Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Padi Sawah
Padi (Oryza sativa) merupakan tanaman semusim yang sangat bermanfaat
di Indonesia karena menjadi bahan makanan pokok. Tanaman ini dapat tumbuh
pada daerah mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Bila di dataran
tinggi kita mengenal padi gogo, maka didataran rendah kita mengenalnya dengan
padi sawah. Umumnya padi dapat dibudidayakan sampai pada ketinggian 1.200
m dpl. (Nabilussalam, 2011).
Di Indonesia dikenal lebih dari 1000 jenis padi. Jumlah yang banyak itu
disebabkan adanya perkawinan silang dari beberapa jenis padi dalam rangka
peningkatan hasil. Secara garis besar tanaman padi dibedakan dalam 2 jenis
sebagai berikut:
1. Padi beras, yaitu tanaman padi yg dijadikanan beras. Beras dapat ditanak
menjadi nasi dan sebagai makanan pokok.
2. Padi ketan, setelah dijadikan beras tidak digunakan sebagai makanan pokok,
tetapi diolah menjadi bermacam-macam makanan ringan, misal jadah, jenang,
tape ketan.
Menurut cara bertanamnya, padi beras dapat dibedakan atas 2 macam
sebagaiberikut:
a. Padi sawah, yaitu padi yang dalam pertumbuhannya memerlukan air. Padi ini

ditanam di tanah persawahan.
b. Padi kering, yaitu tanaman padi yang dalam pertumbuhannya tidak
memerlukan air.

7

Universitas Sumatera Utara

2.2.

Tingkat Adopsi
Pengertian

adopsi

sering rancu

dengan

"adaptasi"


yang berarti

penyesuaian. Di dalam proses adopsi, dapat juga berlangsung proses penyesuaian,
tetapi adaptasi itu sendiri lebih merupakan proses yang berlangsung secara alami
untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi lingkungan. Sedang adopsi,
benar-benar merupakan proses penerimaan sesuatu yang "baru" (inovasi), yaitu
menerima sesuatu yang "baru" yang ditawarkan dan diupayakan oleh pihak lain
(penyuluh).
Tingkat adopsi dapat diartikan sebagai tingkat penerapan atau penggunaan
suatu ide atau alat teknologi baru yang disampaikan lewat pesan komunikasi
umumnya adalah penyuluhan. Adopsi merupakan rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang terhadap sesuatu inovasi sejak mengenal, menaruh
minat, menilai sampai menerapkan inovasi yang diterima (Levis, 1996).
Terdapat 5 tahapan proses penerimaan inovasi yang dilalui sebelum bersedia
menerapkan inovasi yang diperkenalkan kepadanya, yaitu :
1. Sadar adalah seseorang belajar tentang ide baru. Dia hanya mempunyai
pengetahuan umum mengenai ide tersebut, tidak mengetahui kualitasnya dan
pemanfaatannya secara khusus akan ide yang akan diterapkannya tersebut.
2. Tertarik adalah tidak puas hanya mengetahui keberadaan ide baru itu, ingin

mendapatkan informasi yang lebih banyakdan lebih detail.
3. Penilaian adalah menilai semua informasi yang diketahuinya dan memutuskan
apakah ide baru baik untuknya.

8

Universitas Sumatera Utara

4. Mencoba, apabila seseorang sekali dia putuskan bahwa dia menyukai ide
tersebut, dia akan mengadakan percobaan. Hal ini mungkin terlaksana dalam
kurun waktu yang lama atau dalam skala yang terbatas.
5. Adopsi adalah tahap seseorang meyakini akan kebenaran atau keunggulan ide
baru tersebut sehingga menerapkannya dan mungkin juga mendorong
penerapan oleh orang lain, dan inovasi biasanya diadopsi dengan cepat karena:
a. Memiliki keuntungan bagi petani
b. Sesuai dengan nilai-nilai sosial atau adat di daerah setempat
c. Tidak sulit dan rumit
d. Dapat di coba dalam skala kecil
e. Mudah diamati (Ginting, 2002).
Lamanya waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat menerima

