KONSEP BIRRUL WAALIDAIN AL-QUR’AN SURAT AL-AHQAAF AYAT 15-16 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

KONSEP BIRRUL WAALIDAIN

AL- QUR’AN SURAT AL-AHQAAF AYAT 15-16

  

DAN IMPLEMENTASINYA DALAM

PENDIDIKAN KELUARGA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Oleh :

WAHYU ARIANI OKTAVIA

NIM : 111-13-138

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

2017

  

MOTTO

يِل ْرُكْشا ِفَأ ِنْيَماَع يِف ُوُلاَصِفَو ٍنْىَو ىَلَع اًنْىَو ُوُّمُأ ُوْتَلَمَح ِوْيَدِلاَوِب َفاَسْنلإا اَنْػيَّصَوَو

ُريِصَمْلا َّيَلِإ َكْيَدِلاَوِلَو

  “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-

  Kulah kembalimu”.(QS. Luqman/31:14)

  

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil‟alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT

  skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1.

  Allah SWT, karena hanya atas izin dan karunia-Nyalah maka skripsi ini dapat dibuat dan selesai tepat pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Allah SWT penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala do‟a.

  2. Kedua orang tua saya, Bapak Slamet Wahyono dan Ibu Sri Ari Rahmawati yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta do‟a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan do‟a dan tiada do‟a yang paling khusuk selain do‟a yang terucap dari orang tua.

  3. Bapak Supriyadi dan Ibu Nanik, yang sudah saya anggap sebagai orangtua saya. Selalu menasihati, menjaga, memotivasi dan membantu saya selama belajar di Salatiga.

  4. Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik. Terimakasih banyak Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan selalu terpatri di hati.

  5. Seluruh karyawan dan karyawati IAIN Salatiga yang telah membantu saya dalam melengkapi semua keperluan dalam hal akademik.

  6. Kakek dan nenekku tersayang, Ahmad Ngatmin dan almh. Rubiyem yang telah memberikan dukungan kepada saya untuk dapat mengapai apa yang saya inginkan.

  7. Kedua adikku tersayang, Wahyu Ulfa Laraswati dan Wahyu Intan Sulistiawati yang selalu menjadi penyemangat saya, terima kasih untuk semua yang telah kalian berikan untuk mbak.

  8. Om Tamul, om Syaiful, om Abidin, om Yoyok, bulek Eni, bulek Alfi, bulek Yanti yang selalu membimbing, menasihati serta mendoakan saya.

  9. Mbak Ulil yang selalu memberi motivasi dalam segala hal dan telah menjadi kakak bagi saya. Mbak Wulan, Eli dan Mita teman suka duka di Graha An-Nisa TPQ AL-IKHLAS. Tak ada kenangan yang indah melainkan persahabatan kita selama ini.

  10. Sahabat-sahabat organisasi Racana Kusuma Dilaga Woro Srikandi dan Brigsus IAIN Salatiga, serta sahabat seperjuangan angkatan 2013 khususnya jurusan PAI.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi dengan judul “Konsep Birrul Waalidain Al-Qur‟an Surat Al-Ahqaaf Ayat 15-16 Dan Implementasinya Dalam Pendidikan Keluarga

  ” dapat penulis selesaikan dengan baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan sahabatnya.

  Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan pengarahan dari banyak pihak baik materi maupun spiritual, sehubung dengan itu penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih dan mendoakan semoga amal baik yang telah mereka berikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. H. Rahmad Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.

  4. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dengan penuh kesabaran dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  5. Bapak Yahya, S.Ag. selaku pembimbing akademik penulis.

  ABSTRAK

  Oktavia, Wahyu Ariani. 2017. Konsep Birrul Waalidain al-Q

  ur‟an Surat al-Ahqaaf Ayat 15-16 dan Implementasinya Dalam Pendidikan Keluarga . Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  Pembimbing: Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I Kata Kunci : Pendidikan, Keluarga, Birrul Waalidain.

  Perintah berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan kewajiban setiap anak. Namun pada kenyataan sekarang, banyak remaja yang kurang memperdulikan hal tersebut. Mereka cenderung untuk berbuat kasar dan tidak perduli kepada orang tuanya. Karena itu, tujuan dalam penelitian ini adalah a) untuk mengetahui konsep birrul waalidain al-

  Qur‟an surat al-Ahqaaf ayat 15-16, dan b) untuk mengetahui implementasi konsep birrul waalidain dalam pendidikan keluarga.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan atau bisa disebut dengan studi pustaka (library research), yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan kepustakaan, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan Tahlili atau tafsir tahlili, yaitu menafsirkan ayat al-

