ilmu sosial budaya dasar (6)

MAKALAH
“Hakekat keragaman dan Kesetaraan
masyarakat”

Di Susun Oleh
Kelomok 9 :
Dian Ramdhanti ( 201410170311160 )
Rahmad Fauzi ( 201410170311120

)

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam paham multikulturalisme, kesederajadan, dan atau kesetaraan
sangat dihargai untuk semua budaya yang ada dalam masyarakat. Paham ini

sebetulnya merupakan bentuk akomodasi dari budaya arus utama (besar)
terhadap munculnya budaya-budaya kecil yang datang dari berbagai
kelompok. Itulah sebabnya, penting sekarang ini membahas keragaman dan
kesetaraan dalam hidup manusia terutama di Indonesia. Untuk konteks
Indonesia sebagai masyarakat majemuk, sehubungan dengan pentingnya
ketiga hal tersebut : manusia, keragaman, dan kesetaraan,kergaman sering
di

artikan sebagaikesetaraaan .

Mengapa?

Karena

keragaman

tanpa

kesetaraan akan memunculkan diskriminasi : kelompok etnis yang satu bisa
memperoleh lebih dibanding yang lain; atau kelompok umur tertentu bisa

mempunyai hak-hak khusus atas yang lainnya. Keragaman yang didasarkan
pada kesetaraan akan mampu mendorong munculnya kreativitas, persaingan
yang sehat dan terbuka, dan pada akhirnya akan memacu kesalingmengertian. Perkembangan pembangunan yang terjadi dalam dua dekade
terakhir di Indonesia menjadikan pertemuan antar orang dari berbagai
kelompok suku dan budaya sangat mudah terjadi. Hal itu tentu saja akan
menimbulkan banyak goncangan dan persoalan. Karena itu sebelum menjadi
sebuah konflik yang keras, Indonesia sudah selayaknya mempersiapkan
masyarakatnya mengenai adanya keragaman. Keragaman itu supaya
menghasilkan manfaat besar harus diletakkan dalam bingkai kebersamaan
dan

kesetaraan.

Namun,

sebelum

membahas

mengenai


bagaimana

memahami keragaman dan kesetaraan dan juga bagaimana mengelola

keragaman

yang

ada

dengan

segala

persoalan

dan

tantangannya,


pembahasan akan dimulai dengan memusatkan perhatian pada manusia itu
sendiri. Dalam perkembangan konteks kehidupan bermasyarakat yang
terjadi secara cepat dan dramatis seringkali muncul ketegangan antara
individualitas dan sosialitas. Bagaimana seorang manusia yang senantiasa
berusaha mencari identitas diri harus melakukan akomodasi terhadap
masyarakatnya yang juga terus berubah. Manusia baik sebagai pribadi
maupun sebagai bagian dari masyarakat dikitari oleh berbagai hal yang
menjadikannya selalu berada dalam ketegangan antara diri sendiri dan
orang lain. Praktis komunikasi, sejarah yang melingkupinya, keberadaan
orang lain, konsep mengenai masalalu, mas kini, dan mas depan juga
merupakan hal-hal yang terus perlu dipertimbangkan ketika manusia
menjalani hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari
sebuah masyarakat.

B.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah “Hakekat keragaman dan


Kesetaraan masyarakat” adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah hakikat keragaman dan kesetaraan manusia
2. Kemajemukan dalam dinamika Sosial Budaya
3. Keragaman dan Kesataraan sebagai kekayaan Sosial Budaya

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah “Hakekat keragaman dan
Kesetaraan masyarakat” adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana hakikat keragaman dan kesetaraan
manusia
2. Untuk mengetahui tentang kemajemukan dalam dinamika social
budaya

3. Untuk mengaanalisis tentang Keragaman dan Kestaraan sebagai
kekayaan Sosial Budaya

BAB II
ISI
A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia
Keragaman berasal dari kata ragam. Yang berarti ragam berdasarkan

