KONSEP IKHLAS DALAM KITAB MINHAJUL ABIDIN DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN IBADAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

  

KONSEP IKHLAS DALAM KITAB MINHAJUL

ABIDIN DAN RELEVANSINYA DENGAN

PENDIDIKAN IBADAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

  

Oleh:

Shinta Yuniati

NIM: 11113052

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

  

DEKLARASI

ميحّرلا همحّرلا الله مسب

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Shinta Yuniati NIM : 11113052 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 29 Agustus 2017 Penulis,

  Shinta Yuniati NIM: 11113052

  

Motto

ِميِحهرلا ِهَم ْحهرلا ِ هالله ِمْسِب

َو

   ِنوُدُبْعَيِل لاِإ َسْولإاَو ههِجْلا ُتْقَلَخ اَم

  Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

  

menyembah-Ku (Q.S. Adzariyat ayat 56)

  PERSEMBAHAN

  Alhamdulillah dengan izin Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan kepada orang-orang yang telah membantu mewujudkan mimpiku: 1.

  Bapak Mulyana dan Ibu Sumiyati yang telah mencurahkan segenap kasih sayang yang begitu hangat. Hingga aku menyadari apa arti hidup ini.

  2. Ibu Imro‟ah selaku ibu mertua yang tidak berbeda dengan ibu kandungku yang senantiasa memberiku kebahagiaan seperti kepada buah hatinya sendiri.

  3. Suamiku, Mas Imam „Alie Mu‟ti belahan jiwaku yang telah menyempurnakan hidupku, penyemangat siang dan malam, serta teman berjuang hingga akhir hayatku.

  4. Kakakku Mas Gigih dan Mbak Tari, serta adikku Ari yang telah memberi energi dalam suka maupun duka.

  5. Guru-guruku, bapak kyai dan ibu nyai yang sabar membimbingku sehingga aku menjadi manusia yang mengerti makna bagaimana menjadi manusia yang berarti.

  6. Sahabat-sahabatku mbak Umi Inayah, Isti Qomariyah, Lu‟luatul Qulubiyyah, Askin Ila Hayati, dan Ana Bi‟aunika yang tidak pernah lelah menemaniku, memberiku semangat, dan kesetiaan yang tiada duanya.

  7. Sahabat-sahabatku PAI angkatan 2013 dimanapun kalian berada, semoga Allah melindungi dan membimbing ke jalan yang di Ridhoi-Nya.

KATA PENGANTAR

  Assalamu‟alaikum Warahmatullah Wabarakauh Alhamdulillahirobil‟alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

  SWT berkat taufiq, rahmat dan inayah serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Shalawat dan salam selalu tercurah pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman terang benderang serta yang dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak.

  Dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Konsep ikhlas dalam kitab Minhajul Abidin dan relevansinya dengan pendidikan ibadah”. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana progam studi Pendidikan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN).

  Dalam menyusun skripsi ini penulis telah menerima bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M, Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  4. Bapak Dr. Muh. Saerozi, M.Ag. selaku dosen pembina akademik yang selama ini telah membimbing dalam melewati masa duduk di bangku perkuliahan

  5. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.SI selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Segenap dosen dan karyawan IAIN Salatiga, yang telah banyak membantu selama kuliah sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca semua. Aamiin.

  Wassalamu‟alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

  Salatiga, 29 Agustus 2017 Penulis

  Shinta Yuniati NIM. 11113052

  ABSTRAK

  Yuniati, Shinta. 2017. Konsep Ikhlas dalam Kitab Minhajul Abidin dan

  Relevansinya dengan Pendidikan Ibadah. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

  Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Ulfah Susilawati. M.SI

  

Kata Kunci: Konsep Ikhlas dalam Kitab Minhajul Abidin, Pendidikan

Ibadah

  Ikhlas adalah membersihkan amalan dari sesuatu yang mengeruhkan amal Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini yaitu (1)

  Bagaimana konsep ikhlas menurut Imam al-Ghazali dalam kitab Minhajul

  

Abidin? (2) Bagaimana relevansi konsep ikhlas dalam kitab Minhajul Abidin

  karya Imam al-Ghazali dengan pendidikan ibadah? Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui konsep ikhlas dalam kitab

  

Minhajul Abidin karya Imam al-Ghazali. 2) Mengetahui relevansi konsep ikhlas

dalam kitab Minhajul Abidin dengan pendidikan ibadah.

  Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (Library Research) karena data yang diperoleh maupun dikumpulkan dari penelitian kepustakaan yaitu dari hasil pembacaan atau kesimpulan dari kitab terjemahan, dengan sumber kitab

  

Minhajul Abidin, pengumpulan data dengan menggunakan metode dokumentasi

  yaitu mencari data-data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan- catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda, yang membahas tentang ikhlas dalam pendidikan Ibadah. Metode yang digunakan antara lain deduktif dan induktif.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep ikhlas dalam kitab Minhajul

  

Abidin sangat berkaitan erat dengan pendidikan Ibadah. 1) Konsep ikhlas dalam

  kitab Minhajul abidin dibagi menjadi tiga yaitu ikhlas dalam hubungan kepada Allah dan ikhlas dalam hubungan sesama makhluk. Ikhlas dalam hubungan kepada Allah yaitu dengan ikhlas taat kepada Allah dan Hanya menyembah Allah SWT. sedangkan ikhlas dalam hubungan sesama makhluk yaitu membersihkan batin dari sifat buruk dan tidak menyembah hawa nafsu. Kemudian ikhlas yang ketiga yaitu hubungan dengan diri sendiri. Dibagi menjadi dua bagian ikhlas dalam menuntut ilmu untuk menyempurnakan ibadah dan akhlak serta ikhlas dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. 2) Relevansi konsep ikhlas dalam kitab Minhajul Abidin dengan pendidikan ibadah yaitu menjadikan ikhlas perilaku yang sempurna dalam ibadah, maka mempelajari dan menekuni ilmu tentang ibadah beserta isi dari bentuk ibadah itu sendiri terlebih dahulu dimatangkan.

