Validasi metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik untuk penetapan kadar salbutamol sulfat dan guaifenesin dalam sediaan sirup merek ``x`` - USD Repository

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

VALIDASI METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
FASE TERBALIK UNTUK PENETAPAN KADAR SALBUTAMOL
SULFAT DAN GUAIFENESIN DALAM SEDIAAN SIRUP MEREK “X”

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi

Oleh:
Agustinus Hendy Larsen
NIM: 108114014


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

VALIDASI METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
FASE TERBALIK UNTUK PENETAPAN KADAR SALBUTAMOL
SULFAT DAN GUAIFENESIN DALAM SEDIAAN SIRUP MEREK “X”

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:
Agustinus Hendy Larsen
NIM: 108114014

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Halaman Persembahan




Aku dilahirkan bukan dengan tingkat kepintaran/kepandaian yang tinggi..,
tetapi dengan hoki yang cukup memuaskan.. (Larsen, 2014)



Skripsi itu... Ngga semudah apa yg kamu bayangkan... Ngga sesulit apa yg
kamu pikirkan... (Larsen, 2014)



Seorang ayah dapat dengan mudah memiliki anak.. Jauh lebih sulit bagi
seorang anak untuk dapat memiliki ayah yang sejati..



Mah.. Pah.. ndy minta maaf ya.. ndy minta bantu doa ne terus ya Mah,
Pah.. Biar ndy dapat menjadi orang sukses.. ndy cuma pengin mbuat
Mamah sama Papah bangga sama ndy, dan juga bahagia.. Amin..




Penyesalan selalu datang belakangan.., kalau di depan namanya
pendaftaran..



Real eyes.. Realize.. Real lies..

Kupersembahkan untuk:
Mamah, Alm. Papah, Oh Yus, Picky
Saudara, Sahabat, Teman, dan Almamaterku
v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan anugerah yang telah diberikan sehingga penelitian dan penyusunan
skripsi yang berjudul “Validasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Fase Terbalik untuk Penetapan Kadar Salbutamol Sulfat dan Guaifenesin dalam
Sediaan Sirup Merek “X”” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana farmasi (S. Farm.) di Fakultas
Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Dalam pelaksanaan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini,
penulis mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Aris Widayati, M.Si., Apt., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2.

Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. selaku Dosen Pembimbing yang
bersedia membimbing, memberi masukan dan jalan keluar serta saran yang
sangat bermanfaat dalam menyelesaikan penelitian ini hingga penyusunan

naskah skripsi.

3.

Jeffry Julianus, M.Si. dan Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc. selaku
dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun
dalam penyusunan skripsi.

4.

Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku dosen pembimbing akademik atas
pendampingannya dari semester awal hingga akhir ini.

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI

TERPUJI

5.

Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang telah mendampingi, membagi ilmu dan pengalamannya yang sangat
bermanfaat dalam bidang farmasi.

6.

Seluruh Staf laboratorium kimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma terutama Mas Bimo, Mas Agung, Mas Kayat, Pak Parlan, Mas
Otok, Pak Mus, dan Pak Iswandi yang telah banyak membantu dan bersedia
untuk direpotkan selama penulis menyelesaikan penelitian skripsi ini.

7.

PT. Ifars Pharmaceutical Laboratories yang telah bersedia memberikan
senyawa standar Salbutamol Sulfat yang berguna bagi penelitian.


8.

Yani Ardiyanti, SF., Apt., M.Sc., yang telah bersedia memberikan senyawa
standar Guaifenesin yang berguna bagi penelitian.

9.

Mamah Dra. Bernardine Susy Mayawati Soeharto, Alm. Papah Bernardus
Bambang Hermantodjojo, Ooh Vinsensius Julius Marco, S. Farm., Apt., dan
Yoseph Picky Martisen yang telah mendoakan dan terus memberikan
semangat agar cepat selesai skripsi dan kuliahnya.

10.

JiKo Indah Susilowati/Souw Swan Ie dan keluarga yang telah membantu
membiayai perkuliahan dan kehidupan penulis selama kuliah serta
mendoakan dan juga memberikan semangat.

11.


Um Ir. Laurentius Darmawan Soeharto yang telah memberikan laptop
kepada penulis, karena tanpa laptop ini penulis mengalami kesulitan selama
penyusunan skripsi dan perkuliahan.

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12.

Olivia Christie Anjalicca Endut wud wud yang selalu membantu, memberi
perhatian, menyemangati, menghibur di saat sedih, dan selalu ada untuk
penulis.

13.

Ricardo Kenny Chandra, S. Farm. yang sangat banyak membantu,
mendukung, menyemangati, dan menghibur penulis di saat penulis
kehilangan semangat.

14.

Christian Gunawan, S. Farm. (Master) yang sangat sabar dan baik hati
dalam membantu, mendukung, dan menyemangati penulis.

15.

Aries Mulyawan dan Priscilla Novelia S. sebagai teman sekelompok
perjuangan skripsi.

16.

Olek, Eng, Odex, Daniel, Ita Oki, Angel Endul, Cilla Ciun, DeKa, Harris,
Hanna HP, Ko Demas, Verica, Mba Astri, Desti, Tomas, Angga, Bakti,
Tora, serta teman-teman semua yang telah membantu, mendukung,
menyemangati penulis.

17.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih atas
dukungannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam skripsi ini.

Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan. Semoga skripsi ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca dan
dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Penulis
x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………...

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………….. iii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………..

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………….. vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ………………………………..

vii

PRAKATA ………………………………………………………………..

viii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………...

xi

DAFTAR TABEL ………………………………………………………...

xv

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………... xvi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………...

xxi

INTISARI ………………………………………………………………....

xxiii

ABSTRACT ………………………………………………………………..

xxiv

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..

1

A. Latar Belakang ……………………………………………………...

1

1.

Permasalahan …………………………………………………..

3

2.

Keaslian Penelitian …………………………………………….. 3

3.

Manfaat Penelitian ……………………………………………..

4

B. Tujuan Penelitian …………………………………………………...

5

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA …………………………………….

