Studi grounded theory tentang motivasi perempuan melakukan aktivitas cybersex - USD Repository

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

STUDI GROUNDED THEORY TENTANG MOTIVASI
PEREMPUAN MELAKUKAN AKTIVITAS CYBERSEX
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:
Lana Dara Florencys
099114015

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2014


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

STUDI GROUNDED THEORY TENTANG MOTIVASI
PEREMPUAN MELAKUKAN AKTIVITAS CYBERSEX
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:
Lana Dara Florencys
099114015

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2014

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

“Serahkan segala kegelisahan dan kekhawatiranmu dalam doa
pada Yesus dan Bunda Maria
karena semua indah pada waktuNya”
Lana Dara Florencys

“You don’t always need a plan. Sometimes you just need to breathe,
Let go and trust the Lord. And watch what happens”
anonymous

iv


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

SKRIPSI INI SAYA PERSEMBAHKAN KEPADA
YESUS BESERTA LASKAR KRISTUS YANG SELALU MENDAMPINGI DAN
MEMBANTU SAYA DALAM PROSES PENELITIAN INI, PAPA DAN ALMH. MAMA
TERCINTA, SERTA KAKAK DAN ADIK SAYA TERSAYANG.

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI

TERPUJI

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

STUDI GROUNDED THEORY TENTANG MOTIVASI PEREMPUAN
MELAKUKAN AKTIVITAS CYBERSEX

Studi Pada Mahasiswa Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Lana Dara Florencys
ABSTRAK
Motivasi merupakan komponen penting bagi tingkah laku individu. Melalui motivasi

seseorang dapat mengarahkan dirinya untuk terlibat pada aktivitas yang diinginkan salah satunya
terlibat dalam aktivitas seks online (cybersex). Perempuan merupakan salah satu pihak yang memiliki
keterlibatan dalam aktivitas cybersex. Sayangnya belum terdapat data yang representatif untuk
mengungkap dan memahami alasan/ motif perempuan terlibat dalam aktivitas tersebut. Penelitian ini
hendak mengetahui paradigma motif perempuan melakukan aktivitas cybersex dengan menggali halhal yang mendorong mereka melalui pengalaman cybersex yang dialami. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan pendekatan Grounded Theory. Pengambilan data dilakukan melalui
wawancara dengan jumlah 4 responden perempuan. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa
terdapat motif personal dan interpersonal yang mendorong perempuan terlibat untuk melakukan
aktivtas cybersex. Motivasi personal yang muncul meliputi adanya keinginan berelasi, hiburan,
keingintahuan pengalaman seks, keingintahuan selera seks pasangan, peran dalam memuaskan
pasangan, kebutuhan afeksi, keinginan berhubungan seks, dan keinginan membantu melepas
tegangan pasangan. Sedangkan motivasi interpersonal meliputi kelebihan media yang digunakan,
adanya konflik batin (tuntutatan, komplain pasangan, pertengkaran), kedekatan afeksi, kondisi sepi
pasangan, serta pemenuhan hasrat dengan emosi. Secara singkat bahwa Personal Motive maupun
Interpersonal Motive yang muncul pada kalangan perempuan mengarah pada interaksi relasional
yaitu interaksi yang sifatnya mental dan emosi
Kata Kunci : Motivasi, Cybersex, Perempuan, Motivasi Personal dan Interpersonal

vii


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

STUDY OF GROUNDED THEORY ABOUT WOMEN MOTIVATION IN
CYBERSEX ACTIVITY
Study of Psychology Students
Sanata Dharma University Yogyakarta
Lana Dara Florencys
ABSTRACT
Motivation is an important component in individual behavior. By motivation, someone can
appeal themselves to involved in the activities they wants, for example in Online Sexual Activity
(Cybersex). Women are one side who play the role in that activity. Unfortunately, there is no
representative data to show and understand the motives behind the choice. This study’s objective is to
understand the women motives paradigm for doing cybersex activity with exploring things that push
them with their cybersex experiences. This study has qualitative study with Grounded Theory
approach. Data sampling is done by interview with four females respondents. The result show that

there are personal and interpersonal motives which push the females to involved in cybersex activity.
Personal motives is like relationship desire, just for fun, curiosity in sex experiences, curiosity in
partner’s desire, to satisfied, affection needs, desire to having sex and to decrease the tense with
partner. While interpersonal motives include the advantage of the media, internal conflicts (partner’s
complaints, demands, quarrels), affection adjacency lonely condition, and fulfillment of desires with
emotion. In short term, between personal and interpersonal motive, both are relationship oriented,
which is mental and emotional interactions.
Keywords: Motivation, Cybersex, Women, Personal and Interpersonal Motives

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ix


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberi
berkat dan bimbingan kepada saya sehingga bisa menyelesaikan tugas akhir saya ini.
Dengan kerendahan hati, saya menyadari bahwa tanpa berkat dan bimbinganNya
saya tidak dapat menyelesaikan tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana
Psikologi ini.
Skripsi ini menjadi satu “Masterpiece” pertama yang berhasil saya buat.
Kupersembahkan skripsi ini spesial untuk mereka yang sudah begitu berjasa,
meninggalkan banyak kenangan dan warna, serta selalu menjadi tempat yang
istimewa dalam hidup saya.
Terima kasih sebesar-besarnya kepada :
Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria serta para laskar surgawi
Papaku Karolus Kota dan Almh. Mama Angelina Siti Maryati atas dukungan dan

doa yang diberikan pada perjuangan saya selama ini meskipun durasi studi saya
tergolong lama. Kesabaran dan dukungan kalianlah yang membuat saya semakin
termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi saya ini. Saya juga mengucapkan
terima kasih kepada kakakku Tyurina Cahya Florencys dan Adikku Tyofani Putri
Florencys yang selalu memberikan suka dan duka dalam setiap hariku. Semoga
kalian sukses selalu dalam pekerjaan dan studinya.
Sebagai seorang yang sedang belajar untuk melakukan penelitian, saya sangat
berterima kasih kepada pihak yang telah membantu saya dalam proses pengerjaan
skripsi ini:

