Analisis Luas Lahan Mininmum Untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah Studi Kasus : Desa Cinta Damai.Kecamatan Percut Sei Tuan.Kabupaten Deli Serdang

(1)

ANALISIS LUAS LAHAN MININMUM UNTUK

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI SAWAH

Studi kasus : Desa Cinta Damai.Kecamatan Percut Sei Tuan.Kabupaten Deli Serdang

SKRIPSI

Oleh :

LUNGGUK LUMBAN GAOL 060304030

AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

LUNGGUK LUMBAN GAOL : Analisis Luas Lahan Minimum Untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, dibimbing oleh Ibu Dr.Ir.Tavi Supriana, MS dan bapak Dr.Ir.Rahmanta Ginting, MSi.

Kesejahteraan petani di Indonesia pada saat ini sangat mengkhawatirkan terlihat dari tingkat Kemiskinan petani semakin lama semakin bertambah terutama di pedesaan yang disebabkan oleh rendahnya pendapatan yang diperoleh dari usahataninya, semakin meningkatnya harga kebutuhan hidup yang harus dipenuhi dan ketimpangan distribusi kepemilikan lahan diantara petani yang sangat besar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan petani di daerah penelitian, pola pengeluaran petani, luas lahan minimum yang diusahakan petani dan bagaimana tingkat kesejahteraan petani di daerah penelitian.

Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive. Metode penentuan sampel ditentukan secara acak berlapis atau strata (Stratifaid Random Sampling). Metode analisis data adalah analisis usahatani dan analisis deskroptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan di daerah penelitian sangat rendah dan bervariasi pada masing - masing strata, pada pola pengeluaran petani pengeluaran terbanyak digunakan pada kebutuhan makanan dan pada kebutuhan non makanan , pengeluaran terbanyak pada kebutuhan pendidikan. Luas lahan minimum yang harus diusahakan petani untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya didaerah penelitian 0,66 Ha dan tingkat kesejahteraan petani belum terpenuhi.

Kata Kunci : Luas Lahan, tingkat pendapatan, pola pengeluaran petani dan kesejahteraan petani.


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lumban Dolok, Sumatera Utara tanggal 9 Juni 1987 dari Bapak Maju Lumban Gaol dan Ibu Nermi Lumban Batu. Penulis merupakan anak keempat dari sepuluh bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Dolok Sanggul, dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU. Penulis memilih program studi Agribisnis, Departemen Agribisnis.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di DESA Tanah Pinem, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi dari tanggal 30 Juni sampai 31 Juli 2010. Pada bulan Januari 2011 - Maret 2011 melaksanakan penelitian di Desa Cinta Damai, Kecamatan Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang memberikan kesempatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Adapun judul penelitian ini adalah “Analisis Luas Lahan Minimum Untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah Di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr.Ir. Tavi Supriana,MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr.Ir. Rahmanta Ginting, MSi selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr.Ir. Salmiah, MS selaku ketua Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr.Ir. Satia Negara Lubis , MEc selaku Sekretaris Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian universitas Sumatera Utara.

3. Seluruh Staff Pengajar dan Pegawai di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.


(5)

Dalam kesempatan ini penulis memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ayahanda tercinta Maju Lumban Gaol dan Ibunda tercinta Nermi Lumban Batu atas dukungan semangat, materi dan doa yang diberi pada penulis. Juga ucapan terima kasih kepada semua kakak, abang dan adik saya yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua sahabat penulis, serta semua rekan mahasiswa Departemen Agribisnis khususnya angkatan 2006 yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2011


(6)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Tinjauan Pustaka ... 5

2.2 Landasan Teori ... 8

2.3 Kerangka Pemikiran ... 12

BAB III METODE PENELITIAN ... 15

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian... 15

3.2 Metode Penelitian Sampel ... 17

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 18

3.4 Metode Analisis Data ... 19

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi ... 21

Batasan Operasional ... 22

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 23

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 23

Luas wilayah dan Topografi ... 23

Luas wilayah pengolahan lahan ... 23

Keadaan Penduduk ... 24

Perekonomian Desa ... 25

Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 25

Sarana Dan Prasarana ... 26

4.2 Karakteristik Petani Sampel ... 27

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

5.1 Pendapatan Rumahtangga Petani ... 30

5.2 Pola Pengeluaran Petani ... 31

Pengeluaran Makanan ... 31

Pengeluaran Nonmakanan ... 33

Pengeluaran Pendidikan ... 34

Pengeluaran Bahan Bakar ... 35


(7)

5.3 Luas Lahan Minimum Petani ... 37

5.4 Tingkat Kesejahteraan Petani dengan UMP ... 38

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 40

6.1 Kesimpulan ... 40

6.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 42


(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Hal 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Menurut

Kabupaten/ Kota 2006 ... 15

2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah menurut Kecamatan 2009 ... 16

3. Populasi Petani di Kecamatan Percut Sei Tuan ... 17

4. Jumlah Populasi dan Sampel Petani padi Sawah Berdasarkan Strata di Desa Cinta Damai Berdasarkan Luas Lahan ... 18

5. Spesifikasi Pengumpulan Data ... 19

6. Jenis dan Luas Penggunaan Tanah ... 24

7. Distribusi Penduduk menurut Kelompokm Umur ... 24

8. Distribusi Penduduk menurut Mata Pencaharian ... 25

9. Distribusi Penduduk menurut Pendidikan ... 26

10. Sarana dan Prasarana di Desa Cinta Damai ... 27

11. Karakteristik Petani Sampel ... 28

12. Pengeluaran Makanan Rumahtangga Petani Padi menurut Strata Luas Lahan per Musim Tanam ... 33

13. P.roporsi Pengeluaran Non Makanan Rumahtangga Petani Padi pada Strata Luas Lahan per Musim Tanam... 35

14. Proporsi Pengeluaran Pendidikan Petani Padi menurut Kelompok Penguasaan Lahan per Musim Tanam ... 36

15. Proporsi Pengeluaran Bahan Bakar Rumahtangga Petani Padi Sawah menurut Kelompok Penguasaan Lahan per Musim Tanam .... 37

16. Proporsi Pengeluaran Kesehatan Petani menurut Kelompok Penguasaan Lahan per Musim Tanam ... 38

17. Perbandingan rata-rata Luas Lahan Minimum Petani Dengan rata-rata Luas Lahan yang dimiliki Petani per Kelompok Luas Lahan... 40

18. Perbandingan rata-rata Pendapatan Usahatani Padi Sawah per Bulan dengan Upah Minimum Propinsi Sumatera Utara (UMP) pada masing – masing Strata ... 43


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Karakteristik Petani Sampel……….……….…….…..44

2. Rata- rata Konsumsi Beras di Daerah Penelitian………….………...46

3. Penggunaan Sarana Produksi per Petani per Musim Tanam………..…48

4. Distribusi Curahan Tenaga kerja per Musim Tanam Usahatani Padi Saw....51

5. Distribusi Biaya Tenaga kerja per Petani per Musim Tanam………....…...53

6. Distribusi Curahan Tenaga kerja per Musim Tanam……….…,,…...55

7. Produksi, Produktivitas dan Penerimaan Petani Padi per Musim Tanam...57

8. Jumlah Kebutuhan Makanan Petani per Hari……….………60

9. Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani………....62

10. Biaya Konsumsi Bahan Makanan Petani Padi Sawah………65

11. Biaya Pengeluaran Petani Untuk Kebutuhan Sandang………..…….…67

12. Biaya Pengeluaran Petani Terhadap Kebutuhan Pendidikan …………...…..69

13. Biaya Konsumsi Petani Untuk Kebutuhan Kesehatan………..…...72

14. Biaya Pengeluaran Petani Terhadap Kebutuhan Bahan bakar dan Ene……..75

15. Biaya Pengeluaran Petani Terhadap Kebutuhan Sosial……….….…....78

16. Pendapatan Keluarga Petani Padi Sawah per Musim Tanam………….…....80

17. Perbandingan Luas Lahan Minimum dengan Luas Lahan Petani……….…..82

18. Perbandingan Total Pengeluaran Standar dengan Total Pengeluaran Petani..84


(11)

ABSTRAK

LUNGGUK LUMBAN GAOL : Analisis Luas Lahan Minimum Untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, dibimbing oleh Ibu Dr.Ir.Tavi Supriana, MS dan bapak Dr.Ir.Rahmanta Ginting, MSi.

Kesejahteraan petani di Indonesia pada saat ini sangat mengkhawatirkan terlihat dari tingkat Kemiskinan petani semakin lama semakin bertambah terutama di pedesaan yang disebabkan oleh rendahnya pendapatan yang diperoleh dari usahataninya, semakin meningkatnya harga kebutuhan hidup yang harus dipenuhi dan ketimpangan distribusi kepemilikan lahan diantara petani yang sangat besar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan petani di daerah penelitian, pola pengeluaran petani, luas lahan minimum yang diusahakan petani dan bagaimana tingkat kesejahteraan petani di daerah penelitian.

Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive. Metode penentuan sampel ditentukan secara acak berlapis atau strata (Stratifaid Random Sampling). Metode analisis data adalah analisis usahatani dan analisis deskroptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan di daerah penelitian sangat rendah dan bervariasi pada masing - masing strata, pada pola pengeluaran petani pengeluaran terbanyak digunakan pada kebutuhan makanan dan pada kebutuhan non makanan , pengeluaran terbanyak pada kebutuhan pendidikan. Luas lahan minimum yang harus diusahakan petani untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya didaerah penelitian 0,66 Ha dan tingkat kesejahteraan petani belum terpenuhi.

Kata Kunci : Luas Lahan, tingkat pendapatan, pola pengeluaran petani dan kesejahteraan petani.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Keberadaan petani pangan di Indonesia identik dengan menyoroti rumah tangga miskin dipedesaan. Upaya pengentasan kemiskinan pedesaan merupakan upaya peningkatan taraf hidup petani secara signifikan. Untuk hal ini, berbagai program pemerintah dengan alokasi anggaran yang makin meningkat, seperti pemberian subsidi pupuk, peningkatan sumber daya manusia (SDM), peningkatan akses permodalan, peningkatan akses pasar, serta perbaikan teknologi. Namun demikian, upaya ini belum menolong sebagian besar petani untuk keluar dari belenggu kemiskinan. Jadi, untuk mandat pengentasan kemiskinan petani pangan, Perlu dicermati kembali bahwa kemiskinan di pedesaan, tidak boleh hanya dilihat sebagai persoalan kultural tetapi harus dipandang sebagai persoalan struktural (Rianse 2009).

Kemiskinan petani bukan semata-mata berada pada sumber daya manusianya rendah atau kemalasan. Demikian halnya bukan disebabkan teknologi yang kurang memadai serta akses sarana input dan akses pasar yang kurang memadai. Akan tetapi, faktor utamanya adalah skala lahan garapan petani yang tidak mencapai skala ekonomi sehingga dengan inovasi dan uspaya apapun tidak akan menyelesaikan masalah. Berdasarkan data BPS luas rata-rata kepemilikan lahan sawah di Indonesia hanya 0,34 ha per rumah tangga petani (Badan Pusat Statistik 2010).


