Peran Perpustakaan Kantor Hukum Leks&Co Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Advokat Untuk Menangani Kasus (Studi Kasus: Kasus Tahun 2011-2012)

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dewasa ini pengertian perpustakaan sudah lebih berkembang. Anggapan masyarakat bahwa perpustakaan selalu identik dengan buku-buku dan majalah atau media cetak tidak seluruhnya benar sehingga anggapan tersebut perlu diluruskan lagi. Istilah perpustakaan sudah mengalami perluasan makna, bukan lagi sekedar gedung atau bangunan. Selain itu perpustakaan telah memanfaatkan teknologi informasi seperti jaringan komputer, dan internet.

Menurut buku yang berjudul Teori dan Praktik Penelusuran Informasi yang ditulis oleh Yusup (2010: 16) definisi perpustakaan adalah:

Perpustakaan bermakna juga sebagai tempat dihimpunnya segala macam informasi terekam, diolahnya segala macam informasi terekam, dan kemudian disebarluaskannya informasi terekam ini untuk dimanfaatkan seluas-luasnya bagi segenap anggota masyarakat yang membutuhkan. Sedangkan menurut menurut Reitz yang disitir oleh Hasugian (2009: 70) definisi dari perpustakaan sebagai berikut:

A collection or group of collections of books and/or other materials organized and maintained for use reading, consultation, study, research, are staffed by librarians and other personel trained to provide services to meet user needs.

Pendapat di atas dapat diartikan bahwa, perpustakaan adalah koleksi atau sekumpulan koleksi buku atau bahan lainnya yang diorganisasikan dan dipelihara untuk penggunaan/keperluan (membaca, konsultasi, belajar, meneliti), dikelola oleh pustakawan dan staf terlatih lainnya dalam rangka menyediakan layanan untuk memenuhi kebutuhan pengguna.

Untuk mengetahui mengenai perpustakaan sebagai pusat sumber informasi, sebelumnya penulis akan membahas tentang perpustakaan berdasarkan jenisnya. Menurut Yusup (2010: 17) “Perpustakaan berdasarkan jenisnya terbagi menjadi empat yaitu, perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan umum, dan perpustakaan khusus.”

Pada bab ini penulis hanya ingin membahas tentang perpustakaan khusus sebagai pusat sumber informasi. Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan yang diperuntukkan secara terbatas bagi pengguna dilingkungan lembaga


(2)

8

pemerintah, lembaga masyarakat, lembaga pendidikan, rumah ibadah, dan organisasi lain.

2.1 Perpustakaan Khusus

Pada bagian ini penulis akan menjabarkan mengenai perpustakaan khusus yang terdiri dari pengertian, ciri, visi dan misi, tujuan, fungsi dan tugas, koleksi dan pengembangan koleksi, layanan, dan peran perpustkaan.

2.1.1 Pengertian Perpustakaan

Ada banyak pendapat tentang pengertian perpustakaan khusus menurut para ahli. Berikut ini adalah beberapa pendapat dari para ahli tentang definisi perpustakaan khusus.

Pengertian perpustakaan khusus menurut Hasugian (2009 : 81) adalah: Perpustakaan Khusus adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh lembaga atau instansi negara, pemerintah, pemerintah daerah ataupun lembaga atau instansi swasta yang layanannya diperuntukkan bagi pengguna di lingkungan lembaga atau instansi yang bersangkutan.

Menurut buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus (1999 : 7-8) pengertian Perpustakaan Khusus yaitu :

Perpustakaan khusus adalah salah satu jenis perpustakaan yang dibentuk oleh lembaga (pemerintah/swasta) atau perusahaan atau asosiasi yang menangani atau mempunyai misi bidang tertentu dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan di lingkungannya baik dalam hal pengelolaan maupun pelayanan informasi pustaka dalam rangka mendukung pengembangan dan peningkatan lembaga maupun kemampuan sumber daya manusia.

Sedangkan Sumardji (1999 : 16) menyatakan bahwa:

Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan dengan koleksinya yang bersifat khusus, yang digunakan sebagai sarana penunjang mengembangkan pengetahuan bagi masyarakat khusus (lingkungan khusus) dalam bidang tertentu.

Dari beberapa pendapat yang telah dijabarkan di atas bahwa perpustakaan khusus merupakan suatu perpustakaan yang di bentuk sendiri oleh suatu lembaga atau instansi pemerintah, ataupun lembaga atau instansi swasta yang layanannya diperuntukkan bagi pengguna di lingkungan lembaga atau instansi yang bersangkutan dalam rangka mendukung pengembangan dan peningkatan lembaga maupun kemampuan sumber daya manusia.


(3)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas perpustakaan kantor hukum Leks&Co dapat dikatakan sebagai perpustakaan khusus, karena perpustakaan tersebut didirikan oleh pihak kantor sendiri untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna kantor hukum Leks&Co.

2.1.2 Ciri-Ciri Perpustakaan

Berbeda dari perpustakaan yang lainnya, perpustakaan khusus memiliki ciri khas yang dilihat dari subjek koleksi, jenis koleksi, ruang lingkup pelayanan, dan pengguna potensialnya. Sulistyo-Basuki (1993 : 38) mengemukakan 6 (enam) ciri perpustakaan khusus sebagai berikut:

a) Perpustakaan khusus umumnya dibentuk oleh suatu instansi (kelembagaan) yang memerlukan dukungan perpustakaan untuk menyediakan informasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, sehingga fungsi dan tujuan perpustakaan khusus sangat terkait bahkan ditentukan oleh organisasi induknya.

b)Cakupan subjek koleksi pustaka utamanya terbatas pada bidang ilmu tertentu dan yang berkaitan saja.

c) Pelayanan yang diberikan lebih mengutamakan pengguna dari organisasi induk, karena tujuan utama dibentuknya perpustakaan adalah untuk melayani pengguna dari organisasi induknya, walaupun tidak tertutup bagi pengguna lainnya. Perpustakaan khusus saat ini juga harus memberikan pelayanan kepada masyarakat umum. Terkadang pengguna perpustakaan khusus lebih banyak dari lingkungan luar organisasi induknya, seperti mahasiswa dan pengajar, dibandingkan dengan pengguna sasaran utamanya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, komposisi jenis koleksi, pelayanan, dan kegiatan-kegiatan lainnya perlu lebih bervariasi.

d)Lokasi perpustakaan khusus tidak selalu dekat atau berada di sekitar tempat tinggal pengguna. Oleh karena itu, layanan perpustakaan yang diberikan tidak cukup dengan cara konvensional yang menunggu secara pasif kunjungan pengguna, tetapi harus menyebarkan informasi secara aktif antara lain melalui jasa kesiagaan informasi, jasa informasi terseleksi, dan jasa penelusuran informasi. Dewasa ini, kegiatan jasa informasi aktif idealnya memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Selain untuk pelayanan, teknologi informasi dan komunikasi dapat terjalin kerjasama yang lebih intensif dengan perpustakaan atau pusat informasi lainnya dalam sistem jaringan informasi, baik di tingkat nasional, regional maupun internasional. Pemanfaatan jaringan informasi dalam pelayanan informasi menuntut penggunaan teknologi informasi modern, apalagi jika pelayanan harus menjangkau sumber informasi atau perpustakaan lain.

e) Kedudukan dan status perpustakaan khusus pada suatu institusi belum seragam. Kedudukan dan status perpustakaan khusus bergantung pada eselon dan kebijakan organisasi induk, peran perpustakaan terutama


(4)

10

dalam memberikan dukungan informasi, serta tugas dan fungsi perpustakaan yang tidak hanya tentang jasa perpustakaan dan informasi saja, tetapi juga kegiatan lain yang berkaitan seperti penerbitan, penyampaian hasil karya organisasi induk, serta pengumpulan dan pengolahan umpan balik.

f) Perpustakaan khusus umumnya memiliki ruangan, jumlah tenaga dan koleksi yang terbatas, tetapi dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Untuk mengatasi hal tersebut, perpustakaan berupaya memanfaatkan teknologi informasi dalam mencari dan meminta informasi ke sumber-sumber informasi yang kuat dan kompeten.