6

A. Penyakit Saluran Pernapasan .............................................................

6

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

B. Salbutamol Sulfat …………………………………………………...

6

C. Guaifenesin ………………………………………………………....

8

D. Spektrofotometri Ultraviolet ………………………………………..

9

E. Larutan Penyangga (Bufer) ………………………………………....

14

F. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ………………………... 16
1.

Tinjauan umum KCKT ………………………………………...

2.

Instrumentasi ............................................................................... 16

16

G. Validasi Metode Analisis …………………………………………...

21

1.

Tinjauan umum validasi metode analisis ……………………....

21

2.

Parameter validasi metode analisis .............................................

23

H. Landasan Teori ……………………………………………………... 25
I. Hipotesis ……………………………………………………………. 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………...

27

A. Jenis dan Rancangan Penelitian …………………………………... 27
B. Variabel Penelitian ………………………………………………... 27
C. Definisi Operasional ……………………………………………....

28

D. Bahan Penelitian …………………………………………………..

28

E. Alat Penelitian .................................................................................. 29
F. Tatacara Penelitian ........................................................................... 29
1.

Pembuatan asam fosfat 0,1 M ………………………………….

29

2.

Pembuatan bufer kalium dihidrogen fosfat 0,01 M ....................

29

3.

Pembuatan fase gerak ………………………………………….. 30

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4.

Pembuatan larutan baku salbutamol sulfat dan guaifenesin yang
digunakan untuk penentuan panjang gelombang pengamatan .... 30

5.

Pembuatan larutan baku salbutamol sulfat …………………….. 31

6.

Pembuatan larutan baku guaifenesin …………………………... 31

7.

Pembuatan seri larutan baku campuran salbutamol sulfat dan
guaifenesin ……………………………………………………..

8.

31

Penetapan panjang gelombang (λ) maksimum salbutamol sulfat
dan guaifenesin dengan spektrofotometer UV-Vis ……………. 32

9.

Preparasi sampel .........................................................................

32

10. Preparasi adisi baku dalam sampel .............................................

33

11. Validasi metode analisis ……………………………………….. 33
12. Uji kestabilan larutan baku …………………………………….

34

G. Analisis Hasil ……………………………………………………... 35
1.

Selektivitas ……………………………………………………..

35

2.

Linieritas .....................................................................................

35

3.

Akurasi ………………………………………………………....

36

4.

Presisi …………………………………………………………..

36

5.

Rentang ………………………………………………………...

37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………....

38

A. Pembuatan Fase Gerak ……………………………………………. 38
B. Pembuatan Larutan Baku …………………………………………. 39
C. Penentuan Panjang Gelombang Pengamatan ……………………... 41

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

D. Analisis Kualitatif Berdasarkan Waktu Retensi (tR) Salbutamol
Sulfat dan Guaifenesin ……………………………………………. 45
E.

Pembuatan Kurva Baku Salbutamol Sulfat dan Guaifenesin ……..

F.

Validasi Metode Analisis ................................................................. 53

49

1.

Selektivitas ……………………………………………………..

53

2.

Linieritas .....................................................................................

56

3.

Akurasi ………………………………………………………....

56

4.

Presisi …………………………………………………………..

58

5.

Rentang ………………………………………………………...

59

G. Uji Kestabilan Larutan Baku ...........................................................

59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….

62

A. Kesimpulan ………………………………………………………..

62

B. Saran ……………………………………………………………....

62

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 63
LAMPIRAN ……………………………………………………………....

66

BIOGRAFI PENULIS ……………………………………………………. 114

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I.

Jenis bufer dalam analisis menggunakan KCKT …………....

Tabel II.

Nilai UV cut-off pelarut dalam analisis menggunakan KCKT.. 18

Tabel III.

Kategori metode pengujian validitas ………………………....

Tabel IV.

Parameter validasi yang dipersyaratkan untuk validasi metode
analisis ………………………………………………………..

16

22

22

Tabel V.

Kriteria rentang % Recovery yang diperbolehkan ………........ 24

Tabel VI.

Kriteria KV atau % RSD yang diperbolehkan ……………….. 25

Tabel VII.

Penentuan kurva baku guaifenesin ……………………….......

51

Tabel VIII.

Nilai resolusi (Rs) campuran baku dan sampel …………........

55

Tabel IX.

Hasil penetapan % Recovery baku guaifenesin adisi ……........ 58

Tabel X.

Hasil persen perubahan (%) pada uji kestabilan guaifenesin ...

Tabel XI.

Hasil persen perubahan (%) pada uji kestabilan salbutamol
sulfat .........................................................................................

xv

60

61

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.

Struktur salbutamol sulfat …………………………………….

7

Gambar 2.

Struktur guaifenesin ..................................................................

8

Gambar 3.

Gambaran eksitasi elektron …………………………………... 10

Gambar 4.

Penyerapan sinar UV oleh larutan ……………………………

11

Gambar 5.

Diagram skematis spektrofotometer UV-Vis ………………...

13

Gambar 6.

Monokromator ………………………………………………..

14

Gambar 7.

Diagram skematis sistem KCKT secara umum ………………

17

Gambar 8.

Kolom pada KCKT …………………………………………...

20

Gambar 9.

Spektra salbutamol sulfat 3 seri konsentrasi dengan pelarut
metanol ……………………………………………………….

42

Gambar 10. Spektra guaifenesin 3 seri konsentrasi dengan pelarut metanol

42

Gambar 11. Gugus kromofor dan auksokrom salbutamol sulfat …………..

43

Gambar 12. Gugus kromofor dan auksokrom guaifenesin ...........................

43

Gambar 13. Spektra tumpang tindih salbutamol sulfat dan guaifenesin ......

44

Gambar 14. Kromatogram baku salbutamol sulfat (a), kromatogram baku
guaifenesin (b), dan kromatogram sampel (c) ..........................

46

Gambar 15. Interaksi salbutamol sulfat dengan fase diam (a), interaksi
guaifenesin dengan fase diam (b) .............................................

47

Gambar 16. Interaksi salbutamol sulfat dengan fase gerak (a), interaksi
guaifenesin dengan fase gerak (b) ............................................

48

Gambar 17. Kurva baku guaifenesin ............................................................

