Evaluasi pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman periode tahun 2006 - 2012 - USD Repository

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH FARMASI

  • –2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Fitriana Annisa Stya Ningrum NIM : 06 8114 095 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH FARMASI DI RSUD SLEMAN PERIODE TAHUN 2006 – 2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Fitriana Annisa Stya Ningrum NIM : 06 8114 095 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013

  Skripsi ini Penulis persembahkan untuk :

  Allah S.W .T atas berkah, rahmat, kasih, dan hidayah-N ya, Ayah, ibu, keluarga besar penulis, dan para sahabat: Amel, Erma, Cyndi, serta yang terkasih: Hanung Aprianto, S. iK om. terima kasih untuk segala “kesan dan pembelajaran manis maupun pahit” yang telah kalian berikan selama penyusunan skripsi ini.

  Terima kasih juga untuk semua pihak yang berperan serta dalam mendukung keberhasilan Penulis.

  Sesuatu yang kita anggap sulit/ rumit, jika kita M AU berusaha dan Y AK I N maka kita akan B I SA melakukannya,

  U bahlah kata-kata “B isa...Tapi Sulit” menjadi “Sulit.. tapi B isa” ...I nsyaallah... 

  

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan berkah, rahmat, kasih, dan hidayah-Nya sehingga Penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini.

  Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

perkuliahan dan memperoleh gelar sarjana farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini dapat terwujud

berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak yang telah meluangkan tenaga

dan waktunya. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  

2. Pembimbing skripsi, Bapak A. Tri Priantoro, Drs. M.For. Sc. atas waktu dan

bimbingan yang telah diberikan sehingga dapat membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  

3. Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan

Evaluasi, Kepala Sub Bidang Litbang Ibu Sri Nurhidayah, S.Si., MT, dan Direktur RSUD Sleman Bapak dr. Joko Hastaryo, M.Kes yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk melakukan penelitian di RSUD Sleman.

  

4. Pembimbing lapangan, Ibu Dra. H. E. Lestariningsih, Apt. (Kepala Instalasi

Farmasi RSUD Sleman) dan Ibu Yayuk Sri Rohmani, SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran dan kerendahan hatinya, serta segala kebaikan yang telah diberikan selama penelitian di RSUD Sleman.

5. Pembimbing akademik Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. atas arahan dan bimbingannya.

  

6. Untuk keluarga tercinta dan tersayang, Bapak Ibu terima kasih atas doa dan

dukungan yang tak henti-hentinya baik moril maupun materiil, yang selalu meyakinkan dan membesarkan hati.

  

7. Untuk para sahabat, Amel, Erma, Cyndi, dan Hanung, terima kasih atas doa,

dukungan, saran, hiburan, semangat, dan bantuan, yang tulus diberikan kepada Penulis.

  

8. Semua teman-teman farmasi almamater 2006 baik FKK maupun FST yang

telah lebih dulu menempuh perjalanan karier sebagai farmasis, terima kasih atas pertemanan selama ini. Sukses untuk kita semua.

  Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan kepada Penulis

mendapatkan balasan dan menjadi amal ibadah di mata Allah SWT. Dalam skripsi

ini Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan

yang Penulis miliki. Namun demikian Penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca dan juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan

akademisi.

  Yogyakarta, 23 September 2013 Penulis

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Fitriana Annisa Styaningrum

  Nomor mahasiswa : 06 8114 095

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi di RSUD Sleman Periode Tahun 2006 –

2012 (Evaluation of Pharmaceutical Waste Management in RSUD Sleman on the

Period of the Year 2006 –2012 )

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada tangal : 25 September 2013 Yang menyatakan,

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiatisme dalam naskah

ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

  Yogyakarta, 23 September 2013 Penulis

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv

PRAKATA .................................................................................................. v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv

  

INTISARI .................................................................................................... xvi

ABSTRACT .................................................................................................. xvii

  

BAB I . PENGANTAR ............................................................................... 1-8

A. Latar Belakang .......................................................................................

  1 1. Perumusan masalah ............................................................................

  5 2. Keaslian penelitian .............................................................................

  6

  3. Manfaat penelitian .............................................................................. 7-8 a. Manfaat teoritis ..............................................................................

  7 b. Manfaat praktis ..............................................................................

  7

1). Manfaat bagi penulis ...............................................................

  7

2). Manfaat bagi RSUD Sleman ...................................................

  8

3). Manfaat bagi masyarakat .........................................................

  8

  B. Tujuan Penelitian ....................................................................................

  17 6. Pemusnahan dan Pembuangan ...........................................................

  32 BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................ 35-42 A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................

  29 I. Keterangan Empiris..................................................................................

  26 H. Tenaga Kefarmasian dalam Pengelolaan Limbah Farmasi.....................

  23 G. KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004............................

  22 F. Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik Tahun 2011.............................

  21 2. Tanda-tanda Obat Kadaluwarsa dan Obat Rusak/Tidak Terpakai......