2.1.3 Visi dan Misi Perpustakaan

Visi adalah masa depan yang dicita-citakan, predictable (dapat diprediksi), dan dapat diperhitungkan untuk diwujudkan berdasarkan dan berpijak pada kondisi, kekuatan, kenyataan, dan kemampuan, yang dimiliki sekarang. Dengan kata lain, visi adalah suatu mimpi tentang masa depan yang akan datang tapi menjadi kenyataan. Jadi visi sangat penting untuk suatu perpustakaan begitu pula dengan perpustakaan khusus agar semua yang telah ditargetkan dalam mendirikan suatu perpustakaan khusus dapat terwujud sesuai dengan lembaga induknya. Menurut Sutarno NS (2006 : 51) “Visi perpustakaan khusus adalah sama dengan visi lembaga induknya yang bersangkutan.”

Misi merupakan penjabaran lebih lanjut dari visi, sehingga misi merupakan pokok-pokok kegiatan yang harus dirumuskan agar lebih realistis untuk mencapainya. Misi untuk setiap perpustakaan tentu akan berbeda dengan perpustakaan yang lain kerena visinya pun berbeda.

2.1.4 Tujuan Perpustakaan

Tujuan perpustakaan secara umum menurut Sutarno NS (2006:53) adalah “Menghimpun, menyediakan, mengolah, memelihara, dan mendayagunakan semua koleksi bahan pustaka, menyediakan sarana pemanfaatannya, dan melayani masyarakat pengguna, yang membutuhkan informasi dan bahan bacaan.”

Tujuan perpustakaan khusus menurut Hasugian (2009 : 82) adalah : Perpustakaan yang hanya menyediakan koleksi khusus yang berkaitan dengan misi dan tujuan dari organisasi atau lembaga yang memilikinya dan biasanya hanya memberikan pelayanan yang khusus hanya kepada staf organisasi atau lembaganya saja.


(5)

Tujuan utama perpustakaan instansi atau perpustakaan lembaga adalah sebagai pusat dokumentasi dan informasi, penelitian dan pengembangan, serta pengolahan data dalam hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan informasi bagi para pemakainya yang dalam hal ini adalah para staf dan pegawai dari instansi atau lembaga tersebut.

2.1.5 Tugas Dan Fungsi Perpustakaan

Berdasarkan Buku Pedoman Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999 : 34) tugas perpustakaan khusus adalah “Menyusun kebijakan dan melakukan tugas rutin untuk mengadakan, mengolah, dan merawat pustaka serta mendayagunakannya baik bagi instansi tersebut maupun diluar instansi tersebut”.

Tugas perpustakaan khusus instansi pemerintah menurut buku Panduan Badan Standarisasi (2009: 2-3) adalah:

1. Menunjang terselenggaranya pelaksanaan tugas lembaga induknya dalam bentuk penyediaan materi perpustakaan dan akses informasi. 2. Mengumpulkan terbitan dari dan tentang lembaga induknya. 3. Memberikan jasa perpustakaan dan informasi.

4. Mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk menunjang tugas perpustakaan.

5. Meningkatkan literasi informasi.

Menurut Yusuf dan Subekti (2010: 24) tugas dari perpustakaan khusus sebagai berikut:

Tugas perpustakaan khusus ialah mengelola sumber informasi khusus yang sesuai dengan program-program lembaga induknya. Segala informasi dari jenis media apa pun, berupa cetakan maupun bahan dari bukan hasil cetakan, termasuk di dalamnya media elektronik, khususnya yang mendukung kebutuhan-kebutuhan khusus lembaga, selalu diupayakan pengadaannya untuk kemudian diolah dan dimanfaatkan (dilayankan) kepada para peneliti di lingkungan lembaga yang bersangkutan.

Untuk keperluan tersebut di atas dibutuhkan kerjasama yang erat antara pustakawan dan peneliti agar semua koleksi serta fasilitas yang disediakan betul-betul yang dibutuhkan oleh user (pengguna).

Fungsi perpustakaan selalu dikaitkan dengan jenis perpustakaan dan misi yang diembannya. Berikut ini adalah fungsi perpustakaan secara umum menurut beberapa pendapat ahli adalah sebagai berikut:


(6)

12

Menurut Hasugian (2009 : 82-86) fungsi perpustakaan secara umum adalah sebagai berikut:

1. Fungsi penyimpanan

Bertugas menyimpan koleksi (informasi) karena tidak mungkin semua koleksi dapat dijangkau oleh perpustakaan.

2. Fungsi pendidikan

Perpustakaan menjadi tempat dan menyediakan sarana untuk belajar baik dilingkungan formal maupun non formal.

3. Fungsi Penelitian

Perpustakaan bertugas menyediakan bahan perpustakaan (penyedia materi) untuk keperluan penelitian.

4. Fungsi informasi

Perpustakaan berfungsi menyediakan berbagai informasi untuk masyarakat.

5. Fungsi kultural

Perpustakaan berfungsi untuk mendidik dan mengembangkan apresiasi budaya masyarakat melalui berbagai aktifitas seperti pameran, pertunjukkan, bedah buku, mendongeng, seminar, dan sebagainya. 6. Fungsi rekreasi

Masyarakat dapat menikmati rekreasi kultural dengan membaca dan mengakses berbagai sumber informasi hiburan seperti Novel, cerita rakyat, puisi, dan sebagainya.

Fungsi perpustakaan khusus menurut Sutarno NS (2003 : 58) adalah “Tempat penelitian dan pengembangan, pusat kajian, serta penunjang pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia / pegawai.”

Sedangkan menurut buku Panduan Badan Standarisasi Nasional tahun (2009: 3) mengenai perpustakaan khusus instansi pemerintahan, dalam buku tersebut menjelaskan fungsi yang harus dimiliki perpustakaan khusus tersebut adalah:

a. Mengembangkan koleksi yang menunjang kinerja lembaga induknya. b. Menyimpan semua terbitan dari dan tentang lembaga induknya. c. Menjadi focal point untuk informasi terbitan lembaga induknya.

d. Menjadi pusat referal dalam bidang yang sesuai dengan lembaga induknya.

e. Mengorganisasi materi perpustakaan. f. Mendayagunakan koleksi.

g. Menerbitkan literatur sekunder dan tersier dalam bidang lembaga induknya, baik cetak maupun elektronik

h. Menyelenggarakan pendidikan pengguna.

i. Menyelenggarakan kegiatan literasi informasi untuk pengembangan kompetensi sumber daya manusia lembaga induknya.

j. Melestarikan materi perpustakaan, baik preventif maupun kuratif. k. Ikut serta dalam kerjasama perpustakaan serta jaringan informasi.


(7)

l. Menyelenggarakan otomasi perpustakaan. m. Melaksanakana digitalisasi materi perpustakaan. n. Menyajikan layanan koleksi digital.

o. Menyediakan akses informasi pada tingkat lokal, nasional, regional dan global.

