Studi deskriptif kualitatif tentang motivasi pemuda dan remaja yang aktif dalam organisasi kegerejaan - USD Repository

  

STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF TENTANG MOTIVASI PEMUDA

DAN REMAJA YANG AKTIF DALAM ORGANISASI KEGEREJAAN

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Oleh: Aji Satria Putra

  NIM: 069114057

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2012 i

  

STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF TENTANG MOTIVASI PEMUDA

DAN REMAJA YANG AKTIF DALAM ORGANISASI KEGEREJAAN

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Oleh: Aji Satria Putra

  NIM: 069114057

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2012

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  • -St. Ignatius of Loyola-

  iv

  

Dalam hidup, tiada yang bisa bertahan tanpa

bantuan orang lain dan Tuhan

  (AJI SATRIA PUTRA)

  

Ad maiorem Dei gloriam

  (Demi Kemuliaan Allah yang lebih besar)

  Karya ini saya persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkatnya dan semua orang yang telah mendukung saya selama ini

  

STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF TENTANG MOTIVASI PEMUDA

DAN REMAJA YANG AKTIF DALAM ORGANISASI KEGEREJAAN

Aji Satria Putra

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk

ABSTRAK

menyalurkan minatnya pada organisasi gereja. Kelima subjek penelitian kali ini adalah organisasi keagamaan. Secara khusus, pemuda dan remaja Kristen akan mencoba untuk dirinya sesuai dengan minatnya melalui berbagai media yang salah satunya melalui Pada masa-masa pemuda dan remaja, seseorang akan mencoba untuk mengembangkan mengetahui motivasi pemuda dan remaja Kristen yang aktif di organisasi kegerejaan. dalam organisasi kegerejaan. pemahaman bahwa pelayanan adalah sebuah kewajiban yang harus mereka lakukan dari penelitian menunjukan bahwa motivasi para informan dipengaruhi oleh adanya Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara. Hasil pemuda dan remaja yang aktif dalam organisasi gereja dalam jangka waktu 1-4 tahun.

  Kata kunci: Motivasi, Pemuda dan Remaja, Organisasi, Gereja, Keagamaan

  

A QUALITATIVE DESCRIPTIVE STUDY OF YOUTHS AND

ADOLESCENTS MOTIVATION TO ACTIVE IN ECCLESIASTICAL

ORGANIZATION

Aji Satria Putra

organization. In periods of youth and adolescence, someone will try to develop itself in affect youth and adolescents Christians who are active in Christian ecclesiastical This study was a descriptive study that aimed to determine the motivations that

ABSTRACT

of this study were the youth and adolescents that active in the Christian ecclesiastical channeled their interests in the Christian ecclesiastical organization. All of five subjects ecclesiastical organizations. In particular, youth and adolescents Christians will try to organization in period 1-4 years. Data collection technique that used in this study was the accordance with their interests through various media that one of them through Password: Motivation, Youth and Adolescents, Organization, Ecclesiastical, Religious presence of the informants understanding that service is an obligation that they so do and they do so in the eccleastical organization interview. The result of the study showed that their motivation was influenced by the

KATA PENGANTAR

  Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberi berkat dan petunjuk pada saya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tugas akhir saya ini. Dengan segala kerendahan hati, saya menyadari bahwa tanpa berkat dan petunjuk dariNYA saya tidak dapat menyelesaikan tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) ini.

  Karya ini diharapkan dapat menjadi berkat dan berguna bagi semua elemen yang berperan penting dalam kehidupan saat ini. Kehidupan saat ini menuntut adanya suatu pemikiran-pemikiran yang mungkin hanya bisa dicari melalui sebuah penelitian sehingga diharapkan adanya karya penelitian ini dapat memicu keinginan para peneliti lain untuk melakukan penelitian tanpa ada tendensi untuk melakukan kegiatan plagiasi.

  Pertama-tama saya ingin berterima kasih kepada kedua orang tua saya, Drs. Tri Warsono dan Dra. Yetti Yuliati Soebari atas dukungan yang diberikan kepada perjuangan saya selama ini walaupun durasi studi saya tergolong lama. Kesabaran dan dukungan mereka yang telah membuat saya termotivasi untuk segera menyelesaikan karya skripsi saya ini. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada adik saya satu-satunya Bagas Abiyoga yang beberapa kali saya repotkan dengan meminta kertas dan berpatungan untuk membeli tinta printer. Tetap semangat dengan studimu dan selesaikan studimu dengan tepat waktu pula.