  Agar tercapainya tujuan ibadah yaitu mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat dengan jalan keikhlasan yang dimiliki.

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Daftar SKK 2. Lembar Dokumentasi

  DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN BERLOGO ................................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iii

PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... v

MOTTO ........................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

ABSTRAK ....................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5 D. Kajian Pustaka.. ....................................................................................... 5 E. Penegasan Istilah .................................................................................... 6 F. Signifikansi Penelitian. ........................................................................... 9 G. Metodologi Penelitian ........................................................................... 10 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ....................................................... 10 2. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 11

  3. Metode Analisis Data......................................................................... 13 4.

  Sistematika Penulisan Skripsi ........................................................... 14

  BAB II BIOGRAFI NASKAH A. Riwayat Hidup Imam al-Ghazali ........................................................... 16 B. Latar Belakang Pendidikan Imam al-Ghazali......................................... 18 C. Kondisi Sosio-Kultural Pada Masa Imam al-Ghazali............................. 19 D. Wafatnya Imam al-Ghazali..................................................................... 20 E. Hasil Karya Imam al-Ghazali................................................................. 21 F. Kandungan Isi Kitab Minhajul Abidin .................................................... 24

BAB III KONSEP IKHLAS DALAM KITAB MINHAJUL ABIDIN KARYA

IMAM AL-GHAZALI DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN IBADAH A. Pengertian Konsep Ikhlas.. ...................................................................... 33 B. Konsep Ikhlas dalam kitab Minhajul Abidin........................................... 33 C. Manfaat Ikhlas dalam Kitab Minhajul Abidin......................................... 35 D. Macam-Macam Ikhlas dalam kitab Minhajul Abidin.............................. 35 E. Pendidikan Ibadah ................................................................................... 46

BAB IV ANALISIS KONSEP IKHLAS DALAM KITAB MINHAJUL ABIDIN

DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN IBADAH A. Analisis Konsep Ikhlas dalam Kitab Minhajul Abidin ........................ 50

  B.

  Relevansi Konsep Ikhlas dalam Kitab Minhajul Abidin dengan Pendidikan Ibadah .................................................................................................... 61

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... 69 B. Saran .................................................................................................... 70 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap mengamalkan atau melaksanakan ibadah, kita dituntut untuk

  ikhlas, yakni dilaksanakan dengan senang hati dan mengharap ridla Allah SWT. hanya ibadah yang dilaksanakan dengan ikhlas yang akan diterima serta diberi pahala oleh Allah SWT.(Muchtar, 2005: 127). Ikhlas adalah salah satu bentuk rezeki dari Allah kepada hamba-Nya. Karunia ketenangan batiniyyah yang menyejukkan. Siapapun seorang hamba yang merasakan nikmatnya rasa ikhlas akan lepas dari urusan duniawi. Karena ikhlas merupakan kondisi kembali ke nol. Dimana hati dan pikiran tidak memikirkan kebaikan yang telah dilakukan bahkan sama sekali tidak mengharapkan balasan. Dalam kitab

  „Idhotun Naasyi‟in karya syekh

  Mushthafa al-Ghalayini yang diterjemahkan oleh Moh. Abdai Rathomy, beliau menuturkan bahwa andaikata amal perbuatan itu kita anggap sebagai tubuh, maka yang merupakan roh atau jiwa dalam tubuh adalah keikhlasan hati (Rathomy, 1976: 12). Perumpamaan yang singkat namun bermakna dalam, karena jika tubuh itu tetap hidup, namun rohnya tidak ada atau mati, maka apa artinya tubuh yang bagaikan mayat hidup.

  Ikhlas merupakan perbuatan yang sirr, tidak mampu di ukur secara spontan atau dengan kalkulasi prasangka manusia. Ikhlas tumbuh didalam hati masing-masing manusia. Ikhlas yang benar adalah ikhlas yang ditujukan hanya karena ingin mendapat ridho Allah SWT., Dalam kitab

  

Minhajul Abidin karya Imam Al-Ghazali, yang menjadi sumber utama

  dalam penelitian skripsi penulis merangkum sedikit dari sekian banyak manfaat yang terkandung didalamnya, yaitu konsep ikhlas dan relevansinya dengan pendidikan ibadah dalam kitab tersebut.

  Kitab Minhajul Abidin merupakan satu diantara banyak karya Imam besar yaitu Imam al-Ghazali. Kitab terakhir yang beliau ringkas.

  Kitab ini memuat petujuk-petunjuk bagi seorang hamba yang ingin mencapai kesuksesan dalam mengabdikan diri kepada Allah. Kitab yang berisi tingkatan-tingkatan yang harus dilewati hamba-Nya agar sampai ke puncak kebahagiaan. Konten isi kitab Minhajul Abidin adalah pendidikan ibadah, dimana pendidikan ibadah yang mulai langka dan harus diterapkan kepada anak didik kembali. Agar ketika beribadah, peserta didik menerapkan segi aspek kognitif yang telah dilewati, seorang peserta didik mampu dengan baik dan benar dalam beribadah. Karena seorang guru dalam kitab alala telah disebutkan tugasnya, yaitu merangsang atau memasuki kawasan hati seorang peserta didik.