51

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Gambar 18. Bentuk degradasi salbutamol sulfat ..........................................

52

Gambar 19. Kromatogram pemisahan analit dalam campuran baku (a),
dalam sampel (b) ....................................................................... 54
Gambar 20. Kromatogram baku guaifenesin 36 μg/mL replikasi I ………..

74

Gambar 21. Kromatogram baku guaifenesin 45 μg/mL replikasi I ………..

75

Gambar 22. Kromatogram baku guaifenesin 54 μg/mL replikasi I ………..

75

Gambar 23. Kromatogram baku guaifenesin 63 μg/mL replikasi I ………..

76

Gambar 24. Kromatogram baku guaifenesin 72 μg/mL replikasi I ………..

76

Gambar 25. Kromatogram baku guaifenesin 36 μg/mL replikasi II ………

77

Gambar 26. Kromatogram baku guaifenesin 45 μg/mL replikasi II ………

77

Gambar 27. Kromatogram baku guaifenesin 54 μg/mL replikasi II ………

78

Gambar 28. Kromatogram baku guaifenesin 63 μg/mL replikasi II ………

78

Gambar 29. Kromatogram baku guaifenesin 72 μg/mL replikasi II ………

79

Gambar 30. Kromatogram baku guaifenesin 36 μg/mL replikasi III ……...

79

Gambar 31. Kromatogram baku guaifenesin 45 μg/mL replikasi III ……...

80

Gambar 32. Kromatogram baku guaifenesin 54 μg/mL replikasi III ……...

80

Gambar 33. Kromatogram baku guaifenesin 63 μg/mL replikasi III ……...

81

Gambar 34. Kromatogram baku guaifenesin 72 μg/mL replikasi III ……...

81

Gambar 35. Kromatogram sampel 40 μg/mL replikasi I .............................. 83
Gambar 36. Kromatogram sampel 40 μg/mL replikasi II ............................

84

Gambar 37. Kromatogram sampel 40 μg/mL replikasi III ...........................

84

Gambar 38. Kromatogram sampel 50 μg/mL replikasi I .............................. 85
Gambar 39. Kromatogram sampel 50 μg/mL replikasi II ............................
xvii

85

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Gambar 40. Kromatogram sampel 50 μg/mL replikasi III ...........................

86

Gambar 41. Kromatogram sampel 60 μg/mL replikasi I .............................. 86
Gambar 42. Kromatogram sampel 60 μg/mL replikasi II ............................

87

Gambar 43. Kromatogram sampel 60 μg/mL replikasi III ...........................

87

Gambar 44. Kromatogram sampel rendah adisi replikasi I ..........................

88

Gambar 45. Kromatogram sampel rendah adisi replikasi II .........................

88

Gambar 46. Kromatogram sampel rendah adisi replikasi III .......................

89

Gambar 47. Kromatogram sampel sedang adisi replikasi I .........................

89

Gambar 48. Kromatogram sampel sedang adisi replikasi II ........................

90

Gambar 49. Kromatogram sampel sedang adisi replikasi III .......................

90

Gambar 50. Kromatogram sampel tinggi adisi replikasi I …........................ 91
Gambar 51. Kromatogram sampel tinggi adisi replikasi II ..........................

91

Gambar 52. Kromatogram sampel tinggi adisi replikasi III .........................

92

Gambar 53. Kromatogram baku guaifenesin 36 μg/mL 6 Maret 2014 ........

95

Gambar 54. Kromatogram baku guaifenesin 54 μg/mL 6 Maret 2014 ........

95

Gambar 55. Kromatogram baku guaifenesin 72 μg/mL 6 Maret 2014 ........

96

Gambar 56. Kromatogram baku guaifenesin 36 μg/mL 7 Maret 2014 ........

96

Gambar 57. Kromatogram baku guaifenesin 54 μg/mL 7 Maret 2014 ........

97

Gambar 58. Kromatogram baku guaifenesin 72 μg/mL 7 Maret 2014 ........

97

Gambar 59. Kromatogram baku guaifenesin 36 μg/mL 8 Maret 2014 ........

98

Gambar 60. Kromatogram baku guaifenesin 54 μg/mL 8 Maret 2014 ........

98

Gambar 61, Kromatogram baku guaifenesin 72 μg/mL 8 Maret 2014 ........

99

xviii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Gambar 62. Kromatogram baku salbutamol sulfat 0,8 μg/mL 5 Maret
2014............................................................................................ 102
Gambar 63. Kromatogram baku salbutamol sulfat 1,2 μg/mL 5 Maret
2014............................................................................................ 103
Gambar 64. Kromatogram baku salbutamol sulfat 1,6 μg/mL 5 Maret
2014............................................................................................ 103
Gambar 65. Kromatogram baku salbutamol sulfat 0,8 μg/mL 6 Maret
2014............................................................................................ 104
Gambar 66. Kromatogram baku salbutamol sulfat 1,2 μg/mL 6 Maret
2014............................................................................................ 104
Gambar 67. Kromatogram baku salbutamol sulfat 1,6 μg/mL 6 Maret
2014............................................................................................ 105
Gambar 68. Kromatogram baku salbutamol sulfat 0,8 μg/mL 7 Maret
2014............................................................................................ 105
Gambar 69. Kromatogram baku salbutamol sulfat 1,2 μg/mL 7 Maret
2014............................................................................................ 106
Gambar 70. Kromatogram baku salbutamol sulfat 1,6 μg/mL 7 Maret
2014............................................................................................ 106
Gambar 71. Kromatogram baku salbutamol sulfat 10 μg/mL 16 Januari
2014............................................................................................ 107
Gambar 72. Kromatogram baku salbutamol sulfat 10 μg/mL 8 Maret
2014............................................................................................ 107

xix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Gambar 73. Kromatogram baku campuran salbutamol sulfat 1,2 μg/mL
dan guaifenesin 80 μg/mL replikasi I .......................................

109

Gambar 74. Kromatogram baku campuran salbutamol sulfat 1,2 μg/mL
dan guaifenesin 80 μg/mL replikasi II ......................................