  18 E. Obat-obatan Kadaluwarsa dan Tidak Terpakai ...................................... 21-23 1. Definisi Kadaluwarsa Obat dan Tanggal Kadaluwarsa ......................

  16 5. Penyimpanan Sementara/Penampungan ............................................

  8 1. Tujuan umum ....................................................................................

  16 4. Pengangkutan .....................................................................................

  14 3. Pelabelan ............................................................................................

  13 2. Pemilahan ...........................................................................................

  12 D. Proses Pengelolaan Limbah Farmasi Rumah Sakit ................................ 13-20 1. Pemisahan dan Pengumpulan .............................................................

  11 C. Prosedur Pengelolaan Limbah Farmasi Rumah Sakit ............................

  9 B. Pengelolaan Limbah dalam Upaya Sanitasi Rumah Sakit .....................

  8 BAB II . PENELAAHAN PUSTAKA ....................................................... 9-34 A. Definisi dan Kategori Limbah Rumah Sakit ..........................................

  8 2. Tujuan khusus ....................................................................................

  35

  B. Variabel Penelitian .................................................................................

  35 C. Definisi Operasional ...............................................................................

  35 D. Tata Cara Penelitian ............................................................................... 38-42 1. Perizinan .............................................................................................

  38 2. Persiapan Instrumen Penelitian ..........................................................

  38 3. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................

  38 4. Lokasi Penelitian ................................................................................

  39 5. Teknik Pengumpulan Data .................................................................

  39

a. Wawancara .....................................................................................

  40

b. Observasi/pengamatan ...................................................................

  40

c. Dokumentasi ..................................................................................

  40 d. Studi pustaka .................................................................................

  41 6. Analisis data .......................................................................................

  41 7. Pembahasan kasus ..............................................................................

  41 8. Uji validitas ........................................................................................

  41 E. Keterbatasan Penelitian ..........................................................................

  42 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 43-65 A. Profil Limbah Farmasi Berdasarkan Sumber/Produsen .........................

  43 B. Profil Limbah Farmasi Berdasarkan BSO/Satuan dan Jenis Kemasan ..

  47 C. Kesesuaian Pengelolaan Limbah Farmasi dengan Prosedur Rumah 49-64 Sakit dan Standar Pembanding ...................................................................

  1. Kesesuaian dari aspek prosedur dan SDM..........................................

  49 2. Kesesuaian dari aspek proses.............................................................

  58

  D.Peran IFRS dalam Pengelolaan Limbah Farmasi.....................................

  65 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 66-68 A. Kesimpulan ............................................................................................

  66 B. Saran .......................................................................................................

  68 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

  69 LAMPIRAN ................................................................................................

  72 BIOGRAFI PENULIS ................................................................................ 100

  

DAFTAR TABEL

Tabel I. Jenis wadah dan label limbah medis padat sesuai kategori limbah (KepMenKes 1204/MenKes/SK/X/2004)....................

  14 Tabel II. Metode pemusnahan dan pembuangan limbah farmasi berdasarkan kategori obat.........................................................

  20 Tabel III. Standar kualifikasi SDM dalam IFRS menurut Depkes RI, 2004..........................................................................................

  30 Tabel IV. Standar kompetensi apoteker indonesia dalam pemusnahan limbah farmasi..........................................................................

  31 Tabel V. Data limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman periode tahun 2006 –2012 berdasarkan sumber/produsen...............

  45 Tabel VI. Data limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman periode tahun 2006 – 2012 berdasarkan BSO/satuan dan jenis kemasan obat............................................................................

  47 Tabel VII. Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek SDM di IFRS.........................................................................................

  49 Tabel VIII. Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek SDM di ISRS........................................................................................

  52 Tabel IX. Evaluasi kesesuaian prosedur rumah sakit dan praktek pengelolaan limbah farmasi dengan standar pembanding

  56 CPFB tahun 2011 .................................................................... Tabel X. Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek Proses......

  63

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Contoh struktur organisasi IFRS minimal dengan model konvensional..................................................................................

  29 Gambar 2. Prosedur pemusnahan sampah medis menurut SPO RSUD Sleman...........................................................................................

  59 Gambar 3. Troli (kereta dorong) untuk mengangkut sampah medis (termasuk limbah farmasi).............................................................

  60 Gambar 4. TPS untuk limbah medis (termasuk limbah farmasi) yang terdapat di Instalasi Incinerator RSUD Sleman.............................

  60 Gambar 5. Proses penimbangan sisa abu dan sampah medis (termasuk limbah farmasi) yang akan dibakar oleh petugas pelaksana 61 sebelum dibakar di incinerator....................................................... Gambar 6. Petugas pelaksana memasukkan sejumlah kantong plastik berisi limbah medis ke dalam tungku incinerator untuk dibakar.............

