PERAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENANGGULANGI GAYA HIDUP HEDONISME (KAJIAN PEMIKIRAN MUNIF CHATIB) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

PERAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

MENANGGULANGI GAYA HIDUP HEDONISME

(KAJIAN PEMIKIRAN MUNIF CHATIB)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

ANNISA SEPTIANA

  

NIM. 11113061

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018 ii

  iv

  

MOTTO

َ َّ

  َّ َّي َنُبَٰ َي َِّتََٰوَٰ َم يسلٱ َّ ِفَِّۡو َلاَقۡثِمَّ ُكَتَّنِإَّٓاَهينِإ أٍَّةَرۡخ َصَّ ِفَِّنُكَتَفَّٖلَدۡرَخَّ ۡنِ مَّٖةيبَحَّ

  ۡ ۡ َ

  َ َ ۡ

َّۡرُم أَو َّ ََّةَٰوَل يصلٱ أ َّ َّي َنُبَٰ َي َّ ١٦ َل َّ ََّ يللٱ َّ أَي َّ َّ ِضرۡ لۡٱ أ

َّ ِمِق

  َّ ينِإ َّهُيللٱ َّ ِفَِّۡو َّٞيرِبَخَّ ٌفيِط َّاَهِبَّ ِت َ ُ ۡ

  ۡ َكنُمۡلٱ

َّ ١٧ لۡٱ أَّٓاَمََّٰ َ َعَل َّ َََّّو َّ ََّهۡنٱ َََّّو َِّفوُرۡعَم لٱ

َِّمۡزَعَّۡنِمَّ َكِلََٰذَّينِإََّۖ َكَبا َص

  َِّۡب ۡصٱ َِّب َِّروُم َِّر َِّنَع

  

16. (Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan)

seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya

Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus

lagi Maha Mengetahui. 17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)

mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan

bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu

termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah) (Luqman: 16-17)

  “Tidak ada hasil tanpa proses dan usaha” v

  

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan izin Allah SWT skripsi

  ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:

  1. Kedua orang tua (Darmanto dan Mariyanah) yang yang senantiasa memberikan nasehat dan telah mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah di perguruan tinggi, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama. Dan kepada keluarga yang selalu mendukung studi perguruan tinggi ini.

  2. Dosen pembimbing skripsi Prof. Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag. yang sabar dalam membimbing, mengarahkan, menghargai, memantapkan rasa percaya diri saya dan mengerti akan keterlambatan saya dalam penyusunan skripsi ini.

  3. Tak lupa tentunya terimakasih kepada M. Nur Hidayat Rabbani Hasan yang telah memotivasi dan memberikan arahan untuk segera menyelesaikan skripsi ini, dan sahabat-sahabatku Nur Khasanah, Restu Wijayanti, Dea Prasmanita, Nurul Faridah dan Murniyati, yang selalu mendukung dan mendengarkan ceritaku.

  4. Keluarga besar LPM DinamikA mulai dari alumni, demisioner, teman-teman seangkatan dan tidak lupa adik-adik angkatanku yang telah mendoakan dan memberi dukungan. Terima kasih karena sudah diizinkan dan diberi kesempatan untuk menjadi bagian dari LPM DinamikA. Tidak lupa juga untuk kawan persma lainnya.

  5. Keluarga besar LDK Fathir ar-Rasyid yang telah memberikan kesempatan untuk berproses dan belajar dalam bingkai dakwah.

  6. Teman seperjuangan di kampus khususnya mahasiswa/i PAI Angkatan 2013.

  7. Almamaterku IAIN Salatiga.

  Puji syukur senantiasa penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini meski masih jauh dari kata sempurna. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Rasulullah Muhammad SAW sang revolusioner, semoga kelak dapat berjumpa dan mendapat syafaatnya di hari akhir.

  Penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari beberapa pihak. Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  4. Prof. Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag. Dosen Pembimbing Skripsi, yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dari awal hingga akhir sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  5. Drs. Abdul Syukur, M. Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam proses bimbingan akademik selama kuliah.

  6. Ayah, ibu, dan keluarga yang telah memberikan motivasi dan dukungan selama masa studi.

  7. Keluarga besar LPM DinamikA yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman serta tempat untuk menempa diri dalam berorganisasi.

  8. Keluarga besar LDK Fathir ar-Rasyid baik alumni, demisioner, teman-teman seperjuangan, maupun adik-adik angkatanku yang selalu mendukungku.

  9. Sahabat-sahabat ku yang selalu sabar mendampingi dan menyemangatiku.

  10. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

  11. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

  Terselesainya tulisan ini selain sebagai bentuk tanggung jawab pengenyam perguruan tinggi tentunya kelak akan menjadi salah satu referensi. Semoga dapat menjadi sumbangan pemikiran dan kajian literasi dalam keberlangsungan pendidikan khususnya Perguruan Tinggi Islam. Semoga bermanfaat.

  Salatiga, 20 Febuari 2017 Penulis

  

ABSTRAK

Septiana, Annisa. 2018.

  “Peran Pendidikan Karakter dalam Menanggulangi Gaya Hidup Hedonisme (Kajian Pemikiran Munif Chatib ”. Skripsi. Fakultas

  Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. H. Zakyuddin Baidhawy, M. Ag.

  Kata kunci: Pendidikan Karakter, Hedonisme, Munif Chatib.

