UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PROGRAM PASC

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI KTP S2
UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL 2010/2011
MATA KULIAH= EVALUASI PROGRAM
DOSEN= PROF.DR. TOTOK SUMARYANTO F., M.PD
SOAL:
1. Mengapa kegiatan evaluasi penting untuk dilaksanakan dalam program
pembelajaran?
JAWAB:
Untuk menjawab pertanyaan ini perhatikan bagan di bawah ini:
TUJUAN

EVALUASI

MATERI
METODE
STRATEGI
MEDIA
Berdasarkan bagan di atas, dapat dipahami bahwa evaluasi penting
karena dapat dijadikan bahan untuk menilai /balikan (feedback) apakah

pembelajaran telah mencapai TUJUAN, atau belum. Selain itu, apakah
materi, metode, strategi dan media telah tepat digunakan oleh guru dalam
mencapai tujuan tersebut. Sehingga semuanya akan berjalan baik dan
harapannya ada perbaikan dengan pelaksanaan evaluasi ini.
Sedangkan dalam program pembelajaran, evaluasi memiliki makna
penting dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu:
a. Makna bagi siswa
1) Dengan diadakannya evaluasi , maka siswa dapat mengetahui sejauh
mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru.
Hasil yang diperoleh siswa dari pekerjaan menilai ada 2 kemungkinan
yaitu: memuaskan dan tidak memuaskan;
2) untuk memberikan informasi kemajuan hasil belajar siswa secara
individu dalam mencapai tujuan sesuai dengan kegiatan belajar yang
dilakukan;
3) memberikan motivasi belajar siswa, menginformasikan kemauannya
agar terangsang untuk melakukan usaha perbaikan;
4) memberi informasi tentang semua aspek kemajuan siswa.
b. Makna bagi guru
Jawaban UAS
Evaluasi Program


9

1) Dengan hasil evaluasi yang diperoleh guru akan dapat mengetahui

siswa-siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya,
karena sudah berhasil menguasai bahan, maupun mengetahui siswasiswa yang belum berhasil menguasai bahan. Dengan petunjuk ini
guru dapat lebih memusatkan perhatiannya kepada siswa–siswa yang
belum berhasil. Apabila guru tahu akan sebab-sebabnya, ia akan
memberikan perhatian yang memusat dan memberikan perlakuan
yang lebih teliti sehingga keberhasilan selanjutnya dapat diharapkan.
2) Hasil evaluasi menjadi informasi yang dapat digunakan untuk
membina kegiatan belajar mengajar lebih lanjut; informasi yang dapat
digunakan guru untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa; dan
memberi bimbingan yang tepat untuk memilih sekolah atau jabatan
sesuai dengan keterampilan, minat, dan kemampuannya.
3) Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi
siwa sehingga untuk memberikan pembelajaran di waktu yang akan
dapat tidak perlu diadakan perubahan.
4) Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah atau

belum. Jika sebagian besar dari siswa memperoleh angka jelek pada
penilaian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan
atau metode yang kurang tepat. Apabila demikian halnya, maka guru
harus mawas diri dan mencoba mencari metode lain dalam mengajar.
c. Makna bagi sekolah
1) Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana
hasil belajar siswa-siswanya, dapat diketahui pula apakah kondisi
belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan
atau belum. Hasil belajar merupakan cerminan kualitas suatu sekolah.
2) Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah
itu dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah
untuk masa-masa yang akan datang.
3) Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun, dapat
digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh
sekolah sudah memnuhi standar atau belum. Pemenuhan standar akan
terlihat dari bagusnya angka-angka yang diperoleh siswa.
Selanjutnya, mengapa evaluasi penting dilaksanakan dalam program
pembelajaran? Salah satu jawabannya juga bisa ditemukan pada PP.
Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 64 ayat (1)
dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara

berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan
hasil belajar dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester,
Jawaban UAS
Evaluasi Program

9

ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Selanjutnya, ayat
(2) menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik
digunakan untuk (a) menilai pencapaian kompetensi peserta
didik; (b) bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan
(c) memperbaiki proses pembelajaran. Dalam rangka penilaian hasil
belajar (raport) pada semester satu penilaian dapat dilakukan melalui
ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan
dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti pekerjaan rumah (PR), proyek,
pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut
digunakan untuk mengisi nilai rapor semester satu. Pada semester dua
penilaian dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan kenaikan kelas dan dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti
PR, proyek, pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai

tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor pada semester dua.
SOAL:
2. Evaluasi pendidikan memiliki cakupan: (1) evaluasi program, (2) evaluasi
sistem, dan (3) evaluasi pembelajaran. Jelaskan dengan contoh masingmasing cakupan evaluasi program tersebut?
JAWAB:
(1) Evaluasi Program
Evalusi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan sengaja untuk melihat keberhasilan program. Melakukan
evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui,
seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan.
Dengan kata lain, evaluasi program dimaksudkan untuk melihat
pencapaian target program. Untuk menentukan seberapa jauh target
program sudah dicapai, yang dijadikan tolok ukur adalah tujuan yang
sudah dirumuskan dalam tahap perencanaan kegiatan. Sebagai contoh,
misalnya seorang guru mentargetkan sekurang-kurangnya ada tujuh
orang siswa yang dapat memperoleh nilai 10, dan setelah hasil ulangan
diperiksa ternayat hanya ada 3 orang saja yang memperoleh nilai 10.
Dengan demikian maka tingkat keberhasilan guru tersebut hanya 3/7 x
100%, yaitu kurang dari 47%.
Evaluasi program biasanya dilakukan untuk kepentingan

pengambil kebijakan untuk menentukan kebijakan selanjutnya. Dengan
melalui evalusi program, langkah evalusi bukan hanya dilakukan
serampangan saja tetapi sistematis, rinci, dan mengguknakan prosedur
Jawaban UAS
Evaluasi Program