  62

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Panduan Wawancara / Interview Guide..........................

  72 Lampiran 2. Tabel Hasil Wawancara...................................................

  75 Lampiran 3. Tabel Hasil Observasi.....................................................

  79 Lampiran 4. Tabel Analisis Data Obat-obatan ...................................

  85 Lampiran 5. Struktur Organisasi IFRSUD dan ISRSUD Sleman........

  94 Lampiran 6.

  Mapping Competency Petugas ISRSUD Sleman............

  95 Lampiran 7. Tabel Uraian Tugas IFRSUD dan ISRSUD Sleman........

  96 Lampiran 8. Surat Izin Penelitian.........................................................

  97

  

INTISARI

Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks berdampak positif dan

negatif. Salah satu dampak negatifnya berupa limbah farmasi. Pengelolaan limbah

farmasi perlu diteliti karena pengelolaan yang tidak tepat dapat mengancam

kesehatan dan mencemari lingkungan. Sayangnya, belum semua rumah sakit

mengelola limbah farmasi sesuai dengan prosedur.

  Penelitian non eksperimental dengan rancangan observasional dan

bersifat deskriptf evaluatif ini bertujuan memperoleh profil pengelolaan limbah

farmasi di RSUD Sleman Periode tahun 2006 – 2012. Data yang diambil adalah

data jenis limbah dan proses pengelolaan limbah dilengkapi dengan wawancara

terhadap Kepala IFRS, Sanitasi, dan sanitarian penanggung jawab limbah.

  Hasil penelitian menunjukkan 2012 ada 94.418 item limbah farmasi yang

dikelola dari internal (dropping) maupun eksternal. Sediaan padat terbanyak

berupa tablet dan kapsul, sediaan semi padat berupa salep dan krim, sedangkan

sediaan cair terbanyak berupa larutan (dalam sachet dan ampul). Sumber eksternal

terbanyak dari P.R. YAKKUM (86%) pada tahun 2009.

  Berdasarkan analisis dan evaluasi data, aspek prosedur dan SDM

pengelola limbah farmasi di RSUD Sleman telah sesuai dengan standar

pembanding, sedangkan pada aspek proses masih memerlukan beberapa

pembenahan. Direkomendasikan supaya petugas IFRS diberikan pelatihan

pengelolaan limbah farmasi rumah sakit.

  Kata kunci : limbah farmasi, prosedur, pengelolaan

  

ABSTRACT

Hospital activities are so complex and have positive and negative impact. One

of which is pharmaceutical waste. Pharmaceutical waste management need to be

investigated because the improper management can threaten the health and pollute the

environtment. Unfortunatelly, not all hospitals managing pharmaceutical waste in

accordance with procedures.

  Non experimental studies with evaluative descriptive observational

design was aimed to obtain the profile of the pharmaceutical waste management in

RSUD Sleman on the period of the year 2006 – 2012. The data retrieved is data type

of waste and waste management processes, supported by interviews with leader of

  IFRS, sanitation, and sanitarian in charge of waste.

  The results of the analysis drug extermination data in RSUD Sleman on the

period of the year 2006 - 2012 showed that there were 94.418 items pharmaceutical

waste were administered in RSUD Sleman, both from internal and external. Most of

solid dosage form such as tablets and capsules, semi solid dosage forms such as

ointments and creams, and most of liquid dosage form of solutio (in sachets and ampoules). The Most external source of pharmaceuticals waste were derived from P.R YAKUM (86%) on the year 2009.

  Based on data analysis and evaluation, from the aspect of procedures and

human resource were managing pharmaceutical waste in RSUD Sleman was adequate

in accordance with standart comparators, while from the aspect of process still

needs some correction. So it is recommended that the staffs in IFRS given training of

pharmaceutical waste management in hospital.

  Keywords: pharmaceuticals waste, procedures, management

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai

  misi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, juga sebagai tempat untuk pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan serta tempat penelitian dan pengembangan kesehatan (Siregar, 2004). Kegiatan-kegiatan rumah sakit yang berupa pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif sangat kompleks. Kegiatan tersebut tidak saja menimbulkan dampak positif tetapi juga menimbulkan dampak negatif. Dampak positif adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak negatifnya berupa limbah rumah sakit akibat proses kegiatan baik medis maupun non medis.

