Judul Skripsi : ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM PROGRAM NON-PROFIT SAKSI SATU KAMERA SEJUTA INSPIRASI (Studi Kasus Episode Mahfud MD, Buya Syafi’i, Emha Ainun Nadjib) - Test Repository

  

ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM PROGRAM

NON-PROFIT SAKSI SATU KAMERA SEJUTA INSPIRASI

(Studi Kasus Episode Mahfud MD, Buya Syafi’i Ma’arif,

dan Emha Ainun Nadjib di TVRI Jawa Tengah)

  

SKRIPSI

  Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial

  

Oleh :

  Adityo Hernawan NIM :117-13-015

  

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI)

FAKULTAS DAKWAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2017

  

MOTTO

BERKARYALAH DARI HATI,

KARNA YANG DATANG DARI HATI

AKAN SAMPAI KE HATI.

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan kepada bapak dan ibu tercinta; Heru Sulistyono dan Sudariah dan adik penulis Melinda P.Y yang telah memberi dukungan baik materi maupun non-materi.

  Sahabat seperjuangan Mahasiswa Santai yang selalu setia membantu; Taufan Ardiansyah dan Miftakhul Huda.

  Teman- teman seperjuangan KPI’13 (Aini, Taufan, Huda, Bagus, Teguh, Ninik, Sri, Nopal, Rozaq, Rifngani, Rina, Puji,

  Wasi’, Khalim, Pak Yadi, Maghfurin, De wi’, Khusna, Rahmad)

  Kawan-kawan yang tidak membantu, cenderung merepotkan, tapi tetap asik; Nur Azizah, Aprilia Novia Utari, Sely Lestari.

  Terima kasih Atas doa dan support yang telah diberikan.

KATA PENGANTAR

  Assalamu’alaikum Wr. Wb Alhamdulillah , segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

  SWT, yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya yang tak terhingga, serta berkat ridha-Nya pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul

  “Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Program Non-Profit SAKSI Satu Kamera Sejuta Inspirasi (Studi Kasus Episode Mahfud MD, Buya Syafi’i, Emha Ainun Nadjib di TVRI Jawa Tengah)”.

  Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabatnya, dan orang-orang yang senantiasa mengikuti jejaknya. Semoga kita semua mendapatkan syafa'atnya di hari kiamat kelak. Amiin.

  Penulis sangat menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan dan kemampuan yang belum sempurna. Namun berkat adanya bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak, syukur Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan.

  Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga 2.

  Dr. Mukti Ali, M.Hum selaku dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga 3. Dra. Maryatin, M. Pd selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan dosen pembimbing akademik.

  4. Dr. Rifqi Aulia Erlangga selaku pembimbing skripsi yang telah sudi meluangkan waktunya untuk membimbing dalam penulisan skripsi

  5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senatiasa mengharapkan masukan dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

  Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis memohon petunjuk dan berserah diri memohon ampunan dan rahmatNya.

  Salatiga, 13 April 2017 Penulis,

  Adityo Hernawan

  

ABSTRAK

  Hernawan, Adityo. 2017. Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Program Non-Profit

  SAKSI Satu Kamera Sejuta Inspirasi (Studi Kasus Episode Mahfud MD, Buya Syafi’i, Emha Ainun Nadjib di TVRI Jawa Tengah). Skripsi Fakultas

  Dakwah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Rifqi Aulia Erlangga S. Fil, M. Hum.

  Kata Kunci: Analisis Isi, Pesan Dakwah, SAKSI.

  Televisi sebagai media yang sangat efektif dalam menyebarkan dakwah dan medium yang paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian secara luas. Banyaknya acara di TVRI Jawa Tengah membuat penulis memilih acara SAKSI (Saksi Satu Kamera Sejuta Inspirasi), salah satu alasannya karena acara ini merupakan acara yang inspiratif sesuai dengan namanya.

  Dari pernyataan di atas, maka peneliti merumuskan masalah agar penelitian tidak jauh melebar, peneliti merumuskan masalah pada; 1) Pesan dakwah yang terkandung dalam program non-profit SAKSI (Satu Kamera Sejuta Inspirasi) dan, 2) metode apa yang dipakai dalam program non-profit SAKSI (Satu Kamera Sejuta Inspirasi).

  Penelitian ini menggunakan metode analisis isi melalui deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data berupa observasi yaitu penulis terjun langsung dan mengamati pesan dakwah yang disampaikan. Data yang terkumpul, dipaparkan sehingga tergambar pola atau struktur dari fokus masalah yang dikaji kemudian diinterpretasikan sehingga mendapatkan jawaban dari fokus penelitian tersebut.

  Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan penulis menyimpulkan; isi pesan dakwah dalam program non-profit SAKSI (Satu Kamera Sejuta Inspirasi) di TVRI Jawa Tengah meliputi; keutamaan pendidikan, pentingnya harapan, semangat nasionalisme, cinta Indonesia, ukhuwah islamiyah, bermanfaat untuk orang lain, introspeksi diri, larangan berlebih-lebihan, menjadi khalifatullah. Sebagai kesimpulan, penulis dapat menyimpulkan isi pesan dakwah dengan mengacu pada tiga episode bersama Mahfud MD, Buya Syafi’i Ma’arif, dan Emha Ainun Nadjib, mengandung pesan; kebangsaan atau nasionalisme. Sedangkan metode dakwah yang dipakai dalam program non-profit SAKSI (Satu Kamera Sejuta Inspirasi) di TVRI Jawa Tengah, peneliti memperoleh kesimpulan; menggunakan metode diskusi, mauidzah hasanah, mujadalah billati hiya ahsan.

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

LOGO ............................................................................................................ ii

NOTA PEMBIMBING ................................................................................ iii

PENGESAHAN ............................................................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................... v

MOTTO ........................................................................................................ vi

PERSEMBAHAN ......................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................. viii

ABSTRAK .................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................ 1 B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah .................. 6 C. Tujuan Penelitian ............................................................. 7 D. Manfaat Penelitian ........................................................... 7 E. Tinjauan Pustaka ............................................................. 8 F. Metode Penelitian ............................................................ 9 G. Sistematika Penulisan ...................................................... 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Analisis Isi ..................................................... 13 B. Dakwah ............................................................................ 14

  D.

  Televisi Sebagai Media Dakwah ..................................... 33

  BAB III GAMBARAN UMUM A. Gambaran Singkat Program Non-Profit SAKSI (Satu Kamera Sejuta Inspirasi) ................................................. 36 B. Tujuan dan Saran ............................................................. 37 C. Kerabat Kerja........... ....................................................... 38 D. Cuplikan Gambar Video SAKSI (Satu Kamera Sejuta Inspirasi) .......................................................................... 38 E. Transkrip Dialog .............................................................. 40 BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Pesan Dakwah ................................................... 52 B. Metode Dakwah .............................................................. 60 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................... 62 B. Saran ................................................................................ 63 DAFTAR PUSTAKA

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1 ........................................................................................................ 38 Gambar 2 ........................................................................................................ 39 Gambar 3 ........................................................................................................ 39 Gambar 4 ........................................................................................................ 39 Gambar 5 ........................................................................................................ 40 Gambar 6 ........................................................................................................ 44 Gambar 7 ........................................................................................................ 47

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat

  dilihat (audiovisual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata- kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar bergerak. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting daripada kata- kata. Keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis. Sangat menjengkelkan bila dalam acara televisi hanya terlihat gambarnya saja tanpa suara, atau tanpa gambar (Ardianto, 2014:137). Hal ini membuat televisi yang memiliki kelebihan yaitu bisa dilihat dan didengar sehingga membuat media ini lebih disukai daripada media massa lainnya.

  Perkembangan teknologi saat ini sudah semakin pesat, dengan munculnya televisi-televisi swasta dan berkembangnya rumah produksi di Indonesia, sehingga dampak siarannya seolah-olah tidak ada batas antara satu negara dengan negara lainnya, terlebih setelah digunakannya satelit untuk memancarkan signal televisi (Muda, 2003:4). Tayangannya pun murah meriah, untuk menikmatinya tidak dipungut biaya, masyarakat dari berbagai kalangan yang memiliki televisi dapat dengan mudah menikmatinya. Namun saat ini juga tersedia layanan televisi berbayar, yang pemirsanya harus mengeluarkan budget untuk membayar langganan siaran televisi.

  Masyarakat sudah beralih ke televisi dalam mencari hiburan dan informasi. Keunggulan televisi adalah sangat efektif dalam menyebarkan informasi kepada khalayak atau pemirsa. Bersifat heterogen, dan anonim. Melalui televisi, sajian pesan yang sama secara serentak bisa diterima dan sesaat (Juniawati, 2014:215).

  Televisi ibaratkan sebuah lidah, ia tergantung pemiliknya, jika digunakan untuk berkata dengan jujur dengan landasan amar ma`ruf maka ia akan berguna, namun apabila lidah tersebut di gunakan untuk menghujat, menghasut atau berkata nahi munkar maka lidah tersebut pasti menjadi malapetaka bagi si pemilik.

  Eksistensi media televisi diharapkan dapat memberikan warna dalam pelbagai aspek kehidupan umat Islam. Dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, dakwah semakin dimudahkan. Saat ini, untuk mendengarkan ceramah atau pengajian tidak perlu untuk datang langsung menemui ulama, namun masyarakat cukup dengan menonton tayangan televisi.

  Dakwah dapat dikatakan sebagai sebuah seruan atau ajakan untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik dari sebelumnya, baik dari sifat hingga ke perilaku masing-masing. Pada hakekatnya dakwah adalah mempengaruhi dan mengajak manusia untuk menjalankan dan mengikuti ideologi pengajaknya.

