Modal Sosial Pedagang Kuliner Di Pantai Bagan Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Modal Sosial
Konsep modal sosial muncul dari para ahli yang mengatakan, bahwa

anggota masyarakat tidak mungkin dapat mengatasi berbagai masalah yang
dihadapi secara individu. Dalam hal tersebut diperlukan adanya kebersamaan dan
kerjasama yang baik, dari segenap anggota masyarakat yang berkepentingan
untuk mengatasi masalah-masalah yang ada. Modal sosial dapat diimplikasikan
dalam upaya percepatan pembangunan masyarakat salah satunya dibidang
ekonomi. Prinsip dasar dari modal sosial adalah bahwa kelompok-kelompok
masyarakat yang memiliki seperangkat nilai sosial, dan budaya yang menghargai
pentingnya sebuah kebersamaan dan kerjasama dengan kekuatan yang ada, untuk
mengatasi berbagai masalah. Kelompok masyarakat bersama-sama dalam
bertindak untuk memikirkan dan melakukan langkah-langkah terbaik dengan
mengerahkan pemanfaatan terhadap potensi dan sumber daya yang dimiliki.
Modal sosial juga menekankan bahwa perlunya sebuah kemandirian dalam
mengatasi masalah sosial dan ekonomi (Syahra, 2003).


2.2

Jenis Modal Sosial
Berdasarkan konsep pembangunan berbasis masyarakat yang dikemukakan

oleh Hasbullah (2006) diketahui bahwa keberhasilan pembangunan masyarakat
perlu dilihat dari beberapa modal komunitas (community capital) yang terdiri dari
:
24

a. Modal Manusia (human Capital) yang berupa kemampuan personal seperti
pendidikan, pengetahuan, pengalaman, kesehatan, keahlian dan keadaan
terkait lainnya;
b. Modal Sumberdaya Alam (natural capital) yang berupa perairan laut, hasil
laut dan hasil alam lainnya;
c. Sumber Ekonomi Produktif (produced economic capital) yang berupa
asset ekonomi dan finansial serta asset lainnya;
d. Modal Sosial (capotal sosial) yang berupa (kepercayaan, jaringina, nilai
dan norma).


2.3

Definisi Modal Sosial
Putnam (1999), Modal sosial sebagai jaringan-jaringan, nilai-nilai dan

kepercayaan yang timbul diantara para anggota perkumpulan, yang memfasilitasi
koordinasi

dan

kerjasama

untuk

manfaat

bersama.

Bourdieu


(1986)

mendifinisikan modal sosial adalah sebagai sumberdaya aktual dan potensial yang
dimiliki oleh seseorang berasal dari jaringan sosial yang terlembaga serta
berlangsung terus-menerus dalam bentuk perilaku timbal-balik atau dengan kata
lain keanggotaan dalam kelompok sosial, yang memberikan kepada anggotanya
berbagai bentuk dukungan kolektif (Damsar, 2009).
Sedangkan pandangan dari beberapa ahli sosiologi dan antropologi
Indonesia mengatakan bahwa modal sosial mencakup potensi kelompok dan polapola hubungan antar individu dalam suatu kelompok dan antar kelompok dengan
ruang perhatian pada jaringan sosial, norma, nilai dan kepercayaan antar sesama

25

yang

berasal

dari

anggota


kelompok

dan

menjadi

norma

kelompok

(Koentjaraningrat, 1990; Soekanto, 2002; Hasbullah, 2006).

2.4

Unsur-Unsur Modal Sosial
Analisis dari beberapa ahli bahwa modal sosial juga memiliki beberapa

unsur-unsur pokok. Adapun unsur pokok tersebut yakni :
a. Kepercayaan (trus), adalah keyakinan akan reibilitasi seseorang atau

sistem, terkait dengan berbagai hasil atau peristiwa dimana keyakinan itu
mengekspresikan suatu iman terhadap integritas atau kepedulian orang
lain, atau terhadap ketepatan prinsip. Bentuk kepercayaan tersebut
diantaranya kejujuran, kewajaran, sikap egaliter, toleransi dan kemurahan
hati.
b. Jaringan (networks), adalah hubungan antar individu yang memiliki makna
subyektif yang berhubungan atau dikaitkan dengan suatu ikatan. Jaringan
sebagai sumber daya dari modal sosial, karena dengan kepemilikian
hubungan antar individu yang memiliki makna subyektif, yang
berhubungan atau dikaitkan dengan suatu sebagai simpul dan ikatan
makna para aktor yang memiliki modal yang mampu diinvestasikan dalam
suatu struktur hubungan sosial. Salah satu kunci keberhasilan membangun
modal sosial terletak pada kemampuan sekelompok orang atau kumpulan
orang yang melibatkan dalam suatu hubungan jaringan sosial. Jaringan
sosial merupakan bentuk modal sosial yang banyak digunakan dalam
bidang perdagangan, sehingga sering sekali dijumpai dalam bisnis yang
dilakukan oleh beberapa orang.
26