  Menurut Sarwanto (2003) berdasarkan hasil penelitian WHO bersama dengan Departemen Kesehatan RI pada tahun 1997 yang ditunjukkan dalam profil kesehatan Indonesia, produksi limbah padat rumah sakit berupa limbah domestik sebesar 76,8% dan limbah medis padat sebesar 23,2%. Berdasarkan kriteria WHO, pengelolaan limbah medis padat yang baik bila persentase limbah medis tidak lebih dari 15%. Penelitian tersebut dilakukan terhadap rumah sakit-rumah sakit baik yang ada di dalam maupun di luar kota Jakarta. Dari 88 rumah sakit yang ada di luar kota Jakarta yang menjadi obyek penelitian, didapatkan hasil limbah 20,5%, pengangkutan limbah 72,7%, dan menggunakan incinerator untuk limbah infeksius 62%. Dari sekitar 107 rumah sakit yang berada di Jakarta, baru 10 rumah sakit yang memiliki incinerator, dan itu pun tidak semuanya insinerator yang benar. Buruknya pengelolaan limbah rumah sakit karena pengelolaan limbah belum menjadi syarat akreditasi rumah sakit, sedangkan peraturan proses pembungkusan limbah padat yang diterbitkan Departemen Kesehatan pada 1992 pun sebagian besar tidak dijalankan dengan baik.

  Meskipun persentase limbah medis padat (baik yang didapatkan dari hasil penelitian maupun dari ketentuan WHO) terbilang jauh lebih kecil daripada limbah padat domestik, akan tetapi dengan persentase yang kecil itu limbah medis padat memiliki potensi bahaya yang lebih besar. Bila tidak ditangani dan dibuang secara baik dan benar maka limbah medis padat rumah sakit berpotensi untuk mencemari lingkungan, kemungkinannya menimbulkan kecelakaan kerja serta penularan penyakit/infeksi, dan tindakan-tindakan ilegal. Salah satu limbah rumah sakit yang memerlukan pengelolaan dan strategi pembuangan yang tepat adalah limbah farmasi.

  Kasus yang pernah menghebohkan masyarakat Indonesia terkait dengan pengelolaan limbah farmasi yang tidak benar adalah terjadinya tindakan penggantian tahun kadaluwarsa obat pada sediaan yang telah melewati tahun kadaluwarsa di sebuah gudang obat ilegal yang kemudian obat-obatan tersebut diedarkan lagi di apotek-apotek dan rumah sakit di seluruh Aceh, seperti yang dilansir dalam artikel di majalah online Kompasiana (Yus, 2009).

  Menurut Budiarie (2009) di Jawa Timur juga ada kasus penimbunan dan pemulungan limbah farmasi berupa obat-obatan kadaluwarsa dari limbah rumah sakit maupun rumah tangga untuk dipasarkan lagi di masyarakat, seperti yang dilansir dalam artikel di website Monitor Indonesia. Tentunya bagaimanapun bentuk kasus mengenai pengelolaan limbah farmasi yang belum tepat, pada akhirnya sangat merugikan konsumen terutama dari segi kesehatan, karena efek terapi obat sudah berkurang, dan yang paling membahayakan adalah apabila obat- obatan tersebut sudah terkontaminasi oleh zat berbahaya/beracun yang dapat menimbulkan toksisitas bagi yang meminum.

  Permasalahan yang kerap dijumpai dalam pengelolaan limbah farmasi adalah dalam hal kesesuaian proses dengan prosedur. Contohnya adalah tidak dilakukan pemisahan dan pemilahan limbah farmasi secara benar berdasarkan kategori-kategori tertentu misalnya bentuk sediaan obat, kemasan obat, maupun berdasarkan golongan obatnya. Padahal berbeda kategori limbah farmasi bisa berbeda pula penanganannya, dan sebenarnya di Indonesia sendiri sudah terdapat cukup banyak peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pemerintah dan bisa digunakan sebagai pedoman dalam mengelola limbah rumah sakit khususnya limbah farmasi. Namun, tidak semua peraturan yang berlaku tersebut diterapkan secara baik dan benar.

  RSUD Sleman Yogyakarta merupakan sebuah rumah sakit dengan tipe/kelas B Non-pendidikan sejak bulan Desember tahun 2003 hingga saat ini, setelah dinyatakan memenuhi persyaratan dalam penilaian Tim Departemen Agustus 2009 dan Peraturan Bupati Sleman nomor: 48 tahun 2009 dinyatakan bahwa RSUD Sleman mempunyai tugas membantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Berkaitan dengan tugas tersebut, RSUD Sleman telah memiliki berbagai fasilitas pelayanan kesehatan yang cukup lengkap yaitu fasilitas rawat inap dan rawat jalan dengan fasilitas pelayanan, pendukung, dan penunjang seperti pelayanan medis dan terapi, UGD, poliklinik gigi, laboratorium, pelayanan pendidikan dan penelitian, pelayanan farmasi, hingga pelayanan pengelolaan limbah.

  Sebagai bentuk pelayanan pengelolaan limbah, selain berupaya menjaga kesehatan lingkungan dan masyarakat di sekitar area rumah sakit dengan mengelola limbah secara mandiri menggunakan incinerator dan IPAL, RSUD Sleman juga mengadakan jasa pemusnahan limbah medis bagi instansi kesehatan lain yang belum memiliki fasilitas pengelolaan limbah dengan membayar sejumlah biaya sesuai ketentuan Pemda Sleman.

