MEKANISME PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSEL

MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING
MEKANISME PELAYANAN BIMBINGAN DAN
KONSELING DI SEKOLAH

Mata Kuliah

: BK Di Sekolah

Dosen Pengampu

: Dr. Syarifuddin Dahlan, M.Pd.

Oleh :
Kelompok 9 Ganjil
Adilah Shobariyah

1513033067

Amin Suprayitno

1513033053


Armadira Eno Pangestika

1513033049

Rini Usni Atuti

1513033079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016/2017

1

BAB I
Pendahuluan


1.1

Latar Belakang
Dalam pasal 27 Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1990, yang termaksud dalam
kurikulum SMU tentang Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
dijelaskan bahwa Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa
dalam

rangka

upaya

menemukan

pribadi,

mengenal

lingkungan


dan

merencanakan masa depan. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi
dimaksud agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri,
serta menerima secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih
lanjut. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksud agar peserta
didik mengenal obyektif lingkungan, baik lingkungan sosial dan Iingkungan fisik
dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis pula.
Bimbingan adalah proses bantuan yang ditujukan untuk membantu individu dalam
memahami dirinya (bakat, minat, kemampuan) dan lingkungan agar mampu
membuat keputusan sehingga tercapai perkembangan secara optimal untuk
kepentingan dirinya dan masyarakat. Bimibingan dan konseling merupakan
bagian integral dari proses pendidikan secara umum dan memiliki kontribusi
terhadap keberhasilan pendidikan. Untuk membantu individu (peserta didik) ke
arah tersebut, pembimbing atau konselor madrasah perlu juga memahami lebih
mendalam terkait layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

2

1.2


Rumusan Masalah
1. Siapa saja yang termasuk organisasi pelayanan BK di sekolah?
2. Siapa saja personil pelaksana pelayanan BK di sekolah?
3. Bagaimana mekanisme kerja BK di sekolah?
4. Bagaimana pola penanganan siswa bermasalah?
5. Bagaimana mekanisme penanganan siswa bermasalah di sekolah?
6. Apa saja beban tugas guru pembimbing/ konselor di sekolah?
7. Apa saja sarana dan prasarana yang harus dimiliki BK di sekolah?
8. Bagaimana kerjasama dan pengawasan BK di sekolah?

1.3

Tujuan Masalah
Tujuan masalah dari makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Organisasi pelayanan BK.
2. Personil pelaksana pelayanan BK di sekolah.
3. Mekanisme kerja BK.
4. Pola penanganan siswa bermasalah.
5. Mekanisme penanganan siswa bermasalah di sekolah

6. Beban tugas guru pembimbing/ konselor
7. Sarana dan prasarana BK
8. Kerjasama dan pengawasan BK

BAB II
3

Pembahasan

2.1. Organisasi Pelayanan BK
Kepala Sekolah
Komite Sekolah

Tenaga Ahli
Instansi

Wakil Kepala
Sekolah

Tata Usaha


Guru Mata
Pelajaran/pelatih

Guru
Pebimbing

Wali Kelas/ Guru

SISWA

Garis Komando
Garis Koordinsi
Garis Konsultasi
Keterangan :


Kepala Sekolah adalah penanggung jawab pelaksanaan teknis BK di




sekolah.
Koordinator BK/Guru adalah pelaksana utama yang mengkoordinasi



pembimbing semua kegiatan yang terkait dalam pelaksaan BK di sekolah.
Guru Mata pelajaran/Pelatih adalah pelaksana pengajaran dan pelatihan
serta penanggung jawab memberikan informasi tentang peserta didik



untuk kepentingan BK.
Wali Kelas/Guru Pembina adalah guru yang diberikan tugas khusus
disamping

mengajar

ntuk


mengelola

status

siswa

tertentu

dan

bertanggungjawab membantu kegiatan BK di kelasnya.

4



Peserta didik/Siswa adalah peserta didik atau siswa yang berhak menerima




pengajara, pelatihan dan pelayanan BK.
Tata Usaha adalah pembantu kepala sekolah dalam penyelenggaraan



administrasi, ketataanusahaan sekolah dan pelaksanaan administrasi BK.
Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta
masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi
pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pemdidikan pra
sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur luar sekolah.