(13)

Untuk melihat keterkaitan antara kemiskinan dan hak atas lahan kita dapat menggunakan pendekatan modal fisik produksi (Physical Productive Capital) pendekatan modal fisik ini antara lain luas per kapita dan kepemilikan asset seperti lahan, khususnya untuk pertanian. kepemilikan lahan akan menjadi faktor yang penting mengingat dengan tersedianya lahan produktif rumah tangga dengan lapangan usaha pertanian akan mendapatkan hasil yang baik. Namun hingga saat ini kepemilikan lahan dan akses terhadap lahan bagi masyarakat di Indonesia adalah masalah besar. Contoh kasus di beberapa daerah keterbatasan lahan menjadi persoalan tersendiri yang hingga kini belum terselesaikan (Irawan 2009).

Keterbatasan lahan dan sumber-sumber produktif lain berpotensi membuat petani hanya menjadi buruh upahan pada sistem perkebunan, yang berujung pada kemiskinan struktural. Saat harga pangan mahal, petani yang berupah rendah tidak sanggup lagi memenuhi kebutuhan pangannya. Hal ini yang menyebabkan bertambahnya angka gizi buruk di Indonesia. Ujungnya dapat ditebak kemiskinan dan kelaparan menjadi masalah besar ( Puspadi, dkk. 2005).


(14)

1.1Identifikasi Masalah

Berdasarkan rumusan diatas maka dapat dirumuskan masalah- masalah yang akan diteliti yaitu :

1. Bagaimana luas lahan dan tingkat pendapatan petani padi sawah di daerah penelitian ?

2. Bagaimana pola pengeluaran petani padi sawah di daerah penelitian ?

3. Berapa luas lahan minimum yang diusahakan petani padi sawah untuk dapat memenuhi kebutuhannya di daerah penelitian?

4. Bagaimana tingkat kesejahteraan petani padi sawah di daerah penelitian?

1.2Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui luas lahan dan tingkat pendapatan petani padi sawah di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui pola pengeluaran petani padi sawah di daerah penelitian. 3. Untuk mengetahui luas lahan minimum yang harus diusahakan petani padi

sawah untuk dapat memenuhi kebutuhannya di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petani padi sawah di daerah penelitian.

1.3 Kegunaan Penelitian


(15)

1. Sebagai bahan masukan bagi petani padi sawah dalam peningkatan pendapatannya.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.

3. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pengmbil keputusan dalam membuat kebijakan terutama dalam hal peningkatan kesejahteraan petani padi sawah.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Menurut Soetrisno, 1999. Bahwa tingkat kesejahteraan petani merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan sektor pertanian. Pada saat ini tingkat kesejahteraan petani sedang menjadi perhatian utama, karena tingkat kesejahteraan petani diperkirakan makin menurun. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab menurunnya tingkat kesejahteraan petani antara lain sebagai berikut :

1. Makin sempitnya lahan yang dimiliki petani.

2. Harga gabah yang cenderung rendah pada saat panen raya.

3. Naiknya beberapa faktor input produksi usahatani.

Tingkat kesejahteraan petani secara utuh perlu dilihat dari berbagai hal antara lain perkembangan jumlah pengeluran mereka baik untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk produksi. Dalam hal ini petani sebagai produsen dan juga konsumen dihadapkan kepada pilihan dalam mengalokasikan pendapatannya, yaitu :

1. Memenuhi kebutuhan pokok (konsumsi) demi kelangsungan hidup petani serta keluarganya.

2. Pengeluaran untuk budidaya pertanian yang merupakan ladang penghidupannya yang mencakup biaya operasional produksi dan investasi.


(17)

Unsur kedua ini hanya mungkin dilakukan apabila kebutuhan pokok petani telah terpenuhi, dengan demikian investasi dan pembentukan barang modal merupakan faktor penentu bagi tingkat kesejahteraan petani (Rianse, 2009).

Secara umum ke butuhan konsumsi rumah tangga berupa kebutuhan pangan dan non pangan, dimana kebutuhan keduanya berbeda. Pada kondisi pendapatan yang terbatas lebih dahulu mementingkan kebutuhan konsumsi pangan, sehingga dapat dilihat pada kelompok masyarakat dengan pendapatan rendah sebagian besar pendapatan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Namun demikian seiring pergeseran peningkatan pendapatan, proporsi pola pengeluaran untuk pangan akan menuran dan meningkatnya pengeluaran untuk kebutuhan nonpangan Salah satu indikator tingkat kesejahteraan petani padi sawah adalah luas lahan yang diusahakan petani, apabila luas lahan yang dimiliki oleh petani lebih kecil dari luas lahan standar maka petani masih belum bisa memenuhi kebutuhannya. Luas lahan standar yang harus dimiliki petani untuk pulau jawa minimal 0,25 Ha, sedangkan untuk luar pulau jawa minimal 0,5 Ha (Anonimous, 2010).

Pengeluaran rumah tangga adalah konsumsi rumah tangga yaitu semua nilai barang jasa yang diperoleh, dipakai atau dibayar oleh rumah tangga tetapi tidak untuk keperluan usaha dan tidak untuk menambah kekayaan atau investasi. Secara umum kebutuhan konsumsi rumah tangga berupa kebutuhan pangan dan non pangan, dimana kebutuhan keduanya berbeda. Pada kondisi pendapatan yang terbatas lebih dahulu mementingkan kebutuhan konsumsi pangan, sehingga dapat dilihat pada kelompok masyarakat dengan pendapatan rendah sebagian besar


(18)

pendapatan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Namun demikian seiring pergeseran peningkatan pendapatan, proporsi pola pengeluaran untuk pangan akan menurun dan meningkatnya pengeluaran untuk kebutuhan nonpangan (Sugiarto, 2008).

Jika Dilihat secara parsial, menunjukkan bahwa pendapatan petani padi sawah pada kelompok penguasaan lahan yang semakin luas terjadi kecenderungan kontribusi pendapatan rumah tangga disektor pertanian semakin tinggi, sebaliknya pada kelompok penguasaan lahan yang semakin sempit, peran kontribusi sumber pendapatan diluar pertanian semakin tinggi. Umumnya sebagian besar pendapatan pertanian berasal dari usaha pertanian lahan sawah, kebun, ternak, kolam/tambak dan kegiatan berburuh tani. Kondisi pendapatan usuha pertanian pada kelompok penguasaan lahan yang sempit sebagai akibat kecilnya penguasaan lahan yang digarap karena ketimpangan distribusi penguasaan lahan yang semakin tinggi (Anonimous, 2010).

Dari hasil penelitian Irawan, B.dkk, 2007 menunjukkan bahwa sekitar 60 persen lahan sawah di pedesaan diluar jawa dikuasai hanya oleh sekitar 25 persen petani, dengan kata lain setiap 1 persen petani kaya menguasai 2,40 persen lahan sawah yang tersedia. Ketimpangan distribusi penguasaan lahan tersebut telah lebih tinggi lagi di pulau jawa dimana sekitar 60 persen lahan sawah yang tersedia dikuasai oleh 17,6 persen petani, dengan kata lain setiap 1 persen petani kaya menguasai 3,43 persen lahan sawah. Pada kondisi tersebut, sangatlah wajar bila petani pada kelompok luas lahan sempit cenderung berupaya untuk melakukan difersivikasi sumber pendapatan di luar sektor pertanian. Hal ini berarti sudah


(19)

terjadi pergeseran ragam sumber pendapatan dari sektor pertanian ke sektor luar pertanian.

Lahan sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan sumber hasil produksi keluar. Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh lahan dibandingkan oleh fakto-faktor lainnya atau dapat dikatakan besar kecilnya produksi dari usaha tani antara lain dipengaruhi oleh luas-sempitnya lahan yang digunakan petani ( Mubyarto, 1991).

2.2 Landasan Teori

Kemiskinan merupakan merupakan suatu kondisi serba kekurangan yang dialami seseorang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal hidupnya. Terjadinya kemiskinan ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yamg saling berkaitan satu sama lain yaitu tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, kondisi geografis dan lainnya. Selanjutnya standar kehidupan atau kebutuhan minimal itu juga berbeda satu daerah dengan daerah lainnya tergantung kebiasaan/ adat, fasilitas transportasi dan distribuisi serta letak geografinya (Badan Pusat Statistik, 2010).

Luas lahan minimum didefenisikan sebagai pengukur tingkat pendapatan petani yang dipakai dalam pemenuhan barang dan jasa yang di perlukan untuk konsumsi rumah tangga baik kebutuhan pangan maupun kebutuhan nonpangan


(20)

dan kebutuhan dalam memproduksi hasil pertanian untuk selanjutnya.(Departemen Pertanian, 2003)

Secara umum besaran konsumsi rumah tangga dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pengeluaran makanan dan bukan makanan berupa kebutuhan perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan, bahan bakar dan tabungan. Tingkat pengeluaran pada kedua kelompok untuk masing-masing pada luas lahan yang berbeda. Pada umumnya, besarnya nilai pengeluaran rumah tangga di pedesaan bervariasi sesuai dengan besarnya pendapatan yang mereka peroleh. Fenomena ini akan terjadi bila pendapatan rendah akan lebih mengutamakan kebutuhan subsistemnya, terutama kebutuhan pengeluaran bahan makanan dibanding lainnya. Berbeda halnya bila pendapatan yang diperoleh semakin tinggi akan terjadi pergeseran antara kebutuhan bahan makanan dengan kebutuhan bahan bukan makanan (Nurmanaf, R. Dkk. 2004).

Pengeluaran penduduk khususnya konsumsi pada dasarnya dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Beberapa faktor kuantitatif yang diyakini mempengaruhi pola konsumsi penduduk diantaranya adalah jumlah pendapatan dan jumlah anggota keluarga, sedang faktor kulitatif antara lain tingkat pendidkan dan selera. Besarnya pengaruh faktor kuantitatif terhadap konsumsi penduduk relatif lebih mudah dihitung dibanding besarnya pengaruh faktor kulitatif. Kaitan antara pola tingkat pendapatan dengan pola konsumsi telah lama diteliti. Temuan yang sangat terkenal dalam kaitannya dengan ini adalah Egell (Engel’s law) yang menyebutkan bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang maka persentase konsumsi makanannya semakin


(21)

berkurang, Hal ini berarti pangsa konsumsi makanan terhadap total konsumsi secara relatif dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesejahteraan yang dibandingkan menjadi relevan lagi mengingat adanya perbedaan harga komoditi yang dikonsumsi antar daerah sehingga perbandingan nilai konsumsi absolute antar daerah pada suatu waktu kurang bisa diterima (Badan Pusat Statistik, 2008).