c. Nilai (value), dipahami sebagai gagasan mengenai apakah suatu

pengalaman tersebut berarti, berharga dan pantas. Sebaliknya nilai tersebut
apakah tidak berarti, tidak berharga, dan tidak pantas. Oleh karena itu,
nilai yang menjadi suatu prinsip ada di individu tentang sesuatu baik atau
buruk, diharapkan atau tidak diharapkan.Nilai dalam modal sosial sangat
berpengaruh bagi perilaku aktor, sebagaimana dalam masyarakat, nilai
merupakan sesuatu yang berharga. Nilai yang diharapkan dari seseorang
dalam usaha perdagangan diantaranya pedagang kuliner memiliki sikap
jujur, tulus serta saling menghargai dalam menjaga hubungan yang
dibentuk dengan karyawanya, pemasok langganan, konsumen dan pihakpihak lainnya. Sedangkan nilai yang dimiliki pedagang dalam usahanya
dengan para konsumennya yakni memberikan pelayanan yang baik,
menjaga kepuasan konsumen, sopan santun. Dengan hubungan ini akan
menciptakan hubungan yang harmonis diataranya tanpa ada yang merasa
dirugikan.
d. Norma (norms), dipahami sebagai aturan main bersama yang menuntun
perilaku seseorang. Norma menjadi petunjuk dalam berbagai kehidupan
sosial. Norma yang dimaksud, seperti nilai-nilai bersama, norma dan
sanksi dan aturan-aturan yang telah disepakati bersama dan dijalankan
secara bersama, baik tertulis maupun tidak tertulis. Dalam konteks
pembahasan modal sosial, norma tidak bisa dilepaskan dengan jaringan,
kepercayaan, dan nilai. Keberadaan norma seperti dalam aktivitas

perdagangan akan mengontrol perilaku para aktor atau pedagang. Norma
yang telah berlaku di dalam aktivitas pedagang dengan relasi yang terkait,
27

norma yang diciptakan dan disepakati sebelumnya untuk menjaga
hubungan yang harmonis dan tetap saling mendukung satu sama lain serta
konsisten dalam menerima sanksi-sanksi yang telah disepakati bersama
jika melakukan kesalahan.
Modal sosial yang dimaksud adalah serangkaian nilai dan norma informal,
menjadi perekat bagi setiap individu. Seperti rasa saling percaya, saling
pengertian, adanya hubungan jaringandan hubungan sosial lainnya. Kesamaan
nilai dan perilaku bersama yang dimiliki para anggota suatu kelompok
masyarakat, dan akhirnya mencapai tujuan bersama serta meningkatkan
kesejahteraan. Modal sosial juga dipahami sebagai pengetahuan dan pemahaman
yang dimiliki bersama oleh komunitas, serta pola hubungan yang memungkinkan
sekelompok individu melakukan satu kegiatan yang produktif. Modal sosial ini
sangat penting bagi komunitas karena: (1) Memberikan kemudahan dalam
mengakses informasi bagi anggota komunitas, (2) Menjadi media pembagian
kekuasaan


dalam

komunitas,

(3)

Mengembangkan

solidaritas,

(4)

Mengembangkan mobilitas sumber daya komunitas, (5) Memungkinkan
pencapaian tujuan bersama.
Dalam meningkatkan kondisi kehidupan yang memberikan perhatian pada
masyarakat sebagai suatu kesatuan kehidupan bermasyarakat, guna merealisasikan
tujuan dalam meningkatkan kehidupannya yang lebih cenderung pada
pemanfaatan dan pendayagunaan, senergi yang ada dalam kehidupan masyarakat
itu sendiri. Terkait dengan masyarakat di pedesaan memiliki karakteristik
diantaranya, adanya asas kepercayaan (rasa saling percaya) dan ikatan lokalitas

serta adanya kehidupan sosial yang terorganisasi. Dari asas tersebut terdapat
28

jaringan interaksi dan relasi sosial yang cukup kohesif. Terkait dengan penelitian
ini bahwa pelaku usaha atau pedagang kuliner tentunya memiliki modal sosial
dalam mewujudkan pembangunan nasional dibidang industri salah satunya usaha
kuliner yang telah menjadi lokasi wisata. Para pedagang kuliner masing-masing
mempunyai perasaan dan kesadaran, yang merupakan bagian dari kehidupan
bersama, dalam menjalani usaha yang akan meningkatkan kesejahteraan dan taraf
hidup yang lebih baik, dan membentuk ikatan yang kuat terhadap sesamanya.
Dengan modal sosial yang dikembangkan dalam kehidupan keseharian
pedagang kuliner, maka dipastikan bahwa mereka akan memperoleh kesejahteraan
hidup yang baik dan berkualitas. Mereka juga dapat mempersiapkan diri mereka,
sebagai pedagang kuliner yang bersaing secara sehat, saling mendukung dan
bekerja sama satu sama lain. Selain itu pedagang kuliner juga akan mampu
memperoleh keuntungan dan peningkatan serta mengatasi berbagai ancaman dan
kendala, sebagai bentuk tantangan yang memiliki pengaruh terhadap bisnis
kuliner mereka baik secara lokal maupun global.
Pedagang yang dimaksud adalah seoarang pedagang yang mestinya
memiliki modal sosial yang telah dijelaskan sebelumnya. Termasuk juga modal