  Qur‟an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung serta menerangkan makna yang tercangkup di dalamnya. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, digunakan metode dokumentasi, yaitu mencari data-data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, dan sebagainya. Metode untuk membahas sekaligus sebagai kerangka berpikir pada penelitian ini adalah metode analisis isi (content analysis), yaitu suatu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun data, kemudian diusahakan pula dengan analisis dan interpretasi atau penafsiran terhadap data-data tersebut.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa a) konsep birrul waalidain al- Qur‟an surat al-Ahqaaf ayat 15-16 adalah ketaatan seorang anak kepada orang tua dengan mendoakan mereka baik ketika masih hidup maupun setelah mereka meninggal, serta mendoakan keturunannya kelak supaya hidup dan mati dalam bertauhid kepada Allah SWT. b) implementasi konsep birrul waalidain dalam pendidikan keluarga adalah sikap bakti anak terhadap kedua orang tuanya dengan mendoakan mereka. Untuk menumbuhkan sikap bakti tersebut, hendaklah orang tua mendidik dan membiasakan hal-hal yang baik kepada anak sejak dini. Karena baik dan buruknya akhlak seorang anak, tergantung bagaimana pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN SAMPUL……………………………………………………..……...I HALAMAN BERLOGO………………………………………….………...........II PERSETUJUAN PEMBIMBING………………..……………………….…...…III PENGESAHAN KELULUSAN……………………………………..…….….....IV DEKLARASI……………………………………………………………….….…V MOTTO……………………………………………………….…………............VI PERSEMBAHAN……………………………………………….…..….............VII K

  ATA PENGANTAR.…...………………………………………..………….…IX ABSTRAK………………………………………………………….…………....XI DAFTAR ISI………………………………………………….………...........…XII

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………..……………………….1 B. Rumusan Masalah ……………..............………….……………………....5 C. Tujuan Penelitian………………...………………………..………….…....5 D. Kegunaan Penelitian……………...…………………………….….….…...5 E. Telaah Pustaka…………………...………………………….………..……6 F. Penegasan Istilah………..…………………………………………………8

  G.

  Metode Penelitian…………………………………..…………………….14 H. Sistematika Penulisan……………………………………..……………...16

  BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Keluarga 1. Pengertian Pendidikan Keluarga……...…….…….………………….19 2. Unsur Pendidikan Keluarga…………..……..……………………….24 3. Pendidikan Agama dalam Keluarga……………………………….....30 4. Metode Pendidikan Keluarga………...……….………………..…….34 B. Konsep Birrul Waalidain dalam Al-Qur‟an 1. Pengertian Birrul Waalidain………………………….……….……..37 2. Kedudukan Birrul Waalidain dalam Al-Qur‟an…………….….…....40 3. Macam-macam Bentuk Birrul Waalidain…………………………...42 4. Keutamaan Birrul Waalidain……………………………………..….47 BAB III KAJIAN SURAT AL-AHQAAF 1. Deskripsi Surat al-Ahqaaf………………………………………..………53 2. Asbabun Nuzul Surat al-Ahqaaf ayat 15-16……….………….…………54 3. Munasabah Surat al-Ahqaaf……………………………………..……….56 4. Tafsir Surat al-Ahqaaf ayat 15-16……………………………..…………71

  BAB IV ANALISIS KONSEP AL- QUR’AN TENTANG BIRRUL WAALIDAIN 1. Analisis Konsep Birrul Waalidain al-Qur‟an Surat al-Ahqaaf ayat 15-

  16…………………………………………………………………………96 2. Analisis Implementasi Konsep Birrul Waalidain dalam Pendidikan

  Keluarga ……………………………………………..…………….……101

  BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan……………………………………….…...………...……....104 2. Saran…………………………………………………....………...……..106 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia Allah SWT yang harus dijaga dan

  diasuh agar menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Anak ibarat kertas putih yang bersih dan belum ada tulisannya, tugas orang tua adalah menulis rangkaian kata-kata indah menjadi sebuah kisah yang menarik dan bermakna. Begitu juga dalam mendidik anak, memberi pengetahuan yang baik seperti dalam hal agama, moral dan akhlak sehingga otak anak penuh akan memori kebaikan, karena kelak anak menjadi penerus orang tua.

  Dalam upaya mencapai pendidikan yang sebaik-baiknya, pemerintah Indonesia memiliki fungsi dan tujuan pendidikan yang dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

  Bab II Pasal 3, tentang Sistem Pendidikan nasional, yang berbunyi: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

  Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 tersebut, menandakan bahwa pemerintah sangat memperhatikan bahwa setiap anak wajib mendapatkan pendidikan, sebab pendidikan sangat penting dalam pembentukan watak yang baik bagi seorang anak. Individu yang berkarakter mampu melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Individu ini juga mampu memberikan hak kepada Allah dan RasulNya, sesama manusia, makhluk lainnya, serta alam sekitar dengan sebaik-baiknya (Abdullah, 2007:22).