  Sebagai seorang yang sedang belajar untuk melakukan penelitian, saya sangat berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu saya dalam proses pengerjaaan skripsi ini:

  1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, sebagai Dekan Fakultas Psikologi beserta segenap dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma atas bimbingannya selama saya menempuh studi

  2. Ibu P. Henrietta PDADS, S.Psi, MA sebagai dosen pembimbing skripsi saya. Terima kasih atas kerjasama dan kesabarannya selama membimbing saya dalam penulisan skripsi

  3. Para dosen penguji ujian skripsi 4. Dosen pembimbing saya selama studi, bapak Prof. A.

  Supratiknya (2006-2009)dan Bapak H. Wahyudi, M.Si (2009- 2012) atas bimbingan dan perhatian pada kemajuan studi saya dan teman-teman seangkatan saya.

  5. Para staf dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma: mas Gandung, mas Donny, mas Muji, mbak Nanik dan pak Gie yang sudah banyak membantu saya selama ini

  6. Pak/mas/opa Setyawan J Kridanta yang telah memberi saya banyak sekali masukan atas skripsi saya ini.

  7. Teman-teman seperjuangan bimbingan mba Etta: Oix, Reno, Arya. Memang saya yang paling tua, tetapi saya juga banyak belajar dari kalian semua

  8. Teman-teman yang sudah berdinamika bersama saya sesama angkatan 2006 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang sudah berjuang bersama-sama selama beberapa tahun ini

  9. Teman-teman Friends Community yang menjadi tempat saya belajar dan menemukan potensi diri saya

  10. Teman-teman Pemuda dan Remaja GKJ Gondokusuma Yogyakarta yang telah menjadi inspirasi judul skripsi saya ini.

  Tetap semangat dalam melayani bagi gereja dan sesamamu manusia Salam nggiling!!!

  11. Para staff dan fasilitator Gloria Edukasindo yang telah memberikan kesempatan yang sangat berharga untuk saya belajar.

  12. Volunteer Stube-HEMAT atas sharing-sharing berbobot yang telah memperkaya hidup saya

  13. Sahabat-sahabat saya ex PSK SMPN 5 Yogyakarta 2000-2003 “The Godzjidank”. Terima kasih telah menjadi sahabat-sahabat terbaik saya selama hampir 12 tahun ini. Tuhan memberkati kalian semua

  14. Teman-teman sesama volunteer YMCA Yogyakarta yang sudah memberikan pengalaman internasional pada saya

  15. Konco kenthel saya, Kurnia Yohana Yulianti, S.Psi yang sudah sering saya repotkan dengan pergolakan batin saya. Sukses terus untuk mimpi-mimpimu dan masa depanmu. 16. dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu

  Yogyakarta, 23 Mei 2012 Aji Satria Putra

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL………………………………………………………………i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………………………...ii HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI………………………………………..iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAH……………………………..………iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………….v ABSTRAK………………………………………………………………………..vi ABSTRACT……………………………………………………………………..vii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………………viii KATA PENGANTAR……………………………………………………………ix DAFTAR ISI…………………………………………………………………….xiii DAFTAR TABEL………………………………………………………...……..xvi DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………xvii

  BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1 A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………......1 B. Rumusan Masalah……………………………………………………………...8 C. Tujuan Penelitian………………………………………………………………8 D. Manfaat Penelitian……………………………………………………………..8

  1. Manfaat Teoritis……………………………………………………………8

  2. Manfaat Praktis…………………………………………………………….8

  BAB II KAJIAN LITERATUR………………………………………………….10 A. Motivasi Remaja dan Pemuda…………………………………………..…….10

  1. Perkembangan Remaja dan Pemuda……………………………………...10

  2. Motivasi…………………………………………………………………...14

  B. Organisasi Kegerejaan………………………………………………….……..21

  C. Motivasi Pemuda untuk Aktif dalam Organisasi Gereja……………….……..27

  D. Pertanyaan Penelitian…………………………………………………………31

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………………..32 A. Jenis Penelitian………………………………………………………………..32 B. Batasan Penelitian…………………………………………………………….32 C. Subjek Penelitian……………………………………………………………...34 D. Teknik Pengambilan Data……………………………………………………35 E. Prosedur Penelitian……………………………………………………………38

  1. Tahap Pra Lapangan………………………………………………………38

  2. Tahap Pekerjaan Lapangan……………………………………………….39

  3. Tahap Analisis Data………………………………………………………39

  F. Teknik Analisis Data………………………………………………………….40

  G. Kredibilitas Penelitian………………………………………………………...41

  BAB IV PENYAJIAN HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN…….43 A. Pelaksanaan Penelitian………………………………………………………..43 B. Deskripsi Informan……………………………………………………………44