manusia, yakni adalah seseorang yang memiliki keahlian dan kemahiran dalam
memberikan ide-ide baru yang secara kreatif dan berinovasi. Seorang tersebut
dalam penilitian ini adalah pedagang kuliner itu sendiri, juga karyawan yang
bekerja di wisata kuliner tersebut.

29

2.5

Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Dewi (2010)

yang menyimpulkan bahwa modal sosial

pedagang pasar tibanterdapat adanya unsur-unsur modal sosial yang berdasarkan
dari ajaran agama islam yang dianut sebagian besar pedagang pasat tiban, Shinta
menemukan modal sosial dalam bentuk kepercayaan seperti adanya rasa saling
percaya di antara anggota komunitas pedagang pasar tiban antara lain:
1. Kesepakatan bersama mengenai tempat lokasi, hari dan waktu untuk
mulai menggelar kegiatan perdagangan di pasar tiban. Hal ini didasarkan

bahwa dengan lokasi dan waktu yang berbeda akan membawa
keuntungan bagi para pedagang pasartiban.
2. Jika ada anggota yang ingin melakukan ibadah sholat, ataupun
berpergian sejenak untuk keperluan lain, maka pedagang biasanya
menitipkan barang dagangangannya ke pedagang di sebelahnya tanpa
takut barangnya akan diambil orang ataupun hilang.
3. Jika terjadi kesalahan dalam pemberian barang terhadap konsumen yang
tidak sesuai dengan pesanan, pedagang biasanya pergi mencari dan
mengambil ke pedagang sebelah tanpa membayar kepada pemiliknya
terlebih dahulu, jika barang sudah dibeli maka barang tersebut dibayar
kepada pemiliknya dan pedagang tersebut hanya mengambil sedikit
keuntungan hasil dari penjualannya.
4. Apabila dalam pengembalian uang atas barang yang telah laku, dan
pembeli membayar dengan uang yang besar dari nilai belinya (duit
gede), maka mereka saling menukar uang atau bahkan kalau tidak ada
tukarannya, mereka memberi pinjaman dahulu.
30

5. Jika anggota pedagang tidak memiliki atau belum menyediakan plastik
pembungkus, sementara ada konsumen yang ingin membeli barang
tersebut

maka

pedagang

disebelah

akan

memberikannya

atau

meminjamkan jenis barang yang sama.
Modal sosial berikutnya dalam bentuk nilai, diantara pedagang pasar tiban yaitu :
1. Nilai

kebersamaan

atau

paguyuban

para

pedagang

pasar

tiban

mengembangkan kebersamaan tersebut dan tetap bisa saling mendukung,
ditambah lagi mereka menerima pedagang lain berjualan di lokasi tersebut,
pedagang menyediakan hiburan di pasar tiban, diharapkan masyarakat atau
para konsumen akan semakin bertambah, hal ini pada akhirnya
meningkatkan solidaritas di antara sesama pasar tiban.
2. Nilai kejujuran, seperti bentuk rasa saling percaya pedagang dalam
menitipkan barang dagangannya, ke pedagang sebelah maka pedagang
tetap jujur dan amanah dalam tugas yang diberikan.
3. Nilai berdagang (bekerja) yang di anggap pedagang adalah suatu ibadah.
Hal ini dijelaskan bahwa berdagang yang dilakukan pedagang pasar tiban
adalah semata-mata untuk kebutuhan keluarga, dan bekerja adalah ibadah
untuk mencari nafkah dengan cara halal demi keluarga.
Modal sosial yang di bentuk berdasarkan norma-norma yang telah diciptakan
pedagang pasar tiban seperti:
1. Pedagang dilarang menjual barang dagangan yang sama dengan selisih
harga yang terlalu signifikan, karena dalam hal ini menganggap akan
mematikan pasar dagangan lainnya.