Tingkat kesejahteraan rumahtangga secara nyata dapat diukur dari tingkat pendapatan dibandingkan dengan kebutuhan minimum untuk hidup layak. Perubahan pada tingkat kesejahteraan dapat dilihat dari pola pengeluaran rumahtangga, yang dibedakan menjadi dua yaitu untuk pengeluaran makanan dan nonmakanan. Di Negara berkembang umumnya pengeluaran unrtuk makanan masih merupakan bagian terbesar dari total pengeluaran konsumsi rumahtangga. Sebaliknya dinegara yang relatif sudah maju, pengeluaran untuk aneka barang dan jasa seperti untuk perawatan kesehatan, pemdidikan dan sebagainya merupakan bagian terbesar dari total pemgeluaran rumahtangga. Perubahan angka setiap persentase terserbut dalam setiapo tahunnaya dapat menunjukkan perkembangan taraf hidup rumah tangga. (Badan Pusat Statistik, 2009)

Untuk menghitung biaya dan pendapatan dalam usahatani dapat digunakan tiga macam pendekatan yaitu pendekatan nominal (Nominal Approuch), pendekatan nilai yang akan datang (Future Value Approuch), dan pendekatan nilai sekarang (Present Value Approuch). Khusus untuk tanaman semusim, pendektan yang dipakai adalah pendekatan nominal (Nominal Approuch). Pendekatan nominal memakai perhitungan harga yang berlaku tanpa memperhitungkan nilai uang dan waktu (Time Value of Money), sehingga dapat langsung dihitung jumlah


(22)

pengeluaran dan jumlah penerimaan dalam satu priode proses produksi usahatani (Suratiah, K, 2009).

Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung. Biaya produksi yang digunakan terdiri dari sewa tanah, bunga modal, biaya sarana produksi untuk bibit, obat-obatan serta sejumlah tenaga kerja (Soekartawi, 2003)

Pendapatan berupa uang merupakan penghasilan yang bersifat reguler yang diterima sebagai balas jasa. Sedangkan pendapatan petani adalah total penerimaan yang diperoleh petani dari penerimaan dari usaha tani yang diusahakannya dikurangi dengan total pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan. Jumlah pendapatan yang besar menunjukkan besarnaya modal yang dimiliki petani untuk mengelola usahataninya sedangkan jumlah pendapatan yang kecil menunjukkan investasi yang menurun sehingga berdampak buruk bagi usahataninya. Untuk menhitung besar pendapatan petani dapat ditentukan melalui penerimaan usahatani yang diperoleh dengan mengalikan total produksi denagan harga jual petani, secara matematis dituliskan sebagai berikut :

TR = Y .Py

TR : Total penerimaan

Y : Produksi yang diperoleh dari usahatani Py : Harga Y

(Soekartawi, 1993)

Pendapatan yang diterima dalam usahatani antara lain pendapatan yang diterima dari asaha tani dan pendapatan dari luar usaha tani. Pendapatan bersih


(23)

usahatani diperoleh dengan cara mengurangi keseluruhan penerimaan dengan biaya. Secara matematis dituliskan sebagai berikut :

Pd = TR – TC

Pd : Pendapatan bersih usahatani TR : Total penerimaan

TC : Total biaya (Soekartawi, 1995)

2.3 Kerangka Pemikiran

Kesejahteraan petani padi sawah merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan sektor pertanian. Tingkat kesejahteraan petani sekarang ini menjadi perhatian utama dikarenakan tingkat kesejahteraan petani semakin lama semakin menurun. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan penurunan tingkat kesejahteraan petani adalah semakin sempitnya lahan yang dimiliki petani, harga gabah yang cenderung rendah pada saat panen raya, dan naiknya beberapa faktor input produksi.

Usahatani merupakan suatu kombinasi yang tersusun dari faktor-faktor input produksi yang terdiri dari alam, tenaga kerja, modal dan keahlian (skill). Faktor-faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obot-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting diantara faktor produksi yang lain, Hubungan antara faktor produksi (input) dam produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi faktor produksi. Beberapa input produksi seperti


(24)

ketersediaan lahan, bibit,pupuk, obat-obatan, tenaga kerja disebut sebagai biaya produksi.

Kebutuhan petani padi sawah terdiri dari kebutuhan makanan dan kebutuhan nonpangan berupa perumahan, sandang, pendidikan. Kesehatan, bahan bakar atau energi dan tabungan.

Pendapatan petani merupakan penerimaan petani yang diperoleh dari hasil penjualan setelah melalui proses produksi, Pendapatan (income) adalah ukuran balas jasa terhadap faktor-faktor produksi yang ikut dalam proses produksi, Pada akhirnya para petani dari setiap usahataninya mengharapkan pendapatan yang disebut dengan pendapatan usahatani.

Pola pengeluaran rumah tangga merupakan segala sesuatu yang berupa pengeluaran rumah tangga baik pangan maupun nonpangan. Kebutuhan nonpangan meliputi kebutuhan pendidikan, kesehatan, bahan bakar, dan tabungan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan ini maka sangat tergantung dari besarnya pendapatan petani. Ketidak cukupan pendapatan petani untuk memenuhi kebutuhan pangan dan nonpangan upaya atau implikasi kebijakan yang akan dilakukan yaitu pada luas lahan yang dimiliki petani

Lahan merupakan media atau tempat tumbuh tanaman padi sawah, hal ini menjadikan lahan sebagai faktor produksi yang sangat dibutuhkan petani dalam menjalankan usahataninya. Lahan dipengaruhi oleh topografi, kesuburan tanah dan iklim. Luas lahan yang dimiliki petani sangat mempengaruhi terhadap besar tingkat pendapatan petani atau kesejahteraan petani padi sawah. Terpenuhinya


(25)

kebutuhan petani baik pangan maupun nonpangan sangat dipengaruhi oleh luas lahan yang dimiliki oleh petani tersebut.


(26)

Skema Kerangka Pemikiran

Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran Analisis Luas Lahan Minimum Untuk Peningkatan KesejahteraanPetani Padi Sawah.

Keterangan :

:

Menyatakan adanya hubungan.

PETANI PADI SAWAH

Usahatani Padi sawah

Kebutuhan

Pendapatan Usaha Tani

Pola pengeluaran rumahtangga

Cukup Tidak cukup

Luas lahan yang dimiliki petani

Nonpangan

Kesejahteraan Petani

Pangan

Upah Minimum Propinsi (UMP)

Luas Lahan Minimum


(27)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara porposive, yaitu secara sengaja yaitu di Kabupaten Deli Serdang, alasan Peneliti memilih daerah tersebut karena merupakan salah satu kabupaten memiliki produksi padi sawah terbesar di propinsi Sumatera Utara (data pada Tabel 1).

Tabel 1.Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Menurut Kabupaten/ Kota 2006.

No Kebupaten/Kota Luas Panen (Ha)

Produksi ( Ton )

Produktivitas (Kw/Ha)

1 N i a s 14.271 54.810 38,41

2 3 Mandailing Natal Tapanuli Selatan 42.801 68.981 194.387 323.218 45,42 46,86

4 Tapanuli Tengah 28.192 117.618 41,72

5 Tapanuli Utara 23.175 101.085 43,62

6 Toba Samosir 22.633 100.830 44,55

7 Labuhan Batu 57.769 259.953 45,00

8 9

A s a h a n Simalungun 17.098 81.144 77.556 395.424 45,36 48,73

10 D a i r i 15.113 65.968 43,65

11

12

13

K a r o

Deli Serdang Langkat 13.067 73.820 79.464 56.857 347.766 363.309 43,51 47,11 45,72

14 Nias Selatan 8.822 34.124 38,68

15 Humbang Hasundutan 13.408 58.314 43,49

16 Pakpak Bharat 1.690 7.277 43,06

17 18 Samosir Serdang Bedagai 7.115 72.766 31.424 348.806 44,17 47,94

19 Batu Bara 33.193 150.571 45,36

20 S i b o l g a - -

-21 Tanjung Balai 622 2.644 42,51

22 Pematang Siantar 3.715 17.159 46,19

23 Tebing Tinggi 1.319 5.942 45,05

24 M e d a n 5.343 24.036 44,99

25 B i n j a i 4.111 18.346 44,63

26 Padangsidimpuan 7.090 32.334 45,61

Total 652.531 696.722 3.189.758

Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka, 2008.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang bahwa Kecamatan Percut Sei Tuan merupakan sentra produksi padi


(28)

terbesar di Kabupaten Deli Serdang (data pada Tabel 2), sehingga Kecamatan Percut Sei Tuan dipilih sebagai daerah penelitian.

Tabel 2.Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawa.h Menurut Kecamatan 2009

Sumber : Dinas Pertanian Tk.II Kabupaten Deli Serdang. Tahun 2010.

Desa Cinta Dame di Kecamatan Percut Sei Tuan dipilih sebagai daerah penelitian berdasarkan data yang diperoleh dan wawancara dengan penyuluh lapangan Kecamatan Percut Sei Tuan, bahwa desa tersebut memiliki jumlah petani terbesar kedua setalah desa Tanjung Rejo (data pada Tabel 3), yang jumlah petani sawahnya 1080 KK dan sudah sangat layak secara kuantitas.

No. Kecamatan Luas Panen (Ha)

Produksi ( Ton )

Produktivitas (Kw/Ha)

1 Gunumg

Meriah 1.149 5.612 50,82

2 3 STM Hulul Sibolangit 1.030 1.425 4.957 6.925 50,07 50,56

4 Kutalimbaru 2.056 10.087 51,04

5 Pancur Batu 978 4.774 50,79

6 Namorambe 1.906 9.486 51,78

7 Biru-Biru 1.868 9.134 50,88

8 9 STM Hilir Bangun Purba 1.784 380 8.739 1.827 50,97 50,03

10 Galang 2.147 10.772 52,20

11 12 13 Tanjung Morawa Patumbak Deli Tua 5.124 1.486 42 25.669 7.200 204 52,12 50,42 50,47

14 Sunggal 5.104 25.604 52,20

15 Hamparan

Perak 10.636 53.396 52,24

16 Labuhan Deli 6.900 34.503 52,03

17 18 Percut Sei Tuan Batang Kuis 10.578 2.111 53.585 10.296 52,71 50,75

19 Pantai Labu 8.785 43.872 51,96

20 Beringin 4.685 23.888 53,05

21 Lubuk Pakam 3..513 18.104 53,62

22 Pagar Merbau 4.075 20.961 53,52


(29)

Tabel 3. Populasi Petani di Kecamatan Percut Sei Tuan

No Desa Petani (KK)

1 Bandar Setia 103

2 Laut Dendang 320

3 Amplas 357

4 Tembung 58

5 Kolam 1000

6 Sei Rotan 356

7 Bandar Klippa 40

8 Tanjung Rejo 1861

9 Tanjung Selamat 569

10 Saentis 296

11 Percut 1069

12 Sumber Rejo Timur 332

13 P, Lalang 855

14 Cinta Damai 1080

Sumber : Kantor Penyuluh Pertanian Kecamatan Percut Sei TuanTahun 2009

3.2 Metode Penentuan Populasi dan Sampel

Penentuan sampel menggunakan metode Proporsinal Stratified Random Sampling, yaitu sampel ditentukan berdasarkan strata luas lahan padi sawah yang dimiliki petani yang ada di daerah penelitian, metode ini digunakan apabila kondisi populasi heterogen dan berstrata. Dalam metode sampling ini, sebelum melakukan pemilihan sampel, maka populasi digolongkan terlebih dahulu kedalam golongan-golongan atau strata-strata menurut suatu kriteria tertentu. Kriteria yang di pakai dalam penelitian ini, yaitu luas lahan (Supriana, 2009)

Berdasarkan luas lahan yang dimiliki petani, populasi petani dikelompokkan menjadi tiga tingkat (strata), yaitu :

Strata I : Petani yang memiliki luas lahan ≤ 0,5 Ha.