  Salah satu penyebab yang melanggengkan degradasi moral yang mengakibatkan gaya hidup hedonisme merajalela adalah pemahaman mengenai pendidikan karakter. Perkembangan zaman yang telah memberikan kemudahan dalam mengakses pengetahuan hal ini tidak hanya membawa dampak positif tetapi juga membawa dampak negatif. Minimnya pengetahuan akan hakikat pendidikan karakter tanpa disadari mengikis moral generasi penerus. Sehingga dengan begitu perlu ditelaah kembali akan hakikat pendidikan karakter dalam menanggulangi degdrasi moral terlebih gaya hidup hedonisme. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimana konsep pendidikan karakter menurut Munif Chatib; (2) Bagaimana cara pendidikan karakter menanggulangi hedonisme menurut pemikiran Munif Chatib (3) Apa relevansi dan pemikiran Munif Chatib dalam pendidikan Islam.

  Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini yaitu studi tokoh, suatu penelitian dimana data-datanya diperoleh dari hasil pemikiran tokoh tersebut, baik pemikiran tersebut dituangkan dalam karya-karyanya sebagai sumber pustaka, jurnal, maupun artikel tentang pemikirannya sebagai sumber sekunder. Dalam penelitian ini sumber data primernya menggunakan buku karya Munif Chatib yaitu Sekolahnya Manusia, Gurunya Manusia, dan Orangtuanya Manusia. Adapun sumber data sekunder meliputi: buku-buku, artikel dan jurnal yang menunjang materi tentang pendidikan karakter dan hedonisme.

  Temuan penulis berkaitan pertanyaan yang ada yaitu (1) Konsep Pendidikan karakter menurut Munif Chatib suatu istilah yang luas yang digunakan untuk menggambarkan kurikulum dan ciri-ciri organisasi sekolah yang mendorong pengembangan nilai-nilai fundamental anak-anak di sekolah. (2) Cara pendidikan karakter dalam menanggulangi hedonisme menurut Munif Chatib adalah melalui proses pendidikan di dalam lembaga pendidikan (sekolah), guru dan orang tua. (3) relevansi dan implikasi pemikiran Munif Chatib dalam pendidikan Islam yaitu sama-sama mengemban misi memanusiakan manusia, menghargai fitrah manusia, hal ini dapat diwujudkan dengan mengembangkan strategi pembelajaran melalui pendekatan multiple intellegences (kecerdasan majemuk).

  

DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................ ii

PERSETUJAN PEMBIMBING ......................................................................... iii

PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................... iv

MOTTO .................................................................................................................. v

PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

ABSTRAK .............................................................................................................. x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6 D. Kegunaan Penelitian..................................................................................... 7 E. Kajian Pustaka............................................................................................. 8 F. Metode Penelitian....................................................................................... 11 G. Kerangka Teori........................................................................................... 13 H. Sistematika Penulisan ................................................................................ 19 BAB II BIOGRAFI DAN SKETSA KARYA MUNIF CHATIB A. Biografi Munif Chatib ................................................................................ 21 B. Karya-Karya Munif Chatib ........................................................................ 22 C. Dasar Pemikiran Munif Chatib .................................................................. 31

  BAB III FUNGSI PENDIDIKAN KARAKTER A. Pendidikan Karakter Munif Chatib ............................................................ 35 B. Fungsi Pendidikan Karakter Menanggulangi Hedonisme ......................... 42 C. Pendekatan Multiple Intellegences dalam Pendidikan Karakter ................ 45 D. Implementasi Pendidikan Karakter ............................................................53 BAB IV RELEVANSI DAN IMPLIKASI PEMIKIRAN MUNIF CHATIB DALAM PENDIDIKAN ISLAM A. Pendidikan Karakter Sebagai Solusi Hedonisme ....................................... 55 B. Relevansi Pemikiran Munif Chatib dalam Pendidikan Islam .................... 64 C. Implikasi Pemikiran Munif Chatib dalam Pendidikan Islam ..................... 75 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................ 82 B. Saran ........................................................................................................... 83 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  materialisme dan gaya hidup ekonomi-kapitalistik. Artinya, tingkah laku

  manusia memiliki kecenderungan memperoleh kekayaan material semaksimal mungkin yang ditempuh melalui jalur manapun sehingga setiap individu menghalalkan segala cara demi mewujudkan keinginannya. Hal ini mengakibatkan marak terjadi krisis moral dan krisis kejujuran di negeri ini.

  Krisis moral contohnya gaya hidup hedonisme yang tanpa disadari banyak terjadi di lingkungan kaum terpelajar.

  Perkembangan zaman selain membawa dampak positif, tentunya juga menimbulkan efek negatif. Contohnya adalah gaya hidup hedonisme.

  Gaya hidup ini telah ada ratusan hingga ribuan tahun lamanya. Meskipun dalam perkembangannya, terdapat pula efek positif dari gaya hidup hedonisme. Tetapi, gaya hidup ini tentunya dipengaruhi oleh individu yang mengaplikasikannya.

  Kata hedonisme diambil dari bahasa Yunani yaitu hedonismos dari akar kata hedone, artinya kesenangan (Napel, 2009: 158). Paham ini berusaha menjelaskan adalah baik apa yang memuaskan kenginan manusia dan apa yang meningkatkan kuantitas kesenangan itu sendiri. Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan (Suseno, 1987: 114). Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia (Bagus, 2000: 282). Biasanya, budaya hedonisme ditandai dengan konsumerisme yang meningkat.