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si sebagai Dekan Fakultas Psikologi atas

izinnya untuk menyelesaikan skripsi ini
2. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi sebagai dosen pembimbing skripsi
saya. Terima kasih atas kerjasama, kesabaran, waktu, dan ilmu saat
membimbing saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Saya
bangga sudah dibimbing oleh bapak. Maaf bila ada salah kata atau perbuatan
selama saya menjalankan bimbingan bersama bapak 
3. Para dosen penguji ujian skripsi
4. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si selaku dosen pembimbing akademik kelas A
yang telah banyak membantu saya selama proses kuliah berlangsung.
Terimakasih juga atas nasehat dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi
ini.
5. Segenap dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma atas
bimbingannya selama saya menempuh studi.
6. Segenap karyawan Psikologi Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gik, Mas Muji,
dan Mas Doni atas bantuan dan kerjasamanya
7. Kepada para subjek penelitian saya yang bersedia meluangkan waktu untuk
diwawancarai. Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya semoga skripsi
ini juga bisa digunakan sebagai salah satu bahan untuk penelitian berikutnya.
8. Teman-teman seperjuangan bimbingan Pak Siswa: Martha, Dita, Mba Tya,
Mas Baskoro, Novi, Dita Mano, Fiona. Terimakasih atas kebersamaannya,
saya banyak belajar dari kalian.

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9. Sahabat-sahabatku Jeje, Ayu, Leza, Mery, Angel, Alvia, Ara, Okvi yang
selalu membantu dan mengingatkanku untuk menyelesaikan skripsi ini dan
selalu

mendukungku

ketika

diriku

mulai

merasa

kurang

mampu

menyelesaikannya. Serta teman-teman seperjuanganku Psikologi 2009 yang
tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebersamaan serta
semangat dukungannya.
10. Untuk yanti aka yanto yang menemaniku latihan presentasi menjelang hari
H. Terimakasih banyak untuk sarannya
11. Adik-adik asisten tes kognitif 2011: Angga, Adhi, Olga, Meli, Ibeth, Wenni,
Clara, Dedew, Prisil. Terimakasih atas perhatian dan kebersamaan kita..aku
lulus loh hehehe.. semangat terus ya buat kalian adik-adiiik 
12. Para mitra perpustakaan paingan Mba Gustin, Mba Paulin, Mba Titien, Mba
Mengty, Mba Judith, Mba Chandra, Mba Winda, Mba Fani, Mas Eko, Mas
Miko, Angel, Rani, Chyntia, Ika, Rea, Ocil, Keket, Mery, Prima, Tika, Hani,
Iwan, Nasa, Nisa, Remma, Mas Agung, Fandra, Yoha, Anna, Nia.
Terimakasih atas bantuan, dukungan dan kebersamaan kita. Senang sekali
bisa menjadi keluarga kecil di perpustakaan paingan serta berdinamika
bersama..I love you so much!
13. Para staff perpustakaan paingan Pak Parmo, Pak Sunu, Pak Widi, Pak Bradi,
Mas Rahmadi, Pak Narto, Pak Totok, Pak Yanto, Pak Wardi, Bu Astuti, Bu
Ety dan Bu Mini. Terimakasih atas kerjasama dan kebersamaan kita.
14. Para teman-teman komunitas Lektor Kotabaru Servire in Voluntariamente
ya, senang bisa bergabung dengan kalian!

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15. Tim KKN serta warga Dusun Gadingan. Terima kasih atas tempat,
kerjasama, dukungan dan kebersamaannya.
16. Barisan para mantan. Terimakasih atas warna-warni kenangan bersama
kalian. Saya banyak belajar dari semuanya. Sukses selalu untuk kalian!
17. Dan semua pihak yang telah, sedang dan mengisi hari-hari saya maupun
yang menikmati sajian skripsi ini.
Selalu teriring senyum dan doa yang terbaik dari saya untuk kalian semua 
Mohon maaf apabila ada kesalahan. Semoga selalu ada kesempatan untuk berjumpa
kembali dengan kalian. Amin
Salam Senyum dan Semangat,

Lana Dara Florencys

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................ vii
ABSTRACT ............................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............................. ix
KATA PENGANTAR ................................................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 12
A. Cybersex ................................................................................................. 12
1. Pengertian Cybersex .......................................................................... 12
2. Situasi yang Memungkinkan Individu Melakukan Cybersex ............ 13

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3. Pengguna Cybersex ........................................................................... 16
4. Alasan Individu Menggunakan Cybersex .......................................... 17
5. Dampak Penggunaan Cybersex ......................................................... 20
6. Pengukuran ....................................................................................... 21
B. Perempuan dalam Budaya Patriarki ........................................................ 21
1. Budaya Patriarki ................................................................................ 21
2. Konsep Umum Seks dan Gender ....................................................... 21
C. Motivasi .................................................................................................. 23
1. Pengertian Motivasi ........................................................................... 23
2. Jenis-jenis Motif ................................................................................ 24
3. Proses Motivasi ................................................................................. 26
D. Dinamika Motivasi dengan Penggunaan Cybersex ................................. 28
E. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 31
BAB III METODELOGI PENELITIAN .................................................................. 32
A. Jenis Penelitian........................................................................................ 32
B. Batasan Penelitian ................................................................................... 33
C. Subjek Penelitian .................................................................................... 33
D. Teknik Pengambilan Data ....................................................................... 34
E. Prosedur Penelitian ................................................................................. 36
F. Teknik Analisa Data ............................................................................... 38
G. Kredibilitas Penelitian ............................................................................. 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 40
A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ 40
B. Deskripsi Subjek ..................................................................................... 42
C. Hasil Penelitian ...................................................................................... 43

