Modal Sosial Pedagang Kuliner Di Pantai Bagan Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Negara-negara berkembang kini mulai mengubah orientasinya, ketika

melihat pengalaman pada negara-negara maju tentang peranan dan sumbangan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam pertumbuhan ekonomi,
termasuk juga di Indonesia. Selain pertumbuhan ekonomi, UMKM ini juga
banyak menyerap tenaga kerja. Besarnya penyerapan tenaga kerja oleh sektor
UMKM, seperti pada angka statistik yang dikeluarkan BPS tahun 2012,
menyebutkan jumlah tenaga kerja di sektor ini sebesar 107,6 juta pekerja atau
sekitar 97 persen dari jumlah pekerja di Indonesia.
Salah satu bentuk pertumbuhan ekonomi yang disumbangkan oleh Usaha
Mikro Kecil dan Menengah dalam bidang usaha perdagangan adalah jenis usaha
kuliner. Usaha kuliner yang berkembang pesat diera globalisasi ini, membuatnya
tercatat sebagai salah satu sektor industri kreatif (Prameswara, 2012). Usaha
kuliner ini banyak memunculkan berbagai kalangan usahawan yang ikut
menggeluti bidang ekonomi kreatif tersebut. Para pelaku usaha menciptakan
berbagai kreasi yang unik dan khas dalam usahanya di dunia kuliner, dengan cara

mengenalkan cita rasa masakan khas nusantara dan masakan bercirikan lokal.
Mereka menganggap, usaha kuliner ini sebagai peluang usaha yang sangat
menjanjikan. Usaha kuliner bukan hanya memberikan sumbangan terbesar bagi
perkembangan industri kreatif, tatapi usaha kuliner juga mampu mendorong sosial
dan ekonomi masyarakat khususnya masyarakat di pedesaan.

10

Perkembangan bisnis kuliner di tanah air dalam beberapa tahun terakhir
semakin meningkat. Indonesia dengan jumlah populasi penduduknya yang besar,
dan ditambah jumlah kelas menengah yang semakin meningkat tajam.Usaha
kuliner ini berkembang, yang ditandai dengan berbagai ragam jenis usaha kuliner
yang bisa ditemukan, mulai dari warung, restoran, rumah makan, kafe, bar dengan
ciri khas masing-masing. Bahkan terdapat berbagai jenis usaha khasluar negeri
yang juga dianggap sebagai bisnis kuliner di Indonesia. Menurut Widianto (2015),
usaha kuliner membuka peluang lapangan pekerjaan, terbukti sebanyak 3,7 juta
orang tenaga telah diserap di indutri ini. Pada tahun 2013 industri kuliner
memberikan kontribusi nilai tambah bruto sebesar Rp208,6 triliun dengan ratarata pertumbuhan sebesar 4,5 persen dari tahun 2012-2013. Jumlah penyerapan
tenaga kerja 3,7 juta orang dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,26 persen.
Sedangkan, unit usaha yang tercipta dari industri kuliner tercatat sebesar 3 juta

dengan rata-rata pertumbuhan 0,9 persen.Industri kuliner berkembang secara pesat
hal ini ditandai dengan peningkatan pembangunan restoran atau rumah makan.
Bisnis kuliner memang tumbuh subur seiring dengan perkembangan jumlah
penduduk dan gaya hidup masyarakat yang ingin serba instan atau cepat saji.
Menurut Badan Pusat Statistik (2012) dalam tabel 1.1 dan 1.2 di bawah ini:
Tabel 1
Perkembangan Usaha Restoran / Rumah Makan Berskala Menengah Dan
Besar, 2007 - 2012
Tahun
Jumlah
2007
1.615
2008
2.235
2009
2.704
2010
2.916
2011
2.977

Sumber : Statistik Restoran/Rumah Makan (BPS 2012)
11

Tabel Grafik 2
Peningkatan Kontribusi Sub-Industi Restoran / Rumah Makan Terhadap
Produk Domestik Bruto (dalam tingkat rupiah)
PBD

200.000
180.000
160.000
140.000
120.000
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000

169.708


186.768

155.045
137.620
121.244
106.249

Tahun
2007

2008

2009

2010

2011

2012


Sumber: Badan Pusat Statistik (2013)