110

Gambar 75. Kromatogram baku campuran salbutamol sulfat 1,2 μg/mL
dan guaifenesin 80 μg/mL replikasi III ..................................... 111
Gambar 76. Kromatogram sampel 50 μg/mL untuk menunjukkan resolusi
replikasi I ..................................................................................

112

Gambar 77. Kromatogram sampel 50 μg/mL untuk menunjukkan resolusi
replikasi II .................................................................................

112

Gambar 78. Kromatogram sampel 50 μg/mL untuk menunjukkan resolusi
replikasi III ................................................................................ 113

xx

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.

Certificate of Analysis (CoA) salbutamol sulfat …………... 67

Lampiran 2.

Certificate of Analysis (CoA) guaifenesin ……………….... 69

Lampiran 3.

Data penimbangan baku …………………………………...

Lampiran 4.

Skema pembuatan larutan baku guaifenesin dan contoh
perhitungan kadar larutan baku yang digunakan …………..

72

72

Lampiran 5.

Kromatogram baku guaifenesin untuk kurva baku ………... 74

Lampiran 6.

Data penentuan kurva baku guaifenesin …………………...

82

Lampiran 7.

Persamaan dan gambar kurva baku guaifenesin …………...

82

Lampiran 8.

Kromatogram sampel …………………………………….... 83

Lampiran 9.

Kromatogram sampel adisi ………………………………...

88

Lampiran 10. Perolehan nilai AUC sampel dan sampel adisi, contoh
perhitungan konsentrasi terukur, perhitungan % Recovery,
dan KV baku guaifenesin adisi …………………………….

92

Lampiran 11. Kromatogram baku guaifenesin untuk uji kestabilan larutan
baku guaifenesin …………………………………………...

95

Lampiran 12. Perolehan nilai AUC baku guaifenesin, contoh perhitungan
konsentrasi terukur dan perhitungan % perubahan untuk uji
kestabilan larutan baku guaifenesin ……………………….. 99
Lampiran 13. Skema pembuatan larutan baku salbutamol sulfat dan
contoh perhitungan kadar larutan baku yang digunakan
untuk uji kestabilan larutan baku salbutamol sulfat ……….
xxi

101

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 14. Kromatogram baku salbutamol sulfat untuk uji kestabilan
larutan baku salbutamol sulfat ……………………………..

102

Lampiran 15. Perolehan nilai AUC baku salbutamol sulfat, contoh
perhitungan % perubahan untuk uji kestabilan larutan baku
salbutamol sulfat …………………………………………...

108

Lampiran 16. Kromatogram untuk menunjukkan resolusi pemisahan
salbutamol sulfat dan guaifenesin dalam larutan baku
campuran …………………………………………………... 109
Lampiran 17. Kromatogram untuk menunjukkan resolusi pemisahan
salbutamol sulfat dan guaifenesin dalam sampel ………….. 112

xxii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

VALIDASI METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
FASE TERBALIK UNTUK PENETAPAN KADAR SALBUTAMOL
SULFAT DAN GUAIFENESIN DALAM SEDIAAN SIRUP MEREK “X”

INTISARI

Salbutamol sulfat dan guaifenesin dalam sediaan biasanya digunakan
untuk mengobati penyakit batuk berdahak yang disertai dengan sesak napas
(bronkitis). Kombinasi kedua senyawa ini harus dapat menghasilkan efek
terapeutik yang diharapkan. Untuk menjamin keamanan dan keefektivannya,
maka perlu dilakukan analisis penetapan kadar kedua senyawa tersebut dengan
metode yang telah tervalidasi.
Penelitian yang dilakukan bersifat non eksperimental deskriptif.
Salbutamol sulfat dan guaifenesin dianalisis secara kuantitatif menggunakan
sistem KCKT fase terbalik yang optimal dengan fase diam C18 merek Shimadzu
(250 x 4,6 mm, ukuran partikel 5 μm), fase gerak metanol : 0,01 M bufer kalium
dihidrogen fosfat pH 3 (40:60) dengan kecepatan alir fase gerak 1 mL/min dan
detektor UV pada panjang gelombang 275 nm.
Parameter validitas yang digunakan adalah selektivitas, linieritas,
akurasi, presisi, dan rentang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode KCKT
fase terbalik yang digunakan memiliki selektivitas yang baik dengan adanya
pemisahan sempurna dari peak kedua senyawa di atas dan linieritas yang baik
untuk guaifenesin dengan nilai (r) sebesar 0,9997. Akurasi, presisi, dan rentang
yang baik berada pada tingkat konsentrasi sedang/tengah (guaifenesin 50 μg/mL)
dengan nilai % Recovery sebesar 100,09-101,28% dan KV sebesar 0,59%.
Berdasarkan hasil tersebut, metode KCKT fase terbalik pada penetapan kadar
guaifenesin dalam sediaan sirup “X” memenuhi parameter validitas yang baik,
tetapi tidak untuk salbutamol sulfat.

Kata kunci: salbutamol sulfat, guaifenesin, KCKT, sirup, validasi

xxiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

VALIDATION METHOD OF REVERSE PHASE HIGH PERFORMANCE
LIQUID CHROMATOGRAPHY TO PERFORM THE ASSAY OF
SALBUTAMOL SULFATE AND GUAIFENESIN IN THE SYRUP
DOSAGE FORM BRAND “X”