2.2. Personel Pelaksana Pelayanan BK di sekolah
Personil pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling adalah segenap unsur
yang terkait di dalam organigram pelayanan bimbingan dan konseling, dengan
Koordinator dan Guru Pembimbing sebagai pelaksana utamanya. Uraian tugas
masing-masing personil tersebut, khusus dalam kaitannya dengan pelayanan
bimbingan dan konseling, adalah sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah
Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan di sekolah secara menyeluruh,
khususnya pelayanan bimbingan dan konseling. Tugas Kepala Sekolah adalah :

a) Mengkoordinir segenap kegiatan yang direncanakan, diprogramkan dan
berlangsung di sekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan
bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang terpadu,
harmonis dan dinamis.
b) Menyediakan sarana dan prasarana, tenaga, dan berbagai fasilitas lainnya
untuk kemudahan bagi terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling
yang efektif dan efisien.
c) Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan
pelaksanaan program, penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan
bimbingan dan konseling.
d) Mempertanggungjawabkan

pelaksanaan

pelayanan

bimbingan

dan


konseling di sekolah kepada pihak-pihak terkait, terutama Dinas
Pendidikan yang menjadi atasannya.
e) Menyediakan fasilitas, kesempatan dan dukungan dalam kegiatan
kepengawasan yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah Bidang BK.
2. Wakil Kepala Sekolah

5

Sebagai pembantu Kepala Sekolah, para Wakil Kepala Sekolah membantu
Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas-tugas Kepala Sekolah sebagaimana
tertulis di atas (poin 1).
3. Koordinator Bimbingan dan Konseling
Sebagai pembantu kepala sekolah bidang layanan bimbingan dan konseling
yang bertugas:
a) Mengkoordinasikan para Guru Pembimbing dalam :
 Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada segenap
warga sekolah (siswa, guru, dan personil sekolah lainnya), orang tua
siswa, dan masyarakat.
 Menyusun program kegiatan bimbingan dan konseling (program
layanan dan kegiatan pendukung, program mingguan, bulanan,






semesteran, dan tahunan)
Melaksanakan program bimbingan dan konseling
Mengadministrasikan program kegiatan bimbingan dan konseling
Menilai hasil pelaksanaan program kegiatan bimbingan dan konseling
Menganalisis hasil penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling
Memberikan tindak lanjut terhadap analisis hasil penilaian bimbingan

dan konseling
b) Mengusulkan kepada

Kepala

Sekolah

dan

mengusahakan

bagi

terpenuhinya tenaga, prasana dan sarana, alat dan perlengkapan pelayanan
bimbingan dan konseling.
c) Mempertanggungjawabkan

pelaksanaan

pelayanan

bimbingan

dan

konseling kepada Kepala Sekolah.
d) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan kepengawasan oleh Pengawas Sekolah
Bidang BK.
4. Guru Pembimbing/ Konselor sekolah
Sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli, Guru Pembimbing bertugas :
a) Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling.
b) Merencanakan program bimbingan dan konseling (terutama programprogram layanan dan kegiatan pendukung) untuk satuan-satuan waktu
tertentu. Program-program tersebut dikemas dalam program harian,
mingguan, bulanan, semesteran, dan tahunan.
c) Melaksanakan segenap program layanan bimbingan dan konseling.
d) Melaksanakan segenap program kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling.
e) Menilai proses dan hasil pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling.

6

f) Menganalisis hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan
dan konseling.
g) Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan
kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
h) Mengadministrasikan kegiatan program layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling yang dilaksanakannya.
i) Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan
bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada Koordinator BK serta
Kepala Sekolah.
j) Mempersiapkan diri, menerima dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan
kepengawasan oleh Pengawas Sekolah Bidang BK.
5. Guru Mata Pelajaran/Praktik
Sebagai tenaga ahli pengajaran dan/atau praktik dalam bidang studi atau
program latihan tertentu, dan sebagai personil yang sehari-hari langsung
berhubungan dengan siswa, peranan Guru Mata Pelajaran dan Guru Praktik
dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah :
a) Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
siswa.
b) Membantu

Guru

Pembimbing

mengidentifikasi

siswa-siswa

yang

memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data
tentang siswa-siswa tersebut.
c) Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada Guru Pembimbing.
d) Menerima siswa alih tangan dari Guru Pembimbing, yaitu siswa yang
menurut Guru Pembimbing memerlukan pelayanan pengajaran/ latihan
khusus (seperti pengajaran/latihan perbaikan, program pengayaan).
e) Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan
hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan bimbingan
dan konseling.
f) Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti/menjalani
layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
g) Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti
konferensi kasus.
h) Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka
penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
6. Wali Kelas