  Gaya hidup hedonisme kini mulai merebak hingga di kalangan pelajar. Bahkan gaya hidup ini seakan membudaya di wilayah perkotaan di Indonesia. Salah satu contoh, berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik, tercatat selama 5 tahun sejak 2007 hingga 2017 (Januari) penjualan kendaraan bermotor meningkat hingga 200%. Pada tahun 2007, penjualan kendaraan bermotor hanya menyentuh 4,5 juta unit, sedangkan pada Januari 2017, telah tercatat sebanyak 2,1 juta unit terjual. Gaya hidup ini semakin terlihat dari tim peneliti Kepolisian Republik Indonesia, sebanyak 43% dari 100 orang anak usia dibawah umur, sudah diperbolehkan mengendarai kendaraan bermotor. Sebagian besar sumber yang diteliti mengatakan bahwa menggunakan kendaraan bermotor merupakan pemenuhan atas gensi penggunanya.

  Munculnya hedonisme di kalangan pelajar juga dipengaruhi oleh arus media yang tidak terkendali. Tayangan di televisi yang selalu menampakkan kehidupan dengan gaya hidup tinggi, sedikit banyak memengaruhi psikologi remaja usia belajar. Hasil penelitian Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah tahun 2016, lebih dari 12 sinetron di Indonesia tidak layak ditonton oleh kalangan pelajar. Efek dari sinetron tersebut salah satunya adalah mempertontonkan gaya hidup mewah kepada remaja usia pelajar, dan mempengaruhi mereka untuk mengikuti hal tersebut bagaimanapun caranya.

  Untuk mengatasi masalah tersebut pendidikan berkarakter menjadi solusi dalam pemenuhannya. Dalam sebuah artikel yang ditulis Ima Azizah, pendidikan karakter dalam Islam dapat dipahami sebagai bentuk penanaman kecerdasan anak dalam berfikir, bersikap, dan berperilaku. Hal ini merupakan penyesuaian terhadap jatidiri dan perwujudan interaksi sifat ketuhanan yang tersimpan dalam naluri manusia. Interaksi sifat ketuhanan dalam diri manusia juga berimbas terhadap terbentuknya hubungan baik antar sesama, lingkungan, dan makhuk lainnya. Tujuan pendidikan karakter adalah menjadikan anak didik sebagai hamba dan khalifah Allah yang berkualitas taqwa. Kualitas taqwa meliputi semua bidang mulai dari:

  1. Keyakinan hidup, memiliki keyakinan yang membara dan kuat bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu.

  2. Ibadah, manusia diciptakan untuk beribadah kepada Tuhannya.

  Berperilaku hanyalah untuk mencari ridha Allah.

  3. Moralitas, manusia diberikan pilihan akan perbuatan baik dan buruk, perilaku seseorang tergantung individu yang menerapkannya.

  4. Aktifitas interaksi sosial, manuisa merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.

  5. Cara berfikir, memiliki perspektif jangka panjang. Kebiasaan yang memandang jauh kedepan sehingga menjadi pribadi yang proaktif.

  6. Gaya hidup, selalu berobsesi menjadi yang terdepan. Siap memasuki medan kompetisi dalam kebaikan. Dunia dijadikan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah dan berbuat baik terhadap sesama.

  Pendidikan karakter meliputi tiga aspek seperti gagasan Munif Chatib yaitu pendidikan yang dibutuhkan, pendidik (guru) dan pendidikan orang tua. Maksud dari pendidikan yang dibutuhkan adalah sebuah wadah atau sekolah yang dapat menghargai berbagai jenis kecerdasan siswa. Faktanya sistem pendidikan (atau sekolah) di Indonesia masih cenderung menyamaratakan kecerdasan satu siswa dengan siswa lainnya dengan penilaian metode dan parameter yang sangat sempit, yaitu aspek kognitif saja (Chatib, 2011: 12).

  Dalam hal ini penulis memilih sosok Munif Chatib, karena beliau seorang yang sangat peduli dengan pendidikan. Pemikirannya yang kreatif menjadikan multiple intelligences sebagai senjata untuk mengatasi berbagai persoalan pendidikan. Munif Chatib juga mensinergikan antara sekolah, guru, dan orang tua dalam mengembangkan potensi anak. Bagi beliau sekolah yang baik adalah sekolah yang menghargai berbagai jenis kecerdasan siswa. Untuk mewujudkan hal tersebut maka perlu peran guru yang andal, punya dedikasi dan kompetensi mengajar yang baik. Guru dituntut mengajar dengan pola yang disesuaikan dengan karakter individu maupun kelompok siswa. Orang tua tak luput dari perhatian dalam mendidik seorang anak. Orang tua merupakan pendidikan pertama bagi perkembangan anak. Untuk dapat melejitkan potensi dan kecerdasan anak maka orang tua harus menghargai fitrahnya, memahami karakter sang anak agar dapat membantu tumbuh kembang sesuai dengan kecerdasannya, bukan dengan memaksakan kehendak sehingga mematikan potensi yang dimiliki.