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tugas dari perpustakaan khusus adalah mengelola sumber informasi khusus yang sesuai dengan program-program lembaga induknya, baik informasi dalam bentuk tercetak ataupun digital. Sedangkan fungsi perpustakaan khusus adalah sebagai tempat penelitian dan pengembangan, penyimpanan informasi, penyelenggaraan pendidikan pengguna, penyelenggaraan literasi informasi dan pelatihan sumber daya manusia / pegawai.

2.1.6 Koleksi Dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan

Menurut Trimono (2004 : 57) “Koleksi perpustakaan sangat besar peranannya dalam menunjang pelayanan informasi yang diberikan pada pengguna perpustakaan.” Pada dasarnya setiap perpustakaan mempunyai koleksi, namun masing - masing perpustakaan tersebut menyediakan koleksi yang dapat menunjang program atau kegiatan sesuai dengan jenis dan fungsi perpustakaan yang bersangkutan.

Menurut buku Panduan Badan Standarisasi Nasional tahun (2009: 3) mengenai perpustakaan khusus instansi pemerintah. Perpustakaan khusus di instansi pemerintahan memiliki koleksi dasar sebagai acuan untuk pengembangan koleksi di perpustakaan instansi tersebut. Koleksi dasar tersebut adalah:

a) Perpustakaan khusus instansi pemerintahan memiliki koleksi buku sekurang-kurangnya 1.000 judul dalam bidang kekhususannya.

b) Sekurang-kurangnya 80% koleksinya terdiri dari subyek/disiplin ilmu tertentu sesuai dengan kebutuhan instansi induknya.

c) Perpustakaan menyediakan koleksi terbitan dari dan tentang instansi induknya.

d) Perpustakaan melanggan minimal 10 judul majalah yang berkaitan dengan kekhususan instansi induknya.

Selain itu besar kecilnya koleksi perpustakaan tergantung pada jumlah anggota, bidang spesialisasi, serta dana yang tersedia, disamping itu besar kecilnya dan ragam koleksinya juga tergantung pada jenis perpustakaan. Koleksi suatu perpustakaan khusus adalah tidak terletak dalam banyaknya jumlah bahan


(8)

14

pustaka atau jenis terbitan lainnya melainkan ditekankan kepada kualitas koleksinya, agar dapat mendukung jasa penyebaran informasi muktahir serta penelusuran informasi. Koleksi perpustakaan khusus difokuskan pada koleksi mutakhir di dalam subyek yang menjadi tujuan perpustakaan tersebut atau untuk mendukung kegiatan badan induknya.

Pembinaan koleksi perpustakaan khusus menekankan pada beberapa jenis bahan pustaka seperti referensi, buku teks, majalah, jurnal ilmiah, hasil penelitian dan sejenisnya dalam bidang khusus, baik dalam bentuk tercetak maupun media rekam lainnya.

Koleksi perlu dibina dan dikembangkan secara terus menerus agar terjaga ketersediaan dan kemutakhirannya. Untuk membina koleksi yang tangguh dan dapat dipertanggungjawabkan perpustakaan hendaknya memiliki pedoman tertulis pengembangan koleksi perpustakaan. Pedoman ini biasanya disebut dengan Kebijakan Pengembangan Koleksi.

Menurut buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus (1999 : 21-25) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan/pengadaan koleksi adalah :

1. Sumber/alat seleksi

Untuk mendukung proses pemilihan bahan pustaka secara baik dan optimal, perpustakaan perlu memupuk alat bantu seleksi bahan pustaka seperti katalog peneerbit, bibilografi nasional maupun manca Negara dan lain-lain. Sumber/alat bantu seleksi tersebut harus selalu diperbarui atau mutakhir.

2. Tim seleksi bahan pustaka

Tim seleksi terdiri dari unsur pustakawan senior, pengguna potensial, pejabat structural terkait dan unsur lain yang peduli perpustakaan. Tim seleksi dibentuk oleh pejabat tertinggi atau yang berwenang di perpustakaan atau menurut ketentuan lembaga induk.

3. Kebijakan pemilihan bahan pustaka

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan atau seleksi bahan pustaka adalah :

a. Pemilihan dilakukan dengan cermat berdasarkan skala prioritas dan kemampuan perpustakaan oleh pihak yang diberi wewenang memilih bahan pustaka.

b. Pengadaan bahan pustaka disesuaikan dengan misi dan program perpustakaan.

c. Komposisi cakupan subjek & jenis koleksi hendaknya proporsional dan diupayakan mencukupi kebutuhan dan memuaskan penggunanya.


(9)

d. Bahan pustaka yang diusahakan hendaknya dipilih yang mutakhir atau edisi terakhir.

e. Pemilihan bahan pustaka didasarkan atas azas manfaat dan efisiensi.

4. Pengadaan bahan pustaka

Pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan melalui berbagai cara yaitu : a. Dengan cara pembelian

b. Tukar menukar

c. Hadiah dari lembaga lain d. Titipan

e. Terbitan sendiri

Yang perlu diperhatikan dalam pengadaan bahan pustaka adalah : a. Buku dan pustaka sejenis

Pembelian bahan pustaka jenis ini dapat dilakukan langsung ke toko buku secara kontan.

b. Majalah dan terbitan berkala lainnya.

Pengadaan bahan pustaka jenis ini biasanya dilakukan dalam bentuk berlanggan untuk periode tertentu.

c. Media elektronik CD ROM (Compact Disk Read Only Memory) Pengadaan CD ROM dilakukan dengan cara berlanggan (untuk pembaharuan) atau cara beli (untuk sekali terbit).

d. Bahan pustaka khusus (film, mikrofis/film, A/V, standar, paten, terbitan pemerintahan atau badan internasional dan lain-lain)

Pengadaan bahan pustaka jenis ini biasanya dilakukan langsung ke penerbit atau perpustakaan yang bersangkutan.

2.1.7 Layanan Perpustakaan

Menurut Sumardji (2002:11) bahwa “Jenis layanan perpustakaan khusus dapat bersifat terbuka maupun tertutup, tergantung pada kebijakan organisasi, pengelola dan tipe penggunanya.” Namun kebanyakan perpustakaan khusus menerapkan sistem terbuka dengan akses terbatas. Hal ini untuk lebih memberikan peluang kepada penggunaan yang lebih luas namun tetap terkontrol. Terbuka artinya siapapun dapat memanfaatkan koleksi yang ada, sedangkan akses terbatas adalah pengaturan terhadap proses pemanfaatan koleksi seperti fasilitas pinjam, fasilitas baca, fotokopi, dan sebagainya.

Sedangkan menurut Ferguson dan Mobley (1984 : 8) menyatakan bahwa : “These libraries are devoted to utilitarian information service rather than to scholarly or educational end.” Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa perpustakaan khusus lebih menekankan pada fungsi layanan informasi dari pada fungsi pendidikan. Layanan informasi perpustakaan khusus harus disesuaikan


(10)

16

dengan kebutuhan pemakai. Sama halnya dengan pernyataan yang dikatakan oleh Prasad (1992) .