  Islam begitu memperhatikan dalam pendidikan anak, karena anak-anak sekarang adalah generasi masa depan. Mereka adalah inti utama dalam membentuk umat dan masa depan. Islam tidak putus-putusnya berusaha menciptakan masa depan bagi generasinya dan mengarahkan kepada jalan yang lurus agar mereka bisa mengentaskan manusia yang tersesat dalam kegelapan syirik, kebodohan, kesesatan, dan kekacaubalauan menuju cahaya tauhid, ilmu, hidayah, kestabilan individu dan sosial (al-Fiqy, 2007:15).

  Islam juga melarang orang tua meninggalkan anak mereka dalam keadaan lemah, baik fisik, moral maupun pengetahuan. Sebagaimana Firman Allah SWT berikut:

   ا ْوُل ْوُقَػيْلَو َوَّللا اوُقَّػتَيْلَػف ْمِهْيَلَع ا ْوُػفاَخ اًفاَعِض ًةَّيِّرُذ ْمِهِفْلَخ ْنِم ا ْيِذَّلا َشْخَيْلَو ْوُكَرَػت ْوَل َن اًد ْيِدََ ًلْوَػق

  Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang

  seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.

  Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (QS. An-Nisa/4:9) (Depag, 1977:116).

  Saat ini generasi muda kita mengalami krisis moral, krisis akhlak. Banyak media sosial baik cetak maupun elektronik yang memuat kabar tentang perlakuan kurang baik seorang anak terhadap kedua orang tuanya.

  Mengingat masalah tersebut, sangat disayangkan karena orang tua kita adalah perantara kita untuk bisa sampai ke dunia ini. Banyak anak yang enggan menyisihkan sebagian waktunya, mengucurkan keringat atau sekedar berlelah-lelah sedikit, untuk merawat orang tuanya yang sudah „uzur‟. Terutama sekali, bila anak tersebut sudah berkedudukan tinggi, sangat sibuk dan punya segudang aktivitas. Akhirnya, anak merasa sudah berbuat segalanya dengan mengeluarkan biaya secukupnya, lalu memasukkan kedua orang tuanya ke panti jompo.

  Sekarang banyak remaja yang tidak memperhatikan masalah berbakti kepada kedua orang tua dan beranggapan bahwa hal itu bukan suatu keharusan dan tidak penting bagi mereka. Bahkan mereka memutuskan hubungan sanak famili atau kerabat yang telah digariskan oleh Allah untuk mengembangkannya. Tidak jarang mereka memperlakukan kedua orang tua dengan kelakuan kasar dan perkataan yang tidak baik. Banyak berita-berita di surat kabar, majalah dan televisi mengenai anak yang memperlakukan kedua orang tuanya dengan perbuatan yang kurang baik, seperti berkata kasar, melaporkan orang tuanya ke polisi, bahkan ada anak yang sampai tega membunuh orang tuanya hanya karena masalah sepele.

  Hampir setiap hari sebagian besar surat kabar menunjukkan kepada kita beberapa kasus besar seputar hal itu yang telah menimpa keluarga muslim. Juga dalam kehidupan sehari-hari masih banyak kita jumpai di masyarakat, perbuatan-perbuatan yang memperlakukan kedua orang tua dengan tidak baik, terutama kepada ibunya, karena ibunya sudah tinggal sendiri (ditinggal mati suaminya). Padahal mereka orang-orang yang kehidupannya berkecukupan, yang seharusnya mereka merawat dan memberikan segala kebutuhan dan menanggung kehidupan ibunya bukan menelantarkannya.

  Berdasarkan permasalahan yang sering terjadi di masyarakat tersebut, maka penulis membuat skripsi dengan judul “KONSEP BIRRUL

WAALIDAIN AL-

  QUR‟AN SURAT AL-AHQAAF AYAT 15-16 DAN

  IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA ”

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan beberapa pokok permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana konsep birrul waalidain al-Qur‟an surat al-Ahqaaf ayat 15-

  16? 2. Bagaimana implementasi konsep birrul waalidain dalam pendidikan keluarga?

C. Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui konsep birrul waalidain al-Qur‟an surat al-Ahqaaf ayat 15-16.

2. Untuk mengetahui implementasi konsep birrul waalidain dalam pendidikan keluarga.

D. Kegunaan Penelitian

  Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoretis maupun praktis.

1. Secara Teoretis

  Menambah khazanah keilmuan tentang konsep birrul

  waalidain dalam al-

  Qur‟an, khususnya konsep birrul waalidain dalam al-Qu r‟an surat al-Ahqaaf ayat 15-16.

2. Secara Praktis a.

  Memberikan pengetahuan kepada orang tua mengenai pentingnya pendidikan keluarga berdasarkan al-Qur ‟an dan hadist. Dengan harapan setiap keluarga mendidik anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah serta memahami perjuangan orang tua bagi anaknya.

  b.

  Memberikan pengetahuan kepada anak mengenai konsep birrul

  waalidain dalam al-

  Qur‟an. Dengan harapan anak akan mengerti besarnya pengorbanan orang tua untuknya, serta mengerti arti penting berbakti kepada kedua orang tuanya, terutama ketika orang tua sudah lanjut usia.

  c.