  Adapun indikator anak berkarakter telah tercantum dalam sistem pendidikan nasional (Chatib: 2012, 84) yaitu religius: sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut, jujur: perilaku menjadikan diri orang yang selalu dapat dipercaya, toleransi: menghargai perbedaan, disiplin: tertib dan patuh pada peraturan, kerja keras: bersungguh-sungguh terhadap suatu tugas, kreatif: berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara baru dari sesuatu yang telah dimiliki, mandiri: tidak mudah bergantung pada orang lain, demokratis: persamaan derajat akan hak dan kewajiban dengan orang lain, rasa ingin tahu: upaya untuk mengetahui secara mendalam terhadap hal yang dipelajari, semangat kebangsaan: kepentingan negara di atas kepentingan individu maupun kelompok, cinta tanah air: kesetiaan dan kepedulian terhadap negaranya, menghargai prestasi: menghormati akan keberhasilan orang lain, komunikatif: senang bekerjasama dengan orang lain, cinta damai: sikap dan tindakan yang membuat orang lain merasa senang dan aman, gemar membaca: menyediakan waktu untuk membaca, peduli lingkungan: upaya untuk menjaga lingkungan, peduli sosial: memberikan bantuan kepada orang lain, dan terakhir tanggung jawab: melaksanakan kewajiban.

  Melalui pemikirannya tersebut Munif Chatib dapat mengantarkan beberapa sekolah di Indonesia mulai dari titik nol hingga menuju sekolah yang ideal, salah satunya sekolah SMP Yayasan Islam Malik Ibrahim di Gresik. Berdasarkan pemikirannya tersebut penulis berkeinginan untuk mengetahui lebih mendalam adakah korelasi antara pendidikan karakter sebagai upaya penanggulangan gaya hidup hedonisme melalui konsep pemikiran Munif Chatib.

B. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana konsep pendidikan karakter menurut Munif Chatib?

  2. Bagaimana cara pendidikan karakter menanggulangi hedonisme menurut pemikiran Munif Chatib?

  3. Apa relevansi pemikiran Munif Chatib dalam pendidikan Islam?

  4. Apa implikasi pemikiran Munif Chatib dalam pendidikan Islam? C.

Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui konsep pendidikan karakter menurut Munif Chatib

  2. Untuk mengetahui cara pendidikan karakter menanggulangi hedonisme menurut pemikiran Munif Chatib.

  3. Untuk mengetahui relevansi pemikiran Munif Chatib dalam pendidikan Islam.

  4. Untuk mengetahui implikasi pemikiran Munif Chatib dalam pendidikan Islam.

D. Kegunaan Penelitian

  1. Secara Teoritis

  a. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap wacana pendidikan yang berkarakter.

  b. Memperbarui cara pandang yang selama ini mengakar menjadi konstruksi pemikiran.

  c. Membangun kerangka paradigmatik melalui kajian pendidikan karakter dari kacamata Munif Chatib dan penerapannya dalam dunia pendidikan.

  d. Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter sehingga mampu menjadi sarana untuk menanggulangi gaya hidup hedonisme di lingkungan masyarakat.

  2. Secara Praktis

  a. Bagi peserta didik: 1) Dapat mengetahui bukti- bukti hedonisme.

  2) Dapat mengetahui bentuk- bentuk hedonisme. 3) Dapat menanggulangi bentuk- bentuk hedonisme.

  b. Bagi sekolah: 1) Dapat merumuskan metode terbaik guna menanggulangi budaya hedonisme di sekolah.

  2) Menjadi bahan pembelajaran dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

  3) Menaggulangi bentuk- bentuk budaya hedonisme di sekolah

E. Kajian Pustaka

  Untuk menghindari terjadinya plagiasi, maka penulis memaparkan beberapa karya ilmiah yang sudah ada. Selain itu kajian pustaka juga untuk melihat orisinilitas skripsi. Setelah membaca dan mengamati penulis menemukan beberapa skripsi dengan kajian tokoh yang sama namun ada perbedaan dalam penelitian skripsi ini, diantaranya:

  Pertama, Ni’matul Khasanah Kepala Sekolah SD Islam Terpadu Top Kids dalam Jurnal Kependidikan Vol. II No. 2 November 2014 dengan judul

  “Manajemen Guru Model Guardian Angel Menurut Munif Chatib”. Konsep manajemen guru prespektif Munif Chatib sangat dekat dengan manajemen humanis. Munif Chatib menggunakan landasan keilmuan sumber daya manusia dalam me-manage guru model Guardian Angel. Sedangkan landasan filosofinya adalah bahwa profesi guru mengemban pekerjaan manajemen, yaitu membuat perencanaan pembelajaran, mengajar sesuai dengan gaya belajar siswa, mengevaluasi hasil belajar siswa dan belajar. Tiga hal pertama dipahami sebagai kewajiban, sedangkan belajar dimaknai sebagai hak bagi seorang guru.

  Kedua, Sigit Purnama dalam Golden Age Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Vol. 1 No. 1 Maret 2016 dengan judul “Materi-Materi Pilihan dalam Parenting Education menurut Munif Chatib”. Jurnal ini membahas tentang pemikiran Chatib yaitu materi-materi parenting

  education dikembangkan dari cara pandangnya terhadap anak dan orang

  tua. Anak semestinya dipandang sebagai individu yang lahir dengan membawa fitrah. Sedangkan menjadi orang tua adalah sebuah anugrah yang besar dari Allah untuk dapat membantu mengembangkan fitrah anak.

  Berpijak dari paradigma terhadap anak dan orang tua tersebut Chatib memberikan materi-materi yang relevan yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan parenting education, antara lain: merubah paradigma tentang anak, menjelajahi kemampuan anak, menemukan bakat anak, memilih sekolah yang tepat, dan menjadi guru bagi anak.