inovasi tidaklah sama, hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan,
pengalaman pribadi, tekanan dalam kelompoknya serta sikap dan kondisi petani
pada saat inovasi terssebut diperkenalkan. Menurut para pakar sosiologi menurut
kerangka waktu penerimaannya, maka penerimaan inovasi dapat digolongkan
menjadi 5 macam yaitu :
1. Inovator

adalah

orang

yang

berpikir

menerapkan

inovasi

dalam


berusahataninya.
2. Penerap Dini (early adopters) adalah sejumlah petani yang mengikuti inovator.
3. Penerap mayoritas awal (early majority) adalah petani lebih cepat menerima
inovasi
4. Penerap mayoritas akhir (late majority) adalah petani yang lambat menerima
inovasi

9

Universitas Sumatera Utara

5. Kelompok Penentang (laggard) adalah sekelompok petani yang tidak mau
menerima inovasi/teknologi atau praktek-praktek yang baru (Suhardiyono,
1992).
Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan,
kecakapan dan sikap mental itu sendiri. Hal ini pada umumnya karena tingkat
kesejahteraan hidupnya dan keadaan lingkungan dimana mereka tinggal, dapat
dikatakan masih menyedihkan sehingga menyebabkan pengetahuan dan
kecakapannya tetap berada dalam tingkatan rendah dan keadaan seperti ini tentu

akan menekan sikap mentalnya. Perubahan perilaku dapat dilakukan melalui
penarikan minat, mudah dan dapat dipercaya, peragaan disertai dengan sarana,
serta saat dan tempatnya harus tepat (Sastraadmadja, 1993).
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara
keberhasilan agen pembahuruan mempengaruhi petani dalam menerima inovasi
dengan kerja usaha yang akan ia lakukan dalam memperkenalkan suatu inovasi
baru. Semakin rajin penyuluh menawarkan inovasi maka proses adopsinya juga
akan semakin cepat (Sastria Negara, 2000).
Peran media komunikasi menjadi sangat penting terutama dalam proses
pendekatan dalam menyampaikan suatu maksud agar dapat diterima

oleh

masyarakat petani. Sukses atau gagalnya serta untung atau ruginya hasil-hasil
pertanian sangat dipengaruhi oleh adanya informasi yang diterima oleh para
petani (Ginting, 2002)

10

Universitas Sumatera Utara


2.3. Teknologi Budidaya Padi Sawah
Teknologi merupakan sumber daya buatan manusia yang kompetitif dan selalu
mengalami perkembangan yang cepat. Penggunaan teknologi akan mengubah
input menjadi output yang diinginkan (Husodo, 2004).
Suatu paket teknologi pertanian akan tidak ada manfaatnya bagi petani di
perdesaan jika teknologi tersebut tidak dikomunikasikan pada masyarakat
perdesaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menciptakan
struktur komunikasi informasi di perdesaan menjadi sangat kompleks sehingga
dapat dikatakan bahwa akan ada perubahan secara terus menerus dalam cara kerja
(teknik kerja) pada petani jika kepada mereka dilakukan komunikasi teknologi
yang baik dan tepat (Gultom, 2004).
Adapun teknologi budidaya padi sawah masih mengandalkan sawah irigasi,
namun ke depan bila hanya mengandalkan padi sawah irigasi akan menghadapi
banyak kendala. Hal tersebut disebabkan banyaknya lahan sawah irigasi subur
yang beralih fungsi ke penggunaan lahan non pertanian, tingginya biaya
pencetakan lahan sawah baru dan berkurangnya debit air.
Salah satu strategi dalam upaya pencapaian produktivitas usahatani padi
adalah penerapan inovasi teknologi yang sesuai dengan sumberdaya pertanian
disuatu tempat (spesifik lokasi). Teknologi usahatani padi spesifik lokasi tersebut

dirakit dengan menggunakan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
PTT padi merupakan suatu pendekatan inovatif dalam upaya peningkatan
efisiensi usahatani padi dengan menggabungkan komponen teknologi yang
memiliki efek sinergis. Artinya tiap komponen teknologi tersebut saling

11

Universitas Sumatera Utara

menunjang dan memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan
produktivitas tanaman.
Penerapan PTT didasarkan pada empat prinsip, yaitu:
a. Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, tanah
dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.
b.