KBBI: (1) sikap, tingkah laku, cara; (2) macam, jenis; (3) musik, lagu,
langgam; (4) warna, corak; (5) laras (tata bahasa). Merujuk pada arti no 2 di
atas, ragam berarti jenis, macam. Keragaman menunjukkan adanya banyak
macam, banyak jenis. Keragaman manusia bukan berarti manusia itu
bermacam-macam

seperti

binatang

dan

tumbuhan,

tetapi

yang

dimaksudkan setiap manusia memiliki suatu perbedaan. Dalam kehidupan
sehari-hari kita menemukan keragaman sifat dan ciri khas dari setiap orang

yang dijumpai. Jadi manusia ialah beragam
Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Menurut KBBI, sederajat artinya sama
tingkatan (kedudukan, pangkat). Dengan demikian, kesetaraan atau kesederajatan menunjukkan
suatu adanya tingkatan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu sama
lain. Kesetaraan bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Allah memiliki tingkat atau
kedudukan yang sama. Di hadapan Allah, semua manusia adalah sama derajat, kedudukan atau
tingkatannya. Yang membedakan nantinya adalah tingkat ketakwaan manusia tersebut terhadap
Allah.
Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu berkaitan dengan konsep kesetaraan dan
keragaman. Konsep kesetaraan (equity) bisa dikaji dengan pendekatan formal dan pendekatan
substantif. Pada pendekatan formal kitaakan

mengkaji kesetaraan berdasarkan peraturan-

peraturan yang berlaku, baik berupa undang-undang, maupuin norma, sedangkan pendekatan
substantif mengkaji konsep kesetaraan berdasarkan keluaran / output, maupun proses terjadinya
kesetaraan. Konsep kesetaraan biasanya dihubungkan dengan gender, status sosial, dan berbagai
hal lainnya yang mencirikan perbedaan-perbedaan serta persamaan-persamaan. Sedangkan
konsep keragaman merupakan hal yang wajar terjadi pada kehidupan dan kebudayaan umat
manusia. Kalau kita perhatikan lebih cermat, kebudayaan Barat dan Timur mempunyai landasan

dasar yang bertolak belakang. Kalau di Barat budayanya bersifat antroposentris (berpusat pada
manusia) sedangkan Timur, yang diwakili oleh budaya India, Cina dan Islam, menunjukkan ciri
teosentris (berpusat pada Tuhan.Dengan demikian konsep-konsep yang lahir dari Barat seperti
demokrasi, mengandung elemen dasar serba manusia, manusia-lah yang menjadi pusat
perhatiannya. Sedangkan Timur mendasarkan segala aturan hidup, seperti juga konsep kesetaraan
dan keberagaman, berdasarkan apa yang diatur oleh Tuhan melalui ajaran-ajarannya.
Penilaian atas realisasi kesetaraan dan keragaman pada umat manusia, khususnya pada suatu
masyarakat, dapat dikaji dari unsur-unsur universal kebudayaan pada berbagai periodisasi
kehidupan masyarakat.Sehubungan dengan itu Negara kebangsaan Indonesia terbentuk dengan
ciri yang amat unik dan spesifik. Berbeda dengan Jerman, Inggris, Perancis, Italia, Yunani, yang
menjadi suatu negara bangsa karena kesamaan bahasa. Atau Australia, India, Sri Lanka,
Singapura, yang menjadi satu bangsa karena kesamaan daratan. Atau Jepang, Korea, dan negaranegara di Timur Tengah, yang menjadi satu negara karena kesamaan ras. Indonesia menjadi satu
negara bangsa meski terdiri dari banyak bahasa, etnik, ras, dan kepulauan. Hal itu terwujud
karena kesamaan sejarah masa lalu; nyaris kesamaan wilayah selama 500 tahun Kerajaan
Sriwijaya dan 300 tahun Kerajaan Majapahit dan sama-sama 350 tahun dijajah Belanda serta 3,5
tahun oleh Jepang.

B. Kemajemukan dalam dinamika Sosial Budaya
Keragaman yang terdapat dalam lingkungan sosial manusia melahirkan masyarakat
majemuk. Majemuk berarti banyak ragam,beraneka,berjenis-jenis. Konsep masyarakat majemuk