ABSTRACT

Salbutamol sulfate and guaifenesin dosage form is usually used to treat
productive cough that is accompanied by breathless (bronchitis). The combination
of both compounds should be able to produce a therapeutic effect to be expected.
To ensure the safety and effectiveness of the compounds, an analysis is needed to
determine the compounds with methods that have been validated.
Study was conducted with a non experimental descriptive. Salbutamol
sulfate and guaifenesin was analyzed quantitatively using reversed-phase HPLC
system with an optimal C18 stationary phase (250 × 4.6 mm, 5 μm particle size)
brand Shimadzu, mobile phase methanol : 0.01 M potassium dihydrogen
phosphate buffer pH 3 (40 : 60) with a flow rate 1 mL/min and UV detector at a
275 nm wavelength.
Parameter validity used were selectivity, linearity, accuracy, precision,
and range. The result of the study showed that the reversed-phase HPLC method
used had good selectivity in the presence of a perfect separation of the two
compounds above peak and good linearity for the guaifenesin with values (r) of
0.9997. Accuracy, precision, and a good range of concentration levels are at
moderate or middle (guaifenesin 50 μg/mL) with a value of % Recovery 100.09 to
101.28% and CV 0.59%. Based on these results, reversed-phase HPLC method to
determine of guaifenesin in syrup "X" meets the parameters of good validity, but
not for salbutamol sulfate.
Key words: salbutamol sulfate, guaifenesin, HPLC, syrup, validation

xxiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma adalah suatu penyakit pernapasan yang ditandai dengan inflamasi
saluran pernapasan yang menyebabkan aliran udara ke dan dari paru kurang
lancar, sehingga menimbulkan gejala-gejala khas yaitu batuk, mengi, dan sesak
napas (UBM Medica, 2011). Asma merupakan salah satu penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Berdasarkan penelitian International Study on Asthma
and Allergies in Childhood, diperkirakan 2-5% penduduk Indonesia menderita
asma, dan umumnya prevalensi asma di perkotaan lebih tinggi dibanding di
pedesaan (Oemiati dkk., 2010). Salah satu obat yang digunakan dalam pengobatan
asma adalah salbutamol sulfat.
Batuk adalah suatu respon alami tubuh untuk menjaga agar tenggorokan
dan saluran napas kita bersih. Selain itu, batuk juga dapat menandakan terjadinya
penyakit lain, misalnya asma. Perokok dewasa biasanya mengalami batuk kronik
yang disertai dengan sesak asma dengan angka kejadian sekitar 24-29%
(Dicpinigaitis, 2006). Batuk yang disertai asma terjadi karena pengentalan lendir
pada lapisan epitel di saluran pernapasan, sehingga jalannya udara menjadi
terhambat. Salah satu obat yang digunakan dalam pengobatan batuk seperti ini
adalah guaifenesin.
Penggunaan kombinasi salbutamol sulfat dan guaifenesin dalam sediaan
obat ditujukan untuk pasien yang mengalami batuk berdahak disertai dengan
sesak napas (bronkitis). Kombinasi ini dapat berfungsi sebagai bronkodilator dan
1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

ekspektoransia pada asma bronkial, bronkitis kronik dan emfisema, dengan
sputum pada saluran pernapasan (UBM Medica, 2011). Untuk menjamin
keamanan dan keefektivan obat tersebut, perlu dilakukan analisis berupa
penetapan kadar salbutamol sulfat dan guaifenesin dengan teliti.
Penelitian mengenai penetapan kadar salbutamol sulfat dan guaifenesin
pernah dilakukan oleh Walode dkk. (2013) menggunakan metode Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan fase gerak asetonitril dan bufer fosfat serta
Korany dkk. (2010) menggunakan KCKT dengan kecepatan alir fase gerak
1,5 mL/min. Penelitian tersebut dianggap kurang efisien dan ekonomis karena
menggunakan asetonitril (biaya mahal) serta membutuhkan jumlah fase gerak
yang cukup banyak, maka peneliti mencoba untuk mengembangkan metode yang
lebih efisien dan ekonomis.
Metode yang dipilih dalam penelitian ini yaitu metode KCKT fase
terbalik karena KCKT merupakan salah satu teknik pemisahan campuran yang
modern dan memiliki kelebihan dalam hal selektivitas dan sensitivitasnya untuk
pemisahan suatu campuran. Selain itu, KCKT juga dapat digunakan untuk
menganalisis cuplikan yang tidak menguap dan labil pada suhu tinggi (jika
dibandingkan dengan Gas Chromatography) karena dapat dilakukan pada suhu
kamar dan tidak terbatas pada senyawa organik saja (Kazakevich dan
Lobrutto, 2007).
Untuk dapat menetapkan kadar salbutamol sulfat dan guaifenesin dalam
sediaan sirup, diperlukan serangkaian penelitian terdahulu yaitu optimasi dan
validasi metode. Menurut Mulyawan (2014), kondisi KCKT yang optimal yaitu

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

dengan menggunakan fase diam C18 merek Shimadzu (250 x 4,6 mm, ukuran
partikel 5 μm), fase gerak metanol : 0,01 M bufer kalium dihidrogen fosfat pH 3
(40:60) dengan kecepatan alir fase gerak 1 mL/min.
Dalam hal ini, peneliti mengambil bagian pada tahap validasi metode.
Suatu metode analisis harus divalidasi ketika baru pertama kali dikembangkan dan
belum divalidasi. Tujuan validasi yaitu untuk memberikan jaminan bahwa metode
analisis yang digunakan memenuhi parameter-parameter validasi yang meliputi
selektivitas, linieritas, akurasi, presisi, dan rentang. Validasi metode merupakan
tahapan yang penting untuk dilakukan dalam suatu penetapan kadar senyawa agar
dapat memberikan hasil yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan.

1. Permasalahan
Apakah metode KCKT fase terbalik pada penetapan kadar salbutamol
sulfat dan guaifenesin dalam sediaan sirup merek “X” menggunakan fase diam
C18 merek Shimadzu (250 x 4,6 mm, ukuran partikel 5 μm), fase gerak metanol
: 0,01 M bufer kalium dihidrogen fosfat pH 3 (40:60) dengan kecepatan alir
fase gerak 1 mL/min, memenuhi parameter-parameter validasi yaitu
selektivitas, linieritas, akurasi, presisi, dan rentang?