  1. Data demografi subjek……………………………………………………44

  C. Hasil Penelitian……………………………………………………………….45

  1. Hasil Analisis Data Penelitian…………………………………………….45

  2. Integrasi Hasil Analisis Data Penelitian…………………………………..54

  a. Proses Awal…………………………………………………………...55

  b. Dinamika Setelah Bergabung…………………………………………60

  c. Tujuan Setelah bergabung…………………………………………….66

  d. Harapan Setelah Bergabung…………………………………………..68

  D. Pembahasan…………………………………………………………………...73

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………….………84 A. Kesimpulan………………………………………………………….………...84 B. Saran…………………………………………………………………………..84

  1. Bagi Organisasi Kegerejaan………………………………………………84

  2. Bagi Informan…………………………………………………………….85

  3. Bagi Peneliti Selanjutnya…………………………………………………85 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………87 Daftar Tabel Tabel 1 Pedoman Wawancara……………………………………………36 Tabel 2Data Demografi Informan………………………………………..44 Tabel 3 Ringkasan Dinamika……………………………………………53 Tabel 4 Pengaruh Awal Bergabung……………………………………...55 Tabel 5 Tujuan Awal Bergabung………………………………………...58 Tabel 6 Perasaan Dalam Organisasi……………………………………..60 Tabel 7 Pemahaman tentang Berkegiatan di Gereja……………………..63 Tabel 8 Tujuan setelah Bergabung………………………………………66 Tabel 9 Harapan ketika Berorganisasi…………………………………...68 Tabel 10 Hasil Lain yang Diinginkan dari Organisasi…………………...70

  Daftar Lampiran Informed Concern………………………………………………………..90 Hasil wawancara…………………………………………………………91

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan sehari-hari,

  manusia akan berusaha untuk selalu berelasi dengan orang-orang lain yang ada di sekitarnya. Relasi yang dibangun oleh manusia dan orang-orang di sekitarnya merupakan suatu kebutuhan dasar dalam diri manusia dan bertujuan untuk membuat manusia menjadi lebih bertambah dibandingkan dengan keadaan dirinya yang sebenarnya (Baron & Byrne, 2006). Artinya dalam perjalanan hidupnya, manusia akan selalu mencoba untuk terus beradaptasi dengan keadaan yang ada melalui berbagai cara. Hal tersebut disebabkan oleh adanya suatu kebutuhan untuk terus membuat dirinya dapat bertahan dengan keadaan sekitarnya sehingga ia perlu untuk menjalin sebuah relasi dengan individu yang lainnya.

  Dari kebutuhan untuk menjalin relasi tersebut, manusia akan cenderung untuk membuat suatu perkumpulan yang akhirnya memiliki suatu tujuan tersendiri sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut (Baron & Byrne : 2006). Perkumpulan tersebut akan bersifat koheren berdasarkan nilai-nilai dan tujuan tertentu yang akhirnya membentuk sebuah

  2 organisasi. Dalam organisasi tersebut, ada suatu tujuan tersendiri mengapa orang-orang tersebut bisa tergabung menjadi satu. Dalam hal ini, ada suatu pendorong yang membuat orang-orang tersebut dapat tergabung menjadi satu tujuan.

  Organisasi merupakan suatu hal yang sering dijumpai pada masa kini. Berbagai macam bentuk organisasi dapat ditemui di mana saja mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Menurut Katz dan Kahn (1978), organisasi didefinisikan sebagai suatu perangkat sosial yang bertujuan untuk memenuhi tujuan dari suatu kelompok secara terstruktur. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dilihat bahwa organisasi merupakan suatu wadah yang menampung orang-orang yang memiliki tujuan yang sama sehingga mereka akan berkumpul menjadi satu untuk menyatukan tujuan tersebut. Katz dan Khan (1978) juga mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem sosial yang mengatur perilaku orang-orang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Dari definisi tersebut, dapat dilihat bahwa organisasi merupakan suatu tempat untuk mengakomodasi orang-orang sesuai dengan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Adanya kesamaan dalam nilai dan norma serta tujuan yang dianut tersebut akan membuat mereka berkumpul dan menciptakan suatu yang lebih tinggi dibandingkan ketika mereka bekerja secara individual. Adanya kesamaan tujuan tersebut tidak menutup kemungkinan suatu organisasi akan terus berkembang dan menciptakan suatu karya sesuai dengan apa yang mereka perjuangkan.

  3 Organisasi terdiri dari bermacam-macam jenis, tergantung dari tujuan, nilai serta norma yang dianut. Berdasarkan dari tujuannya, ada organisasi profit dan non-profit. Salah satu contoh dari organisasi non- profit tersebut adalah organisasi keagamaan. Organisasi keagamaan adalah suatu organisasi yang memiliki dasar iman akan agama yang dianut, yang dalam hal ini secara tidak langsung mengatur tingkah laku dari anggota yang ada di dalamnya (Gruber dalam Levy, 2009). Organisasi keagamaan memiliki peran dalam membina dan membentuk suatu kepercayaan berdasarkan agama yang dianut. Dalam hal ini, peran dari organisasi itu sendiri adalah untuk menjaga “keimanan” para anggota yang mempercayai agama tertentu.