  Manusia dan jin hidup di bumi Allah mempunyai satu tugas yang harus dijalankan yaitu menyembah-Nya. Hal ini difirmankan Allah dalam Al- qur‟an surat Adz-Dzariyat ayat 56, yang bunyinya:

  ُِْٚذُجْعَ١ٌِ لاِإ َسْٔلإاَٚ َِّٓجٌْا ُذْمٍََخ بََِٚ

  Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

  supaya mereka menyembah-Ku (Departemen Agama RI, 2002: 524)

  Pendidikan tidak mengenal usia. Pendidikan bukan hanya terbatas untuk siswa di bangku sekolah, madrasah, maupun pendidikan formal lainnya. Namun, pendidikan dimulai sejak seorang anak masih di dalam kandungan ibunya. Ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya. Dimulai dari seorang ibu, anak dipersiapkan untuk belajar sesuatu yang belum pernah ia temui. Pendidikan Vitorino Doefeitre (Itali) mengatakan bahwa: “pendidikan adalah menumbuhkan seseorang dari segi akal, budi pekerti dan tubuh, tidak untuk bekerja yang tertentu. Tetapi untuk menjadi pendidik yang baik dan bermanfaat bagi masyarakatnya, juga mampu untuk melaksanakan kewajiban umum dan khusus”(Umairoh, t.th: 11). Diciptakannya sebagai hamba Allah adalah untuk mengabdikan seluruh hidup dan mati yang tidak lain hanya untuk Allah. Manusia diciptakan juga sebagai khalifah di bumi, tugas seorang khalifah merawat, melestarikan, dan menjaga bumi serta isinya. Allah SWT memerintahkan seorang Hamba untuk menyembah-Nya bukan berarti harus melulu beribadah tanpa bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sebagai seorang manusia yang semisal berstatus kepala keluarga yang harus menafkahi isteri dan anak-anaknya. Namun, Allah mewajibkan pula seorang hamba untuk bekerja sebagai bekal untuk menjalankan ibadah.

  Ibadah kepada Allah bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Mengingat, menyebut, dan mengerjakan sesuatu karena Allah adalah ibadah. Mengingat Allah ketika mendengar lantunan suara adzan walaupun sedang berjualan kemudian meninggalkan pekerjaannya untuk melangkahkan kaki mengerjakan shalat. Ibadah bisa terwujud dengan bentuk berbakti kepada orang tua berniat memohon ridho Allah agar shalat yang dikerjakan diterima oleh-Nya. Karena, ibadah seseorang tidak akan diterima Allah tatkala mendurhakai kedua orang tuanya. Seorang isteri, ketika memasak, melayani, mengerjakan pekerjaan rumah karena agar menyenangkan hati suaminya merupakan salah satu wujud ibadah kepada- Nya. Seorang murid yang menuntut ilmu untuk menghilangkan kebodohan dan mendapat ilmu yang bermanfaat adalah bentuk ibadah kepada-Nya.

  Pendidikan ibadah begitu melekat dengan keikhlasan. Dan belajar ikhlas salah satunya bisa didapatkan dengan mendalami, memahami, dan mengkaji kitab Minhajul Abidin karya Imam al-Ghazali. Maka dari itu, penulis sedikit merangkum dan merangkai kata demi kata skripsi dengan judul

  “Konsep ikhlas dalam kitab Minhajul Abidin dan relevansinya dengan pendidikan ibadah”. Semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat bagi para penuntut ilmu dan pembaca yang setia.

B. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana konsep ikhlas menurut Imam al-Ghazali dalam kitab

  Minhajul Abidin? 2.

  Bagaimana relevansi konsep ikhlas dalam kitab Minhajul Abidin karya Imam al-Ghazali dengan pendidikan ibadah? C.

   Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui bagaimana konsep ikhlas menurut Imam al-Ghazali dalam kitab Minhajul Abidin.

  2. Untuk mengetahui bagaimana relevansi konsep ikhlas dalam kitab Minhajul Abidin karya Imam al-Ghazali dengan pendidikan ibadah.

D. Kajian Pustaka

  Dalam penulisan penelitian ini, terlebih dahulu penulis menelaah beberapa tulisan dan skripsi yang berkaitan dengan apa yang akan penulis tuangkan dalam penelitian ini. Adapun penelitian atau skripsi-skripsi yang telah ada sebelumnya memberikan gambaran umum tentang sasaran yang akan penulis sajikan dalam skripsi ini, dan menghindari kesamaan pembahasan dengan skripsi sebelumnya.

  Skripsi dari Paryono, Almamater IAIN Salatiga, Fakultas tarbiyah tahun 2010, yang berjudul:

  “Konsep Pendidikan Akhlak Imam Ghazali (Studi analisis kitab Ihya‟ „Ulumuddin)”. Dalam skripsinya pengarang

  mengungkapkan sisi biografi, segi politik sosial Imam Al-Ghazali, menelaah pemikiran Imam Ghazali tentang akhlak khususnya keikhlasan dalam beribadah, dan karakteristik pemikiran Imam Al-Ghazali.

  Penulis juga mengacu pada jurnal dari Islamic Studies Juornal, yang dikarang oleh Silahuddin pada tahun 2014 mengenai “Konsep

  Pendidikan Islam Menurut al- Ghazali (tinjauan filsafat pendidikan)”.

