Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta karya

RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021

BAB – 3
Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis
Infrastruktur Bidang Cipta karya
3.1 . Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang
3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Tujuan dan sasaran strategis bidang Cipta Karya merupakan visi dari Kementrian PU-PR tahun 2015-2019
Terwujudnya infrastruktur permukiman dan perumahan rakyat yang handal dalam mendukung Indonesia
yang berdaulat, Mandiri dan berkpribadian berlandaskan Gotong royong” Infrastruktur Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat yang handal di artikan sebagai tinggkat dan kondisi ketersediaan, keterpaduan serta
kualitas dan cakupan pelayanan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang produktif dan
cerdas, bekeselamatan, mendukung kesehatan masyarakat, menyeimbangkan pembangunan, memenuhi
kebutuhan dasar, serta berkelanjutan yang berasaskan gotong royong guna mencapai masyarakat yang lebih
sejahtera.
Ada pun peta strategi kemeterian PU-PR dalam mewujudkan visi tersebut di gambarkan dalam gambar 3.1
Berdasarkan Renstra Kementerian PU-PR 2015 – 2019 sasaran strategis yang fokus perhatian Dirjen Cipta
Karya adalah meningkatkan kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur permukiman di perkotaan dan
pedesaan.

Adapun Indikator Kinerja dari Dirjen Ciptakarya meliputi
1.

Meningkatnya Konstribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat.

2.

Menigkatnya konstribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang layak.

3.

Meningkatnya konstribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat.

3-1

RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021

Gambar 3.1 Peta Strategi Kementrian PU-PR 2015 - 2019


3.1.2

Arahan Penataan Ruang
Salah satu aspek yang penting di dalam suatu perencanaan adalah aspek pelaksanaan
rencana. Aspek ini merupakan suatu petunjuk yang jelas untuk menerapkan rencana yang
ada sehingga struktur ruang yang dituju akan tercapai. Disamping itu aspek pelaksanaan
rencana dapat juga memberikan gambaran secara jelas kepada Pemerintah maupun
pelaksana pembangunan, untuk melihat berbagai kemungkinan bisa tidaknya suatu rencana
dilaksanakan pada situasi keterbatasan biaya serta keterbatasan waktu pelaksanaan.
A. Pentahapan Perencanaan Pembangunan
Dalam pentahapan ini, pembangunan Kota Lhokseumawe dilaksanakan sesuai dengan
pertimbangan berikut :
a. Dimensi waktu perencanaan sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor
26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
b. Potensi, daya tampung ruang, dan kendala yang dihadapi.
c. Kebijaksanaan pembangunan dari Pemerintah.
3-2

RENCANA PROGRAM INVESTASI

JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021

Oleh karena itu pelaksanaan rencana dibagi dalam pembangunan jangka pendek dan jangka
menengah. Pembangunan jangka menengah dilaksanakan dalam jangka waktu 10 tahun dan
lima tahun, dijabarkan melalui pembangunan jangka pendek per tahun. Dengan demikian
tahapan rencana pembangunan Kota Lhokseumawe terbagi menjadi 2 (dua) tahap
pembangunan, yaitu :
-

Tahap I tahun 2011 - 2020

-

Tahap II tahun 2021 – 2030

Untuk menyusun urutan pelaksanaan program pembangunan di dalam suatu kota dapat
dilihat dari bobot kepentingannya atau program mana yang harus diprioritaskan dan
program mana yang harus ditangguhkan, yang disusun dalam suatu indikasi program. Untuk
kepentingan tersebut, dilakukan pengelompokan prioritas pelaksanaan program.

Pengelompokkan tersebut disusun berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a. Prioritas Pertama, sifatnya pengadaan atau penyediaan sarana yang belum ada serta
mempunyai kebutuhan yang mendesak.
b. Prioritas Kedua, sifatnya peningkatan atau penambahan sarana yang sudah ada serta
mempunyai kebutuhan yang mendesak.
c. Prioritas Ketiga, sifatnya peningkatan atau penambahan sarana yang sudah ada serta
mempunyai kebutuhan yang tidak mendesak.
d. Prioritas Keempat, sifatnya mengevaluasi dari program-program diatas, dan pengadaan/
penyediaan sarana yang belum terselesaikan.
Secara teoritis penanganan pembangunan ini ada beberapa cara, yaitu pembangunan baru,
perbaikan (pengaturan dan penataan dalam arti rehabilitasi tanpa perubahan fungsi), serta
renewable dalam arti perbaikan dan perubahan fungsi.
a. Pembangunan baru
Mempunyai pengertian membangun dari yang tidak ada menjadi ada dan menambahkan
baru dari yang sudah ada. Pembangunan baru yang dilakukan di Kota Lhokseumawe adalah
semua unsur sarana dan prasarana kota yang tidak ada dan kurang, diantaranya adalah :

