Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

(1)

Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan.

Nomor Sampel Umur (Tahun) Tingkat Pendidikan (Tahun) Pengalaman Bertani (Tahun) Luas Lahan (Hektar) Jumlah Tanggungan Keluarga

1 52 9 28 2,5 1

2 42 12 20 2,4 4

3 56 12 16 2,2 1

4 62 9 14 3 1

5 35 9 4 0,4 4

6 55 12 8 2,6 1

7 54 12 20 2,5 2

8 42 9 15 3 2

9 26 12 4 0,8 3

10 52 9 25 2,6 2

11 28 9 5 0,2 3

12 39 12 10 0,8 5

13 52 9 28 2,4 2

14 46 6 18 2 4

15 42 12 20 2,7 5

16 28 12 5 0,48 3

17 45 6 18 0,6 4

18 49 12 15 2,4 2

19 45 9 21 1,8 5

20 33 12 10 1 3

21 60 6 30 1,5 1

22 52 6 28 1,5 2

23 47 12 22 2,8 4

24 36 12 10 2,5 3

25 40 6 10 2,4 5

26 36 9 10 1 3

27 52 6 20 2,9 3

28 61 6 30 3 2

29 50 12 20 2,5 1

30 63 9 35 2,2 1

Total 1380 288 519 58,68 82


(2)

Lampiran 2. Skor Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Desa Percut No. Sampel Skor Adopsi Persentase (%) Kriteria

1 8 80 Tinggi

2 9 90 Tinggi

3 10 100 Tinggi

4 8 80 Tinggi

5 8 80 Tinggi

6 9 90 Tinggi

7 8 86 Tinggi

8 9 90 Tinggi

9 8 80 Tinggi

10 6 60 Sedang

11 7 70 Sedang

12 4 40 Rendah

13 9 90 Tinggi

14 9 90 Tinggi

15 8 80 Tinggi

16 9 90 Tinggi

17 3 30 Rendah

18 10 100 Tinggi

19 6 60 Sedang

20 9 90 Tinggi

21 7 70 Sedang

22 10 100 Tinggi

23 6 60 Sedang

24 8 80 Tinggi

25 9 90 Tinggi

26 9 90 Tinggi

27 5 50 Rendah

28 8 80 Tinggi

29 7 70 Sedang

30 8 80 Tinggi

Total 244 2440

Rata-rata 81,133 81,3 Tinggi

Keterangan Skor Tingkat Adopsi : 1 - 4 : Rendah (≤ 50 %)

5 - 7 : Sedang (51 % - 79 %) 8-10 : Tinggi (> 80 %)


(3)

Lampiran 3. Perhitungan Hubungan Umur dengan Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent tingkat adopsi * umur petani 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

tingkat adopsi * umur petani Crosstabulation

umur petani

Total rendah sedang tinggi

tingkat adopsi rendah Count 0 2 2 4

Expected Count .4 1.7 1.9 4.0

% within tingkat adopsi .0% 50.0% 50.0% 100.0%

sedang Count 1 3 2 6

Expected Count .6 2.6 2.8 6.0

% within tingkat adopsi 16.7% 50.0% 33.3% 100.0%

tinggi Count 2 8 10 20

Expected Count 2.0 8.7 9.3 20.0 % within tingkat adopsi 10.0% 40.0% 50.0% 100.0%

Total Count 3 13 14 30

Expected Count 3.0 13.0 14.0 30.0 % within tingkat adopsi 10.0% 43.3% 46.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 1.106a 4 .893 Likelihood Ratio 1.482 4 .830 Linear-by-Linear Association .003 1 .960 N of Valid Cases 30


(4)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 1.106a 4 .893 Likelihood Ratio 1.482 4 .830 Linear-by-Linear Association .003 1 .960 a. 7 cells (77,8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,40.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient .189 .893


(5)

Lampiran 4. Perhitungan Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent TINGKAT ADOPSI * LAMA

PENDIDIKAN 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

TINGKAT ADOPSI * LAMA PENDIDIKAN Crosstabulation

LAMA PENDIDIKAN

Total RENDAH SEDANG TINGGI

TINGKAT ADOPSI RENDAH Count 1 1 1 3

% within TINGKAT ADOPSI 33.3% 33.3% 33.3% 100.0%

SEDANG Count 0 6 0 6

% within TINGKAT ADOPSI .0% 100.0% .0% 100.0%

TINGGI Count 1 0 20 21

% within TINGKAT ADOPSI 4.8% .0% 95.2% 100.0%

Total Count 2 7 21 30

% within TINGKAT ADOPSI 6.7% 23.3% 70.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 30.544a 4 .000 Likelihood Ratio 31.554 4 .000 Linear-by-Linear Association 11.571 1 .001 N of Valid Cases 30

a. 8 cells (88,9%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,20.


(6)

Symmetric Measures

Value Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient .710 .000

N of Valid Cases 30

Lampiran 5. Perhitungan Hubungan Lama Berusahatani dengan Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent tingkat adopsi petani * lama

bertani petani 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

tingkat adopsi petani * lama bertani petani Crosstabulation

lama bertani petani

Total rendah sedang tinggi

tingkat adopsi petani rendah Count 2 2 0 4

Expected Count 1.9 1.5 .7 4.0

% within tingkat adopsi

petani 50.0% 50.0% .0% 100.0%

sedang Count 1 4 1 6

Expected Count 2.8 2.2 1.0 6.0

% within tingkat adopsi

petani 16.7% 66.7% 16.7% 100.0%

tinggi Count 11 5 4 20

Expected Count 9.3 7.3 3.3 20.0 % within tingkat adopsi

petani 55.0% 25.0% 20.0% 100.0%

Total Count 14 11 5 30

Expected Count 14.0 11.0 5.0 30.0 % within tingkat adopsi


(7)

Symmetric Measures

Value Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient .367 .322

N of Valid Cases 30

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 4.673a 4 .322 Likelihood Ratio 5.483 4 .241 Linear-by-Linear Association .005 1 .946 N of Valid Cases 30

a. 7 cells (77,8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,67.


(8)

Lampiran 6. Perhitungan Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent TINGKAT ADOPSI * LUAS

LAHAN 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

TINGKAT ADOPSI * LUAS LAHAN Crosstabulation

LUAS LAHAN

Total RENDAH SEDANG TINGGI

TINGKAT ADOPSI RENDAH Count 2 0 1 3

Expected Count .4 .8 1.8 3.0

% within TINGKAT ADOPSI 66.7% .0% 33.3% 100.0%

SEDANG Count 0 6 0 6

Expected Count .8 1.6 3.6 6.0

% within TINGKAT ADOPSI .0% 100.0% .0% 100.0%

TINGGI Count 2 2 17 21

Expected Count 2.8 5.6 12.6 21.0 % within TINGKAT ADOPSI 9.5% 9.5% 81.0% 100.0%

Total Count 4 8 18 30

Expected Count 4.0 8.0 18.0 30.0 % within TINGKAT ADOPSI 13.3% 26.7% 60.0% 100.0%


(9)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 28.135a 4 .000 Likelihood Ratio 25.842 4 .000 Linear-by-Linear Association 8.205 1 .004 N of Valid Cases 30

a. 7 cells (77,8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,40.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient .696 .000


(10)

Lampiran 7. Perhitungan Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent tingkat adopsi petani *

jumlah tanggungan petani 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

tingkat adopsi petani * jumlah tanggungan petani Crosstabulation

jumlah tanggungan petani

Total rendah sedang tinggi

tingkat adopsi petani rendah Count 0 3 1 4

% within tingkat adopsi

petani .0% 75.0% 25.0% 100.0%

sedang Count 3 1 2 6

% within tingkat adopsi

petani 50.0% 16.7% 33.3% 100.0%

tinggi Count 12 6 2 20

% within tingkat adopsi

petani 60.0% 30.0% 10.0% 100.0%

Total Count 15 10 5 30

% within tingkat adopsi


(11)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 6.750a 4 .150 Likelihood Ratio 8.131 4 .087 Linear-by-Linear Association 3.612 1 .057 N of Valid Cases 30

a. 7 cells (77,8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,67.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient .429 .150


(12)

KUESIONER PENELITIAN

Sentra ProduksiPadiSawahStudiKasusDesaSeiPercutKecamatan Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

A. IdentitasPetani

1. Nama KepalaKeluarga :

2. Umur : Tahun

3. JenisKelamin (L/P) :

4. Pendidikan formal : SD/SMP/SMA/S1/Lain-lain……

5. Agama :

6. Suku :

7. Mata Pencaharian

- Utama :

- Sampingan :

8. Lama Berusahatani : 9. Jumlah Tanggungan Keluarga : 10.Luas Lahan Padi Sawah :

11.Status Lahan : Milik Pribadi/Sewa/Bagi Hasil 12.Luas Lahan Tanaman Lain :

13.Total Luas Lahan :

14.Sumber Modal Usahatani : Sendiri/Pinjaman 15.Partisipasi dalam Kegiatatan : Aktif/tidak aktif


(13)

B. AdopsiPetaniTerhadapTeknologiBudidayaPadiSawah 1. PetunjukPengisianKuesioner

BerilahjawabanataspertanyaanberikutinisesuaidenganpendapatatausikapBapak/Ibu/Sa udaradengancaramemberikantanda (√) padakolom yang tersediadenganmemilih setiap komponen teknologi yang dianjurkan.