  Ketiga, tesis Annisa Dwi Makrufi Progam Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga 2014 dengan judul “Konsep Pembelajaran Multiple Intelligences Perspektif Munif chatib dalam Kajian Pendidikan Islam”. Tesis ini membahas tentang desain konsep pembelajaran berbasis Multiple

  

Intelligences (prespektif Munif Chatib) di sekolah, secara global meliputi

  tiga tahap yaitu: input, proses dan output. Pada tahap input, menggunakan

  

Multiple Intelligences Research (MIR) dalam penerimaan peserta didik

  barunya. Tahapan kedua adalah tahapan pada proses pembelajaran, dimana nanti gaya mengajar gurunya harus sama dengan gaya belajar peserta didiknya. Pada tahap output, dalam pembelajaran berbasisi multiple intelligences penilainnya menggunakan penilaian autentik.

  Keempat, tesis Nurul Ulum Program Studi Magister Pendidikan Islam Program Pascasarjana UMS 2015 dengan judul “Penyusunan Lesson

  

Plan Berbasis Multiple Intelligences Research Studi atas Karya Munif

Chatib”. Tesis ini membahas tentang lesson plan menurut Munif Chatib.

  

Lesson Plan adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Tanpa perencanaan yang matang, target pembelajaran akan sulit tercapai secara maksimal. Oleh karena itu, kemampuan membuat Lesson Plan merupakan langkah awal yang harus dimiliki guru dan calon guru, serta sebagai muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar, dan pemahaman yang mendalam tentang objek belajar dan situasi pembelajaran.

  Kelima, Zaenal Arifin Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga dalam Jurnal Kependidikan 2013, dengan judul “Membangun Sekolahnya Manusia Yang Berkarkter Multiple Intelligences

  ”. Artikel jurnal ini bertujuan untuk mengeksplorasi pemikiran Munif Chatib tentang konsep Sekolahnya Manusia. Analisis dari kajian pustaka menghasilkan temuan bahwa Sekolahnya Manusia adalah sekolah berbasis Multiple

  

Intelligences (MI), yaitu sekolah yang menghargai berbagai jenis

  kecerdasan siswa. Dengan pendekatan teori Multiple Intelligence (MI) Howard Gardner, Munif Chatib mencoba membangun Sekolahnya Manusia yang berkarakter dan humanis untuk mengenali dan melejitkan kecerdasan setiap anak, yaitu menggunakan alat riset yang dinamakan Multiple

  

Intelligences Reseacrh (MIR) untuk mengetahui kecerdasan siswa yang

paling menonjol.

  Dari kelima penelitian diatas, penelitian pertama konsep guru

  

Guardian Angel perspektif Munif Chatib, penelitian kedua mengenai

  paradigma Munif Chatib terhadap anak dan orang tua, kemudian penelitian ketiga, empat dan lima membahas tentang konsep multiple intelligence-nya

  Munif Chatib. Sedangkan dalam skripsi ini penulis lebih memusatkan pada pokok pembahasan pendidikan karakternya Munif Chatib dalam rangka menanggulangi gaya hidup hedonisme yang kian marak.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

  Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini yaitu studi tokoh, suatu penelitian dimana data-datanya diperoleh dari hasil pemikiran tokoh tersebut, baik pemikiran tersebut dituangkan dalam karya- karyanya sebagai sumber pustaka, jurnal, maupun artikel tentang pemikirannya sebagai sumber sekunder.

  a. Sumber data primer Yaitu sumber data yang secara langsung berkaitan dengan objek riset (Dhahara, 1985: 60). Dalam penelitian ini sumber data primernya menggunakan buku karya Munif Chatib yaitu Sekolahnya Manusia, Gurunya Manusia, dan Orangtuanya Manusia dan menggunakan kajian tentang pendidikan karakter.

  b. Sumber Data Sekunder Yaitu sumber data yang mengandung dan melengkapi sumber data primer dalam penelitian ini dan merupakan bacaan yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian. Adapun sumber data sekunder meliputi: buku-buku, artikel dan jurnal yang menunjang tentang hedonisme.

  3. Teknik Pengumpulan Data

  Adapun bentuk pengumpulan data dalam proses penyusunan skripsi ini yaitu kepustakaan. Teknik pengumpulan ini diperoleh melalui telaah terhadap data-data tertulis seperti buku-buku, artikel ilmiah, dan sumber tertulis lainya yang berkaitan dengan pokok bahasan. Adapun langkah- langkah penelitian yang dilakukan penulis sebagai berikut:

  a. Mencari buku-buku di perpustakaan yang ada hubungannya dengan pokok masalah, baik primer sebagai sumber utama penelitian maupun buku pendukung (sekunder) yang berkaitan dengan kajian skripsi.

  b. Menghimpun kumpulan tulisan yang membahas topik pembahasan kemudian membandingkan antara satu sudut pandang dengan gagasan lain.

  c. Mengkonsultasikan hasil penemuan berupa tulisan ilmiah tokoh lain dengan pandangan berbeda maupun pengalaman penulis yang berkaitan dengan pokok bahasan skripsi.

  4. Teknik Analisis Data

  Penelitian ini menggunakan teknik deskriptif analitik yaitu penelitian untuk menyelesaikan masalah dengan cara mendeskripsikan masalah melalui pengumpulan, penyusunan, dan penganalisaan data untuk kemudian dijelaskan dan selanjutnya diberi penilaian (Adi, 2004: 128). Memaparkan beberapa deskripsi pemikiran kemudian melakukan analisis sehingga terjadi hubungan bermakna di antara berbagai komponen penelitian.