9

yang sudah diuji secara cermat. Dengan metode-metode tertentu maka
akan diperoleh data yang andal dan dapat dipercaya. Penentuan
kebijakan akan tepat apabila data yang digunakan sebagai dasar
pertimbangan tersebut benar, akurat dan lengkap.
Pada gambar berikut disajikan cakupan evaluasi program
pendidikan:

Materi/
Kurikulum

Guru


Metode
mengajar

Sarana
(alat/media
)

Input
(masukan)

Proses Transformasi

Lingkunga
n manusia

Output
(keluaran)

Lingkunga
n bukan

manusia

Umpan balik
Keterangan:
a. Input
Adalah bahan mentah yang dimasukkan ke dalam transformasi.
Dalam dunia sekolah, maka yang dimaksud dengan bahan mentah
adalah calon siswa yang baru akan memasuki sekolah. Sebelum
memasuki suatu tingkatan (institusi), calon siswa itu dinilai dahulu
kemampuannya. Dengan penilaian itu ingin diketahui apakah kelak
ia akan mampu mengikuti pelajaran dan melaksankan tugas-tugas
yang akan diberikan kepadanya.
b. Transformasi
Yang dimaksud dengan transformasi adalah mesin yang bertugas
mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Dalam dunia
sekolah, sekolah itulah yang dimaksud dengan transformasi.
Sekolah itu sendiri terdiri dari beberapa mesin yang menyebabkan
berhasil atau gagalnya sebuah transformasi. Bahan jadi yang
diharapkan, yang dalam hal ini siswa lulusan sekolah ditentukan


Jawaban UAS
Evaluasi Program

9

oleh beberapa faktor sebagai akibat bekerjanya unsur-unsur yang
ada.
Unsur-unsur yang berfungsi sebagai faktor penentuy dalam
kegiatan sekolah tersebut, antara lain:
1) Siswa sendiri
2) Kurikulum/materi
3) Guru dan personal lainnya
4) Bahan pelajaran
5) Metode mengajar dan sistem evaluasi
6) Sarana penunjang
7) Sistem administrasi
8) Selain itu ada faktor penunjang lainnya yaitu: faktor lingkungan
baik berupa lingkungan manusia maupun bukan manusia.
c. Output
yang dimaksud sebagai ouput atau keluaran adalah bahan jadi

yang dihasilkan oleh transformasi. Yang dimaksud disini adalah
siswa lulusan sekolah yang bersangkutan. Untuk dapat
menentukan apakah seorang siswa berhak lulus atau tidak, perlu
diadakan kegiatan penilaian, sebagai alat penyaring kualitas.
d. Umpan balik (feed back)
Yang dimaksud sebagai umpan balik atau balikan adalah segala
informasi baik yang menyangkut output maupun transformasi.
Umpan balik ini diperlukan sekali untuk memperbaiki input
maupun transformasi. Lulusan yang kurang bermutu atau belum
memenuhi harapan, akan menggugah semua pihak untuk
mengambil tindakan yang berhubungan dengan penyebab kurang
bermutunya lulusan.
Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
1) Input yang kurang baik kualitasnya
2) Guru dan personal yang tidak tepat
3) Materi yang tidak atau kurang cocok
4) Metode mengajar dan sistem evaluasi yang kurang memadai
5) Kurangnya sarana penunjang
6) Sistem administrasi yang kurang tepat.
Oleh karena itu, evalusi program di sekolah meliputi banyak segi,

yang secara garis besar dilihat daricalon siswa, lulusan, dan
proses pendidikan secara menyeluruh.
(2) Evaluasi sistem
Dalam perspektif teori sistem, maka sistem pendidikan merupakan
komponen supra-sistem pembangunan nasional. Berdampingan dan
bersinergi dengan sistem ekonomi, politik, transportasi, dan lain-lain,
Jawaban UAS
Evaluasi Program

9

diharapkan pendidikan memberikan partisipasi dan kontribusinya bagi
pencapaian tujuan nasional. Karena itu, tolak-ukur paling sahih dari
kemanfaatan pendidikan tidak bisa tidak harus ditakar berdasarkan
kontribusinya bagi supra-sistem pembangunan nasional. Lebih jauh,
tolak ukur kegunaan pendidikan tidak sekadar didasarkan pada hasil
dan keluaran (product and output), tetapi manfaat (outcome) baik di
tingkat individu maupun sosial. Implikasinya, sebagai komponen suprasistem, lembaga pendidikan harus ikhlas untuk menerima evaluasi
eksternal (external evaluation), seperti lembaga kursus mengemudi yang
harus bersedia apabila peserta didiknya dievaluasi oleh kepolisian agar
bisa mendapatkan surat ijin mengemudi.
Cakupan evaluasi sistem:
Tujuan dan kegunaan penilaian sistem pendidikan termasuk
perencanaan, pengelolaan, proses dan tindak lanjut pendidikan baik
yang menyangkut perorangan, kelompok maupun kelembagaan.
Menurut Thorndike dan Hagen (1977) tujuan dan kegunaan penilaian
pendidikan dapat diarahkan kepada keputusan-keputusan yang
menyangkut (1) pengajaran (2) hasil belajar (3) Diagnosis dan usaha
perbaikan (4) penempatan (5) seleksi (6) bimbingan dan konseling, (7)
kurikulum, dan (8) penilaian kelembagaan.
1) Keputusan dalam Bidang Pengajaran
Salah satu peranan penting usaha pengukuran dan penilaian ialah
untuk mengarahkan pengambilan keputusan yang berkenaan dengar,
apa yang harus dipelajari atau apa yang harus dipelajari dan
dipraktekkan oleh para mahasiswa secara perorangan, kelompokkelompok kecil, ataupun keseluruhan kelas.
Untuk keperluan ini maka pengukuran dan penilaian harus mampu
mengindentifikasikan kompetensi-kompetensi mana yang sudah ada
dan belum ada pada mahasiswa, yang selanjutnya dipakai sebagai
dasar untuk menetapkan isi pengajaran yang berikutnya.
2) Keputusan Tentang Hasil Belajar
Tenaga pengajar mempunyai tanggung jawab untuk menyampaikan
hasil belajar yang dicapai oleh mahasiswa yang telah belajar itu, dan
bahkan jika diperlukan juga perlu memberikan laporan kepada orang
tua atau wali mahasiswa tentang hasil belajar mahasiswa itu.
Pemberitahuan dan laporan hasil belajar ini diinginkan meliputi
aspek-aspek yang luas antara lain pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan yang cukup mewakili tujuan-tujuan pengajaran atau
perkuliahan yang diprogramkan oleh perguruan tinggi.
Jawaban UAS
Evaluasi Program