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1. Hasil Analisis Data Penelitian ........................................................... 43
2. Integrasi Hasil Analisis Data ............................................................ 53
D. Pembahasan ............................................................................................. 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 69
A. Kesimpulan ............................................................................................. 69
B. Kelebihan Penelitian ............................................................................... 70
C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 71
D. Saran ...................................................................................................... 71
1. Bagi Subjek dan Perempuan Dikalangan Dewasa............................. 71
2. Bagi Orang Tua dan Lembaga Perkawinan ....................................... 72
3. Bagi Peneliti Selanjutnya .................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 74
LAMPIRAN ............................................................................................................ 78

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pedoman Wawancara ................................................................................ 35
Tabel 2. Pelaksanaan Wawancara ........................................................................... 41
Tabel 3. Data Demografik Responden .................................................................... 43
Tabel 4. Ringkasan Dinamika ................................................................................. 51
Tabel 5. Kategori Personal Motive ......................................................................... 53
Tabel 6. Kategori Interpersonal Motive .................................................................. 59

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Umum Proses Motivasi Dasar .................................................... 26

xviii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. INFORMED CONCENT................................................................ 79
LAMPIRAN 2. OPEN & AXIAL CODING ............................................................ 80

xix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum internet telah menjadi sarana komunikasi dan menjalin relasi
yang kuat dikalangan kaum muda saat ini (Carvalheira, 2003). Melalui
internet pengalaman baru manusia dengan cepat terbuka dan akan dipahami
sebagai "ruang transisi” berupa perpanjangan dari pikiran dan kepribadian
individu yang mencerminkan selera, sikap dan minat mereka (Suler, 1999).
Tidak sebatas memberikan pengaruh pada kegiatan berkomunikasi dan
menjalin relasi, internet juga dapat digunakan untuk mengeksplor informasi
seksual (Baumgartner, 2012). Daya tarik seseorang dalam mengeksplor
informasi seksual di internet dapat dilakukan dengan terlibat dalam beberapa
bentuk aktivitas seksual online (Delmonico dalam Cooper, 2001). Sehingga
pengaruh internet akan diakui sebagai penyebab “revolusi seksual” berikutnya
(Cooper dalam Carvalheira, 2003).
Meskipun pengaruh internet dapat memberikan informasi seksual yang
berguna, ada kekhawatiran individu terlibat dalam seks online beresiko
(Baumgartner, 2012). Resiko online paling tinggi terjadi di kalangan remaja.
Remaja yang sering dipaparkan dengan internet akan lebih mudah terpengaruh
dibandingkan orang dewasa. Hal ini dikarenakan perkembangan remaja belum
berkembang sepenuhnya secara psikologis maupun emosi (Delmonico, 2008).

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

Cooper & Griffin (2003) mendefinisikan Online Sexual Activity (OSA)
sebagai kegiatan di internet yang melibatkan seksualitas seperti membeli
produk seksual, melihat pornografi, berbagi erotika dan cybersex. Shaugnessy
et al (2011) membagi aktivitas seks online dalam 3 bentuk yaitu non-arousal
activities (mis: mencari informasi seksual), solitary-arousal activities (mis:
melihat foto/ video porno) dan partnered-arousal activities (mis: cybersex).
Peran panca indera dalam ketiga aktivitas tersebut tidak dapat berperan secara
menyeluruh.

Namun

seiring

berkembangnya

waktu

dan

teknologi

perkembangan fenomena aktivitas yang dilakukan secara partnered-arousal
activities (cybersex) semakin diminati.
Dalam penelitian ini cybersex didefinisikan sebagai sub bagian dari
aktivitas seks online berupa kegiatan interaktif setidaknya lebih dari satu
orang dalam mengkomunikasikan secara realtime melalui internet hal
seksualitas baik berbagi aktivitas seks, fantasi maupun keinginan seks dengan
atau tanpa stimulasi diri. Penelitian yang dilakukan Shaugnessy (2011) pada
siswa heteroseksual menunjukkan bahwa cybersex mengacu pada bentuk
interaktif dan realtime. Dikatakan interaktif dan realtime karena melibatkan
lebih dari satu orang dan dilakukan pada waktu yang sama melaui chattrooms,
instant messaging atau webcam.
Rasa aman yang diberikan oleh internet memungkinkan individu merasa
lebih bebas dalam interaksi interpersonal mereka di internet daripada dalam
situasi tatap muka (Rimington, 2007). Cooper (dalam Vybíral et al, 2004)
menyebutkan situasi-situasi yang memungkinkan individu melakukan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

cybersex yang biasa disebut sebagai “Triple A Engine” yaitu Anonymity,
Affordability dan Accessibility. Anonimity mengacu pada individu tidak perlu
takut dikenali oleh orang lain ketika menggunakan cybersex. Affordability
mengacu pada untuk mengakses situs porno yang disedikan internet tidak
perlu mengeluarkan biaya mahal. Sedangkan Accessibility mengacu pada
kenyataan bahwa internet menyediakan jutaan situs porno dan ruang
mengobrol yang akan memberikan kesempatan untuk melakukan cybersex.
Suler (2004) juga menyebutkan bahwa internet memberikan situasi-situasi
yang memunculkan effect disinhibation saat individu mengekspresikan emosi,
fantasi serta pikiran-pikirannya khususnya dalam hal seksualitas. Young
(dalam Vybíral et al, 2004) mengembangkan model situasi

yang

memungkinkan individu melakukan cybersex yaitu Anonymity, Convenience
dan Escape (ACE model). Artinya bahwa individu tidak perlu takut untuk
diketahui orang lain saat melakukan perilaku seks menyimpang karena
terdapat kemudahan bagi para pengguna dalam mengkonsumsi materi seksual
di internet yang juga dengan mudah membantu pengguna menggunakan
internet sebagai tempat pelarian untuk melepaskan tegangan mental.
Meskipun

terdapat

situasi-situasi

yang

memudahkan

individu

menggunakan cybersex ternyata penggunaan cybersex juga memiliki dampak
positif maupun negatif. Dampak positif penggunaan cybersex yaitu tidak
menempatkan pengguna pada risiko infeksi seksual menular dan mudah untuk
terjadinya perselingkuhan (Rimington, 2007). Selain itu, dari penggunaan
yang ringan dapat meningkatkan keintiman dengan pasangan, membantu

