NILAI-NILAI PERILAKU SOSIAL PADA AKTIVITAS JAMA’AH TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH DI PONDOK PESANTREN NURUL ALI SEMPU, SECANG, MAGELANG TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  NILAI-NILAI PERILAKU SOSIAL PADA AKTIVITAS JAMA’AH

TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH

DI PONDOK PESANTREN NURUL ALI SEMPU, SECANG, MAGELANG

  

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

  

Oleh:

Siti Zuliyanah

NIM 111-13-033

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DANILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

TAHUN 2017

  NILAI-NILAI PERILAKU SOSIAL PADA AKTIVITAS JAMA’AH

TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH

DI PONDOK PESANTREN NURUL ALI SEMPU, SECANG, MAGELANG

  

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

  

Oleh:

Siti Zuliyanah

NIM 111-13-033

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DANILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

TAHUN 2017

  NILAI-NILAI PERILAKU SOSIAL PADA AKTIVITAS JAMA’AH

TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH

DI PONDOK PESANTREN NURUL ALI SEMPU, SECANG, MAGELANG

  

TAHUN 2017.

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

  

Oleh:

Siti Zuliyanah

NIM 111-13-033

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)SALATIGA

TAHUN 2017

  

MOTTO

Memulai dengan penuh keyakinan

Menjalankan dengan penuh keikhlasan

  

Menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1.

  Ibunda Isronah dan ayahanda Ahmadi yang selalu bekerja keras untuk tercapainya cita- cita penulis, menyayangi,mendo‟akan dan selalu mendidik penulis dengan penuh kesabaran, juga untuk saudara penulis yang selalu memberikan dukunganya kepada penulis.

  2. Mas Amda Khunil Lutfi Asyari yang selalu memberikan dukungan dan penyemangat untuk penulis.

  3. Kakaku Nurul Islamiyah yang selalu memberikan dukungan dan seluruh keluarga besarku yang senantiasa memberikan doa dan dukunganya.

  4. Ibu Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini dengan sabar dan ikhlas.

  5. Bapak ibu dosen yang telah memberikan Ilmu Pengetahuan yang sangat berharga untuk penulis.

  6. Staf karyawan-karyawati IAIN Salatiga 7.

  Sahabat-sahabat penulis Alifatul Latifah, Dian Vera rahmawati, Inggi Putri Pradani yang selalu menemani langkah penulis untuk berjuang bersama selama studi, dan seluruh teman-teman PAI angkatan 2013 seperjuangan.

  8. Keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Ali yang telah memberikan ijinya kepada penulis untuk melakukan penelitian di Pondok Pesantren Nurul Ali . khususnya Gus Sholeh yang telah memberikan pengarahan tentang tarekat Qodiriyah wa naqasabandiyah di Pondok Pesantren Nurul Ali.

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT, Rabb yang telah memberikan segala nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dana para pengikutnya yang menuntun kita dari zaman kebodohan hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

  Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terimkaksih kepada: 1.

  Bapak Dr. H Rahmat Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas tarbiyah dan Ilmu Keguruan 3.

  Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.

  4. Ibu Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan iklas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta meluangkan waktunya dalam membimbing penyelesaian skripsi ini.

  5. Segenap bapak ibu dosen yang senantiasa memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan dan bantuan kepada penulis.

  6. Ibunda Isronah, ayahanda Ahmadi yang senantiasa mendo‟akan, mengarahkan dan mendukung baik secara material maupun spiritual dengan penuh keiklasan dan kasih sayang.

  7. Mas Amda Khunil Lutfi Asyari dan saudariku Nurul Islamiyah serta semua keluarga besar yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan.

  8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharap kritik juga saran yang bersifat membangun sehingga penulisan skripsi ini dapat mendekati kesempurnaan. Selanjutnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, bagi Nusa, Bangsa, Agama, khususnya untuk penulis. Amiiin.

  Magelang, 7 September 2017 Penulis, Siti Zuliyanah NIM. 11113033

  ABSTRAK

  Siti Zuliyanah. 2017. Nilai-

  nilai Pendidikan Sosial Pada Jama’ah Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah Di Pondok Pesantren Nurul Ali Sempu, Secang, Magelang. Skripsi. fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan

  Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.Pembimbing: Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag.

  Kata Kunci: Tarekat, Nilai-nilai Perilaku Sosial

  Tarekat qodiriyah wa naqsabandiyah merupakan salah satu tarekat di Indonesia. Secara umum tarekat dipahami sebagai upaya secara kusus untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui amalan-amalan tertentu. Sehingga tarekat kerap sekali diassosiasikan dengan upaya memperbaiki hubungan secara vertikal kepada Allah. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui adanya nilai-nilai perilaku sosial (secara horisontal) dalam aktivitas tarekat tersebut. Pokok masalah penelitian ini sebagai berikut: (1)

  Apa motivasi jama‟ah mengikuti tarekat qodiriyah wa naqsabandiyah di Pondok Pesantren Nurul Ali Sempu, Secang, Magelang?. (2) Bagaimana d eskriptif aktivitas jama‟ah tarekat qodiriyah wa naqsbandiyah di Pondok Pesantren Nurul Ali Sempu, Secang, Magelang. Adakah nilai-nilai perilaku sosial dalam kegiatan tersebut?.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif maka data dari penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan menggunakan trianggulasi sumber dan metode sebagai instrumen untuk mengecek validitas data.

  Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) motivasi jama‟ah mengikuti tarekat adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, untuk menjaga dan membersihkan hati, dan untuk menuju jalan yang diridhai Allah SWT (2) aktivitas yang dilaksanakan dalam tarekat berupa: dzikir harian setelah shalat fardhu,

  

tawajuhan , khataman, dan kholwat. Adapun nilai-nilai perilaku sosial yang

  terdapat di dalam aktivitas tarekat qodiriyah wa naqsabandiyah di Pondok Pesantren Nurul Ali Sempu, meliputi: adanya kebersamaan yang kuat sehingga terjalinya tali silaturahim, ajaran tentang kedermawan (pemurah), berbagi dalam suka maupun duka, dan ajaran tentang kesetaraan.

  

DAFTAR ISI

  Sampul .................................................................................................................. i Halaman Berlogo .................................................................................................. ii Halaman Judul ....................................................................................................... iii Persetujuan Pembimbing ....................................................................................... iv Pengesahan Kelulusan ........................................................................................... v Pernyataan Keaslian Tulisan ................................................................................. vi Motto ..................................................................................................................... vii Persembahan ......................................................................................................... viii Kata Pengantar ...................................................................................................... ix Abstrak .................................................................................................................. xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5 D. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 5 E. Penegasan Istilah ................................................................................... 6 F. Sistematika Penulisan ........................................................................... 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Sosial ...................................................................................... 11 B. Tarekat Qodiriyah Wa Naqsabandiyah ................................................. 16 C. Kaitan Ibadah dan Nilai Sosial ............................................................. 26

  BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................................... 32 B. Kehadiran Peneliti ................................................................................ 33 C. Lokasi Penelitian .................................................................................. 33 D. Sumber Data ......................................................................................... 34 E. Prosedur Penelitian ............................................................................... 34 F. Analisa Data .......................................................................................... 37 G. Pengesahan Keabsahan Data ................................................................ 38 H. Tahap-tahap Penelitian ......................................................................... 39 BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS A. Letak Geografis .................................................................................... 41 B. Profil Pondok Pesantren Nurul Ali ....................................................... 41 C. Sejarah Pondok Pesantren Nurul Ali .................................................... 42 D. Visi dan Misi Pondok Pesantren Nurul Ali .......................................... 44 E. Susunan Pengurus Pondok Pesantren Nurul Ali ................................... 45 F. Daftar Ustadz dan Ustadzah Pondok Pesantren Nurul Ali ................... 45 G. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Nurul Ali .............................. 46 H. Tarekat Qodiriyah Wa Naqsabandiyah di Pondok Pesantren Nurul Ali ............................................................................................. 47 I. Silsilah Tarekat Qodiriyah Wa Naqsabandiyah di Pondok Pesantren Nurul Ali ............................................................................................... 49 J. Aktifitas Jama‟ah Tarekat Qodiriyah Wa Naqsabandiyah di Pondok Pesantren Nurul Ali .............................................................................. 50

  K. Gambaran Informan ............................................................................. 56 L. Hasil Wawancara .................................................................................. 56 M. Analisis ................................................................................................ 74

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................... 89 B. Saran ..................................................................................................... 90 C. Penutup ................................................................................................. 90 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran

  1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran

  2 Daftar Nilai Skk Lampiran

  3 Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran

  4 Riwayat Hidup Penulis Lampiran

  5 Lembar Wawancara Lampiran

  6 Dokumentasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang kehidupan manusia berubah menjadi kehidupan

  modern dengan banyaknya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun ahir-ahir ini tidak sedikit pula kesadaran seseorang dalam beragama juga terasa meningkat. Sehingga tidak heran jika banyak majelis-majelis dzikir yang berkembang dimana-mana yang telah diikuti oleh masyarakat setempat, salah satunya adalah jama‟ah dzikir tarekat.

  Tarekat pada saat ini sudah menjadi sebuah organisasi yang telah melembaga di masyarakat setempat. Sebagian dari mereka yang mengikuti tarekat ini adalah mereka yang merasa kurang puas pada ajaran agama yang selama ini diamalkan dan dilaksanakan, karena selama ini mereka menjalankan ibadah seperti ibadah shalat hanya sebatas pada gerakan jasmani saja, dan tidak dapat merasakan kekhusukan dan manfaat dalam kehidupanya dan mereka merasa kurangnya pendidikan agama. Sehingga tidak heran jika sekarang di kota maupun di desa muncul berbagai ragam tarekat yang diikuti oleh sebagian masyarakat. (Sila, 2007 : 7)

  Tarekat merupakan jalan, petujuk dalam melakukan ibadat sesuai dengan ajaran Nabi dan dikerjakan oleh sahabat, tabi‟in, turun temurun sampai kepada guru-guru, sambung menyambung dan rantai berantai. (Aceh, 1996 : 67)