Sinergis:

PTT


memanfaatkan

teknologi

pertanian

terbaik,

dengan

memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi.
c. Spesifik lokasi: PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan
fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat.
d. Partisipatif: berarti petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji
teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui
proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan.
Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat,
maka proses perakitannya didasarkan pada hasil Kajian Kebutuhan dan Peluang
(KKP). Dari hasil KKP dapat diketahui masalah yang dihadapi petani dan caracara mengatasi masalah tersebut dalam upaya meningkatkan produksi padi. Untuk
memecahkan masalah tersebut, PTT menyediakan beberapa pilihan komponen

teknologi, yang dibedakan menjadi komponen teknologi dasar dan komponen
teknologi pilihan.

12

Universitas Sumatera Utara

Komponen teknologi dasar dalam PTT yaitu:
1. Penggunaan varietas padi unggul atau varietas padi berdaya hasil tinggi dan atau
bernilai ekonomi tinggi.
2. Benih bermutu dan berlabel.
3.

Pemupukan berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah
(spesifik lokasi).

4. Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT).
Komponen teknologi pilihan dalam PTT yaitu:
1. Penanaman bibit umur muda dengan jumlah bibit terbatas yaitu antara 1-3 bibit
per lubang.

2. Peningkatan populasi tanaman.
3. Penggunaan kompos bahan organik dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan
pembenah tanah.
4. Pengaturan pengairan dan pengeringan berselang,
5. Pengendalian gulma
6. Panen tepat waktu,
7. Perontokan gabah sesegera mungkin.
2.4. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi terhadap Tingkat Adopsi Teknolologi
Budidaya
Dalam mengadopsi suatu inovasi tentunya akan dipengaruhi oleh faktorfaktor tertentu antara lain oleh factor-faktor intern atau faktor dari dalam diri
seseorang

mencakup

segi

social

dan

ekonominya.

Soekartawi

(1988)

mengemukakan bahwa proses pengambilan keputusan apakah seseorang menolak
atau menerima suatu inovasi banyak tergantung pada sikap mental dan perbuatan

13

Universitas Sumatera Utara

yang dilandasi oleh situasi intern orang tersebut misalnya pendidikan,
pengalaman, umur dan sebagainya.
Faktor intern yaitu yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini
berupa daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh
yang dating dari luar. Sehubungan dengan golongan masyarakat yang ditinjau dari
kecepatan mengadopsi inovasi, beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan
seseorang untuk mengadopsi inovasi antara lain:
2.4. 1. Umur Petani
Makin tua petani, biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa
yang mereka belum ketahui sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk
lebih cepat mengetahui dan melaksanakan inovasi tersebut walaupun sebenarnya
mereka belum berpengalaman.Umur produktif seorang petani adalah antara 22-55
tahun.
Menurut Hasyim(2006), umur petani adalah salah satu faktor yang
berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melakukan usahatani, umur dapat
dijadikan sebagai tolak ukur dalam meliha aktvitas seseorang bekerja bilamana
kondisi umur masih prokduktif maka kemungkinan seseorang dapat bekerja secara
maksimal.
Petani yang berusia lanjut sekitar 50 ke atas, biasanya fanatik terhadap
tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian yang dapat mengubah cara berfikir,
cara kerja, dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap teknologi baru
dan inovasi, semakin mudah umur petani, maka semakin tinggi semangat
mengetahui hal baru sehingga dengan demikian mereka dengan cepat melakukan
adopsi walau mereka sebenanya belum bepengalaman soal adopsi tersebut.