2. Keaslian Penelitian
Penelitian pengembangan dan validasi metode kuantifikasi salbutamol
sulfat dan guaifenesin dengan menggunakan metode KCKT telah dilakukan
oleh:

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

a. Walode dkk. (2013) dengan penelitian penetapan kadar salbutamol
sulfat dan guaifenesin menggunakan fase diam C18 (250 x 4,6 mm), fase gerak
asetonitril : 50 mM bufer dinatrium hidrogen fosfat dan 0,1% trietilamin
pH 3,0 (36:64) dengan kecepatan alir fase gerak 0,8 mL/min.
b. Korany dkk. (2010) dengan penelitian penetapan kadar salbutamol
sulfat dan guaifenesin menggunakan fase diam C18 (250 x 4,6 mm) dengan fase
gerak metanol : 0,01 M bufer natrium dihidrogen fosfat pH 3,2 (40:60) dengan
kecepatan alir fase gerak 1,5 mL/min.
Berdasarkan penelitian di atas, penelitian validasi metode penetapan
kadar salbutamol sulfat dan guaifenesin dalam sediaan sirup merek “X” dengan
metode KCKT fase terbalik fase diam C18 merek Shimadzu (250 x 4,6 mm,
ukuran partikel 5 μm) dan fase gerak metanol : 0,01 M bufer kalium dihidrogen
fosfat pH 3 dengan kecepatan alir fase gerak 1 mL/min belum pernah
dilakukan

sebelumnya.

Keunggulan

dari

penelitian

yang

dilakukan

dibandingkan penelitian sebelumnya yaitu lebih efisien dan ekonomis karena
tidak menggunakan asetonitril dan jumlah fase gerak yang lebih sedikit.

3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat metodologis.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah
tentang penggunaan metode KCKT fase terbalik dengan fase diam C18 merek
Shimadzu (250 x 4,6 mm, ukuran partikel 5 μm) dan fase gerak metanol :
0,01 M bufer kalium dihidrogen fosfat pH 3 (40:60) dengan kecepatan alir fase

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

gerak 1 mL/min (Mulyawan, 2014) pada penetapan kadar salbutamol sulfat dan
guaifenesin dalam sediaan sirup merek “X”.
b. Manfaat praktis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
validitas metode (selektivitas, linieritas, akurasi, presisi, dan rentang), sehingga
metode KCKT fase terbalik yang telah optimal (Mulyawan, 2014) dapat
digunakan/diaplikasikan untuk penetapan kadar salbutamol sulfat dan
guaifenesin dalam sediaan sirup merek “X”.

B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas metode KCKT fase
terbalik pada penetapan kadar salbutamol sulfat dan guaifenesin dengan fase diam
C18 merek Shimadzu (250 x 4,6 mm, ukuran partikel 5 μm) dan fase gerak
metanol : 0,01 M bufer kalium dihidrogen fosfat pH 3 (40:60) dengan kecepatan
alir fase gerak 1 mL/min, apakah memenuhi parameter-parameter validasi yaitu
selektivitas, linieritas, akurasi, presisi, dan rentang sehingga dapat digunakan
untuk penetapan kadar salbutamol sulfat dan guaifenesin dalam sediaan sirup
merek “X”.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Penyakit Saluran Pernapasan
Batuk dan asma merupakan penyakit yang mengganggu saluran
pernapasan. Batuk adalah suatu proses alami dan refleks proteksi pada individu
sehat untuk menjaga agar tenggorokan dan saluran napas tetap bersih. Adakalanya
batuk juga merupakan salah satu tanda dari penyakit lain seperti asma (UBM
Medica, 2011).
Menurut The National Asthma Education and Prevention Program, asma
merupakan gangguan inflamasi kronik jalannya udara pada saluran pernapasan.
Pada individu yang rentan, inflamasi dapat menyebabkan episode berulang dari
sesak napas, bengek, batuk, dan sempit dada (Sukandar dkk., 2009).
Penyakit batuk yang disertai dengan asma disebut juga penyakit
bronkitis. Secara garis besar bronkitis disebabkan karena saluran pernapasan yang
teriritasi terus-menerus, sehingga terjadi peradangan dan produksi mukus/dahak
yang berlebihan. Penyakit ini biasa diobati dengan menggunakan kombinasi
salbutamol sulfat dan guaifenesin (UBM Medica, 2011).

B. Salbutamol Sulfat
Salbutamol sulfat (bentuk garam salbutamol) mengandung tidak kurang
dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0% (C13H21NO3)2.H2SO4 dengan bobot
molekul 576,7 g/mol (Moffat dkk., 2005). Salbutamol sulfat mudah larut dalam
air, sukar larut dalam etanol, kloroform, dan eter. Zat ini lebih baik disimpan
6

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

dalam wadah tertutup baik dan tidak tembus cahaya (Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).

Gambar 1. Struktur salbutamol sulfat (Jyothi dkk., 2012)

Salbutamol sulfat (Gambar 1) dalam suasana asam memiliki λmax 276 nm
71a dan dalam suasana basa memiliki λmax 245 nm dengan

dengan nilai
nilai

510a; serta λmax 295 nm dengan nilai

133a. Salbutamol

sulfat memiliki nilai log P (oktanol/air) = 0,6 serta nilai pKa 9,3 dan 10,3
(Moffat dkk., 2011).
Penelitian mengenai analisis salbutamol sulfat dengan menggunakan
metode KCKT telah dilakukan oleh Martis dan Gangrade (2011) dengan
penelitian analisis salbutamol sulfat dan beklometason dipropionat menggunakan
fase diam C18, fase gerak air : asetonitril (40:60), dan panjang gelombang (λ)
230 nm. Jyothi, VenuGopal, dan Rao (2012) dengan penelitian analisis salbutamol
sulfat dan ipratropium bromida menggunakan fase diam C18, fase gerak 0,05 M
bufer fosfat pH 3,5 : metanol (40:60) dengan kecepatan alir 0,6 mL/min dan
λ 226 nm. Walode dkk. (2013) dengan penelitian penetapan kadar salbutamol
sulfat dan guaifenesin menggunakan fase diam C18, fase gerak campuran
asetonitril : 50 mM bufer dinatrium hidrogen fosfat dan 0,1% trietilamin pH 3,0
(36:64) dengan kecepatan alir fase gerak 0,8 mL/min.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

C. Guaifenesin
Guaifenesin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
102,0% C10H14O4 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian: serbuk
hablur, putih sampai agak kelabu, bau khas lemah, rasa pahit. Larut dalam air,
etanol, kloroform, dan dalam propilen glikol, agak sukar larut dalam gliserin
(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).