Ada tujuh jenis layanan informasi yang dapat disediakan oleh perpustakaan khusus, antara lain:

a. Layanan peminjaman. Sering disebut sebagai layanan sirkulasi. Layanan ini meliputi peminjaman dan pengembalian buku.

b. Layanan pinjam antar perpustakaan. Layanan ini merupakan alternatif untuk mengatasi keterbatasan subjek maupun jumlah koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan khusus.

c. Layanan referensi. Tidak terbatas pada menjawab pertanyaan, tetapi juga memberikan informasi selengkapnya mengenai pertanyaan yang diajukan oleh pemakai.

d. Layanan bibliografis. Merupakan layanan penyusunan daftar cantuman bibliografi yang pada umumnya hanya mencakup satu bidang saja. Layanan ini dapat dilakukan atas dasar permintaan ataupun inisiatif perpustakaan sendiri

e. Layanan kesiagaan informasi (current awareness services). Bertujuan untuk mengarahkan informasi kepada pemakai sehingga informasi yang benar dapat sampai kepada orang yang benar dan waktu yang tepat. Selain itu, layanan ini dilakukan oleh perpustakaan untuk memberitahukan kepada pemakai perkembangan terbaru berkaitan dengan bidang subjek yang mereka tekuni. Layanan dapat berupa buletin, email, maupun abstrak dari buku terbaru yang dimiliki oleh perpustakaan.

f. Layanan terjemahan. Layanan ini dapat dilakukan sendiri oleh perpustakaan atau dengan menggunakan jasa penerjemah komersial. g. Layanan penelusuran online. Bertujuan untuk memudahkan pengguna

melakukan penelusuran untuk mencari koleksi perpustakaan yang dibutuhkan.

2.1.8 Peran Perpustakaan

Peran perpustakaan khusus tergantung pada sifat dari induk organisasi yang menaunginya. Hampir semua perpustakaan khusus secara aktif menyediakan berbagai jenis layanan seperti layanan kesiagaan informasi, penyebaran informasi terseleksi, mengindeks dan mengabstrak, pengiriman dokumen, layanan penelusuran online dan koleksi digital. Implementasi peran perpustakaan khusus dalam mengorganisasi perpustakaan tersebut. Seiring dengan lingkungan yang berubah, dengan meningkatnya harapan pengguna mereka, maka perpustakaan memerlukan kemampuan profesional untuk melakukan pekerjaaannnya, menurut Singh (2006 : 2). Tujuh hal yang paling penting adalah:


(11)

2. Memerlukan pengembangan informasi berbasis sumber dasar

3. Bekerja sebagai manajer konten untuk menganalisa, mengevaluasi, dan mengatur informasi isi dari berbagai kategori sumber.

4. Konsolidasi dan pengemasan ulang informasi

5. Mengembangkan keterampilan untuk memperoleh, memelihara, dan mendistribusikan berbagai informasi di intranet

6. Pelatihan pengguna dalam penggunaan sumber informasi, termasuk produk dan layanan internet dan intranet

7. Negosiasi kontrak dengan penyedia informasi untuk memperoleh pengetahuan yang memadai mengenai lisensi dan aturan hukum lainnya dalam mengakses sumber daya digital yang dapat diakses melalui jaringan internet seperti jurnal atau majalah elektronik.

Singh (2006 : 3) juga mengatakan bahwa, Pustakawan harus memiliki pemahaman tentang bagaimana informasi akan digunakan, bagaimana pegawai suatu instansi atau lembaga induk melaksanakan pekerjaan mereka, dan bagaimana untuk menghasilkan nilai tambah informasi. Pustakawan bertanggung jawab atas keberhasilan organisasi induk sesuai dengan misi dalam penyampaian informasi. Pustakawan harus memiliki pemahaman tentang visi dan misi organisasi sehingga perpustakaan dapat benar-benar menjadi bagian integral dari tubuh organisasinya.

Dari semua penjelasan di atas mengenai perpustakaan khusus, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa fungsi perpustkaan khusus secara garis besar adalah sebagai tempat penyebaran informasi yang sesuai dengan kebutuhan informasi pengguna perpustakaan yang meliputi staff/pegawainya. Oleh sebab itu fungsi perpustakaan khusus tersebut harus dijalankan, sehingga dapat memudahkan suatu instansi atau lembaga untuk menuju visi dan misi yang telah ada.

Selain itu perpustakaan khusus juga harus memiliki layanan informasi dan sumber-sumber informasi yang mampu untuk melayani kebutuhan informasi pengguna sesuai dengan kebutuhannya. Layanan yang diberikan perpustakaan khusus adalah layanan informasi yang mengutamakan pada pengumpulan informasi yang sesuai dengan kebutuhan informasi pada instansi atau lembaga dalam mengantisipasi kebutuhan informasi penggunanya.

2.2 Kebutuhan Informasi

2.2.1 Pengertian Kebutuhan Informasi

Kebutuhan informasi merupakan rangsangan yang timbul dari diri manusia ketika akan menyelesaikan kegiatannya dengan tujuan tertentu. Kebutuhan akan


(12)

18

informasi tersebut menyebabkan manusia mencari informasi. Pencarian informasi dilakukan dengan cara-cara yang sesuai dengan kemampuan manusia itu sendiri.

Menurut Krikelas (1983 : 5) definisi dari kebutuhan informasi adalah : Kebutuhan informasi adalah pengakuan tentang adanya ketidakpastian dalam diri seseorang yang mendorong seseorang untuk mencari informasi. Dalam kehidupan yang sempurna, kebutuhan informasi (information needs) sama dengan keinginan informasi (information wants), namun umumnya ada kendala seperti ketiadaan waktu, kemampuan, biaya, faktor fisik dan faktor individu lainnya, yang menyebabkan tidak semua kebutuhan informasi menjadi keinginan informasi. Jika seseorang sudah yakin bahwa sesuatu informasi benar-benar diinginkan, maka keinginan informasi akan berubah menjadi permintaan informasi (information demands).

Selain uraian di atas Belkin juga berpendapat mengenai kebutuhan informasi yang dikutip oleh Ishak (2006 : 91), “Kebutuhan informasi adalah: when a person recognize something wrong in his or her state of knowledge and wishes to resolve the anomaly.” Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa kebutuhan informasi terjadi ketika seseorang menyadari adanya kekurangan dalam tingkat pengetahuannya tentang situasi atau topik tertentu dan berkeinginan mengatasi keinginan tersebut.

Dari beberapa pendapat di atas tentang kebutuhan informasi, maka penulis menarik kesimpulan bahwa kebutuhan informasi adalah suatu kebutuhan informasi yang disadari oleh seseorang tentang ketidak tahuan suatu informasi, sehingga seseorang tersebut mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan informasi tersebut.

2.2.2 Jenis-jenis Kebutuhan Informasi

Menurut Guha yang dikutip oleh Saepudin, (2009 : 4) ada empat jenis kebutuhan informasi, sebagai berikut:

1. Current need approach, yaitu pendekatan kepada kebutuhan pengguna informasi yang sifatnya mutakhir. Pengguna berinteraksi dengan sistem informasi dengan cara yang sangat umum untuk meningkatkan pengetahuannya. Jenis pendekatan ini perlu ada interaksi yang sifatnya konstan antara pengguna dan sistem informasi.

2. Everyday need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna yang spesifik dan cepat. Informasi yang dibutuhkan pengguna merupakan informasi yang rutin dihadapi oleh pengguna.


(13)

3. Exhaustic need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna akan informasi yang mendalam, pengguna informasi mempunyai ketergantungan yang tinggi pada informasi yang dibutuhkan dan relevan, spesifik, dan lengkap.

4. Catching-up need approach, yaitu pendekatan terhadap pengguna akan informasi yang ringkas, tetapi juga lengkap khususnya mengenai perkembangan terakhir suatu subyek yang diperlukan dan hal-hal yang sifatnya relevan.

Pendapat lain dari Taylor yang dikutip Putubuku (2008) menjelaskan empat tingkat kebutuhan informasi yaitu:

1. Visceral need, yaitu tingkatan ketika “need for information not existing in the remembered experience of the inquirer” atau dengan kata lain ketika kebutuhan informasi belum sungguh-sungguh dikenali sebagai kebutuhan, sebab belum dapat dikaitkan dengan pengalaman-pengalaman seseorang dalam hidupnya.