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

komunikasi yang baik dengan pasangan dan peningkatan kualitas dan
frekuensi hubungan seks (Grov, 2011). Namun pada beberapa penelitian lain
ditemukan bahwa penggunaan cybersex dapat memberikan dampak negatif
yaitu kecanduan, pengkhianatan yang akhirnya merusak relasi dengan
pasangan dan hubungan seksual yang tidak diinginkan (pelecehan seks online,
ajakan seks online, pertemuan tatap muka secara offline) (Doring, 2009).
Dunia cyber dapat menjadi penghalang untuk keintiman yang sesungguhnya.
Pengguna terkadang terjebak dalam fantasi bahwa interaksi yang mereka
lakukan hampir menyerupai hubungan nyata. Hal ini dikarenakan panca indera
tidak berperan secara menyeluruh sehingga pada akhirnya dapat merusak
hubungan yang sudah terjalin (Delmonico dalam Rimington, 2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Daneback et al (2005) diperoleh
hasil bahwa kelompok umur 18-65 tahun baik laki-laki maupun perempuan
menggunakan cybersex. Dari 400 sample diperoleh laki-laki (73%)
mendominasi penggunaan cybersex dibandingkan perempuan (11.5%)
(Carvalheira, 2003). Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan Cooper
(dalam Rimington, 2007) diketahui bahwa dari 9000 pengguna internet, 14%
sample perempuan menyumbang 21% sebagai pecandu cybersex. 5%
perempuan dan 13% laki-laki mengalami kecanduan untuk cinta dan tujuan
seksual (Ross, 2012). Di Inggris ditemukan seorang wanita kecanduan
cybersex dan berujung menjalin hubungan intim dengan 60 laki-laki yang
berbeda melalui webcam (inetdetik.com). Informasi hampir sama pun
diperoleh penulis yang berasal dari seorang mahasiswa swasta di Jogja yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

menjadi korban pelecehan seks berupa permintaan untuk melucuti pakaian
melalui webcam oleh kekasihnya
Bila dilihat pada tahap perkembangannya, dewasa awal merupakan masa
dimana individu meraih sesuatu sangat besar (psychology.wordpress.com),
terjadinya peralihan sikap egosentris ke sikap empati, menjalin relasi (Feist,
2008) dan masa untuk merumuskan tujuan hidup serta menjalani pilihan
mereka (Santrock, 2002). Tugas perkembangan tersebut pada akhirnya akan
menentukan keputusan bagaimana seorang individu berperilaku misalnya ada
individu yang kurang mampu berinteraksi secara tatap muka ingin menjalin
relasi dengan orang lain melalui media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa
individu memilih menggunakan media sosial tersebut karena didorong oleh
suatu keinginan (motivasi) yang besar yaitu menjalin relasi. Sama halnya
ketika individu memilih untuk melakukan aktivitas cybersex. Hal ini terjadi
karena didorong oleh suatu keinginan yang besar seperti kebutuhan menjadi
diri sendiri, menemukan pasangan seks nyata dan keinginan untuk dicari
(Divanova dalam Vybíral, 2004).
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya terkait dengan
motivasi pada perilaku seks nyata (offline) maupun seks online ditemukan
bahwa adanya perbedaan motivasi secara gender. Pada penelitian perilaku
seks offline menunjukkan bahwa motivasi laki-laki cenderung pada
pemenuhan kebutuhan, kepuasan, kesenangan, menyenangkan pasangan, dan
melepaskan tegangan (Carol et al, 1985; Leigh, 1989, dalam Sprecher, 1993).
Sedangkan

perempuan

cenderung

karena

cinta,

komitmen,

dan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

mengekspresikan emosi kedekatan/cinta (Carol et al, 1985; Leigh, 1989;
Sparague & Quadagno, 1989 dalam Sprecher, 1993). Pada penelitian seks
online juga ditemukan adanya perbedaan motivasi antara laki-laki dan
perempuan. Laki-laki cenderung pada relaksasi, kepuasan seksual, gairah
seksual (Ross, 2012), melihat erotica, mencari pasangan, mengunjungi situs
kontak seks (Cooper, 2003). Sedangkan perempuan cenderung bertemu
pasangan seks online secara offline (Daneback, 2007), menggoda,
berhubungan dengan pasangan, serta mendapatkan pendidikan dalam hal
seksualitas (Cooper, 2003). Sementara itu, penelitian cybersex yang ada belum
menunjukkan perbedaan yang representatif antara laki-laki dan perempuan.
Meskipun banyak penelitian yang sudah dilakukan untuk mengetahui
faktor-faktor, dampak, alasan serta prevalensi dari penggunaan cybersex
namun masih sedikit bahkan masih jarang penelitian yang mengkhususkan
penggunaan pada kaum perempuan. Hal ini sejalan dengan bentuk kritikan
dari peneliti Doring (2009) terkait dengan keterbatasan dari penelitian
sebelumnya yang sudah dilakukan lebih sering terjadi di wilayah Barat dan
hampir tidak ada penelitian yang menyelidiki kasus khususnya di kalangan
perempuan. Kondisi seperti ini dimungkinkan terjadi karena penelitian
sebelumnya lebih menggunakan sample gabungan antara laki-laki dan
perempuan serta adanya peran budaya didalamnya yang memegang kuat nilainilai moral. Padahal berdasarkan hasil penelitian Cooper (dalam Rimington,
2007) dari 9000 sample diketahui bahwa dari 14% sample perempuan
menyumbang 21% sebagai pecandu cybersex. Namun bagaimana dengan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