(14)

Tingkat AdopsiPetaniTerhadapTeknologiBudidayaPadiSawahSesuaiAnjuran

No Uraian Komponen

Anjuran

Diterapkan Tidak Diterapkan 1. Persiapan

lahan

c. Penggunaan UPTS ( Unit Pelaksanaan Tanah Sawah) d. Tanah dibajak dengan alsintan traktor/bajak

2. Pembibitan c. Pengunaan Varietas Unggul (Invari 13 dan Serang)

d. Bibit Umur 15-25 Hari

3. Penanaman c. Sistem tanam jajar legowo 4:1

(20cmx10cm) d. Jumlah

Bibit/lubang tanam 2-3 bibit

4. Pemupukan c. Penggunaan pupuk organik

d. Penggunaan pupuk kimia

d. Urea = 250Kg/Ha e. TSP =

100Kg/Ha f. KCL =

75Kg/Ha 5. Pemeliharaan c. Pengendalian hama

terpadu (2x dalam 1 musim tanam) d. Pemakaian BWD

(Bagan Warna Daun)

6. Pasca panen Penanaman Tanaman Palawija

( Kacang tanah dan Kedelai,)


(15)

Jumlah komponen teknologi yang dianjurkan adalah sebanyak 11 komponen. Adapun kriteria tingkat adopsinya adalah sebagai berikut :

d. < 50 % adalah kategori rendah e. 51%-79 % adalah kategori sedang f. >80 % adalah kategori tinggi


(16)

C. Kriteria Tingkat Kosmopolitan

1. Menonton TV meliputi siaran pertanian?

a) Tidak pernah 0

b) 1-2 kali / minggu 1

c) 3-4 kali / minggu 2

d) 5-6 kali / minggu 3

e) > 6 kali / minggu 4

2. Mendengarkan siaran radio meliputi siaran pertanian / pedesaan?

a) Tidak pernah 0

b) 1-2 kali / minggu 1

c) 3-4 kali / minggu 2

d) 5-6 kali / minggu 3

e) > 6 kali / minggu 4

3. Membaca koran yang berhubungan dengan bidang pertanian?

a) Tidak pernah 0

b) 1-2 kali / minggu 1

c) 3-4 kali / minggu 2

d) 5-6 kali / minggu 3

e) > 6 kali / minggu 4

4. Membaca artikel pertanian ?

a) Tidak pernah 0

b) 1 kali / bulan 1

c) 2 kali / bulan 2

d) 3 kali / bulan 3

e) 4 kali / bulan 4

5. Membaca brosur, folder pertanian tersebut ?

a) Tidak pernah 0

b) 1 kali / bulan 1

c) 2 kali / bulan 2

d) 3 kali / bulan 3

e) 4 kali / bulan 4

6. Membaca majalah dan tabloid pertanian?

a) Tidak pernah 0

b) 1 kali / bulan 1

c) 2 kali / bulan 2

d) 3 kali / bulan 3

e) 4 kali / bulan 4

7. Pernahkah saudara melakukan perjalanan keluar desa sehubungan dengan kegiatan usahatani saudara?

a) Tidak pernah 0

b) 1 kali / bulan 1

c) 2 kali / bulan 2

d) 3 kali / bulan 3


(17)

8. Melakukan perjalanan ke ibukota kecamatan sehubungan dengan usahatani saudara?

a) Tidak pernah 0

b) 1 kali /2 bulan 1

c) 2 kali /2 bulan 2

d) 3 kali /2 bulan 3

e) > 4 kali /2 bulan 4

9. Melakukan perjalanan ke ibukota kabupaten sehubungan dengan kegiatan usahatani saudara?

a) Tidak pernah 0

b) 1 kali / 3 bulan 1

c) 2 kali / 3 bulan 2

d) 3 kali / 3 bulan 3

e) > 4 kali / 3 bulan 4

10.Melakukan perjalanan ke ibukota provinsi sehubungan dengan usahatani saudara?

a) Tidak pernah 0

b) 1 kali / 4 bulan 1

c) 2 kali / 4 bulan 2

d) 3 kali / 4 bulan 3

e) > 4 kali / 4 bulan 4

Keterangan penilaian skoring Tingkat Kosmopolitan adalah sebagai berikut : • Skor 0 – 13 : Rendah

• Skor 14 – 27 : Sedang • Skor 28 – 40 : Tinggi


(18)

Berikutadalahrangkaiankegiatanpenyuluhanuntukmengetahuipartisipasipetanidalamke giatanpenyuluhan(aktif/tidakaktif).

Nama Kegiatan Partisipasi

(aktif/t idakak tif) Sosialisasibibitbersubsidi.

SosialisasiPupukbersubsidi.

Rapatdenganperusahaanswastatentangkemitraanbudidaya padiVarietasunggul.

Sosialisasipaketteknologitentangpestisidaatauherbisida yang sesuaidengankebutuhantanamanpadi.

Pembentukankelompoktanisehubungandenganadanyapup ukdanbibitbersubsidi.


(19)

DAFTAR PUSTAKA

Aninonimus, 2014. Pengembangan Penelitian dan Pertanian.Departemen pertanian, Jakarta

Anonimusa.2012.ProposalPraktekSosekAgribisni

Bunch, R. 1991. Dua Tongkol Jagung : Pedoman Pengembangan Pertanian Berpangkal pada Rakyat. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta

Dinas Pertanian Pangan, 2002

hhtp:www.deptan.go.id.http://deptan.go.id. 17 September 2009.visi/visi misi. Htm http://www.ntt.academia.co.id

http:// ichanmomolog27.blogspot.com/2012/11/perencanaan-tindakan-kelas-ptk. html#ixzz3E6zcri3y.

Gultom , Lampos, 2008. Tingkat Adopsi Petani terhadpabudidaya Jagung dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. DEP SEP FP USU, Medan.

Gultom, H.L.T, 2004. Penyuluhan Pertanian. Usu Press, Medan

Ginting. M, 2002. Strategi Komunikasi Bagi Penyuluh Pembangunan. DEP SEP FP USU Medan

Hariyadi, P., et al. 2000. Pertanian : Motor Penggerak Pembangunan Nasional. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor

Hasyim, Hasman, 2006. AnalisisHubungan Karasteristik Petani Kopi Terhadap Pendapatan (Studi Kasus Desa Saribu Dolok Kecamatan Pagaran, Kabupaten Tapanuli Utara). Jurnal Komunikasi Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Husodo, S , 2004. Pertanian Mandri. Penebar Swadaya, Jakarta

Juperson, Hendri, 2015. Peranan Kelompok Tani Dalam Peningkatan Pendapatan Usahatani Padi Sawah ( Oriza sativa). Fa. Pertanian, USU, Medan.

Kartaspoetra, A.G, 1994. Teknologi Penyuluhan pertanian, Jakarta: Bumi Aksara. Kuuh, 2009. Beras Untuk Keluarga Miskin, Membahas Bagaimana tentang

Kriteria-kriteria Penerima Beras Miskin (Raskin), UMS, Solo.


(20)

Mangunwidjaja, D. dan Sailah, I. 2009. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mardikanto, Totok. 1994. Mengukur Tingkat Adopsi dengan Tiga Tolok Ukur. Nabilussalam.2011. Budidaya Tanaman Padi. Diakses dari Nabilussalam

Wordpress.com.

Negara, S. 2000. Tingkat Adopsi dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya, FISIP USU Medan.

Nurdin, Ahmad. 2011. Hubungan Karasteristik sosial Ekonomi dengan Pengambilan Keputusan Pada Monokultur dan Disertifikasi Desa Batangkuis, Kabupaten Deli Serdang. Fak. Pertanian, USU, Medan.

Putra, Erwinsyah. 2012. Hubungan Karasteristik Sosial EkonomiPetani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Campuran pada Usahatani Padi Sawah. Fak. Pertanian, USU, Medan.

Sastraatmadja, E, 1993. Penyuluhan Pertanian. Alumni, Bandung

Supriana, Tavi, 2010. Statistik Non Parametrik Aplikasi Dalam Bidang Sosial Ekonomi Pertanian, USU Press. Medan.

Supriana, Tavi. 2010. Statistik Non Parametrik. USU Press, Medan.

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Manajemen Hasil Pertanian Teori dan Aplikasi. Rajawali Press. Jakarta.

Soekartawi, 1999. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sugiono 2010. Metode Penelitian Kualitaif dan Kuantitatif & RND. Bandung: Alfabeta.

Sidauruk, Voldo. 2014. Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung dan Hubungannya dengan Faktor Sosial ekonomi. Fak. Pertanian, USU, Medan.

Van Den Ban A.W. dan H.S . Hawskins, 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisus, Yogyakarta.

Wiraatmadja, dkk. 1982. Penyuluh Pertanian, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Percut, Kab. Deli Serdang berdasarkan pertimbangan daerah tersebut memiliki lahan yang luas dibanding daerah lainnya dan sarana bisa dikatakana baik sehingga sangat mendukung bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun luas panen, produksi, rata –rata produksi padi di Kecamatan Percut Sei Tuan dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:


(22)

Tabel 3.1 Luas Panen, Produksi, dan Rata-rata Produksi Padi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2013. No Desa/ Kelurahan Luas Panen

(Ha)

Produksi (Ton)

Rata-Rata Produksi (Ton/ Ha)

1 Amplas 530 3657 0,69

2 Kenanga - - -

3 Tembung 40 232 0,58

4 Sumber Rejo Timur

210 1587 0,69

5 Sei Rotan 371,54 2583 0,69

6 Bandar Klippa - - -

7 Bandar Kalipah - - -

8 Medan Estate - - -

9 Laut Dendang 16 92,8 0,58

10 Sampali 10 66 0,66

11 Bandar Setia 52 301,6 0,58

12 Kolam 1440 9936 0,69

13 Saeintis 420 2772 0,66

14 Cinta Rakyat 90 576 0,64

15 Cinta Damai 2032 14020 0,69

16 Pematang Lalang 1362 9261 0,68

17 Percut 1334 9205 0,69

18 Tanjung Rejo 2349 14843 0,66

19 Tanjung Slamat 896 5824 0,65

20 Kenangan Baru - - -


(23)

3.2.Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan di teliti dan yang di anggap dapat menggambarkan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan padi di Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan. Adapun penetapan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling dimana cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan

menggunakan acak tanpa ada tingkatan dalam anggota populasi tersebut.