  Tujuan dari ajaran tarekat sendiri adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan sedekat-dekatnya, dengan amalan-amalan khusus yang diajarkan oleh guru kepada muridnya. Yang didalamnya termasuk berdzikir kepada Allah. Sebagaimana yang telah di firmankan Allah dalam surah Al- Ahzab ayat 41-42, yaitu :

             

  Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang . (Q.S Al-Ahzab ayat 41-42)

  Di Secang Magelang terdapat sebuah pesantren yang merupakan salah satu pesantren Salaf dan Qur‟an yang santriwan santriwatinya berasal dari berbagai kota atau desa yang berbondong-bondong nyantri dan belajar ilmu agama. Pesantren ini didirikan oleh simbah kyai Ismail Ali di Sempu. Yang sampai sekarang diasuh oleh beliau sendiri K.H Ismail Ali. Di pesantren ini juga terdapat sebuah organisasi jama‟ah tarekat yang dinamakan “Tarekat Qodiriyah Naq syabandiyah (TQN)” yang sudah diikuti ratusan jama‟ah dari berbagai kalangan, baik yang berasal dari Jawa maupun luar Jawa. Dalam konteks ini, penulis tertarik pada komunitas jamaah tarekat yang terdapat di pesantren ini, yaitu tarekat qodiriyah naqsyabandiyah.

  Tarekat qodiriyah wa naqsyabandiyah adalah salah satu aliran dalam tasawuf yang subtansi ajaranya merupakan gabungan dari dua tarekat, yaitu tarekat qadiriyah dan naqsyabandiyah. Kedua tarekat ini dipadukan oleh seorang maha guru tasawuf yang menjadi marja tasawuf di makkah mukarramah pada masanya, yaitu Syekh Ahmad Khatib As-Shambasi.

  Qadiriyah adalah nama tarekat yang dinisbahkan kepada pendirinya, yaitu Sultan Al-Auliya Syekh Abdul Qadir Al-Jilani. Sementara naqsabandiyah adalah tareqat yang dinisbahkan kepada pendirunya, yaitu Syekh Bahruddin An-Naqsyabandi. (Aceh, 1996 : 309)

  Namun tarekat ini tidak hanya merupakan suatu organisasi keagamaan dengan ajaran-ajaran agama tertentu yang diberikan guru kepada murid saja, mereka yang mengikuti dan mengamalkan tarekat ternyata mengalami perubahan dalam kehidupanya baik yang berhubungan langsung kepada Allah dan yang berhubungan dengan orang lain. Memang kebanyakan orang akan menganggap organisasi tarekat adalah ajaran yang hanya menitik beratkan pada hubungan manusia dengan Tuhanya saja, karena tujuan tarekat sendiri memang untuk mendekatkan diri kepada Allah.

  Akan tetapi Amin Syukur (2004 :16) dalam bukunya menyatakan bahwa tasawuf memiliki beberapa ajaran yang berdimensi sosial, antara lain futuwwah dan itsar. Apabila Ibn al-Husain al-Sulami (1992) mengartikan futuwwah (ksatria) dan fata (pemuda), maka untuk masa sekarang maknanya bisa dikembangkan menjadi seorang yang ideal, mulia dan sempurna. Atau bisa juga diaartikan sebagai orang yang ramah tamah dan dermawan, tabah terhadap cobaan, meringankan kesulitan orang lain, pantang menyerah, iklas karena Allah SWT dan tanggung jawab. Adapun arti al Itsar, yaitu lebih mementingkan orang lain dari pada diri sendiri.

  Kehidupan sosial sendiri sangat penting, karena memang manusia adalah makhluk Allah yang mempunyai dua dimensi. Yaitu dimensi rohani dan dimensi jasmani. Untuk itu manusia harus menjalin dua hubungan, yang pertama hubungan antara manusia dengan Allah dan yang kedua hubungan manusia dengan sesama manusia dan alam sekitarnya. Ibadah dalam Islam pun bukan saja bersifat keimanan, ritual yang hanya melahirkan keshalihan individu, melainkan juga bersifat sosial yang dapat melahirkan keshalihan sosial. (Syukur 2004 : 69-70)

  Mengacu pada bukunya Amin Syukur (2004 : 85) juga menyatakan bahwa kehadiran islam di dunia ini terkandung maksud untuk mengubah masyarakat dari berbagai kegelapan dengan cahaya yang dibawa islam. Perubahan-perubahan yang ada tentunya dimulai dengan perubahan individual. Perubahan individual dimulai dari perubahan peningkatan dimensi intelektual, kemudian dimensi ideologial (berpangkal pada tauhid), kemudian dimensi ritual yang bermuara pada dimensi sosial.

  Berdasarkan gambaran dari latar belakang masalah diatas, maka penulis mempunyai keinginan lebih dalam dan melakukan penelitian dengan mengangkat judul

  “NILAI-NILAI PERILAKU SOSIAL PADA WA AKTIVITAS JAMA’AH TAREKAT QODIRIYAH

NAQSABANDIYAH DI PONDOK PESANTREN NURUL ALI SEMPU,

SECANG, MAGELANG”.

  B.

   Rumusan masalah.