  Berdasarkan sudut pandang dari anggota yang terlibat di dalam organisasi keagamaan, ada keunikan tersendiri dalam hal motivasi untuk bergabung. Sebagian besar motivasi dari orang-orang yang tergabung dalam organisasi keagamaan adalah karena mereka memiliki keinginan untuk menjadi lebih baik dibandingkan orang lain dalam hal keimanan tersebut (Berman dalam Carvalho : 2010).

  Salah satu organisasi keagamaan adalah organisasi kegerejaan. Dalam wawancara awal yang dilakukan peneliti kepada 4 anggota organisasi kegerejaan di Gereja Kristen Jawa (GKJ), salah seorang anggota mengemukakan pendapatnya bahwa ia bergabung di organisasi tersebut sudah cukup lama yaitu 7 tahun (AA, Wawancara, Agustus 2010).

  Pada awalnya ia hanya ikut teman-temannya. Namun pada akhirnya, ia

  4 merasa memiliki suatu panggilan dari dalam dirinya untuk terus terlibat dalam kegiatan ini. Selain itu, ia juga merasa bahwa ada suatu kenyamanan ketika ia terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang ada.

  Menurutnya, ia merasa mendapat suatu kesenangan ketika ia terlibat dalam kegiatan tersebut. Walaupun merasa lelah dan banyak waktu terbuang, ia merasa bangga ketika berhasil meneyelenggarakan suatu acara baik yang berskala besar maupun kecil. Baginya, panggilan dalam diri tersebutlah yang membuatnya mau dan tertarik untuk terlibat di dalam organisasi ini.

  Dalam kesempatan yang lain, salah seorang anggota organisasi kegerejaan mengatakan bahwa dia juga memiliki suatu motivasi tersendiri untuk bergabung dalam organisasi kegerejaan tersebut (ID, Wawancara, September 2010). Selama 8 tahun bergabung, motivasinya dalam organisasi tersebut adalah karena ia smerasa bahwa ada suatu panggilan dari dalam dirinya untuk bergabung dalam organisasi tersebut. Sebelumnya, ia sendiri aktif dalam organisasi di sekolah dan kurang aktif dalam organisasi gereja. Akan tetapi, setelah cukup lama bergabung dalam organisasi kegerejaan tersebut, akhirnya ia merasa memiliki kewajiban yang harus dia lakukan. ID merasa nyaman ketika bisa berkegiatan bersama-sama dengan teman satu organisasinya tersebut. ID juga merasa lebih berkembang ketika berdinamika di dalam organisasi kegerejaan daripada di organisasi sekolahnya. Ia lebih bisa menghargai keadaan orang setelah ia bergabung dalam organisasi tersebut. Menurutnya, hal tersebut

  5 membuat dirinya menjadi seseorang yang dapat mengontrol emosi dan membuat suatu harmoni yang baik dengan orang lain.

  Seorang anggota organisasi kegerejaan yang lain mengatakan bahwa ia sendiri bergabung dengan organisasi kegerejaan untuk dapat menambah kemampuannya dalam hal berorganisasi (WW, Wawancara, Agustus 2010, sudah bergabung selama 7 tahun). Ia berharap bisa belajar suatu soft skill seperti kemampuan berorganisasi ini. Selain itu, ia juga ingin untuk belajar membuat suatu keputusan dalam suatu organisasi. Maksud dari tujuannya ini adalah, ia merasa bahwa dengan ia bergabung dalam organisasi kegerejaan, ia dapat melatih kemampuan berorganisasinya serta pengambilan keputusan. Hal tersebut dikarenakan, ia menganggap bahwa organisasi kegerejaan memiliki struktur yang tidak terlalu rumit sehingga ia tidak perlu merasa takut ketika melakukan suatu kesalahan. Selain itu, aktif dalam organisasi kegerejaan membuatnya belajar untuk berani dalam mengeluarkan pendapat sehingga tidak perlu ragu ketika berada pada situasi yang lebih tinggi. Dalam hal ini, ia merasa bahwa ia bisa belajar banyak ketika ia bergabung dengan organisasi kegerejaan tersebut.