9

3) Keputusan dalam Rangka Diagnosis
Tes diagnotik diselenggarakan untuk mengetahui dalam bidang mana
mahasiswa telah atau belum mengusai kompetensi tertentu, atau
dengan kata lain, tes diagnostik berusaha mengungkapkan kekuatan
atau kelemahan dalam bidang yang diujikan.
4) Keputusan Berkenaan dengan Penempatan
Pengajaran ataupun pelayanan yang diberikan kepada mahasiswa
tersebut tidak diberikan secara sama rata kepada semua mahasiswa.
Mahasiswa yang satu barangkali memerlukan pengajaran ataupun
pelayanan yang lebih banyak dari pada mahasiswa yang lain.
Keperluan mahasiswa tidak sama ini sering mendorong pengajar
untuk mengadakan pengelompokkan setara (homogeneous prouping).
Kelompok-kelompok setara yang masing-masing memiliki taraf
kemampuan yang berbeda-beda itu kemudian diberi pengajaran yang
sesuai dengan taraf kemampuan masing-masing kelompok.
5) Keputusan Berkenaan dengan Seleksi
Seleksi biasanya dihubungkan dengan jumlah tempat yang tersedia
dalam kaitannya dengan jumlah calon yang mendaftarkan untuk
mengisi tempat itu, sedangkan secara ideal seleksi dihubungkan
dengan mutu lulusan yang diambil biasanya didasarkan atas batas
lulus.
6) Keputusan Berkenaan dengan Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah agar mampu
mengenali dan menerima diri sendiri, serta atas dasar pengenalan dan
penerimaan diri ini mahasiswa mampu mengambil keputusan untuk
diri sendiri, mengarahkan dan mewujudkan diri sendiri sesuai dengan
bakat, kemampuan dan kemungkinan-kemungkinan yang ada pada
dirinya sendiri dan lingkungannya.
7) Keputusan Berkenaan dengan Kurikulum
Program pendidikan yang komprehensif dan luwes (fleksibel) isi
kurikulum dan rancangan pengajaran-pengajaran beserta berbagai
sarana penunjangnya tidaklah tunggal, melainkan tersedia beberpa
(atau bahkan berbagai) kemungkinan, perubahan dalam penekanan isi
kurikulum, dalam prosedur dan sarana pengajran dimungkinkan.
8) Keputusan Berkenaan dengan Penelitian Kelembagaan
Ada lembaga pendidikan yang menyebabkan siswa-siswinya telah
banyak yang putus sekolah atau yang baru menamatkan siswa-siswa
itu menjalani masa belajar jauh melampaui batas masa belajar yang
normal. Ada lagi lembaga pendidikan yang hanya mampu
menghasilkan para lulusan yang (dilihat dari hasil belajar mereka)
Jawaban UAS
Evaluasi Program

9

berprestasi sekitar rata–rata saja. Hal ini semua dapat diketahui
penelaahan hasil pengukuran dan pendidikan.
(3) Evaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan nilai, kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.
Erman (2003:2) menyatakan bahwa evaluasi pembelajaran juga
dapat diartikan sebagai penentuan kesesuaian antara tampilan siswa
dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini yang dievaluasi adalah
karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolak ukur tertentu.
Karakteristik-karakteristik tersebut dalam ruang lingkup kegiatan
belajar-mengajar adalah tampilan siswa dalam bidang kognitif
(pengetahuan dan intelektual), afektif (sikap, minat, dan motivasi), dan
psikomotor (ketrampilan, gerak, dan tindakan). Tampilan tersebut dapat
dievaluasi secara lisan, tertulis, mapupun perbuatan. Dengan demikian
mengevaluasi di sini adalah menentukan apakah tampilan siswa telah
sesuai dengan tujuan instruksional yang telah dirumuskan atau belum.
Cakupan evalusi pembelajaran:
Cakupan evaluasi pembelajaran dapat disusun dalam matrik sebagai
berikut:
Tahapan
Perencanaan
Pelaksanaan
sasaran
Proses
Bagaimana peserta didik
Bagaimana aktivitas dinamika
berpartispasi dalam
interaksi dan kemampuan
menentukan tema-tema
berfikir peserta didik.
terkait.
Hasil
Bagaimana reaksi peserta Perubahan/perkembangan
didik terhadap rencana
perilaku apa yang terjadi pada
yang telah disusun.
peserta didik?
= aspek kognisi/intelektual.
= aspek sosial
= aspek etis
= aspek pribadi dan sebagainya,
sebagai dampak instruksional
maupun dampak pengiring.
= aspek lain,
a) Penilaian Keterampilan Proses
Penilaian merupakan usaha untuk memperoleh informasi tentang
perolehan belajar siswa secara menyeluruh, baik pengetahuan, konsep,
Jawaban UAS
Evaluasi Program