31

2. Kesepakatan dalam pembagian lokasi tempat berjualan, yang sudah
diberikan masing-masing pedagang dan tidak boleh menempati tempat
pedagang lain apabila pedagang tersebut tidak berjualan.
3. Kesepakatan bahwa jembatan yang terdapat dilokasi tersebut tidak boleh
di jadiakan untuk lokasi berdagang, karena akan mengganggu lalu lintas.
4. Kesepakatan iuran yang dipungut dari pedagang pasar tiban secera tertulis
dan uang iuran tersebut digunakan untuk mendukung oprasional pedagang
pasar tiban.
Modal sosial yang terlihat bahwa dari nilai-nilai atau unsur modal sosial
yang bersumber dari ajaran Islam yang dianut pedagang pasar tiban ini. Selain itu
terdapatnya partisipasi yang berdimensi hubungan timbal balik serta adanya
struktur otoritas yang dihormati, membuat keberadaan pasar tibanmampu
memberikan manfaat tidak saja bagi pedagang, melainkan bagi masyarakat dan
aparat pemerintah setempat. Sehingga hal meningkatkan perekonomian dan
menciptkan sebuah tatanan sosial yang membuat kerja sama menjadi lebih efektif
serta efesien untuk membangun kehidupan yang lebih baik kualitasnya.
Pedagang pasar tiban terus mengalami kemajuan, dikarenakan para
pedagang memiliki beberapa survival strategi diantaranya, keberadaan dalam
meningkatkan omzet penjualan, keberadaan dalam meningkatkan jumlah
konsumen, keberdayaan dalam modal, keberdayaan dalam peningkatan ekonomi
keluarga, serta keberayaan dalam menjalin relasi antara sesama pedagang pasar
tiban, antara pedagang pasar tiban dengan konsumen, masyarakat maupun aparat
pemerintah setempat.Disamping itu terdapat faktor yang menjadi pendukung bagi
keberlangsungan pedagang pasar tiban diantaranya adanya rasa kebersamaan32

paguyuban serta solidaritas diantara mereka dan adanya respon positif dan
dukungan baik dari masyarakat maupun pemerintah setempat.
Sedagangkan

faktor

penghambatanya

adalah

terkadang

muncul

ketidakompakan dari anggota dalam menentukan tempat lokasi serta waktu jam
untuk membuka pasar tiban, faktor cuaca yang tidak mendukung untuk berjualan
(hujan) serta ketiadaan atau minimnya modal untuk menambah usaha pedagang
pasar tiban ini. Begitu juga penelitian yang akan di lakukan peneliti dengan judul
yang berbeda pada objek yang sama, hasil penelitian Shinta memperlihatkan
modal sosial yang terjadi di dalam perdagangan merupakan contoh nyata, begitu
juga dengan peneliti ingin melihat contoh nyata modal sosial yang terjadi pada
pedagang kuliner di lokasi yang telah dipilih.
Hasil penelitian Nirfadhilah (2016) yang menyimpulkan, modal sosial
dalam bentuk jaringan yang di bangun pedagang makanan Pasar InfersKelurahan
Baqa Kecamatan Samarinda Seberang. Dalam rangka meningkatkan usaha
dagangan mereka, adanya pertukaran timbal balik, solidaritas dan kerjasama. Para

pedagang warung makanan, memiliki pola interaksi yang dibentuk oleh pedagang
warung makanan antara pedagang dengan pedagang, pedagang dengan pembeli,
pedagang dengan agen–agen bahan masakan, pedagang dengan petugas keamanan.

Berikut bentuk jaringan yang terjadi pada pedagang pasar Infers Samarida
Seberang.
Berdasarkan konsep jaringan sosial penelitian Nirfadhilah di bawah,
bahwa pedagang dapat dikatakan sukses jika pedagang tersebut memiliki jaringan
yang lebih banyak dibanding pedagang lain, serta pedagang tersebut memiliki
kekuatan dan mampu mempertahankan jaringan tersebut. Pedagang warung
33

makanjuga dapat menjadi jalur penghubung diantara pedagang lain yang
mengembangkan relasi dalam menjalin suatu hubungan modal sosial.

Selain modal sosial dalam bentuk jaringan, juga terdapat modal sosial
lainnya pada pedagang warung makanan Pasar Infers. Ditemukan bahwa tindakan
dari pedagang warung makanan mencerminkan norma informal yang berdasarkan
pada kepercayaan diantara sesama pedagang, memunculkan nilai-nilai yang
dibangun bersama (sosiabilitas). Modal sosial pedagang dalam bentuk
kepercayaan seperti adanya sikap jujur, toleran, keramahan dan saling
menghormati. Sosiabilitas (nilai-nilai yang di bangun bersama) seperti pedagang
memberi hutang kepada pembeli, karena pembeli tersebut adalah langganan dari
pedagang warung makanan. Adanya norma dan aturan informal yang berlaku di
ruang lingkup pedagang, dapat mereka patuhi bersama walaupun tidak ada
perjanjian secara tertulis diantaranya tolong menolong, membayar uang
34