  Ada berbagai faktor yang mempengaruhi motivasi keteribatan seseorang dalam organisasi kegerejaan. Salah satunya adalah adanya hambatan atau kendala dalam organisasi tersebut. Dalam suatu kesempatan, salah seorang anggota lain juga menceritakan bahwa ada banyak kendala yang menurutnya menghambat motivasi para pemuda

  6 untuk terlibat dalam organisasi (SP, Wawancara, November 2010, sudah bergabung selama 9 tahun). Salah satunya adalah pandangan awal seseorang tentang organisasi kegerejaan. Menurutnya, pandangan awal seseorang yang belum pernah terlibat sama sekali dalama organisasi kegerejaan cenderung apatis. Mereka memandang organisasi tersebut hanya tempat untuk membuang-buang waktu belaka dan tidak menghasilkan apa-apa. Kenyataannya, organisasi kegerejaan sendiri sudah tidak terlalu diminati oleh banyak anak muda gereja dan tentu saja. Hal tersebut sangat disayangkannya karena di organisasi ini mereka bisa mendapatkan manfaat yang berguna seperti kemampuan berorganisasi,

  public speaking

  , leadership dan lain sebagainya. Oleh karena itu, ia sedang membuat suatu perencanaan agar banyak pemuda gereja lain yang tertarik untuk terlibat di dalam organisasi tersebut. Salah satu cara yang ia gunakan adalah dengan membuat suatu acara yang menarik seperti lomba- lomba dan lain sebagainya. Menurutnya, hal tersebut perlu dilakukan untuk membuat image yang positif tentang organisasi tersebut.

  Berdasarkan wawancara awal yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa ada perkembangan yang dialami oleh para anggota yang sudah lebih dahulu bergabung dalam organisasi kegerejaan yang membuat mereka tetap aktif dalam organisasi kegerejaan. Perkembangan tersebut adalah meningkatnya kemampuan berelasi. Menurut Maslow (dalam Petri, 1981), pernyataan ini dapat mencerminkan adanya kebutuhan akan cinta kasih dan berelasi sosial. Kebutuhan yang dimiliki oleh seseorang

  7 mendorong mereka untuk bertindak sesuai apa yang mereka inginkan, dalam hal ini adalah kemampuan berelasi. Perkembangan yang lain adalah meningkatnya kemampuan berorganisasi dan kontrol emosi. Peningkatan kemampuan berorganisasi dan kontrol emosi tersebut menunjukan adanya pemenuhan kebutuhan akan harga diri seseorang yang terjadi ketika ada peningkatan kemampuan dalam diri seseorang yang meningkatkan kepercayaan dirinya.

  Penelitian ini penting untuk dilakukan karena adanya keprihatinan dengan keadaan organisasi. Berdasarkan observasi awal, diketahui bahwa organisasi kegerejaan sudah mengalami penurunan minat dari para pemuda dan remaja yang menjadi warga gereja. Dalam beberapa tanya jawab diketahui bahwa faktor yang menyebabkan penurunan minat dari pemuda dan remaja untuk bergabung dalam organisasi kegerejaan sebagian besar adalah karena organisasi tersebut terlihat tidak menarik dan membosankan sehingga banyak orang yang menganggap bahwa bergabung dalam organisasi tersebut tidak berguna, akan tetapi, masih ada pemuda dan remaja yang menganggap bahwa organisasi kegerejaan dapat menjadi tempat pembelajaran dan aktualisasi diri sehingga hal tersebut membuatnya tetap bertahan dalam organisasi. Survey awal pada anggota yang sudah lebih dahulu bergabung selama 7-9 tahun mengemukakan pandangan mereka tentang organisasi yang semakin kurang diminati. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melihat bagaimana motivasi anggota yang aktif dalam organisasi selama kurang dari 5 tahun.

  8 B.

RUMUSAN MASALAH

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana motivasi para pemuda dan remaja yang aktif dalam organisasi kegerejaan?

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Tujuan Penelitan dalam penelitian kali ini adalah untuk mengetahui motivasi para pemuda dan remaja yang aktif dalam organisasi kegerejaan.

  D. MANFAAT PENELITIAN

  1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah, dapat berguna sebagai wacana dalam pengembangan di bidang Kesehatan Mental.

  Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi sumber informasi dan penelitian yang dapat digunakan bagi semua orang yang ingin meneliti motivasi seseorang untuk bergabung dalam organisasi kegerejaan.

  2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah penelitian ini dapat memberikan suatu gambaran tentang motivasi seseorang yang aktif dalam suatu organisasi keagamaan yang dalam hal ini organisasi gereja

  9 sehingga dapat dibuat suatu evaluasi tentang keadaan dalam organisasi kegerejaan.

BAB II KAJIAN LITERATUR A. Motivasi Remaja dan Pemuda 1. Perkembangan Remaja dan Pemuda Manusia memiliki banyak sekali dorongan dan kebutuhan dalam

  hidupnya. Dorongan-dorongan itu sendiri berasal dari dalam dirinya dan dipengaruhi oleh keinginan dari dalam dirinya sendiri. Ketika seseorang memiliki tujuan yang penting dan ingin dicapai dalam dirinya, ia akan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut disebabkan, pemuasan kebutuhan tersebut merupakan suatu hal yang penting dalam perkembangan manusia itu sendiri (Petri: 1981).