  Memperkaya wawasan peneliti dan pembaca dalam memahami ayat al- Qur‟an, khususnya surat al-Ahqaaf ayat 15-16.

E. Telaah Pustaka

  Kajian tentang birrul waalidain (berbuat baik kepada orang tua) dan pendidikan keluarga memang bukan yang pertama kali dilakukan oleh para penulis, terutama penelitian jurnal maupun skripsi. Sejauh penelusuran yang dilakukan, penulis menjumpai hasil penelitian yang memiliki titik singgung dengan judul yang diangkat dalam penelitian dalam skripsi ini.

  Pertama, penelitian yang berkaitan dengan pendidikan keluarga, penulis merujuk pada skripsi yang ditulis oleh saudari Purnamasari mahasiswi Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga tahun 2016 yang berjudul “Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak dalam al-

  Qur‟an”. Skripsi ini memaparkan bahwa tanggung jawab pendidikan anak sepenuhnya adalah keluarga. Jika orang tua memberikan pendidikan yang baik, anak-anaknya akan selamat baik di dunia maupun di akhirat. Pendidkan pertama yang harus diberikan terhadap anak adalah pendidikan keimanan dengan cara mengenalkan Allah SWT dan menanamkan kecintaan terhadap-Nya.

  Kedua, penelitian yang berkaitan dengan pendidikan keluarga, penulis merujuk pada skripsi yang ditulis oleh saudari Miftahul Khoiriyah mahasiswi Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga tahun 2016 yang berjudul “Konsep Pendidikan Keluarga Perspektif Zakiah Daradjat”. Skripsi ini memaparkan bahwa keluarga ikut serta berperan penting di dalam proses pembelajaran. Pendidikan yang diharapkan supaya anak mempunyai tingkah laku yang baik, akhlak yang terpuji.

  Ketiga, penelitian yang berkaitan dengan birrul waalidain, penulis merujuk pada skripsi yang ditulis oleh saudara Muhammad Najib mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga tahun 2016 yang berjudul “Konsep Pendidikan Akhlak Anak Terhadap Orang Tua Kajian Surat Al-

  Isra‟ Ayat 23-24”. Skripsi ini memaparkan bahwa perintah untuk berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua dengan cara memperlakukan mereka berdua dengan perlakuan yang baik dan menyeluruh. Menyeluruh artinya dalam seluruh hidup seorang anak, baik ketika kedua orang tuanya masih hidup maupun sudah meninggal.

  Dari beberapa penelitian tersebut terdapat kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, yaitu mengenai tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak dan akhlak anak terhadap orang tua. Namun juga terdapat perbedaan, yaitu surat yang menjadi kajian dalam penelitian. Penulis menjadikan surat al-Ahqaaf ayat 15-16 sebagai objek dalam penelitian.

F. Penegasan Istilah

  Sebelum diuraikan lebih panjang tentang penelitian ini terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan-penjelasan terhadap istilah-istilah yang terkandung dalam skripsi ini, dengan maksud agar nantinya tidak salah pengertian di kalangan pembaca dalam memahami skripsi ini.

  Adapun istilah-istilah yang dimaksud adalah: 1.

   Konsep

  Konsep secara harfiah sama dengan “pengertian”, hasil “tangkapan” pikiran terhadap sesuatu atau gejala tertentu. Konsep kadang-kadang disebut ide umum atau gagasan atau gambaran fikiran tentang sesuatu secara umum, sehingga dapat dibedakan cirinya dari yang lain (Zed, 2004:87).

  Sehingga dapat dikatakan bahwa konsep adalah ide tentang sesuatu dalam pikiran yang mengandung penafsiran dan penilaian.

  2. Birrul waalidain

  Imam An-Nawawi men jelaskan, “Arti birrul waalidain yaitu berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang dapat membuat mereka gembira, serta berbuat baik kepada teman- teman mereka” (Basyir, 2006:43).

  Al-Imam Adz-Dzahabi menjelaskan bahwa birrul waalidain atau bakti kepada orang tua, hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi bentuk kewajiban: 1) Menaati segala perintah orang tua, kecuali dalam maksiat. 2) Menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh orang tua. 3) Membantu atau menolong orang tua, bila mereka membutuhkan (Basyir, 2006:44).

  Sehingga dapat disimpulkan bahwa birrul waalidain adalah berbuat baik kepada orang tua, selalu menaati perintahnya kecuali dalam maksiat dan menjaga amanahnya, serta menolong orang tua ketika dalam kesulitan dan selalu berusaha membuat kedua orang tua bahagia.

  3. Al-Qur’an

  Qur‟an berasal dari kata

  • – –
  • – Dari segi bahasa, al-

  اًءْرَػق ُأَرْقَػي َأَرَػق

  • – yang artinya membaca (Yunus, 2010:335).