  Setelah memperhatikan latar belakang yang tertulis diatas, maka dapat di ambil beberapa pertanyaan, sebagai berikut :

1. Apa motivasi jama‟ah mengikuti tarekat qodiriyah wa naqsabandiyah di

  Pondok Pesantren Nurul Ali Sempu, Secang, Magelang? 2. Bagaimana deskripsi aktivitas jama‟ah tarekat qodiriyah wa naqsbandiyah di Pondok Pesantren Nurul Ali Sempu, Secang, Magelang. Adakah nilai- nilai perilaku sosial dalam kegiatan tersebut? C.

   Tujuan penelitian.

  Tujuan yang hendak dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui motivasi jama‟ah mengikuti tarekat qodiriyah wa naqsabandiyah di Pondok Pesantren Nurul Ali Sempu, Secang, Magelang.

  2. Untuk mengetahui deskripsi aktivitas jama‟ah tarekat qodiriyah wa naqsbandiyah di Pondok Pesantren Nurul Ali Sempu, Secang, Magelang.

  Dan nilai-nilai perilaku sosial dalam kegiatan tersebut.

  D. kegunaan penelitian.

1. Manfaat teoritis.

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang nilai-nilai pendidikan sosial pada aktivitas jama‟ah tareqat qodiriyah naqsyabandiyah dalam kehidupan sehari-hari pondok pesantren nurul ali sempu, secang, magelang.

2. Manfaat praktis.

  a.

  Bagi pembaca : Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan, petunjuk, maupun acuan bahan pertimbangan yang cukup berarti bagi peneliti yang lain.

  b.

  Bagi peneliti : Sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang penulis peroleh serta untuk menambah pengalaman dan wawasan baik dalam bidang penelitian lapangan maupun penulisan terakait.

E. Penegasan istilah.

  Untuk menghindari kesalahan dalam pemahaman dan untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan penelitian perlu penulis menjelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, yaitu ; a.

  Nilai-nilai Perilaku Sosial Nilai adalah kumpulan dari ukuran-ukuran, orientasi, dan teladan luhur yang selaras dengan akidah yang diyakini dan tidak bertentangan dengan perilaku masyarakat. (Murshafi, 2009: 96). Sedangkan Sosial berasal dari kata socius yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersama-sama. Sedangkan dalam kamus psikologi, sosial berarti hubungan seorang individu dengan yang lainya dari jenis yang sama atau pada sejumlah individu yang membentuk lebih banyak atau lebih sedikit kelompok-kelompok yang terorganisir juga tentang kecenderungan dan impuls-impuls yang berhubungan dengan yang lainya. (Drever, 1986 : 447). Perilaku sosial adalah cara berbuat atau menjalankan sesuatu sesuai dengan sifat yang layak bagi manusia.

  (Poerdaminta, 1976: 553). Jadi perilaku sosial dapat diartikan sebagai perbuatan dan tingkah laku yang dimiliki seseorang dalam berinteraksi dengan masyarakat yang sifatnya berulang-ulang terhadap objek sosial.

  b.

  Jama‟ah tareqat qodiriyah naqsabandiyah .

  Sec ara bahasa jama‟ah adalah berkumpul, sedangkan menurut istilah jama‟ah adalah pelaksanaan ibadah secara bersama-sama yang dipimpin oleh seorang imam.

  Tarekat adalah jalan, petunjuk dalam melakukan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabi‟in, turun temurun sampai kepada guru-guru. Sambung menyambung dan rantai merantai. (Aceh, 1996 : 67).

  Tarekat qodiriyah adalah salah satu nama tarekat yang didirikan didirikan oleh Sayyid Muhyiddin “Abdul Qadir Jilani” atau Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani. Dalam tarekat ini mempunyai dzikir-dzikir dan wirid tertentu. Sedangkan tarekat naqsabandiyah adalah tarekat yang didirikan oleh Muhammad Baha‟uddin Al-Uwaisi Al-Bukhari. Dalam tareqat ini juga mempunyai dzikir-dzikir dan wirid tersendiri. (Aceh, 1996 : 319).

  Jadi jama‟ah tarekat qodiriyah naqsabandiyah adalah kelompok atau kumpulan orang yang mengikuti dan mengamalkan ajaran-ajaran tarekat qodiriyah naqsabandiyah.

  Berdasarkan uraian diatas, maka nilai-nilai pendidikan sosial yang penulis maksudkan adalah secara umum jama‟ah tarekat biasanya hanya terkait intensitas kedekatanya dengan Allah secara vertikal, namun sebenarnya memiliki implikasi secara horisontal, berupa pendidikan sosial.

  Pendidikan sosial menurut Murshafi (2009:31) adalah proses menjadikan seseorang dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Kemudian secara operasional jika mengacu pada tulisan Amin Syukur (2994: 16), bahwa pendidikan sosial dapat meliputi futuwwah dan itsar. Ibn al-Husain al-Sulami yang mengartikan futuwwah (ksatria) dan fata (pemuda), dan untuk masa sekarang maknanya bisa dikembangkan menjadi seorang yang ideal, mulia dan sempurna. Atau bisa juga diaartikan sebagai orang yang ramah tamah dan dermawan, tabah terhadap cobaan, meringankan kesulitan orang lain, pantang menyerah, iklas karena Allah SWT dan tanggung jawab. Adapun arti al Itsar, yaitu lebih mementingkan orang lain dari pada diri sendiri.