7

Sebagai pengelola kelas tertentu, dalam pelayanan bimbingan dan konseling
Wali Kelas berperan :
a) Membantu Guru Pembimbing melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya di
kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
b) Membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan peranannya dalam
pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya di kelas yang menjadi
tanggung jawabnya.
c) Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa,
khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti/
menjalani layanan dan/atau kegiatan bimbingan dan konseling.
d) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling,
seperti konferensi kasus.
e) Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan
konseling kepada Guru Pembimbing.
7. Staf Administrasi
Staf administrasi memiliki peranan yang tidak kecil terhadap kelancaran
pelaksanaan program Bimbingan dan konseling di sekolah. Karena itu peran
yang dapat dilakukan sataf administrasi adalah :
a) Mereka diharapkan membantu mempersiapkan seluruh kegiatan BK di
sekolah.
b) Mempersiapkan

sarana

(format-format)

yang

diperlukan

dalam

pelaksanaan layanan BK.
c) Membantu mengadministrasikan seluruh kegiatan BK.
d) Membantu menyampaikan informasi kepada personil sekolah lain
bekenaan dengan pelaksanaan layanan BK.
e) Membantu para konselor dalam memelihara data dan serta sarana dan
fasilitas Bimbingan dan konseling yang ada.
2.3. Mekanisme Kerja BK
Mekanisme kerja guru mata pelajaran, wali kelas, guru pembimbing, dan kepala
sekolah dalam pembinann siswa di sekolah perlu adanya kerja sama semua
personil sekolah yang meliputi guru mata pelajaran, guru pembimbing, wali kelas,
dan kepala sekolah.
 Guru mata pelajaran
Memebantu memberikan informasi tentang data siswa yang meliputi:


daftar nilai siswa, observasi, catatan anekdot.
Wali kelas
Disamping sebgai orangtua kedua disekolah,

juga

membantu

mengkoordinasi informasi dan kelengkapan data yang meiputi: daftar
8

nilai, angket siswa, angket orangtua, catatan anekdot, laporan observasi


siswa, catatan home visit, catatan wawancara.
Guru pembimbing
Disamping bertugas memberikan layanan informasi kepada siswa juga
sebagai sumber data yang meliputi: kartu akademis, catatan konseling,
data psikotes, atatan konferensi kasus. Maka gugu pembimbing perlu
melengkapi data yang diperoleh dari guru mata pelajara, wali kelas dan
sumber-sumber lain yang terkait yang akan dimasukan ke dalam buku



pribadi dan map pribadi.
Kepala sekolah
Sebagai penanggung jawab pelaksanaan teknis bimbingan dan konseling
di sekolah perlu mengetahui dan memeriksa semua kegiatan yang
dilakukan oleh guru mata pelajaran, wali kelas, dan guru pembimbing.
Kegiatan pembimbing yang perlu diketahui kepala sekolah antara lain:
melaporkan kegiatan bimbingan dan konseling sebulan sekali dan laporan
tentang kelengkapan data.

2.4. Pola Penanganan Siswa Bermasalah

Pembinaan siswa dilaksanakan oleh seluruh unsur pendidik di sekolah, orangtua,
masyarakat, dan pemerintah. Pola tindakan terhadap siswa bermasalah disekolah
adalah sebagai berikut: seorang siswa yang melanggar tata tertib dapat ditindak
oleh kepala sekolah. Tindakan tersebut diinformasikan kepada wali kelas yang
bersangkutan. Sementara itu, guru pembimbing berperan dalam mengetahui
sebab-sebab yang melatarbelakangi sikap dan tindakan sisiwa tersebut. Dalam hal
ini guru pembimbing bertugas membantu menangani masalah siswa tersebut

9

dengan meneliti latar belakang tindakan siswa melalui serangkaian wawancara
dan

informasi

dari

sejumlah

sumber

data,

setelah

wali

kelas

merekomendasikannya.
2.5. Mekanisme Penanganan Siswa Bermasalah di Sekolah
Di dalam sekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang yang bermasalah,
dengan menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku yang merentang dari
kategori ringan sampai dengan berat. Upaya untuk menangani siswa yang
bermasalah, khususnya yang terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah dapat
dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan disiplin dan pendekatan
bimbingan dan konseling.
Penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada aturan
dan ketentuan (tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta sanksinya. Sebagai
salah satu komponen organisasi sekolah, aturan (tata tertib) siswa beserta
sanksinya memang perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi
terjadinya berbagai penyimpangan perilaku siswa. Kendati demikian, harus
diingat sekolah bukan “lembaga hukum” yang harus mengobral sanksi kepada
siswa yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku. Sebagai lembaga
pendidikan,