Jumlah sampel yang diambil sebesar 30 sampel. Roescoe dalam buku Research Methods for Business, dalam Sugiono (2010) memberikan saran tentang

penelitian salah satunya adalah ukuran sampel yang layak dalam penelitian antara 30 sampai 500 sampel.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari daerah penelitian, merupakan hasil wawancara langsung dengan petani responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan. Sedangakan data Sekunder adalah data pelengkap yang diperoleh dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, ataupun lembaga terkait lainnya dan juga buku-buku literatur atau media seperti internet.


(24)

3.4. Metode Analisis Data

Berdasarkan identifikasi masalah pada bagian sebelumnya, adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian 1 dianalisis dengan analisis deskriptif, yaitu dengan cara menjelaskan teknologi apa saja yang diterapkan oleh para petani sesuai dengan anjuran yang disajikan dalam bentuk tabel. Kemudian menjumlahkan dan men skor data yang telah diperoleh (scoring).

Adapun tabel pengukuran paket teknologi budidaya padi sesuai anjuran sebagai berikut:

Tabel 3.2. Pengukuran Paket Teknologi Budidaya Padi Sesuai Anjuran.

No Uraian Komponen Anjuran Diterapkan Tidak Diterapkan 1. Persiapan

lahan

a. Penggunaan UPTS ( Unit Pelaksanaan Tanah Sawah) b. Tanah dibajak dengan

alsintan traktor/bajak

2. Pembibitan a. Pengunaan Varietas Unggul (Invari 13 dan Serang) b. Bibit Umur 15-25 Hari 3. Penanaman a. Sistem tanam jajar legowo

4:1 (20cmx10cm) b. Jumlah Bibit/lubang

tanam 2-3 bibit 4. Pemupukan a. Penggunaan pupuk

organik

b. Penggunaan pupuk kimia a. Urea = 250Kg/Ha b. TSP = 100Kg/Ha c. KCL = 75Kg/Ha 5. Pemeliharaan a. Pengendalian hama

terpadu (2x dalam 1 musim tanam)

b. Pemakaian BWD (Bagan Warna Daun)


(25)

Jumlah komponen teknologi yang dianjurkan adalah sebanyak 10 komponen. Adapun kriteria tingkat adopsinya adalah sebagai berikut :

a. ≤ 50 % adalah kategori rendah (1-5) b. 51 % - 79 % adalah kategori sedang (6-8) c. ≥ 80 % adalah kategori tinggi(9-10)

Rumus % tingkat adopsi adalah : x 100 %.

2. Tujuan Penelitian 2 dianalisis dengan menggunakan metode Chi-Square (Supriana, 2010) untuk masing-masing faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi petani dalam mengadopsi teknologi budidaya padi. Uji ini merupakan data indepensi,yaitu menguji suatu variabel berhubungan atau tidak dengan variabel lain.Uji Chi-Square bukanlah merupakan ukuran derajat hubungan.Uji ini hanya digunakan untuk menduga barangkali beberapa faktor, di samping faktor chance (sampling error),menyebabkan adanya hubungan. Uji ini dilakukan dengan melihat perbedaan antara jumlah pengamatan suatu objek atau respon tertentu pada tiap klasifikasinya terhadap nilai harapannya (expected value).

Syarat dalam melakukan uji Chi-Square adalah tidak ada nilai nol dalam semua sel dan nilai expected value > 5. Jika ada nilai expected value yang > 5,maka tidak boleh lebih dari 10%.

Secara manual, langkah-langkah dalam menghitung nilai Chi-Square adalah sebagai berikut:

X2 = ∑

Keterangan :


(26)

Fti : Nilai harapan (expected value) pada setiap kategori faktor b∑ : Jumlah kategori yang diamati.

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 : Proporsi seluruh kategori bernilai sama atau tidak ada hubungan antara faktor sosial ekonomi terhadap tingkat adopsi budidaya padi sawah.

H1 : Proporsi seluruh kategori tidak bernilai sama atau ada hubungan antara faktor sosial ekonomi terhadap tingkat adopsi teknologi budidaya padi sawah. Uji Chi-Square dapat dihitung dengan menggunakan Software SPSS. Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

a. H0 diterima jika nilai signifikansi ≥ α

b. H1 diterima jika nilai signifikansi < α (Supriana, 2010).

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Definisi dan batasan operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini. Adapun definisi-defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1. Definisi

1. Adopsi adalah penyerapan ide atau teknologi baru yang disampaikan lewat pesan komunikasi biasanya lewat penyuluhan diukur lewat satuanya yaitu skoring.

2. Inovasi adalah gagasan, tindakan, dan teknologi,termasuk barang yang dianggap baru oleh seseorang. Inovasi dalam penelitian adalah sesuai dengan anjuran yang ada di daerah penelitian


(27)

3. Penyuluhan adalah kegiatan mendidik orang (kegiatan pendidikan) dengan tujuan mengubah perilaku klien sesuai dengan yang direncanakan/dikehendaki yakni orang semakin modern. Ini merupakan usaha mengembangkan (memberdayakan) potensi individu klien agar lebih berdaya secara mandiri. Menurut A.W. Van den Ban dan Hawkins (1999) disebutkan bahwa penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar.

4. Pengertian adopsi sering rancu dengan "adaptasi" yang berarti penyesuaian. Di dalam proses adopsi, dapat juga berlangsung proses penyesuaian, tetapi adaptasi itu sendiri lebih merupakan proses yang berlangsung secara alami untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi lingkungan. Sedang adopsi, benar-benar merupakan proses penerimaan sesuatu yang "baru" (inovasi), yaitu menerima sesuatu yang "baru" yang ditawarkan dan diupayakan oleh pihak lain (penyuluh).

5. Paket Teknologi budidaya padi sawah adalah sistem atau tahapan yang diharapkan dalam bercocok tanam sesuai anjuran PPL.

6. Umur adalah usia petani sampel saat dilakukan penelitian yang dinyatakan dalam satuan tahun.

7. Tingkat pendidikan adalah lamanya petani dalam mengikuti pendidikan formal diukur dalam satuan tahun.

Klasifikasinya adalah sebagai berikut: a. Rendah (0-6 tahun)


(28)

c. Tinggi (12-17 tahun)

8. Lamanya berusahatani adalah lamanya waktu sejak seorang petani melakukan usahatani yang diukur dalam satuan tahun.

9. Luas lahan padi adalah banyaknya lahan yang ditanami dengan tanaman padi dalam satuan hektar (Ha).

10. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi beban tanggungan petani padi sawah.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

2. Populasi Penelitian adalah para petani yang melakukan kegiatan usahatani padi sawah di daerah penelitian.


(29)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

Desa Percut merupakan desa yang berada di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Desa Percut berada pada ketinggian 2 meter diatas permukaan laut. Desa ini memiliki luas lahan sebesar 1.063 Ha dan topografi dataran rendah. Keadaan suhu rata-rata 20°-30°C dan banyaknya curah hujan sebesar 0278 mm/tahun. Jumlah penduduk sebesar 12.882 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebesar 3088 KK.

Desa Percut secara administratif mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cinta Rakyat. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cinta Damai. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjung Rejo.

Desa Percut berjarak 15 km dengan pusat pemerintahan Kecamatan Percut Sei Tuan dan berjarak 50 km dengan pusat pemerintahan Kabupaten Deli Serdang. Desa ini bisa dikatakan desa cukup maju karena jumlah penduduknya cukup tinggi serta sarana dan prasarana yang memadai sehingga penduduknya tidak harus kekota untuk memenuhi kebutuhan.


(30)

4.2. Keadaan Penduduk

4.2.1.Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Keadaan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Percut Tahun 2014 No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 7056 50,95

2 Perempuan 6793 49,05

Total 13848 100

Sumber : Percut Sei Tuan dalam Angka, 2013

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki di Desa Percut sebanyak 7056 jiwa (50,95%), lebih banyak dari jumlah penduduk perempuan sebanyak 6793 jiwa (49,05%).


(31)

4.2.2. Keadaan Penduduk Menurut Umur

Keadaan peduduk menurut umur dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Percut Tahun 2014

No. Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Persentase (%)

1 ≤ 5 2238 16,16

2 6-12 1424 10,29

3 13-15 1035 7,47

4 16-18 1322 9,54

5 19-25 1639 11,84

6 26-35 1280 9,24

7 36-45 1269 9,17

8 46-50 1084 7,83

9 51-64 906 6,54

10 65 1650 11,92

Total 13848 100

Sumber : Monografi Desa, 2013

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa penduduk Desa Percut yang paling banyak penduduknya adalah kelompok usia ≤ 5 tahun sebanyak 2238 jiwa (16,16%) dari seluruh kelompok usia kelompok usia. Penduduk yang paling sedikit adalah penduduk yang berusia 51-64 tahun sebanyak 906 jiwa (6,54%).


(32)

4.2.3.Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Keadaan penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel: Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Percut Tahun

2014

No. Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (Jiwa)

Persentase (%)

1 PNS 127 3,88

2 ABRI 8 0,23

3 KaryaSwasta 126 3,85

4 Pedagang 764 23,41

5 Petani 639 19,67

6 Kontruksi 382 11,71

7 Buruh Tani 404 12,37

8 Pensiunan 43 1.30

9 Nelayan 747 22,90

10 Jasa 22 0,67

Total 3262 100

Sumber : Percut Sei Tuan dalam Angka, 2013

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk Desa Percut yang paling banyak adalah Pedagang yaitu 764 jiwa (23,41%) sedangkan mata pencaharian penduduk yang paling sedikit adalah ABRI yaitu 8 jiwa (0,23%).