  Dakwah merupakan merupakan sebuah keharusan dan keniscayaan, dakwah merupakan suatu kewajiban yang terpikul di atas pundak setiap muslim baik secara perorangan maupun kelompok. Tanpa dakwah dapat dipastikan bahwa Islam akan seger lenyap. Sebab, hanya dakwahlah yang mampu mempertahankan eksistensi Islam hingga saat ini. Hal ini tercantum dalam Al- Quran :

   ُمىلْعىأ ىوُه ىكَّبىر َّنِإ ُنىسْحىأ ىيِه ِتَِّلِبِ ْمُْلِْداىجىو ِةىنىسىْلْا ِةىظِعْوىمْلاىو ِةىمْكِْلِْبِ ىكِ بىر ِليِبىس ىلَِإ ُعْدا ۚ ىنيِدىتْهُمْلِبِ ُمىلْعىأ ىوُهىو ِهِليِبىس ْنىع َّلىض ْنىِبِ

  Artinya :

  “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang benar dan mencegah dari yang munkar.” (QS. An Nahl 125)

  Dakwah ibarat lentera kehidupan, yang memberi cahaya dan menerangi hidup manusia dari kegelapan. Di saat manusia dilanda kegersangan spiritual sehingga agama Islam melenceng dari kaidah-kaidahnya dengan demikian dakwah diharapkan mampu memberi cahaya terang di tengah maraknya berbagai kemusyrikan, kerusuhan, kecurangan, dan sederet tindakan tercela lainnya agar dapat dicegah atau diminalisir dengan dakwah Islam (Hamdan, 2001:3).

  Dilihat dari sudut pandang dakwah, media televisi dengan berbagai kelebihan dan kekuatannya dapat menjadi media dakwah yang efektif jika dikelola dan dipergunakan secara professional. Selain media televisi memiliki relevansi sosiologis dengan masyarakat Indonesia yang pada umumnya berada pada tahapan hearing and watching, di sisi lain masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam adalah sebagai peluang yang cukup besar untuk menjadikan media televisi sebagai alat untuk menyampaikan pesan agama melalui dakwah (Atabik, 2013:208).

  Salah satu media elektronik yang tampaknya menonjol dibandingkan dengan media massa lainnya adalah televisi. Media televisi tampaknya memiliki keistimewaan karena merupakan penggabungan dari media dengar (audio) dan gambar (visual). Muatan isi dari media televisi bisa berupa informasi, hiburan maupun pendidikan, bahkan bisa jadi merupakan gabungan dari ketiga unsur di atas. Penyampaian isi pesan juga seolah-olah langsung antara komunikator (pembawa acara, presenter, artis) dengan komunikan (pemirsa). Informasi yang disampaikan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat jelas secara visual (Jusuf, 2014: 3).

  Perkembangan dakwah sebenarnya sangat ditentukan oleh kerjasama yang baik oleh semua pihak, terutama dalam menghadapi era globalisasi informasi misalnya dengan menggunakan sarana yang canggih serta memanfaatkan teknologi modern yang ada. Kerjasama yang ideal pada hakekatnya bentuk-bentuk hubungan antara juru dakwah sebagai penyampai pesan-pesan dakwah dengan pengelola media itu sendiri. Sehingga terdapat interaksi positif antara juru dakwah dengan umatnya dapat terjalin secara optimal.

  Era modern sekarang ini dakwah dapat dikemas dengan berbagai sarana agar dakwah dapat menjadi efektif dan tidak ketinggalan zaman. Salah satunya adalah dengan cara berdakwah melalui televisi.

  Dalam hal ini peran televisi sangat penting, dakwah melalui televisi sangat efektif daripada dakwah secara tradisional yang biasa digunakan oleh juru dakwah kita selama ini, seperti mimbar-mimbar di setiap Jumat, maupun beragam pengajian yang diadakan. Sehingga kegiatan seperti ini hanya dapat dinikmati oleh sebagian khalayak, sebaliknya dakwah yang disampaikan melalui televisi dapat disaksikan oleh siapapun dan di manapun.

  Secara umum metode dakwah di Indonesia, dakwah dengan visualisasi baik dengan hadirna penceramah (da’i) di hadapan khalayak (mad’u) maupun dengan media televisi, lebih menarik dibanding dengan menggunakan media lainnya, ini karena sesuatu yang dilihat dan didengar itu akan dapat lebih mudah diserap dan dicerna oleh panca indera manusia daripada hanya didengar (melalui media radio) maupun dibaca saja (melalui media cetak dan buku-buku) (Atabik, 2013:192).

  Sebagai media penyampai informasi (pesan), televisi bersifat netral. Tidak baik dan tidak buruk. Baik dan buruk sangat tergantung dari pesan yang disampaikan, jika televisi dijadikan sebagai media dakwah misalnya, dengan sendirinya ia akan menjadi baik.

  Untuk itu dakwah haruslah dikemas dengan cara dan metode yang tepat dan pas. Dakwah harus tampil secara aktual, faktual, dan kontekstual. Aktual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian dan hangat di tengah masyarakat. Faktual dalam arti konkret dan nyata, serta kontekstual dalam arti relevan menyangkut problema yang sedang dihadapi oleh masyarakat (Suparta, 2003:xiii).