justru

kepentingan

utamanya

adalah

bagaimana

berusaha

menyembuhkan segala penyimpangan perilaku yang terjadi pada para siswanya.
Oleh karena itu, disinilah pendekatan yang kedua perlu digunakan yaitu
pendekatan melalui Bimbingan dan Konseling. Berbeda dengan pendekatan
disiplin yang memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera,
penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling justru lebih
mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan
dan teknik yang ada. Penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan
Konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih
mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling
percaya di antara konselor dan siswa yang bermasalah, sehingga setahap demi
setahap siswa tersebut dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya,
serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik.

10

Secara visual, kedua pendekatan dalam menangani siswa bermasalah dapat dilihat
dalam bagan berikut ini:

Pendekatan
Disiplin
Siswa
Bermasalah

Penyesuaian
Diri/Perkembangan
Siswa yang Optimal
Pendekatan BK

Dengan melihat gambar di atas, kita dapat memahami bahwa di antara kedua
pendekatan penanganan siswa bermasalah tersebut, meski memiliki cara yang
berbeda tetapi jika dilihat dari segi tujuannya pada dasarnya sama yaitu
tercapainya penyesuaian diri atau perkembangan yang optimal pada siswa yang
bermasalah. Oleh karena itu, kedua pendekatan tersebut seyogyanya dapat
berjalan sinergis dan saling melengkapi.
Sebagai ilustrasi, misalkan di suatu sekolah ditemukan kasus seorang siswi yang
hamil akibat pergaulan bebas, sementara tata tertib sekolah secara tegas
menyatakan untuk kasus demikian, siswa yang bersangkutan harus dikeluarkan.
Jika hanya mengandalkan pendekatan disiplin, mungkin tindakan yang akan
diambil sekolah adalah berusaha memanggil orang tua/wali siswa yang
bersangkutan dan ujung-ujungnya siswa dinyatakan dikembalikan kepada orang
tua (istilah lain dari dikeluarkan). Jika tanpa intervensi Bimbingan dan Konseling,
maka sangat mungkin siswa yang bersangkutan akan meninggalkan sekolah
dengan dihinggapi masalah-masalah baru yang justru dapat semakin memperparah
keadaan. Tetapi dengan intervensi Bimbingan dan Konseling di dalamnya,
diharapkan siswa yang bersangkutan bisa tumbuh perasaan dan pemikiran positif
atas masalah yang menimpa dirinya, misalnya secara sadar menerima resiko yang
terjadi, keinginan untuk tidak berusaha menggugurkan kandungan yang dapat
membahayakan dirinya maupun janin yang dikandungnya, keinginan untuk

11

melanjutkan sekolah, serta hal-hal positif lainnya, meski ujung-ujungnya siswa
yang bersangkutan tetap harus dikeluarkan dari sekolah.
Perlu digarisbawahi, dalam hal ini bukan berarti Guru BK atau konselor yang
harus mendorong atau bahkan memaksa siswa untuk keluar dari sekolahnya.
Persoalan mengeluarkan siswa merupakan wewenang kepala sekolah, dan tugas
Guru BK atau konselor hanyalah membantu siswa agar dapat memperoleh
kebahagiaan dalam hidupnya.
Lebih jauh, meski saat ini paradigma pelayanan Bimbingan dan Konseling lebih
mengedepankan pelayanan yang bersifat pencegahan dan pengembangan,
pelayanan Bimbingan dan Konseling terhadap siswa bermasalah tetap masih
menjadi perhatian. Dalam hal ini, perlu diingat bahwa tidak semua masalah siswa
harus ditangani oleh guru BK (konselor). Dalam hal ini, Sofyan S. Willis (2004)
mengemukakan tingkatan masalah berserta mekanisme dan petugas yang
menanganinya, sebagai berikut :
1) Masalah atau Kasus Ringan
Masalah atau kasus ringan seperti membolos, malas, kesulitan belajar pada
bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman
keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Kasus ringan dibimbing
oleh wali kelas dan guru dengan berkonsultasi kepada kepala sekolah (konselor
atau guru pembimbing) dan mengadakan kunjungan rumah.
2) Masalah atau Kasus Sedang
Masalah atau kasus sedang, seperti gangguan emosional, berpacaran, dengan
perbuatan menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar, karena
gangguan di keluarga, minum minuman keras tahap pertengahan, mencuri
kelas sedang, melakukan gangguan sosial dan asusila. Kasus sedang dibimbing
oleh guru BK (konselor), dengan berkonsultasi dengan kepala sekolah, ahli ahli
profesional, polisi, guru dan sebagainya. Dapat pula mengadakan konferensi
kasus.
3) Masalah atau Kasus Berat
Masalah atau kasus berat, seperti