(33)

4.2.5. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Percut Tahun 2014

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (Jiwa)

Persentase (%)

1 TK 170 1,65

2 SD 2597 25,18

3 SMP 2232 21,64

4 SMA 5220 50,60

5 Akademi (D1-D3) 35 0,33

6 Sarjana ((S1) 61 0,60

Total 10315 100

Sumber : Monografi Desa, 2014

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa penduduk Desa Percut paling banyak menempuh pendidikan sampai tingkat SMA, yaitu sebesar 5220 jiwa (50,60%). sedangkan yang lebih sedikit adalah lulusan akademi (D1, D3) sebanyak 35 jiwa (0,33 %).


(34)

4.3. Penggunaan Lahan

Luas wilayah Desa Percut adalah 1.063 Ha. Penggunaan lahan terbesar di Desa Percut adalah daratan. Penggunaan lebih jelas pada tabel berikut:

Tabel 4.5. Penggunaan Lahan di Desa Percut Tahun 2014

No. Penggunaan Lahan Luas(Ha) Persentase(%)

1 Daratan 546 51,36

2 Persawahan 500 47,03

3 Perkebunan 5 0,47

4 Pekuburan 5 0,47

5 Perkantoran 4 0,37

6 Dan lain-lain 3 0,3

Total 1063 100,00

Sumber : Monografi Desa, 2014

Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa penggunaan lahan untuk daratan seluas 546 Ha (51,36%), selebihnya 517 Ha (48,64%) digunakan untuk persawahan, perkebunan, pekuburan, perkantoran, dan lain-lain. Untuk Persawahan seluas 500 Ha (47,03 %) sebai tempat berusahatani padi sawah.


(35)

4.4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Percut ini cukup baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6. Sarana dan Prasarana Desa Sei Percut

No. Uraian Jumlah (Unit)

1 Pendidikan

a. Taman Kanak-kanak b. Sekolah Dasar c. SLTP d. SLTA 5 10 6 2 2 Sarana Ibadah

a. Gereja b. Masjid` c. Kelenteng d. Pura e. Vihara 4 5 1 - - 3 Kesehatan

a. Puskesmas b. Dokter Praktek c. Bidan Praktek d. Balai Pengobatan e. Polindes f. Posyandu 1 1 6 1 1 6

4 Sarana Olahraga 7

5 Sarana Umum dan Balai Pertemuan 1

6 Tempat Pendaratan Ikan 1

Total 58

Sumber : Monografi Desa, 2014

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana di Desa Percut cukup baik dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang pendidikan , keagamaan, kesehatan, olahraga, sarana umum, balai pertemuan, dan tempat pendaratan ikan.


(36)

4.5. Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik sampel yang dimaksud adalah karakteristik petani yang dijadikan sebagai responden pada penelitian ini. Karakteristik tersebut meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, dan sumber modal usahatani petani padi sawah sampel dapat dlihat pada Tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.7. Karakteristik Petani Sampel Kuantitatif Desa Percut

No Karakteristik Sampel Satuan Range Rataan

1 Umur Tahun 26-63 46

2 Tingkat Pendidikan Tahun 6-12 9,6

3 Lama Bertani Tahun 4-35 17,3

4 Luas Lahan Hektar 0,2-3 1,9565

5 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jiwa 1-5 2, 7333

Sumber: Lampiran1, diolah 2016

Tabel 7 dan 8 menunjukkan bahwa umur petani sampel mempunyai range antara 26-63 tahun dengan rataan sebesar 46 tahun. Data ini menjelaskan bahwa petani sampel masih berada dalam kategori usia produktif, sehingga masih besar potensi tenaga kerja yang dimiliki oleh petani didalam mengelola usahataninya.

Tingkat pendidikan formal petani sampel memiliki range antara 6-12 tahun, dan rataan 9,6 tahun. Artinya sampel yang diteliti rata-rata tamat Sekolah Menengah Atas (SMP), Dengan demikian wawasan pengetahuan serta cara berpikir dan bertindak petani sampel dalam mengelola usahataninya sudah baik.


(37)

Pengalaman bertani petani sampel mempunyai range antara 4-35 tahun dengan rataan 17,3 tahun. Berdasarkan rataan tersebut pengalaman bertani petani sampel sudah cukup lama, sehingga dapat dikatakan memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih baik dan hati-hati dalam menerapkan inovasi baru dalam usahatani padi sawahnya.

Status lahan di daerah penelitian dibagi menjadi 2 yaitu lahan milik sendiri dan lahan sewa. Terdapat 18 orang (60%) petani sampel yang memiliki lahan sendiri/pribadi dan 12 orang (40 %) petani sampel yang menyewa lahan.

Luas lahan petani sampel mempunyai range antara 0,2-3 Ha, dengan rataan sebesar 1,9 Ha. Berdasarkan rataan tersebut dapat dilihat bahwa luas lahan pertanian adalah kategori sedang.Jumlah tanggungan keluarga para petani sampel memiliki range antara 1-5 jiwa dengan rataan 2,73333 jiwa.


(38)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Anjuran Pada Budidaya Pasi Sawah

Tingkat adopsi merupakan banyaknya komponen paket teknologi anjuran oleh PPL yang diterapkan atau tidak diterapkan oleh petani dalam teknologi budidaya jagung.

Tabel 5.1. Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Budidaya Padi di Desa Percut

Uraian Skor Tingkat Adopsi Jumlah

Rendah Sedang Tinggi Jumlah

Sampel

3 6 21 30

Persentase (%)

10 20 70 100

Sumber : Lampiran 2, diolah 2016

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 30 sampel, 3 orang (10 %) petani sampel tingkat adopsinya rendah, 6 orang (20 %) petani sampel tingkat adopsinya sedang, dan 21 orang (90%) petani sampel tingkat adopsinya tinggi. Secara keseluruhan diperoleh skor rata-rata 8,133 atau 81,33%. Artinya tingkat adopsi teknologi budidaya padi sawah yang dianjurkan di daerah penelitian adalah tinggi. Dengan demikian hipotesis 1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa petani sudah menerapkan teknologi budidaya padi sawah yang dianjurkan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh bahwa PPL didaerah penelitian aktif dalam kegiatan sosialisasi teknologi.


(39)

5.2. Hubungan Faktor–Faktor Sosial Ekonomi Petani Pada Tingkat Adopsi Petani dalam Teknologi Budidaya Padi Sawah

Tingkat adopsi petani terhadap suatu teknologi selalu dihubungkan dengan faktor-faktor sosial ekonomi petani itu sendiri, yang meliputi umur petani, tingkat pendidikan, lama bertani, luas lahan,jumlah tanggungan keluarga dan sumber modal usahatani. Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana hubungan masing-masing faktor sosial ekonomi petani terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya padi sawah maka digunakan pengujian dengan analisis korelasi Chi – Square secara parsial.

5.2.1 Hubungan Umur dengan Tingkat Adopsi Petani pada Teknologi Budidaya Padi Sawah

Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat produktivitas seseorang dalam bekerja, karena dengan kondisi umur yang masih produktif maka akan memungkinkan seseorang untuk bekerja lebih maksimal dan lebih baik. Hubungan umur terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya padi sawah dapat dilihat pada hasil SPSS seperti berikut.


(40)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 1.106a 4 .893 Likelihood Ratio 1.482 4 .830 Linear-by-Linear Association .003 1 .960 N of Valid Cases 30

a. 7 cells (77,8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,40.

Dari output diperoleh nilai Chi-square sebesar 1, 106 dengan signifikansi sebesar 0,893. Nilai signifikansi lebih besar α 5 % (0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak : artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara umur terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya padi sawah. Hal ini disebabkan karena rata-rata umur petani di daerah penelitian adalah umur yang telah mencapai masa tidak produktif sehingga sulit untuk menerima inovasi baru. Berdasarkan penelitiaan Gultom, 2008 diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan tingkat adopsi petani pada teknologi karena rata-rat umur petani sampel sudah tidak produktif.


(41)

5.2.2 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Adopsi Petani pada Teknologi Budidaya Padi Sawah

Tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan memperlihatkan tingkat pengetahuan serta wawasan petani itu sendiri, dimana pada akhirnya akan mempengaruhi para petani dalam mengadopsi teknologi yang tepat dalam kegiatan usahatani mereka nantinya. Hubungan antara tingkat pendidikan dapat dilihat pada hasil SPSS berikut :

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 30.544a 4 .000 Likelihood Ratio 31.554 4 .000 Linear-by-Linear Association 11.571 1 .001 N of Valid Cases 30

a. 8 cells (88,9%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,20.

Dari output diatas diperoleh nilai Chi-square sebesar 30,544 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari nilai α 5 % (0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima : artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya padi sawah. Semakin tinggi pendidikan seorang petani maka daya serap dan adopsi petani terhadap suatu teknologi akan semakin tinggi pula.Rata-rata pendidikan petani adalah SMP, maka keinginan petani untuk belajar akan teknologi baru juga akan semakin tinggi. Tingkat pendidikan formal petani akan menunjukkan pengtahuan serta wawasan yang luas untuk petani


(42)

menerapkan apa yang diperolehnya umtuk peningkatan usahataninya (Hasyim 2006) dan ada hubungan nyata anatara tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya (Sidauruk 2015)

5.2.3. Hubungan Lama Berusahatani dengan Tingkat Adopsi Petani pada Teknologi Budidaya Padi Sawah

Pengalaman petani dalam mengelola usahatani berbeda-beda. Oleh karena itu pengalaman dalam berusahatani umumnya juga dapat berhubungan dengan tingkat adopsi petani terhadap penerapan teknologi budidaya padi sawah. Hubungan antara pengalaman bertani dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah dapat dilihat dari hasil SPSS berikut :

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 4.673a 4 .322 Likelihood Ratio 5.483 4 .241 Linear-by-Linear Association .005 1 .946 N of Valid Cases 30

a. 7 cells (77,8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,67.