9

sikap, nilai, maupun keterampilan proses. Hal ini dapat digunakan oleh
guru sebagai balikan maupun keputusan yang sangat diperlukan dalam
menentukan strategi belajar mengajar.
Untuk maksud tersebut guru perlu mengadakan penilaian, baik
terhadap proses maupun terhadap hasil belajar siswa. Penilaian proses
(Usman, 1999) dapat diartikan penilaian terhadap proses belajar yang
sedang berlangsung, yang dilakukan oleh guru dengan memberikan
umpan balik secara langsung kepada seorang siswa atau kelompok
siswa. Dalam melatih keterampilan proses sekaligus dikembangkan
sikap-sikap yang dikehendaki seperti kreatif, kerjasama, bertanggung
jawab, dan berdisplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang
bersangkutan. Dengan demikian, pendekatan keterampilan proses
merupakan pendekatan belajar mengajar yang mengarah kepada
pengembangan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang
mendasar sebagai penggerak kemapuan yang lebih tinggi dalam diri
individu siswa.
Kemampuan atau keterampilan dalam penilaian proses antara lain:
a. Mengamati, b. Menggolongkan (Mengkalsifikasikan), c. Menafsirkan
(Menginterprestasikan),
d.
Meramalkan,
e.
Menerapkan,
f.
Merencanakan penelitian, g. Mengkomunikasikan.
b) Penilaian hasil belajar
Penilaian hasiol belajar idealnya dapat mengungkap semua aspek
pembelajaran, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, sebab siswa
yang memiliki kemampuan kognitif baik saat diuji , misalnya dengan
paper-and-pencil test belum tentu dapat menerapkan dengan baik
pengetahuannya dalam mengatasi permasalahan kehidupan (Green,
1975).
Penilaian hasil belajar sangat terkait dengan tujuan yang ingin
dicapai
dalam
proses
pembelajaran.
Pada
umumnya
tujuan
pembelajaran mengikuti pengklasifikasian hasil belajar yang dilakukan
oleh Bloom pada tahun 1956, yaitu cognitive, affective dan psychomotor.
Kognitif
(cognitive)
adalah
ranah
yang
menekankan
pada
pengembangan kemampuan dan ketrampilan intelektual. Afektif
(affective) adalah ranah yang berkaitan dengan pengembanganpengembangan perasaan, sikap nilai dan emosi, sedangkan psikomotor
Jawaban UAS
Evaluasi Program

9

(psychomotor) adalah ranah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
atau keterampilan motorik.

SOAL:
3. Jelaskan dengan singkat dan jelas tentang pengertian tes, pengukuran,
penilaian, dan evaluasi?
JAWAB:
a. Tes
Tes adalah
suatu alat yang sudah distandarisasikan untuk
mengukur salah satu sifat, kecakapan atau tingkah laku dengan cara
mengukur sesuai dengan sampel dari sifat, kecakapan atau tingkah laku
(Siti Rahayu Haditono, 1987:56)
Tes adalah suatu metode atau alat untuk mengadakan penyelidikan
yang menggunakan soal-soal, pertanyaan atau tugas-tugas yang lain
dimana persoalan-persoalan atau pertanyaan-pertanyaan itu telah dipilih
dengan seksama dan telah distandarisasikan (Bimo Walgito, 1987:87).
Tes adalah suatu alat yang disusun untuk mengukur kualitas,
abilitas, ketrampilan atau pengetahuan dari seseorang atau sekelompok
individu (Depdikbud:1975:67).
Definisi yang lebih lengkap dapat dikutipkan langsung dari
pendapat Cronbach yang dikemukakan dalam bukunya Essentials of
psychological Testing, yaitu: “….a systematic procedure for observing a
person’s behavior and describing it with the aid of a numerical scale or a
category system” (Cronbach, 1970).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat katakan:
pengertian tes adalah suatu alat atau metode pengumpulan data yang
sudah distandardisasikan untuk mengukur/mengevaluasi salah satu
aspek ability/kemampuan atau kecakapan dengan jalan mengukur
sampel dari salah satu aspek tersebut. Dengan demikian tes merupakan
alat pengumpul data untuk mengetahui kemampuan individu atau
kelompok individu dalam menyelesaikan sesuatu atau memperlihatkan
ketrampilan tertentu, dalam memperlihatkan hasil belajar, atau dalam
menggunakan kemampuan psikologis untuk memecahkan suatu
persoalan.