  Dari latar belakang tersebut maka Penulis tertarik untuk melakukan penelitian di RSUD Sleman khususnya di unit kerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dan Instalasi Sanitasi Rumah Sakit (ISRS) untuk melihat secara langsung bagaimana pengelolaan limbah farmasi pada periode tahun 2006 – 2012.

  Penelitian dilakukan di dua unit kerja karena perbekalan farmasi di RSUD Sleman dikelola oleh IFRS, sedangkan untuk perbekalan farmasi yang sudah menjadi limbah (termasuk dari instansi kesehatan lain) dikelola secara langsung oleh ISRS

  Periode tahun 2006 –2012 dipilih karena berdasarkan pra-survey, pengelolaan limbah farmasi dari dalam RSUD Sleman terbilang jarang sekali dilakukan kecuali pada kejadian luar biasa (KLB), sedangkan di sisi lain hampir setiap tahun sekali ada satu dua instansi luar yang menggunakan jasa pemusnahan limbah di RSUD Sleman. Maka dari itu dengan menetapkan periode penelitian tahun 2006 – 2012 akan memungkinkan diperolehnya data pengelolaan obat yang layak untuk analisis.

  Lebih jauh lagi penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana peran dan fungsi tenaga kefarmasian dalam pengelolaan limbah farmasi. Mengingat adanya perubahan paradigma dari drug oriented ke patient oriented, melalui penelitian ini diharapkan akan terwujud pula sosok-sosok farmasis yang selain berkompeten dalam menjaga kualitas produk obat dan pelayanan pasien dengan baik juga memiliki kesadaran tinggi dalam upaya memelihara dan meningkatkan kesehatan lingkungan.

1. Perumusan masalah

  Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 – 2012 berdasarkan sumber/produsen limbah? b. Bagaimana profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 – 2012 berdasarkan bentuk sediaan/satuan dan jenis kemasan obat? c. Bagaimana kesesuaian pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman dengan prosedur rumah sakit dan standar pembanding? d. Bagaimana peran dan fungsi IFRS dalam pengelolaan limbah farmasi di

  RSUD Sleman?

2. Keaslian penelitian

  Berdasarkan penelaahan pustaka yang sejauh ini telah dilakukan Penulis, ditemukan bahwa penelitian-penelitian tentang evaluasi pengelolaan limbah rumah sakit telah banyak dilakukan di Indonesia. Namun, penelitian-penelitian tersebut biasanya membahas secara umum dan menyeluruh tentang pengelolaan segala jenis limbah medis yang dikelola ISRS mulai dari aspek kesesuaian proses dengan prosedur, sumber daya manusia (SDM), hingga analisis pendanaannya.

  Di Universitas-universitas di Indonesia, tema penelitian mengenai pengelolaan limbah rumah sakit telah cukup banyak dibawakan khususnya di fakultas/jurusan kesehatan lingkungan dan masyarakat. Contohnya dalam tiga tahun terakhir adalah Analisis Pengelolaan Sampah dengan Pendekatan Sistem di

  

RSUD Dr. Moerwadi Surakarta (Hapsari, 2010) dan judul penelitian lainnya

adalah Kajian Pengelolaan Limbah Padat B3 di Rumah Sakit TNI AL Dr.

  Ramelan oleh (Widhiatmoko, 2010).

  Dari Fakultas Farmasi USD (Rahmaroswita, 2012) sebenarnya pernah membawakan tema penelitian tentang pengelolaan limbah, akan tetapi penelitian tersebut lebih membahas ke pengelolaan limbah padat medis berupa benda tajam, sendiri belum dibahas. Dari hasil studi pustaka dan wawancara dengan narasumber, Penulis juga menemukan bahwa penelitian mengenai limbah farmasi belum pernah dilakukan di RSUD Sleman.

  Karena hal itu maka terdapat perbedaan antara penelitian-penelitian sebelumnya dengan karya Penulis, yaitu: tema penelitian mengenai limbah farmasi secara khusus belum pernah dibawakan di RSUD Sleman, Fakultas Farmasi USD, maupun universitas-universitas lain di Indonesia. Selain itu penelitian ini membahas tentang pengelolaan limbah farmasi mulai dari sumbernya (unit kerja IFRS), bukan hanya ketika limbah tersebut sudah berada di ISRS dan siap dimusnahkan.

   Manfaat penelitian 3.

  a. Manfaat teoritis 1) Dapat memberikan informasi mengenai evaluasi pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 –2012.