  اًنآْرُػق ًةَءاَرِق

  Dari segi istilah, al-

  Qur‟an adalah Kalamullah yang

  diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. dalam bahasa Arab, yang sampai kepada kita secara mutawattir, ditulis dalam mushaf, dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nass, membacanya berfungsi sebagai ibadah, sebagai mukjizat Nabi Muhammad Saw. dan sebagai hidayah atau petunjuk bagi umat manusia (Zen, 2014:47).

  Al- Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh

  Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw melalui malaikat jibril, untuk diteruskan penyampaiannya kepada seluruh umat manusia di muka bumi ini sampai akhir zaman nanti (Wardhana, 2004:46).

  Sedangkan Nur Efendi dan Muhammad Fathurrohman (2014:40) mengatakan bahwa:

  “Al-Qur‟an adalah firman Allah SWT yang bermu‟jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sesuai dengan redaksinya melalui malaikat Jibril, secara berangsur-angsur, yang dituliskan dalam mushaf-mushaf, yang diriwayatkan secara mutawatir dan bernilai ibadah bagi yang membacanya, yang dimulai dari surat al-fatihah dan diakhiri oleh surat an- nass” Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa al-

  Qur‟an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umat manusia secara mutawatir dan bernilai ibadah bagi yang membacanya. Nabi Muhammad menganjurkan untuk mempelajari al- Qur‟an dari segala aspek, lalu mengajarkannya. Sebagaimana hadist berikut:

   ىِفَو( ْمُكُرْػيَخ :َؿاَق َمَّلَََو ِوْيَلَع ُللها ىَلَص َّىِبَّنلا ْنَع ُوْنَع ُللها ىِضَر َفاَمْثُع ْنَع ِةَرْمِإ ىِف ِنَمْحَّرلاِدْبَع ْوُػبَأ َأَرْػقَأَو :َؿاَق .ُوَمَّلَعَو َفآْرُقْلا َمَّلَعَػت ْنَم )ْمُكَلَضْفَأ َّفِإ :ٍةَياَوِر ا َفاَك ىَّتَح َفاَمْثُع اَذَى يِدَعْقَم يِنَدَعْػقَأ يِذَّلا َؾاَذَو :َؿاَق ,ُجاَّجَحْل )ىراخب هاور(.

  Artinya: Dari Utsman ra. dari Nabi SAW, beliau bersabda,

  “Sebaik-baik kalian (dalam riwayat lain: sesungguhnya yang paling utama diantara kalian) adalah orang yang belajar al-Qur ‟an dan mengajarkannya.” Abu Abdurrahman mengajar al- Qur‟an pada masa kepemimpinan Utsman hingga masa Al Hajjaj. Dia (Abu Abdurrahman sebagaimana yang merujuk pada riwayat dari Ahmad) kemudian berkata “Dan hal itulah yang menempatkanku pada posisi seperti ini .” (HR. Bukhari/2028)(al-Albani, 2013:736).

  Untuk memelihara kemurnian al- Qur‟an dan menjaga dari kesalahan, setiap tahun Jibril mengadakan pengulangan bacaan yang dibaca oleh Nabi Saw. Bahkan pada tahun wafatnya Nabi, setelah wahyu terakhir turun, pengulangan tersebut dilakukan dua kali.

  Demikian pula, yang dilakukan oleh Nabi Saw kepada para sahabat beliau sehingga benar-benar dapat dijamin kebenarannya sesuai dengan wahyu yang beliau terima dari malaikat Jibril. Ketika Nabi wafat, al-

  Qur‟an telah dihafal oleh ribuan sahabat dan telah ditulis ayat-ayatnya sesuai dengan petunjuk Nabi Saw dalam menata urutan surat-surat dan ayat-ayat.

  4. Implementasi

  Implementasi dalam kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai pelaksanaan dan penerapan. Implementasi dipandang sebagai penerapan sebuah inovasi dan selalu melahirkan perubahan kearah perbaikan serta dapat berlangsung secara terus menerus (Sabda, 2006:100).

  Implementasi dalam penelitian ini adalah konsep birrul

  waalidain al-

  Qur‟an surat al-Ahqaaf ayat 15-16 dalam pendidikan keluarga. Sehingga diharapkan anak akan tumbuh dengan memiliki kepribadian yang baik.

  5. Pendidikan

  Istilah pendidikan dalam bahasa Inggris “education” berakar dari bahasa Latin “educare” yang dapat diartikan pembimbingan berkelanjutan (to lead forth), yaitu pendidikan yang terus berlangsung dari generasi ke generasi sepanjang eksistensi kehidupan manusia (Suhartono, 2008:77).

  Sedang dalam dunia wacana keislaman lebih populer dengan istilah tarbiyah, yaitu suatu usaha untuk menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual (Mujib, 2006:10).

  Selanjutnya, menurut Muchtar (2008,14), “Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendidik manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang serta memiliki potensi atau kemampuan sebagaimana mestinya”.

  Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan atau

  tarbiyah adalah proses transformasi ilmu pengetahuan dari pendidik

  kepada peserta didik agar ia memiliki sikap dan semangat yang tinggi dalam memahami dan menyadari kehidupannya, sehingga terbentuk ketaqwaan, budi pekerti, dan kepribadian yang luhur.

6. Keluarga

  Keluarga adalah umat kecil yang memiliki pimpinan dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing (Ahid, 2010:75).

  Keluarga juga bisa diartikan sebagai kumpulan beberapa orang yang terikat oleh suatu ikatan perkawinan, lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai suatu gabungan yang khas dan bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk kebahagiaan, kesejahteraan, dan ketentraman semua anggota yang ada di dalam keluarga tersebut (Aziz, 2015:15).

  Keluarga juga sekolah tempat putra-putri bangsa belajar, karena dari keluargalah seorang anak mempelajari sifat-sifat mulia, seperti kesetiaan, rahmat, kasih sayang dan lain sebagainya. Dari kehidupan keluarga, seorang ayah serta suami memperoleh dan memupuk sifat keberanian dan keuletan sikap dan upaya dalam rangka membela sanak keluarganya dan membahagiakan mereka pada saat hidupnya dan setelah kematiannya.

  Jadi dapat penulis simpulkan bahwa keluarga adalah umat terkecil yang terikat oleh suatu perkawinan dan memiliki kewajiban masing-masing setiap anggota serta sebagai tempat pendidikan pertama bagi anak.

G. Metode Penelitian

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

  1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau bisa disebut dengan studi pustaka (library research), yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan kepustakaan, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian (Zed, 2004:3). Dalam skripsi ini, peneliti manganalisis muatan isi dari objek penelitian yang berupa dokumen yaitu teks tafsir al-

  Qur‟an Surat al-Ahqaaf ayat 15-16.

  2. Pendekatan Penelitian Skripsi ini menggunakan pendekatan Tahlili atau metode tafsir tahlili, yaitu menafsirkan ayat-ayat al-

  Qur‟an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam al- Qur‟an yang ditafsirkan, serta menerangkan makna yang tercangkup di dalamnya (Efendi, 2014:309).

  Dalam hal ini yang diungkapkan adalah konsep birrul

  waalidain dalam al- Qur‟an surat al-Ahqaaf ayat 15-16.

3. Objek Penelitian

  Pada skripsi ini yang menjadi objek penelitian adalah penafsiran al- Qur‟an surat al-Ahqaaf ayat 15-16. Sedangkan sumber datanya peneliti membagi menjadi dua jenis, yaitu: a.

  Sumber data primer Sumber data primer adalah sumber data yang berkaitan langsung dengan penelitian yaitu al-

  Qur‟an surat al-Ahqaaf ayat 15-16 beserta tafsirnya menurut para ulama‟, diantaranya Terjemah Tafsir al-Maraghi karya Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al- Misbah karya Quraisy Shihab, dan Tafsir al-

  Qur‟anul Majid karya Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy.

  b.

  Sumber data sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber data primer. Adapun sumber data sekunder dalam hal ini adalah karya-karya penulis lainnya yang membahas tentang birrul waalidain dan pendidikan keluarga, baik dalam bentuk buku, jurnal, maupun karya ilmiah lainnya.

  4. Metode Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, digunakan metode dokumentasi, yaitu mencari data-data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya (Arikunto, 1998:236).

  Metode ini penulis gunakan dalam mencari data dengan cara membaca, menelaah dan mengkaji al-Qur ‟an, buku tafsir al-Qur‟an dan hadis serta buku yang berkaitan dengan tema pembahasan.

  Kemudian hasil dari data itu dianalisis untuk mendapatkan kandungan makna al- Qur‟an surat al-Ahqaaf ayat 15-16 tentang birrul waalidain.

  5. Teknik Analisis Data Metode yang digunakan untuk membahas sekaligus sebagai kerangka berpikir pada penelitian ini adalah metode analisis isi

  (content analysis), yaitu suatu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun data, kemudian diusahakan pula dengan analisis dan interpretasi atau penafsiran terhadap data-data tersebut (Surakhmad, 1994:139).

  Dalam penelitian ini, analisis digunakan untuk menafsirkan makna yang terkandung dalam al- Qur‟an surat al-Ahqaaf ayat 15-16 dan bagaimana penerapannya dalam pendidikan keluarga, sehingga anak tumbuh dengan memiliki kepribadian yang baik.

H. Sistematika Penulisan

  Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai skripsi ini, maka dibuat sistematika penulisan skripsi. Adapun gambaran dari sistematika yang dimaksud adalah:

Bab I : Pendahuluan Meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Telaah Pustaka, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan. Bab II : Landasan Teori Meliputi: Pengertian Pendidikan Keluarga, Unsur Pendidikan Keluarga, Pendidikan Agama dalam Keluarga, Metode Pendidikan Keluarga, Pengertian Birrul Waalidain, Kedudukan Birrul Waalidain dalam Al- Qur‟an, Macam-macam Bentuk Birrul Waalidain , Keutamaan Birrul Waalidain. Bab III : Kajian Surat al-Ahqaaf Meliputi: Deskripsi Surat al-Ahqaaf, Asbabun Nuzul Surat al- Ahqaaf Ayat 15-16, Munasabah Surat al-Ahqaaf, Tafsir Surat al- Ahqaaf Ayat 15-16.