  Beliau adalah Dosen Fakultas Tarbiyah UIN ar-Raniry. Dalam jurnalnya, Silahuddin menyatakan bahwa secara ideal al-ghazali telah menetapkan bahwa tujuan pendidikan adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan mengabdi padaNya.

  Berdasarkan kajian pustaka di atas, belum ada yang membahas tentang konsep ikhlas dalam kitab Minhajul Abidin karya Imam Al- Ghazali dan relevansinya dengan pendidikan ibadah.

E. Penegasan Istilah 1.

  Konsep Konsep artinya rancangan, idea, gagasan yang diabstrakkan dari peristiwa konkret, gambaran mental dari obyek, proses ataupun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1989: 456).

  Sedangkan menurut Ustman (1994: 151-154) dalam bukunya Apa dan

  Siapa 45 Budayakan Muslim Dunia kata konsep dalam bahasa inggris concept dan dalam bahasa latin concipere artinya memahami, mengambil,

  menerima, merangkap yang merupakan gabungan dari con (bersama) dan capare (merangkap).

2. Ikhlas

  Menurut bahasa ikhlas berarti sincerity, purity, genuinenes,

  cordiality, dan loyalty, yaitu ketulusan, kebersihan hati, keaslian, dan

  ketundukan dengan rasa senang(Naqawi, 1992: 18). Ikhlas menurut arti istilah antara lain dapat dikemukakan oleh beberapa ulama sebagai berikut: Al-Susy mengatakan, ikhlas adalah tidak menampakkan tanda keikhlasan, apabila terlihat tampak dalam keikhlasannya suatu keikhlasan maka keikhlasannya membutuhkan keikhlasan(Nata, 2001: 35).

  3. Kitab Minhajul Abidin Minhajul Abidin (secara harfiah berarti Pedoman Dasar bagi para

  Ahli Ibadah) adalah kitaKitab ini ditulis menjelang wafatnya Imam Al-Ghazali. Dengan kata lain, ditulis setela

  4. Imam al-Ghazali Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazali dilahirkan di Thusia, sebuah kota di Khurasan, Persia, pada tahun 450 H atau 1058 M.

  Ayahnya seorang pemintal wol yang selalu memintal dan menjualnya sendiri di kota itu. Al-Ghazali mempunyai seorang saudara. Ketika akan meninggal, ayahnya berpesan kepada sahabat setianya agar kedua putranya itu diasuh dan disempurnakan pendidikannya setuntas-tuntasnya sekalipun menghabiskan harta warisan(Sulaiman, 1982:13).

  5. Pendidikan Ibadah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatiahan peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang di perlukan dirinya dan masyarakat. ibadah adalah meng-Esakan Allah swt. dengan sungguh- sungguh dan merendahkan diri serta menundukan jiwa setunduk- tunduknya kepada-Nya.

  Jadi, pendidikan ibadah adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi diri dari segi spiritual, emosional, kepribadian, dan akhlak yang mulia yang bertujuan untuk menundukkan diri, mendapat pahala di akhirat, dan mengharapkan ridla Allah SWT.

  6. Konsep ikhlas dalam kitab Minhajul Abidin karya Imam al-Ghazali dan relevansinya dengan pendidikan ibadah Jadi, konsep ikhlas sesuai pemahaman penulis yaitu menyajikan apa adanya berdasarkan apa yang dikaji mengenai pemahaman manusia terhadap proses kegelapan menjadi terang dengan kebiasaan yang tanpa pertimbangan dan menyerahkan kepada Allah atas apa yang ia lakukan untuk mendapatkan ridlo-Nya.

F. Signifikansi Penelitian

  Signifikansi yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah: 1.

  Teoritis: a.

  Untuk memperluas pemikiran mengenai Agama Islam sekaligus untuk memahami konsep ikhlas dalam kitab minhajul abidin karya Imam Ghazali dan relevansinya dengan pendidikan ibadah.

  b.

  Sumbangan perbaikan bagi pendidikan Islam khususnya pendidikan ibadah.

2. Praktis: a.

  Sebagai bahan pijakan bagi pemerhati bidang pendidikan ibadah.

  b.

  Menumbuhkembangkan pemahaman dengan menanamkan konsep ikhlas dalam kitab minhajul abidin karya Imam al- Ghazali dan relevansinya pendidikan ibadah tersebut kepada peserta didik maupun masyarakat supaya terbiasa untuk menjalankan perintah agama.

G. Metode Penelitian

  Pokok pembahasan dalam metode penelitian ini, antara lain: jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, dan analisis data.

  1. Jenis penelitian Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (library research) artinya sebuah studi dengan mengkaji buku-buku, naskah-naskah, atau majalah-majalah yang bersumber dari khazanah kepustakaan yang relevan permasalahan yang diangkat dari penelitian. Semua sumber yang berasal dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan permasalahan penelitian dan dokumenter literatur lainnya (Hadi, 1980: 3).

  Penelitian ini termasuk penelitian literer yang berfokus pada referensi buku dan sumber-sumber yang relevan. Penelitian literer lebih difokuskan pada studi kepustakaan(Amirin, 1995 :135).

  Penelitian yang penulis lakukan dapat dikategorikan penelitian pustaka karena tidak memerlukan terjun langsung ke lapangan melalui survei maupun observasi untuk mendapatkan data yang dicari. Data yang diperoleh maupun dikumpulkan dari penelitian kepustakaan yaitu dari hasil pembacaan atau kesimpulan dari berbagai buku-buku, kitab-kitab terjemahan, dan karya ilmiah yang ada hubungannya dengan tema pengkajian.