  Dalam hubungan ini, berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut bahwa televisi merupakan sarana efektif dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah dengan melalui tayangan-tayangan atau acara-acara. Hal ini membuat penulis tertarik untuk mengambil judul skripsi

  “Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Program Non-Profit SAKSI Satu Kamera Sejuta Inspirasi (Studi Kasus Episode Mahfud MD, Buya Syafi’i, Emha Ainun Nadjib di TVRI Jawa Tengah) .

B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah 1.

  Batasan masalah Karena banyaknya efek yang ditimbulkan baik positif maupun negatif dari suatu tayangan televisi, pembatasan masalah ini dilakukan guna menghindari perluasan pembahasan yang tidak penting selain itu menjadi terarah dan agar berhubungan antara masalah yang diteliti dengan pembahasan dalam Analisis Pesan Dakwah Dalam Program Non-Profit SAKSI (Satu Kamera Sejuta Inspirasi) di TVRI Jawa Tengah peneliti membatasinya pada program ya ng ditayangkan dalam episode Buya Syafi’i Ma’arif, Emha Ainun Nadjib, Mahfud MD.

2. Rumusan masalah

  Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: a.

  Apa saja pesan dakwah yang dalam program non-profit SAKSI (Satu Kamera Sejuta Inspirasi) di TVRI Jawa Tengah? b. Apa metode dakwah yang dipakai dalam program non-profit SAKSI (Satu

  Kamera Sejuta Inspirasi) di TVRI Jawa Tengah? C.

   Tujuan Penelitian

  Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui isi pesan dakwah dalam program non-profit SAKSI (Satu Kamera Sejuta Inspirasi) di TVRI Jawa Tengah, serta metode dakwah apa yang dipakai dalam program non-profit SAKSI (Satu Kamera Sejuta Inspirasi) di TVRI Jawa Tengah.

D. Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat dari penelitian ini ditinjau dari segi akademis dan praktis adalah sebagai berikut : a.

  Manfaat akademis Sebagai tambahan refrensi dan menambah jumlah studi mengenai proses produksi program acara di televisi serta menambah khazanah keilmuan bagi pengembang ilmu pengetahuan di bidang ilmu komunikasi khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Salatiga.

  b.

  Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memperluas wawasan dan mengembangkan pengetahuan bagi mahasiswa atau pihak- pihak yang ingin mengetahui apa itu program non- profit “SAKSI (Satu

  Kamera Sejuta Inspirasi)” di TVRI Jawa Tengah dan pada umumnya bagi para pengelola stasiun televisi agar dijadikan sebagai sarana alternatif untuk mempertahankan dan menyebarkan nilai-nilai edukasi secara efektif dan efisien.

E. Tinjauan Pustaka

  Untuk menghidari terjadinya kesamaan terhadapa penelitian yang sudah ada sebelumnya maka penulis mengadakan penelusuran terhadap penelitian- penelitian yang telah ada sebelumnya, diantaranya sebagai berikut :

  Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Fauzan Hidayatullah tahun

  2015 yang berjudul “Dakwah Rekreatif Ustadz Widjayanto Dalam Program Cerita Hati (Spesial Ramadhan) Kompas TV”. Dalam skripsinya ia lebih banyak mengambil pesan-pesan dakwah rekreatif dengan pendekatan kualitatif.

  Kedua, skripsi yang ditulis Syafrian Akbar tahun 2010 yang berjudul “Televisi Sebagai Media Dakwah (Analisis Produksi Siaran Program ’Ust.

  Haryono’ di JakTV)”. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif untuk mengetahui proses produksi dengan menjelaskan atau memaparkan proses produksi siaran program “Ust. Haryono”. Dalam pelaksanaannya, program Ust. Haryono memiliki tahapan yaitu praproduksi, produksi dan pasca produksi. Di mana setiap tahap memiliki keterkaitan yang bekesinambungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.

  Ketiga,

  skripsi yang berjudul “Analisis Isi Pesan Dakwah Film Perempuan Berkalung Sorban” yang disusun oleh Siti Muti’ah tahun 2010. Dalam skripsinya ia mengambil pesan-pesan dakwah yang terdapat dalam film Perempuan Berkalung Sorban, film ini menceritakan tentang perjuangan seorang wanita yang mempunyai pemikiran cukup radikal di kalangan dunia pesantren, mulai dari pertanyaan tentang hak-hak wanita yang seperti dikebiri oleh para lelaki atau suami sampai menuju pergailam di dunia modern.

  Berdasarkan dari beberapa penelitian tersebut di atas berbeda dengan penelitian ini, di mana pada penelitian pertama lebih melihat pada pesan dakwah yang lebih spesifik yaitu pesan dakwah rekreatif, yang kedua yaitu mengkaji proses produksi siaran, dan ketiga pesan dakwah dalam film. Pada penelitian

  pertama dan kedua mempunyai kesamaan yaitu mengkaji media televisi.

  Sedangkan dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada pendekatan pesan dakwah dan metode dakwah dalam setiap episode yang ditayangkan.