14

Universitas Sumatera Utara

2.4.2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana belajar, selanjutnya akan menanamkan
pengertian dan sikap yang menguntungkan menuju pengguna praktek pertanian
yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan lebih tinggi relatif lebih cepat
dalam melakukan adopsi (Arifin, 2005).
Menurut Hasyim (2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani
akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani
menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya.
Menurut Mardikanto (1994), bahwa di dalam proses adopsi teknologi baru
akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan petani dan masyarakat pedesaan
pada umumnya. Hal ini disebabkan karena adopsi teknologi akan dapat
berkembang dengan cepat bila petani mempunyai dasar pendidikan dan
ketrampilan yang memadai. Pendidikan formal petani dapat diperoleh melalui
sekolah-sekolah
formal yang pernah dialami petani.
Pendidikan formal menurut Soekartawi (1988) merupakan sarana belajar
dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang
menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern.
Mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi
inovasi. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang,
maka semakin tinggi penerapan inovasi budidaya padi sawah.

15

Universitas Sumatera Utara

2.4.3. Lama Berusahatani
Pengalaman bertani juga sangat mempengaruhi pengambilan keputusan
berinovasi. Petani yang sudah lebih lama berusahatani akan lebih mudah
menerapkan

inovasi

dibandingkan

dengan

yang

masih

pemula

dalam

berusahatani.
Menurut Soekartawi

(1999), pengalaman seseorang dalam berusahatani

berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lama bertani
akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula atau petani baru.
Petani yang sudah lama akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluh,
demikian pula penerapan teknologi.
Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda-beda, oleh karena itu lamanya
berusahatani dapat dijadikan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang
sama sehingga dapat melakukan hal-hal yang lebih baik di waktu mendatang
(Hasyim, 2006).
2.4.4. Luas Lahan
Luas lahan akan berpengaruh pada sakla usaha. Makin luas lahan yang
dipakai petani dalam usaha pertanian , maka semakin berkurang upaya melakukan
tindakan yang mengarah pada segi efisiensi. Sebaliknya pada lahan yang sempit
upaya pengawasan terhadap penggunan faktor produksi semakin baik, sehingga
usaha pertanian seperti ini lebih efektif. Meskipun demikian lahan yang terlalu
sempit cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien pula. Petani yang
mempunyai lahan yang lebih luas akan lebih susah menerapkan inovasi dibanding
petani berlahan sempit. Hal ini dikarenakan keefektifan dan efesiensi dalam
penggunaan sarana produksi.

16

Universitas Sumatera Utara

2.4.5. Jumlah Tanggungan Keluarga
Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin sulit dalam
menerapkan teknologi karena biaya untuk mencukupi kebutuhan keluarga relatif
juga akan tinggi. Mereka sulit menerima resiko yang besar jika nantinya inovasi
yang diterapkan tersebut tidak berhasil.
Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu
diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya.
Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan
banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya
(Hasyim, 2006). Aktivitas yang dimaksud adalah perubahan cara berusahatani
yaitu dengan mengadopsi teknologi yang dianjurkan dan meninggalkan kebiasaan
sebelumnya.
Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup
yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan
mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani (Soekartawi, 1999).

17

Universitas Sumatera Utara

2.5. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 2.1 berikut ini:
N
o

Nama
Peneliti

1

Lampos
Gultom
(2008)

2

Hendri
Juperson
(2015)

Judul
Penelitian

Rumusan Masalah

TingkatAdopsi 1. Bagaimanatingkat
adopsi di daerah
Petani
penelitian.
terhadap
Teknologi
2. Bagaimana
Budidaya
pengaruh fakor
Jagung dan
sosial ekonomi
Faktor-faktor
terhdap tingkat
yang
adopsi terhadap
Mempengteknologi anjuran?
aruhinya

Variabel
Pengamatan

Metode
Analisis

Faktor sosial 1.Metode
deskriptif
ekonomi
yaitu faktor
2.Uji Chiumur,
Square.
pendidikan,
pengalaman
bertani,
tingkat
cosmopolitan
, status lahan,
luas lahan,
jumlah
tanggungan
keluarga dan
pendapatan
usahatani.