(plural society) pertama kali dikenalkan oleh Furnivall tahun 1948 yang mengatakan bahwa ciri
utama masyarakatnya adalah berkehidupan secara berkelompok yang berdampingan secara fisik,
tetapi terpisah oleh kehidupan sosial dan tergabung dalam sebuah satuan politik. Konsep ini

merujuk pada masyarakat Indonesia masa kolonial. Masyarakat Hindia Belanda waktu itu dalam
pengelompokkan komunitasnya didasarkan atas ras,etnik,ekonomi,dan agama. Keragaman atau
kemajemukan dalam masyarakat selalu membawa perubahan dan perkembangan atau dinamika
sehingga masyarakat menjadi dinamis. Kemajemukan dalam masyarakat di bedakan kedalam
dua hal yang salingberkaitan, yaitu:
1. Kemajemukan Sosial
Kemajemukan social, berkaitan dengan relasiantar orang atau antar kelompok dalam
masyarakat. Misalnya :perbedaan jenis kelamin, asal usul keluarga atau kesukuan, perbedaan
ideology atau wawasan berpikir, perbedaan kepemilikan barang-barang atau pendapatan
ekonomi. Kemajemukan social dapat dibedakan dalam 3 hal penting :
A. Perbedaan Gender atau Seksualitas
Gender merupakan kerangka social yang diciptakan manusia untuk membedakan laki-laki
dan dan perempuan .Kerangka social ini tidak dibangun secara ilmiah tetapi dibangun
berdasarkan prasangka yang berkembang dalam masyarakat, misalnya perempuan selalu
diidentikkan dengan manusia yang lemah dan cengeng, oleh karenanya wajar jika perempuan
tidak diperbolehkan menjadi pemimpin dalam masyarakat .Padahal, tidak selalu setiap

perempuan adalah seperti yang dibuat dalam kerangka gender tersebut.Sementara itu seksualitas
adalah pembeda karena jenis kelamin.Karena perbedaan seks bersifat kodrati, maka yang bias
melahirkan dan menyusui hanyalah perempuan.
B. PerbedaanEtnisitas, kesukuan, danasal-usulkeluarga
Dalam masyarakat kuno nama seseorang kadang menunjukkan derajat kebangsawanan
mereka. Tetapi masyarakat modern sekarang ini tidak lagi mengaitkan nama dengan nama desa
asal, tapi tergantung dari keluarga masing-masing pemilik nama. Sekarang banyak orang
mengambil nama dari suku lain, bahkan bangsa lain yang tidak punya ikatan sama sekali.
Terlepas dari perubahan apapun yang terjadi, etnisitas, kesukuan, danasal-usul keluarga
merupakan ciri pembeda seseorang, kendatipun kemurniannya mulai menipis lantaran frekuensi
perkawinan campuran antar suku mulai meningkat.
C. PerbedaanEkonomi

Perbedaanini paling mudahdilihat, yang dalam terminology Marxis metampak sebagai
perbedaan kelas social (golongan kaya-miskin), yang sering

menimbulkan ketegangan dan

konflik antar golongan.


2. KemajemukanBudaya
Kemajemukan

budaya,

berkaitan

dengan

kebiasaan-kebiasaan

dalam

menjalani

hidup.Misalnya: cara memandang dan menyelesaikan persoalan, cara beribadah, perbedaan
dalam menerapkan pola pengelolan keluarga; atau singkatnya dapat disebutkan bagaimana
seseorang memandang dunia, masyarakat dan kehidupan di dalamnya.
Keragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan sekaligus keniscayaan dalam kehidupan
di masyarakat. Keragaman merupakan salah satu realitasutama yang dialami masyarakat dan
kebudayaan di masa silam, kinidan di waktu-waktu mendatang sebagai fakta, keragaman sering
disikapi secara berbeda. Di satu sisi diterima sebagai fakta yang dapat memperkaya kehidupan
bersama, tetapi di sisi lain dianggap sebagai factor penyulit. Kemajemukan bias mendatangkan
manfaat yang besar, namun bias juga menjadi pemicu konflik yang dapat merugikan masyarakat
sendiri jika tidak dikelola dengan baik.
Keragaman budaya sangat erat kaitannya dengan kebiasaan-kebiasaan dalam menj alani hidup
semisalnya cara menjalani hidup, cara memandang dan menyelesaikan persoalan, cara beribadah
sebagai ekspresi keyakinan kepada Tuhan, cara memandang dunia, masyarakat beserta
kehidupan di dalamnya. Contohnya :mengapa ada orang yang percaya dan memilih dukun untuk
mengatasi masalah kesehatan, bukannya mencari dokter. Demikian pula dalam hal mendidik
anak dalam keluarga. Ada yang menekankan bahwa berselisih pendapatdengan orang lain itu
dianggap tidaksopan dan mengggangu ketentraman. Karena itu, ada keluarga yang mendidik
untuk tidak membantah orang lain. Keluarga ini ketika mendapat seorang kecil berdepat dengan
orang tuanya merasa bahwa anak tersebut tidak sopan, kurang pendidikan, bahkan nakal dan
kurang ajar. Hal ini menimbulkan persoalan bagi keluarga yang tidak menekankan pendidikan
bahwa anak harus penurut.