Menunjukkan peningkatan usaha kuliner restoran atau rumah makan di
Indonesia yang meningkat setiap tahun antara lain, tahun 2007 unit usaha
berjumlah 1.615, tahun 2008 jumlah unit usaha naik sebesar 2.235, tahun 2009
unit usaha bertambah sebanyak 2.704, tahun 2010 unit usaha meningkat sebanyak
2.916 dan pada tahun 2011 unit usaha meningkat juga sebanyak 2.977. Unit usaha
ini ternyata memiliki dampak terhadap pertumbuhan domestik bruto yaitujumlah
produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi pada suatu
daerah di saat tertentu. Kontribusi industri kuliner terlihat dari tabel 1.2 mengenai
jumlah unit usaha restoran atau rumah makan berskala Menengah dan Besar,
mempengaruhi peningkatan pada Produk Domestik Bruto (PDB) dalam jumlah
rupiah. Restoran atau rumah makan pada tahun 2007 berada ditingkat 100.000
dengan jumlah 106.249 ribu dan naik di tahun 2012 di tingkat 200.000 dengan
jumlah 186.768 ribu.

12

Unit usaha restoran atau rumah makan pada masa ini berkembang menjadi

sebuah objek wisata, yang memberikan banyak peluang ekonomi bagi masyarakat.
Objek wisata ini bergerak dibidang kuliner yang kemudian dikenal dengan wisata
kuliner.Stowe & Johnston (dalam Leuhoe 2013:1) mengungkapkan wisata kuliner
ternyata menjadi jenis wisata yang sangat banyak dampaknya bagi perkembangan
sebuah daerah. Salah satu nilai pentingnya adalah meningkatkankesejahteraan
kehidupan masyarakat sekitar, melalui mengenalkan potensi makanan asli daerah
yang sudah mulai tergeser oleh produk-produk asing ataupun berorentasi makanan
asing. Untuk itu perlu dibuat sebuah usaha dalam meningkatkan potensi ekonomis
ini, dengan memberikan sentuhan atau dukungan untuk dapat menarik wisatawan
lokal atau asing dalam menikmati kuliner asli daerah. Istilah wisata kuliner kini
sudah tidak asing lagi di masyarakat Indonesia, saat ini banyak masyarakat yang
meminati dan memberikan perhatiannya pada usahakuliner ini, sehingga usaha
inimenciptakan kelompok-kelompok para pelaku kuliner (pedagang kuliner) yang
kreatif dan berinovasi. Selain itu, penempatan lokasi wisata kuliner yang strategis
juga merupakan bagian penting dalam kemajuannya dan lokasi yang memiliki
potensi yang memiliki peluang untuk dapat diperoleh dan dikembangkan.
Pembangunan objek wisata kuliner yang cukup populer pada masa ini adalah
wisata kuliner pantai, dengan panorama alam yang begitu indah menjadi nilai
tambah wisata kuliner di pantai. Selain itu pedagang kuliner memanfaatkan hasil
laut sebagai sajian yang dihidangkan kepada pengunjung.

Dengan berkembang dan meningkatnya bisnis kuliner dimasyarakat,
membuat hal tersebut tidak terlepas dari peranan modal sosial, khususnya bagi
para pelaku bisnis kuliner yang telah membentuk suatu hubungan yang saling
13

tergantung satu sama lain, dengan pihak-pihak terkait yang berdasarkan pada
kepercayaan, jaringan, nilai dan norma. Para pelaku usaha juga harus memiliki
sikap seperti, sikap yang inovatif dan kreatif, cepat mengambil keputusan dan
berani

menghadapi

resiko

sebagai

salah

satu


modal

mereka

untuk

mempertahankan bisnis kuliner mereka. Karena jika tanpa memiliki modal sosial
dan juga inovasi serta kreativitas yang menonjol, tidak akan membuat bisnis
kuliner tersebut bertahan lama. Ekonomi kreatif merupakan bagian yang sangat
tepat dilakukan dalam pembangunan, salah satunya industri wisata kuliner ini
yang menekankan para pelaku kuliner harus memiliki modal-modal yang dapat
mempengaruhi perkembangan usaha mereka. Dengan modal sosial yang dimiliki
para pelaku kuliner juga dapat memanfaatkan potensi yang tersedia, untuk
memperoleh peluang yang ada bagi kemajuan terhadap usahanya. Menurut
Kementerian Perdagangan RI Tahun 2008, industri kreatif berasal dari
pemanfaatan kekreativitasan, keterampilan serta bahkan individu mampu untuk
menciptakan kesejahteraan serta lapangan kerja melalui penciptaan dan
pemanfaatan dalam berkreasi dan daya cipta individu tersebut terhadap sumber
daya alam disekitar (Florida dan W.M, 2015).
Berkembangnya industri yang bergerak dibidang kuliner, dapat ditemukan