  Secara keseluruhan penulis meneliti nilai-nilai pendidikan sosial pada aktivitas jamaah tarekat qodiriyah wa naqsyabandiyah di pondok pesantren Nurul Ali, Secang, Magelang.

F. Sistematika penulisan.

  Penelitian ini disajikan dalam hal yang semenarik mungkin dan diurutkan dalam sistematika penulisan. Dalam penyusunan nila-nilai pendidikan sosial pada aktivitas jamaah tarekat qodariyah wa naqsyabandiyah di Pondok Pesantren Nurul Ali Sempu, Secang, Magelang. Adapun sistematika penulisan ini dibagi dalam tiga bagian utama. Yakni bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Untuk lebih rincinya, dapat dijelaskan sebagai berikut : bagian awal yang berisi halaman sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan,pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

  Bagian utama (inti) terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terbagi galam beberapa sub bab : BAB I: Merupakan pendahuluan yang berisi latar belaang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.

  BAB II: Berisi tentang kajian pustaka yang mencakup tentang teori-teori mengenai pengertian perilaku sosial sosial dan bentuk-bentuknya, pengertian tarekat, tujuan tarekat, amalan dan ritual tarekat, macam-macam tarekat, dan kaitan ibadah dengan nilai sosial.

  BAB III: Berisi tentang metode penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi peneliti, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisa data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

  BAB IV : Berisi tentang temuan data dan analisis yang meliputi: letak geogravis Pondok, Proifil Pondok Pesantren, visi dan misi, susunan pengurus, daftar ustadz dan ustadzah, sarana prasarana, tarekat qodiriyah wa naqsabandiyah di Pondok Pesantren Nurul Ali, silsilah tarekat qodiriyah wa naqsabandiyah di Pondok Pesantren Nurul Ali, aktivitas-akrtivitas tarekat qodiriyah wa naqsabandiyah di Pondok Pesantren Nurul Ali, gambaran Informan, hasil wawancara, analisis.

  BAB V: Berisi bab akhir sebagai penutup dalam penulisan penelitian ini, adapun isi dalam bab ini adalah kesimpulan dan saran bagi pihak terkait.

BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Sosial 1. Konsep perilaku Sosial Perilaku dapat diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu

  terhadap rangsangan atau lingkungan. (Depdiknas, 2007: 859). Perilaku menurut pendapat Poerdaminta adalah melakukan suatu langkah atau tindakan. (Poerdaminta, 2006: 1141,)

  Sosial berasal dari bahasa Yunani, yaitu socius yang artinya teman atau kawan, dalam arti luas sosial juga sering diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat atau kemasyarakatan. (Sinaga, 1998)

  Sosial juga diartikan segala sesuatu mengenai masyarakat, kemasyarakatan, suka memperhatikan kepentingan umum, suka menolong, dan sebagainya. (Adi, 2001: 438)

  Sedangkan pengertian lain diberikan oleh Depdiknas (2007: 984) mengartikan sosial artinya berkenaan dengan masyrakat: perlu adanya komunikasi dalam usaha menunjang pembangunan, suka memperhatikan kepentingan umum (suka menolong, menderma, dsb).

  Perilaku sosial adalah cara berbuat atau menjalankan sesuatu sesuai dengan sifat yang layak bagi manusia. (Poerdaminta, 1976: 553). Perilaku social juga diartikan sebagai aktivitas fisik atau psikis seorang terhadap orang lain sebagai pemenuhan kebutuhan diri atau orang lain sesuai tuntunan social (Hurlock, 1999: 462). Jadi perilaku sosial adalah perbuatan dan tingkah laku yang dimiliki seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat yang sesuai dengan tatanan yang ada.

2. Bentuk-bentuk Perilaku Sosial

  Berbagai bentuk-bentuk dari aspek sosial pada seseorang pada dasarnya merupakan sikap atau karakter pribadi seseorang yang dapat terlihat ketika seseorang berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain, diantaranya : a.

  Ramah Tamah Seorang muslim yang benar-benar memahami ajaran islam memiliki sifat ramah dan kasih sayang, karena memahami bahwa ramah kepada sesama manusia di muka bumi akan mendatangkan kasih sayang di akhirat yang akan dianugerahkan kepada mereka.

  Seorang muslim sejati tidak membatasi keramahanya hanya kepada keluarganya, anaknya, saudaranya, atau teman-temanya, namun keramahanya itu melebar kepada seluruh manusia. Ini sesuai ajaran Nabi SAW yang mencakup seluruh manusia dan menjadikan keramahan sebagai bagian dari keimanan. (Ali, 2003 : 266-267)

  Sebag aimana diriwaatkan Abu Musa al Asy‟ari dari Nabi SAW:Kamu tidak akan memiliki iman yang sempurna sampai kamu bersikap kasih sayang kepada orang lain. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, kami semua saling menyayangi.” Rasulullah menjawab,

  “Bukan kasih sayang kepada sesama temanmu, tetapi kasih sayang kepada semua orang dan kepada bangsa pada umumnya.” b.