  2) Dapat menambah pengetahuan yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan limbah farmasi serta menjadi bahan bacaan bagi peneliti berikutnya di waktu yang akan datang.

  b. Manfaat praktis 1) Bagi penulis:

  Merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam rangka memperluas wawasan keilmuan dan mengkaji pengelolaan limbah farmasi di RSUD

  2) Bagi RSUD Sleman: Sebagai bahan pertimbangan dalam usaha peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan khususnya dalam hal pengelolaan limbah farmasi. 3) Bagi masyarakat:

  Menambah pengetahuan umum masyarakat mengenai manajemen sanitasi rumah sakit khususnya dalam hal pengelolaan sampah medis berupa limbah farmasi.

B. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan umum

  Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 –2012.

  2. Tujuan khusus

  a. Mengetahui bagaimana profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 – 2012 berdasarkan sumber/produsen limbah.

  b. Mengetahui bagaimana profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 – 2012 berdasarkan bentuk sediaan/satuan dan jenis kemasan obat.

  c. Mengetahui bagaimana kesesuaian pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman dengan prosedur rumah sakit dan standar pembanding.

  d. Mengetahui bagaimana peran dan fungsi IFRS dalam pengelolaan limbah

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA Definisi dan Kategori Limbah Rumah Sakit A. Secara umum limbah rumah sakit dibagi menjadi dua yaitu:

  1. Limbah medis, adalah limbah yang dihasilkan rumah sakit dari kegiatan pelayanan medis, laboratorium, veterinary, kedokteran gigi, ataupun farmasi pada saat dilakukan pengobatan, perawatan, dan penelitian.

  2. Limbah non medis, adalah limbah yang umumnya berasal dari kegiatan kantor, dapur, cuci, mesin, dan buangan kamar mandi (Fariadi, 2010).

  Limbah medis rumah sakit terdiri dari:

  1. Limbah infeksius: limbah yang mengandung bahan patogen, contohnya kultur laboratorium, limbah dari ruang isolasi, kapas, materi atau peralatan yang tersentuh pasien yang terinfeksi, dan ekskreta.

  2. Limbah patologis: jaringan atau potongan tubuh manusia, misal hasil operasi.

  3. Limbah benda tajam: contoh jarum, peralatan infus, pisau, potongan kaca.

  4. Limbah farmasi: limbah yang mengandung bahan farmasi, contohnya obat- obatan, vaksin, serum, injeksi yang sudah kadaluwarsa dan tidak terpakai atau tidak bisa dikembalikan ke distributor/PBF karena berbagai alasan misalnya rusak, terkontaminasi, nomer batch tidak sesuai spesifikasi, obat-obatan yang dibuang oleh pasien.

  5. Limbah genotoksik: limbah yang mengandung bahan dengan sifat genotoksik

  6. Limbah kimia adalah limbah yang mengandung bahan kimia, contohnya reagen, solven, film untuk rontgen, dan desinfektan

  7. Limbah dengan kandungan logam berat tinggi: misalnya baterai, thermometer yang pecah, alat pengukur tekanan darah.

  8. Wadah bertekanan: adalah sediaan semprotan kabut tipis dari sistem bertekanan, sebagian diantaranya melepaskan gas, busa, atau cairan setengah padat. Misalnya tabung gas anestesi, peralatan terapi pernafasan, oksigen dalam bentuk gas atau cair, kaleng aerosol, dan tabung inhaler.

  9. Limbah radioaktif: limbah yang mengandung bahan radioaktif, contoh cairan yang tidak terpakai dari terapi radioaktif atau riset di laboratorium (Anonim, 2009).

  Jika ditinjau dari wujudnya, limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat berupa bahan padat (seperti sisa benda tajam, sisa jaringan tubuh, serta limbah dari kegiatan kantor dan dapur), bahan cair (seperti cairan infeksius, cairan jaringan tubuh, cairan buangan farmasi, buangan laboratorium dan dapat juga berasal dari kegiatan pencucian dapur atau laundry), dan gas (seperti hasil buangan dari peralatan medis dan pembakaran) (Fariadi, 2010).

  Berdasarkan sifat dan potensi bahayanya, limbah medis dapat dikategorikan menjadi lima jenis:

  1. Golongan A, adalah limbah medis padat yang memiliki sifat infeksius paling besar yang berasal dari aktifitas kegiatan pengobatan yang memungkinkan penularan penyakit jika mengalami kontak dengan limbah tersebut dengan tubuh, sisa binatang percobaan, bahan-bahan linen dari kasus penyakit infeksi (seperti pembalut/pempers dan verban bekas pakai), bekas infus/tranfusi set.

  2. Golongan B, adalah limbah padat yang memiliki sifat infeksius karena mempunyai bentuk tajam yang dapat melukai dan memotong pada kegiatan terapi dan pengobatan yang memungkinkan penularan penyakit dengan media penularan bakteri, virus, parasit, dan jamur. Terdiri dari: spuit/suntikan bekas, jarum bekas, cartridge, pecahan gelas/botol/ampul obat, pisau bekas bedah.