Strata II : Petani yang memiliki luas lahan 0,5 – 1 Ha. Strata III : Petani yang memiliki luas lahan > 1 Ha.


(30)

Desa Cinta Dame memiliki populasi petani sebanyak 1080 KK dengan toal luas lahan sawah yang mereka usahakan seluas 1.116 Ha, sehingga rata-rata luas lahan yang dimiliki masing-masing petani seluas 1,033 Ha. Jumlah sampel yang dijadikan dalam penelitian adalah sebanyak 60 orang yang ditentukan secara sengaja sesuai dengan banyaknya jumlah petani di daerah penelitian, yaitu dengan mengalikan jumlah populasi per strata dengan jumlah sampel yang ditentukan dibagi jumlah keseluruhan populasi jumlah sampe, dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah populasi dan sampel petani padi sawah berdasarkan strata di Desa Cinta Dame berdasarkan Luas Lahan.

Sumber : Analisis data primer dari Kantor Penyuluh Pertanian Kecamatan Percut Sei Tuan. Tahun 2009

3.3 Metode Pengumpulan Data.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara peneliti langsung dengan petugas penyuluh lapangan (PPL) dan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dinas pertanian Kabupaten Deli Serdang dan kantor penyuluh pertanian lapangan Kecamatan Percut Sei Tuan serta literatur yang mendukung penelitian.

No Luas Lahan (Ha) Populasi (KK) Sampel (KK)

1 < 0,5 432 432/1080 x 60 = 24

2 0,5 - 1 472 472/1080 x 60 = 26

2 > 1 176 176/1080 x 60 = 10


(31)

Tabel 5. Spesifikasi Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber Data Metode

1 Data Primer Penyuluh Wawancara

Luas Lahan Petani Kuisisoner

Biaya Produksi Petani Kuisisoner

Pendapata usahatani Petani Kuisisoner

Pola Pengeluaran Petani Petani Kuisisoner 2 Data Sekunder

Luas panen, Produksi, Produk BPS Provisi Sumatera Utara Dokumentasi tivitas padi sawah Tingkat Ka

bupaten/ Kota.

Luas panen, Produksi, Produk Kantor Dinas Pertanian Kab - Dokumentasi tivitas padi sawah Tingkat Ke upaten Deli Serdang

camatan.

Populasi Sampel Kantor Penyuluh Kecamatan Dokumentasi

Percut Sei Tuan

3.4 Metode Analisis Data

Untuk masalah 1 digunakan analisis usahatani padi sawah, sehingga dapat diketahui berapa besar pendapatan yang diperoleh dari usahatani padi sawah dalam satu musim tanam. Biaya merupakan penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan selama satu musim tanam padi sawah. Secara matematis dituliskan sebagai berikut:

TC = FC + VC dimana:

TC = Total Cost (Total biaya) FC = Fixed Cost (biaya Tetap) VC = Variable Cost (biaya variabel)

Pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya. Secara matematis dituliskan sebagai berikut :


(32)

TI = TR - TC dimana:

TI = Total Income (total pendapatan) TR = Total Revenue (total penerimaan) TC = Total Cost (total biaya)

Untuk masalah 2 digunakan metode analisis pola pengeluaran. Pola pengeluaran merupakan total pengeluaran keluarga petani dalam satu musim tanam baik untuk kebutuhan makanan maupun non makanan. Kebutuhan non makanan mencakup:

- Kebutuhan sandang - Kebutuhan perumahan - Kebutuhan pendidikan - Kebutuhan kesehatan

- Kebutuhan bahan bakar dan energi - Tabungan

Pola pengeluaran petani akan dibandingkan dengan pola pengeluaran standar sesuai dengan kriteria BPS. Dengan melakukan komparasi pendapatan yang dimiliki petani dapat ditentukan luas minimum rata-rata yang dimiliki petani. Luas minimum rata-rata yang seharusnya ini akan dibandingkan dengan luas kepemilikan rata-rata petani saat ini.

Untuk masalah 3 dan masalah 4 digunakan metode analisis perbandingan pendapatan dengan Upah Minimum Propinsi (UMP) dari perbandngan tersebut dapat terlihat luas lahan minimum yang harus diusahakan petani dan tingkat kesejahteraan petani didaerah penelitian.


(33)

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi

1. Luas lahan minimum adalah luas lahan yang seharusnya dimiliki dan diusahakan petani sehingga dapat keluar dari lingkaran kemiskinan (Ha). 2. Pola pengeluaran adalah semua pengeluaran petani berupa pengeluaran untuk

memenuhi kebutuhan pangan maupun kebutuhan nonpangan.

3. Usahatani padi sawah adalah sistem budi daya yang dijalankan oleh petani dengan memamfaatkan faktor produksi yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan.

4. Produksi adalah hasil padi sawah yang berupa gabah (kg), dihitung per musim tanam.

5. Biaya Produksi adalah seluruh biaya yang dikelurkan oleh petani selama proses produksi berlangsung atau padi sampai menjadi gabah (Rp), dihitung per musim tanam.

6. Penerimaan usaha tani adalah hasil total produksi yang dihasilkan (kg) dikalikan dengan harga jual (kg/Ha), dihitung per musim tanam.

7. Pendapatan bersih usaha tani adalah total penerimaan (Rp) dikurangi biaya (Rp) dalam satu musim tanam.

8. Pendapatan keluarga adalah total pendapatan bersih usaha tani padi sawah (Rp) ditambah dengan pendapatan dari sumber lain (Rp), dihitung per musim tanam.


(34)

9. UMP (Upah Minimum Propinsi) adalah upah yang diterima seriap karyawan perbulannya dari pekerjaanya berdasarkan pengeluaran minimumnya.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Cinta Dame Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

2. Ssmpel Penelitian adalah petani padi sawah yang terdiri dari tingkat (strata) yang ditentukan berdasarkan luas lahan sawah yang dimiliki petani.

3. Waktu penelitian adalah tahun 2010 .

4. Penerimaan yang dihitung pada penelitian ini adalah penerimaan petani padi sawah pada tahun 2010.

5. Biaya yang dihitung adalah biaya yang dikeluarkan pada tahun 2010.

6. Pengeluaran yang dihitung adalah pengeluaran yang dipakai pada tahun 2010.


(35)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

PETANI SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Luas dan Topografi Lahan

Penelitian dilakukan di Desa Cinta Damai, Krcanatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera utara. Desa Cinta Damai mempunyai luas wilayah 1237,5 Ha, dengan jumlah penduduk 4616 Jiwa. Desa Cinta Damai berjarak 2 Km dari ibukota kecamatan dengan waktu tempuah 8 menit dan berjarak 60 Km dari ibukota Kabupaten Deli Serdang dengan waktu tempuh 180 menit dan berjarak 30 Km dari ibukota Propinsi Sumatera Utara dengan waktu tempuh 80 menit. Topografi daerah penelitian adakah dataran rendah dengan ketinggian 1100 meter diatas permukaan laut dengan temperatur 26°C - 33 °C, sedangkan curah hujan berkisar antara 1100 -1400 mm/ tahun.

Secara administratif, Desa Cinta Damai berbatasan dengan : - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Percut

- Sebekah Selatan berbatasan dengan Desa Saentis - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bandar Setia. - Sebelah Timur Berbatasan dengan Desa Tanjung Rejo.

Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan

Luas wilayah daerah penelitian menurut fungsinya dibagi atas areal persawahan, Perkebunan dan pemukiman. Penggunaan lahan di Desa Cinta Damai dapat dilihat pada Tabel 6.


(36)

Tabel 6. Jenis dan Luas Penggunaan Tanah

No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1 Persawahan 1.116 90.18

2 Perkebunan 3.5 0.28

3 Pemukiman 118 9.5

Jumlah 1237.5 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Cinta Damai 2011

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa penggunaan tanah sebagai areal persawahan nerupakan yang terluas yaitu 1.116 Ha ( 90,18 ). Lahan persawahan digunakan untuk menanam padi. Jenis varieras padi yang ditanam adalah IR 64 dan Ciberung.

Keadaan Penduduk

Penduduk yang ada di daerah penelitian terdiri dari dua suku yang terdiri atas suku Batak Toba dan suku Jawa. Jumlah penduduk desa daerah penelitian berjumlah 4.616 Jiwa dan jumlah rumahtangga 1.111 Kepala keluarga. Jumlah dan disrtibusi penduduk desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Distribution Penduduk menurut Kelompok Umur

No Umur ( Tahun ) Jumlah ( Jiwa ) Persentase (%)

1 0-14 1600 34.66

2 15-29 1360 29.5

3 30-44 820 17.76

4 45-60 530 11.48

5 > 60 306 6.63

Jumlah 4616 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Cinta Damai 2011

Dari Tabel 7. dapat dilihat bahwa sebagian penduduk Desa Cinta Damai berada pada usia produktif ( antara 15-60 tahun ) yaitu sebanyak 58,74 %. Hal ini menggambarkan bahwa ketersediaan tenaga kerja pada daerah ini cukup banyak. Selebihnya berada pada usia muda ( 0-14 tahun )yaitu sebanyak 34,66 % dan selebihnya usia lanjut ( > 60 tahun ) sebanyak 6, 63 %.


(37)

Pada umumnya masyarakat Desa Cinta Damai saling mengenal saru sama lainnya. Kekeluargaan terlihat jelas dalam lingkungan kehidupan masyarakat. Bahasa sehari- hari yang digunakan sebagai alat komunikasi adalah bahasa Indonesia dan bahasa Batak Toba dan pada umumnya masyarakat sudah mengerti bahasa Indonesia.

Perekonomian Desa

Mata pencaharian utama penduduk Desa Cinta Damai adalah petani, selain itu ada sebagian sebagai Pegawai Negeri sipil (PNS), padagang, wiraswasta, dan pensiunan. Sebagai gambaran keadaan penduduk dan struktur ekonominya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Penduduk menurut Mata Pencaharian

No Uraian Kepala Keluarga. ( KK ) Persentase ( % )

1 Petani 1080 82.3

2 PNS 12 1.32

3 Pedagang/ Jasa 26 0.3

4 Wiraswasta 200 15.42

5 Pensiunan 4 0.3

Jumlah 1322 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Cinta Damai 2011

Dari Tabel 8 dapat di atas dapat dilihat bahwa mata pencaharian utama panduduk Desa Cinta Damai adalah bertani yaitu sebanyak 1080 KK atau 82,3 % dari total jumlah keluarga. Bertani dalam hal ini bukan hanya petani yang menanam padi tetpai petani yang menanam sayur- sayuran. Persentase paling kecil adalah PNS dan pensiuanan yaitu sebanyak 1,35 % atau 16 KK.


(38)

Distribusi Penduduk menurut Tingkat Penidikan

Keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan formal di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Penduduk menurut Pendidikan

Sumber : Kantor Kepala Desa Cinta Damai 2011

Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa penduduk di desa penelitian dengan tingkat pendidikan SLTA adalah 1158 Jiwa ( 21,23 % ) kemudian angkatan akademi D1-D3 sebanyak 360 Jiwa dan Tamat Perguruan tinggi S1 sebanyak 94 Jiwa ( 2,03 % ). Dari segi pendidikan dapat dikatakan bahwa wawasan penduduk desa penelitian sudah cukup luas.