keamanan, dan adanya aturan terhadap masalah harga jual. Kelompok pedagang
tersebut membentuk aturan-aturan, yang membawa proses interaksi antara
pedagang warung makanan di Passar Inpres Samarinda Seberang.
Hasil penelitian Hapsa Usman dkk (2016) dengan menggunakan metode
deskriptif, menyimpulkan bahwa partisipasi masyarakat ekonomi produktif yaitu
nelayan, dan petani rumput laut. Berdasarkan analisa potensi ekonomi sosial dan
demografi, pantai wisata Tobilolong sangat berpotensi menjadi pantai wisata
dengan nilai rata-rata potensi 37 dari 21 ini dianggap berpotensi tinggi. Tingkat
kepentingan wisatawan terhadap pengembangan kuliner wisata rata-tara sebesar
89% sehingga peluang pengembangan kuliner wisata pantai Tobilolong sangat
menjanjikan. Salain itu berdasarkan analisa internal (IFAS) menunjukkan bahwa
wisata Tobilolong memiliki keindahan pantai yang menarik, tingkat promosi yang
tinggi, dukungan masyarakat dan pemerintah, potensi SDM pariwisata yang besar,
dan kelembagaan masyarakat lokal. Namun, berdasarkan analisis SWOT
menghasilkan nilai rata-rata strength sebesar 2,00, sedangkan kelemahan meliputi,
akses transportasi yang belum memadai, SDM terbatas, sarana prasarana juga
belum mamadai, tidak adanya pemeliharaan ekosistem wisata, sanitasi dan
keberhasilan yang buruk, dan diversikasi dan inovasi yang belum bagus dengan
nilai rata-rata weakness sebesar 0,56 dengan ini membutuhkan perhatian dari
semua pihak. Penelitian Usman dkk, juga menemukan dalam anlisisa Eksternal
(EFAS) peluang kuliner wisata tinggi yang harus direbut oleh wisata pantai
Tobilolong, yaitu jumlah pengunjung yang semakin banyak, minat pengunjung
meningkat, menyediakan restoran, kebijakan pemerintah dalam bidang pariwisata,
wawasan keterampilan dan pengetahuan masyarakat, serta terbuka lebar pasar
35

wisata dan desa wisata dengan nilai rata-rata opportunity sebesar 2,17% dan
tingkat ancaman sebesara 0,47% yakni persaingan, kondisi ekonomi daerah,
konflik ruang, pencemaran lingkungan, lemah koordinasi pada pihak pemerintah,
masyarakat

wisata

dan

pihak

swasta,

rendahnya

kemampuan

dan

keahlianmasyarakat ekonomi produktif Desa Tobilolong, sehingga wisata kuliner
ini harus mendapatkan perhatian.
Hasil

penelitian

Mustika

dan

Apriliani

(2013)

menggambarkan

kebertahanan pedagang serombotan wisata kuliner lokal di daerah penelitiannya,
terdapat lima faktor yang mempengaruhi, berdasarkan angka hasil olahan data
outputSPSS:
1. Kemudahan memperoleh modal sebesar 68,1 persen, Artinya pedagang
dalam kemudahan memperoleh modal dengan angka tersebut cukup besar,
modal usaha yang mudah diperoleh menjadi pertimbangan para pedagang
untuk dapat terus bertahan yang menggeluti usaha dagang serombotan.
2. Ketersediaan bahan baku sebesar 23,3 persen, faktor ketersediaan bahan
baku angka tersebut tergolong kecil, menandakan bahwa faktor ini bukan
menjadi faktor yang penting untuk di pertimbangkan oleh pedagang.
Walaupun tetap menjadi salah satu faktor yang harus mendapat perhatian.
3. Proses pengolahan bahan baku sebesar 48,8 persen, proses pengolahan
bahan baku angka tersebut cukup besar sehingga mempengaruhi
kebertahanan

pedagang

serombotan,dalam

pengolahan

pedagang

mengakui, membutuhkan waktu lebih lama dalam mengolah bahan sejenis
serombotan yaitu sambal. Karena untuk membuat sambal serombotan
harus melalui beberapa tahap mulai dari pembakaran kelapa, penghalusan
36

bumbu-bumbu, pemarutan kelapa, mengolah kelapa menjadi santan, dan
sebagainya, sehingga menghasilakan sambal serombotan yang khas.
4. Proses pemasaran sebesar 95 persen, pemasaran dengan angka tersebut
mempengaruhi kebertahanan pedagang. Hal ini berkaitan dengan
pemilihan tempat dan waktu pemasaran serombotan. Dalam aktivitasnya
pedagang memasarkan serombotan di tempat yang strategis yang dapat
dijangkau oleh masyarakat seperti pasar tradisional, pasar Seni dan pasar
Senggol,