Inilah kebutuhan “tersembunyi” yang seringkali baru muncul setelah ada pengalaman tertentu.

2. Conscious need, yaitu ketika seseorang mulai menggunakan “mental-description of an ill-defined area of indecision” atau ketika seseorang mulai menerka-nerka apa sesungguhnya yang ia butuhkan.

3. Formalized need, yaitu ketika seseorang mulai secara lebih jelas dan terpadu dapat mengenali kebutuhan informasinya, dan mungkin di saat inilah ia baru dapat menyatakan kebutuhannya kepada orang lain. 4. Compromised need, yaitu ketika seseorang mengubah-ubah rumusan

kebutuhannya karena mengantisipasi, atau bereaksi terhadap kondisi tertentu.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis menarik kesimpulan bahwa jenis kebutuhan informasi sesseorang dapat dilihat dari pendekatan-pendekatan atau tingkatan-tingkatan kebutuhan informasi seseorang, sehingga pada akhirnya dapat ditemukan informasi yang sesuai dengan kebutuhan informasi seseorang.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi

Menurut Nicholas yang dikutip oleh Ishak (2006: 93), “menyatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi pemakai, yaitu:

a) Jenis pekerjaan.

b) Personalitas, yaitu saspek psikologi dari pencari informasi, meliputi, ketepatan, ketekunan mencari informasi, pencarian secara sistematis, motivasi dan kemauan menerima informasi dari teman, kolega dan atasan.

c) Waktu.

d) Akses, yaitu menelusur informasi secara internal (di dalam organisasi) atau eksternal (di luar organisasi).


(14)

20

e) Sumber daya teknologi yang digunakan untuk mencari informasi.

Sedangkan menurut Wilson yang dikutip oleh Ishak (2006 : 93-94), juga menguraikan faktor yang secara bertingkat menghubungani kebutuhan informasi, seperti pada gambar.

Gambar 2.1 : Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi

Pada gambar di atas tersebut tiga faktor utama yang mempengaruhi kebutuhan informasi, yaitu:

1. Kebutuhan individu (person)

Kebutuhan yang ada dalam diri individu meliputi kebutuhan psikologis (psychological needs), kebutuhan afektif (affective needs) dan kebutuhan kognitif (cognitive needs). Ketiga kebutuhan ini secara langsung menghubungkan kebutuhan informasi.

2. Peran sosial (social rate)

Peran sosial meliputi peran kerja (work rule) dan tingkat kinerja (performance level), akan menghubungkan faktor kebutuhan yang ada dalam diri individu.

3. Lingkungan (environment) LINGKUNGAN

Lingkungan Kerja

Lingkungan Sosial – Budaya Lingkungan Politik – Ekonomi Lingkungan Fisik

PERAN SOSIAL

Peran Kerja Peran Kinerja

INDIVIDU Kebutuhan Psikologis Kebutuhan Afektif Kebutuhan Kognitif

KEBUTUHAN INFORMASI


(15)

Faktor lingkungan, meliputi lingkungan kerja (work environment), lingkungan sosial budaya (social-culture environment), lingkungan politik ekonomi (politic-economic environment) dan lingkungan fisik (physical environment) menghubungkan faktor peran sosial maupun faktor kebutuhan individu. Sehingga terjadi hubungan bertingkat yang akan membentuk kebutuhan informasi.

2.2.4 Karakteristik Kebutuhan Informasi

Dalam memenuhi kebutuhan informasi karakteristik kebutuhan informasi penting untuk diperhatikan dalam pemenuhan kebutuhan informasi pengguna. Karakteristik kebutuhan informasi setiap pengguna pasti berbeda-beda tergantung pada faktor yang melatar belakangi kebutuhan informasi tersebut.

Menurut Wilson dalam Journal of Documentation (1999), karakteristik kebutuhan informasi, yaitu:

1. Kondisi psikologis seseorang.

2. Demografis, dalam arti luas menyangkut kondisi sosial-budaya seseorang sebagai bagian dari masyarakat tempat ia hidup dan berkegiatan

3. Peran seseorang di masyarakatnya, khususnya dalam hubungan interpersonal, ikut menghubungkan perilaku informasi

4. Lingkungan, dalam hal ini adalah lingkungan terdekat maupun lingkungan yang lebih luas

5. Karakteristik sumber informasi, atau mungkin lebih spesifik: karakter media yang akan digunakan dalam mencari dan menemukan informasi. 2.2.5 Sumber Informasi

Menurut Lasa HS (2005: 86-121), dikatakan bahwa sumber-sumber informasi dapat diperoleh melalui beberapa jenis pustaka berikut:

1. Buku teks, yaitu segala bentuk rekaman karya intelektual maupun artistik menusia yang dapat menyampaikan isi kepada pihak lain. 2. Buku rujukan, yaitu buku yang disusun untuk memberikan informasi

tentang kata, subjek/pokok masalah, nama orang, nama tempat, peristiwa, pustaka, angka, waktu, ukuran dan lainnya. Buku ini tidak perlu dipelajari seutuhnya seperti buku fiksi dan non fiksi. Adapun jenisnya adalah sebagai berikut:

a. Kamus b. Ensiklopedi c. Buku pegangan d. Direktori e. Buku tahunan

f. Sumber-sumber biografi g. Bibliografi

h. Indeks i. Abstrak


(16)

22 j. Almanak

k. Sumber-sumber geografi l. Terbitan pemerintah

3. Karya tulis ilmiah, yakni tulisan yang menyajikan pengetahuan ilmiah ditujukan kepada ahli atau masyarakat tertentu

4. Makalah temu ilmiah 5. Karya akademik

6. Literatur abu-abu (grey literatur) 7. Terbitan berkala

8. Mikrofis 9. Mikrofilm 10.Piringan hitam 11.Kaset

12.Cakram tetal 13.Hak paten

14.E-book dan e-journal

Dari seluruh bahan pustaka tersebut kita dapat menemukan informasi melalui berbagai macam media penyimpanan yang berbeda-beda dan cara penggunaan yang berbeda pula.

2.2.6 Jenis Informasi

Pada saat ini informasi sangat besar jumlahnya, sehingga jenis informasi bisa dikelompokkan menurut jenisnya. Berikut pendapat mengenai jenis informasi:

Menurut Yusup dan Subekti (2010: 5) jenis informasi dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

1. Informasi lisan, informasi ini disamping jumlahnya sangat banyak, sulit diukur dan dibuktikan dan juga kurang bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan manusia pada umumnya.

2. Informasi terekam, informasi ini paling bermanfaat dan banyak digunakan oleh berbagai kalangan, baik secara perorangan maupun dalam bermasyarakat, berorganisasi, dan bergaul sesama anggota masyarakat pada umumnya.

2.3 Advokat

2.3.1 Pengertian Advokat

Akar kata advokat, apabila didasarkan pada Kamus Latin-Indonesia, dapat ditelusuri dari bahasa Latin, yaitu advocatus, yang berarti antara lain yang membantu seseorang dalam perkara, saksi yang meringankan. Sedangkan menurut


(17)

One who assits, defends, or pleads for another. One who renders legal advice and aid and pleads the cause of another before a court or a tribunal. A person learned in the law and duly admitted to practice, who assits his client with advice, and pleads for him in open court. An assistant, adviser; plead for causes.

Artinya, seseorang yang membantu, mempertahankan, membela orang lain. Seseorang yang memberikan nasihat dan bantuan hukum dan berbicara untuk orang lain di hadapan pengadilan. Seseorang yang mempelajari hukum dan telah diakui untuk berpraktik, yang memberikan nasihat kepada klien dan berbicara untuk yang bersangkutan di hadapan pengadilan. Seorang asisten, penasihat, atau pembicara untuk kasus-kasus.