4.2 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana Desa Cinta Damai pada saat sudah cukup baik. Terlihat dari diaspaknya jalan sampai kepelosok desa dan juga adanya beberapa sekolah dan tempat ibadah yang memadai, sehingga akses unruk petani untuk menjual hasil pertanianya cukup lancar dan menudahan untuk menyekolahkan anak-anak didesa penelitian selain itu sarana transportasi di desa penelitian sudah cukup lancar . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10

No Tingkat Pendidikan

Jumlah ( Jiwa )

Persentase ( % )

1 Belum Sekolah dan tidak tamatSD 980 18,08

2 Tamat SD 934 27.25

3 Tamat SLTP 1090 23.61

4 Tamat SLTA 1158 21,23

5 Tamatt Akademi/ D1-D3 360 7.8

6 Tamat perguruan tinggi 94 2.03


(39)

Tabel 10. Sarana dan Prasaeana Desa Cinta Damai No Sarana Dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Pendidikan :

PAUD/ TK 1

SD 3

SLTP 1

SLTA 0

2 Kesehatan :

Rumah Sakit 0

Puskesmas Pembantu 1

Posyandu 1

3 Kantor Kepala Desa 1

4 Pasar Tradisional 1

5 Koperasi 1

Sumber : Kantor Kepala Desa Cinta Damai 2011

Pasar tradisional terletak Pada pusat Desa Cinta Damai. Pasar / pwkan dilakukan satu kali dalam seminggu yaitu pada selasa. Pekan berlangsung tidak terlalu ramai disebabkan oleh delatnya pasar tradisional yang berada di Desa Percut yang tidak terlalu jauh dari desa penelitian, sehingga sebagian penduduk desa penelitian berbelanja kepekan yang ada di desa Percut.

4.3 Karakteristik Petani Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan tanaman padi dalam lahan pertaniannya. Karakteristik meliputi luas lahan usahatani, tingkat pendidikan, umur, jumlah tanggungan dan pengalaman bertani. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 11.


(40)

Tabel 11. Karakteristik Petani Sampel

No Uraian Satuan Rataan Rentang

1 Luas Lahan Ha 0.66 0.24 – 2

2 Umur Tahun 42.88 33 – 57

3 Pendidikan Formal Tahun 9.15 6 – 12

4 Pengalaman Bertani Tahun 4.65 2 – 7

5 Jumlah Tanggungan Jiwa 20.83 12 – 30

Sumber : Lampiran 1

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa umur rata-rata petani sample adalah 42,88 tahun dengan rentang 33 – 57 tahun. Hal ini berarti bahwa secara umum petani berada pada usia produktif dalam usahatani.

Tingkat pendidikan yang ditempuh petani pada umumnya adalah 9,15 tahun pendidikan formal dengan rentang 6 – 12 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani pada daerah penelitian ini masih memiliki tingkat pendidikan yang setara SLTA.

Pengalaman bertani petani sample Desa Cinta Damai yaitu rata-rata 20,83 tahun dengan rentang 12 – 30 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman bertani petani sudah cukup lama sehingga dianggap memiliki pengalaman panjang dalam bidang pertanian.

Jumlah tanggungan setiap petani pada daerah ini adalan 4,65 Jiwa dalam rentang 2-7 Jiwa anak. Hal ini menunjukkan bahwa petani memiliki jumlah tanggungan yang sedang. Jumlah tanggungan keluarga akan berpengaruh terhadap pendapatan keluarga dan ketersediaan lapangan kerja terutama terhadap anak usia produktid 15 – 60 tahun.


(41)

Rata – rata luas lahan usahatani padi petani sampel adalah 0,66 Ha dengan rentang 0,24 – 2 Ha. Hal ini berarti petani didaerah penelitin memiliki luas lahan usahatani rata- rata di atas 0,5 Ha, sudah melebihi rata- rata kepemilikan lahan di Indonesia saat ini yaitu 0,34 Ha.


(42)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pendapatan Rumahtangga Petani

Secara agregat pendapatan rumah tangga petani padi diperoleh dari dua sumber pendapatan, yaitu sumber pendapatan dari sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan pertanian yang terdiri dari usaha pertanian dikelompokan menjadi tiga yaitu sumber pendapatan dari usahatani sawah, usahatani kebun, pekarangan dan usaha ternak. Berikut ini sumber pendapatan pertanian yang dibahas adalah sumber pendapatan dari usahatani padi sawah. Tabel 13. Rata- rata Pendapatan Petani Per Musim Tanam

Strata Rata-rata Penerimaan (Rp)

Rata-rataToral Biaya (Rp)

Pendapatan Bersih (Rp) 1 5.802.591,67 3.562.483,33 3.290.683,33 2 13.410.923,08 6.552.082,69 6.858.840,38 3 27.428.000,00 11.328.590,.00 16.099.410,00 Rerata 13.124.000,00 6.152.327,50 6.971.672,50 Sumber : Lampiran 9

Total pendapatan petani pada luas lahan strata 1 (0 – 0,49 Ha) yaitu Rp 78.976.000, dengan rata- rata pendapatan petani Rp 3.290.700, per musim tanam dan pada luas lahan strata 2 ( 0,5 – 0,99 Ha ), total pendapatan petani yaitu Rp 178.329.580, dengan rata- rata Rp 6.858.800, per musim tanam. Sedangkan pada luas lahan starata 3 (> 1 Ha) total pendapatan petani yaitu Rp160.994.100, dengan rata- rata Rp 16..099.400, per musim tanam. Hal ini dapat menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan petani pada luas lahan strata 1 perbandingannya sangat besar dengan rata- rata pendapatan pada strata 2 yaitu sebesar Rp3.568.100, (108,4 %) dan perbandingan rata- rata pendapatan petani pada strata 1 dengan rata- rata pendapatan pada strata 3 yaitu sebesar Rp 12.808.700 (389.2%).


(43)

Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan petani padi pada kelompok penguasaan lahan yang semakin luas terjadi kecenderungan bahwa kontribusi pendapatan rumahtangga disektor pertanian semakin tinggi. Sebaliknya, pada kelompok penguasaan lahan yang semakin sempit, peran kontribusi sumber pendapatan diluar pertanian semakin tinggi. Kemudian pendapatan usaha pertanian yang sangat dominan bersumber pada usahatani lahan sawah, utamanya tanaman pangan (padi) dari pada usahatani lainnya.

Rendahnya sumber pendapatan pertanian pada kelompok penguasaan lahan yang sempit sebagai akibat kecilnya penguasaan lahan yang digarap karena ketimpangan ditribusi penguasaan lahan yang semakin tinggi. Pada kondisi tersebut, sangatlah wajar bila petani pada kelompok luas yang sempit cenderung berupaya untuk melakukan diversifikasi sumber pendapatan diluar sektor pertanian. Hal ini berarti sudah terjadi pergeseran ragam sumber pendapatan dari sektor pertanian ke luar sektor pertanian. Utamanya kontribusi sumber pendapatan yang terbesar diluar sektor pertanian melalui kegiatan diluar sektor pertanian berupa jasa dan industri rumahtangga.

5.2 Pola Pengeluaran Rumahtangga Petani Pengeluaran Makanan

Secara umum besaran konsumsi rumahtangga dibagi menjadi empat kelompok, yaitu pengeluaran untuk makanan, bukan makanan, pendidikan dan pengeluaran bahan bakar. Tingkat pengeluaran pada keempat kelompok untuk masing-masing rumahtangga pada luas penguasaan lahan tersebut berbeda. Pada umumnya, besarnya nilai pengeluaran rumahtangga di perdesaan bervariasi sesuai


(44)

dengan besarnya pendapatan yang mereka peroleh. Fenomena ini akan terjadi bila pendapatan rendah akan lebih mengutamakan untuk kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, terutama kebutuhan pengeluaran bahan makanan dibanding lainnya. Berbeda halnya bila pendapatan yang di peroleh semakin tinggi akan terjadi pergeseran antara kebutuhan bahan makanan dengan kebutuhan bahan non makanan. Berikut Tabel pengeluaran makanan rumahtangga petani di daerah penelitian.

Tabel 13. Pengeluaran Makanan Rumahtangga Petani Padi menurut Strata Luas Lahan per Musim Tanam

Jenis Makanan Kelompok Luas Lahan

Strata 1 Strata 2 Strata3

Beras 63.135.000 80.703.000 36.783.000 Ikan + Protein Lainnya 71.049.750 88.251.750 41.175.000 Sayur + Buah 11.895.000 14.623.000 6.405.000 Bahan Makanan Lainnya 40.260.000 52.155.000 21.960.000 Total 186.339.750 235.732.750 106.323.000 Sumber: Lampiran 11

Pada Tabel 13, memperlihatkan bahwa secara agregrat proporsi pengeluaran bahan makanan dari masing-masing kelompok luas lahan yang terbesar digunakan untuk memenuhi kebutuhan ikan dan protein lainnya sebanyak Rp 200.476.500 (37,9%), dan terbesar berikutnya pengeluaran untuk beras, yaitu sebanyak Rp180.621.000 (34,18%). Kemudian diikuti pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan lainnya yang besar beturut-turut adalah sayuran dan buah sebanyak Rp 32.923.000 (6,23%), diikuti bahan makanan lainnya Rp 114.375.000 (21,64%). Sementara itu, bila kita bandingkan antar strata luas lahan bahwa besarnya pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan protein dan beras lebih besar pada strata luas lahan 1 dan strata luas lahan 2 dibandingkan strata luas lahan 3. Namun terjadi sebaliknya untuk pengeluaran bahan pangan sayur dan buah serta bahan makanan lainnya pada luas lahan strata 3 cenderung lebih besar dibanding


(45)

kelompok luas lahan lainya. Hal ini berarti bahwa semakin besar pendapatan yang diperoleh akan terjadi pola diversifikasi pada pemenuhan kebutuhan bahan makanan yang beragam dan berkulitas

Pengeluaran Non Makanan

Pada Tabel 14, memperlihatkan bahwa secara agregat ada lima kelompok jenis pengeluaran bukan makanan diantaranya adalah pengeluaran pendidikan, kesehatan, sandang, sosial, bahan bakar dan energi. Sementara itu diantara lima kelompok pengeluaran bahan non makanan, memperlihatkan bahwa pengeluaran untuk pendidikan lebih tinggi dibanding pengeluaran bukan makanan lainnya. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran rumahtangga petani akan pentingnya pendidikan cukup tinggi. Disamping itu ditunjang adanya fasilitas pendidikan yang semakin berkembang, untuk mempermudah melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi,.Walaupun dengan konsekuensi menambah biaya pendidikan lebih tinggi dibanding pengeluaran bukan makanan lainnya.

Disamping itu pengeluaran bukan makanan lainnya seperti pengeluaran untuk kesehatan sebanayak Rp 100.138.000 (53,41%), sandang sebanyak Rp 24.586.400 (13,11%),serta pengeluaran sosial sebanyak Rp 47.798.000 (23,46%). Komponen pengeluaran untuk kesehatan seperti sabun mandi, sabun cuci, odol sikat gigi dan kosmetik umumnya merupakan pengeluaran yang harus dibiayai setiap saat yang jumlahnya lebih besar dibanding pengeluaran untuk sandang yang sifat pengeluarannya secara insidentil. Namun beberapa pengeluaran tertentu yang termasuk kelompok pengeluaran lainnya, seperti pengeluaran sosial (hajatan, pesta, arisan) juga mendominasi pola pengeluaran rumahtangga petani..