  Dermawan Kedermawanan atau kepemurahan merupakan salah satu karakter utama (akhlak mahmudah) yang senantiasa perlu dimiliki, ditumbuhkan, dan dikembangkan oleh setiap pribadi muslim yang mengharapkan kesuksesan dalam kehidupanya. Kedermawanan akan mengundang cinta dan kasih sayang dari Allah SWT dan dari sesama manusia. Sebaliknya, kebakhilan dan hanya mementingkan diri sendiri hanya akan mengundang kemurkaan dari Allah SWT dan dari sesama manusia. (Anggota IKAPI DKI Jakarta, 2006 : 41- 42)

  Dalam sebuah hadits riwayat imam Tirmidzi, rasulullah bersabda, “Kepemurahan atau kedermawanan akan mendekatkan diri kepada Allah SWT, kepada sesama manusia, dan kepada surga-Nya, serta akan menjauhkan dari siksa dan azab-Nya.

  Sedangkan kebakhilan dan kekikiran akan menjauhkan seorang muslim dari Allah SWT, dari sesama manusia, dan dari surgan- Nya. Juga (kebakhilan) akan mendekatkan pada siksa dan azab- Nya. Orang bodoh yang pemurah jauh lebih baik dalam pandangan Allah daripada orang yang ahli ibadah tetapi sangat bakhil” c.

  Sabar Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Kahfi ayat 28, yaitu :

                                  

  Artinya : “Dan Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya Telah kami lalaikan dari mengingati kami, serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya itu melewati batas” (Q.S al-Kahfi : 28).

  Dalam buku Seratus cerita Tentang akhlak (Anggota IKAPI DKI Jakarta, 2006: 165-166) menuliskan bahwa Sabar adalah suatu energi dan kekuatan yang harus selalu melekat pada setiap pribadi muslim, dengan kesabaran yang tinggi, seseorang pasti akan selalu tabah dan ulet dalam mengarungi bahtera kehidupan yang kadangkala diatas dan kadangkala dibawah. Kesabaran yang harus selalu dipertahankan, sebagaimana tersebut dalam surat Al-Kahfi ayat 28 adalah kesabaran ketika ber-ukhwah dan berjama‟ah antara sesama orang-orang yang beriman.

  Ternyata membangun ukhuwah itu banyak sekali tan-tanganya. Kadangkala berasal dari faktor internal dan kadangkala berasal dari faktor eksternal. Tidak jarang kita melihat antar sesama orang islam saling menfitnah, saling menjegal, dan saling menggunjing. Ukhuwah islamiyah adalah sesuatau yang sangat mahal dan sangat berat mengaplikasikanya tetapi sangat tinggi dan mulia nilainya dihadapan Allah SWT.

  d.

  Tolong Menolong atau meringankan kesulitan orang lain Tolong menolong termasuk persoalan-persoalan yang penting dilaksanakan oleh seluruh umat manusia secara bergantian, sebab tidak mungkin seorang manusia itu akan dapat hidup sendiri-sendiri tanpa menggunakan cara pertukaran kepentingan dan kemanfaatan. Antara seorang dengan orang lain tentu saling hajat-menghajatkan, butuh- membutuhkan, dan tolong-menolong. (Al Ghalyani, 1976 : 223) e.

  Mementingkan orang lain dari pada diri sendiri Seorang muslim sejati lebih mengutamakan orang lain dari pada dirinya sendiri, meskipun dia miskin, karena islam mengajarkan kepada para pengikutnya untuk melakukn hal demikian. Altruisme (sikap mengutamakan kepentingan orang lain) ini merupakan karakteristik dasar seorang muslim sejati, yang membedakan dirinya sendiri dengan orang lain. Kaum anshor merupakan pahlawan- pahlawan generasi pertama dalam hal altruisme sepeninggal Nabi Muhammad SAW sendiri. Sebuah ayat Al-Q ur‟an diwahyukan untuk memberikan pujian kepada keunikan mereka dalam hal tidak mementingkan diri sendiri, yang tertap menjadi teladan yang istimewa sepanjang waktu bagi humanistis mengenai betapa kedermawanan dan altruisme harus dilakukan. (Muhammad Ali, 2003: 417-418)

  Sebagaiman dalam firman Allah SWT dalam Q.S Al-Hasyr ayat 9) yaitu :

                                  

  Artinya “Dan orang-orang yang Telah menempati kota Madinah dan Telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka

  (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung ”. (q.s Al-Hasy ayat 9) B.

   Tarekat Qodariyah wa Naqsabandiyah 1.

  Konsep tarekat Tarekat berasal dari bahasa arab thariqoh yang berarti al-khat fi syar‟i (garis sesuatu), al-sirah (jalan). Al-sabil (jalan). Kata ini juga bermakna al- hal (keadaan) seperti terdapat dalam kalimat huwa‟ala thariqah hasanah watharawiyah sayyi‟ah (berada dalam keadaan/ jalan yang baik dan jalan yang buruk), dalam literatur barat, kata thariqah menjadi tarika yang berarti road (jalan raya), way (cara, jalan), dan path (jalan setapak). Tarekat juga berarti melakukan olah batin, latihan-latihan (riyadah), dan perjuangan yang sungguh-sungguh (mujahadah) di bidang kerohanian. Mengikuti tarekat juga berarti membersihkan diri dari sifat mengagumi diri sendiri, sombong, ingin dipuji orang lain, cinta dunia, dan sejenisnya. Tarekat harus ikhlas, rendah hati, berserah diri dan rela hati.