  2. Pendekatan Penelitian

  Untuk memahami permasalahan yang dibahas, peneliti akan menggunakan pendekatan filosofis karena dalam penelitian menggunakan studi langsung mengenai pemikiran Imam Al Ghazali dalam kitab Minhajul Abidin (Bakker, Zubair, 1990: 62).

3. Metode Pengumpulan Data

  Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan lain sebagainya (Arikunto, 2006: 231). Data dikumpulkan dalam wujud catatan/tertulis.

  Penulis mengumpulkan data dokumenter ini dari sumber data baik sumber data primer maupun sumber data sekunder. Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006: 129) a.

  Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan informasi kepada pengumpul data (peneliti).

  Adapun sumber primer dari penelitian ini adalah Kitab karya Imam Al-Ghazali, Minhajul Abidin dan terjemahannya yang diterbitkan oleh Mutiara Ilmu, Surabaya.

  b.

  Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data yang tiak langsung memberikan data kepada pengumpul data (peneliti).

  Adapun sumber sekunder merupakan sumber pendukung terhadap data primer. Diantara data sekunder yang akan dipakai adalah berupa kitab-kitab karya Imam Al-Ghazali yang lain yang mendukung, seperti: Kitab

  Ihya‟ „Ulumuddin,

  Selain itu al- Qur‟an dan Hadist, terjemah kitab Ihya‟

  „Ulumuddin, buku-buku pendidikan Islam, buku-buku

  pendidikan ibadah, buku-buku tentang ikhlas, situs-situs internet, dan lain-lain yang sesuai dalam memperkuat data.

4. Metode Analisis Data

  Metode analisis data dalam penelitian adalah deskriptif

  analitik, yaitu suatu usaha untuk mengumpulkan dan

  menyusun data, kemudian diusahakan pula adanya analisis dan intrepetasi atau penafsiran terhadap data-data tersebut, oleh karenanya lebih tepat jika dianalisis menurut dan sesuai dengan isinya saja yang disebut content analysis atau analisis isi (Nata, 2001: 141).

  Analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat rumusan kesimpulan-kesimpulan dengan mengidentifikasi karakteristik spesifikan pesan-pesan dari suatu teks secara sistematik dan obyektif(Nawawi, 1998:.69).

  Analisis ini dipakai untuk mendeskripsikan data berupa konsep ikhlas dalam kitab Minhajul Abidin karya Imam Al-Ghazali dan relevansinya dengan pendidikan ibadah. Dengan demikian akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dikumpulkan dalam pokok permasalahan.

  Melalui metode content analysis atau analisis isi, peneliti melakukan penafsiran teks atau bacaan dari kitab

  

Minhajul Abidin karya Imam Al-Ghazali yang mengandung

  konsep ikhlas. Kemudian penulis juga menganalisis beberapa kisah-kisah teladan yang bersangkut paut dengan ikhlas dengan metode keteladanan. Adapun langkah-langkah yang ditempuh meliputi: a.

  Menentukan arti yang langsung primer b. Menjelaskan arti-arti yang implisit c. Menentukan tema (Endraswara, 2004:45).

  d.

  Teknik Penelitian Data Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah: a.

  Deduktif Metode yang digunakan untuk menjelaskan konsep ikhlas sesuai dengan yang telah dicanangkan pemerintah yaitu tentang pendidikan ibadah. Yang dimaksud Metode deduktif adalah metode berfikir yang berdasarkan pada pengetahuan umum dimana kita hendak menilai suatu kejadian yang khusus. (Hadi, 1987: 42) b.

  Induktif Kemudian metode yang digunakan adalah metode induktif guna mengkaji data yang telah didapat yang terkait dengan konsep ikhlas yang telah dipaparkan oleh Imam al-Ghazali dalam kitab Minhajul

  Abidin dan dikaitkan dengan pendidikan ibadah.

  Metode Induktif adalah metode berfikir yang berangkat dari fakta-fakta peristiwa khusus dan konkret, kemudian ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum (Hadi, 1987: 42).

H. Sistematika Pembahasan

  Untuk memudahkan memahami permasalahan yang akan dibahas, skripsi ini disajikan dengan sistematika pembahasan sebagai berikut: BAB I berisi Pendahuluan, yang akan memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

  Bab II biografi naskah yang membahas tentang biografi pengarang kitab Minhajul Abidin yaitu Sang hujjatul Islam, Imam Abu Hamid Al-Ghazali. Dalam bab ini dituangkan riwayat hidup, riwayat pendidikan, kondisi sosial politik pada masa beliau, dan karya-karya beliau, kemudian gambaran umum isi kitab minhajul abidin.

  Bab III merupakan pembahasan isi kitab Minhajul Abidin karya Imam Al-Ghazali yang berisi latar belakang penyusunan kitab, pemikiran al-ghazali dalam kitab Minhajul Abidin, dan kandungan isi kitab Minhajul Abidin yang berisi konsep ikhlas, kemudian berisi pula ruang lingkup pendidikan ibadah.

  Bab IV berisi tentang analisis konsep ikhlas dalam kitab Minhajul Abidin dan relevansinya dengan pendidikan ibadah. Bab V berisi kesimpulan, saran, dan penutup dari bab-bab sebelumnya.

BAB II BIOGRAFI NASKAH A. Riwayat Hidup Imam al-Ghazali Beliau memiliki nama lengkap Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad Ibn Ta‟us Ahmad al-Tusi al-Shafi, lahir pada tahun 405 H atau

  1058 M, disebuah desa kecil bernama Ghazalah Thabaran, bagian kota Tus, wilayah Khurasan(Mustaqim, 1999:83). Ayahnya seorang pemintal wol yang selalu memintal dan menjualnya sendiri di kota itu. Orang tua al-Ghazali bukan berasal dari orang berharta dan hanya sebagai pemintal wol (ghazzal).