Bab IV : Analisis Konsep Al- Birrul Waalidain Qur‟an tentang Meliptuti: Analisis Konsep Birrul Waalidain al- Qur‟an surat al- Ahqaaf ayat15-16, Analisis Implementasi Konsep Birrul Waalidain dalam Pendidikan Keluarga. Bab V : Penutup Meliputi: Kesimpulan dan saran.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Keluarga 1. Pengertian Pendidikan Keluarga Istilah pendidikan, dalam bahasa Inggris “education” berakar

  dari baha sa Latin “educare”, yang dapat diartikan pembimbingan berkelanjutan (to lead forth), yaitu pendidikan yang berlangsung dari generasi ke generasi sepanjang eksistensi kehidupan manusia (Suhartono, 2008:77).

  Dalam dunia wacana keislaman, pendidikan lebih populer dengan istilah “tarbiyah”, yaitu usaha untuk menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual.

  Sedangkan pengertian keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang terikat oleh suatu ikatan perkawinan, yang mana dipimpin oleh seorang pemimpin yang disebut dengan suami atau ayah. Di dalam kehidupan keluarga mulai terbentuk suatu sentra lingkungan kecil yang disebut lingkungan pendidikan lapis pertama bagi anak.

  Dari pengertian tersebut dapat penulis simpulkan, bahwa pendidikan keluarga adalah usaha sadar orang tua dalam menumbuhkembangkan anak menjadi seseorang yang lebih baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritualnya serta sebagai tempat pendidikan pertama bagi anak.

  Berdasarkan makna dasar ini, maka pendidikan dalam bidang menumbuhkembangkan anak merupakan proses pembangunan, perawatan dan perbaikan sedikit demi sedikit hingga batas kesempurnaan. Artinya, melangkah bersama anak secara bertahap semenjak kelahiran hingga usia baligh untuk menanamkan keimanan dan mewujudkan syariat Allah SWT.

  Islam mendorong manusia untuk berkeluarga dan hidup di bawah naungan kebahagiaan karena keluarga merupakan bentuk asasi bagi kehidupan yang kokoh yang bisa memenuhi tuntutan keinginan dan hajat manusia, sekalipun penentuan fitrah manusia.

  Islam membebankan kepada kedua orang tua tanggung jawab pendidikan anak pada tingkatan pertama, dan memikul kewajiban ini khusus kepada mereka berdua sebelum kepada yang lain. Allah berfirman yang memerintahkan kedua orang tua untuk mendidik anaknya:

  آ ْوُػق ْوُػق ا ْيِذَّلا اَهُّػيَأ اَي اَهْػيَلَع ُةَراَجِحْلاَو ُساَّنلا اَىُد َّو اًراَن ْمُك ْيِلْىَأَو ْمُكَسُفْػنَأ ْوُػنَمآ َن آ ػػػػػ َلِغ ٌةَكِئ َّل ٌداَدِش ٌظ َم َوَّللا َف ْوُصْعَػي لَم َفوُرَمْؤُػي اَم َف ْوُلَعْفَػيَو ْمُىَرَمَأ Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu

  dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS. At- Tahriim/66:6) (Depag, 1977:951).

  Terkait f irman Allah Ta‟ala,”Peliharalah dirimu dan

  

keluargamu dari api neraka.” Ini berarti perintah “ajarkan kebaikan

  pada diri kalian sendiri dan kepada keluarga kalian” Dengan mengajarkan kebaikan, anggota keluarga akan terhindar dari api neraka karena akan melakukan hal-hal yang baik. Sebaliknya, jika dalam keluarga di ajarkan hal-hal yang buruk atau dibiarkan melakukan hal tersebut tanpa diingatkan maka api neraka yang akan didapatkan (Muhtadi, 2011:127).

  Sebuah keluarga yang anaknya terlibat dalam berbagai perbuatan tercela seperti mencuri, merampok, menipu, berzina, meminum-minuman keras, terlibat narkoba, membunuh dan sebagainya adalah termasuk ke dalam hal-hal yang dapat menciptakan bencana di muka bumi dan merugikan orang yang melakukannya, dan hal itu termasuk perbuatan yang membawa bencana. Keluarga, istri, anak, menantu, adik, dan sebagainya dapat menjadi musuh dan membawa malapetaka jika terlibat dalam perbuatan tersebut.