  Dalam masa-masa remaja sampai awal dewasa, seseorang akan memasuki suatu tahap peralihan. Artinya, pada masa ini seseorang akan berada pada keadaan dimana ia sudah mulai mencoba lepas dari ikatan orang tua dan mulai mencoba untuk memenuhi dirinya secara mandiri.

  Dalam hal ini, peran orang tua dalam membimbing serta menentukna jalan hidupnya sudah mulai berkurang dan seseorang tersebut sudah mulai mencoba untuk membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Erikson (dalam Santrock, 2002) mengatakan bahwa dalam masa ini timbul suatu kesenjangan antara keamanan masa anak-anak dan otonomi masa dewasa.

  11 Hal tersebut tentu saja membuat seseorang merasa dirinya tidak aman.

  Dalam beberapa kasus banyak remaja yang mengalami suatu krisis identitas yang disebabkan oleh adanya konflik (keamanan dan otonomi) tersebut. Penentuan identitas seseorang ketika ia mulai beranjak sendiri sebenarnya tidak lepas dari peran keluarga. Pengaruh pola asuh dalam keluarga sendiri secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap bagaimana seseorang anak menilai dirinya sendiri (Santrock: 2000).

  Remaja akan mencoba untuk mencari kelompok. Tujuan seseorang bergabung dalam kelompok ini adalah lebih pada untuk mengakomodasi rasa takut dan kurang dalam dirinya. Maksudnya adalah, dalam kelompok dimana ia bergabung, seseorang terlebih akan mencoba untuk merasa nyaman dalam kelompok tersebut. Alasan ia bergabung dalam kelompok tersebut pada awalnya mungkin saja adalah untuk mengakomodasi perasaan kurangnya tersebut dan membantuk kepercayaan dirinya.

  Dalam masa remaja, selain cenderung untuk mencari teman sebaya, seseorang juga akan lebih tertarik untuk mencari teman lawan jenis yang lebih banyak. Menurut Duck (dalam Santrock, 2002), pada masa remaja seseorang akan memiliki ketertarikan yang kuat terhadap lawan jenis. Memiliki teman lawan jenis bagi remaja baik itu wanita atau pria merupakan sebuah kebutuhan untuk meningkatkan gengsi seorang remaja. Dalam hal ini, masa remaja identik dengan keinginan seseorang untuk menarik perhatian orang lain terkhusus bagi teman lawan jenis. Hal tersebut disebabkan adanya keinginan untuk menjadi seseorang yang

  12 terlihat mencolok di hadapan lawan jenis sehingga membuat seorang remaja berlomba-lomba untuk membuat diri mereka menarik di mata lawan jenis. Selain itu, hal tersebut juga dipengaruhi oleh ada kebanggaan tersendiri dari seorang remaja ketika dia bisa mendapatkan seorang teman wanita.

  Pada fase ini pula, seseorang akan mencoba untuk membuat suatu awal dari pencapaian pribadinya atau Achieving Stage (Schaie dalam Santrock ,2002). Maksudnya adalah, pada masa ini, seseorang mulai mencoba untuk menerapkan intelektualitas dan pengalamannya dalam suatu hal. Dalam masa ini pula, seseorang mulai mencoba untuk membuat sesuatu yang berguna dan yang paling penting adalah, ia dapat diakui intelektualitasnya sehingga ia dapat diakui eksistensinya di masyarakat.

  Achieving

  Stage adalah fase di mana seseorang mulai mempersiapkan diri memasuki masa tanggung jawab atau Responsibility Stage. Responsibility

  Stage adalah fase dimana seseorang sudah mulai mengerti fungsi dirinya.

  Maksudnya adalah, dalam masa ini seseorang mulai untuk bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Hal ini berhubungan dengan keadaan dirinya yang mulai mencoba untuk menentukan jalan hidupnya sendiri sehingga ia sendiri dituntut untuk bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan.

  Bagi beberapa pemuda, ada semacam pilihan untuk mengimplementasikan intelektualnya dalam organisasi. Pilihan bergabung ke dalam suatu kelompok sendiri didasarkan adanya konflik antara

  13 keamanan dan otonomi dalam diri seseorang (Erikson dalam Santrock , 2002). Alasan pertama seseorang untuk bergabung dalam kelompok adalah perasaan diterima atau perasaan nyaman. Hal tersebut tentu saja berpengaruh terhadap kelekatannya pada kelompok tersebut. Dalam prosesnya, motivasi yang ada dalam diri manusia sendiri dapat terwujud ketika ada faktor-faktor yang mendorong motivasi tersebut terjadi. Faktor- faktor tersebut biasanya tidak dipengaruhi oleh dorongan-dorongan dari dalam diri manusia melainkan dari luar diri mereka.