Dari output diperoleh nilai Chi-square sebesar 4,673 dengan nilai signifikansi 0,322. Nilai signifikansi lebih besar dari nilai α 5 % (0,05). Dengan


(43)

demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak : artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara lama bertani terhadap tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah. Berdasarkan penelitian Voldo Sidauruk (2015) lama bertani ternyata tidak menjamin seorang petani untuk mengadopsi suatu teknologi.

5.2.4. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi Petani pada Teknologi Budidaya Padi Sawah

Luas lahan yang dikelola oleh petani mempunyai hubungan terhadap tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah. Hubungan antara luas lahan dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah dapat dilihat pada pengujian SPSS berikut :

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 28.135a 4 .000 Likelihood Ratio 25.842 4 .000 Linear-by-Linear Association 8.205 1 .004 N of Valid Cases 30

a. 7 cells (77,8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,40.

Dari output diperoleh bahwa nilai Chi-square sebesar 28.135dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi lebih besar dari nilai α 5 % (0,05). Dengan demikian maka H0 ditolak dan H1 diterima : artinya ada hubungan yang


(44)

signifikan antara luas lahan dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah. Luas lahan secara parsial mempunyai hubungan yang nyata terhadap tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya (Sidauruk 2015) 5.2.5. Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tingkat Adopsi Petani pada Teknologi Budidaya Padi Sawah

Jumlah tanggungan keluarga seringkali dihubungkan dengan tingkat adopsi petani terhadap suatu teknologi. Hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah dapat dilihat dari hasil pengujian SPSS berikut:

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 6.750a 4 .150 Likelihood Ratio 8.131 4 .087 Linear-by-Linear Association 3.612 1 .057 N of Valid Cases 30

a. 7 cells (77,8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,67.

Dari output diperoleh nilai Chi-square sebesar 6,750 dengan signifikansi 0,

150. Nilai signifikansi lebih besar dari nilai α 0,05. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah di daerah penelitian. Menurut penelitian


(45)

Lampos Gultom 2008, tidak ada pengaruh anatara faktor sosial dengan tingkat adopsi teknologi budidaya anjuran dan Sidauruk (2015), jumlah tanggungan keluarga tidak memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat adopsi petani.


(46)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah di daerah penelitian adalah tinggi.

2. Faktor-faktor sosial ekonomi yaitu tingkat pendidikan, luas lahan, memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah, sedangkan umur, lama bertani, dan jumlah tanggungan keluarga tidak memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah.

6.2 Saran

Kepada Pemerintah

1. Pemerintah melalui Penyuluh Pertanian (PPL) sebaiknya lebih intensif mengadakan sosialisasi dan penyuluhan tentang teknologi budidaya padi sawah agar dapat diadopsi petani secara komprehensif.

2. Membantu petani dengan menyediakan lembaga keuangan untuk membantu petani dalam penyediaan modal.

Kepada Petani

Petani hendaknya mengadopsi semua paket teknologi yang dianjurkan penyuluh agar mampu meningkatkan pendapatan petani dan mecapai kesejahteraan.


(47)

Kepada Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan mengadakan penelitian yang lebih lanjut mengenai hubungan dan pengaruh adopsi teknologi budidaya padi sawah terhadap produksi dan pendapatan petani.


(48)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Padi Sawah

Padi (Oryza sativa) merupakan tanaman semusim yang sangat bermanfaat di Indonesia karena menjadi bahan makanan pokok. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Bila di dataran tinggi kita mengenal padi gogo, maka didataran rendah kita mengenalnya dengan padi sawah. Umumnya padi dapat dibudidayakan sampai pada ketinggian 1.200 m dpl. (Nabilussalam, 2011).

Di Indonesia dikenal lebih dari 1000 jenis padi. Jumlah yang banyak itu disebabkan adanya perkawinan silang dari beberapa jenis padi dalam rangka peningkatan hasil. Secara garis besar tanaman padi dibedakan dalam 2 jenis sebagai berikut:

1. Padi beras, yaitu tanaman padi yg dijadikanan beras. Beras dapat ditanak menjadi nasi dan sebagai makanan pokok.

2. Padi ketan, setelah dijadikan beras tidak digunakan sebagai makanan pokok, tetapi diolah menjadi bermacam-macam makanan ringan, misal jadah, jenang, tape ketan.

Menurut cara bertanamnya, padi beras dapat dibedakan atas 2 macam sebagaiberikut:

a. Padi sawah, yaitu padi yang dalam pertumbuhannya memerlukan air. Padi ini ditanam di tanah persawahan.

b. Padi kering, yaitu tanaman padi yang dalam pertumbuhannya tidak memerlukan air.


(49)

2.2. Tingkat Adopsi

Pengertian adopsi sering rancu dengan "adaptasi" yang berarti penyesuaian. Di dalam proses adopsi, dapat juga berlangsung proses penyesuaian, tetapi adaptasi itu sendiri lebih merupakan proses yang berlangsung secara alami untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi lingkungan. Sedang adopsi, benar-benar merupakan proses penerimaan sesuatu yang "baru" (inovasi), yaitu menerima sesuatu yang "baru" yang ditawarkan dan diupayakan oleh pihak lain (penyuluh).

Tingkat adopsi dapat diartikan sebagai tingkat penerapan atau penggunaan suatu ide atau alat teknologi baru yang disampaikan lewat pesan komunikasi umumnya adalah penyuluhan. Adopsi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap sesuatu inovasi sejak mengenal, menaruh minat, menilai sampai menerapkan inovasi yang diterima (Levis, 1996).

Terdapat 5 tahapan proses penerimaan inovasi yang dilalui sebelum bersedia menerapkan inovasi yang diperkenalkan kepadanya, yaitu :

1. Sadar adalah seseorang belajar tentang ide baru. Dia hanya mempunyai pengetahuan umum mengenai ide tersebut, tidak mengetahui kualitasnya dan pemanfaatannya secara khusus akan ide yang akan diterapkannya tersebut. 2. Tertarik adalah tidak puas hanya mengetahui keberadaan ide baru itu, ingin

mendapatkan informasi yang lebih banyakdan lebih detail.

3. Penilaian adalah menilai semua informasi yang diketahuinya dan memutuskan apakah ide baru baik untuknya.


(50)

4. Mencoba, apabila seseorang sekali dia putuskan bahwa dia menyukai ide tersebut, dia akan mengadakan percobaan. Hal ini mungkin terlaksana dalam kurun waktu yang lama atau dalam skala yang terbatas.

5. Adopsi adalah tahap seseorang meyakini akan kebenaran atau keunggulan ide baru tersebut sehingga menerapkannya dan mungkin juga mendorong penerapan oleh orang lain, dan inovasi biasanya diadopsi dengan cepat karena:

a. Memiliki keuntungan bagi petani

b. Sesuai dengan nilai-nilai sosial atau adat di daerah setempat c. Tidak sulit dan rumit

d. Dapat di coba dalam skala kecil e. Mudah diamati (Ginting, 2002).

Lamanya waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat menerima inovasi tidaklah sama, hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pengalaman pribadi, tekanan dalam kelompoknya serta sikap dan kondisi petani pada saat inovasi terssebut diperkenalkan. Menurut para pakar sosiologi menurut kerangka waktu penerimaannya, maka penerimaan inovasi dapat digolongkan menjadi 5 macam yaitu :

1. Inovator adalah orang yang berpikir menerapkan inovasi dalam berusahataninya.

2. Penerap Dini (early adopters) adalah sejumlah petani yang mengikuti inovator. 3. Penerap mayoritas awal (early majority) adalah petani lebih cepat menerima

inovasi

4. Penerap mayoritas akhir (late majority) adalah petani yang lambat menerima inovasi


(51)

5. Kelompok Penentang (laggard) adalah sekelompok petani yang tidak mau menerima inovasi/teknologi atau praktek-praktek yang baru (Suhardiyono, 1992).

Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan dan sikap mental itu sendiri. Hal ini pada umumnya karena tingkat kesejahteraan hidupnya dan keadaan lingkungan dimana mereka tinggal, dapat dikatakan masih menyedihkan sehingga menyebabkan pengetahuan dan kecakapannya tetap berada dalam tingkatan rendah dan keadaan seperti ini tentu akan menekan sikap mentalnya. Perubahan perilaku dapat dilakukan melalui penarikan minat, mudah dan dapat dipercaya, peragaan disertai dengan sarana, serta saat dan tempatnya harus tepat (Sastraadmadja, 1993).

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara keberhasilan agen pembahuruan mempengaruhi petani dalam menerima inovasi dengan kerja usaha yang akan ia lakukan dalam memperkenalkan suatu inovasi baru. Semakin rajin penyuluh menawarkan inovasi maka proses adopsinya juga akan semakin cepat (Sastria Negara, 2000).