  Hal yang demikian sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Taghaabun/64:14 sebagai berikut:

   ا آ ْيِذَّلا اَهُّػيَأ َيآ ْوُفْعَػت ْفِإَو ْمُىوُرَذْحاَف ْمُك َّل ااوُدَع ْمُكِد َلْوَأَو ْمُكِجاَوْزَأ ْنِم َّفِإ ْوُػنَمآ َن ْوُفَغ َوَّللا َّفِإَف ا ٌم ْيِحَر ٌر ْوُرِفْغَػتَو ا ْوُحَفْصَتَو

  Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di

  antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Al-Taghaabun/64:14) (Depag, 1977:942).

  Dalam suatu riwayat dinyatakan oleh Rasulullah Saw, akan ada suatu zaman yang menimpa umatnya, yaitu kehancuran seorang suami di tangan istri dan anak-anaknya yang terhimpit kemelaratan, kemudian mendorong suami melakukan perbuatan buruk yang dapat merusak dirinya. Keadaan tersebut terjadi sebab utamanya adalah karena istri, anak dan anggota keluarga tersebut tidak memiliki pendidikan. Untuk itulah, dalam berbagai ayat al-

  Qur‟an lainnya, Allah SWT memerintahkan agar suami sebagai kepala keluarga memberikan pendidikan kepada anggota keluarganya itu (Nata, 2009:201).

  Oleh sebab itu, calon istri yang dipilih harus pula yang kuat agamanya, memiliki keturunan dan kemuliaan yang baik, mengutamakan kerabat yang jauh, mengutamakan gadis-gadis, dan mengutamakan perkawinan dengan wanita yang banyak melahirkan (Ulwan, 1981:9).

  Setelah memiliki anak dari perkawinan dengan wanita yang sifat-sifatnya tersebut di atas dilanjutkan dengan memberikan ucapan selamat dan rasa turut gembira ketika seseorang melahirkan, mengumandangkan adzan dan iqamat ketika kelahiran anak, dilanjutkan dengan mencukur rambut kepala anak, memberi nama yang baik, menyembelih hewan aqiqah, mengkhitan, mengajarkan tata cara makan, minum, tidur, berkata-kata, berpakaian, berjalan, bergaul dengan orang lain dan sebagainya dengan baik. Kemudian memberikan keteladanan yang baik, membiasakan mengajak shalat berjamaah, membaca al-

  Qur‟an dan seterusnya. Tujuan pendidikan keluarga adalah menjadikan anak bertabiat sholeh dan tahu berterima kasih kepada kedua orang tuanya.

  Karena anak yang sholeh akan selalu mendoakan kebaikan kepada orang tuanya baik ketika masih hidup maupun setelah meninggal.

  Pahala doa anak sholeh kepada orang tuanya tidak akan pernah putus meskipun orang tua telah meninggal, sebagaimana hadist berikut:

   َّفَأ َتاَماَذِا : َؿاَق َمَّلَََو ِوْيَلَع ُللها ىَلًص ِللها ُؿْوََُر ُوْنَع ُللها َيِضَر َةَرْػيَرُى ْيِبَا ْنَع , ِوِب ِْلإا ْن ُعَفَػت ُػي ٍمْلِعْوَا , ٍةَيِراَج ٍةَقَدَص ْنِم َّلِإ , ٍث َلَث ْنِم َّلِا َع َعَطَقْػنِا ٌوُلَمَع ُوْن ُفاَسْن )ملسم هاور (.ُوَلْوُعْدَي ٍحِلاَص ٍد َلَوْوَا

  Artinya: Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw

  bersabda, “Apabila seseorang telah meninggal dunia maka

  terputuslah semua amal perbuatannya, kecuali tiga perkara, yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak sholeh yang selalu mendokannya” (HR. Muslim)(al-Albani, 2012:709).

  Selanjutnya, pendidikan keluarga yang baik adalah memberikan dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan agama. Dengan pendidikan keagamaan yang sudah kokoh tersebut, barulah anak dipersilakan memilih bidang keahlian yang akan ditekuninya. Dengan cara demikian, maka berbagai keahlian yang dimilikinya tidak akan membuat dirinya sombong, melainkan akan senantiasa bersyukur kepada Allah SWT dengan memanfaatkan keahliannya itu untuk beribadah kepada Allah SWT dan untuk kepentingan manusia.

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 26

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 14

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 16

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QURAN SURAT AN NAHL AYAT 90-91 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 0 83

KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA PERSPEKTIF ZAKIAH DARADJAT SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 88

NILAI- NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM HAJI BACKPACKER SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Dalam Ilmu Tarbiyah

0 0 104

PENDIDIKAN KESABARAN DALAM ALQUR’AN SURAT AL-INSAN AYAT 24 DAN SURAT AS-SYUURA AYAT 43 SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 100

NILAI-NILAI SOSIAL DALAM TAFSIR SURAT AT-TAUBAH AYAT 71 DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 126

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 12-19 (TELAAH ATAS KITAB TAFSIR AL-MISBAH) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 93

KONSEP IKHLAS DALAM KITAB MINHAJUL ABIDIN DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN IBADAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 100