Keragaman

budaya

sosial. Munculah

juga

pandangan

menjadi

persoalan

stereotipya

itupan

ketika dikaitkan
dangan

tentang

dengan

perbedaan

sekelompok

orang

yang didefinisikan karakternya ke dalam grup.Pandangan tersebut bias bersifat positif atau
negatif. Sebagai contoh, suatu bangsa dapat distereotipkan sebagai bangsa yang ramah atau tidak
ramah.
Biasanya ciri-ciri dalam stereotip kebanyakan negatif, seperti cara bicara dan perilaku orang
barkata kasar, cara bicara dan perilaku orang jawa lamban, orang cina pelit dan orang Madura
suka berkelahi. Sejarah juga menjelaskan bahwa perbedaan budaya dan stereotip telah
menimbulkan banyak persoalan. Sindiran atau pelecehan tehadap budaya pernah terjadi dalam
sejarah kehidupan manusia seperti budaya atau orang tertentu sudah di cap buruk.Karena itu
dalam sejarah pernah terjadi pertobatan budaya.Penginjilan dan atau dakwah dari agama tertentu
pada masa lampau mencerminkan pandangan yang menganggap bahwa suatu budaya tertentu
lebih rendah dari budaya lain misalnya dalam konteks kekristenan sejarah pengijilan selalu
terkait dengan perendahan dan peleceha budaya bahwa semua orang harus bertobat dan masuk
agama kristen yang baru dan menyelamatkan. Istilah budaya yang tinggi merupakan milik
keraton yang dipertentagkan dengan kebudayaan rakyat, milik orang biasa dan miskin
merupakan bentuk upaya membedakan sekaligus sindiran dan pelecehan antara suatub udaya
dengan yang lain. Sekarang ini muncul budaya global yang dating dari barat dan Negara maju
berhadapan dengan budaya lokal. Budaya global tersebut memberikan dampak positif dan
negative bagi budaya lokal.Usman Pelly (1989) mengategorikan masyarakat majemuk disuatu
kota berdasarkan dua hal,yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal.Keragaman atau
kemajemukan masyarakat terjadi karena unsur-unsur seperti ras, etnik, agama, pekerjaan,
penghasilan, pendidikan, dan sebagainya.

Secara Horizontal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan :
1. Etnik dan rasa tau asal usul keturunan.
2. Bahasa daerah
3. Adat istiadat atau budaya
4. Agama.

1. Ras
dalah Ras asuatu sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengkategorikan manusia
dalam populasi atau kelompok besar dan berbeda melalui ciri fenotipe, asal usul geografis,
tampang jasmani dan kesukuan yang terwarisi. Di awal abad ke-20 istilah ini sering digunakan
dalam arti biologis untuk menunjuk populasi manusia yang beraneka ragam dari segi genetik
dengan anggota yang memiliki fenotipe (tampang luar) yang sama. Kata ras berasal dari bahasa
Prancis dan Italia, yaitu razza. Pertama kali istilah ras diperkenalkan Franqois Bernier,antropolog
Prancis, untuk mengemukakan gagasan tentang pembedaan manusia berdasarkan ketegori atau
karakteristik warna kulit dan bentuk wajah.
Berdasarkan karakteristik biologis, pada umumnya manusia dikelompokkan dalam berbagai ras.
Manusia dibedakan menurut bentuk wajah,rambut,tinggi badan, dan karakteristik fisik lainnya.
Jadi, ras adalah perbedaan manusia menurut atau berdasarkan cirri fisik biologis.
Di dunia ini dihuni berbagai ras. Pada abad ke-19, para ahli biologi membuat klasifikasi ras atas
tiga kelompok,yaitu Kaukasoid,Negroid,dan Mongoloid. Sedangkan Koentjaraningrat (1990)
membagi ras dunia ini dalam 10 kelompok,yaitu Kaukasoid, Mongoloid, Negroid, Australoid,
Polynesia, Melanisia, Micronesia, Ainu, Dravida, dan Bushmen. Orang-orang yang tersebar di
wilayah Indonesia termasuk dalam rumpun berbagai ras. Orang-orang Indonesia bagian barat
termasuk dalam ras Mongoloid Melayu, sedangkan orang-orang yang tinggal di Papua termasuk
ras Melanesia.
2. Etnik atau Suku Bangsa
Koentjaraningrat (1990) menyatakan suku bangsa sebagai kelompok social atau kesatuan
hidup manusia yang memiliki sistem interaksi, yang ada karena kontinuitas dan rasa identitas
yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri.
F. Baart (1988) menyatakan etnik adalah suatu kelompok masyarakat yang sebagian besar secara
biologis mampu berkembang biak dan bertahan, mempunyai nilai budaya sama dan sadar akan
kebersamaan dalam suatu bentuk budaya, membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri,
dan menentukan sendiri ciri kelompok yang diterima kelompok lain dan dapat dibedakan dari
kelompok populasi lain.
Identitas kesukubangsaan antara lain dapat dilihat dari unsur-unsur suku bangsa bawaan
(etnictraits). Ciri-ciri tersebut meliputi natalitas (kelahira) atau hubungan darah,kesamaan