F. Metode Penelitian 1.

  Jenis dan pendekatan penelitian Berdasarkan pendekatan yang digunakan, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moloeng

  (2013:56), menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Sementara itu, teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Metode deskriptif bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.

  2. Sumber data Menurut Lofland yang dikutip oleh Moleong (2013: 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, dan foto.

  3. Teknik pengumpulan data a.

  Data primer Sumber data primer merupakan data yang paling utama dalam sebuah penelitian. Adapun sumber utama dalam penelitian ini adalah rekaman video program non-profit SAKSI (Satu Kamera Sejuta Inspirasi) yang telah diunggah ke YouTube dengan nama akun saksitvrijateng, transkrip dialog yang berkaitan dengan pesan dakwah, beberapa screenshot video.

  b.

  Data sekunder Data sekunder merupakan sumber data pendukung atau pelengkap dari data primer. Data sekunder dalam penelitian ini di antaranya adalah buku-buku, karya ilmiah, jurnal, internet dan sumber-sumber lain yang ada relevansinya terhadap penelitian ini.

  4. Teknik analisis data Analisis data merupakan pencandraan dan penyusunan transkip interview serta material yang lain yang telah terkumpul (Danim, 2002: 209).

  Pengolahan atau analisis data dilakukan setelah adanya data terkumpul dari hasil pengumpulan data. Analisis data sering disebut sebagai pengolahan data.

  Ada yang menyebut data preparation, ada pula data analysis (Arikunto, 2002:209).

  Selanjutnya, peneliti melakukan pengumpulan data dan meneliti terhadap informasi yang kurang jelas. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tahapan-tahapan sebagai berikut : a.

  Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan, proses ini berlangsung terus menerus. Reduksi data meliputi: meringkas data, memberi kode, menelusuri tema.

  b.

  Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif, dapat berupa teks naratif, maupun matriks, grafik, jaringan, dan bagan. (Miles dan Huberman, 1992:32).

G. Sistematika Penulisan

  Agar penulisan skripsi ini lebih mudah dipahami, maka tentunya perlu dibuat sistematika pembahasan sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan Pada bab ini memuat tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

  BAB II : Landasan Teori Bab ini berisi tentang pengertian analisis ini, tinjauan tentang pesan dakwah, ruang lingkup dakwah yang terdiri dari pengertian, unsur- unsur dakwah, media dakwah dan ruang lingkup televisi yang terdiri dari pengertian televisi, sejarah dan perkembangannya, serta televisi sebagai media dakwah.

  BAB III : Gambaran Umum Berisikan tentang gambaran singkat program non-profit SAKSI (Satu Kamera Sejuta Inspirasi) BAB IV : Pembahasan Berisikan tentang analisis pesan dakwah dan metode dakwah yang dipakai dalam program non-profit SAKSI (Satu Kamera Sejuta Inspirasi) di TVRI Jawa Tengah dalam episode Buya Syafi’i Ma’arif, Emha Ainun Nadjib, Mahfud MD.

  BAB V : Penutup Berisi tentang kesimpulan, saran dan penutup.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Analisis Isi Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan

  secara mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis, atau tercetak dalam media massa (Bambang, 2004:79). Analisis isi juga dapat dikatakan sebagai suatu teknik penelitian untuk memperoleh gambaran isi pesan komunikasi massa yang dilakukan secara obyektif, sistematis, dan relevan secara sosiologis, uraian analisisnya boleh saja menggunakan tata cara pengukuran kuantitatif atau kualitatif bahkan keduanya sekaligus (Zulkarimein, 1993: 213).

  Dari beberapa definisi di atas maka muncullah prinsip analisis isi : (Rachmat, 2007: 229) 1.

  Prinsip sistematik Ada perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang dianalisis.

  Periset tidak dibenarkan menganalisis hanya pada isi yang sesuai pada perhatian dan minatnya. Tetapi harus pada keseluruhan isi yang telah ditetapkan untuk diriset.

2. Prinsip objektif Hasil analisis tergantung pada prosedur riset, bukan pada orangnya.

  Kategori pesan yang sama bila digunakan untuk isi yang sama dengan prosedur yang sama, maka hasilnya harus sama, walaupun risetnya berbeda.

  3. Prinsip kuantitatif Mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai jenis isi yang didefinisikan. Diartikan juga sebagai prinsip digunakannya metode deduktif.

  4. Prinsip isi yang nyata Yang diriset dan dianalisis adalah isi yang tersurat (tampak) bukan makna yang dirasakan periset. Perkara hasil akhir dari analisis nanti menunjukkan adanya sesuatu yang tersembunyi, hal itu sah saja. Namun semuanya bermula pada analisis terhadap isi yang tampak.

  Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, radio, berita, televisi, iklan, maupun semua bahan- bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik metodologi penelitian (Bambang, 2004: 79).