(46)

Tabel 14. Proporsi Pengeluaran Non Bahan Makanan Rumahtangga Petani Padi pada strata luas lahan per Musim Tanam

Jenis Pengeluaran Kelompok Luas Lahan

Strata (Rp) Strata 2 (Rp) Strata 3 (Rp)

Kesehatan 30.662.000 45.698.000 23.778.000

Sandang 5.459.000 8.584.000 10.543.400

Sosial 14.442.000 22.416.000 10.890.000

Perumahan 0 0 0 Tabungan 0 0 15.000.000 Jumlah 50.563.000 76.698.000 60.211.400 Sumber: Lampiran 19

Pengeluaran Pendidikan

Pada Tabel 15, dapat kita uraikan bahwa pengeluaran pendidikan didominasi oleh kelompok luas lahan strata 2 yaitu sebanyak Rp 97.046.000 (40,29%), yang anak didiknya terbanyak pada tingkat pendidikan SLTA. Kemudian Diikuti oleh kelompok luas lahan Strata 3 dengan pengeluaran sebanyak Rp 74.030.000 (30,73%). Pada strata ini sudah lebih banyak yang sampai ke tingkat D1,D3 dan S1. Sedangkan pada kelompok luas lahan Strata 1 tingkat pendidikan didomonasi pada tingkat SD dan SLTA, dengan jumlah pengeluaran sebanyak Rp 69.770.000 (28,96%). Hal ini menunjukkan bahwa makin luas lahan yang diusahakan petani makin besar kesempatannya untuk menyekolahkan anak-anaknya ke tingkat perguruan tinggi begitu juga sebaliknya makin sempit luas lahan yang diusahakan petani makin kecil kesempatannya untuk menyelolahkan anaknya ketingkat yang lebih tinggi.


(47)

Tabel 15 Proporsi Pengeluaran pendidikan Petani Padi menurut Kelompok Penguasaan Lahan per Musim Tanam.

Tingkat Pendidikan Kelompok Luas Lahan Total (Rp)

Strata 1 (Rp)

strata 2 (Rp)

Strata 3 (Rp)

TK 5.350.000 7.000.000 2.200.000 14.550.000 SD 15.450.000 28.771.000 7.200.000 51.421.000 SLTP 16.000.000 31.265.000 10.180.000 57.445.000 SLTA 21.420.000 20.760.000 8.200.000 50.380.000 D1,D3 dan S1 11.550.000 9.250.000 46.250.000 67.050.000 Total 69.770.000 97.046.000 74.030.000 240.846.000 Sumber : Lampiran 15

Pengeluaran Bahan Bakar

Pengeluaran bahan bakar yang paling dominan dibutuhkan untuk keperluan sehari-hari adalah minyak tanah dan elpiji sebagai sumber bahan bakar untuk dapur disamping kayu bakar. Sedangkan sumber bahan bakar listrik diutamakan untuk penerangan dan bensin untuk bahan bakar kendaran bermotor roda dua atau empat. Diantara pengeluaran bahan bakar diantara kelompok penguasaan lahan, secara berturut-turut yang terbesar adalah bahan bakar bensin Rp 30.690,000 (30,41%), listrik Rp 20.060.000 (19,87%), minyak tanah Rp 19.600.000 (19,42%), elpiji Rp 19.860.000 (19,68%) dan air sebanyak Rp 10.030.000 (9,9%).

Besarnya pengeluaran untuk bahan bakar bensin, hal ini didorong oleh sifat mengkonsumsi terhadap keperluan kendaraan bermotor (roda dua atau empat) yang masuk desa yang digunakan untuk memudahkan akses kesumber pertumbuhan ekonomi dan peningkatan usaha maupun keperluan sosial, karena berkembangnya sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Sementara itu


(48)

kebutuhan bahan bakar seperti minyak tanah untuk keperluan dapur sebahagian sudah terdiversifikasi dengan penggunaan bahan bakar berupa gas (elpiji) yang mengantikan minyak tanah yang kadang susah didapatkan pada saat ini. Hal ini dapat kita lihat pada Tabel 16 berikut.

Tabel 16 Proporsi Pengeluaran Bahan Bakar Rumahtangga Petani Padi menurut Kelompok Penguasaan Lahan Per Musim Tanam.

Jenis Bahan Bakar Kelompok Luas Lahan Total (Rp)

Strata 1 (Rp)

strata 2 (Rp)

Strata 3 (Rp)

Bensin 7.890.000 15.000.000 7.800.000 30.690.000 Solar 0 0 0 0 Minyak Tanah 7.560.000 8 400.000 3.840.000 19.800.000 Elpiji 7.710.000 8.910.000 3.240.000 19.860,000 Listrik 6.910.000 8.934.000 4.336.000 20.180.000 Air 0 5.700.000 4.700.000 10.400.000 Total 30.070.000 46.944.000 23.916.000 100.930.000 Sumber: Lampiran 13

Total Pengeluaran Rumahtangga

Secara agregat maupun antar kelompok penguasaan lahan,memperlihatkan bahwa total pengeluaran rumahtangga antara kebutuhan makanan dan bukan makanan, pendidikan termasuk bahan bakar dan energi relatif merata hampir seimbang yaitu 50 persen dari total pengeluaran rumahtangga. Hal ini berarti bahwa rumahtangga petani padi sudah berorientasi menyeimbangkan kebutuhan untuk makan dan bukan makanan sesuai dengan tingkat pendapatan yang mereka peroleh. Namun demikian tidak menutup kemungkinan rumahtangga petani akan memprioritaskan terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan dibanding non makanan dan bahan bakar.

Dilain pihak rumahtangga petani padi yang dikelompokan menurut penguasaan lahan, ada kecenderungan bahwa pada kelompok penguasaan tinggi kebutuhan terhadap bahan makanan cenderung menurun, dan sebaliknya pada


(49)

kelompok penguasaan lahan sempit. Hal ini menunjukan bahwa besarnya pengeluaran bahan makanan dan pengeluaran secara umum erat kaitannya dengan pendapatan yang diterima baik dari usaha pertanian maupun pandapatan diluar pertanian.

Tabel 16. Proporsi Pengeluaran Rumahtangga Petani Padi menurut Kelompok Penguasaaan Lahan Per Musim Tanam

Uraian Kelompok Luas Lahan

Strata 1 strata 2 Strata 3 Bahan Makanan 186.339.750 235.732.750 106.323.000

Non makanan 50.563.000 76.698.000 60.211.400 Pendidikan 69.770.000 97.046.000 74.030.000 Bahan Bakar 30.070.000 46.944.000 23.916.000 Total 309.679.750 456.420.750 264.480.400 Sumber: Lampiran 19

5.3 Luas Lahan Minimum Petani

Berdasarkan kriteria BPS, pola pengeluaran standar untuk keluar dari garis kemiskinan sebanyak Rp 2.955.600 per orang per musim tanam, dengan rata-rata pengeluaran standar petani sampel sebanyak Rp 13.656.900, Sementara rata-rata pengeluaran petani sebanyak Rp 12.933.600. Dari komparasi pendapatan yang seharusnya dimiliki petani dan skala usaha tani yang effisien di daerah penelitian sehingga dapat ditentukan luas lahan minimum rata-rata yang dimiliki petani, yaitu 0,68 Ha. Luas lahan kepemilikan rata-rata petani saat ini daerah penelitian tidak sama dengan luas lahan minimum petani, yaitu sebanyak 0,66 Ha.

Pada strata 1 perbandingan rata- rata luas lahan minimum petani lebih besar perbandingannya dengan rata- rata luas lahan petani yaitu 0,29 Ha, sedangkan pada strata 2 dan strata 3 perbandingan rata- rata luas lahan minimum dengan rata- rata luas lahan petani ,yaitu 0,1 Ha. Hal ini dapat dilihat pada Tabel berikut.


(50)

Tabel 19. Perbandingan Rata-rata Luas Lahan Minimum Petani Dengan Rata-rata Luas Lahan yang dimiliki Petani Per Kelompok Luas Lahan Strata Rata- rata Pegeluaran Standar Petani (RP) Rata-rata Luas Lahan Minimum Petani (Ha) Rata- rata Luas Lahan Petani (Ha) Selisih (Ha)

1 13.300.200,00 0.64 0.35 -0.29

2 14.095.938,46 0.68 0.66 -0.01

3 14.095.938,46 0.68 0.66 -0.01

Rerata 14.095.938,46 0.68 0.66 -0.01

Sumber : Lampiran 22

5.3 Tingkat Kesejahteraan Petani menurut Kelompok Luas Lahan

Berdasarakan Perbandingan Pendapatan Petani dengan Upah Minimum Propinsi (UMP)

Tingkat kesejahteraan petani di daerah penelitian berdasarkan perbandingan pendapatan petani dengan nilai UMP dapat dilihat pada Tabel 18 . Nilai UMP Sumatera Utara pada saat ini sebesar Rp 1.140.000. Besar Nilai UMP ini dapat dijadikan tolak ukur terhadap tingkat kesejahteraan petani.

Tabel 18. Perbandingan Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi Sawah Per Bulan dengan Upah Minimum Propinsi Sumatera Utara (UMP) pada masing- masing Strata.

Strata Rata-rata Pendapatan Usahatani (Rp)

Nilai UMP

(Rp) Selisih (Rp)

1 548.400 1.140.000 - 591.600

2 1.143.100 1.140.000 3.100

3 2.683.200 1.140.000 1.543.200

Sumber:Data Sekunder

Pada Tabel 18 dapat diuraikan bahwa selisih rata-rata pendapatan Usahatani dengan UMP terjadi defisit pada kelompok luas lahan strata 1 sebanyak Rp 591.600 (-51,9%), sedangkan pada strata 2 sebanyak Rp 3.100 (0,27%), sudah mendekati nilai UMP Sumatera Utara dan strata 3 sebanyak Rp 1.543.200 (135,3%), tidak terjadi defisit. Hal ini berarti kelompok luas lahan 1 belum dikategorikan sejahtera berdasarkan perbandingan pendapatannya dengan UMP.


(51)

Sementara pada strata 2 dan strata 3 sudah dikategorikan sejahtera karena jumlah rata-rata pendapatan sudah melebihi nilai UMP.


(52)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Tingkat pendapatan petani padi sawah sangat rendah dan bervariasi pada masing- masing kelompok pengusaan lahan.Perbandingan pendapatan antar kelompok penguasaan lahan sangat besar.

2. Pola pengeluaran petani didominasi pada pengeluaran kebutuhan makanan dan pada pengeluaran nonmakanan pola pengeluaran didominasi pada pengeluaran untuk kebutuhan pendidikan, bahan bakar/ energi, kesehatan, sandang dan sosial.

3. Tingkat kesejahteraan petani berdasarkan perbandingan dengan nilai UMP pada kelompok penguasaan lahan sempit pendapatan lebih kecil dari UMP dan pada kelompok penguasaan lahan sedang sudah melebihi UMP begitu juga kelompok penguasaan lahan luas.