Jawaban UAS
Evaluasi Program

9

Dari batasan-batasan mengenai tes tersebut diatas, dapatlah kita
tarik kesimpulan pengertian, antara lain:
1. Tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan
aturan-aturan yang sudah ditentukan. Untuk mengerjakan tes ini
tergantung dari petunjuk yang diberikan, misalnya: melingkari salah
satu huruf di depan pilihan jawaban, menerangkan, mencoret
jawaban yang salah, melakukan tugas atau susruhan, menjawab
secara lisan, dan sebaginya.
2. Tes adalah prosedur yang sistematis, artinya (a) item-item dalam tes
disusun dengan cara dan aturan tertentu, (b) prosedur administrasi
dan pemberian angka (skoring) tes harus jelas dan dispesifikasikan
secara terperinci, dan (c) setiap orang yang mengambil tes tersebut
harus mendapat item-item yang sama dan dalam kondisi yang
sebanding.
3. Tes mengukur perilaku, artinya item-item dalam tes menghendaki
subyek agar menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang telah
dipelajari subyek dengan cara menjawab item-item atau
mengerjakan tugas-tugas yang dikehendaki oleh tes.
b. Pengukuran
Pengertian pengukuran menurut para ahli:
1. Menurut Budi Hatoro pengukuran atau measurement merupakan
suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu
yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan
merupakan instrumen untuk melakukan penilaian.
2. Menurut Akmad Sudrajat pengukuran (measurement) adalah
proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik
dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai
karakteristik tertentu.
3. Menurut Lien pengukuran adalah sejumlah data yang dikumpul
dengan menggunakan alat ukur yang objektif untuk keperluan
analisis dan interpretasi.
4. Menurut Suharsimi Arikunto pengukuran adalah membandingkan
sesuatu dengan suatu ukuran.
5. Menurut Pflanzagl’s pengukuran
adalah
proses
menyebutkan
dengan pasti angka-angka tertentu untuk mendiskripsikan suatu
atribut empiri dari suatu produk atau kejadian dengan ketentuan
tertentu.
6. Sementara itu Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan
pengukuran sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau
Jawaban UAS
Evaluasi Program

9

karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek
tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas, sedangkan
penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil
belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.
Dari batasan-batasan mengenai tes tersebut diatas, dapatlah kita
tarik kesimpulan pengertian, antara lain:
1) Pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.
Pengukuran bersifat kuantitatif. Pengukuran atau measurement
merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas
sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif,
bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Dalam dunia
pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan
Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui
pengamatan empiris.
Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang
membedakan antara pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Arikunto
menyatakan bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan
satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai
adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran
baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Hasil pengukuran yang
bersifat kuantitatif juga dikemukakan oleh Norman E. Gronlund (1971)
yang menyatakan “Measurement is limited to quantitative descriptions
of pupil behavior”.
2) Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan
untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran
lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk
melakukan penilaian. Unsur pokok dalam kegiatan pengukuran ini,
antara lain adalah sebagai berikut:
1. tujuan pengukuran.
2. ada objek ukur
3. alat ukur
4. proses pengukuran
5. hasil pengukuran kuantitatif.

c. Penilaian
Pengertian Penilaian menurut beberapa ahli:
Jawaban UAS
Evaluasi Program

9

Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan
penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil
belajar
baik
yang
menggunakan
tes
maupun
nontes.
Menurut Suharsimi Arikunto penilaian adalah mengambil suatu
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian
bersifat
kualitatif.
Menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan
menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut
Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah keputusan tentang nilai.
b) Menurut
Akhmat Sudrajat penilaian (assessment) adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian
untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar
peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan)
peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa
hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian
dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan
nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan
proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Secara
khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan
untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik,
mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan
proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui
penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang
penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta
didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan
informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran,
kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta
keberadaan kurikukulum itu sendiri.
c) Pengertian penilaian yang ditekankan pada penentuan nilai suatu
obyek juga dikemukakan oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa
penilaian adalah proses menentukan nilai suatu obyek dengan
menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, seperti baik , sedang,
atau jelek. Seperti juga halnya yang dikemukakan oleh Richard H.
Lindeman (1967) “The assignment of one or a set of numbers to each
of a set of person or objects according to certain established rules”.
a) Menurut

Dalam pengertian pendidikan terdapat dua arti untuk penilaian,
yaitu penilaian dalam arti evaluasi (evaluation) dan penilaian dalam
arti asesmen (assessment). Penilaian pendidikan dalam arti evaluasi
Jawaban UAS
Evaluasi Program

9

merupakan penilaian program pendidikan secara menyeluruh. Dalam
pengertian ini, evaluasi pendidikan menelaah komponen-komponen dan
saling keterkaitannya dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan. Sedangkan asesmen merupakan bagian dari evaluasi
karena merupakan penilaian sebagian komponen yang menyangkut
penilaian hasil belajar yang berhubungan dengan komponen kompetensi
lulusan dan penguasaan substansi serta penggunaannya.
Dari batasan-batasan mengenai tes tersebut diatas, dapatlah kita
tarik kesimpulan pengertian, antara lain:
1) Penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu
dengan ukuran baik-buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Penilaian
dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan
berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan
menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan
perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program
kegiatan belajar.
2) Penilaian Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami
pelajaran yang telah disampaikan guru. penerapan berbagai cara
dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau
ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik
dengan memiliki beberapa tujuan
d. Evaluasi
Evaluasi meliputi kegiatan pengukuran dan penilaian.
Berikut pendapat bebrapa ahli:
1) Davies mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses untuk
memberikan atau menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan,
kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek
(Davies, 1981:3).
2) Menurut Wand dan Brown, evaluasi merupakan suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu (dalam Nurkancana, 1986:1).
3) Wiersma dan Jurs membedakan antara evaluasi, pengukuran dan
testing. Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses
yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga
berisi pengambilan keputusan tentang nilai. Pendapat ini sejalan
dengan pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa evaluasi
merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Kedua pendapat di atas
Jawaban UAS
Evaluasi Program