  Semua individu yang tergabung dalam kelompok memiliki taraf kesetaraan yang sama. Kesetaraan inilah yang membuat orang-orang terkhususnya remaja dan pemuda menjadi tertarik untuk bergabung dalam suatu kelompok. Keinginan seseorang untuk bergabung dalam suatu kelompok atau organisasi dipengaruhi oleh adanya suatu kesamaan tujuan dan kenyamanan antar individu tersebut. Hal tersebut tentu saja berpangaruh terhadap kuat atau tidaknya dorongan yang mendorong seseorang untuk bergabung dalam kelompok tersebut.

  Pada masa remaja, seseorang beranggapan bahwa memiliki keanggotaan dalam suatu organisasi merupakan suatu kegiatan yang harus mereka ikuti. Hal tersebut disebabkan oleh adanya anggapan bahwa kegiatan-kegiatan tersebut merupakan suatu pemenuhan akan kebutuhan mereka untuk berelasi dan kebersamaan dengan teman-teman sebayanya. Dalam konteksnya dengan organisasi, terdapat 2 hal umum yang pasti ada dalam suatu kelompok remaja. Salah satunya adalah norma. Norma adalah

  14 aturan yang berlaku pada suatu kelompok dan ditaati oleh kelompok tersebut. hal yang lain adalah adanya peran. Peran merupakan posisi tertentu dalam kelompok yang disusun oleh aturan-aturan dan harapan- harapan yang menentukan bagaimana remaja harus bertingjah laku dalam posisi tersebut.

  Dalam perkembangannya, kelompok-kelompok tersebut akan berkembang ke sebuah organisasi. Organisasi pemuda sendiri memiliki pengaruh penting dalam perkembangan seorang remaja. Para remaja yang bergabung dalam organisasi ini akan terlihat lebih mau untuk berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat pada masa dewasanya dan memiliki harga diri yang lebih tinggi (Erikson dalam Santrock: 2002).

2. Motivasi

  Motivasi dalam diri manusia juga dipengaruhi oleh adanya suatu tujuan. Sama halnya dengan kebutuhan, motif yang ada dalam diri manusia akan terbentuk ketika ada tujuan yang ingin dicapai. Ketika ada tujuan yang ingin dicapai tersebut, ada suatu hasrat atau emosi yang muncul dalam diri manusia. Hal tersebut tentu saja berpengaruh terhadap kuat lemahnya motivasi seseorang dalam mencapai tujuan yang diinginkannya tersebut. Tujuan dari motivasi seseorang tersebut dipengaruhi pula oleh nilai-nilai yang dihayati dan dimaknai dengan positif oleh individu tersebut (Locke, 2002).

  15 Faktor lain yang berpengaruh terhadap munculnya motivasi seseorang adalah adanya nilai-nilai yang berpengaruh di lingkungan tersebut (Clary dalam Frater, dkk ,2004). Nilai adalah sesuatu hal yang dipercaya dan diperjuangkan oleh orang-orang sehingga nilai kemudian mempengaruhi seseorang untuk bertindak. Budaya mempengaruhi pola pikir dan kebiasaan dari seseorang tersebut untuk bertindak. Hal tersebut menyebabkan faktor yang berpengaruh pada setiap orang berbeda-beda tergantung pada nilai-nilai yang mereka anut dan hayati.

  Selain itu, faktor lain yang berpengaruh terhadap motivasi pada manusia adalah adanya kesempatan dari organisasi tersebut yang memungkinkan seorang individu untuk maju (Soemanto, 2009). Setiap manusia pasti memiliki sebuah keinginan untuk menjadi lebih baik dari sebelumya. Hal tersebut menyebabkan setiap manusia akan selalu berusaha untuk memenuhi semua tujuan yang dimilikinya tersebut. Selain itu, faktor keinginan untuk maju tersebut bergantung pada visi dan misi dari orang tersebut. Jika seseorang memiliki visi dan misi yang kuat dalam menghayati tujuannya tersebut, ia akan dapat mencapai tujuan yang ia tetapkan tersebut (Baron, 2006).

  Motivasi yang timbul dalam diri seseorang pun, dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sosialnya. Dalam sebuah lingkungan sosial, manusia secara tidak langsung akan membuat seorang individu akan mencoba untuk menjadi sama dengan lingkungannya. Hal itu disebut dengan konformitas. Konformitas dalam diri seorang individu akan

  16 muncul ketika individu tersebut berusaha untuk menjadi sama atau berusaha untuk mengikuti keadaan atau kebiasaan dalam lingkungan tersebut. Ada suatu hubungan antara konformitas tersebut dengan motivasi. Dalam suatu lingkungan sosial, terdapat nilai-nilai atau values yang dihayati oleh semua masyarakat di lingkungan tersebut. Seorang individu yang berada dalam lingkungan sosial tersebut secara tidak langsung akan berusaha untuk menjadi sama atau menyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Hal inilah yang membentuk suatu motif atau dorongan yang membuat individu menjadi termotivasi untuk bertindak (Khan & Katz, 1978).