G. Kerangka Teori

  1. Pendidikan Karakter a.

Makna Pendidikan karakter

  Pembahasan mengenai pendidikan karakter, menjadi wacana yang ramai dibicarakan di dunia pendidikan maupun di kalangan masyarakat umumnya. Pendidikan karakter adalah suatu istilah yang luas yang digunakan untuk menggambarkan kurikulum dan ciri-ciri organisasi sekolah yang mendorong pengembangan nilai-nilai fundamental anak-anak di sekolah. Dikatakan istilah yang luas karena mencakup berbagai sub komponen yang menjadi bagian dari progam pendidikan karakter seperti pembelajaran dan kurikulum tentang keterampilan-keterampilan sosial, pengembangan moral, pendidikan nilai, dan berbagai progam yang mengarah pada pendidikan karakter.

  Berkowits dan Bier (dalam Yaumi, 2016: 9) menjabarkan beberapa definisi tentang pendidikan karakter: 1) Pendidikan karakter adalah gerakan nasional dalam menciptakan sekolah untuk mengembangkan peserta didik dalam memiliki etika, tanggung jawab, dan kepedulian dengan menerapkan dan mengajarkan karakter-kerakter yang baik melalui penekanan pada nilai-nilai universal.

  2) Pendidikan karakter adalah mengajar peserta didik tentang nilai- nilai dasar kemanusiaan termasuk kejujuran, kebaikan, kemurahan hati, keberanian, kebebasan, kesetaraan, dan penghargaan kepada orang lain.

  3) Pendidikan karakter adalah usaha yang disengaja untuk mengembangkan karakter yang baik berdasarkan nilai-nilai inti yang baik untuk individu dan baik untuk masyarakat. 4) Pendidikan karakter adalah pendekatan apa saja yang disengaja oleh personel sekolah, yang sering berhubungan dengan orang tua dan anggota masyarakat, membantu peserta didik dan remaja menjadi peduli, penuh prinsip, dan bertanggung jawab.

  Berdasarkan definisi diatas, terdapat beberapa nilai universal yang menjadi tujuan untuk dikembangkan pada diri peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Nilai-nilai inti universal yang dimaksud adalah beretika, bertanggung jawab, peduli, jujur, adil, apresiatif, baik, murah hati, berani, bebas, setara, dan penuh prinsip. Karakter-karakter seperti ini seharusnya menjadi bagian yang terintergrasi dalam perwujudan diri peserta didik dalam berpikir, berkehendak, dan bertindak.

  b. Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter Lickno, Schaps, dan Lewis dalam

  CEP’s Eleven Principles of Effective Character Education menguraikan sebelas prinsip dasar dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter. Kesebelas prinsip yang dimaksud adalah:

  1) Komunitas sekolah mengembangkan nilai-nilai etika dan kemampuan inti sebagai landasan karakter yang baik.

  2) Sekolah mendefinisikan karakter secara komprehensif untuk memasukkan pemikiran, perasaan, dan perbuatan.

  3) Sekolah menggunakan pendekatan komprehensif, sengaja, dan proaktif untuk pengembangan karakter.

  4) Sekolah menciptakan masyarakat peduli karakter. 5) Sekolah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan tindakan moral.

  6) Sekolah menawarkan kurikulum akademik yang berarti dan menantang yang menghargai semua peserta didik mengembangkan karakter, dan membantu mereka untuk menciptakan keberhasilan.

  7) Sekolah mengembangkan motivasi diri peserta didik. 8) Staf sekolah adalah masyarakat belajar etika yang membagi tanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan karakter dan memasukkan nilai-nilai inti yang mengerahkan peserta didik. 9) Sekolah mengembangkan kepemimpinan bersama dan dukungan besar terhadap permulaan atau perbaikan pendidikan karakter.

  10) Sekolah melibatkan anggota keluarga dan masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter

  11) Sekolah secara teratur menilai dan mengukur budaya dan iklim, fungsi-fungsi staf sebagai pendidik karakter serta sejauh mana peserta didik mampu memanifestasikan karakter yang baik dalam pergaulan sehari-hari (Yaumi: 2016, 11).

  c. Jenis-Jenis Pendidikan Karakter Ada empat jenis karakter yang selama ini dikenal dan dilaksanakan dalam proses pendidikan, yaitu:

  1) Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan kebenaran wahyu Tuhan (konservasi moral).

  2) Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain yang berupa budi pekerti, pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa. 3) Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan).

  4) Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi humanis) (Khan: 2010, 2).

  d. Fungsi Pendidikan Karakter Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 7) fungsi pendidikan karakter adalah:

  1) Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa; 2) Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan

  3) Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

  2. Hedonisme

  a. Makna Hedonisme Dalam hedonisme terkandung kebenaran yang mendalam manusia menurut kodratnya mencari kesenangan dan berupaya menghindari ketidaksenangan. Bagi Aristippos (433-355 SM), seorang murid Sokrates kesenangan itu bersifat badani belaka, karena hakikatnya tidak lain daripada gerak dalam badan. Mengenai gerak itu ia membedakan tiga kemungkinan: gerak yang kasar itulah ketidaksenangan, misalnya rasa sakit; gerak yang halus dan itulah kesenangan; sedangkan tiadanya gerak merupakan suatu keadaan netral, misal jika kita tidur (Bertens: 2013, 184). Tokoh lain yakni Epikuros (341-270 SM) melihat kesenangan (hedone) tetap menjadi sumber norma, tetapi tidak hanya meliputi pleasure jasmaniah saja sebab pleasure seperti ini akan menimbulkan pain juga.