gangguan emosional berat, kecanduan

alkohol dan narkotika, pelaku kriminalitas, siswa hamil, percobaan bunuh diri,
12

perkelahian dengan senjata tajam atau senjata api. Kasus berat dilakukan
referal (alihtangan kasus) kepada ahli psikologi dan psikiater, dokter, polisi,
ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan kegiatan konferensi
kasus.
Dengan melihat penjelasan di atas, tampak jelas bahwa penanganan siswa
bermasalah melalui pendekatan Bimbingan dan Konseling tidak semata-mata
menjadi tanggung jawab guru BK/konselor di sekolah tetapi dapat melibatkan
pula berbagai pihak lain untuk bersama-sama membantu siswa agar memperoleh
penyesuaian diri dan perkembangan pribadi secara optimal.
2.6. Beban Tugas Guru Pembimbing/ Konselor
Sesuai dengan ketenyuan Surat Keputusan Bersama Menteri Pendididkan dan
Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor:
0433/P/1993 dan Nomor 25 Tahun 1991 diharapkan pada setiap sekolah ada
petugas yang melaksanakan layanan bimbingan bimbingan dan konseling yaitu
pembimbing/konseling dengan rasio satu orang guru pembimbing/konselor untuk
150 orang siswa.
Oleh

karena

kekhususan

bentuk

tugas

dan

tanggung

jawab

guru

pembimbing/konselor sebagai suatu profesi yang berbeda dengan bentuk tugas
sebagai guru mata pelajaran, maka beban tugas atau penghargaan jam kerja guru
pembimbing ditetapkan 36 jam/minggu, beban tugas tersebut meliputi:
 Kegiatan penyusuanan program pelayanan dalam bidang bimbingan
pribadi-sosial, bimbingan belajar, bimbingan karier, serta semua jenis


layanan, termasuk kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 12 jam.
Kegiatan melaksanakan pelayanan dalam bimbingan pribadi-sosial,
bimbingan belajar, bimbingan karier serta semua jenis layanan, termasuk



kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 18 jam.
Kegiatan evaluasi pelaksanaan pelayanan dalam bidang bimbingan
pribadi-sosial, bimbingan belajar, bimbingan karier, serta semua jenis
layanan termasuk kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 6 jam.

13



Sebagaimana guru mata pelajaran, guru pembimbing/konselor yang
membimbing 150 orang siswa dihargai sebanyak 18 jam, selebihnya
dihargai sebagai bonus dengan ketentuan sebagai berikut:
a) 10 – 15 siswa
= 2 jam
b) 16 – 30 siswa
= 4 jam
c) 31 – 45 siswa
= 6 jam
d) 46 – 60 siswa
= 8 jam
e) 61 – 75 siswa
= 10 jam
f) 76 – atau selebihnya = 12 jam

2.7. Sarana dan Prasarana
1. Sarana yang diperlukan untuk menunjang layanan bimbingan dan konseling
adalah :
 Alat pengumpul data. Seperti: format-format, pedoman observasi,
pedoman wawancara, angket, catatanharian, daftar nilai prestasi belajar,


kartu konsultasi, instrumen penelusuran bakat dan minat, dan sebagainya.
Alat penyimpan data. Seperti: kartu pribadi, buku pribadi, map, dan



sebagainya.
Perlengkapan teknis. Seperti buku pedoman/petunjuk, buku informasi
(pribadi/sosial, pendidikan dan karier), paket bimbingan (pribadi, belajar,



dan karier).
Perlengkapan teknis. Seperti: blangko surat, agenda surat, alat-alat tulis,

dan sebagainya.
2. Prasaranan penunjang bimbingan dan konseling antara lain:
 Ruang bimbingan. Terdiri atas: ruang tamu, ruang konsultasi, ruang
bimbingan kelompok/diskusi, ruang dokumentasi dan sebagainya. Ruang
tersebut sebagiknya dilengkapi dengan perabotan seperti meja, kusi,


lemari, papan tulis, rak, dan sebagainya.
Anggaran biaya untuk menunjang kegiatan layanan seperti: anggaran
biaya yang diperlukan untuk surat menyurat, transportasi, penataan,
pembelian alat-alat dan sebagainya.