  3. Golongan C, adalah limbah padat yang memiliki sifat infeksius karena digunakan langsung oleh pasien yang memungkinkan penularan penyakit dengan media penularan bakteri, virus, parasit, dan jamur. Contohnya: periak, tempat muntah, dan pispot yang terkontaminasi.

  4. Golongan D, terdiri dari: limbah padat farmasi seperti obat-obat kadaluwarsa dan tidak terpakai, sisa kemasan dan kontainer obat, termasuk juga peralatan yang terkontaminasi bahan farmasi.

  5. Golongan E, adalah limbah padat sisa aktifitas pelayanan pasien, contohnya pelapis bed-pan disposable (Depkes RI, 1992).

B. Pengelolaan Limbah dalam Upaya Sanitasi Rumah Sakit

  Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya penularan penyakit dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber penyakit. Sanitasi merupakan usaha kesehatan yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Arifin, 2009).

  Upaya sanitasi rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan penanganan secara lintas program dan lintas sektor serta berdimensi multi disiplin, untuk itu diperlukan tenaga dan sarana prasarana yang memadai dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit (Depkes RI, 2004).

  Penerapan sanitasi rumah sakit salah satunya adalah pengelolaan limbah yang merupakan serangkaian kegiatan pengelolaan limbah mulai dari sumbernya hingga hasil akhir limbah setelah diolah. Pengelolaan diterapkan mulai dari sumber daya yang tersedia seperti SDM, fasilitas, metode, dan proses pengelolaan limbah hingga evaluasi terhadap kegiatan pengelolaan tersebut (Adisasmito, 2007).

C. Prosedur Pengelolaan Limbah Farmasi Rumah Sakit

  Langkah-langkah penanganan limbah farmasi yang benar meliputi:

  1. Pengambilan keputusan: memutuskan kapan tindakan akan dilaksanakan karena adanya penimbunan obat-obatan kadaluwarsa dan tidak terpakai.

  2. Persetujuan: persetujuan pembuangan obat-obatan harus dimintakan dari pihak berwenang, seperti Dinas Kesehatan, BPOM, atau bahkan KLH.

  3. Perencanaan: perencanaan mengenai pembiayaan, ahli yang diperlukan, SDM, waktu, tempat, peralatan, material dan cara pembuangan yang dibutuhkan.

  4. Penyusunan kelompok kerja: pekerjaan harus dilakukan oleh kelompok yang terdiri dari ahli farmasi (teknisi farmasi atau petugas gudang farmasi yang

  5. Kesehatan dan keselamatan kelompok kerja: Semua pekerja harus menggunakan alat perlindungan diri/APD yang sesuai berupa pakaian dan sepatu bot yang dipergunakan setiap saat, serta sarung tangan, masker dan tutup kepala pada keadaan-keadaan tertentu.

  6. Proses pengelolaan limbah farmasi, dengan perhatian khusus pada tahap pemilahan dan metode pembuangan.

  7. Keamanan: obat-obat yang memerlukan pengawasan khusus (narkotik, psikotropika, zat adiktif) memerlukan tindakan pengamanan yang ketat karena sering terjadi masalah pemulungan obat (WHO, 1999).

  

D. Proses Pengelolaan Limbah Farmasi Rumah Sakit

Pemisahan dan Pengumpulan

1. Tahap pemisahan disini merupakan proses dimana suatu limbah farmasi

  dipisahkan dari limbah medis lainnya, yang kemudian dikumpulkan sesuai jenisnya. Pemisahan harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah. Limbah jangan sampai menumpuk di satu titik pengumpulan. Limbah harus dikumpulkan setiap hari (atau sesuai frekuensi yang ditetapkan) dan diangkut ke pusat lokasi penampungan yang ditentukan. Kontainer pengumpul harus dibersihkan sebelum digunakan lagi. Kantong pengumpul harus diganti segera dengan kantong baru dari jenis yang sama, dan persediaan kantong pengumpul yang baru harus siap tersedia di semua lokasi yang menghasilkan limbah (Pruss, 2005).

  Kriteria wadah (kantong atau kontainer) limbah farmasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

  

Tabel I. Jenis wadah dan label limbah medis padat sesuai kategori

limbah (KepMenKes 1204/MenKes/SK/X/2004)

2. Pemilahan

  Cara utama untuk mencapai metode dan manajemen pengelolaan limbah yang cost effective adalah dengan melakukan pemilahan materi untuk meminimalkan kebutuhan akan metode pembuangan yang rumit atau mahal. Tujuan pemilahan adalah memisahkan limbah ke dalam kategori-kategori tertentu yang memerlukan metode pembuangan berbeda (WHO, 1999).