diberbagai provinsi di Indonesia, salah satunya provinsi Sumatera Utara.Angka
Statistik Restoran, BPS pada tahun 2012menunjukkan pertumbuhan jumlah
restoran atau rumah makan di provinsi Sumatera Utara bertambah setiap tahun
antara lain tahun 2009 jumlah restoran atau rumah makan berkisar 165 unit usaha,
tahun 2010 unit usaha restoran atau rumah makan naik sekitar 167, dan pada
tahun 2011 restoran atau rumah makan naik lagi menjadi 168 unit usaha, dengan
14

rata-rata pendapatan usaha restoran atau rumah makan di provinsi ini sebesar 2,8
milyar rupiahNasution (2015).
Gambar Diagram1
Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Deli Serdang menurut Lapangan
UsahaAtas Dasar Harga Berlaku Tahun 2012
Pertambangan
dan Penggalian
0,96 %
Pertanian
11%
Jasa
Perusahaan

2,48%
Angkutan dan
Komunikasi
1,52%

Jasa-Jasa
11,02%

Industri
Pengolahan
48,5%

Perdagangan
Hotel dan
Restoran
21,07%

Bangunan
2,48 %


Listrik, Gas
dan Air
Minum 0,2%

Sumber: Statistik Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
Angka statistik Kabupaten Deli Serdang tahun 2013 menunjukan,terlihat
pada diagram 2.1 diatas, diantaranya adalah sektor industri pengolahan secara
keseluruhan pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp24,575
triliun atau memberikan kontribusi sebesar 48,50 persen dalam pembentukan
PDRB Kabupaten Seli Serdang. Setelah sektor industri pengolahan, sektor yang
juga memberikan kontribusi kedua dalam pembentukan PDRB Kabupaten Deli
serdang adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 21,07 pesen.
Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi terkecil adalah sektor listrik, gas
dan air minum sebesar 0,20 persen.

15

Tabel 3
Jumlah Unit Usaha Sektor Makanan di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun
2013-2015
Unit Usaha
2013
2014
2015
Rumah makan
147
157
186
Warung makan
Warung klontong

614
614

Jumlah
1.880
Sumber : Kantor Camat Percut Sei Tuan 2016

632
632

663
1.203

1.945

2.052

Untuk kontribusi yang diberikan disetiap sektor yang ada di Kabupaten
Deli Serdang, bila dibandingkan dengan angka di sektor perdagangan, hotel dan
restorannya di Kecamatannya. Ini akan terlihat pada angka statistik Kecamatan
Percut Sei Tuan tahun 2016 yang diperlihatkan jumlah unit untuk sektor
makanan. Dapat dilihat pada tabel 1.3 di atas, menunjukkan jenis usaha kuliner di
provinsi Sumatera Utara, memiliki daya tarik yang mampu meningkatkan
pertumbuhan perekonomian dalam satu bidang usaha perdagangan.
Data di atas membuktikan bahwa perdagangan usaha kuliner cukup
berperan, dalam memberikan kemajuan disegala bidang yang ada di daerah
Kabupaten Deli Serdang khususnya di Kecamatan Percut Sei Tuan. Terlebih lagi
potensi yang adadi daerah ini juga membantu dalam kemajuan dari usaha tersebut,
seperti usaha rumah makan/restoran yang berada di pantai Bagan desa Percut
Kecamatan Percut Sei Tuan, yang telah dikelolah oleh masyarakat setempat yang
merupakan masyarakat asli dari daerah Bagan desa Percut.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan sebelumnya, usaha kuliner di
pantai Bagan desa Percut ini, telah dianggap masyarakat sekitar sebagai usaha
keluarga dan sekaligus untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masyarakat
disekitar telah memanfaatkan potensi-potensi yang ada di wilayah tersebut, seperti
hasil laut, dan alam keindahan alam pantai yang terdapat di daerah ini. Karena
16

daerah Bagan desa Percut ini merupakan daerah pesisir, sehingga para pendiri
usaha rumah makan/restoran ini, berinisiatif untuk memanfaatkan hasil laut yang
dimiliki daerah tersebut untuk disajikan usaha dirumah makan/restoran
mereka,sekaligus menjadi daya tarik, dari usaha mreka. Inisiatif tersebut ternyata
membuat usaha ini, menurut mereka semakin mengalami peningkatan, sehingga
para pedagang kuliner telah memiliki jumlah konsumen dan langganan yang
cukup banyak.