2.8. Kerjasama dan Pengawasan
1. Kerjasama
Layanan bimbingan dan konseling yang efektif tidak mungkn terlakasana
dengan baik tanapa adanya kerjasama guru pembimbing dengan pihak-pihak
yang terkait baik di dalam maupun di luar sekolah.
a) Kerjasama dengan pihak di dalam sekolah, antara lain dengan:

14



Seluruh tenaga pengajar dan tenaga kependidikan lainnya di

sekolah.
 Seluruh tenaga administrasi di sekolah.
 Osis dan organisasi siswa lainnya.
b) Kerjasama dengan pihak di luar sekolah, antara lain dengan:
 Orangtua siswa
 Organisasi profesi seperti IPBI (Ikatan Petugas Bimbingan



Indonesia).
Lembaga/organisasi kemasyarakatan.
Tokoh masyarakat.

2. Pengawasan
Untuk menjamin terlaksananya pelayanan bimbingan secara tepat diperlukan
kegiatan pengawasan bimbingan baik secara teknik maupun secara
administrasi. Fungsi kepengawasan layanan bimbingan dan konseling antara
lain memantau, menilai, memperbaiki, meningkatkan, dan mengembangkan
kegiatan layanan bimbingan di sekolah. Kegiatan pengawasan terhadap
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dilakukan oleh pengawas
khusus yang profesional (sesuai SK Menpan No.26/1989). Pengawasan
tersebut ada pada setiap kantor wilayah.

BAB III
Penutup
3.1

Kesimpulan
Dari semua penjelasan materi di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Organisasi pelayanan BK meliputi kepala sekolah, koordinator BK/guru, guru
mata pelajaran/pelatih, wali kelas/guru pembina, peserta didik/siswa, tata
usaha, komite sekolah.

15

2. Personel pelaksana pelayanan BK di sekolah adalah kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, Koordinator BK, guru pembimbing/konselor, guru mata
pelajaran/praltik, wali kelas, dan staf administrasi yang menjalankan tugas
masing-masing dalam kaitannya dengan pelayanan BK.
3. Mekanisme kerja guru mata pelajaran, wali kelas, guru pembimbing, dan
kepala sekolah dalam pembinann siswa di sekolah perlu adanya kerja sama
semua personil sekolah yang meliputi guru mata pelajaran, guru pembimbing,
wali kelas, dan kepala sekolah.
4. Pola tindakan terhadap siswa bermasalah disekolah ditangani oleh kepala
sekolah, wali kelas, guru pembimbing/konselor.
5. Mekanisme untuk menangani siswa yang bermasalah, khususnya yang terkait
dengan pelanggaran disiplin sekolah dapat dilakukan melalui dua pendekatan
yaitu pendekatan disiplin dan pendekatan bimbingan dan konseling.
6. Bentuk tugas dan tanggung jawab guru pembimbing/konselor sebagai suatu
profesi yang berbeda dengan bentuk tugas sebagai guru mata pelajaran, maka
beban tugas jam kerja guru pembimbing ditetapkan 36 jam/minggu.
7. Dalam melaksana pelayanan BK tentu memerlukan sarana seperti: alat
pengumpul data, alat penyimpan data, perlengkapan teknis dan lainnya; dan
prasarana seperti ruang bimbingan dan anggaran biaya.
8. Layanan bimbingan dan konseling yang efektif tidak mungkn terlakasana
dengan baik tanapa adanya kerjasama guru pembimbing dengan pihak-pihak
yang terkait baik di dalam maupun di luar sekolah. Untuk menjamin
terlaksananya pelayanan bimbingan secara tepat diperlukan kegiatan
pengawasan bimbingan baik secara teknik maupun secara administrasi.
Daftar Pustaka
Akhmadsudrajat,2008.
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/penanga
nan-siswa-bermasalah-di-sekolah/html. Diakses pada tanggal 15
November 2016 pukul 12.05
Ketut Sukardi, Dewa. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
Ketut Sukardi, Dewa. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.

16

Kustiyono. Dkk. Media Layanan Bimbingan dan Konseling.
Sidoarjo:MKKS Kabupaten Sidoarjo.

17