kasus di Indonesia?. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pribadi& Putri
(dalam Noni, 2012) ditemukan bahwa 5% perempuan melakukan cybersex
dengan pasangan onlinenya dibandingkan laki-laki yang hanya 3%.
Harus disadari bahwa mayoritas sistem budaya di Indonesia berakar pada
sistem patriarki. Budaya patriarki adalah budaya dimana kaum laki-laki
memiliki pengaruh yang besar atau tinggi kedudukannya dibanding
perempuan (www.mediadanperempuan.org). Kedaulatan perempuan terhadap
budaya lemah. Konteks budaya disini adalah bagaimana perempuan memilih
cara hidup, gaya hidup, tampilan diri, ekisistensi kemanusiaan dan tata cara
lainnya dalam keseharian (www.wartafeminis.com). Mengakarnya sistem
budaya yang demikian memberikan konsekuensi terhadap perilaku seperti
perempuan tidak secara leluasa melakukan hal disektor yang diinginkan
misalnya dalam pekerjaan. Seringkali membuat perempuan merasa bersalah
bila tidak berperan sesuai norma-norma yang sudah ada (Nurrachman, 2011),
bila sistem ini dijalankan oleh laki-laki yang tidak dapat diandalkan,
kemunngkinan dapat menyengsarakan atau bertindak semena-mena terhadap
keluarga (www.mediadanperempuan.org). Selain itu, konsekuensi dari sistem
patriarki juga memberi pengaruh pada perilaku seksual ialah perempuan
ditempatkan pada situasi dimana harus bertindak altruis/ berkorban dan
dependen sehingga harus menuruti keinginan pasangan, bila tidak menuruti
keinginan pasangan dirinya akan mengalami kecemasan (Nurrachman, 2011).
Mungkin memang benar bahwa fenomena cybersex belum terlalu
booming dikalangan masyarakat. Hal ini dikarenakan adanya norma dan cara

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

berperilaku dalam kultur Indonesia yang memandang bahwa seks merupakan
hal yang tabu, terlarang maupun perlu dihambat (Hoelzner & Oetomo, 2004).
Hal yang sama pun juga dituliskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Ayu
(dalam

www.psychologymania.wordpress.com)

bahwa

laki-laki

dan

perempuan memiliki sikap negatif terhadap seks maya. Hal tersebut
dipengaruhi oleh kebudayaan Indonesia yang masih memegang teguh adat dan
istiadat budaya Timur, dimana individu harus memperhatikan aturan dan nilai
budaya di dalam sikap dan berperilaku. Sehingga dalam kenyataanya, individu
cenderung merasa malu atau takut untuk membahas secara terbuka terkait
dengan pengalaman seksual yang dimiliki.
Sesuai dengan tujuan utamanya, penelitian sebelumnya yang dilakukan
Noni (2012) di Medan berusaha berfokus untuk mengungkap secara
konseptual gambaran remaja melakukan aktivitas cybersex daripada
mengungkap sisi psikologisnya. Hasil penelitian tersebut dikatakan bahwa
remaja melakukan aktivitas cybersex karena mudah dalam mengakses atau
memperoleh

materi

seksual,

keterjagaan

privasi

dan

kebebasan

mengekspresikan fantasi seks. Namun dalam pembahasan tidak menunjukkan
penjelasan yang representatif motivasi antara laki-laki dan perempuan. Selain
itu berdasarkan hasil penelitian Pribadi& Putri (dalam Noni, 2009) yang
menyebutkan bahwa ditemukan 5% perempuan melakukan cybersex dengan
pasangan onlinenya dibandingkan laki-laki yang hanya 3% serta informasi
dari penulis yang diperoleh dari seorang mahasiswi yang menjadi korban
pelecehan seks oleh kekasihnya berupa permintaan melucuti pakaian melalui

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

webcam. Hal ini mendorong peneliti untuk mencoba mendalami pengalaman
motivasi perempuan melakukan aktivitas cybersex sehingga tidak hanya
sekedar mengetahui gejala-gejala apa saja yang membentuknya, melainkan
adanya aksi, interaksi dan proses sosial di dalamnya yang mampu menjelaskan
apa saja yang menyebabkan gejala tersebut muncul sehingga individu memilih
untuk

melakukan

aktivitas

tersebut.

Dengan

demikian,

penggunaan

pendekatan Grounded Theory dirasakan tepat dengan tujuan penelitian ini.
Selain itu, penelitian ini semakin penting untuk dilakukan dengan
mengkhususkan penggunaan hanya pada perempuan karena penelitianpenelitian sebelumnya lebih banyak menggunakan sample gabungan (laki-laki
dan perempuan) dan data yang diperoleh pun tidak cukup representatif.
Pemilihan penggunaan sample khusus perempuan pada penelitian ini dirasa
memiliki tantangan tersendiri ketika peneliti hendak mengetahui secara
mendalam topik yang sifatnya sensitif di dalam budaya Timur dan mampu
mengeksplorenya dalam sebuah penelitian. Selain itu, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menambah hasil penelitian motivasi perilaku seks yang
jumlahnya masih terbatas bahkan belum ada yang menggunakan metode studi
Grounded Theory.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka timbul pertanyaan apa
motivasi perempuan melakukan aktivitas cybersex?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk mengetahui motivasi perempuan melakukan
aktivitas cybersex.