9

secara implisit menyatakan bahwa evaluasi memiliki cakupan yang
lebih luas daripada pengukuran dan testing.
4) Ralph W. Tyler, yang dikutif oleh Brinkerhoff dkk. Mendefinisikan
evaluasi sedikit berbeda. Ia menyatakan bahwa evaluation as the
process of determining to what extent the educational objectives are
actually being realized. Sementara Daniel Stufflebeam (1971) yang
dikutip oleh Nana Syaodih S., menyatakan bahwa evaluation is the
process of delinating, obtaining and providing useful information for
judging decision alternatif. Demikian juga dengan Michael Scriven
(1969) menyatakan evaluation is an observed value compared to
some standard. Beberapa definisi terakhir ini menyoroti evaluasi
sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari
proses pengumpulan dan pengolahan data.
5) Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi dengan batasan sebagai
proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu
berdasarkan suatu kriteria tertentu ( Sudjana, 1990:3).
Dengan berdasarkan batasan-batasan tersebut, dapat dianalisis:
1) Bahwa evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses
sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan,
keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek) berdasarkan
kriteria tertentu.
2) Untuk dapat mengevaluasi sesuatu dengan cara membandingkan
dengan kriteria, evaluator dapat langsung membandingkan dengan
kriteria namun dapat pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu
yang dievalusi, kemudian baru melakukan proses menilai tetapi
dapat pula evalusi langsung melalui penilaian saja.
Dari batasan-batasan mengenai tes tersebut diatas, dapatlah kita
tarik kesimpulan pengertian, antara lain:
Apabila lebih lanjut kita kaji pengertian evaluasi dalam pembelajaran,
maka akan diperoleh pengertian yang tidak jauh berbeda dengan
pengertian evaluasi secara umum. Pengertian evaluasi pembelajaran
adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang dilaksanakan,
dengan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian pembelajaran.
Pengukuran yang dimaksud di sini adalah proses membandingkan
tingkat keberhasilan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan
pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif, sedangkan
penilaian yang dimaksud di sini adalah proses pembuatan keputusan
nilai keberhasilan pembelajaran secara kualitatif.
Jawaban UAS
Evaluasi Program

9

Agar lebih jelas perbedaannya maka perlu dispesifikasi lagi untuk
pengertian masing-masing:
 Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan
nilai,
kriteria-judgment
atau
tindakan
dalam
pembelajaran.
 Penilaian
dalam
pembelajaran
adalah
suatu
usaha
untuk
mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan,
dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan
perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program
kegiatan belajar.
 Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau
kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik.
Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen
untuk melakukan penilaian. Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud
pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah
proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.
SOAL:
4. Jelaskan tentang beberapa istilah dalam evaluasi program pembelajaran
seperti berikut ini:
a. Tes standar (standardized test)
b. Power test
c. Penilaian berbasis kelas
d. Penilaian formatif
e. Penilaian sumatif
f. Kompetensi dasar
JAWAB:
a. Tes standar
Tes standar dimaksudkan bahwa semua siswa menjawab pertanyaanpertanyaan yang sama dari sejumlah besar pertanyaan dikerjakan dengan
mengikuti petunjuk yang sama dan dalam batasan waktu yang sama pula.
Dengan demikian, maka seolah-olah ada suatu standar atau ukuran
sehingga diperoleh satu standar penampilan (performance) dan
penampilan kelompok lain dapat dibandingkan dengan penampilan
kelompok standar tersebut.
Sekali lagi, tes standar dipolakan untuk penampilan prestasi
sekarang (yang ada) yang dilaksanakan secara seragam, diusahakan
dalam kondisi yang seragam, baik itu diberikan kepada siswa dalam
pelaksanaan perseorangan maupun siswa sebagai anggota dari suatu
kelompok.
Jawaban UAS
Evaluasi Program

9

Ciri-cirinya sebagai berikut:
1) Didasarkan atas bahan dan tujuan umum dari sekolah-sekolah di
seluruh negara
2) Mencakup aspek yang luas dan pengetahuan atau ketrampilan dengan
hanya sedikit butir tes untuk setiap ketrampilan atau topik
3) Disusun dengan kelengkapan staf profesor, pembahas, editor, butir tes.
4) Menggunakan butir-butir tes yang sudah diujicobakan (try out),
dianalisis dan direvisi sebelum menjadi sebuah tes.
5) Mempunyai reliabiloitas yang tinggi
6) Dimungkinkan menggunakan norma untuk semua negara
b. Power test

Power test :
Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes dalam
mengungkapkan kemampuannya (dalam bidang tertentu) dengan tidak
dibatasi secara ketat oleh waktu yang disediakan. Kemampuan yang
dievaluasi bisa berupa kognitif maupun psikomotorik. Soal-soal
biasanya relatif sukar menyangkut berbagai konsep dan pemecahan
masalah dan menuntut peserta tes untuk mencurahkan segala
kemampuannya baik analisis, sintesis dan evaluasi.
Pada tes kekuatan (power tes) , yang menjadi titik ketertarikan adalah
jumlah dan sifat kesulitan item yang dijawab dengan benar. Tes berisi
item-item yang tingkat kesulitannya bervariasi. Mungkin pula dengan
batas waktu ataupun tanpa batas waktu pengerjaan. Jika menekankan
pada batas waktu, test ini mempunyai waktu yang cukup untuk
mengerjakan semua item. Skor pada tes kekuatan ini merefleksikan
tingkat kesulitan item yang dapat dicapai oleh test.
Yaitu sebuah test yang biasanya memiliki item soal yang memiliki
variasi kesulitan yang berbeda dengan tujuan agar peserta tes tidak
dapat menjawab seluruh pertanyaan dengan benar, meskipun waktunya
tidak dibatasi. Tapi pada prakteknya, dalam power test ini ada batasan
waktu dalam pengerjaannya. Power test biasanya berkaitan dengan
prestasi akademik atau kemampuan inteligensi.
Contoh :
Vocabulary test
Tes inteligensi
Jawaban UAS
Evaluasi Program