  (Jamil, 2005: 47) Dalam bukunya Sihab (2001 : 171) menyatakan, tarekat berasal dari bahasa arab al thoriq yang berati jalan yang ditempuh dengan jalan kaki. Dari pengertian ini kemudian kata tersebut digunakan dalam konotasi makna cara seseorang melakukan perkerjaan, baik terpuji maupun tercela.

  Dan diterangkan lebih lanjut menurut istilah tasawuf, tarekat ialah perjalanan khusus bagi para sufi yang menempuh jalan menju Allah SWT perjalanan yang mengikuti jalur yang ada melalui tahap seluk beluknya. (Sihab, 2001 : 171)

  Jika mengacu pada Abu Bakar Aceh (1996 : 67) menjelaskan arti tarekat adalah petunjuk, petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadah sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkn oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabi‟in, turun temurun sampai kepada guru-guru, sampung menyambung dan rantai berantai. Guru-guru yang memberikan petunjuk dan pimpinan ini disebut Mursyid yang mengajarkan dan memimpin muridnya sesudah mendapat ijazah dari gurunya pula sebagaiman tersebut dalam silsilahnya. (Abu Bakar Aceh, 1996 : 67)

  Sedangkan tareqat qadariyah wa naqsabandiyah merupakan gabungan dari dua tarekat, yaitu tarekat qodariyah dan tarekat naqsabandiyah. Tarekat qodariyah adalah tarekat yang didirikan oleh Sayyid Muhyiddin “Abdul Qadir Jilani” atau Syekh Abdul Qadir Al- Jaelani. Dalam tareqat ini mempunyai dzikir-dzikir dan wirid tertentu.

  Sedangkan tareqat naqsabandiyah ini adalah tarekat yang didirikan oleh Muhammad Baha‟uddin Al-Uwaisi Al-Bukhari. Dalam tareqat ini juga mempunyai dzikir-dzikir dan wirid tersendiri. (Aceh, 1996 : 319).

  Tarekat qodiriyah wa naqsabandiyah adalah nama sebuah tarekat yang merupakan penggabungan dari tarekat qodiriyah wa naqsabandiyah yang dilakukan oleh Syaikh Ahmad Khatib bin Abdul Ghaffar as Sambasi. Berasal dari Klaimantan Barat, tetapi menetap dan menetap di Mekkah. (Bruneissen: 1995: 89-90) 2. Tujuan Tarekat qodariyah wa naqsabandiyah

  Dalam bukunya Abu Bakar Aceh (1996 : 71) Syekh Najmuddin Al-

  Kubra, sebagai tersebut dalam kitab “Jami’ul Auliya” (Mesir, 1331 Masehi) mengatakan, syariat itu merupakan uraian, tarekat itu merupakan pelaksanaan, hakikat itu merupakan keadaan, dan makrifat itu merupakan tujuan pokok, yakni pengenalan Tuhan yang sebenar-benarnya. Diberinya teladan seperti bersuci taharah pada syariat dengan air atau tanah, pada hakikat bersih dari hawa nafsu, pada hakikat bersih hati dari selain Allah, semuanya itu untuk mencapai makrifat terhadap Allah. Oleh karna itu orang tidak dapat berhenti pada syari‟at saja, mengambil tarekat atau syari‟at saja. Ia memperbandingkan syari‟at itu dengan sampan, tarekat itu lautan, hakikatr itu mutiara, orang tidak dapat mencapai mutiara dengan tidak melalui kapal dan laut.

  Seoramg ahli tarekat menerangkan, bahwa sebenarnya tarekat itu tidak terbatas banyaknya, karena tarekat atau jalan kepada tuhan itu sebanyak jiwa hamba Allah. Pokok ajaranya tidak terbilang pula, karena ada yang melalui jalan zikir, jalan murraqobah, jalan ketenangan hati, jalan pelaksanaan segala ibadah, seperti sembahyang, puasa, haji, jihad, jalan melalui kekayaan, seperti mengeluarkan zakat, dan membiayai amal kebajikan, jalan membersihkan jiwa, dari kebimbangan dunia akan ketama‟an hawa nafsu, seperti khalawat, dan mengurangi tidur, mengurangi makan minum, semua itu tidak dapat dicapai dengan meninggalkan syari‟at dan sunnah Nabi. Dalam hal ini Al-Junaid memperingatkan : “ semua tarekat itu tidak berfaedah bagi hamba Allah jika tidak menur ut sunnah Rasulnya”. (Aceh, 1996 :72)

  Tujuan tarekat qodiriyah naqsabandiyah yang berkembang di indonesia adalah gabungan dari dua tarekat yang diamalkan bersama- sama. Tujuan tareqat qodiriyah naqsabandiyah sama dalam tujuan islam itu sendiri, yaitu menuntun manusia agar mendapat ridha Allah, sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat. Dalam bukunya Cecep Alba (2012 : 95- 96) Ada empat macam tujuan tareqat Qodariyah wa Naqsabandiyah, antara lain :

  1) Taqarub ilallah.