Rambe, Ropaun (2001 : 6) menjelaskan bahwa:

Istilah advokat dan pengacara sebagai nama profesi hukum dalam sejarahnya telah dikenal dengan istilah Advokat & Procureur di Belanda, istilah Barrister and Solicitoir di Inggris, dan istilah Lawyer di Amerika yang sekarang menjadi istilah yang digunakan secara Internasional.

Sedangkan definisi advokat berdasarkan UU No.18 tahun 2003 Pasal 1 angka 1 dikatakan:

Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini. Adapun jasa hukum yang dimaksud adalah jasa yang diberikan Advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien. Untuk dapat diangkat sebagai advokat, seperti yang telah diatur dalam UU No.18 tahun 2003 Pasal 2 ayat (1) dan (2), haruslah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum dan setelah mengikuti pendidikan khusus profesi advokat yang dilaksanakan oleh Organisasi Advokat. Pengangkatan Advokat dilakukan oleh Organisasi Advokat. Adapun organisasi advokat yang diakui dalam undang-undang antara lain Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN), Asosiasi Advokat Indonesia (AAI), Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI), Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI), Serikat Pengacara Indonesia (SPI), Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI), Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM) dan Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (APSI).


(18)

24

Selanjutnya dalam Pasal 3 ayat (1) diterangkan lebih lanjut mengenai persyaratan untuk diangkat sebagai advokat, sebagai berikut :

a. warga negara Republik Indonesia; b. bertempat tinggal di Indonesia;

c. tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau pejabat negara; d. berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun;

e. berijazah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1);

f. lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat;

g. magang sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus menerus pada kantor Advokat;

h. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;

i. berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan mempunyai integritas yang tinggi.

Berdasarkan penjelasan di atas penulis berkesimpulan bahwa advokat merupakan orang yang berprofesi sebagai pemberi jasa dalam bidang hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan yang telah diangkat sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

2.3.2 Kebutuhan Informasi Advokat

Untuk mendukung pekerjaan seorang advokat dalam memberi jasa hukum kepada klien, seorang advokat membutuhkan informasi yang dapat menunjang keberhasilan suatu pekerjaan yang mereka lakukan. Beberapa kebutuhan informasi yang dibutuhkan di antaranya sebagai berikut:

a. Hal-hal terkait teori dalam penelitian hukum seperti: 1) Hukum Positif Nasional

Dalam hal ini seorang advokat harus memperoleh informasi tentang ketersedian peraturan hukum secara nasional demi terciptanya kepastian hukum bagi subjek hukumnya dalam lingkup nasional, seperti: warga negara, warga negara asing yang keduanya dapat berupa badan hukum maupun orang secara pribadi.

2) Hukum Positif Internasional

Dalam hal ini seorang advokat harus memperoleh informasi tentang ketersedian peraturan secara internasional demi terciptanya kepastian hukum bagi subjek hukumnya dalam lingkup


(19)

internasional nasional, seperti: negara, organisasi internasional, tahta suci (vatikan), belligerent, orang secara pribadi dalam pengertian terbatas, dan lainnya sesuai perkembangan.

b. Hal-hal terkait praktis hukum 1) Informasi dari Negara

Untuk mengetahui terkait informasi ini seorang praktisi harus cekatan untuk mengetahui perkembangan akan tersedianya hal-hal yang terkait terbitnya peraturan-peraturan, pengumuman-pengumungan, maupun yang masih terkait penyelesaian penyusunan kedua hal tersebut baik secara rinci berkenaan dengan hal-hal pokoknya saja tergantung pada kepentingan praktisi.

2) Informasi dari Klien

Informasi ini diperoleh berdasarkan keterangan yang bersumber dari wawancara dengan klien terkait suatu permasalahan, dokumen-dokumen milik klien yang digunakan untuk kepentingan klien, dokumen-dokumen milik lawan klien yang digunakan untuk kepentingan klien, dokumen-dokumen dari negara yang digunakan untuk kepentingan klien.

3) Informasi dari keadaan yang berlaku secara umum Informasi ini didapatkan berdasarkan pengetahuan masyarakat yang biasanya telah diketahui secara umum dan tidak perlu lagi diperdebatkan kebenarannya, seperti: hari kerja, hari libur dan sebagainya.

2.4 Hukum

2.4.1 Pengertian Hukum

Ada banyak pendapat dari para ahli hukum yang mengenai definisi hukum. Berikut ini adalah beberapa pendapat yang dikemukan oleh para ahli hukum tentang definisi dari hukum.

Menurut Borst yang dikutip oleh Soeroso (2008: 27) “Hukum ialah keseluruhan peraturan bagi kelakuan atau perbuatan manusia di dalam masyarakat, yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dan bertujuan mendapatkan tata atau keadilan.”


(20)

26

Kelsen juga mengutarakan pendapat tentang definisi hukum yang disitir oleh Kartasapoetra (1999: 12) adalah:

Hukum ialah suatu sistem kaidah, pada hakekatnya merupakan pedoman atau pegangan bagi manusia yang digunakan sebagai pembatas sikap, tindak atau perilaku dalam melangsungkan antar hubungan dan antar kegiatan dengan sesama manusia lainnya dalam pergaulan hidup bermasyarakat.

Sedangkan menurut pendapat Kan yang disitir oleh Soeroso (2008: 27) “Hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat.”

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka penulis menarik kesimpulan bahwa hukum merupakan pedoman bagi manusia dalam melangsungkan antar hubungan sesama manusia yang bersifat memaksa untuk melindungi manusia dalam hidup bermasyarakat.

2.4.2 Pembagian Hukum

Menurut Kartasapoetra (1999: 23-27) pembagian hukum ada beberapa macam yaitu, menurut sifatnya, menurut keadaannya, menurut territorial atau daerah berlakunya.

1. Hukum menurut sifatnya:

a. Hukum publik ialah hukum yang berlaku bagi umum (hukum umum) mengatur hubungan antara negara dengan individu, antara negara dengan bagian-bagiannya, antara negara dengan negara. b. Hukum privat ialah hukum yang mengatur hubungan antara

individu dengan individu lainnya atau hubungan antara individu dengan sesuatu golongan, merupakan hukum perseorangan atau hukum pribadi.

2. Hukum menurut keadaannya:

a. Hukum positif ialah hukum yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu.

b. Hukum kodrat/hukum alam ialah hukum yang ideal. Dasar pemikiran ini ialah karena adanya hukum yang bersifat abadi dan berlaku universal mengenai bagaimana keharusan perilaku manusia di dalam kehidupan bersama.

3. Hukum menurut territorial atau daerah berlakunya:

a. Hukum nasional ialah hukum yang di setiap negara berlaku secara menyeluruh, yang harus ditaati oleh seluruh warganegaranya termasuk pula mereka yang menjadi penduduk dan yang sementara tinggal di wilayah negara tersebut, tanpa ada kekecualian.

b. Hukum Internasional ialah hukum yang diakui dan berlaku bagi seluruh negara di dunia, karena berlangsungnya hubungan atau


(21)

timbulnya perselisihan antar negara, peperangan, dan lain sebagainya.

c. Hukum asing ialah hukum suatu negara asing yang berlaku di suatu negara atau daerah lain, dapat terjadi apabila:

1) Seorang warga negara asing diadili oleh pengadilan suatu negara dengan mengingat keadilan perlu memperhatikan pula hukum yang berlaku di negaranya.