9

c. Penilaian berbasis kelas
Penilaian pada KBK dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan
belajar mengajar sehingga disebut penilaian berbasis kelas. Penilaian
berbasis kelas (PBK) dilakukan untuk memberikan keseimbangan pada
ketiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dengan menggunakan
berbagai bentuk dan model penilaian (formal, informal) secara
berkesinambungan. PBK ini diharapkan bermanfaat untuk memperoleh
keutuhan gambaran (profil) prestasi dan kemajuan belajaran siswa. PBK
dilakukan dengan pengumpulan kerja siswa (portofolio), hasil karya
(produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis
(paper and pen). Guru menilai kompetensi dan hasil belajar siswa
berdasarkan level pencapaian prestasi siswa.
Hasil PBK berguna sebagai umpan balik bagi siswa untuk
mengetahui kemampuan dan kekurangannya, sehingga menimbulkan
motivasi untuk memperbaiki hasil belajarnya (1); memantau kemajuan
dan mendiagnosis kemampuan belajar siswa sehingga memungkinkan
dilakukan pengayaan dan remediasi untuk memenuhi kebutuhan siswa
sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya (2); memberikan masukan
kepada guru untuk memperbaiki program pembelajarannya di kelas (3);
memungkinkan siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan
walaupun dengan ketepatan yang berbeda-beda (4); dan memberikan
informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang aktivitas
pendidikan sehingga meningkatkan partisipasinya.
Penilaian berbasis kelas (PBK) merupakan suatu proses
pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar
siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan
berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat dan konsisten. PBK
mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasii belajar yang
dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus
dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar siswa dan
pelaporan. PBK menggunakan arti penilaian sebagai "assessment"
(asesmen), yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan
mengefektifkan informasi tentang hasil belajar siswa pada tingkat kelas
selama dan setelah kegiatan belajar mengajar (KBM). Data atau informasi
dari PBK merupakan salah satu bukti yang dapat digunakan untuk
mengukur keberhasilan suatu program pendidikan.
Jadi

PBK

merupakan proses

pengumpulan informasi

tentang

Jawaban UAS
Evaluasi Program

9

pencapaian hasil belajar siswa serta pembuatan keputusan tentang hasil
belajar siswa berdasarkan informasi tersebut. Pengumpulan informasi
dapat dilakukan secara resmi ataupun tidak resmi, di dalam atau di luar
kelas, menggunakan waktu khusus (rentang waktu tertentu), dengan tes
atau nontes atau terintegrasi dalam seluruh kegiatan belajar mengajar (di
awal, tengah, akhir).
Prinsip-prinsip Penilaian Berbasis Kelas dan Implikasinya
1. Prinsip umum (valid, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan
objektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh, bermakna)
2. Prinsip khusus

Prinsip khusus
Apapun
jenis
penilaiannya
harus memungkinkan adanya
kesempatan terbaik bagi siswa
untuk menunjukkan apa yang
mereka ketahui dan pahami,

Setiap guru harus mampu
melaksanakan prosedur PBK
dan pencatatan secara tepat.

Implikasinya
1.

Pelaksanaannya dalam suasana
bersahabat, tak mengancam;
2. Semua siswa memiliki kesempatan
& perlakuan yang sama;
3. Siswa secara jelas memahami
maksud PBK;
4. Kriteria untuk membuat keputusan
thd hasil PBK disepakati dgn siswa
dan orangtua /wali.
1. Prosedur PBK diterima guru dan
dipahami secara jelas;
2. Catatan harian belajar siswa mudah
dilakukan, tak memerlukan waktu
berlebihan;
3. Informasi hasil penilaian dengan
berbagai cara harus digunakan
sebagaimana mestinya;
4. Penilaian yang bersifat positif untuk
pembelajaran selanjutnya perlu
direncanakan oleh guru & siswa;
5.
Klasifikasi
kesulitan
belajar
ditentukan agar siswa mendapat
bimbingan dan bantuan belajar
sewajarnya;
6.
Hasil
penilaian
menunjukkan
kemajuan
dan
keberlanjutan
pencapaian belajar siswa;
7. Penilaian efektivitas KBM dan
Jawaban UAS

Evaluasi Program

9

kurikulum perlu dilaksanakan;
8. Peningkatan keahlian guru perlu
dipertimbangkan;
9. pelaporan penampilan siswa kepada
orangtua /wali, dan atasannya
(Kepsek, Kepala Dinas, Instansi)
harus dilaksanakan.

Bentuk, Alat Penilaian, dan Persyaratannya Menurut PBK (Pusat
Kurikulum, 2002)
A. Alat penilaian berbentuk Tes
1. Kuis (Quiz)
2. Pertanyaan Lisan di kelas
3. Ulangan Harian
4. Tugas Individu
5. Tugas kelompok
6. Ulangan semester
7. Ulangan kenaikan
8. Laporan kerja praktik/Praktikum
9. Responsi atau ujian Praktik
B. Alat penilaian berbentuk Nontes
Sikap dan minat terhadap suatu pelajaran dapat positif atau negatif
atau
netral, tidak dapat dikategorikan benar atau salah. Guru bertugas
untuk
membangkitkan minat siswa terhadap mata pelajaran, serta
mengubah dari sikap
negatif ke sikap positif. Ada beberapa jenis skala sikap, antara lain
skala Likert,
skala Thurstone, skala perbedaan semantik (untuk mengetahui sikap
terhadap
sesuatu); skala Bogardus (untuk mengetahui sikap sosial siswa); skala
Chapin
(untuk mengetahui tingkat keterlibatan siswa dalam organisasi).