4. Luas lahan minimum yang seharusnya diusahakan petani untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu seluas 0,68 Ha, yang berada pada kelompok pengusaan lahan sedang..

6.2. Saran Kepada Petani :

1. Diharapkan kepada petani yang memilikilahan kurang dari luas lahan minimum supaya memcari sumber pendapatan lain untuk dapat memenuhi pengeluaran minimum atau biaya hidup layak.

2. Diharapkan kepada petani agar menanam tanaman hortikultura pada saat lahan sawah masih ditanami kembali untuk menambah pendapatan.


(53)

Kepada Pemerintah :

1. Diharapkan kepeda pemerintah agar menciptakan lapangan kerja bagi para petani yang memiliki lahan sempit sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Diharapkan kepada pemerintah agar mencari solusi terhadap permasalahan ketimpangan distribusi kepemilikan lahan yang terjadi pada saat ini.

Kepada Peneliti :

1. Diharapkan kepada peneliti mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai perkembangan kesejahteraan ditingkat petani yang ada di Desa Cinta Damai.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous a.2009. Kajian Luas Lahan pertanian dalam peningkatan kesejahteraan Petani. Diakses dari http// regional investmen.com_kajian peluang investasi Pdf 02 Desember 2009.

Anonimous b 2009. Kebijakan Nasional Terkait Dengan Pengembangan Pangan.Diaksesdariwww.google//Kebijakan nasional terkait dengan pengmbangan padi.

Anonimous c 2009. Prospek Agribisnis Indonesia. http/ /www.bni .co.id/ portals .Pros agribisnis indonesia pdf.perbankan.

Anonimous d 2004. Gambaran Kemiskinsn Petani dan Alternatif Pemecahannya. Diakses dari sap anan @yahoo.com. Juli 2010.

Badan Pusat Statistik . 2003. Indikator Kesejahteraan Petani. Medan. 2009. Indikator Kesejahteraan Petani. Medan.

Departemen Pertanian . 2003 .Sektor Pertanian Tumbuh Menggembirakan. Diakses dari:www google // Kebijakan nasional terkai dengan pengembangan padi.

Irawan, B dkk, 2007. Panel Petani Nasional (PATANAS). Analisa dan Indikator Pembangunan Pertanian. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Mubyarto. 1991.Pengantar Ilmu Pertanian. Edisi ke-3, Catatan ke 2.LP3ES. Jakarta

Nurmanaf A.R , Djulin, Sugiarto, A K. Zakaria, Agustina, J F .Sinuraya. 2005. Dinamika Sosial Ekonomi Rumah Tangga dan Masyarakat Pedesaan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor.

Pasandaran, E., G. Irianto, dan N. Zuliasri. 2004. Pendayagunaan dan peluang Pengembangan Irigasi Bagi Peningkatan Produksi Padi. Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.

Puspadi, dkk.2005. Gambaran Petani Miskin di Indonesia. Universitas Indonesia Pers. Jakarta.

Rianse,Usman. 2009. Kesejahteraan Petani.WWW.docstoc.com.Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.

Rusastra, IW et all. 1998. Perubahan Struktur Ekonomi Pedesaan. Pusat Analisis Sensus Pertanian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian . Bogor.


(55)

Soekartawi, 1993. Ilmu Usahatani . Universitas Indonesia Pers.Jakarta. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Pers.Jakarta. 2003. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Pers.Jakarta.

Sugiarto , A. 2006. Kinerja dan Kebijakan Strategis Pembangunan Pangan Nasional. Makalah pada Silaturahmi Nasional , Auditorium BPPT, Jakarta.


(56)

Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Padi Di Desa Cinta Damai Strata No

Sampel Luas Lahan (Ha) Umur (Tahun) Lama Pendidikan (Tahun) Jumlah Tanggungan (Orang) Pengalaman Bertani (Tahun)

1 0,28 49,00 12,00 5,00 24,00

2 0,30 40,00 12,00 5,00 22,00

3 0,24 50,00 6,00 4,00 30,00

4 0,25 43,00 9,00 6,00 20,00

5 0,30 50,00 9,00 5,00 29,00

6 0,32 40,00 9,00 5,00 18,00

7 0,40 43,00 6,00 6,00 20,00

8 0,25 39,00 9,00 4,00 18,00

9 0,28 32,00 12,00 4,00 18,00

10 0,30 60,00 6,00 2,00 33,00

11 0,39 45,00 12,00 4,00 27,00

1 12 0,34 32,00 12,00 6,00 15,00

13 0,29 40,00 6,00 3,00 20,00

14 0,41 53,00 9,00 2,00 29,00

15 0,40 42,00 9,00 4,00 19,00

16 0,32 48,00 12,00 5,00 20,00

17 0,49 33,00 9,00 3,00 14,00

18 0,29 44,00 6,00 4,00 23,00

19 0,40 41,00 12,00 4,00 16,00

20 0,40 44,00 6,00 6,00 20,00

21 0,40 45,00 9,00 7,00 27,00

22 0,40 50,00 6,00 3,00 25,00

23 0,49 36,00 12,00 6,00 16,00

24 0,40 42,00 9,00 5,00 20,00

Total 8,34 1041,00 219,00 108,00 523,00

Rata-rata 0,35 43,38 9,13 4,50 21,79

25 0,60 58,00 6,00 3,00 30,00

26 0,68 39,00 12,00 6,00 17,00

27 0,62 40,00 9,00 4,00 19,00

28 0,55 42,00 9,00 5,00 19,00

29 0,55 39,00 12,00 5,00 15,00

30 0,60 42,00 9,00 6,00 18,00

31 0,68 40,00 6,00 5,00 16,00

32 0,54 33,00 12,00 5,00 13,00

33 0,62 42,00 6,00 3,00 20,00

34 0,62 40,00 9,00 6,00 18,00

35 0,80 38,00 12,00 7,00 24,00

36 0,80 45,00 9,00 4,00 23,00

2 37 0,80 45,00 6,00 6,00 21,00

38 0,65 40,00 9,00 5,00 17,00

39 0,68 43,00 6,00 4,00 20,00

40 0,70 40,00 9,00 5,00 21,00

41 0,68 36,00 12,00 5,00 15,00

42 0,53 35,00 9,00 6,00 12,00

43 0,82 46,00 12,00 3,00 24,00

44 0,80 40,00 12,00 4,00 22,00


(57)

45 0,80 42,00 9,00 4,00 20,00

46 0,72 59,00 6,00 2,00 30,00

47 0,60 37,00 9,00 5,00 18,00

48 0,56 41,00 12,00 6,00 20,00

49 0,72 40,00 6,00 6,00 19,00

50 0,56 38,00 12,00 4,00 18,00

Total 17,28 1080,00 240,00 124,00 509,00

Rata-rata 0,66 41,54 9,23 4,77 19,58

61 1,00 43,00 9,00 6,00 18,00

62 1,20 40,00 9,00 5,00 20,00

63 1,20 53,00 9,00 4,00 27,00

64 1,50 39,00 12,00 5,00 18,00

3 65 1,80 40,00 6,00 5,00 20,00

66 1,50 46,00 6,00 3,00 22,00

67 1,20 38,00 12,00 6,00 19,00

68 1,00 57,00 9,00 2,00 25,00

69 1,40 41,00 9,00 6,00 23,00

60 2,00 55,00 9,00 5,00 26,00

Total 13,80 452,00 90,00 47,00 218,00

Rata rata 1,38 45,20 9,00 4,70 21,80

Over all 39,42 2573,00 549,00 279,00 1250,00


(58)

Lampiran 2. Rata-Rata Konsumsi Beras per Hari Di Desa Cinta Damai Strata No Sampel Luas Lahan (Ha) Jumlah Anggota Keluarga (Orang) Rata-Rata Konsumsi Beras (Kg)

1 0,28 5,00 2,50

2 0,30 5,00 2,50

3 0,24 4,00 2,00

4 0,25 6,00 2,50

5 0,30 5,00 2,00

6 0,32 5,00 3,00

7 0,40 6,00 3,00

8 0,25 4,00 2,00

9 0,28 4,00 2,50

10 0,30 2,00 1,50

11 0,39 4,00 2,00

1 12 0,34 6,00 3,00

13 0,29 3,00 2,00

14 0,41 2,00 1,50

15 0,40 4,00 2,00

16 0,32 5,00 2,50

17 0,49 3,00 2,00

18 0,29 4,00 2,00

19 0,40 4,00 2,00

20 0,40 6,00 3,00

21 0,40 7,00 3,50

22 0,40 3,00 2,00

23 0,49 6,00 3,00

24 0,40 5,00 2,50

Total 8,34 108,00 56,50

Rata-Rata 0,35 4,50 2,35

25 0,60 3,00 2,00

26 0,68 6,00 3,00

27 0,62 4,00 2,50

28 0,55 5,00 3,00

29 0,55 5,00 3,00

30 0,60 6,00 3,50

31 0,68 5,00 3,00

32 0,54 5,00 3,00

33 0,62 3,00 2,00

34 0,62 6,00 3,50

35 0,80 7,00 3,50

36 0,80 4,00 2,50

2 37 0,80 6,00 3,00

38 0,65 5,00 3,00

39 0,68 4,00 2,50

40 0,70 5,00 3,00

41 0,68 5,00 3,00

42 0,53 6,00 3,00

43 0,82 3,00 2,00

44 0,80 4,00 2,50

45 0,80 4,00 2,50


(1)

Lampiran 18.Perbandingan Luas Lahan Minimum dengan Luas Lahan Petani (Ha)

Strata No Sampel

Pendapatan Minimal Petani

(Rp)

Luas Lahan Minimum Petani (Ha)

Luas Lahan

Peani (Ha) Selisih (Ha)

1 14778000,00 0,00 0,28 0,28

2 14778000,00 0,00 0,30 0,30

3 11822400,00 0,00 0,24 0,24

4 17733600,00 0,00 0,25 0,25

5 14778000,00 0,00 0,30 0,30

6 14778000,00 0,00 0,32 0,32

7 17733600,00 0,00 0,40 0,40

8 11822400,00 0,00 0,25 0,25

9 11822400,00 0,00 0,28 0,28

10 5911200,00 0,00 0,30 0,30

11 11822400,00 0,00 0,39 0,39

1 12 17733600,00 0,00 0,34 0,34

13 8866800,00 0,00 0,29 0,29

14 5911200,00 0,00 0,41 0,41

15 11822400,00 0,00 0,40 0,40

16 14778000,00 0,00 0,32 0,32

17 8866800,00 0,00 0,49 0,49

18 11822400,00 0,00 0,29 0,29

19 11822400,00 0,00 0,40 0,40

20 17733600,00 0,00 0,40 0,40

21 20689200,00 0,00 0,40 0,40

22 8866800,00 0,00 0,40 0,40

23 17733600,00 0,00 0,49 0,49

24 14778000,00 0,00 0,40 0,40

Total 319204800,00 0,00 8,34 8,34

Rata-rata 13300200,00 0,00 0,35 0,35

25 8866800,00 0,00 0,60 0,60

26 17733600,00 0,00 0,68 0,68

27 11822400,00 0,00 0,62 0,62

28 14778000,00 0,00 0,55 0,55

29 14778000,00 0,00 0,55 0,55

30 17733600,00 0,00 0,60 0,60

31 14778000,00 0,00 0,68 0,68

32 14778000,00 0,00 0,54 0,54

33 8866800,00 0,00 0,62 0,62

34 17733600,00 0,00 0,62 0,62

35 20689200,00 0,00 0,80 0,80

36 11822400,00 0,00 0,80 0,80


(2)

Lanjutan Lampiran 18.