bahasa,kesamaan adat istiadat,kesamaan kepercayaan (religi),kesamaan mitologi,kesamaan
totemisme.
Jumlah etnik atau suku bangsa di Indonesia ada 400 buah. Klasifikasi dari suku bangsa di
Indonesia biasanya didasarkan sistem lingkaran hukum adat. Van Vollenhoven mengemukakan
adanya 19 lingkaran hukum adat (Koentjaraningrat,1990). Jadi berdasarkan klasifikasi etnik
secara nasional, bangsa Indonesia adalah heterogen.
3. Adat istiadat / budaya
Adat istiadat adalah tata kelakuan yg kekal dan turun-temurun dr generasi satu ke
generasi lain sbg warisan sehingga kuat integrasinya dng pola perilaku masyarakat. Kata
kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari
kata Buddhi yang mempunyai arti budi atau akal. Sehingga kebudayaan dapat diartikan sebagai
“hal-hal yang bersangkutan dengan budhi atau akal”. Adapun perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, yang berupa
prilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain. Culture, merupakan istilah bahasa asing yang
sama artinya dengan kebudayaan.adat istiadat merupakan sebuah kebiasan yang menjadi sebuah
tradisi. adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun
(sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Indonesia merupakan
negara yang sangat kaya budaya/adat istiadat. Kesopanan dan kesantunan merupakan suatu adat
yang telah menjadi ciri khusus kita sebagai bangsa indonesia. Dengan melihat kebiasaan atau
budaya yang muncul dari perilaku biasanya kita sudah bisa mengerti daerah asal orang tersebut.
Contohbahasa walikan ciri khas orang malang, santun lembut ciri orang jawa tengah, Dan lain
sebagainya.
4. Agama /kepercayaan
Mayoritas orang indonesia beragama islam namun bukan berarti indonesia merupakan
negara islam. Beragam agama dan kepercayaan yang dianut oleh warga negara kita ini.
keberagaman jenis agama yang dianut mempunyai banyak faktor yang mempengaruinya. Faktor
yang berkontribusi besar adalah kolonialisme dan faktor arus perdagangan. Seperti yang kita tau
agama islam masuk melalui adanya saudagar saudagar persia/gujarat yang berlabuh di indonesia.
Dan agama kristen masuk ke indonesia melalui kolonialisme belanda dan portugis.