B. Dakwah 1.

  Pengertian dakwah dan tujuan dakwah Secara etimologi, dakwah berasal dari akar kata

  da’aa-yad’uu yang

  mengandung arti mengajak, menyeru, mengundang, mendorong ataupun memohon (Bahri, 2008:17). Begitu banyaknya, makna “dakwah” secara bahasa yang disebutkan dalam Al-

  Qur’an, namun secara keseluruhan memiliki makna yang sama yakni mengajak, menyeru, memanggil, terhadap jiwa-jiwa yang fitrah untuk kembali ke agama Islam yang disebarluaskan dengan cara damai.

  Adapun secara terminologi, dakwah merupakan segala aktivitas yang dilakukan secara terorganisir, untuk mengajak seseorang atau lebih kepada jalan yang lurus (ash shiroth al mustaqiim) (Abdillah, 2012:2).

  Definisi dakwah secara terminologi memiliki arti yang beraneka ragam. Beberapa ahli ilmu dakwah memberikan definisi terhadap istilah dakwah tergantung pada sudut pandang mereka masing-masing. Sehingga antara definisi menurut ahli satu dengan yang lainnya senantiasa terdapat persamaan dan perbedaan. Pengertian dakwah secara terminologi menurut beberapa pakar keilmuan, diantaranya : (Bahri, 2008:20) a.

  Dr. Muhammad Sayyid Al-Wakil mendefinisikan, “Dakwah ialah mengajak dan mengumpulkan manusia untuk kebaikan serta membimbing mereka kepada petunjuk dengan cara ber-amar makruf nahi

  munkar

  .” b. Dakwah menurut H. M. Arifin, M.Ed. mengandung pengertian sebagai suatu ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi oran lain, baik secara individual maupun secara kelompok, agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan. c.

  Menurut Drs. H. Masyhur Amin, dakwah adalah suatu aktivitas yang mendorong manusia memeluk agama Islam melalui cara yang bijaksana, dengan materi ajaran Islam, agar mereka mendapatkan kesejahteraan kini (dunia) dan kebahagiaan nanti (akhirat).

  d.

  Sementara itu Jamaludin Kafie berpendapat, “Dakwah adalah suatu sistem kegiatan dari seseorang, sekelompok, segolongan umat Islam sebagai aktualisasi imaniah yang dimanifestasikan dalam bentuk seruan, ajakan, panggilan, undangan, dan doa, yang disampaikan dengan ikhlas dan menggunakan metode, sistem, dan teknik tertentu, agar mampu menyentuh qalbu dan fitrah supaya dapat mempengaruhi tingkah lakunya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

  Senada dengan pendapat para ahli, penulis menyimpulkan bahwa dakwah merupakan suatu usaha untuk mengubah keadaan manusia baik individu atau kelompok masyarakat dari segala aspek baik dari segi aqidah, keyakinan, ibadah, perbuatan manusia itu sendiri, dari keadaan yang kurang baik menjadi lebih baik sesuai dengan ajaran Islam yang berdasarkan kepada Al- Qur’an dan as-Sunnah.

  Kata “dakwah” mencakup aktifitas amar ma’ruf dan nahi munkar. Karena kegiatan

  amar ma’ruf merupakan praktek dakwah untuk mengajak

  orang melakukan dan mengikuti kebaikan, sedang kegiatan nahi munkar merupakan pelaksanaan dakwah untuk mengajak orang menjauhi dan meninggalkan segala perbuatan munkar dan jelek.

  Pada dasarnya, dakwah bertujuan untuk menciptakan suatu tatanan kehidupan individu dan masyarakat yang aman, damai, dan sejahtera yang dinaungi oleh kebahagiaan baik jasmani maupun rohani, dalam pancaran sinar agama Allah dengan mengharap ridha-Nya (Bambang, 2010:26).

  Ada pandangan yang menyatakan bahwa dakwah hukumnya fardu ‘ain yang didasarkan pada hadits Nabi SAW :

   ُْلا دْيِعىس ِبِىأ ْنىع : ُلْوُقى ي ملسو هيلع الله ىلص ِالله ىلْوُسىر ُتْعِىسَ : ىلاىق ُهْنىع ُالله ىيِضىر يِرْد ْلىقِبىف ْعِطىتْسىي ْىلَ ْنِإىف ،ِهِناىسِلِبىف ْعِطىتْسىي ْىلَ ْنِإىف ،ِهِدىيِب ُهِْ يّىغُ يْلى ف ًارىكْنُم ْمُكْنِم ىىأىر ْنىم ىكِلىذىو ِهِب ِناىْيِْلإْا ُفىعْضىأ

  [ م هاور ملس

  ]

  Artinya :

  “Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata: Saya mendengar Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: Siapa yang melihat kemunkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman”. (HR Muslim)

  Dakwah juga bertujuan untuk mempertegas fungsi hidup manusia di muka bumi ini, yang tidak lain adalah untuk mengabdi dan menyembah Allah semata, sebagaimana tertulis dalam Al-Quran :

   ِنوُدُبْعى يِل َّلَِّإ ىسْنِْلإاىو َّنِْلْا ُتْقىلىخ اىمىو ۚ

  Artinya :

  “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada- Ku”. (QS. Adz-Dzariyat: 56) Menyembah kepada Allah berarti memusatkan penyembahan hanya kepada Allah semata, dengan menjalani segala sesuatu yang diperintahkan dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan kata lain, semua kegiatan seorang hamba, baik yang berupa ibadah terhadap Ilahi ataupun yang berupa

  mu’amalah (amal perbuatan terhadap sesama manusia), semua itu dilakukan

  dalam rangka persembahannya kepada Allah dan semata-mata mengharap keridhaan dari-Nya.

  Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan, dakwah yaitu mengajak manusia untuk mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan- larangan-Nya atau kembali kepada Islam dengan cara tertentu yang mencerminkan suatu perubahan pada perilaku kehidupan terhadap orang yang di ajak.

2. Unsur-unsur dakwah

  Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur ters ebut adalah da’i (pelaku dakwah), mad’u (jama’ah atau pemirsa), materi dakwah.

  a.

  Da’i Secara umum kata da’i ini sering disebut dengan sebutan

  mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam), namun sebutan ini

  konotasinya sangat sempit, karena masyarakat cenderung mengartikannya sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan seperti penceramah agama, khatib (orang yang berkhutbah), dan sebagainya.

  Nasarudin Latif mendefinisikan da’i adalah seorang muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama (Munir, 2009:22).

  Orang yang melakukan seruan ataupun ajakan disebut dengan da’i, yakni orang yang menyeru. Akan tetapi, karena proses memanggil atau menyeru adalah merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan tertentu, maka pelakunya disebut juga dengan istilah muballigh (Mariah, 2000:12).

  b.

  Mad’u Mad’u atau penerima dakwah adalah seluruh umat manusia, baik laki-laki ataupun perempuan, tua maupun muda, miskin atau kaya, muslim maupun non muslim, kesemuanya menjadi objek kegiatan dakwah. Semua berhak menerima ajakan dan seruan ke jalan Allah (Bahri, 2008:230).

  Syaikh Muhammad Abduh, dalam Tafsir Al-Manar menyimpulkan, bahwa dalam garis besarnya, umat yang dihadapi oleh seorang pembawa dakwah (da’i) itu dapat dibagi menjadi 3 (tiga) golongan, yang masing-masingnya harus dihadapi dengan cara yang berbeda-beda pula. Ketiga golongan tersebut adalah : (Bahri, 2008:231) 1)

  Golongan cerdik-cendikia yang cinta akan kebenaran, dan dapat berpikir secara kritis, cepat dapat menangkap arti persoalan. Mereka ini harus dipanggil hikmah, yakni dengan alasan-alasan, dengan dalil- dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh akal mereka 2)

  Golongan orang awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi-tinggi. Mereka ini dipanggil dengan

  mauizhatul hasanah . Dengan anjuran dan didikan yang baik-baik, serta dengan ajaran yang mudah untuk dipahami.

  3) Golongan yang tingkat kecerdasannya berada di antara kedua golongan tersebut. Golongan ini belum dapat dicapai dengan hikmah, juga tidak akan sesuai jika dilayani seperti golongan awam. Salah satu ciri mereka adalah suka membahas sesuatu, tetapi hanya dalam batas yang tertentu, tidak sanggup secara mendalam. Kepada mereka ini yakni dengan bertukar pikiran, guna mendorong supaya mereka mampu berpikir secara sehat, dan pada praktiknya dilakukan dengan cara yang lebih baik.

  c.

  Materi atau pesan dakwah Unsur lain yang selalu ada dalam proses dakwah adalah maddah atau pesan dakwah. Maddah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan oleh da’i kepada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi pesan dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri (Azis, 2004:94).

  Pada prinsipnya, ketika berbicara maka kata-kata yang diucapkan adalah pesan (messages). Ketika menulis surat maka apa yang dituliskan adalah pesan. Jika menonton televisi maka program yang disaksikan atau dengar adalah pesan. Pesan memiliki wujud (physical) yang dapat dirasakan atau diterima oleh indra. Dominick mendefinisikan pesan sebagai : the actual phisical product that the source encodes. (produk fisik aktual yang telah dienkoding sumber) (Morissan, 2013:19).

  Keseluruhan ajaran Islam yang menjadi materi dakwah bersumber dari Al- Qur’an dan Al-Hadits. Karena luasnya ajaran Islam itu maka setiap da’i harus selalu berusaha dan tidak bosan-bosannya mempelajari

  Al- Qur’an, Hadits, dan kitab-kitab lainnya. Semakin kaya seorang da’i dengan materi atau pesan dakwahnya, semakin segar dan mempesona pesan yang disampaikan (Azis, 2004:104). Sebagaimana yang tertuang dalam Al-

  Qur’an surah An-Nissa ayat 58:

   ِساَّنلا َّنِإ ْنىأ

   ْنىأ ىىلَِإ اوُّدىؤُ ت ىْيىب اىهِلْهىأ ِتىنَاىمىْلْا ىَّللّا اوُمُكْىتَ ْمُتْمىكىح اىذِإىو ْمُكُرُمْىيَ ۚ َّنِإ ۚ ِهِب َّنِإ ۚ اَّمِعِن ىناىك اًعيِىسَ ىَّللّا ىَّللّا ِلْدىعْلِبِ

ًيِّصىب ْمُكُظِعىي

  Artinya :

  “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mende ngar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nissa: 58). Ajaran yang dibawa dan diajarkan oleh Rasulullah SAW, kepada umatnya ini meliputi aspek duniawi dan ukrawi, yang tentunya materi yang harus diserukan dalam dakwah pun menjadi luas sekali. Adapun di antara materi-materi tersebut dapat diringkas menjadi beberapa pokok bahasan, diantaranya : (Bahri, 2008:235) a.