1. Seberapa besar
1.Pendapatan 1.Deskriptif
Peranan
peranan kelompok
petani
kelompok tani tani dalam usahatani
2. Teori
dalam
padi sawah di Desa
2. Usahatani
Pendapatan
peningkatan
Percut,Kecamatan,
padi sawah.
pendapatan
Percut Sei Tuan,
usaha tani padi Kabupaten Deli
sawah (oryza
Serdang?
sativa)
2. Berapa besar
(kasus :
pendapatan usaha
kelompok tani tani padi sawah di
Desa Sei
Desa Percut,
Percut,
Kecamatan Percut
Kecamatan Sei Sei Tuan, Kabupaten
Tuan,
Deli Serdang?
Kabupaten
3. Bagaimana
Deli Serdang).
hubungan antara
peranan kelompok
tani dengan
pendapatan

Kesimpulan
Tingkat adopsi di
daerah penelitian
dikategorikan
tinggi, dan tidak
ada pengaruh faktor
sosial ekonomi
terhadap tingkat
adopsi petani dalam
teknologi budidaya
anjuran.

Tingkat peranan
kelompok tani di
daerah penelitian
yaitu desa Percut,
Kecamatan Percut
Sei Tuan,
Kabupaten Deli
Serdang adalah
sedang/cukup
berperan dalam
peningkatan
pendapatan petani
padi sawah.

.

N

Nama

Judul

Variabel

Rumusan

Metode

Kesimpulan

18

Universitas Sumatera Utara

o

Peneliti

Penelitian

Masalah

Pengamatan

Analisis

padi sawah di Desa
Percut, Kecamatan
Percut Sei Tuan,
Kabupaten Deli
Serdang?

3

Voldo
Sidauruk
(2015)

N Nama
o Peneliti

Analisis
1. Bagaimana tingkat
Tingkat
adopsi petani
Adopsi Petani
terhadap teknologi
budidaya jagung
terhadap
yang dianjurkan di
Teknologi
daerah penelitian?
Budidaya
Jagung dan
Hubungannya 2. Bagaimana
dengan Faktor
hubungan faktor
Sosial
sosial ekonomi yang
Skonomi
meliputi umur
(kasus :
petani, tingkat
Kecamatan
pendidikan,
Lumban Julu,
pengalaman bertani,
Kabupaten
kosmopolitan, status
Toba Samosir) lahan, luas lahan,
jumlah tanggungan
keluarga, sumber
modal usahatani,
dan partisipasi
dalam kegiatan
penyuluhan dengan
tingkat adopsi
teknologi budidaya
jagung di daerah
penelitian?

Judul
Penelitian

Aspek Sosial 1. Deskriptif
Ekonomi
2. Chi Square

2. Faktor-faktor
sosial ekonomi
yaitu tingkat
pendidikan, status
lahan, tingkat
kosmopolitan,
sumber modal,
dan partisipasi
dalam kegiatan
penyuluhan secara
parsial memiliki
hubungan yang
nyata dengan
tingkat adopsi
petani terhadap
teknologi
budidaya jagung,
sedangkan umur,
pengalaman
bertani, luas lahan,
dan jumlah
tanggungan
keluarga tidak
memiliki
hubungan yang
nyata dengan
tingkat adopsi
petani terhadap
teknologi baru
Variabel
Pengamatan

Rumusan
Masalah

1. Tingkat adopsi
petani terhadap
teknologi
budidaya jagung
di daerah
penelitian adalah
tinggi.

Metode
Analisis

Kesimpulan

19

Universitas Sumatera Utara

4
.

5

N
o

Erwinsyah
Putra (2012)

Ahmad
Nurdin
(2011)

Nama
Peneliti

1. Bagaimana tingkat
Hubungan
pengunaan pupuk
karasteristuk
anorganik dan
sosial ekonomi
pupuk campuran
petani dengan
pada usahatani padi
penggunaan
sawah.
pupuk
anorganik dan
2. .Bagaimana
pupuk
hubungan
campuran
pada usahatani karasteristik sosial
ekonomi petani
padi sawah
dengan penggunaan
pupuk anoganik dan
pupuk campuran
pada usaha tani padi
sawah.
3. Bagaimana
hubungan faktor
pribadi dan fakto
lingkungan petani
terhadap
pengggunaan pupuk
anorganik dan
pupuk campuran
pada usahatani padi
sawah.