pulau bali dengan mayoritas pemeluk agama hindu yang ada di indonesia , irianjaya dan
maluku mayoritas penduduknya beragama kristen merupakan bagian dari kemajemukan agama
yang ada di negara kita ini.
Secara Vertikal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan :
1. Penghasilan atau ekonomi
2. Pendidikan
3. Pemukiman
4. Pekerjaan
5. Kedudukan sosial politik.
1.Penghasilan dan ekonomi
Dari segi penghasilan dan ekonomi masyarakat majemuk di suatu daerah dapat di bagi
menjadi 3 kategori yaitu : 1. Ekonomi tinggi 2. Ekonomi menengah 3. Ekonomi rendah.
2.Pendidikan
Aspek pendidikan juga dapat sebagai pedoman dalam pengelompokan kemajemukan
dalam masyarakat . karena kita bisa melihat suatu perbedaan perilaku dan sikap. Misal perilaku
orang yang bergelar sarjana tingkat pemikiran nya akan jauh lebih kritis dibandingkan orang
yang hanya berpendidikan sd.
3.Pemukiman
Pemukiman atau tempat tinggal juga bisa menjadi salah satu faktor pengelompakan
masyarakat majemuk di suatu daerah. Biasanya di aspek ini akan sangat berguna di daerah kota
kota besar seperti kota jakarta , surabaya. Seperti yang kita ketahui biasanya pusat kota dihuni
oleh kompleks perumahan mewah dan daerah pinggiran kota biasanya dihuni oleh kompleks
pemukiman kumuh dan miskin.
4.Pekerjaan
Dalam kita bisa mengelompokkan masyarakat dari segi pekerjaan yang mereka geluti.
Misal PNS , Manajer , Karyawan , TNI dan lain lain.
5. Kedudukan sosial politik
Aspek ini merupakan pengelompokan masyarakat berdasarkan kedudukan seseorang
dalam kehidupan sosial. Misal ustad dan kepala desa.

C. Keanekeragaman Budaya Dan Kesetaraan Sebagai Kekayaan Sosial
Budaya
Keragaman yang dimaksud disini adalah suatu kondisi dalam ras,agama
keyakinan,ideologi, adat kesopanan, serta situasi ekonomi. Sedangkan
masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang ,
terutama suku bangsa dan Kesetaraan disini adalah suatu kondisini dimana
dalam perbedaan dan keragaman yang ada manusia tetap memiliki satu
kedudukan yang sama dan satu tingkatan hierarki.
A.UNSUR-UNSUR KERAGAMAN DALAM MASYARAKAT INDONESIA
1. SUKU BANGSA DAN RAS
Suku bangsa yang menempati wilayah Indonesia dari sabang sampai
marauke sangat beragam. Adapun perbedaan ras muncul karena adanya
pengelompokan besar manusia yang memiliki cirri-ciri biologis lahiriah yang
sama seperti rambut, warna kulit, ukuran-ukuran tubuh, mata, dan ukuran
kepala.
Di Indonesia, terutama bagian barat mulai dari Sulawesi adalah
termasuk ras Mongoloid Melayu Muda (Deutero Malayan Mongoloid). Kecuali
Batak dan Toraja yang termasuk Mongoloid Melayu Tua (Proto Malayan
Mongoloid). Adapun ras austroloid, termasuk bagian NTT. Kelompok terbesar
yang tidak termasuk kelompok pribumi adalah golongan Chia yang termasuk
Astratic Mongoloid.
2. AGAMA DAN KEYAKINAN
Agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi
manusia. Ikatan yang dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi
dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan
pancaindra, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap
kehidupan manusia sehari-hari.
Masalah agama tak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan
masyarakat. Dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain.
1. Berfungsi edukatif: ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh
dan melarang.
2. Berfungsi penyelamat.
3. Berfungsi sebagai perdamaian.

4. Berfungsi sebagai social control.
5. Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas
Pada dasarnya agama dan keyakinan merupakan unsur penting dalam
keragaman bangsa Indonesia. Hal ini terlihat dari banyaknya agama yang
diakui di Indonesia.
3. IDEOLOGI DAN POLITIK
Ideologi adalah suatu istilah umum bagi sebuah gagasan yang
berpengaruh kuat terhadap tingkah laku dalam situasi khusus karena
merupakan kaitan antara tindakan dan kepercayaan yang fundamental.
Keragaman masyarakat Indonesia dalam ideology dan politik dapat
dilihat dari banyaknya partai politik sejak berakhirnya Orde Lama. Meskipun
pada dasarnya Indonesia hanya mengakui satu ideology, yaitu pancasila
yang benar-benar mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia.
4. TATA KRAMA
Tata krama yang dianggap dari bahasa jawa berarti adat sopan santun,
basa-basi. Pada dasarnya ialah segala tindakan, perilaku, adat istiadat, tegur
sapa, ucap, dan cakap sesuai kaidah atau norma tertentu.
Tata krama dibentuk dan dikembangkan oleh masyarakat, tata krama
terdiri atas aturan-aturan yang kalau dipatuhi diharapkan akan tercipta
interaksi sosial yang tertib dan efektif didalam masyarakat yang
bersangkutan. Indonesia memiliki beragam suku bangsa dimana setiap suku
bangsa memiliki adat tersendiri meskipun karena adanya sosialisasi nilainilai dan norma secara turun temurun dan berkesinambungan dari generasi
ke generasi menyebabkan suatu masyarakat yang ada dalam suatu suku
bangsa yang sama akan memiliki adat kesopanan yang relatif sama.
5.KESENJANGAN EKONOMI
Bagi sebagian Negara berkembang, perekonomian akan menjadi salah
satu perhatian yang terus ditingkatkan. Namun umumnya, masyarakat kita
berada di golongan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Hal ini tentu saja
menjadi sebuah pemicu adanya kesenjangan yang tak dapat dihindari lagi.
6.KESENJANGAN SOSIAL
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dengan
bermacam tingkat, pangkat, dan strata sosial yang hierarkis. Hal ini, dapat