Gambar 1. Tugu kawasan wisata Bagan Percut

Sekarang usaha rumah makan/restoran ini telah anggap masyarakat
setempat salah satu objek wisata kuliner, hal ini didukung dengan peningkatan
pengunjung. Untuk dapat membuktikan bahwa terdapatnya objek wisata di
daearah Bagan desa Percut, maka masyarakat setempat dan pemerintah Desa
Percut melakukan pendirian sebuah tugu, untuk mengenalkan wisata tersebut.
Sehingga kini daerah Bagan desa Percut, disebut daerah wisata kuliner dengan
makanan khasnya yaitu kulinerseafood-seafood segar.

17

Hasil laut yang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat merupakan salah
satu cara untuk dapat mengenalkan, dearah pantai Bagan desa Percut adalah
daerah pesisir yang memiliki kekayaan akan hasil lautnya. Hal ini dibuktikan
dalam data BPS Deli Serdang tahun 2013, bahwa produksi ikan laut Deli Serdang
pada tahun 2013 sebesar 20.913,92 ton, yang diterdapat dari berbagai kecamatan
yang ada di Deli Serdang, salah satunya Kecamatan Percut Sei tuan yang
merupakan Kecamatan dari daerah Bagan desa Percut menghasilkan produksi ikan
sebesar 5.454,89 ton. Dearah usaha kuliner ini berada disekitar pemukiman
masyarakat, sehingga terdapat sebuah Tempat Pelelangan Ikan segar (TPI) yang
sudah berdiri sebelumnya, juga merupakan tempat para nelayan menjual hasil
tangkapannya kepada pedagang ikan yang ada di (TPI) tersebut.

Gambar 2. Tempat Pelelangan Ikan Bagan Percut

Usaha kuliner pantai Bagan Desa Percut juga memiliki ciri khas yang unik
yaitu dilihat dari segi desain, dan ornamen-ornamen budaya melayu yang dibentuk
oleh para pedagang kuliner, juga suasana yang nyaman akan keindahan alam,
Selain itu bentuk makanan yang menjadi menu favorit pengunjung sejauh ini yang
18

diketahui dari hasil pengamatan adalah seperti ikan bakar, udang, kepiting dan
makanan lainnya dan ditemani berbagai aneka jenis minuman salah satunya teh
manis.

Gambar3. Menu makanan favorit pengunjung

Ide-ide kreatif yang berinovasi dari pedagang kuliner ini, telah
memanjakan para pengunjung kuliner, dan diharapkan dapat menarik pengunjung
lainnya untuk kembali berkunjung ke wisata kuliner pantai Bagan Desa Percut.
Dengan meningkatnya jumlah pengunjung baik lokal maupun asing. Dapat
memberikan suatu kemajuan bagi kesejahteraan terhadap masyarakat Bagan desa
Percut. Selain itu hal paling dibutuhkan dalam menjalankan usaha ini yaitu seperti
modal sosial, dengan modal sosial yang dimiliki para pelaku kuliner akan lebih
mudah memperoleh peningkatan taraf hidup yang lebih baik. Modal
sosialmembuat masyarakat sekitar khususnya para pedagang kuliner akan lebih
memperkuatkan hubungan kerjasamanya satu sama lain terhadap tujuan
bersama,yaitu meningkatkan taraf hidup mereka yang lebih baik lagi.
Selain itu maraknya industri kuliner baik yang ada di Kabupaten Deli
Serdang maupun daerah lain, membuat semua para pedagang kuliner berlomba19

lomba untuk memperoleh suatu kemajuan sosial dan ekonominya dengan
mengembangkan usaha seperti kuliner. Serta terus mengasah kemampuan
pengetahuan, keahlian dan modal materi yang dimiliki, untuk dapat memajukan
usaha mereka. Dimasa ini berbagai jenis kuliner baik lokal maupun asing telah
memperlihatkan ciri khas yang unik-unik yang dihasilkan dari kreativitas para
usahawan, yang diantaranya terhadap jenis produk kuliner, salah satunya bentuk
desain produk kuliner yang unik, citarasa dan harga yang dianggap sebagai bentuk
daya tarik pengunjung atau bagi pecinta kuliner.
Untuk dapat memperoleh peningkatan taraf hidup yang lebih baik, para
pedagang kuliner akan memperolehnya melalui peluang yang ada. Peluang
tersebut dapat berupa keuntungan dan kemajuan dari usaha yang mereka jalankan,
yang akan mereka peroleh melalui hubungan-hubungan yang telah mereka bentuk.
Selain itu para pedagang kuliner juga akan dihadapkan suatu tantangan, yang
memiliki

pengaruh

terhadap

usahanya.

