dilarang memuat ketentuan yang langsung
maupun tidak langsung merugikan perekonomian Indonesia atau memuat ketentuan
yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku.94 Misalnya, perjanjian lisensinya
mengatur kewajiban yang dapat dinilai tidal adil bagi penerima lisensi, seperti
menghalangi proses alih teknologi ke indonesia. Jika dalam perjanjian lisensi itu
mencantumkan hal-hal diatas, maka Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
wajib menolak pencatatan tesebut.
90

Advendi S & Elsi Kartika S, Hukum Dalam Ekonomi, (Jakarta : Grasindo, 2007), hal. 137.
Pasal 8 ayat (1) UU Rahasia Dagang.
92
Pasal 8 ayat (2) UU Rahasia Dagang.
93
Pasal 8 ayat (3) UU Rahasia Dagang.
94
Pasal 9 ayat (1) UU Rahasia Dagang.
91

52

B. Tinjauan Umum Mengenai Perjanjian Kerja
1.

Pengertian Perjanjian Kerja
Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji dengan suatu kata

sepakat kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal. Dengan adanya pengertian perjanjian seperti ditentukan di
atas, dapat diketahui bahwa kedudukan antara para pihak yang mengadakan
perjanjian adalah sama dan seimbang. Hal ini akan berlainan jika pengertian
perjanjian tersebut dibandingkan dengan kedudukan para pihak dalam perjanjian
kerja.
Dalam perjanjian pada umumnya dan perjanjian kerja pada khususnya asas
kebebasan berkontrak tetap menjadi asas yang utama, namun dalam ketentuan yang
mengatur tentang itu terdapat ketentuan-ketentuan tersendiri, hal ini dikarenakan
antara pihak yang mengadakan perjanjian kerja terdapat perbedaan-perbedaan
tertentu, baik mengenai kondisi, kedudukan hukum dan berbagai hal antara mereka
yang membuat perjanjian kerja. Pihak yang satu, dalam hal ini pekerja mempunyai
kedudukan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kedudukan dan kondisi dari
pihak lainnya yaitu pihak pengusaha atau majikan.
Adanya perbedaan yang prinsip antara perjanjian pada umumnya dengan
perjanjian kerja, merupakan suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Hal ini
disebabkan jika di dalam suatu perjanjian antara pihak yang membuatnya mempunyai
derajat dan kondisi yang sama serta mempunyai hak dan kewajiban yang seimbang.
Namun tidak demikian halnya dalam ketentuan tentang perjanjian kerja, karena antara

53

para pihak yang mengadakan perjanjian kerja, walaupun pada prinsipnya mempunyai
kedudukan dan derajat yang sama dan seimbang, akan tetapi dikarenakan berbagai
aspek yang melingkari disekelilingnya, maka kenyataan menunjukkan bahwa
kedudukan dan derajat bagi para pihak yang mengadakan perjanjian kerja tersebut
menjadi tidak seimbang.95
Perjanjian kerja yang dalam bahasa Belanda disebut arbeidsoverencomt
mempunyai beberapa pengertian. KUH Perdata memberikan pengertian perjanjian
kerja sebagai suatu perjanjian dimana pihak kesatu (pekerja) mengikatkan dirinya
untuk di bawah perintah yang lain yaitu majikan untuk sewaktu-waktu tertentu
melakukan suatu pekerjaan dengan menerima upah.96
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan memberikan
pengertian perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja/ dan pengusaha atau
pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah
pihak.97
Selain pengertian normatif di atas, Iman Soepomo berpendapat bahwa pada
dasarnya hubungan kerja yaitu hubungan buruh dan majikan terjadi setelah diadakan
perjanjian oleh pekerja dengan majikan dimana pekerja menyatakan kesanggupannya
untuk bekerja pada majikan dengan menerima upah dan dimana majikan menyatakan

95

Djumadi, Perjanjian Kerja, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), hal 2.
Pasal 1601 a Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
97
Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.
96

54

kesanggupannya untuk mempekerjakan pekerja dengan membayar upah98 sehingga
perjanjian yang demikian itu disebut perjanjian kerja.
Istilah perjanjian kerja menyatakan bahwa perjanjian ini mengenai kerja,
yakni dengan adanya perjanjian kerja timbul salah satu pihak untuk bekerja. Jadi
berlainan dengan perjanjian perburuhan yang tidak menimbulkan hak atas dan
kewajiban untuk melakukan pekerjaan tetapi memuat syarat-syarat tentang
perburuhan. Dengan demikian adalah kurang tepat bila Wirjdono Prodjodikoro
menggunakan istilah perburuhan untuk menunjuk istilah perjanjian kerja. Sedangkan
untuk perjanjian kerja beliau menggunakan istilah persetujuan perburuhan bersama.99
R. Subekti juga menggunakan secara kurang tepat istilah persetujuan
perburuhan untuk perjanjian kerja sedangkan perjanjian perburuhan diberinya nama
persetujuan perburuhan kolektif.100 Dari pengertian yang dikemukakan oleh para
pakar tersebut di atas menunjukkan bahwa posisi yang satu (pakerja/buruh) adalah
tidak sama dan seimbang yaitu di bawah. Ap