  Perilaku yang diwujudkan oleh seseorang selalu bersumber dalam dirinya. Hal tersebut lalu diperkuat dengan adanya motivasi dalam diri manusia. Maslow (dalam Petri, 1981), membuat suatu hirearki tentang kebutuhan manusia. Menurut Maslow, motivasi dapat diidentifikasikan sebagai teori yang menekankan pada usaha pada setiap manusia untuk mencapai potensi yang maksimal dari dirinya atau yang dapal hal ini adalah aktualisasi diri. Hal ini tentu saja bergantung pada motivasi dan motif-motif yang ada dalam diri manusia tersebut (Maslow dalam Petri,1981). Maslow mempercayai bahwa beberapa pandangan mendalam tentang motivasi pada manusia harus menjamah pada diri manusia tersebut secara keseluruhan sehingga faktor keseluruhan tersebut akan berjalan sesuai dengan fungsi-fungsinya.

  17 Motivasi dalam diri manusia dipengaruhi juga oleh adanya motif dalam diri manusia. Motif tersebut dapat berupa emosi, kebutuhan, maupun keinginan dari dalam diri manusia. Kuat lemahnya motivasi seseorang dalam mencapai tujuannya dipengaruhi juga oleh tujuan yang diinginkan oleh manusia tersebut. Maksudnya adalah, ketika keinginan atau kebutuhan tersebut menuntut adanya pemenuhan segera, maka manusia akan cenderung untuk memuaskan kebutuhannya tersebut.

  Dalam hubungannya dengan organisasi, motivasi mempengaruhi orang-orang untuk bergabung dalam organisasi tersebut. Ada banyak hal yang berpengaruh terhadap motivasi seseorang. Hal yang paling berpengaruh adalah pada tujuan dari masing-masing individu tersebut. Ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap tujuan seseorang untuk melakukan suatu hal. Dalam konteks organisasi, hal tersebut dapat berupa adanya perasaan diterima maupun ada kepuasan tersendiri ketika bergabung dalam organisasi tersebut (Katz & Khan, 1978).

  Menurut Maslow (dalam Feist & Feist, 2010), manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam diri yang bersifat dasar. Manusia sendiri dalam hidupnya dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama. Kebutuhan-kebutuhan tersebut bersifat sama untuk semua manusia dan tidak berubah. Dalam teori ini, Maslow juga berpendapat bahwa kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki oleh manusia tidak terbatas hanya pada aspek fisiologis saja tetapi juga pada aspek psikologis seseorang. Maslow berpendapat bahwa kebutuhan pada manusia terjadi pada kondisi

  18 sadar dan bukan atas ketidaksadaran sehingga kebutuhan-kebutuhan tersebut digerakkan oleh motivasi yang mendorong pemenuhan kebutuhannya tersebut. Kebutuhan-kebutuhan tersebut bersifat hirearkis.

  Maksudnya adalah, kebutuhan yang dimiliki manusia tersebut akan terpenuhi ketika kebutuhan yang ada pada level sebelumnya sudah terpenuhi.

  Dalam teori Maslow (dalam Schultz, 1991), motivasi dalam diri manusia dibagi menjadi beberapa tingkatan atau hirearki. Hirearki tersebut dibagi berdasarkan sifat kebutuhan tersebut. Maksudnya adalah, kebutuhan manusia itu sendiri terbagi mulai dari yang bersifat jasmani sampai yang bersifat pribadi dalam diri masing-masing individu. Hirearki ini juga tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Maksudnya adalah, setiap kebutuhan tersebut harus dipenuhi sebelum manusia tersebut beralih ke kebutuhan yang lain. Tentu saja kebutuhan yang harus dipenuhi terlebih dahulu adalah kebutuhan yang sifatnya paling bawah dalam hirearki Maslow.

  Maslow juga menegaskan bahwa semua manusia harus mencari tujuan pribadinya yang ada didalam dirinya ketimbang sesuatu yang nyata (Maslow dalam Petri , 1981). Artinya, sebuah tujuan yang didasari dari dalam diri manusia sendiri akan lebih berpengaruh terhadap motivasinya tersebut ketimbang yang berdasarkan pada hal-hal yang terlihat. Maslow pun menganggap bahwa motivasi yang timbul dalam diri manusia dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan yang secara tidak langsung tidak