Adapun

tantangan

yang

akan

mempengaruhi keberlangsungan usaha kuliner mereka, dapat berupa sesuatu yang
akan menimbulkan kerugian terhadap usaha kuliner mereka. Hal ini akan
memperlihatkan bagaimana proses modal sosial pedagang kuliner bekerja pada
aktivitas usaha yang mereka jalankan dengan pihak-pihak terkait.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk membahas tentang modal
sosial pedagang kuliner,yang berlokasi di pantai Bagan desa Percut Kecamatan
Percut Sei Tuan. Fokus penelitian ini yakni pertama, proses modal sosial yang
berdasarkan pada kepercayaan, jaringan, nilai dan norma pedagang kuliner,
dengan pedagang kuliner, dengan pengunjung (konsumen), pemasok bahan,
karyawan dan pihak ketiga (masyarakat dan pemerintah setempat). Kedua, peneliti
20

juga ingin mengetahui bentukpeluang serta tantangan yang dihadapi pedagang
dalam usahanya dengan pihak-pihak, hal ini terkait dengan meningkatkan taraf
hidup yang lebih baik, sehingga dapat menciptakan kesejahteraan, baik dari
pedagang kuliner maupun masyarakat setempat. Dengan unsur-unsur modal sosial
yang dimiliki akan mampu menyatukan mereka dalam bentuk kerjasama dalam
mencapai tujuan bersama, menciptakan hubungan yang harmonis, bersaing secara
sehat dan bersama-sama dalam memperoleh peluang dan menghadapi berbagai
tantangan. Untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di
wisata kuliner pantai Bagan desa Percut ini.

1.2

Rumusan Masalah
Rumusan masalah bertujuan untuk mengetahui suatu permasalahan yang

lebih mengarah pada fokus penelitian yang akan dilakukan. Adapun yang menjadi
rumusan masalah peneliti adalah
1. Bagaimanakah bentuk modal sosial pedagang kuliner di pantai Bagan desa
Percut Kec. Percut Sei Tuan?
2. Apa bentuk peluang yang diperoleh pedagang kuliner, dari usaha
kulinernya dengan pihak-pihak terkait?
3. Apa tantangan yang dihadapi pedagang kuliner, dari usahanya dengan
pihak-pihak terkait?

21

1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui modal sosial pedagang kuliner dalam meningkatkan
kesejahteraan dengan usaha kuliner yang mereka jalankan, dalam
bentuk kepercayaan, jaringan nilai dan norma.
2. Untuk mengetahui bentuk peluang yang diperoleh pedagang kuliner,
dari usaha kulinernya dengan pihak-pihak terkait,
3. Mengetahui bagaimana bentuk tantangan yang dihadapi pedagang
kuliner, dari usahanya dengan pihak-pihak terkait pada peningkatan
kesejahtaraannya.

1.4

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaar Teoritis
1. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
khususnya ilmu sosial.
2. Dapat menjadi referensi baru, sebagai bahan rujukan dari hasil
penelitian ini yang akan digunakan untuk penelitian selanjutnya.
3. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran sebagai
penambahan wawasan terhadap peneliti sendiri, mahasiswa dan
relasi lainnya.
4. Untuk mempersiapkan para pedagang kuliner yang mampu
bersaing scara sehat dan profesional dalam usaha yang mereka
geluti dan mampu melihat dan memanfaatkan peluang, serta
22

mampu menghadapi dan mengatasi tantangan yang ada baik secara
lokal maupun global.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah masukan, dari
masalah dan menjadi rujukan untuk menciptakan suasana harmonis,
diantara pihak-pihak terkait.Bagi setiap lokasi wisata khusunya wisata
kuliner, di pantai Bagan Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan
diantaranya :
1. Meningkatkan peran modal sosial terhadap pedagang kuliner, untuk
lebih kretif yang memiliki inovasi dalam memajukan taraf hidup
kesejahteraan masyarakat di wisata kuliner tersebut.
2. Sebagai acuan pedagang dengan pedagang lainnya yang ada di
wisata kuliner pantai Bagan Desa Percut, untuk bekerjasama dalam
memperoleh dan memanfaatkan peluang, mengatasi tantangan dan
menciptkan hubungan yang harmonis, dengan pihak-pihak yang
ada di sekitar.
3. Mengenalkan wisata kuliner yang berkualitas, terjamin secara
kesehatan dan kebersihan lingkungan dan memberikan pelayanan
yang baik, sehingga nantinya akan diminati oleh banyak
pengunjung.
4. Menciptakan wisata kuliner yang memberikan kenyamanan serta
kepuasan konsumen atau pengunjung wisata kuliner pantai Bagan
Desa Percut.

23