D. Manfaat penelitian
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan menjadi langkah awal
untuk mengerti dan memahami secara mendalam alasan perempuan
melakukan aktivitas cybersex sehingga dapat memberikan wacana baru di
bidang Psikologi Sosial dan studi motivasi perilaku seks.
Secara praktis, memberikan informasi dikalangan perempuan
bahwa kehidupan mereka tidak lepas dari perkembangan teknologi yang
semakin pesat bahkan sudah menjadi lifestyle. Sehingga dengan informasi
ini dapat memeberikan pemahaman yang mendalam kepada perempuan
agar dapat secara bijak menggunakan internet maupun alat komunikasi
lainnya yang dapat terhubung dengan internet agar mengurangi jumlah
korban pelecehan serta tetap menjujung nilai-nilai moral di masyarakat.
Bagi para orang tua yang memiliki anak perempuan, menambah wacana
untuk mendampingi anak-anak khususnya perempuan sehingga orang tua
mampu mengetahui pendekatan-pendekatan apa saja yang dapat dilakukan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

mengingat perkembangan teknologi yang semakin pesat sehingga
informasi dapat masuk tanpa adanya filter. Bagi lembaga perkawinan,
menambah wacana untuk mendampingi para calon suami-isteri yang akan
membangun rumah tangga untuk semakin mengetahui fenomena yang
kerap kali terjadi akibat penggunaan cybersex.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Cybersex
1. Pengertian Cybersex
Cybersex didefinisikan sebagai sub kategori dari Online Sexual
Activity (OSA) dan terjadi ketika individu menggunakan internet untuk
terlibat dalam ekspresi seksual atau kegiatan memuaskan seksual yang
mungkin mencakup: melihat gambar, terlibat dalam obrolan seksual,
pertukaran email seksual, di mana kedua belah pihak masturbasi
sambil bertukar obrolan seksual secara online (Daneback, 2005)
Scheneider & Weiss (dalam Vybíral et al 2004) menganggap
segala bentuk ekspresi seksual melalui komputer atau internet adalah
cybersex. Noonan (dalam Vybíral et al 2004) memahami cybersex
sebagai pesan erotis atau fantasi seksual yang ditukar melalui internet.
Mastrubasi adalah bentuk bagian dari cybersex
Young,

Griffin-Shelley,

Copper,

O’Mara

dan

Buchanan

mendefinisikan cybersex sebagai dua pengguna online terlibat dalam
wacana pribadi tentang fantasi seksual. Dialog biasanya disertai
dengan stimulasi diri. Ben-Ze’ev menyebutkan cybersex adalah
interaksi sosial antara setidaknya dua orang yang bertukar pesan erotis
secara real-time untuk orgasme (dalam Hans et al 2011).

12

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

Cooper et al (dalam Rimington, 2007) mendiskripsikan cybersex
sebagai penggunaan internet untuk terlibat dalam kegiatan seksual
memuaskan. Definisi lain, diberikan pada tahun 2004, cybersex
dijelaskan sebagai terlibat dalam stimulasi diri seksual saat online
dengan orang lain, interaksi ini bisa bertukar melalui email, chatroom,
instant messaging, atau webcam. Akhirnya pada tahun 2005 cybersex
dijelaskan sebagai dua atau lebih orang yang terlibat dalam
pembicaraan seks saat online untuk tujuan kenikmatan seksual dan
mungkin atau mungkin tidak termasuk masturbasi oleh satu atau lebih
pengguna.
Shaugnessy (2011) mendefinisikan cybersex sebagai komunikasi
seksual yang dilakukan secara interaktif dan realtime via synchronous
Internet modes.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa cybersex
adalah sub bagian dari aktivitas seks online berupa kegiatan interaktif
setidaknya lebih dari satu orang dalam mengkomunikasikan secara
realtime melalui internet hal seksualitas baik berbagi aktivitas seks,
fantasi maupun keinginan seks dengan atau tanpa stimulasi diri.

2. Situasi yang Memungkinkan Individu Melakukan Cybersex
Cooper (2003) menekankan 3 situasi-situasi yang memungkinkan
individu melakukan cybersex, biasanya disebut (Triple A Engine),
yaitu Accessibility, Affordability dan Anonymity.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

a. Accessibility
mengacu pada kenyataan bahwa internet menyediakan jutaan
situs porno dan dan ruang mengobrol yang akan memberikan
kesempatan untuk melakukan cybersex
b. Affordability
mengacu pada untuk mengakses situs porno dan melakukan
obrolan melalui chatt dan tidak perlu mengeluarkan biaya
mahal
c. Anonymity
mengacu pada individu tidak perlu takut dikenali oleh orang
lain. Individu dapat menjaga identitasnya dari orang lain.
Young (dalam Rimington, 2007) mengembangkan ACE model
(Anonymity, Convenience dan Escape) untuk menjelaskan bagaimana
internet telah menciptakan sebuah iklim budaya permisif yang
mendorong individu menggunakan cybersex. ACE model mengacu
pada individu tidak perlu takut untuk diketahui orang lain saat
melakukan perilaku seks menyimpang karena terdapat kemudahan bagi
para pengguna dalam mengkonsumsi materi seksual dan juga dengan
mudah membantu pengguna menggunakan internet sebagai tempat
pelarian untuk melepaskan tegangan mental.
John Suler (2004) juga menyebutkan adanya effect disinhibation
yang disebabkan beberapa situasi-situasi yang mendorong individu
melakukan aktivitas cybersex yaitu :

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

a. Anonimitas disosiatif.
Ketika orang lain yang ditemui secara online tidak dapat
dengan mudah mengetahui diri anda sebenarnya. Individu
dapat menjaga identitasnya dari orang lain.
b. Invisibility
Dalam lingkungan online, orang lain tidak dapat melihat diri
anda. Ketika seseorang sedang online mungkin atau bahkan
orang lain tidak tahu bahwa anda sedang menyusuri internet.
Dalam komunikasi teks seperti email, chatting, blog, dan IM,
orang lain mungkin tahu banyak tentang siapa Anda. Namun,
mereka masih tidak dapat melihat atau mendengar Anda dan
Anda tidak dapat melihat atau mendengar mereka.
c. Ascynchronicity
Dalam komunikasi ascynchronous (email atau newsgroup),
orang

tidak

memerlukan

berinteraksi
menit,

jam,

secara
hari

realtime.
bahkan

Orang
bulan

lain
untuk

menjawabnya. Bahkan beberapa orang mungkin mengalami
komunikasi asynchronous sebagai tempat “melarikan diri”
setelah mengirimkan pesan yang bersifat pribadi, emosional
karena merasa aman dan dapat ditinggal.
d. Introyeksi solipsistic.
Ketika seseorang membaca pesan dari orang lain menggunakan
suaranya sendiri, orang tersebut seperti “mendengar” suara