  Sehingga penisbahan nama al-Ghazali karena pekerjaan orang tuanya sebagai pemintal wol (ghazal) (Aziz, 2015: 97). Al-Ghazali mempunyai seorang saudara. Ketika akan meninggal, ayahnya berpesan kepada sahabat setianya agar kedua putranya itu diasuh dan disempurnakan pendidikannya setuntas- tuntasnya sekalipun menghabiskan harta warisan(Sulaiman, 1982:13).

  Imam Al-Ghazali sejak kecilnya dikenal sebagai anak pecinta ilmu pengetahuan dan penggandrung mencari kebenaran yang hakiki, sekalipun diterpa duka cita, dilanda aneka nestapa dan dilamun sengsara. Keluarga Imam al-Ghazali bukanlah termasuk keluarga yang kaya(Mulkhan, 1991: 110). Dengan latar belakang keluarga yang miskin, al-Ghazali membangun dan menghiasi perjalanan hidupnya dengan penuh petualangan pemikiran batin dan pengembaraan yang panjang. Setelah habis harta peninggalan ayahnya, al-Ghazali kemudian diserahkan kepada sebuah asrama di kota Thus. Asrama ini didirikan oleh perdana menteri Nizamul Muluk. Di sinilah Imam al-Ghazali belajar ilmu fiqih dan tasawwuf kepada seorang sufi Yusuf el Ismailli.

  Pada usia 21 tahun, ia pun menjadi mahasiswa pada perguruan tinggi Nizamiyah di kota Nishapur untuk mempelajari ilmu Hukum, Teologi, Logika, Retorika, dan Filsafat. Di sini bertemulah Imam al-Ghazali dengan ulama besar Abdul Malik bin Abdullah bin Yusuf yang mempunyai panggilan Imam Haramain (Imam dari dua kota suci, Mekkah dan Madinah). Dalam asrama tersebut al-Ghazali mulai mengarang bukunya yang pertama(Ahmad, 1975: 32).

  Empat tahun kemudian, al-Ghazali di angkat menjadi dosen dan bahkan asisten bagi guru besarnya. Tidak lama kemudian sesudah itu pada usia 28 ketika Imam Haramain meninggal dunia pada tahun 479 H/1083 M. Al-Ghazali di angkat menjadi Presiden Universitas Nizamiyah oleh perdana menteri Nizamil Muluk. Berturut-turut jabatan penting diberikan kepadanya, seperti tahun 484 H/ 1080 M ia menjadi Rektor Universitas Nizamiyah Baghdad, menggantikan Al Kaya Al Harisi setelah ia di angkat sebagai Guru Besar Negara yang secara tetap mengajar para pembesar negara. Kesempatan inilah dipergunakan al-Ghazali untuk menanamkan paham politiknya(Ahmad, 1975: 37).

B. Latar Belakang Pendidikan Imam al-Ghazali

  Latar belakang pendidikannya dimulai dengan belajar Al- Qur‟an pada ayahnya sendiri. Sejak kecil al-Ghazali memang orang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, orang yang suka mencari kebenaran yang sebenarnya sekalipun kondisi beliau yang tidak menguntungkan dan selalu diterpa duka namun hal tersebut tidak menggoyahkan semangat beliau untuk mencari ilmu pengetahuan (Safrudin, 2015: 97-98)

  Sejak kecil, al-Ghazali memang orang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, orang yang suka mencari kebenaran yang sebenarnya sekalipun kondisi beliau yang tidak menguntungkan dan selalu diterpa duka namun hal tersebut tidak menggoyahkan semangat beliau untuk mencari ilmu pengetahuan. Setelah harta peninggalan orang tuanya habis, kemudian al- Ghazali tetap melanjutkan belajarnya dengan mengabdi pada sebuah sekolahan. Sehingga ia tetap melakukan proses pembelajaran untuk dirinya dan proses pengajaran kepada orang lain(Aziz, 2015: 97).

  Setelah beberapa lama kemudian, di usia kurang dari dua puluh tahun al-ghazali melakukan studi lanjut ke Jurjan. Di kota Jurjan, ia tidak hanya belajar pengetahuan agama, namun juga belajar bahasa Arab dan Persia dari seorang guru bernama Imam Abu Nashir al-

  Isma‟iliy. Selepas dari Jurjan, ia melanjutkan pendidikannya ke kota Naisabur dan belajar kepada Imam Haramain Diya‟uddin al-Juwaini. Disinilah ia belajar beraneka ragam cabang ilmu seperti ilmu ushul, mantiq, retorika, logika, dan ilmu kalam. Bahkan beliau juga sudah mulai belajar filsafat.

C. Kondisi Sosio-Kultural pada Masa Imam al-Ghazali

  Pada tahun 1050, tiga tahun sebelum kelahiran al-Ghazali, terjadi perubahan politik yang besar di Baghdad, yakni orang-orang Saljuk Turki di bawah pimpinan Thughril Beg (w. 1063) yang beraliran Sunni menyerbu Ibu kota untuk menyingkirkan dominasi dinasti Buwaihiyah yang beraliran Syi‟ah. Tughril Beg sendiri, sebelum kejadian historis ini, telah tampil dengan memproklamasikan diri sebagai Sultan Nisabur, tahun 1038 M, dengan menguasai sebagian propinsi bagian timur Abbasiyah (Soleh, 2009: 2).