d. Penilaian formatif
Jawaban UAS
Evaluasi Program

9

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir
pembahasan suatu pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah berjalan
sebagaimana yang direncanakan.
Berikut pendapat beberapa ahli:
1) Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif
adalah penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran yang masih
berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh informasi (feedback)
mengenai kemajuan yang telah dicapai.
2) Sementara Tesmer menyatakan formative evaluation is a judgement of
the strengths and weakness of instruction in its developing stages, for
purpose of revising the instruction to improve its effectiveness and
appeal. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa
jauh siswa telah menguasai materi yang diajarkan pada pokok
bahasan tersebut.
3) Wiersma menyatakan formative testing is done to monitor student
progress over period of time.
Deskripsi :
Ukuran keberhasilan atau kemajuan siswa dalam evaluasi ini adalah
penguasaan kemampuan yang telah dirumuskan dalam rumusan
kompetensi dasar (KD) yang dijabarkan dalam indikator-indikator yang
telah ditetapkan sebelumnya. KD yang akan dicapai pada setiap
pembahasan suatu pokok bahasan, dirumuskan dengan mengacu pada
tingkat
kematangan
siswa.
Artinya
KD
dirumuskan
dengan
memperhatikan kemampuan awal anak dan tingkat kesulitan yang wajar
yang diperkiran masih sangat mungkin dijangkau/ dikuasai dengan
kemampuan yang dimiliki siswa.
Dengan kata lain evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui
seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Dari hasil
evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil dan
siapa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakantindakan yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para
siswa yang belum berhasil maka akan diberikan remidial, yaitu bantuan
khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan
memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi siswa yang
telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi
mereka yang memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan pengayaan,
Jawaban UAS
Evaluasi Program

9

yaitu materi tambahan yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari
topik yang telah dibahas.
Tes formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa
telah terbentuk setalah mengikuti suatu program tertentu. Dalam
kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes
diagnostik pada akhir pelajaran.
Tes formatif diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan
post-test atau tes akhir proses.
Pre-test
(tes awal)

program

Post-test (test
akhir)

Di tinjau dari tujuan, tes formatif digunakan untuk mengetahui apakah
siswa sudah mencapai kompetensi dasar yang diuraikan menjadi
indikator/ tujuan pembelajaran.
e. Penilaian sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir
satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok
bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik
telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya.
Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes-tes
pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa
atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan
setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
Penilaian sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian
sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam
pengalaman di sekolah, tes formatif dapat disamakan dengan ulangan
harian, sedangkan te sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan umum
yang biasanya dilaksankan pada tiap akhir caturwulan atau akhir
semester.

Secara diagramis maka hubungan antara tes formatif dengan tes sumatif
tergambar sebagai berikut:
Jawaban UAS
Evaluasi Program

9

program

program

F

F

program

program

F

F

S
Keterangan: F = tes formatif

S = tes sumatif

Sesuai dengan fungsi tes sumatif yaitu memberikan tanda kepada
siswa bahwa mereka telah mengikuti suatu program dan untuk
menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan kawan dalam
kelompoknya, maka tidak diperlukan suatu tuntutan harus berapa tingkat
penguasaan yang dicapai. Namun demikian, tidak berarti bahwa tes
sumatif tidak penting. Perlu diingat bahwa tes sumatif ini dilaksankan
pada akhir program, berarti nilainya digunakan untuk menentukan
kenaikan kelas atau kelulusan. Secara terpisah, tidak ditentukan tingkat
pencapainnya, tetapi secara keseluruhan akan dikenakan suatu norma
tertentu yaitu norma kenaikan kelas atau norma kelulusan.
f. Kompetensi dasar
Definisi kompetensi telah diintroduksi dalam Skills toward 2020
(1996), yang banyak mengadopsi definisi kompetensi dari National
Training Board-nya Australia, yakni: "the ability to perform the activities
in an occupation or function to the standards expected by employment"
(NTB, 1991). "Ability" di sini biasanya diartikan merupakan kombinasi
"knowledge, skills and attitudes".
Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus
dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan
untuk menyusun indikator kompetensi. Di dalam komponen Kompetensi
Dasar ini juga dimuat hasil belajar, yaitu pernyataan unjuk-kerja yang
diharapkan setelah peserta didik mengalami pembelajaran dalam
kompetensi tertentu.
Kompetensi dasar merupakan kompetensi minimal dalam mata
pelajaran yang harus dimiliki oleh lulusan atau kompetensi minimal yang
harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa dari standar
kompetensi untuk suatu mata pelajaran tertentu. Misalnya, kompetensi
Jawaban UAS
Evaluasi Program

9

dasar matematika adalah kompetensi minimal dalam pelajaran
matematika yang harus dikuasai siswa. Kompetensi dasar ini merupakan
penjabaran dari standar kompetensi yang dikembangkan dengan
menyempurnakan kata kerja operasional, antara lain: menghitung,
mengidentifikasi, membedakan, menafsirkan, menganalisis, menerapkan,
dan merangkum.
Setiap kompetensi dasar memiliki sejumlah indikator. Indikator
adalah gejala, perbuatan, atau respon yang ditunjukkan atau dilakukan
oleh siswa berkaitan kompetensi dasar. Indikator menjadi pedoman
pengukuran tingkat pencapaian belajar siswa sesuai kompetensi dasar
yang harus dimiliki. Oleh karenanya indikator dalam kurikulum 2004
dapat diartikan sebagai indikator pencapaian kompetensi siswa. Dengan
demikian indikator dapat menjadi salah satu acuan dalam membuat soal
untuk mengukur pencapaian kompetensi siswa.

Jawaban UAS
Evaluasi Program

9