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

pasangan onlinenya. Seseorang mensubvocalize ketika mereka
membaca, sehingga memproyeksikan suara mereka ke dalam
teks orang lain. Percakapan ini bisa dialami tanpa disadari
ketika berbicara dengan dirinya sendiri, yang mendorong rasa
tidak malu karena berbicara dengan diri sendiri dirasa lebih
aman daripada berbicara dengan orang lain
e. Imajinasi disosiatif
Seseorang bersama orang lain secara online hidup dalam
dimensi permainan fantasi, terpisah dari tuntutan dan tanggung
jawab dunia nyata. Ketika seseorang selesai menggunakan
internet dan kembali ke rutinitas sehari-hari orang tersebut
dapat melepaskan identitas permainan fantasi yang tidak
berhubungan dengan dunia nyata.
f. Minimization of status and authority
Saat online status seseorang dalam dunia tatap muka mungkin
tidak diketahui orang lain dan mungkin tidak memiliki dampak
sebanyak di dunia tatap muka. Setiap orang memiliki
kesempatan yang sama untuk menyuarakan dirinya sendiri
tanpa memandang status, kekayaan, ras, atau gender

3. Pengguna Cybersex
Cooper,

Delmonico&

Burg,

2000

(dalam

mendiskripsikan 3 kelompok pengguna cybersex yaitu:

Cooper,

2002)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

a. Recreational users, yang mengakses materi seksual online
karena rasa ingin tahu atau untuk tujuan hiburan
b. At risk users, orang-orang menggunakan internet dalam jumlah
waktu sedang untuk kegiatan seksual, dan jika pola penggunaan
mereka secara terus-menerus, penggunaannya bisa menjadi
kompulsif
c. Sexually compulsive users, yang memiliki kecenderungan
patologis ekspresi seksual, menggunakan internet sebagai
tempat untuk kegiatan seksual mereka.

4. Alasan Indvidu Menggunakan Cybersex
Divanova (dalam Vybíral, 2004) menyebutkan bahwa perilaku
cybersex terjadi karena dimotivasi oleh berbagai kebutuhan yang
dimiliki individu yiatu:
a. Keinginan kepuasan seksual.
Pengguna dapat memiliki pasangan sementara atau yang
memenuhi kebutuhan pengguna dan kegiatan cybersex dipandang
sebagai pelarian ketidakpuasan.
b. Keinginan akan pengetahuan.
Anak-anak dan remaja masuk ke ruang berorientasi seks
dan mendapatkan informasi tentang seksualitas manusia serta
“teori” pertama pengalaman seksual mereka. Anonimitas yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

terdapat dalam internet mendorong orang dewasa untuk mengenal
dan mengeksplorasi praktek seksual.
c. Keinginan menjadi diri sendiri.
Kemampuan untuk berbicara bebas tentang apa pun,
terbuka dan tanpa menggunakan topeng biasanya diperlukan
individu dalam kehidupan nyata dan merupakan daya tarik
terbesar. Hal tersebut dapat dilakukan melalui internet karena
adanya situasi Anonymous sehingga respon takut ditolak dan
mendapatkan hukuman jelas kurang.
d. Keinginan untuk beristirahat,
Dalam mempertahankan fisik dan kesejahteraan mental,
penting untuk melakukan istirahat dari tugas sehari-hari dan
tekanan dari atasan. Bagi banyak orang, Internet, dan khususnya
chattroom, menjadi tempat dimana mereka dapat bersantai. Banyak
orang melihat cybersex sebagai hal relaksasi atau menyenangkan.
e. Keinginan untuk dicari.
Jika seseorang di dunia nyata tidak memiliki hubungan
sosial untuk menciptakan perasaan peduli dan menjadi penting
untuk orang lain, orang itu mungkin mencoba untuk membuat
perasaan tersebut melalui komunikasi di chattroom. Jika perasaan
puas muncul melalui aktivitas tersebut, ada kemungkinan bahwa
jenis komunikasi tersebut akan menjadi bagian penting dalam
kehidupan seseorang.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

f. Mencoba menemukan pasangan untuk seks nyata
Hubungan ditetapkan lebih mudah di chattroom daripada di
dunia nyata. Online disinhibition secara signifikan mempermudah
kegiatan berkencan bagi orang yang pemalu dan tertutup, bahkan
menjadi cara yang lebih nyaman dan efektif untuk memulai
hubungan baru. Jika individu, apalagi, mencari orang dengan minat
seksual sama, Anonimitas Internet menyediakan lingkungan
perantara yang ideal.
g. Semangat yang berasal dari anonimitas,
Seorang individu dapat berpartisipasi dalam kegiatan
cybersex tanpa harus mengungkapkan identitasnya. Mayoritas
pengguna pun mengaku menghargai kenyataan bahwa pasangan
cybersex mereka tidak diketahui.
h. Semangat yang berasal dari interaksi
Fakta bahwa pengguna lebih memilih cybersex karena
“mudah”. Perbedaan yang paling penting terletak pada interaksi
yang disediakan oleh cybersex, yang tidak dapat diberikan oleh
majalah.