terkait dengan

waktu

bahwa para

pedagang sebagian

memasarkan serombotan mulai pagi hingga siang hari. Memilih lokasi di
pasar tradisional dan pasar seni yang beroprasinya hanya di pagi hingga
siang hari, pedagang yang memilih di pasar senggol mulai beraktivitas
pukul 15.00 sore hingga 21.00 malam. Dan sebagian besar pedagang yang
memilih lokasi dagangannya di pinggir-pinggir jalan mulai beraktivitas
pukul 16.00 hingga selesai.
5. Pengaruh keberadaan pesaing sebesar 95 persen, keberadaan pesaing
dengan angka tersebut bahwa pedagang terus memantau terhadap para
pesaingnya, khusunya pedagang yang menjual dengan produk yang sama.
Para pedagang mengaku bahwa meskipun mereka memiliki pelanggan
yang tidak akan beralih ke pedagang yang lain, namun pedagang merasa
takut kehilangan pelanggan, jika mereka tidak memiliki inovasi dan
kreativitas dalam menyajikan produk dagangan mereka. Artinya penting
sekali akan kemampuan berinovasi dalam mengemas produk-produk
dagangannya dengan beragam bentuk maupun kreasi yang unik agar

37

memiliki daya tarik yang tidak membuat para pelanggan beralih ke
pedagang yang lain dengan produk yang sama.
Dari

hasil

penelitian

Mustika

dengan

Apriliani

memfokuskan

kebertahanan pedagang serombotan dengan beberapa faktor yang mempengaruhi
pengembangan kuliner lokal, beberapa yang menjadi fokus peneliti dalam
mengakaitkan penelitiannya pada pedagang kuliner. Dari penganalisisan peneliti
terhadap beberapa hasil penelitian diatas,

terdapat beberapa faktor yang

merupakan ancaman dalam bentuk peluang dan tantangan bagi para pedagang,
dan peneliti akan mencoba mencari tahu keberadaan pedagang kuliner dalam
mempertahankan hasil kuliner yang diolahnya yaitu bahan olahan (seafood) yang
menjadi ciri khas dari pedagang kuliner yang tersedia, dan ketersedian peluang
dan tantangan yang menjadi ancaman bagi pedagang kuliner, di pantai Bagan desa
Percut dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.

2.6

Pengertian Wisata Kuliner
Undang-undang Kepariwisataan Nomor 10 Tahun 2009,

mengatakan

Wisata merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarikwisata yang dikunjungi dalam
jangka waktu sementara, tentunya kegiatan tersebut dilakukan dengan sukarela
dan bersifat sementara untuk menikmati dan daya tarik wisata, kuliner adalah
hasil olahan berupa masakan. Masakan tersebut berupa lauk-pauk, makanan dan
minuman (Gunawan at.al, 2014).

38

Wisata kuliner merupakan suatu perjalanan seseorang atau sekelompok
yang dilakukan sementara waktu, dengan berbagai macam tujuan guna memenuhi
kebutuhan dan keinginan beraneka ragam yang berhubungan dengan makanan dan
minuman. Wisata kuliner juga dapat merupakan suatu wadah yang penting untuk
membantu perkembangan ekonomi dan pembangunan masyarakat dan dapat
ditemukan baik didaerah perkotaan maupun pedesaan. Untuk membantu
perkembangan wisata kuliner, sebuah produk yang berupa makanan dan minuman
harus disajikan secara unik dan menarik yang dapat mengesankan bagi wisatawan
(Usman dkk, 2016).

2.7

Pedagang Kuliner
Pedagang adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya

tergantung langsung pada hasil usaha dagangan, pelanggan (konsumen), dan
pemasok bahan. Pedagang dianggap sebagai sumber pemenuhan kebutuhan
ekonomi keluarga, sehingga hal ini membuat pedagang memiliki sifat-sifat yang
diantaranya, pekerja keras, ulet, cepat mengambil keputusan dan berani
mengambil resiko. Bagi pedagang tindakan yang mereka lakukan merupakan hal
yang mengarah pada satu tujuan, tujuan ini ditentukan oleh nilai atau pilihan
(profesi). Berbagai upaya akan dilakukan oleh pedagang dalam memenuhi
kebutuhan keluarganya

terutama

untuk

meningkatkan

taraf hidup

dan

mendapatkan kesejahteraan. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1994, pedagang
adalah orang atau badan membeli, menerima atau menyimpan barang penting
dengan maksud untuk di jual diserahkan, atau dikirim kepada orang atau badan

39

lain, baik yang masih berwujud barang asli, maupun barang yang sudah diolah
atau dijadikan barang dengan bentuk lainKadarisman (2015).
Pedagang kuliner merupakan sekelompok pembisnis atau pelaku usaha
yang aktivitasnya menyediakan dan memenuhi permintaan konsumen, atau
pembeli dalam bentuk makanan atau minuman. Menyediakan tempat serta
kenyamanan di lokasi wisata. Dalam mengembangkan usahanya, padagang
kuliner memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada disekitar. Baik
dijadikan sebagai konsumsi maupun non konsumsi, dengan memberikan suasana
yang nyaman sebagai bentuk daya tarik, memberikan kesan positif terhadap
lingkungan wisata kuliner.