Gambar 2. Struktur guaifenesin (Moffat dkk., 2005)

Guaifenesin (Gambar 2) memiliki bobot molekul 198,2 g/mol; titik lebur
78-82oC; nilai log P (oktanol/air) = 1,4; dalam suasana asam memiliki panjang
gelombang

maksimum

(λmax)

273

nm

dengan

nilai

125a

(Moffat dkk., 2011).
Penelitian mengenai analisis guaifenesin dengan menggunakan metode
KCKT telah dilakukan oleh Korany dkk. (2010) dengan penelitian penetapan
kadar salbutamol sulfat dan guaifenesin menggunakan fase diam C18, fase gerak
metanol : 0,01 M bufer natrium dihidrogen fosfat pH 3,2 (40:60) dengan
kecepatan alir fase gerak 1,5 mL/min. Walode dkk. (2013) dengan penelitian
penetapan kadar salbutamol sulfat dan guaifenesin menggunakan fase diam C18,
fase gerak asetonitril : 50 mM bufer dinatrium hidrogen fosfat dan 0,1%
trietilamin pH 3,0 (36:64) dengan kecepatan alir fase gerak 0,8 mL/min.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

D. Spektrofotometri Ultraviolet
Spektrofotometri ultraviolet (UV) adalah pengukuran suatu interaksi
antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia pada
panjang gelombang (λ) 190-380 nm (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan RI, 1995).
Radiasi elektromagnetik pada sinar ultraviolet dan sinar tampak (visibel)
dianggap

sebagai

energi

yang

merambat

dalam

bentuk

gelombang.

Panjang gelombang merupakan jarak linier dari suatu titik pada satu gelombang
ke titik yang bersebelahan pada gelombang yang berdekatan (Watson, 2000).
Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk
terjadinya transisi elektronik, maka spektra ultraviolet dan tampak dikatakan
sebagai spektra elektronik. Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis berdasarkan
interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan atom, ion, atau molekul. Serapan
atom menyebabkan peralihan atau transisi elektronik, yaitu peningkatan energi
elektron dari keadaan dasar (ground state) ke satu atau lebih tingkat energi yang
lebih tinggi atau tereksitasi (excited state) (Gambar 3). Transisi terjadi jika energi
yang dihasilkan oleh radiasi sama dengan energi yang diperlukan untuk
melakukan transisi (Watson, 2000).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

Gambar 3. Gambaran eksitasi elektron (Watson, 2000)

Ada empat tipe transisi elektronik yang dapat terjadi yaitu: σ → σ*, n →
σ*, n → π*, dan π → π*. Transisi elektron (σ → σ*) pada suatu elektron di dalam
orbital molekul bonding akan dieksitasikan ke orbital antibonding sehingga
molekul berada dalam keadaan excited state (σ*). Untuk mengeksitasikan elektron
yang berada pada suatu ikatan kovalen tunggal terikat kuat (orbital σ) diperlukan
radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang pendek. Oleh karena itu, serapan
maksimum yang disebabkan oleh transisi ini tidak pernah teramati pada daerah
ultraviolet (Mulja dan Suharman, 1995).
Transisi elektron n → π* dan π → π* adalah transisi yang paling cocok
untuk analisis karena sesuai dengan panjang gelombang antara 200-700 nm, yang
secara teori dapat diaplikasikan pada spektrofotometer. Molekul organik harus
mempunyai gugus fungsional tak jenuh agar ikatan rangkap dalam gugus tersebut
memberikan orbital π yang diperlukan agar jenis transisi ini dapat terjadi
(Rohman, 2007). Kedua jenis transisi ini membutuhkan adanya kromofor dan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

auksokrom dalam struktur molekulnya. Kromofor adalah gugus fungsional tak
jenuh yang menyediakan orbital π yang dapat memberikan serapan pada daerah
ultraviolet. Sedangkan auksokrom adalah gugus jenuh yang bila terikat pada
kromofor dapat mengubah panjang gelombang dan intensitas serapan maksimum
(Sastrohamidjojo, 2001).
Dalam aspek kuantitatif spektrofotometer UV-Vis, suatu radiasi
dikenakan pada larutan (sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan
diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh sampel (Gambar 4) ditentukan dengan
membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan yang diserap. Serapan
terjadi jika radiasi/foton yang mengenai sampel memiliki energi yang sama
dengan energi yang diperlukan untuk perubahan tenaga. Kekuatan radiasi dapat
mengalami penurunan dengan adanya penghamburan dan pemantulan cahaya
(Rohman, 2007).

Gambar 4. Penyerapan sinar UV oleh larutan (Watson, 2000)

Perhitungan besarnya serapan cahaya oleh suatu molekul dalam larutan
mengikuti Hukum Lambert-Beer dengan rumus:
Log I0/It = A = ε b c
Keterangan:
I0 = intensitas sinar awal
It = intensitas sinar setelah melalui larutan dengan ketebalan b
A = absorbansi terukur (besarnya/sejumlah cahaya yang diserap oleh sampel)
ε = konstante serapan tiap 1 M analit dalam larutan
b = ketebalan kuvet (biasanya 1 cm); dan c = konsentrasi analit

(Watson, 2000).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

dengan absorptivitas molar (ε) adalah:

Hubungan antara nilai
ε=

x

M-1cm-1

Keterangan:
ε = absorptivitas molar (M-1cm-1)
= absorptivitas molekul dalam satuan konsentrasi (g/100 mL)
BM = bobot molekul (g/mol)

(Rohman, 2007).

Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa instensitas yang diteruskan oleh larutan
zat penyerap sebanding dengan tebal dan konsentrasi larutan. Dalam hukum ini
terdapat pembatasan yaitu: sinar yang digunakan dianggap monokromatis; tidak
terjadi fluoresensi atau fosforesensi; indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi
larutan; penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas
sama; dan senyawa yang menyerap tidak tergantung kepada senyawa lain dalam
larutan (Rohman, 2007).
Instrumen yang digunakan untuk mempelajari serapan atau emisi radiasi
elektromagnetik sebagai fungsi panjang gelombang disebut spektrofotometer.
Komponen-komponen pokok dari spektrofotometer (Gambar 5) meliputi: (1)
sumber tenaga radiasi (stabil), (2) sistem yang terdiri atas lensa-lensa, cermin, dan
celah, (3) monokromator untuk mengubah radiasi menjadi komponen-komponen
panjang gelombang tunggal, (4) tempat cuplikan (transparan), dan (5) detektor
radiasi yang dihubungkan dengan pencatat (Sastrohamidjojo, 2001).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

Gambar 5. Diagram skematis spketrofotometer UV-Vis (Watson, 2000)

Sumber energi pada spektrofotometer harus dapat memberikan intenitas
radiasi elektromagnetik secara stabil pada daerah spektrum elektromagnetik.
Sumber energi dibagi menjadi dua yaitu sumber energi continuum dan sumber
energi line. Sumber energi continuum merupakan sumber energi yang
memancarkan lebih dari satu panjang gelombang dengan intensitas bervariasi dari
masing-masing panjang gelombang. Sumber energi line merupakan sumber energi
yang memancarkan satu panjang gelombang yang selektif. Pada spektrofotometer
UV-Vis menggunakan sumber energi continuum, sehingga membutuhkan
monokromator (Gambar 6) sebagai selektor filter untuk membatasi jumlah
panjang gelombang radiasi elektromagnetik yang akan masuk (Harvey, 2000).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

Gambar 6. Monokromator (Harvey, 2000)

Panjang gelombang radiasi yang masuk melalui monokromator akan
melewati sampel. Pada saat panjang gelombang radiasi melewati sampel akan
mengalami pengurangan sejumlah radiasi, sehingga panjang gelombang radiasi
yang keluar ditangkap oleh detektor akan lebih kecil dari panjang gelombang
radiasi yang masuk. Banyaknya jumlah radiasi yang berkurang berbanding lurus
dengan konsentrasi analit dalam sampel (Harvey, 2000).

E. Larutan Penyangga (Bufer)
Larutan penyangga/bufer adalah larutan yang dapat mencegah perubahan
pH walaupun ada penambahan sedikit asam atau basa. Larutan bufer biasanya
terdiri atas campuran asam lemah atau basa lemah dengan garamnya masingmasing. Kerja bufer paling baik terjadi pada pH yang sama dengan pKa asam atau
basa yang membentuk larutan bufer tersebut. Jika perbedaannya terlalu besar,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

ketahanan bufer terhadap pengaruh penambahan asam atau basa akan berkurang
(Cairns, 2008).
Larutan bufer sering digunakan dalam bidang kimia analisis seperti pada
pembutan fase gerak pada KCKT. Bufer memiliki peranan dalam pemisahan
senyawa yang bersifat asam dan basa. Bufer sebagai fase gerak akan memberikan
pH yang relatif konstan dan mengakibatkan waktu retensi senyawa selama
pemisahan menjadi lebih reprodusibel. Beberapa faktor yang harus diperhatikan
dalam penggunaan bufer pada sistem KCKT fase terbalik, antara lain:
1. Nilai pKa asam lemah atau basa lemah dan kapasitas bufer.
2. Kelarutan komponen bufer.
3. Stabilitas bufer.
4. Kompatibilitas bufer dengan komponen lain.
5. Serapan pada daerah UV bila menggunakan detektor UV pada sistem
KCKT (Snyder dkk., 2010).
Kapasitas

bufer

merupakan

kemampuan

suatu

bufer

untuk

mempertahankan pH, tergantung pada nilai pKa asam lemah atau basa lemah,
konsentrasi bufer, dan pH fase gerak. Asam lemah atau basa lemah sebagai
komponen penyusun bufer yang digunakan hendaknya memiliki nilai pKa dalam
rentang ± 1,0 unit dari pH fase gerak yang diinginkan. Larutan bufer yang ideal
untuk digunakan dalam sistem KCKT dengan detektor UV jika memiliki serapan
pada panjang gelombang di bawah 220 nm (Snyder dkk., 1997). Tabel I
menunjukkan beberapa jenis bufer yang sering digunakan dalam analisis
menggunakan KCKT.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

Tabel I. Jenis bufer dalam analisis menggunakan KCKT (Kromidas, 2005)

F. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
1. Tinjauan umum KCKT
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan salah satu metode
kromatografi cair yang dilengkapi dengan sistem pompa bertekanan tinggi untuk
mengalirkan fase gerak dan detektor yang sensitif sehingga pemisahan dapat
berlangsung dengan cepat dan memiliki efisiensi yang tinggi. Salah satu
keunggulan KCKT dibandingkan dengan kromatografi gas yaitu dapat untuk
menganalisis senyawa yang tidak menguap atau tidak tahan panas tanpa peruraian
atau tanpa perlunya membuat derivat yang dapat menguap (Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).

2. Instrumentasi
Instrumen KCKT (Gambar 7) terdiri dari: wadah fase gerak, pompa, alat
untuk memasukkan sampel (tempat injeksi), kolom, detektor, dan suatu komputer
atau perekam data.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

Gambar 7

Dokumen yang terkait

Optimasi komposisi dan kecepatan alir fase gerak metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik untuk penetapan kadar asam askorbat dalam sediaan larutan injeksi obat pemutih kulit merk ``X``.

0 10 99

Validasi metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik untuk penetapan kadar asam askorbat dalam sediaan larutan injeksi obat pemutih kulit merek "X".

1 1 114

Optimasi pemisahan dan penetapan kadar campuran parasetamol dan natrium fenobartial dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 0 127

Penetapan kadar aspartam dalam minuman serbuk beraoma merek ``X`` secara kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 0 83

Validasi metode penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair obat herbal terstandar merk Kiranti secara kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 0 118

Validasi metode kromatografi cair kinerja tinggi terbalik pada penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dalam sediaan tetes telinga Colme - USD Repository

0 0 141

Penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dalam sediaan tetes telinga Colme dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 1 94

Penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair obat herbal terstandar merk Kiranti secara kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 0 117

Penetapan kadar guaifenesin yang tercampur dengan salbutamol sulfat dalam sediaan sirup merek ``x`` menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 1 130

Optimasi komposisi dan kecepatan alir fase gerak sistem kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin dalam sediaan obat sirup ``Merek X`` - USD Repository

0 0 118