  Untuk limbah farmasi sendiri, pemilahan meliputi evaluasi awal secara keseluruhan terhadap stok obat-obatan dan pemisahan obat-obatan tersebut menjadi kategori. Proses pemilahan limbah farmasi meliputi:

  a. Identifikasi item,

  b. Pembuatan keputusan mengenai kelayakan penggunaan/kemanfaatan obat, c. Jika masih layak digunakan atau direncanakan untuk dikembalikan (retur) ke distributor/PBF, biarkan kemasan dalam keadaan utuh, d. Jika sudah tidak layak digunakan, dibuat keputusan metode pembuangan yang optimal sesuai dengan kategori obat (WHO, 1999).

  Kategori pemilahan limbah farmasi antara lain:

  a. Obat-obatan kadaluwarsa atau tidak terpakai Obat-obatan yang tidak boleh dipergunakan dan harus selalu dianggap sebagai limbah farmasi adalah: 1) Semua obat-obatan kadaluwarsa; 2) Semua sediaan obat yang tidak bersegel, tidak memiliki label yang jelas, dan tidak berada dalam kemasan aslinya (kadaluwarsa maupun tidak); 3) Semua obat-obatan tidak kadaluwarsa yang rusak rantai dinginnya (cold

  chain ) yaitu yang seharusnya disimpan di tempat dingin namun tidak (contoh: insulin, hormon polipeptida, gamma globulin dan vaksin) (WHO, 1999).

  b. Obat-obatan yang masih bermanfaat Jika memungkinkan, obat-obatan yang masih dalam masa berlakunya dan dianggap bermanfaat dipisahkan dan dipergunakan segera oleh institusi dengan membuat daftar mengenai barang-barang yang ada, jumlah dan tanggal kadaluwarsanya (WHO, 1999).

  c. Bahan yang dapat didaur ulang Bahan-bahan yang dapat didaur ulang misalnya kemasan obat dapat dibuang ke tempat pembuangan sampah ataupun didaur ulang (jika fasilitas gelas/kaca. Kemasan obat tersebut harus dipisahkan dari obat-obatan sebelum dilaksanakan proses pemusnahan dan pembuangan obat. (WHO, 1999).

  Pemilahan juga bisa dilakukan berdasarkan bentuk sediaan obat. Selain itu bisa juga dilakukan pemilahan berdasarkan kandungan zat aktifnya, misalnya yang membutuhkan cara pembuangan khusus, meliputi: narkotik, psikotropika, obat-obatan antibiotik, obat-obatan anti kanker/sitotoksik, anti septik dan disinfektan. (WHO, 1999).

3. Pelabelan

  Label yang terpasang pada semua kantong atau kontainer limbah layanan kesehatan harus memuat informasi dasar mengenai jenis/isi limbah dan nama produsen limbah. Informasi tersebut dapat ditulis langsung pada kantong atau kontainer atau pada label yang sudah dicetak sebelumnya yang menempel dengan kuat. Informasi tambahan yang sebaiknya juga tercantum dalam label antara lain: tanggal pengumpulan dan tujuan akhir limbah. Seandainya muncul masalah yang berkaitan dengan limbah maka pelabelan secara lengkap dan benar akan memungkinkan dilakukannya penelusuran terhadap asal limbah. Pelabelan juga memberitahu staf pelaksana dan masyarakat umum mengenai sifat bahaya dari limbah tersebut (Pruss, 2005).

   Pengangkutan 4.

  Kantong limbah dapat langsung ditempatkan dalam kendaraan pengangkut, akan tetapi akan lebih aman jika menempatkannya dalam kontainer sekunder (misalnya kotak kardus, plastik bertutup, atau kontainer berlapis seng). yang dipersyaratkan, juga tidak boleh digunakan untuk mengangkut materi lainnya selain limbah layanan kesehatan. Limbah harus diangkut melalui rute yang paling cepat dari titik penghasil limbah yang harus direncanakan sebelum pengangkutan dimulai sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penanganan lebih lanjut yang tidak diharapkan. Khusus untuk pengiriman limbah ke luar instansi, sebelum pengangkutan limbah, dokumen pelepasan harus dilengkapi, semua persiapan harus dilakukan antara pengirim, pengantar, dan penerima (Pruss, 2005).

   Penyimpanan Sementara/Penampungan 5.

  Lokasi penyimpanan sementara untuk limbah harus dirancang agar berada di dalam wilayah instansi layanan kesehatan. Limbah harus ditampung di area, ruangan, atau bangunan terpisah yang ukurannya sesuai dengan kuantitas limbah yang dihasilkan dan frekuensi pengumpulannya. Rekomendasi untuk fasilitas penampungan limbah layanan kesehatan, antara lain :

  a. Area penampungan harus memiliki lantai yang kokoh, impermeabel, drainasenya baik, mudah dibersihkan dan didesinfeksi b. Harus ada persediaan air untuk tujuan pembersihan

  c. Area harus mudah dijangkau oleh staf yang bertugas menangani limbah

  d. Ruangan/area harus dapat dikunci

  e. Adanya kemudahan akses oleh kendaraan pengumpul limbah

  f. Ventilasi dan pencahayaannya baik