2) Suatu negara atau suatu daerah menjadi daerah pendudukan negara lain, sehingga hukum di daerah itu harus tunduk kepada hukum lain, yang diberlakukan oleh mereka yang berkuasa. Pendapat lain dari Kansil yang dikutip Ishaq (2008: 118-119), bahwa pembagian hukum terdapat delapan asas pembagian, yaitu:

1. Menurut sumbernya, hukum dapat dibagi dalam: a. Hukum undang-undang

b. Hukum kebiasaan c. Hukum Traktat d. Hukum yurisprudensi

e. Hukum ilmu (hukum doktrin)

2. Menurut bentuknya, hukum dapat dibagi dalam: a. Hukum tertulis

b. Hukum tak tertulis (hukum kebiasaan)

3. Menurut tempat berlakunya, hukum dapat dibagi dalam: a. Hukum Nasional

b. Hukum Internasional c. Hukum Asing

d. Hukum Gereja

4. Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibagi dalam:

a. Ius Constitutum (hukum positif) b. Ius Constituendum

c. Hukum Asasi (hukum alam)

5. Menurut cara mempertahankannya, hukum dapat dibagi dalam: a. Hukum materiil

b. Hukum formil

6. Menurut sifatnya, hukum dapat dibagi dalam: a. Hukum yang memaksa

b. Hukum yang mengatur

7. Menurut wujudnya, hukum dapat dibagi dalam: a. Hukum objektif

b. Hukum subjektif

8. Menurut isinya, hukum dapat dibagi dalam: a. Hukum privat (hukum sipil)


(22)

28 2.4.2.1 Hukum Menurut Bentuk

Ditinjau dari segi bentuknya hukum dapat dibagi menjadi dua yaitu, hukum tertulis dan tidak tertulis. Beberapa pendapat dari ahli hukum pengertian hukum tertulis dan hukum tidak tertulis yaitu:

Menurut Sudarsono (2004: 188-189) definisi hukum tertulis dan hukum tidak tertulis adalah:

Hukum tertulis ialah apabila kaidah-kaidah hukum tersebut telah termaktub di dalam peraturan perundang-undangan dalam segala bentuknya. Sedangkan hukum tidak tertulis ialah apabila kaidah-kaidah hukum tersebut hanya dalam kenyataan di tengah-tengah masyarakat ternyata masih hidup dalam keyakinan masyarakat dan ditaati sebagaimana peraturan perundang-undangan, akan tetapi hal itu tidak tertulis.

Pendapat lain yang diuraikan oleh Ishaq (2008:120) mengenai definisi dari hukum tertulis dan hukum tidak tertulis, yaitu:

Hukum tertulis (statute law/written law) adalah hukum yang tercantum dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Hukum tertulis ini ada yang terkodifikasi seperti KUHP, KUH Perdata, KUHAP, KUHD. Ada yang tidak terkodifikasi seperti peraturan perundang-undangan hak merek perdagangan (undang-undang), peraturan pemerintah, keputusan presiden. Sedangkan hukum tidak tertulis (unwritten law) adalah hukum yang hidup dalam keyakinan masyarakat dan keberlakuannya ditaati sebagai kaedah hukum. Hukum ini disebut juga hukum kebiasaan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai pembagian hukum dapat disimpulkan bahwa hukum dapat dibagi menjadi delapan asas pembagian, yaitu hukum menurut sumbernya, hukum menurut bentuknya, hukum menurut tempat berlakunya, hukum menurut waktu berlakunya, hukum menurut cara mempertahankannya, hukum menurut sifatnya, hukum menurut wujudnya, dan hukum menurut isinya.


(1)

One who assits, defends, or pleads for another. One who renders legal advice and aid and pleads the cause of another before a court or a tribunal. A person learned in the law and duly admitted to practice, who assits his client with advice, and pleads for him in open court. An assistant, adviser; plead for causes.

Artinya, seseorang yang membantu, mempertahankan, membela orang lain. Seseorang yang memberikan nasihat dan bantuan hukum dan berbicara untuk orang lain di hadapan pengadilan. Seseorang yang mempelajari hukum dan telah diakui untuk berpraktik, yang memberikan nasihat kepada klien dan berbicara untuk yang bersangkutan di hadapan pengadilan. Seorang asisten, penasihat, atau pembicara untuk kasus-kasus.

Rambe, Ropaun (2001 : 6) menjelaskan bahwa:

Istilah advokat dan pengacara sebagai nama profesi hukum dalam sejarahnya telah dikenal dengan istilah Advokat & Procureur di Belanda, istilah Barrister and Solicitoir di Inggris, dan istilah Lawyer di Amerika yang sekarang menjadi istilah yang digunakan secara Internasional.

Sedangkan definisi advokat berdasarkan UU No.18 tahun 2003 Pasal 1 angka 1 dikatakan:

Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini. Adapun jasa hukum yang dimaksud adalah jasa yang diberikan Advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien. Untuk dapat diangkat sebagai advokat, seperti yang telah diatur dalam UU No.18 tahun 2003 Pasal 2 ayat (1) dan (2), haruslah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum dan setelah mengikuti pendidikan khusus profesi advokat yang dilaksanakan oleh Organisasi Advokat. Pengangkatan Advokat dilakukan oleh Organisasi Advokat. Adapun organisasi advokat yang diakui dalam undang-undang antara lain Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN), Asosiasi Advokat Indonesia (AAI), Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI), Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI), Serikat Pengacara Indonesia (SPI), Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI), Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM) dan Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (APSI).


(2)

Selanjutnya dalam Pasal 3 ayat (1) diterangkan lebih lanjut mengenai persyaratan untuk diangkat sebagai advokat, sebagai berikut :

a. warga negara Republik Indonesia; b. bertempat tinggal di Indonesia;

c. tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau pejabat negara; d. berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun;

e. berijazah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1);

f. lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat;

g. magang sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus menerus pada kantor Advokat;

h. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;

i. berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan mempunyai integritas yang tinggi.

Berdasarkan penjelasan di atas penulis berkesimpulan bahwa advokat merupakan orang yang berprofesi sebagai pemberi jasa dalam bidang hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan yang telah diangkat sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

2.3.2 Kebutuhan Informasi Advokat

Untuk mendukung pekerjaan seorang advokat dalam memberi jasa hukum kepada klien, seorang advokat membutuhkan informasi yang dapat menunjang keberhasilan suatu pekerjaan yang mereka lakukan. Beberapa kebutuhan informasi yang dibutuhkan di antaranya sebagai berikut:

a. Hal-hal terkait teori dalam penelitian hukum seperti: 1) Hukum Positif Nasional

Dalam hal ini seorang advokat harus memperoleh informasi tentang ketersedian peraturan hukum secara nasional demi terciptanya kepastian hukum bagi subjek hukumnya dalam lingkup nasional, seperti: warga negara, warga negara asing yang keduanya dapat berupa badan hukum maupun orang secara pribadi.

2) Hukum Positif Internasional

Dalam hal ini seorang advokat harus memperoleh informasi tentang ketersedian peraturan secara internasional demi terciptanya kepastian hukum bagi subjek hukumnya dalam lingkup


(3)

internasional nasional, seperti: negara, organisasi internasional, tahta suci (vatikan), belligerent, orang secara pribadi dalam pengertian terbatas, dan lainnya sesuai perkembangan.

b. Hal-hal terkait praktis hukum 1) Informasi dari Negara

Untuk mengetahui terkait informasi ini seorang praktisi harus cekatan untuk mengetahui perkembangan akan tersedianya hal-hal yang terkait terbitnya peraturan-peraturan, pengumuman-pengumungan, maupun yang masih terkait penyelesaian penyusunan kedua hal tersebut baik secara rinci berkenaan dengan hal-hal pokoknya saja tergantung pada kepentingan praktisi.