38 14778000,00 0,00 0,65 0,65

39 11822400,00 0,00 0,68 0,68

40 14778000,00 0,00 0,70 0,70

41 14778000,00 0,00 0,68 0,68

42 17733600,00 0,00 0,53 0,53

43 8866800,00 0,00 0,82 0,82

2 44 11822400,00 0,00 0,80 0,80

45 11822400,00 0,00 0,80 0,80

46 5911200,00 0,00 0,72 0,72

47 14778000,00 0,00 0,60 0,60

48 17733600,00 0,00 0,56 0,56

49 17733600,00 0,00 0,72 0,72

50 11822400,00 0,00 0,56 0,56

Total 366494400,00 0,00 17,28 17,28

Rata-rata 14095938,46 0,00 0,66 0,66

61 17733600,00 0,00 1,00 1,00

62 14778000,00 0,00 1,20 1,20

63 11822400,00 0,00 1,20 1,20

64 14778000,00 0,00 1,50 1,50

3 65 14778000,00 0,00 1,80 1,80

66 8866800,00 0,00 1,50 1,50

67 17733600,00 0,00 1,20 1,20

68 5911200,00 0,00 1,00 1,00

69 17733600,00 0,00 1,40 1,40

60 14778000,00 0,00 2,00 2,00

Total 138913200,00 0,00 13,80 13,80

Rata rata 13891320,00 0,00 1,38 1,38

Over all 824612400,00 0,00 39,42 39,42


(3)

Lampiaran 19. Perbandingan Total Pengeluaran Standar dengan Total Pengeluaran Petani ( RP)

Strata No Sampel

Jumlah Tanggungan

(Orang)

Pengeluaran Standar Per Orang (Rp)

Total Pengeluaran Standar (Rp)

Total Pengeluaran

Petani (Rp)

Selisih Pengeluaran

(Rp)

1 5,00 2955600,00 14778000,00 8172000,00 -6606000,00

2 5,00 2955600,00 14778000,00 7170000,00 -7608000,00

3 4,00 2955600,00 11822400,00 6321000,00 -5501400,00

4 6,00 2955600,00 17733600,00 9022000,00 -8711600,00

5 5,00 2955600,00 14778000,00 3870000,00 -10908000,00

6 5,00 2955600,00 14778000,00 6991000,00 -7787000,00

7 6,00 2955600,00 17733600,00 8878000,00 -8855600,00

8 4,00 2955600,00 11822400,00 5651000,00 -6171400,00

9 4,00 2955600,00 11822400,00 5461000,00 -6361400,00

10 2,00 2955600,00 5911200,00 1787000,00 -4124200,00

11 4,00 2955600,00 11822400,00 5868000,00 -5954400,00

1 12 6,00 2955600,00 17733600,00 5974000,00 -11759600,00

13 3,00 2955600,00 8866800,00 5032000,00 -3834800,00

14 2,00 2955600,00 5911200,00 2573000,00 -3338200,00

15 4,00 2955600,00 11822400,00 5933000,00 -5889400,00

16 5,00 2955600,00 14778000,00 5372000,00 -9406000,00

17 3,00 2955600,00 8866800,00 4603000,00 -4263800,00

18 4,00 2955600,00 11822400,00 5835000,00 -5987400,00

19 4,00 2955600,00 11822400,00 6405000,00 -5417400,00

20 6,00 2955600,00 17733600,00 9245000,00 -8488600,00

21 7,00 2955600,00 20689200,00 7850000,00 -12839200,00

22 3,00 2955600,00 8866800,00 6603000,00 -2263800,00

23 6,00 2955600,00 17733600,00 8493000,00 -9240600,00

24 5,00 2955600,00 14778000,00 7284000,00 -7494000,00

Total 108,00 70934400,00 319204800,00 150393000 -168811800

Rata-rata 4,50 2955600,00 13300200,00 6266375 -7033825

25 3,00 2955600,00 8866800,00 9448250,00 581450,00

26 6,00 2955600,00 17733600,00 19574750,00 1841150,00

27 4,00 2955600,00 11822400,00 14816500,00 2994100,00

28 5,00 2955600,00 14778000,00 18912250,00 4134250,00

29 5,00 2955600,00 14778000,00 19088750,00 4310750,00

30 6,00 2955600,00 17733600,00 16150250,00 -1583350,00

31 5,00 2955600,00 14778000,00 16127250,00 1349250,00

32 5,00 2955600,00 14778000,00 15661500,00 883500,00

33 3,00 2955600,00 8866800,00 13059250,00 4192450,00


(4)

Lanjutan Lampiran 19.

35 7,00 2955600,00 20689200,00 19899750,00 -789450,00

36 4,00 2955600,00 11822400,00 13676000,00 1853600,00

2 37 6,00 2955600,00 17733600,00 16050750,00 -1682850,00

38 5,00 2955600,00 14778000,00 16953250,00 2175250,00

39 4,00 2955600,00 11822400,00 17781000,00 5958600,00

40 5,00 2955600,00 14778000,00 16414000,00 1636000,00

41 5,00 2955600,00 14778000,00 16828000,00 2050000,00

42 6,00 2955600,00 17733600,00 16365250,00 -1368350,00

43 3,00 2955600,00 8866800,00 13454500,00 4587700,00

44 4,00 2955600,00 11822400,00 13232500,00 1410100,00

45 4,00 2955600,00 11822400,00 12490500,00 668100,00

46 2,00 2955600,00 5911200,00 8905750,00 2994550,00

47 5,00 2955600,00 14778000,00 18692000,00 3914000,00

48 6,00 2955600,00 17733600,00 21012750,00 3279150,00

49 6,00 2955600,00 17733600,00 24400000,00 6666400,00

50 4,00 2955600,00 11822400,00 16554903,85 4732503,85

Total 124,00 62067600,00 298515600,00 343909403,85 45393803,85 Rata-rata 4,77 2955600,00 14095938,46 16374996,30 2279057,84 61 6,00 2955600,00 17733600,00 24741000,00 7007400,00

62 5,00 2955600,00 14778000,00 26271000,00 11493000,00

63 4,00 2955600,00 11822400,00 18417500,00 6595100,00

64 5,00 2955600,00 14778000,00 19952000,00 5174000,00

3 65 5,00 2955600,00 14778000,00 27092500,00 12314500,00

66 3,00 2955600,00 8866800,00 17859250,00 8992450,00

67 6,00 2955600,00 17733600,00 23539000,00 5805400,00

68 2,00 2955600,00 5911200,00 8036500,00 2125300,00

69 6,00 2955600,00 17733600,00 28595000,00 10861400,00

60 5,00 2955600,00 14778000,00 30517250,00 15739250,00

Total 47,00 29556000,00 138913200,00 225021000,00 86107800,00

Rata rata 4,70 2955600,00 13891320,00 22502100,00 8610780,00

Over all 279,00 177336000,00 824612400,00 801163903,85 23448496,15


(5)

Lampiran 20. Perbandingan Pendapatan Petani Dengan Pengeluaran Petani pert

Musim Tanam

Strata

No

Sampel

Luas

Lahan

(Ha)

Pendapatan

Bersih (Rp)

Pengeluaran

(Rp)

Surplus /

Depisit (Rp)

1

0,28

2855400

16955250

-14099850

2

0,3

2818300

14495250

-11676950

3

0,24

1611600

12163500

-10551900

4

0,25

2027900

16885000

-14857100

5

0,3

2914200

10586250

-7672050

6

0,32

3183700

15034000

-11850300

7

0,4

3592400

17110000

-13517600

8

0,25

3402400

11342000

-7939600

9

0,28

2898500

11729500

-8831000

10

0,3

3035300

4907000

-1871700

11

0,39

2676900

11868000

-9191100

1

12

0,34

3428600

13196500

-9767900

13

0,29

3114200

9343750

-6229550

14

0,41

2470400

5552000

-3081600

15

0,4

2775900

11204000

-8428100

16

0,32

3083800

12577250

-9493450

17

0,49

4908300

10354000

-5445700

18

0,29

3066000

11773500

-8707500

19

0,4

3879500

12435000

-8555500

20

0,4

3989200

17578250

-13589050

21

0,4

3862600

17032250

-13169650

22

0,4

3996200

11733750

-7737550

23

0,49

5615400

15974250

-10358850

24

0,4

3769700

14842500

-11072800

Total

8,34

78976400

306672750

-227696350

Rata-Rata

0,3475

3290683

12778031

-9487348

25

0,60

6229700,00

9218250,00

-2988550,00

26

0,68

6248000,00

19279750,00

-13031750,00

27

0,62

6416200,00

14501500,00

-8085300,00

28

0,55

5535900,00

18592250,00

-13056350,00

29

0,55

5584200,00

18803750,00

-13219550,00

30

0,60

6299500,00

15867250,00

-9567750,00

31

0,68

6342400,00

15827250,00

-9484850,00

32

0,54

5453100,00

15391500,00

-9938400,00

33

0,62

6561800,00

12754250,00

-6192450,00


(6)

Lanjutan Lampiran 20.

34

0,62

6459900,00

19905250,00

-13445350,00

35

0,80

8459800,00

19499750,00

-11039950,00

36

0,80

8378900,00

13336000,00

-4957100,00

2

37

0,80

9042300,00

15705750,00

-6663450,00

38

0,65

6534300,00

16626250,00

-10091950,00

39

0,68

6212800,00

17443000,00

-11230200,00

40

0,70

7344800,00

16069000,00

-8724200,00

41

0,68

5989500,00

16566000,00

-10576500,00

42

0,53

5321400,00

16080250,00

-10758850,00

43

0,82

8604600,00

13269500,00

-4664900,00

44

0,80

8503100,00

12948500,00

-4445400,00

45

0,80

8515100,00

12172500,00

-3657400,00

46

0,72

7115100,00

8665750,00

-1550650,00

47

0,60

6312600,00

18372000,00

-12059400,00

48

0,56

6978350,00

20675750,00

-13697400,00

49

0,72

6922100,00

24055000,00

-17132900,00

50

0,56

6964400,00

16299903,85

-9335503,85

Total

17,28

178329850,00 417925903,85 -239596053,85

Rata-Rata

0,66

6858840,38

16074073,22

-9215232,84

51

1,00

11426600,00

21016000,00

-9589400,00

52

1,20

13172100,00

22941000,00

-9768900,00

53

1,20

13153100,00

25587500,00

-12434400,00

54

1,50

16655600,00

18942000,00

-2286400,00

3

55

1,80

23683800,00

20192500,00

3491300,00

56

1,50

16074100,00

22654250,00

-6580150,00

57

1,20

13012800,00

22379000,00

-9366200,00

58

1,00

11404300,00

7846500,00

3557800,00

59

1,40

16200900,00

28129000,00

-11928100,00

60

2,00

26210800,00

30047250,00

-3836450,00

Total

13,80

160994100,00 219735000,00

-58740900,00

Rata-Rata

1,38

16099410,00

21973500,00

-5874090,00