terlihat dan dirasakan dengan jelas dengan adanya penggolongan orang
berdasarkan kasta.
Hal inilah yang dapat menimbulkan kesenjangan sosial yang tidak saja
dapat menyakitkan, namun juga membahayakan bagi kerukunan
masyarakat. Tak hanya itu bahkan bisa menjadi sebuah pemicu perang
antar-etnis atau suku.

B. PENGARUH KERAGAMAN TERHADAP KEHIDUPAN BERAGAMA,
BERMASYARAKAT, BERNEGARA, DAN KEHIDUPAN GLOBAL
Berdirinya Negara Indonesia dilatarbelakangi oleh masyarakat yang
demikian majemuk, baik secara etnis, geografis, cultural, maupun religious.
Kita tidak dapat mengingkari sifat pluralitas bangsa kita. Kita perlu memberi
tempat bagi berkembangnya kebudayaan suku bangsa dan kebudayaan
beragama yang dianut oleh warga Negara Indonesia. Masalah suku bangsa
dan kesatuan-kesatuan nasional di Indonesia telah menunjukkan kepada kita
bahwa suatu Negara yang multi-etnik memerlukan suatu kebudayaan
nasional untuk menginfestasikan peranan identitas nasional dan solidaritas
nasional diantara warganya. Gagasan tentang kebudayaan nasional
Indonesia yang menyangkut kesadaran dan identitas sebagai suatu bangsa
telah dirancang saat bangsa kita belum merdeka.
Di kehidupan sehari-hari, kebudayaan suku bangsa dan kebudayaan
agama, bersama-sama dengan pedoman kehidupan
berbangsa dan
bernegara, mewarisi perilaku dan kegiatan kita. Berbagai kebudayaan itu
beriringan, saling melangkapi, bahkan mampu untuk saling menyesuaikan
( fleksibel) dalam kehidupan sehari-hari. Sering kali yang terjadi malah
sebaliknya. Perbedaan-perbedaan tersebut menciptakan ketegangan
hubungan antar-anggota masyarakat. Hal ini disebabkan oleh sifat dasar
yang selalu dimiliki oleh masyarakat majemuk sebagaimana dijelaskan oleh
Van de Berghe, sebagai berikut:
a. terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang sering kali
memiliki kebudayaan yang berbeda.
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga
yang bersifat nonkomplementer.
c. Kurang mengembangkan consensus diantara para anggota masyarakat
tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.
d. Secara relatif sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu
dengan yang lainnya.

e. Secara relatif integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling
ketergantungan didalam bidang ekonomi.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah
yang diakibatkan oleh pengaruh negatif dari keragaman,yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Semangat religious
Semangat nasionalisme
Semangat pluralisme
Semangat humanism
Dialog antar-umat beragama; dan
Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun
konfigurasi hubungan antar-agama, media massa, dan harmonisasi
dunia.

Keterbukaan, kedewasaan sikap, pemikiran global yang bersifat
inklusif, serta kesadaran kebersamaan dalam mengarungi sejarah
merupakan modal yang sangat menentukan bagi terwujudnya sebuah
bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika. Menyatu dalam keragaman dan
beragam dalam kesatuan. Segala bentuk kesenjangan didekatkan,
segala keanekaragaman dipandang sebagai kekayaan bangsa, dan
milik bersama. Sikap inilah yang perlu dikembangkan dalam pola piker
masyarakat untuk menuju Indonesia Raya merdeka.