Karasteristik 1. Analisis
Rank
sosial
Spearman
ekonomi
2.Analisis
petani
deskriptif

Hubungan
karasteristik
sosian
ekonomi
petani dengan
pengambilan
keputusan

1. Apakah ada
hubungan
karasteristik sosial
ekonomi petani
terhada pengambilan
keputusan

Aspek sosial
ekonomi

Judul
Penelitian

Rumusan
Masalah

Variabel
Pengamatan

1. Tingkat
penggunaan
anorganik dan
campuran tiak
sesuai dengan
anjuran pemerintah
2. Ada hubungan
nyata antara lama
bertani, luas lahan,
dan produksi
terhadap
penggunaan pupuk
anorganik dan
campuran pada
usaha tani padi
swah.
3.Ada hubungan
nyata antara
krtesedian
komunikasi
petani, faktorfaktor alam,
pengambilan
keputusan enggan
penggunaan pupuk
anorganik dan
pupuk campuran
pada usahatani
padi sawah.

Metode
Analisis
RankSpearmen

1. Ada hubungan
nyata anatara umur
,lama berusaha tani
dengan difersifikasi
dan monokultur
2.Upaya yang
dilakukan
penyuluh
memberikan
perbandingan
usahatani
diversifikasi agar

Metode
Analisis

Kesimpulan

20

Universitas Sumatera Utara

diserfikasi
Desa
Batangkuis,
kabupaten
Deli Serdang.

2. Bagaimana upaya
yang dilakukan untuk
menanggulangi
masalah yang
dihadapi petani di
daerah penelitian?

petani dapat
membandingkan
secara langsung
usaha apa yang
cocok untuk
diterapkan.

2.6. Kerangka Pemikiran
Petani melakukan usahatani dengan melakukan paket teknologi budidaya
padi yang meliputi tahapan-tahapan adopsi teknologi mulai dari pembibitan,
pengolahan

lahan,

penanaman,

pemupukan,

penyiangan,

pemeliharaan,

pemanenan, dan proses pasca panen. Dalam hal ini, penyuluh berperan aktif
dalam mempengaruhi tingkat adopsi para pelaku usahatani padi sawah terhadap
paket teknologi budidaya padi. Tingkat adopsi yang dimaksud adalah banyaknya
komponen paket teknologi yang diterapkan petani dan yang tidak diterapkan
petani dari anjuran penyuluh. Tingkat adopsi ini dapat dikategorikan dalam
tingkatan rendah, sedang, dan tinggi. Tingkat adopsi yang berbeda-beda ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi yang beda pula seperti umur,
tingkat pendidikan, lama bertani, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, modal
usahatani.

21

Universitas Sumatera Utara

Secara ringkas kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Petani

Penyuluh

Paket Teknologi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Persiapan lahan
Pembibitan
Penanaman
Pemupukan
Pemeliharaan
Pasca panen

Rendah

Usahatani padi

Tingkat
Adopsi

Sedang

Faktor sosial ekonomi :
1. Umur
2. Tingkat
pendidikan
3. Lama bertani
4. Luas lahan
5. Jumlah
tanggungan
keluarga

Tinggi

Gambar2.1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Tingkat Adopsi Petani
terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya
dengan Faktor Sosial Ekonomi
Keterangan

:
: Hubungan
22

Universitas Sumatera Utara

2.6. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan Skema Kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan bahwa
hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :
1. Tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi di daerah penelitian
tinggi.
2. Terdapat faktor sosial ekonomi yang meliputi umur petani, tingkat pendidikan,
lama berusahatani, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga secara parsial
memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat adopsi petani pada teknologi
budidaya padi.

23

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Sikap Petani Padi Sawah Pada Pola Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) Pupuk Bersubsidi (Studi Kasus: Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

7 68 81

Analisis Luas Lahan Mininmum Untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah Studi Kasus : Desa Cinta Damai.Kecamatan Percut Sei Tuan.Kabupaten Deli Serdang

16 122 101

Hubungan Antara Tingkat Adopsi Teknologi Dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

3 41 78

Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pedagang Hasil Laut (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

4 78 84

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

0 8 83

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

0 0 12

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

0 0 1

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

0 0 6

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

1 1 2

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

0 0 18