Alasan yang lain juga disebutkan oleh Carner et al (dalam Noni,
2012) berupa fantasi dan isolasi. Fantasi mengacu bahwa individu
mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan fantasi seksualnya
tanpa harus takut ditolak. Sedangkan isolasi mangacu bahwa individu

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

memiliki kemampuan untuk memisahkan dirinya dengan orang lain
dalam fantasi apapun yang dipilih tanpa adanya resiko seperti infeksi
secara seksual. Sedangkan berdasarkan penelitian Carlvaheira (2003)
ditemukan

bahwa

penggunaan

cybersex

di

chattroom

dapat

memberikan kesempatan untuk bertemu dengan pasangan, memilih
orang-orang yang memiliki kesamaan dalam kepentingan seksual serta
mampu mengatasi keterampilan sosial yang terbatas individu dalam
hubungan tatap muka.

5. Dampak Penggunaan Cybersex
Rimington (2007) menyebutkan dampak positif dari penggunaan
cybersex yaitu :
a. tidak menempatkan pengguna pada risiko infeksi seksual
menular dan
b. mudah untuk terjadinya perselingkuhan
Dampak positif lain juga dipaparkan oleh Grov (2011) yaitu:
a. meningkatkan keintiman dengan pasangan,
b. membantu komunikasi yang baik dengan pasangan
c. peningkatan kualitas dan frekuensi hubumgan seks
Namun penggunaan cybersex juga dapat memberikan dampak
negatif yaitu kemungkinan resiko menjadi “Cybersex Compulsif”.
Doring (2009) mengidentifikasikan 3 dampak negatif dari cybersex
yaitu:

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21

a. kecanduan,
b. pengkhianatan yang akhirnya merusak relasi dengan
pasangan
c. hubungan seksual yang tidak diinginkan (pelecehan seks
online, ajakan seks online, pertemuan tatap muka secara
offline).
6. Pengukuran
Metode serta alat ukur yang digunakan pada penelitian sebelumnya
yang terkait dengan aktivitas seks online maupun cybersex adalah
kuantitatif dan kualitatif berupa kuisioner Internet Sex Screening Test
(ISST), angket, skala, wawancara dan survey online.

B. Perempuan dalam Budaya Patriarki
1. Budaya Patriarki
Budaya patriarki adalah budaya dimana kaum laki-laki memiliki
pengaruh yang besar atau tinggi kedudukannya dibanding perempuan
(www.mediadanperempuan.org).

2. Konsep umum Seks dan Gender
Seks merupakan hal yang berbeda dengan gender. Menurut
Papalia& Olds (dalam Nurrachman, 2011) seks adalah perbedaan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22

biologis antara laki-laki dan perempuan sedangkan gender adalah “…it
means to be male or female. Menurut Saptari & Holzner (dalam
Nurrachman, 2011) gender adalah keadaan dimana individu yang lahir
secara biologis sebagai laki-laki dan perempuan memperoleh pencirian
sosial sebagai laki-laki dan perempuan melalui atribut-atribut
maskulinitas dan feminitas yang sering didukung oleh nilai-nilai atau
sistem simbol masyarakat yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan
bahwa seks mengacu pada perbedaan atas dasar ciri-ciri biologis
sedangkan gender mengacu pada konsep sosial budaya yang dapat
mempengaruhi adanya perbedaan psikologis dan perilaku seseorang.
Peran gender merupakan konsep umum yang biasanya dibicarakan
dalam membahas peran perempuan maupun laki-laki di masyarakat
berupa pikiran, perasaan, tingkah laku, sikap, minat dan keterampilan
yang ditentukan budaya dan dianggap tepat bagi perempuan dan lakilaki. Ketika individu berada dalam suatu kelompok maka individu
tersebut akan dituntut untuk menampilkan tingkah laku tertentu oleh
lingkungannya sesuai dengan fungsi dan kedudukan di lingkungan
tersebut (Sadli & Patmonodewo dalam Nurrachman, 2011). Peran
gender yang telah mengakar di masyarakat seringkali membuat
perempuan merasa bersalah bila tidak berperan sesuai norma-norma
yang ada (Nurrachman, 2011).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23

C. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
dorongan yang timbul oleh adanya kebutuhan baik intrinsik maupun
ekstrinsik untuk mencapai tujuan tertentu yang mana tujuan tersebut
sebagai cerminan minat individu dalam perilaku yang berkaitan
dengan apa yang dilakukannya (Hamzah, 2008). Motif merupakan
alasan atau sebab seseorang melakukan sesuatu (Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa, 1995). Winkel (dalam Hamzah, 2008)
mendefinisikan motif sebagai daya penggerak dalam diri seseorang
untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu.
Di samping itu, motif yang merupakan suatu alasan atau dorongan
yang membuat individu melakukan sesuatu, memiliki 2 hal pokok di
dalamnya. Dua hal itu ialah dorongan atau kebutuhan dan tujuan
(Handoko, 1992).
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan alasan individu dalam berperilaku sebagai tenaga
penggerak atau dapat disebut juga dengan istilah pendorong. Dengan
kata lain, motivasi membuat individu melakukan tindakan berdasarkan
suatu kebutuhan atau tujuan yang ingin dicapai dalam perbuatannya.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24

2. Jenis-jenis Motif
a. Personal Motive


Achievement motive
McClelland

(1985)

mendefinisikan

motif

berprestasi

sebagai standard of excellence yaitu kecenderungan individu
untuk mencapai prestasi secara optimal. Individu yang
menunjukkan motivasi berpretasi adalah mereka yang task
oriented dan siap menerima tugas-tugas yang menantang dan
kerap kali mengevaluasi tugas-tugasnya dengan beberapa cara
misalnya membandingkan dengan hasil kerja orang lain atau
dengan standard tertentu.


Hedonism Motive
Hobbes (dalam Herbert, 1981) menyatakan bahwa segala
tindakan didorong oleh hasrat untuk mendapat kesenangan dan
menghindari rasa sakit.



Exploration Motive
Kondisi dimana seseo