  Pada masa imam al-Ghazali hidup, umat Islam terpecah-pecah dalam berbagai madzhab dan golongan dengan pandangannya yang saling bertentangan akibat dari masuknya pengaruh anasir kebudayaan Yunani dan lainnya (kedalam tubuh umat Islam). Sebagai contoh misalnya ulama ahli ilmu kalam memakai metode berpikir filsafat dan logika dalam upaya mempertahankan aqidahnya yang didasarkan atas dalil-dalil agama, kemudian para ulama tasawuf dalam mencapai puncak makrifat, walaupun kebanyakan ulama tasawuf pada saat itu mengajak kepada kehidupan tasawuf secara murni, maka timbullah kekacauan hidup kerohanian di tengah-tengah perpecahan umat Islam.

  Bahkan banyak ulama yang mengaku-ngaku dirinya sebagai imam yang

  ma‟sum yang memiliki ilmu pengetahuan yang khusus, kemudian

  timbul pada suara-suara yang meragukan kebenaran yang haq yang cenderung membawa kepada kesesatan dan kerusakan. Akhirnya di kalangan umat Islam saat itu timbul keragu-raguan terhadap kebenaran ajaran agamanya. Dalam situasi kekacauan inilah Imam al-Ghazali terdorong oleh rasa tanggung jawabnya untuk memperbaiki kekacauan pikiran dan perbuatan yang menggoncangkan kehidupan Islam. Maka, ia merasa wajib untuk melakukan menstudi tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa itu, dan memberikan kritik-kritik tajam terhadap pikiran- pikiran asing yang menyerbu ke dalam tubuh umat Islam pada saat itu.

  D. Wafatnya Imam al-Ghazali

  Ibn „Asakir mengatakan bahwa Imam al-Ghazali meninggal dunia pada hari Senin tanggal 14 Jumadil Akhir tahun 505 H dan dikebumikan di Zhahir yaitu salah satu kawasan dari Thabran. Semoga Allah menempatkan beliau dalam ilmu yang diterima di dunia berkat rahmat- Nya.

  Ibn Juzi di dalam kitab Al-Muntazihim mengatakan bahwa salah seorang murid al-Ghazali pernah bertanya kepadanya sebelum ia wafat, “berwasiatlah kepadaku!” Maka al-Ghazali menjawab, “Kamu harus berp egang teguh pada keihklasan!”. Dan al-Ghazali mengulang-ulang kata-katanya itu sampai dia meninggal dunia (Al-Ghazali, 2007: 13)

  E. Hasil Karya Imam al-Ghazali

  Imam al-Ghazali adalah seorang ahli pikir Islam yang dalam ilmunya dan mempunyai nafas panjang dalam karangan-karangannya. Puluhan buku telah ditulisnya meliputi berbagai lapangan ilmu pengetahuan, antara lain; filsafat, ilmu kalam, fiqh, ushul fiqh, tafsir, tasawuf, akhlak dan otobiografinya.

  Di dalam muqaddimah kitab

  Ihya‟ „Ulumuddin, Dr. Badawi

  Thabana, menulis hasil-hasil karya imam al-Ghazali yang berjumlah 47 kitab, yang peulis susun menurut kelompok ilmu pengetahuan sebagai berikut: 1.

  Kelompok filsafat dan ilmu kalam, yang meliputi: a.

  Maqashid al-Falasifah(tujuan para filosuf) b. Tahafut al-Falasifah(Kerancuan Para filosuf) c. Al-Iqtishod fi al-I‟tiqad(Moderasi Dalam Aqidah) d. Al-Munqid min al-Dhalal(Pembebas Dari Kesesatan) e. Al-Maqashidul Asna fi Ma‟ani Asmillah Al-Husna(Arti Nama- nama Tuhan Allah yang Hasan) f.

  Faishalut Tafriqah bainal Islam waz Zindiqah (Perbedaan antara Islam dan Zindiq) g. AL Qishasul Mustaqim (Jalan untuk Mengatasi Perselisihan

  Pendapat) h. Al-Mustadhiri (Penjelasan-penjelasan) i. Hujjatul Haq (Argumen yang Benar) j.

  Mufsilul Khilaf fi Ushuluddin (Memisahkan Perselisihan dalam Ushuluddin) k. Al-Muntahal fi ;Ilmil Jidal (Tata Cara dalam Ilmu Diskusi) l.

  Al-Madhnun bin „Ala Ghairi Ahlihi (Persangkaan pada Bukan Ahlinya) m. Mahkun Nadlar (Metodologika) n. Asraar „Ilmiddin (Rahasia Ilmu Agama) o. Al Arba‟in fi Ushuluddin (40 Masalah Ushuluddin) p. Iljamul Awwam „an „Ilmil Kalam (Menghalagi Orang Awwam dari

  Ilmu Kalam) q. Mi‟yarul „Ilmi (Timbangan Ilmu) r.

  Al Intishar (Rahasia-rahasia Alam) s.

  Isbatun Nadlar (Pemantapan Logika) 2. Kelompok Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqh, yang meliputi: a.

  Al Bastih (Pembahasan yang Mendalam) b. Al wasith (Perantara) c. Al Wajiz (Surat-surat Wasiat) d. Khulashatul Mukhthashar (Intisari Ringkasan Karangan) e. Al Mankhul (Adat Kebiasaan) f. Adz-Dzari‟ah Ia Makarimis Syari‟ah (Jalan Kepada Kemuliaan

  Syari‟ah) 3. Kelompok Ilmu Akhlak dan Tasawuf, yang meliputi: a.