  Taqarub Ilallah ialah mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan dzikrullah, yang mana dalam hal ini dapat dikatakan tak ada sesuatupun yang menjadi tirai penghalang antara abib dengan ma‟bud, dan antara khalik dengan makhluk. 2) Menuju jalan mardhatillah.

  Ialah menuju jalan yang diridhakan oleh Allah, baik dalam ubudiyah maupun diluar ubudiyah. Alhasil dalam segala gerak gerik manusia harus mengikuti atau mentaati perintah-perintah Tuhan dan menjauhi atau meninggalkan segala larangan-laranga-Nya. Hasil dari semua itu, diantaranya: budi pakerti menjadi baik, akhlak pun menjadi baik dan segala ihwalnya menjadi baik pula, baik yang berhubungan dengan Tuhan, maupun yang berhubungan dengan manusia dan makhluk Allah, yang insyaallah tidak akan terlepas dari keridhaan Allah SWT. 3)

  Kemakrifatan (al-makrifat) Makrifat ialah melihat Tuhan dengan mata hati, yang menjadi tujuan pokok, yaitu pengenalan Tuhan yang sebenar-benarnya.

  4) Kecintaan (Mahabbah) terhadap Allah.

  Yaitu “Dzat laisa kamislihi syaiun” yang mana dalam mahabbah itu mengandung keteguhan jiwa dan kejujuran hati. Kalau telah tumbuh mahabbah maka timbulah rupa-rupa hikmah, diantaranya adalah: membiasakan diri dengan selurus-lurusnya dalam hak zahir maupun batin. Dan dalam keadilan, yakni dapat menetapkan sesuatu pada tempatnya dangan sebenar-sebenarnya. Peranan dari mahabbah juga dapat mendatangkan belas kasihan kepada sesama makhluk, diantaranya cinta pada nusa dan bangsa serta agama.

  Tarekat qadiriyah wa naqsabandiyah adalah salah satu jalan untuk membukakan diri agar tercapai arah dan tujuan yang tersebut diatas tadi. Dan untuk mendapat ridha Allah, manusia harus komitmen terhadap ajaran Allah yang landasanya adalah tauhidullah. Apapun aktifitas kehidupan manusia, semua harus berawal dari tauhidullah, yaitu berjalan pada jalan yang dikehendaki oleh Allah dan berahir menuju ridha Allah.

  Indikator manusia yang mendapat ridha Allah adalah ia diberi kemampuan oleh Allah untuk ma‟rifat kepada Allah, mulai dari ma‟rifat sifat (mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah), ma‟rifat af‟al (mengenal A llah melalui perbuatan Allah), dan sampai kepada ma‟rifat zat (mengenal Allah melalui zat Allah).

  Indikator kedua orang yang mendapat ridha dari Allah ialah, ia mencintai Allah (Mahabbah Ilallah). Ciri-ciri orang yang mahabbah Ilallah ialah orang yang cinta berdzikir kepada Allah, dan tanda orang yang benci kepada Allah adalah orang yang tidak senang berdzikir kepada Allah.

3. Amalan dan ritual Tarekat qodiriyah naqsabandiyah

  Tarekat qodiriyah naqsabandiyah sebagai sebuah aliran dalam tasawuf mempunyai amaliah yang khusus yang tentu tidak akan sama dengan amaliah tarekat lain. Kalaupun ada kesamaan kemungkinan dalam beberapa hal saja, karena memang sumber ajaranya dari Rasulullah.

  Amaliah yang bersifat spiritual ini harus diamalkan oleh siapa saja yang telah menyatakan diri melalui “talqin” sebagai murid dan ikhwan dari guru atau mursyid dalam komunitas tarekat tersebut. Amaliah tersebut merupakan amalan yang sangat penting yang harus dilakukan oleh murid setelah melakukan amalia h syar‟iyah yaitu salat fardhu. (Alba, 2012: 98)

  Dalam bukunya Jamil (2005 : 64-68) ada beberapa ritual dan seremonial yang harus dilakukan seseorang apabila ingin memasuki tarekat. Dalam tarekatlangkah-lagkah itu merupakan bagian dari disiplin dalam olah rohani, yaitu: a.

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 26

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 14

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 16

NILAI-NILAI SOSIAL DALAM TAFSIR SURAT AT-TAUBAH AYAT 71 DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 126

PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KECERDASAN SPIRITUAL DALAM IBADAH PUASA PERSPEKTIF TASAWUF SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 126

KONSEP IKHLAS DALAM KITAB MINHAJUL ABIDIN DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN IBADAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 100

IMPLEMENTASI SIKAP SOSIAL DAN SPIRITUAL PADA JAMAAH MAJELIS DOA MAWAR ALLAH DI IAIN SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

0 0 168

KONSEP BIRRUL WAALIDAIN AL-QUR’AN SURAT AL-AHQAAF AYAT 15-16 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 132

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SANTRI PONDOK PESANTREN AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 132

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM, PADA SISWA MTS NEGERI SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 6 141