Peran media komunikasi menjadi sangat penting terutama dalam proses pendekatan dalam menyampaikan suatu maksud agar dapat diterima oleh masyarakat petani. Sukses atau gagalnya serta untung atau ruginya hasil-hasil pertanian sangat dipengaruhi oleh adanya informasi yang diterima oleh para petani (Ginting, 2002)


(52)

2.3. Teknologi Budidaya Padi Sawah

Teknologi merupakan sumber daya buatan manusia yang kompetitif dan selalu mengalami perkembangan yang cepat. Penggunaan teknologi akan mengubah input menjadi output yang diinginkan (Husodo, 2004).

Suatu paket teknologi pertanian akan tidak ada manfaatnya bagi petani di perdesaan jika teknologi tersebut tidak dikomunikasikan pada masyarakat perdesaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menciptakan struktur komunikasi informasi di perdesaan menjadi sangat kompleks sehingga dapat dikatakan bahwa akan ada perubahan secara terus menerus dalam cara kerja (teknik kerja) pada petani jika kepada mereka dilakukan komunikasi teknologi yang baik dan tepat (Gultom, 2004).

Adapun teknologi budidaya padi sawah masih mengandalkan sawah irigasi, namun ke depan bila hanya mengandalkan padi sawah irigasi akan menghadapi banyak kendala. Hal tersebut disebabkan banyaknya lahan sawah irigasi subur yang beralih fungsi ke penggunaan lahan non pertanian, tingginya biaya pencetakan lahan sawah baru dan berkurangnya debit air.

Salah satu strategi dalam upaya pencapaian produktivitas usahatani padi adalah penerapan inovasi teknologi yang sesuai dengan sumberdaya pertanian disuatu tempat (spesifik lokasi). Teknologi usahatani padi spesifik lokasi tersebut dirakit dengan menggunakan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).

PTT padi merupakan suatu pendekatan inovatif dalam upaya peningkatan efisiensi usahatani padi dengan menggabungkan komponen teknologi yang memiliki efek sinergis. Artinya tiap komponen teknologi tersebut saling


(53)

menunjang dan memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman.

Penerapan PTT didasarkan pada empat prinsip, yaitu:

a. Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.

b. Sinergis: PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi. c. Spesifik lokasi: PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan

fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat.

d. Partisipatif: berarti petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan.

Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat, maka proses perakitannya didasarkan pada hasil Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP). Dari hasil KKP dapat diketahui masalah yang dihadapi petani dan cara-cara mengatasi masalah tersebut dalam upaya meningkatkan produksi padi. Untuk memecahkan masalah tersebut, PTT menyediakan beberapa pilihan komponen teknologi, yang dibedakan menjadi komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan.


(54)

Komponen teknologi dasar dalam PTT yaitu:

1. Penggunaan varietas padi unggul atau varietas padi berdaya hasil tinggi dan atau

bernilai ekonomi tinggi. 2. Benih bermutu dan berlabel.

3. Pemupukan berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah

(spesifik lokasi).

4. Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT).

Komponen teknologi pilihan dalam PTT yaitu:

1. Penanaman bibit umur muda dengan jumlah bibit terbatas yaitu antara 1-3 bibit

per lubang.

2. Peningkatan populasi tanaman.

3. Penggunaan kompos bahan organik dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan

pembenah tanah.

4. Pengaturan pengairan dan pengeringan berselang,

5. Pengendalian gulma

6. Panen tepat waktu,

7. Perontokan gabah sesegera mungkin.

2.4. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi terhadap Tingkat Adopsi Teknolologi Budidaya

Dalam mengadopsi suatu inovasi tentunya akan dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu antara lain oleh factor-faktor-faktor intern atau faktor-faktor dari dalam diri seseorang mencakup segi social dan ekonominya. Soekartawi (1988) mengemukakan bahwa proses pengambilan keputusan apakah seseorang menolak atau menerima suatu inovasi banyak tergantung pada sikap mental dan perbuatan


(55)

yang dilandasi oleh situasi intern orang tersebut misalnya pendidikan, pengalaman, umur dan sebagainya.

Faktor intern yaitu yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang dating dari luar. Sehubungan dengan golongan masyarakat yang ditinjau dari kecepatan mengadopsi inovasi, beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan seseorang untuk mengadopsi inovasi antara lain:

2.4.1. Umur Petani

Makin tua petani, biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang mereka belum ketahui sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat mengetahui dan melaksanakan inovasi tersebut walaupun sebenarnya mereka belum berpengalaman.Umur produktif seorang petani adalah antara 22-55 tahun.

Menurut Hasyim(2006), umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melakukan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam meliha aktvitas seseorang bekerja bilamana kondisi umur masih prokduktif maka kemungkinan seseorang dapat bekerja secara maksimal.

Petani yang berusia lanjut sekitar 50 ke atas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara kerja, dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap teknologi baru dan inovasi, semakin mudah umur petani, maka semakin tinggi semangat mengetahui hal baru sehingga dengan demikian mereka dengan cepat melakukan adopsi walau mereka sebenanya belum bepengalaman soal adopsi tersebut.


(56)

2.4.2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana belajar, selanjutnya akan menanamkan pengertian dan sikap yang menguntungkan menuju pengguna praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan lebih tinggi relatif lebih cepat dalam melakukan adopsi (Arifin, 2005).

Menurut Hasyim (2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya.

Menurut Mardikanto (1994), bahwa di dalam proses adopsi teknologi baru akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan petani dan masyarakat pedesaan pada umumnya. Hal ini disebabkan karena adopsi teknologi akan dapat berkembang dengan cepat bila petani mempunyai dasar pendidikan dan ketrampilan yang memadai. Pendidikan formal petani dapat diperoleh melalui sekolah-sekolah

formal yang pernah dialami petani.

Pendidikan formal menurut Soekartawi (1988) merupakan sarana belajar dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang, maka semakin tinggi penerapan inovasi budidaya padi sawah.


(57)

2.4.3. Lama Berusahatani

Pengalaman bertani juga sangat mempengaruhi pengambilan keputusan berinovasi. Petani yang sudah lebih lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan inovasi dibandingkan dengan yang masih pemula dalam berusahatani.

Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula atau petani baru. Petani yang sudah lama akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluh, demikian pula penerapan teknologi.

Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda-beda, oleh karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal-hal yang lebih baik di waktu mendatang (Hasyim, 2006).

2.4.4. Luas Lahan

Luas lahan akan berpengaruh pada sakla usaha. Makin luas lahan yang dipakai petani dalam usaha pertanian , maka semakin berkurang upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisiensi. Sebaliknya pada lahan yang sempit upaya pengawasan terhadap penggunan faktor produksi semakin baik, sehingga usaha pertanian seperti ini lebih efektif. Meskipun demikian lahan yang terlalu sempit cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien pula. Petani yang mempunyai lahan yang lebih luas akan lebih susah menerapkan inovasi dibanding petani berlahan sempit. Hal ini dikarenakan keefektifan dan efesiensi dalam penggunaan sarana produksi.


(58)

2.4.5. Jumlah Tanggungan Keluarga

Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin sulit dalam menerapkan teknologi karena biaya untuk mencukupi kebutuhan keluarga relatif juga akan tinggi. Mereka sulit menerima resiko yang besar jika nantinya inovasi yang diterapkan tersebut tidak berhasil.

Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya (Hasyim, 2006). Aktivitas yang dimaksud adalah perubahan cara berusahatani yaitu dengan mengadopsi teknologi yang dianjurkan dan meninggalkan kebiasaan sebelumnya.

Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani (Soekartawi, 1999).


(59)

2.5. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:

N o Nama Peneliti Judul Penelitian

Rumusan Masalah Variabel Pengamatan

Metode Analisis

Kesimpulan

1 Lampos Gultom (2008) TingkatAdopsi Petani terhadap Teknologi Budidaya Jagung dan Faktor-faktor yang Mempeng- aruhinya 1. Bagaimanatingkat adopsi di daerah penelitian. 2. Bagaimana pengaruh fakor sosial ekonomi terhdap tingkat adopsi terhadap teknologi anjuran? Faktor sosial ekonomi yaitu faktor umur, pendidikan, pengalaman bertani, tingkat cosmopolitan , status lahan, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan usahatani. 1.Metode deskriptif 2.Uji Chi-Square.

Tingkat adopsi di daerah penelitian dikategorikan tinggi, dan tidak ada pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya anjuran. 2 . Hendri Juperson (2015) Peranan kelompok tani dalam peningkatan pendapatan usaha tani padi sawah (oryza sativa) (kasus : kelompok tani Desa Sei Percut, Kecamatan Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang).

1. Seberapa besar peranan kelompok tani dalam usahatani padi sawah di Desa Percut,Kecamatan, Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang? 2. Berapa besar

pendapatan usaha tani padi sawah di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang? 3. Bagaimana hubungan antara peranan kelompok tani dengan pendapatan 1.Pendapatan petani 2. Usahatani padi sawah. 1.Deskriptif 2. Teori Pendapatan Tingkat peranan kelompok tani di daerah penelitian yaitu desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang adalah sedang/cukup berperan dalam peningkatan pendapatan petani padi sawah.

N Nama Judul


(60)

o Peneliti Penelitian Masalah Pengamatan Analisis padi sawah di Desa

Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang?

3 Voldo Sidauruk (2015) Analisis Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Budidaya Jagung dan Hubungannya dengan Faktor Sosial Skonomi (kasus : Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir)

1.Bagaimana tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung yang dianjurkan di daerah penelitian? 2.Bagaimana

hubungan faktor sosial ekonomi yang meliputi umur petani, tingkat pendidikan,

pengalaman bertani, kosmopolitan, status lahan, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, sumber modal usahatani, dan partisipasi dalam kegiatan penyuluhan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya jagung di daerah penelitian?