  Ihya‟ „Ulumuddin (Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama) b. Mizanul Amal (Timbangan Amal) c. Kimiyaus Sa‟adah (Kimia Kebahagiaan) d. Misykatul Anwar (Relung-relung Cahaya) e.

  Minhajul „Abidin(Pedoman Beribadah) f. Ad-Dararul Fakhirah fi Kasyfi Ulumil Akhirah (Mutiara

  Penyingkap Ilmu Akhirat) g. Al-„Ainis fil Wahdah (Lembut-lembut dalam Kesatuan) h. Al-Qurbah Ilallahi Azza Wa Jalla (Mendekatkan Diri kepada

  Allah) i. Akhlah Al Abrar Wan Najat minal Asrar (Akhlak yang Luhur dan

  Menyelamatkan dari Keburukan) j. Biadayatul Hidayah (Permulaan Mencapai Petunjuk) k.

  Al Mabadi wal Ghayyah (Permulaan dan Tujuan) l. Talbis al-Iblis (Tipu daya Iblis) m.

  Nashihat Al-Mulk (Nasihat untuk Raja-rja) n. Al-„Ulum Al Laduniyyah (Ilmu-ilmu Laduni) o. Al-Risalah al-Qudsiyah (Risalah Suci) p. Al Ma‟khadz (Tempat Pengambilan) q. Al Amali (Kemuliaan) 4. Kelompok Ilmu Tafsir, yang meliputi: a.

  Yaaquutut Ta;wil fi Tafsirit Tanzil (Metodologi Ta‟wil di dalam Tafsir yang diturunkan): terdiri 40 jilid b. Jawahir Al-Qur‟an (Rahasia yang Terkandung dalam Al-qur‟an)

  Sebenarnya masih banyak kitab Imam Al-Ghazali yang tidak dapat ditulis oleh Dr. Al Badawi Thabanah tersebut di atas, akan tetapi menurut penulis, yang demikian itu telah mencukupi, karena di anggap dapat mewakili kitab-kitab karangannya yang musnah, hilang, ataupun yang belum ditemukan (Zainuddin, 1991: 21).

F. Kandungan Kitab Minhajul Abidin

  Syarah Minhajul Abidin yang berbentuk dalam kitab kuning diterbitkan oleh

  daru „ilmi dari Surabaya yang terdiri dari sembian puluh

  lima(95) halaman. Halaman isi dan penutup terdiri dari sembilan puluh satu (91) halaman. Dan sisanya empat halaman adalah halaman yang berisi

  muqaddimah dari Imam al-Ghazali. Dalam muqaddimah, beliau berharap

  kitab ini dapat bermanfaat bagi umat. Kemudian kitab Minhajul Abidin versi terjemah dalam bahasa Indonesia, diterjemahkan oleh Abul Hiyadh dan diterbitkan oleh Mutiara Ilmu Surabaya pada tahun 2009.

  Kitab Minhajul Abidin adalah kitab yang berisi tentang pedoman atau petunjuk seorang hamba dalam melalui kehidupan agar mampu dekat dengan Allah SWT. Berisi tentang tujuh tahapan-tahapan seorang ahli ibadah. Menurut Imam al-Ghazali, masalah ibadah cukup menjadi bahan pemikiran, dari awal hingga tujuan akhirnya yang sangat dicita-citakan oleh para penganutnya yakni muslimin. Ternyata perjalanan yang sangat sulit, penuh liku-liku, banyak halangan dan rintangan yang harus dilalui, banyak musuh, serta sedikit kawan dan orang yang mau menolong

  Ditambah lagi dengan kenyataan, bahwa manusia adalah makhluk lemah, sedangkan zaman sulit, urusan agama mundur, kesempatan kurang, manusia disibukkan denga urusan dunia, dan umur relatif pendek, sedangkan penguji sangat teliti, kematian semakin dekat, perjalanan yang harus ditempuh sangat panjang. Maka, satu-satunya bekal adalah taat (al- Ghazali, 2009: 252).

  Orang-orang yang menempuh jalan itu, sangat sedikit yang sampai kepada tujuannya dan mencapai yang dikejarnya. Dan yang berhasil itulah orang-orang mulia pilihan Allah untuk makrifat dan mahabbah kepada- Nya. Allah memelihara dan memberikan taufik kepada mereka, serta keridaan dan surga-Nya. Kita berharap, semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan orang yang beruntung dengan memperoleh rahmat-Nya.

  Oleh sebab itu, imam al-Ghazali berusaha mengulas beberapa kitab jalan ke arah itu dan cara menempuhnya. Antara lain, kitab ihya‟, Al- Qurbah, dan sebagainya. Akan tetapi, kitab-kitab tersebut membahas masalah-masalah yang sangat halus dan mendalam, sehingga sulit dimengerti oleh manusia. akibatnya, menimbulkan kritik dan celaan, mereka mengecam apa saja yang belum mereka pahami dalam kitab-kitab tersebut.

  Hal ini tidak mengherankan. Sebab, tiada satupun kitab yang lebih baik dan mulia dibanding al- Qur‟an. Tetapi, ia pun tidak luput dari celaan orang-orang yang tidak mau menerimanya. Dikatakan oleh mereka, bahwa al- qur‟an hanyalah dongeng kuno belaka. Kenyataan yang demikian menuntut para ulama agar mengasihi mereka tanpa perselisihan. Oleh sebab itu, penyusun (Imam al-