  Sedangkan menurut Jhon Stuart Mill (dalam Graham: 2015, 61), hedonisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa kenikmatan merupakan kebaikan alamiah dan satu-satunya kebaikan, sedangkan rasa sakit adalah keburukan alamiah. Jadi, pada intinya hedonisme merupakan pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari pearasaan-perasaan yang menyakitkan. Dalam arti lain hedonisme adalah ajaraan atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.

  b. Ciri-ciri dan bentuk hedonisme Ada banyak tanda ciri-ciri sifat orang yang menganut paham hedonisme, selama mereka masih menganggap bahwa materi adalah tujuan akhir untuk mendapatkan kesenangan, entah dengan cara bagaimana mendapatkan materi baik halal ataupun haram yang dilarang agama dan hukum. Adapun ciri-ciri gaya hidup hedonis menurut Rahardjo dan Silalahi (2007: 34) yaitu: 1) Memiliki pandangan gaya instan, melihat sesuatu perolehan harta dari hasil akhir bukan proses untuk membuat hasil akhir.

  Hal ini membawa ke arah sikap selanjutnya yaitu, melakukan rasionalisasi atau pembenaran dalam memenuhi kesenangan tersebut.

  2) Menjadi pengejar modernitas fisik. Orang tersebut berpandangan bahwa memiliki barang-barang berteknologi tinggi adalah kebanggaan. 3) Memiliki relativitas kenikmatan di atas rata-rata yang tinggi.

  Relativitas ini berarti sesuatu yang bagi masyarakat umum sudah masuk ke tataran kenikmatan atau dapat disebut enak, namun baginya itu tidak enak. 4) Memenuhi banyak keinginan- keinginan spontan yang muncul.

  Dalam penjabaran benteng penahan kesenangan yang sangat sedikit sehingga ketika orang menginginkan sesuatu harus segera dipenuhi. 5) Ketika mendapat masalah yang dia anggap berat muncul anggapan bahwa dunia begitu membencinya.

  6) Berapa uang yang dimiliki akan habis dan atau tersisa sedikit dengan skala uang yang dimiliki berada di hidup orang menengah dan tidak ada musibah selama memegang uang tersebut. Untuk masalah makanan saja begitu kompleks dan jenisnya banyak belum termasuk pakaian, rumah, barang-barang mewah, dsb.

  Sistematika penulisan ini akan memberikan gambaran terkait dengan susunan laporan penelitian:

  BAB I merupakan pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, kerangka teori, dan sistematika penulisan.

  BAB II memaparkan konsep pendidikan karakter menurut Munif Chatib, adapun isinya meliputi biografi pribadi dan keluarga, latar belakang pendidikan, kemudian dasar pemikirannya beserta karya yang dihasilkannya.

  BAB III memaparkan cara pendidikan karakter dalam menaggulangi gaya hidup hedonisme menurut pemikiran Munif Chatib

  BAB IV memaparkan relevansi dan implikasi pemikiran Munif Chatib dalam Pendidikan Islam. BAB V berupa penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.

BAB II BIOGRAFI DAN SKETSA KARYA MUNIF CHATIB A. Biografi Munif Chatib Kajian mengenai setting sosial-historis seorang tokoh merupakan

  hal yang sangat penting dilakukan. Sebab ide dan gagasan pemikiran tidak pernah lepas dari konteks sosio historisitas pencetus ide. Sebuah gagasan pemikiran selalu based on historical problems. Munif Chatib, lahir di Surabaya 5 Juli 1969, adalah seorang yang sangat commited dengan pengembangan pendidikan melalui konsep Multiple Intelligences yang dikembangkannya. Munif dikenal sebagai konsultan pendidikan dan penulis buku-buku best seller. Lembaga konsultannya bernama Next Wordview yang berkantor di Surabaya. Lembaga ini memberikan pelayanan kepada perusahaan dan sekolah tentang pembelajaran. Beliau juga pernah dipercaya menjadi salah satu trainer Pengajar Muda Program Indonesia Mengajar dari Anis Baswedan.

  Ketertarikan mantan direktur lembaga pendidikan Yayasan Islam Malik Ibrahim (YIMI) Gresik ini pada dunia pendidikan berawal di SMA saat ikut membantu gurunya memberikan bimbingan belajar kepada teman- temannya. Sayangnya, karena tak ada yang mengarahkan, beliau masuk fakultas hukum Universitas Brawijaya Malang, “Tahun pertama seperti masuk ke dunia lain,” kenang bapak yang senang menulis ini. Karena itulah beliau tidak begitu tertarik pada dunia hukum meskipun profesi pengacara pernah dijalaninya pada tahun pertama menjadi sarjana hukum.

  Sebelum lulus dari pendidikan sarjananya, Munif Chatib pernah menjadi asisten dosen di fakultas hukum sebuah universitas di Sidoarjo.

  Mantan pengacara ini, sempat pula memimpin sebuah lembaga pendidikan komputer dan bahasa Inggris di Jakarta, akhirnya diminta oleh Universitas Nasional di Jakarta untuk menjadi pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.

  Semakin memantapkan langkahnya di dunia pendidikan, pada 1998- 1999, bapak yang senang menulis puisi ini menyelesaikan studi Distance

  Learning di Supercamp Oceanside California USA yang dipimpin oleh

  Bobbi DePorter. Dari 73 alumni pertama tersebut, beliau menduduki peringkat ke-5 dan satu-satunya lulusan dari Indonesia. Selain itu pada tahun 2009, beliau juga kuliah pascasarjana dengan mengambil progam jurusan pendidikan anak usia dini di Universitas Negeri Jakarta.