Aspek Sosial Ekonomi

1. Deskriptif 2. Chi -

Square

1.Tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung di daerah penelitian adalah tinggi. 2. Faktor-faktor sosial ekonomi yaitu tingkat pendidikan, status lahan, tingkat kosmopolitan, sumber modal, dan partisipasi dalam kegiatan penyuluhan secara parsial memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung, sedangkan umur, pengalaman bertani, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga tidak memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi baru N o Nama Peneliti Judul Penelitian Rumusan Masalah Variabel Pengamatan Metode


(61)

4 . Erwinsyah Putra (2012) Hubungan karasteristuk sosial ekonomi petani dengan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah

1. Bagaimana tingkat pengunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah. 2. .Bagaimana hubungan karasteristik sosial ekonomi petani dengan penggunaan pupuk anoganik dan pupuk campuran pada usaha tani padi sawah.

3.Bagaimana hubungan faktor pribadi dan fakto lingkungan petani terhadap

pengggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah. Karasteristik sosial ekonomi petani 1. Analisis Rank Spearman 2.Analisis deskriptif 1. Tingkat penggunaan anorganik dan campuran tiak sesuai dengan anjuran pemerintah 2. Ada hubungan

nyata antara lama bertani, luas lahan, dan produksi terhadap

penggunaan pupuk anorganik dan campuran pada usaha tani padi swah. 3.Ada hubungan nyata antara krtesedian komunikasi petani, faktor-faktor alam, pengambilan keputusan enggan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah.

5 Ahmad Nurdin (2011) Hubungan karasteristik sosian ekonomi petani dengan pengambilan keputusan

1. Apakah ada hubungan karasteristik sosial ekonomi petani terhada pengambilan keputusan Aspek sosial ekonomi Metode Analisis Rank-Spearmen

1. Ada hubungan nyata anatara umur ,lama berusaha tani dengan difersifikasi dan monokultur 2.Upaya yang dilakukan penyuluh memberikan perbandingan usahatani diversifikasi agar N o Nama Peneliti Judul Penelitian Rumusan Masalah Variabel Pengamatan Metode Analisis Kesimpulan


(62)

diserfikasi Desa Batangkuis, kabupaten Deli Serdang.

2. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah yang dihadapi petani di daerah penelitian?

petani dapat membandingkan secara langsung usaha apa yang cocok untuk diterapkan.

2.6. Kerangka Pemikiran

Petani melakukan usahatani dengan melakukan paket teknologi budidaya padi yang meliputi tahapan-tahapan adopsi teknologi mulai dari pembibitan, pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan, pemeliharaan, pemanenan, dan proses pasca panen. Dalam hal ini, penyuluh berperan aktif dalam mempengaruhi tingkat adopsi para pelaku usahatani padi sawah terhadap paket teknologi budidaya padi. Tingkat adopsi yang dimaksud adalah banyaknya komponen paket teknologi yang diterapkan petani dan yang tidak diterapkan petani dari anjuran penyuluh. Tingkat adopsi ini dapat dikategorikan dalam tingkatan rendah, sedang, dan tinggi. Tingkat adopsi yang berbeda-beda ini dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi yang beda pula seperti umur, tingkat pendidikan, lama bertani, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, modal usahatani.


(63)

Secara ringkas kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar2.1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya dengan Faktor Sosial Ekonomi

Keterangan :

: Hubungan

Petani

Penyuluh

Faktor sosial ekonomi : 1. Umur

2. Tingkat pendidikan 3. Lama bertani 4. Luas lahan 5. Jumlah

tanggungan keluarga Paket Teknologi:

1. Persiapan lahan 2. Pembibitan 3. Penanaman 4. Pemupukan 5. Pemeliharaan 6. Pasca panen

Usahatani padi

Tingkat Adopsi

Sedang


(64)

2.6. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan Skema Kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan bahwa hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

1. Tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi di daerah penelitian tinggi.

2. Terdapat faktor sosial ekonomi yang meliputi umur petani, tingkat pendidikan, lama berusahatani, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga secara parsial memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat adopsi petani pada teknologi budidaya padi.


(65)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu daerah yang berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di wilayah Indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian dan hampir 50 % dari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya bekerja di sektor pertanian. Keadaan seperti ini menuntut kebijakan sektor pertanian yang disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan yang terjadi dilapangan dalam mengatasi berbagai persoalan yang menyangkut kesejahteraan bangsa khususnya petani kecil.

Salah satu masalah pembangunan yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, adalah bagaimana negara-negara ini dapat mencukupi kebutuhan pangan mereka yang semakin meningkat sesuai dengan meningkatnya jumlah penduduk di negara-negara tersebut. Untuk mencapai tujuan tadi berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah negara-negara yang sedang berkembang untuk membangun sektor pertanian masing-masing. Namun harus diakui bahwa usaha-usaha pembangunan pertanian belum dapat dikatakan berhasil mencapai tujuannya yakni mencukupi kebutuhan pangan dan yang tidak kalah pentingnya adalah menaikkan pendapatan sekaligus kesejahteraan petani (Bunch, 1991).


(66)

Pertanian Indonesia adalah pertanian tropika karena sebagian besar daerahnya berada di daerah tropis yang langsung dipengaruhi oleh garis khatulistiwa, yang memotong Indonesia hampir menjadi dua. Indonesia masih merupakan negara yang memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Salah satu komoditas tanaman pangan di Indonesia adalah padi yang hasil produksinya masih menjadi bahan makanan pokok. Padi merupakan tanaman pertanian dan merupakan tanaman utama dunia.

Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting peranannya dalam perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. Hal tersebut bisa dilihat dengan jelas dari peranan sektor pertanian didalam menampung penduduk serta memberikan kesempatan kerja kepada penduduk. Pembangunan pertanian perlu mendapat perhatian yang lebih baik, sekalipun prioritas pada kebijaksanaan industrialisasi sudah dijatuhkan, namun sektor pertanian dapat memiliki kemampuan untuk menghasilkan surplus. Hal ini terjadi bila produktivitas diperbesar sehingga menghasilkan pendapatan petani yang lebih tinggi dan memungkinkan untuk menabung dan mengakumulasikan modal. Peningkatan taraf hidup tersebut diperoleh petani dengan cara meningkatkan pendapatanya. Untuk memperoleh pendapatan yang tinggi petani melaksanakan berbagai kegiatan dengan mengembangkan berbagai kemungkinan komoditi pertanian lain (diversifikasi usahatani) yang secara ekonomis menguntungkan jika lahan pertaniannya memungkinkan. Pengembangan pendapatan di luar usahatani (off farm income) juga akan sangat membantu peningkatan kesejahteraan karena


(67)

peningkatan pendapatan sektor pertanian akan mampu menurunkan angka kemiskinan petani .

Salah satu langkah pemerintah untuk mengembangkan pertanian adalah dengan membentuk kelompok sosial pada masyarakat petani, seperti kelompok tani. Tingkat dinamika kelompok tani berpengarauh terhadap keberhasilan langkah pemerintah tersebut. Dinamis yang dimaksud adalah selalu siap untuk maju dan menyongsong pembaharuan pertanian yang digalakkan dewasa ini ( Kukuh, 2009 ).

Pembangunan pertanian bukanlah hanya sekedar bertujuan menaikkan produksi pertanian tetapi lebih luas daripada itu, pembangunan pertanian haruslah membangun masyarakat seutuhnya. Hal ini berarti bahwa pembangunan pertanian tidak hanya mampu menciptakan kesejahteraan ekonomi para petani sebagai individu tetapi juga kesejahteraan masyarakat desa pada umumnya. Perubahan teknologi dari ani-ani ke sabit telah menyebabkan tersingkirnya buruh tani wanita untuk berpartisipasi dalam proses panen padi. Demikian pula institusi tebasan menggusur buruh tani dari proses panen di daerah pedesaan. Dengan kata lain pembangunan pertanian yang hanya mampu menaikkan produktivitas sektor pertanian tetapi tidak mampu menegakkan keadilan dan solidaritas sosial di kalangan masyarakat perdesaan akan mengurangi makna pembangunan pertanian sebagai wahana emansipasi dan transformasi manusia perdesaan (Bunch, 1991).

Kalaupun satu-satunya tujuan kita dalam pembangunan petanian adalah penyediaan pangan yang cukup untuk penduduk dunia yang kian bertambah, kita tidak cukup hanya melipat gandakan produksi padi-padian, tetapi kita harus dapat meningkatkannya tiga kali lipat pada akhir abad ini. Pertambahan jumlah


(68)

keseluruhan produksi dunia harus meningkat lebih cepat dari tingkat yang telah dihasilkan negara manapun sepanjang sejarah. Tetapi pembangunan pertanian tampaknya sama sulitnya dengan tingkat kepentingannya.

Dewasa ini pertanian sudah tidak sepenuhnya diserahkan kepada alam, tetapi memerlukan pengelolaan dan pengembangan yang lebih lanjut. Pengembangan dan pengelolaan sumber daya alam untuk menjadi tulang punggung perekonomian negara dapat dicapai melalui aplikasi teknologi dalam bidang pertanian dan sektor-sektor pendukungnya. Pentingnya aplikasi teknologi yang dikuasai dikarenakan keberadaan teknologi yang sudah sedemikian besar pengaruhnya terhadap kesuksesan sebuah pertanian dilihat dari segi kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkannya. Bahkan dengan turut berpengaruhnya sektor pertanian terhadap besarnya peluang/ kesempatan kerja maka secara tidak langsung teknologi juga berperan menambah kesempatan kerja kepada seluruh komponen masyarakat. Besarnya kapasitas produksi berarti pula besarnya jumlah kesempatan kerja (Hariyadi, 2000).