2.8

Pengertian Peluang
Peluang dalam bahasa Inggris adalah opportunity yang berarti kesempatan

yang muncul dari sebuah kejadian atau moment, inspirasi juga dapat dikatakan
sebagai sumber dari peluang. Istilah Peluang usaha terdiri dari 2 (dua) kata yaitu
kata Peluang dan Usaha. Kata peluang diartikan sebagai kesempatan yang datang
atau sesuatu yang terjadi yang bisa menghasilkan keuntungan. Sedangkan kata
usaha diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan untuk mengarahkan tenaga
dan pikiran dalam mencapai target. Jadi peluang usaha adalah suatu kesempatan
yang datang sehingga dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan. Ciriciri peluang usaha yang potensial: (a). Memiliki nilai jual tinggi, (b). Peluang
tersebut bukan hanya sekedar ambisi saja, tetapi harus bersifat nyata, (c). Dapat
bertahan lama atau bekelanjutan di pasar, (d). Usaha tersebut tidak bersifat
musiman, tapi bisa berkelanjutan, (e). Skala usaha tersebut dapat diperbesar atau
40

ditingkatkan, (e) Tidak akan menghabiskan modal terlalu banyak, investasinya
tidak terlalu besar tapi sangat berpotensi menguntungkan. Peluang usaha yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah peluang dari usaha kuliner.
Peluang usaha kuliner dikategorikan sebagai peluang usaha yang terus
meningkata dan berkembang, karena bisnis kuliner merupakan sebuah peluang
usaha yang akan terus tumbuh selama manusia membutuhkan makanan. Telah
ditargetkan bahwa pada tahun 2017 peluang usaha kuliner akan terus menggeliat
seiring dengan bertambahnya populasi manusia. Namun usaha kuliner bukan saja
mengutamakan modal dalam segi materi, tetapi usaha kuliner juga membutuhkan
keahlian khusus seperti inovasi dan kreatifitas (SDM) dan mampu memilih lokasi
strategis yang mampu dijangkau oleh masyarakat (Wispandono, 2016).
Dalam penelitian ini, ingin mengetahui peluang yang diperoleh para
ppedagang kuliner dan masyarakat terhadap wisata kuliner dipantai Bagan Desa
Percut, yang berasal dari kondisi lingkungan, sesama para pedagang kuliner,
perangkat Desa Percut, dan pihak-pihak terkait. Munculnya peluang di wisata
kuliner, akan memberikan pengaruh pada kelompok pedagang temasuk pada
usaha dan aktivitas yang sedang mereka jalankan. Peluang akan selalu terbuka
lebar jika para pedagang jeli melihatnya, dan dimanfaatkan dengan baik untuk
meningkatkan kemajuan usaha tersebut. Peluang itu sendiri merupakan sebuah
kesempatan yang menguntungkan terhadap seseorang terkait dengan peningkatan
ekonomi dan sumber daya manusianya, pada seseorang yang sedagang melakukan
sebuah usaha yang digeluti.

41

2.9

Pengertian Tantangan
Tantangan adalah suatu hal atau bentuk usaha yang memiliki tujuan untuk

mengubah kemampuan seseorang maupun kelompok (Faruq, 2015). Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) tantangan dapat diartikan sebagi : (1)
ajakan berkelahi (berperang dan sebagainya), (2) hal atau objek yang mengubah
tekat untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah rangsangan (untuk
bekerja lebih giat dan sebagainya) , (3) hal atau obejek yang perlu ditanggulangi.
Tantangan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap aktivitas
yang sedang berlanjut dalam masyarakat, ataupun sesuatu yang akan
memperlihatkan kekuatan baik dari fisik maupun mental yang pada masyarakat
(komunitas) dalam bidang usaha. Untuk mempertahankan apa yang ingin
dipertahankan agar tidak mengalami goncangan atau usaha yang sedang di
lakukan tidak mengalami kegagalan. Suatu peluang yang ada dalam bisnis kuliner
tersebut akan menciptakan suatu tantangan bagi para pedagang kuliner.
Dalam hal ini penelitian dilakukan untuk mengetahui modal sosial
pedagang yang berada di pantai Bagan desa Percut. Selain itu pedagang juga akan
memperoleh peluang yang ada, serta menghadapi tantangan yang akan
mempengaruhi keberadaan uaha mereka. Sehingga akan terlihat proses bekerjanya
modal sosial yang diantaranya kepercayaan (trust), jaringan (networks), nilai dan
norma (value dan norms) pedagang kuliner dengan relasi atau pihak-pihak terkait
yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dilihat pada konsep di bawah ini:

42

Gambar 2.1 : Konsep Penelitian Pedagang Kuliner

Konsep di atas menjelaskan bhawa modal sosial yang dimiliki pedagang
kuliner, akan sengaja dibentuk dengan relasinya. Hal ini yang dipengaruhi oleh
peluang dan tantangan yang akan dihadapi oleh pedagang kuliner di pantai Bagan
desa Percut. Unsur modal sosial yang diantaranya Kepercayaan (trust), Jaringan
(networks), nilai dan norma (value dan norms).
Pedagang kuliner yang dimaksud di atas adalah, seorang yang merupakan
pemilik dari usaha rumah makan/restoran di wisata kuliner pantai Bagan desa
Percut. Relasi yang menjadi jembatan dalam hubungan yang dibentuk oleh
pedagang kuliner adalah: (1) Karyawan pedagang kuliner, (2) Pemasok yang
merupakan

pihak

yang

menyediakan

bahan

baku

seperti

ikan,

(3)

Konsumen/pengunjung wisata kuliner pantai Bagan Desa Percut, (4) Pihak ketiga
yang merupakan masyarakat, petugas serta pemerintah setempat yang berada di
wisata kuliner pantai Bagan Desa Percut. Hubungan diantara para pelaku usaha
43

kuliner di atas khususnya hubungan pedagang kuliner, akan terlihat peluang apa
yang akan diperoleh serta tantangan apa yang dihadapi untuk mempertahankan
memajukan usahanya dalam meningkatkan teraf hidup bagi pedagang kuliner
yang lebih baik.
Usaha kuliner merupakan industri yang strategis dalam pertumbuhan sosial
ekonomi masyarakat, dan sumber daya manusia. Kuliner bukan hanya memenuhi
produk konsumsi atau kebutuhan biologis manusia, namun kuliner saat ini
menjadi sebuah gaya hidup baru bagi kalangan masyarakat. Perkembangan usaha
kuliner semakin pasat dan diminati dikalangan masyarakat, para pelaku usaha
kuliner berusaha untuk lebih kreatif dan inovatif dalam penyajian produk khas
kulinernya. Kemajuan yang semakin meningkat dengan keberadaan kuliner,
sekarang menjadi salah satu bentuk program dalam memajukan objek wisata yang
banyak terdapat diberbagai daerah dan juga memiliki banyak wisatawan untuk
berkunjung menikmati dan menyicipi kuliner yang ada di wisata tersebut.
Keberadaan usahadibidang kuliner terhadap masyarakat disuatu daerah,
diharapkan akanmengalami peningkatan para pelaku kuliner, untuk memperloeh
taraf hidup yang lebih baik yang dilihat dari sosial dan ekonominya, serta sumber
daya manusianya yang akan membantu pedagang kuliner itu sendiri seperti
kreativitas dan inovasi dalam memperkenalkan restoran kulinernya untuk menjadi
lebih maju. Hal ini karena bisnis kuliner dianggap merupakan salah satu
bisnisyangmenjanjikan bagi kalangan usahawan, penjanjian terhadap bisnis
kuliner membuat banyak menarik perhatian dari berbagai kalangan masyarakat
baik Desa maupun Kota.Terlebih lagi usaha kuliner sudah dianggap sebagai salah
satu objek wisata yang memberikan banyak keuntungan baik daerah maupun
44

masyarakatnya. Maka hal ini akan memberikan peluang yang mampu diperoleh
masyarakat tersebut, salah satunya adalah peluang dalam penyerapan tenaga kerja,
dan peningkatan pendapatan. Berkembang dan meningkatnya bisnis kuliner
dimasyarakat, membuat hal tersebut tidak terlepas dari peranan modal sosial,
Karena jika tanpa memiliki modal sosial dan juga inovasi serta kreativitas yang
menonjol, tidak akan membuat bisnis kuliner tersebut bertahan lama. Pedagang
kuliner yang menjadi objek penelitian ini adalah yang ada telah memanfaatkan
kawasan pantai yang ada di Bagan desa Percut, pedagang menjadikan pentai dan
daerah pesisir yang terkenal dengan hasil laut yang segar-segar, sebagai bentuk
daya tarik terhadap usaha kuliner pedagang kuliner.
Perkembangan usaha kuliner yang kini dianggap sebagai lokasi wisata
merupakan suatu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh para pedagang kuliner,
dan pada sisi lain dengan berkembangan kegiatan ini, akan membantu pedagang
kuliner dalam meningkatkan kesjahteraan hidup mereka. Untuk mewujudkan
kesejahteraan ini para pedagang akan pastinya akan dihadapi berbagai tantangan,
baik dari dalam maupun dari luar yang bersal dari pihak-pihak terkait. Dari
peluang dan tantangan yang muncul, akan terlihat modal sosial pedagang kuliner
dalam mempertahankan kemajuan usaha tersebut demi meningkatkan taraf hidup
yang lebih baik.

45