  Akidah Islam, yang meliputi tauhid dan keimanan.

  b.

  Pembentukan pribadi yang sempurna, dengan berpondasikan pada nilai-nilai akhlaqul karimah.

  c.

  Pembangunan masyarakat yang adil dan makmur.

  d.

  Kemakmuran dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat Sumber dari keseluruhan materi yang didakwahkan, pada dasarnya merujuk pada Al- Qur’an, Hadits Rasulullah SAW, ra’yu para ulama, serta beberapa sumber lainnya.

3. Media dakwah

  Kata “media” merupakan jamak dari bahasa Latin yaitu medium, yang berarti alat perantara. Sedangkan secara istilah media berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa media dakwah berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan (Asmuni, 1993:163).

  Untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai media yang menjadi elemen vital serta urat nadi dalam totalitas dakwah itu sendiri. Adapun media dakwah yang dapat dimanfaatkan antara lain : (Bahri, 2008:236) a)

  Lisan

  Da’wah bil lisan yaitu penyampaian informasi atas pesan dakwah

  melalui lisan. Termasuk dalam bentuk ini adalah ceramah, khutbah,

  tausyiah , pengajian, pendidikan agama (lembaga pendidikan formal), kuliah, diskusi, seminar, nasihat, dan lain sejenisnya.

  b) Tulisan

  Da’wah bil qalam yaitu penyampaian materi dakwah dengan

  menggunakan media tulisan. Termasuk dalam jenis ini adalah buku-buku, majalah, surat kabar, risalah, buletin, brosur, dan lain sejenisnya. Dalam memanfaatkan media ini, hendaknya ia ditampilkan dengan gaya bahasa yang lancar, mudah dicerna, dan menarik minat publik, baik mereka yang awam maupun kaum terpelajar.

  c) Audio visual

  Dakwah dengan menggunakan media audio visual merupakan suatu cara penyampaian yang merangsang penglihatan serta pendengaran

  audience. Yang termasuk dalam jenis ini adalah televisi, film, sinetron,

  sandiwara, drama, teater, dan lain sebagainya. Terkadang, pesan yang disampaikan melalui media ini, cenderung lebih mudah diterima oleh

  audience, bahkan dapat membentuk karakter mereka. Materi dakwah

  yang dikemas dalam bentuk hiburan akan cenderung lebih disukai daripada dakwah yang disampaikan melalui ceramah keagamaan yang kaku, apalagi membosakan.

  d) Uswah dan qudwah hasanah

  Yaitu cara penyampaian dakwah yang dilakukan dalam bentuk perbuatan nyata. Ia tidak banyak berbicara, namun langsung mempraktikkannya. Ia tidak menganjurkan, tetapi langsung memberi contoh kepada

  mad’u-nya. Termasuk dalam bentuk ini adalah bergaul

  bersama masyarakat dengan menunjukkan keluhuran budi pekerti, menyediakan diri untuk membantu orang lain, turut serta dalam meramaikan masjid, dan lain sebagainya.

  Penggunaan media dakwah disesuaikan dengan situasi dan kondisi si pener ima pesan dakwah (mad’u) agar lebih memahami pesan dakwah yang disampaikan agar tidak menimbulkan keraguan dari pesan dakwah yang diterimanya.

  Pada dasarnya dakwah dapat menggunakan berbagai media yang dapat merangsang indra-indra manusia serta dapat menimbulkan perhatian untuk menerima dakwah. Semakin tepat dan efektif media yang dipakai semakin efektif pula upaya pemahaman ajaran Islam pada masyarakat yang menjadi sasaran dakwah.

  Penyampaian dakwah dibagi menjadi tiga golongan yaitu : (Ilaihi, 2010:107)

  a) The spoken words (yang berbentuk ucapan)

  Yang termasuk kategori ini adalah alat yang dapat mengeluarkan bunyi, karena hanya dapat ditangkap oleh telinga; disebut juga dengan the

  audial media yang biasa dipergunakan sehari-hari seperti telepon, radio, dan sejenisnya.

  b) The printed writing (yang berbentuk tulisan)

  Yang termasuk di dalamnya adalah barang-barang tercetak, gambar- gambar tercetak, lukisan-lukisan, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya.

  c) The audio visual (yang berbentuk gambar hidup)

  Yaitu merupakan penggabungan golongan di atas, yang termasuk ini adalah film, televisi, video, dan sebagainya.