Untuk menjadikan Indonesia sebagai negara industri yang makmur berdasarkan pertanian (newly agricultural based industry country) maka penerapan teknologi harus dilakukan kepada seluruh subsektor pertanian di Indonesia (Mangunwidjaja dan Sailah, 2009).

Usahatani dewasa ini harus dipadu dengan teknologi supaya tingkat produksi dapat dicapai secara maksimal. Usahatani padi yang sebagaimana merupakan salah satu usahatani yang sangat penting dan berperan sentral dalam memenuhi penyedian bahan pangan sebagian besar masyarakat Indonesia harus dilakukan secara efisien dengan menerapkan teknologi yang terbaik. Petani


(69)

Indonesia harus berani merubah teknologi sebelumnya yang sudah usang dan menerapkan teknologi baru yang ditawarkan. Dalam mengubah persepsi petani tidak bisa kita hindari faktor sosial ekonomi yang mempunyai pengaruh terhadap persepsi dan pemikiran petani dalam mengubah kebiasaan bertani sesuai kemajuan teknologi. Desa Sei Percut merupakan salah satu daerah penghasil padi yang menyuplai produksi padi Indonesia dimana petani-petaninya sudah sadar akan manfaat penerapan teknologi dalam berusaha tani.

1.2. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah yang dianjurkan di daerah penelitian ?

2. Bagaimana hubungan faktor sosial ekonomi yang meliputi umur petani, tingkat pendidikan, lama berusahatani, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga terhadap tingkat adopsi teknologi budidaya padi sawah di daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah yang dianjurkan di daerah penelitian

2. Untuk menganalisis hubungan faktor sosial ekonomi yang meliputi umur petani, tingkat pendidikan, lama berusahatani, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga terhadap tingkat adopsi teknologi budidaya padi sawah di daerah penelitian

1.4. Kegunaan Penelitian


(70)

1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi petani dan penyuluh untuk mengetahui tingkat adopsi terhadap teknologi anjuran di Desa Percut, Kecamatan Percuy Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

2. Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dan instansi terkait khususnya pemerintah pertanian Kabubaten Deli Serdang, dalam membuat kebijakan-kebijakan baru dengan pertimbangan faktor sosial ekonomi untuk meningkatkan produksi pangan lokal khususnya tanaman padi.

3. Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu menambah ilmu pengetahuan bagi para akademisi maupun non akademis.

1.5. Keaslian Penelitian

Perbedaan penelitian terletak pada:

1. Model penelitian: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan Chi - Square.

2. Variabel penelitian: umur petani, tingkat pendidikan, lama bertani, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga.

3. Jumlah observasi sampel sebanyak 30 sampel.

4. Waktu penelitian di lakukan bulan Februari sampai Maret pada tahun 2016 5. Lokasi penelitian: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli


(71)

ABSTRAK

Boiperiandi R (100304106) dengan judul Analisis Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan). Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si, dan Ibu Siti Khadijah H. Nasution, S.P, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana tingkat adopsi Petani terhadap teknologi budidaya padi sawah di daerah penelitian dan bagaimana hubungan faktor sosial ekonomi yang meliputi umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi sawah di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Analisis Deskriptif dan metode Analisis Korelasi Chi – Square. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, dan pengambilan data dilakukan secara primer dan sekunder. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Maret di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah di daerah penelitian dikategorikan tinggi. Tingkat pendidikan dan luas lahan memiliki hubungan yang nyata terhadap tingkat adopsi teknologi budidaya padi sawah, sedangkan umur, lama berusahatani, dan jumlah tanggungan keluarga tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah.


(72)

ANALISIS TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SAWAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN FAKTOR

SOSIAL EKONOMI

(Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

SKRIPSI

BOIPERIANDI R 100304106 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(73)

(74)

(75)

ABSTRAK

Boiperiandi R (100304106) dengan judul Analisis Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan). Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si, dan Ibu Siti Khadijah H. Nasution, S.P, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana tingkat adopsi Petani terhadap teknologi budidaya padi sawah di daerah penelitian dan bagaimana hubungan faktor sosial ekonomi yang meliputi umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi sawah di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Analisis Deskriptif dan metode Analisis Korelasi Chi – Square. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, dan pengambilan data dilakukan secara primer dan sekunder. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Maret di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah di daerah penelitian dikategorikan tinggi. Tingkat pendidikan dan luas lahan memiliki hubungan yang nyata terhadap tingkat adopsi teknologi budidaya padi sawah, sedangkan umur, lama berusahatani, dan jumlah tanggungan keluarga tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah.


(1)

7. Abang-abang dan adik terkasih Ali Samsir Rajagukguk, Rikardo Rajagukguk, Junno Rajagukguk, dan Martha Korry Rajagukguk yang memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat terkasih Pretty Arios yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 9. Teman-teman seperjuangan Voldo Sidauruk SP,Esron Lubis S.P, Ezra

Panggabean S.P, Nusantry Sirait, Johannes Munthe S.P, Irwan Siregar S.P, Jona Perangin S.P, Roy Sianturi S.P, Melky, Dela, Edberg Partogi, Harry, Andy Sabda, Andi Kusuma, Timotius, Esron Lubis SP, Humicca, Era Purba, Gosyen H, Andrew Silaban, Limbong, Praja Sembiring, Syahrial, Putra P Tarigan, Putra Sagala, Rani C. Siregar, Hendri Juperson dan teman seangkatan AGB’10 yang tidak disebutkan satu per satu.

10.Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan dan penulisan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Kegunaan Penelitian .. ... 5

1.5. Keaslian Penelitian ... .. ...6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padi Sawah .. ... 7

2.2.Tingkat Adopsi ... . ...8

2.3. Teknologi Budidaya Padi Sawah ... 11

2.4. Hubungan Faktor Sosial Enomi terhadap Tingkat Adopsi Teknologi Budida. ... .13

2.4.1. Umur Petani ... ... ...14

2.4.2. Tingkat Pendidikan ... .... ...14

2.4.3. Lama Berusahatani ... .. ... 15

2.4.4. Luas Lahan ... ... ...16

2.4.5. Jumlah Tanggungan Keluarga ... ... ...16

2.5. Penelitian Terdahulu ... ...17

2.6. Kerangka Pemikiran ... ... ...20

2.7. Hipotesis Penelitian ... ... ...22

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 23

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 25


(3)

3.5.1. Definisi ... 28

3.5.2. Batasan Operasional ... 30

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... ... 31

4.2. Keadaan Penduduk . ... 32

4.2.1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... ..32

4.2.2. Keadaan Penduduk Menurut Umur .. .32

4.2.3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian … ... 33

4.2.4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan . ... ..34

4.3. Penggunaan Lahan ... 35

4.4. Sarana dan Prasarana ... .. ...36

4.5. Karasteristik Petani Sampel ... . ...37

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Anjuran Padi Sawah ... 39

5.2. Hubungan Faktor-faktor Sosial Ekonomi Dalam Teknologi Budidaya Padi Sawah ... 40

5.2.1. Hubungan Umur dengan Tingkat Adopsi Petani pada Teknologi Budidaya Padi Sawah .... ... . 40

5.2.2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Adopsi Petani Pada Teknologi Budidaya Padi Sawah... ... ...41

5.2.3. Hubungan Lama Berusahatani dengan Tingkat Adopsi Petani pada Teknologi Budidaya Padi Sawah ... ...43

5.2.4. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi Petani pada Teknologi Budidaya Padi Sawah... 44

5.2.5. Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tingkat Adopsi Petani Pada Teknologi Budidaya Padi Sawah ... .... ...45

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 46

6.2. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Hal

1 Penelitian Terdahulu 17

2 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi di

Kecamatan Percut sei Tuan, Tahun 2012 24

3 Pengukuran Paket Teknologi Budidaya Padi Sawah Sesuai Anjuran

26

4 Keadaan Penduduk Jenis Kelamin Desa Sei Percut, Tahun 2014

32

5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur Desa Sei Percut Tahun 2014

32

7 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharaian Desa Percut Tahun 2014

33

8 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Desa Percut Tahun 2014

34

9 Penggunaan Lahan di Desa Percut 2014 35

10 Sarana dan Prasarana di Desa Percut Tahun 2014 36

11 Karakteristik Petani Sampel Kuantitatif Desa Percut 37

12 13 14 15 13

Uji Chi-Square Umur dengan Tingkat adopsi Petani

Uji Chi-Square Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Adopsi Petani

Uji Chi-Square Lama Berusahatani dengan Tingkat Adopsi Petani

Uji Chi-Square Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi Petani Uji Chi-Square Tanggungan Keluarga dengan Tingkat Adopsi Petani 40 41 43 44 45


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran

1 Karakteristik Petani 1

2 Skor Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Desa Sei Percut 2 3 Perhitungan Hubungan Umur dengan Tingkat Adopsi Petani

Terhadap Teknologi Padi Sawah

3 4 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat adopsi Petani

Terhadap Teknologi Padi Sawah

4 5 Perhitungan Hubungan Lama Berusahatani dengan Tingkat

Adopsi Teknologi Budidaya Padi Sawah

5 6 Perhitungan Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi

Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah

6 7 Perhitungan Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan

Adopsi Teknologi Budidaya Padi Sawah

7


Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Sikap Petani Padi Sawah Pada Pola Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) Pupuk Bersubsidi (Studi Kasus: Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

7 68 81

Analisis Luas Lahan Mininmum Untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah Studi Kasus : Desa Cinta Damai.Kecamatan Percut Sei Tuan.Kabupaten Deli Serdang

16 122 101

Hubungan Antara Tingkat Adopsi Teknologi Dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

3 41 78

Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pedagang Hasil Laut (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

4 78 84

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

0 0 12

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

0 0 1

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

0 0 6

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

0 1 17

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

1 1 2

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

0 0 18