B. Karya-Karya Munif Chatib

  Sampai saat ini Munif Chatib telah menulis sepuluh buku dan telah diterbitkaan dalam skala nasional. Buku-buku tersebut mendapatkan apresiasi yang baik dari masyarakat, bahkan sebagian buku-bukunya dari sisi marketing telah memperoleh predikat best seller. Disamping itu, buku- buku tersebut mendapat apresiasi yang mendalam dari pakar dan tokoh pendidikan.

  1. Sekolahnya Manusia Buku ini terbit pada April 2009 dan telah mengalami beberapa kali cetak ulang sampai saat ini. Buku ini mengulas bagaimana membangun sekolah yang pada hakikatnya adalah membangun keunggulan sumber daya manusia. Keunggulan tersebut menurutnya dapat dibangun apabila pembangunan sekolah didasarkan pada multiple intellegnces, yaitu sekolah yang menghargai berbagai kecerdasan siswa. Beberapa materi yang ditawarkan dalam buku tersebut anatara lain: penerapan multiple

  intellegences , penerimaan siswa baru tanpa tes tetapi melalui metode multiple intellegences research (MIR), bagaimana melejitkan siswa

  sesuai kecerdasan uniknya, bagaimana menjadikan pembelajaran yang menyenangkan, dan menarik. Membuat guru semakin kreatif dengan

  lesson plan , bagaimana mengubah orang tua semakin memahami anak-

  anaknya, bagaimana membuat sekolah benar-benar unggul, dan terdapat kisah-kisah nyata para siswa yang mengalami pencerahan dari multiple

  intellegences.

  2. Gurunya Manusia Pada Mei 2011 Munif Chatib menerbitkan buku lanjutan dari

  Sekolahnya Manusia, yaitu Gurunya Manusia. Menurutnya, jika buku Sekolahnya Manusia ibarat sebuah piring, maka isi piring tersebut adalah Gurunya Manusia. Buku ini mengungkapkan bagaimana profil guru yang sebenarnya. Gurunya Manusia adalah guru yang fokus kepada kondisi peserta didik. Semakin banyak data dan informasi tentang kondisi peserta didik, akan semakin memudahkan guru masuk ke dalam dunia siswa. Gurunya Manusia senantiasa memandang setiap peserta didik adalah juara, mengajar dengan hati, mengartikan kemampuan peserta didik dalam arti yang luas, dan menjadi sosok yang menyenangkan bagi siswanya. Semuanya itu merupakan anak-anak tangga yang harus dilalui oleh seorang gurunya manusia.

  3. Orangtuanya Manusia Mei 2012 Munif menerbitkan buku yaitu Orangtuanya Manusia.

  Buku ini mendapat sambutan luar biasa dari para orang tua di seluruh Indonesia yang mengulas cara orang tua bersikap dalam proses pendidikan anaknya. Orangtuanya Manusia adalah semacam sekolahnya orang tua untuk mengetahui sosok anak-anak sejatinya. Kebanyakan orang tua mengharapkan anaknya menjadi sesuai harapaan mereka tanpa mempertimbangkan kondisi potensi dan karakter pada anaknya. Buku ini mampu menjadi guide bagi orang tua untuk memberikan stimulus dan lingkungan yang tepat sesuai bakat dan minat setiap anak.

  4. Sekolah Anak-Anak Juara Tahun 2012 bersama Alamsyah Said, Munif juga menerbitkan buku

  Sekolah Anak-Anak Juara. Buku ini menunjukkan bagaimana proses pengajaran berkualitas, yaitu bukan sebesar apa kecerdasan seseorang, melainkan bagaimana seseorang menjadi cerdas menjadi cerdas. Buku ini menjadi semacam kritik, dimana saat ini banyak sekolah yang berlomba-lomba mengadakan seleksi siswa baru dengan tujuan mendapatkan siswa yang cerdas dengan basis nilai-nilai mata pelajaran atau nilai ujian nasional. Seakan-akan sekolah yang demikian hanya mau menerima siswa dengan patokan nilai tertinggi saja. Namun, semestinya sekolah harus menunjukkan bagaimana proses pembelajaran yang berkualitas. Sehingga sekolah tersebut dapat membawa siswanya dengan the best output.

  Secara praktis dalam buku Sekolah Anak-Anak Juara dibahas beberapa hal penting tentang bagaimana menjadi sekolah the best

  output, proses belajar terbaik belajar efektif dan menyenangkan,

  mengenali dan melejitkan kecerdasan anak, serta bagaimana menemukan kondisi akhir terbaik.

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 26

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 14

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 16

NILAI- NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM HAJI BACKPACKER SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Dalam Ilmu Tarbiyah

0 0 104

NILAI-NILAI SOSIAL DALAM TAFSIR SURAT AT-TAUBAH AYAT 71 DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 126

KONSEP IKHLAS DALAM KITAB MINHAJUL ABIDIN DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN IBADAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 100

KONSEP BIRRUL WAALIDAIN AL-QUR’AN SURAT AL-AHQAAF AYAT 15-16 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 132

PERAN ORANG TUA MUALLAF DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK DI DESA BARUKAN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

1 1 135

ILMUISASI ISLAM DALAM PERSPEKTIF KUNTOWIJOYO DAN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 4 188

PENDIDIKAN KARAKTER Kajian Pemikiran Imam Al-Ghazali dalam Kitab Ayyuhal Walad SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 3 86