2) Informasi dari Klien

Informasi ini diperoleh berdasarkan keterangan yang bersumber dari wawancara dengan klien terkait suatu permasalahan, dokumen-dokumen milik klien yang digunakan untuk kepentingan klien, dokumen-dokumen milik lawan klien yang digunakan untuk kepentingan klien, dokumen-dokumen dari negara yang digunakan untuk kepentingan klien.

3) Informasi dari keadaan yang berlaku secara umum Informasi ini didapatkan berdasarkan pengetahuan masyarakat yang biasanya telah diketahui secara umum dan tidak perlu lagi diperdebatkan kebenarannya, seperti: hari kerja, hari libur dan sebagainya.

2.4 Hukum

2.4.1 Pengertian Hukum

Ada banyak pendapat dari para ahli hukum yang mengenai definisi hukum. Berikut ini adalah beberapa pendapat yang dikemukan oleh para ahli hukum tentang definisi dari hukum.

Menurut Borst yang dikutip oleh Soeroso (2008: 27) “Hukum ialah keseluruhan peraturan bagi kelakuan atau perbuatan manusia di dalam masyarakat, yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dan bertujuan mendapatkan tata atau keadilan.”


(4)

Kelsen juga mengutarakan pendapat tentang definisi hukum yang disitir oleh Kartasapoetra (1999: 12) adalah:

Hukum ialah suatu sistem kaidah, pada hakekatnya merupakan pedoman atau pegangan bagi manusia yang digunakan sebagai pembatas sikap, tindak atau perilaku dalam melangsungkan antar hubungan dan antar kegiatan dengan sesama manusia lainnya dalam pergaulan hidup bermasyarakat.

Sedangkan menurut pendapat Kan yang disitir oleh Soeroso (2008: 27) “Hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat.”

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka penulis menarik kesimpulan bahwa hukum merupakan pedoman bagi manusia dalam melangsungkan antar hubungan sesama manusia yang bersifat memaksa untuk melindungi manusia dalam hidup bermasyarakat.

2.4.2 Pembagian Hukum

Menurut Kartasapoetra (1999: 23-27) pembagian hukum ada beberapa macam yaitu, menurut sifatnya, menurut keadaannya, menurut territorial atau daerah berlakunya.

1. Hukum menurut sifatnya:

a. Hukum publik ialah hukum yang berlaku bagi umum (hukum umum) mengatur hubungan antara negara dengan individu, antara negara dengan bagian-bagiannya, antara negara dengan negara. b. Hukum privat ialah hukum yang mengatur hubungan antara

individu dengan individu lainnya atau hubungan antara individu dengan sesuatu golongan, merupakan hukum perseorangan atau hukum pribadi.

2. Hukum menurut keadaannya:

a. Hukum positif ialah hukum yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu.

b. Hukum kodrat/hukum alam ialah hukum yang ideal. Dasar pemikiran ini ialah karena adanya hukum yang bersifat abadi dan berlaku universal mengenai bagaimana keharusan perilaku manusia di dalam kehidupan bersama.

3. Hukum menurut territorial atau daerah berlakunya:

a. Hukum nasional ialah hukum yang di setiap negara berlaku secara menyeluruh, yang harus ditaati oleh seluruh warganegaranya termasuk pula mereka yang menjadi penduduk dan yang sementara tinggal di wilayah negara tersebut, tanpa ada kekecualian.

b. Hukum Internasional ialah hukum yang diakui dan berlaku bagi seluruh negara di dunia, karena berlangsungnya hubungan atau


(5)

timbulnya perselisihan antar negara, peperangan, dan lain sebagainya.

c. Hukum asing ialah hukum suatu negara asing yang berlaku di suatu negara atau daerah lain, dapat terjadi apabila:

1) Seorang warga negara asing diadili oleh pengadilan suatu negara dengan mengingat keadilan perlu memperhatikan pula hukum yang berlaku di negaranya.

2) Suatu negara atau suatu daerah menjadi daerah pendudukan negara lain, sehingga hukum di daerah itu harus tunduk kepada hukum lain, yang diberlakukan oleh mereka yang berkuasa. Pendapat lain dari Kansil yang dikutip Ishaq (2008: 118-119), bahwa pembagian hukum terdapat delapan asas pembagian, yaitu:

1. Menurut sumbernya, hukum dapat dibagi dalam: a. Hukum undang-undang

b. Hukum kebiasaan c. Hukum Traktat d. Hukum yurisprudensi

e. Hukum ilmu (hukum doktrin)

2. Menurut bentuknya, hukum dapat dibagi dalam: a. Hukum tertulis

b. Hukum tak tertulis (hukum kebiasaan)

3. Menurut tempat berlakunya, hukum dapat dibagi dalam: a. Hukum Nasional

b. Hukum Internasional c. Hukum Asing

d. Hukum Gereja

4. Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibagi dalam:

a. Ius Constitutum (hukum positif) b. Ius Constituendum

c. Hukum Asasi (hukum alam)

5. Menurut cara mempertahankannya, hukum dapat dibagi dalam: a. Hukum materiil

b. Hukum formil

6. Menurut sifatnya, hukum dapat dibagi dalam: a. Hukum yang memaksa

b. Hukum yang mengatur

7. Menurut wujudnya, hukum dapat dibagi dalam: a. Hukum objektif

b. Hukum subjektif

8. Menurut isinya, hukum dapat dibagi dalam: a. Hukum privat (hukum sipil)


(6)

2.4.2.1 Hukum Menurut Bentuk

Ditinjau dari segi bentuknya hukum dapat dibagi menjadi dua yaitu, hukum tertulis dan tidak tertulis. Beberapa pendapat dari ahli hukum pengertian hukum tertulis dan hukum tidak tertulis yaitu:

Menurut Sudarsono (2004: 188-189) definisi hukum tertulis dan hukum tidak tertulis adalah:

Hukum tertulis ialah apabila kaidah-kaidah hukum tersebut telah termaktub di dalam peraturan perundang-undangan dalam segala bentuknya. Sedangkan hukum tidak tertulis ialah apabila kaidah-kaidah hukum tersebut hanya dalam kenyataan di tengah-tengah masyarakat ternyata masih hidup dalam keyakinan masyarakat dan ditaati sebagaimana peraturan perundang-undangan, akan tetapi hal itu tidak tertulis.

Pendapat lain yang diuraikan oleh Ishaq (2008:120) mengenai definisi dari hukum tertulis dan hukum tidak tertulis, yaitu:

Hukum tertulis (statute law/written law) adalah hukum yang tercantum dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Hukum tertulis ini ada yang terkodifikasi seperti KUHP, KUH Perdata, KUHAP, KUHD. Ada yang tidak terkodifikasi seperti peraturan perundang-undangan hak merek perdagangan (undang-undang), peraturan pemerintah, keputusan presiden. Sedangkan hukum tidak tertulis (unwritten law) adalah hukum yang hidup dalam keyakinan masyarakat dan keberlakuannya ditaati sebagai kaedah hukum. Hukum ini disebut juga hukum kebiasaan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai pembagian hukum dapat disimpulkan bahwa hukum dapat dibagi menjadi delapan asas pembagian, yaitu hukum menurut sumbernya, hukum menurut bentuknya, hukum menurut tempat berlakunya, hukum menurut waktu berlakunya, hukum menurut cara mempertahankannya, hukum menurut sifatnya, hukum menurut wujudnya, dan hukum menurut isinya.