3-3

RENCANA PROGRAM INVESTASI

JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021

 Pembangunan terminal regional terpadu (penumpang dan barang) sebagai pusat
kegiatan primer (melayani lingkup regional) di Alu Awe dan sub terminal yang melayani
angkutan dalam kota dan daerah pinggiran (labi-labi).
 Penambahan elemen ruang pada pusat-pusat utama dan pusat pelayanan kota, seperti
landmark, taman, open space, perdagangan dan jasa, pelayanan umum, perkantoran,
dan sebagainya.
 Pembangunan prasarana kota, seperti jalan dan jembatan, saluran drainase, pelayanan
air bersih, reservoir dan sumber air bersih, saluran air kotor, jaringan listrik, tempat
pembuangan sampah, dan sebagainya.
 Pengembangan kawasan wisata (wisata alam dan budaya) seperti pengembangan
pantai Ujong Blang, pantai utara Kecamatan Blang Mangat, Pantai Semadu, dan
Kawasan Reservoir.
b. Perbaikan
Perbaikan adalah penanganan terhadap kawasan kegiatan ataupun komponen ruang yang
harus diperbaiki lingkungannya, diatur, ditata sehingga kawasan tersebut secara fisik
mempunyai kualitas lingkungan yang baik. Adapun perbaikan yang dilakukan di Kota
Lhokseumawe adalah sebagai berikut :

 Kawasan pelayanan ekonomi seperti kawasan perdagangan Pasar Kota dan Pasar
Tradisional.
 Kawasan pelayanan sosial, seperti gedung-gedung langgar/meunasah, pelayanan
kesehatan, SD/Ibtidaiyah, SLTP/Tsanawiyah, dan sebagainya.
 Perbaikan kampung kumuh dengan menyediakan prasarana lingkungan yang memadai
seperti air bersih, saluran pembuangan limbah/kotoran rumah tangga dan drainase.
 Saluran drainase, secara umumnya yang terdapat di sepanjang jaringan jalan Kota
Lhokseumawe sebagai pengendali banjir.
 Perbaikan dan peningkatan sarana TPI (Tempat Pelelangan Ikan) beserta pasar ikan.
c. Urban Renewable
Penataan fisik lingkungan dan perubahan fungsi sesuai rencana, dilakukan dengan
penanganan "urban renewable". Diharapkan dengan cara ini kondisi fisik kota dan fungsi
kawasan yang dikembangkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi kota, perbaikan
kehidupan kota serta suasana kota yang aman, tentram, lancar dan sejahtera seperti :

3-4

RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021


 Kawasan Pusong Lama, Kampung Jawa dan sekitarnya yang terdapat sekitar pusat kota
beserta fasilitas penunjangnya dalam memperbaiki kualitas lingkungan.
 Kawasan perdagangan yang kurang aktif yang terdapat di Pasar Pagi (Tradisonal) agar
lebih intensif lagi fungsinya dan pelayanannya serta lebih panjang aktivitasnya hingga
sore hari.
 Kawasan Pasar Kota dengan mengatur fungsi grosir dan eceran yang didukung oleh area
parkir dan bongkar muat barang.
Pelaksanaan pembangunan sebagaimana diketahui oleh semua pihak dilakukan secara
bertahap yang dimulai dari kawasan dan sektor yang mempunyai tingkat kepentingan tinggi
sampai rendah. Untuk tahapan pembangunan ini, maka tahap pembangunan I lebih
ditekankan pengelolaan dan pelaksanaannya oleh pemerintah. Sedangkan untuk tahap
selanjutnya dilakukan oleh masyarakat baik perorangan maupun lembaga. Namun untuk
kegiatan dengan tujuan komersial bersifat swasta dikelola atau ditangani oleh
masyarakat/swasta, seperti pembangunan:
 Kawasan perdagangan/toserba, dan jasa komersial
 Kegiatan industri hilir (pendukung)
 Fasilitas pendidikan/kesehatan yang dikelola perorangan atau unit usaha.
 Hiburan/rekreasi dan pariwisata, dan sebagainya.


B. Tahap Pelaksanaan dan Indikasi Program Pelaksanaan
a) Pembangunan Tahap I (2011 - 2020)
Tahap pelaksanaan pembangunan I dapat dikatakan sebagai tahap persiapan, untuk
memberikan dasar-dasar bagi tahap pembangunan selanjutnya. Yang harus dilakukan pada
tahap ini lebih mengarah pada persiapan untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam
rencana kota ini. Hal tersebut dapat dimulai dengan mengesahkan RTRW Kota Lhokseumawe
menjadi Qanun Kota Lhokseumawe sehingga mempunyai kekuatan hukum untuk dilaksanakan,
serta

mempersiapkan

kebijaksanaan-kebijaksanaan

khusus,

misalnya

menyangkut

pengendalian penggunaan tanah dalam bentuk kebijaksanaan pemberian IMB, Advice Planning,

dan lain-lain. Tahapan berikutnya dilanjutkan dengan mempersiapkan rencana kota pada tahap
yang lebih lanjut, yakni berupa Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) dan Rencana Teknik
Ruang Kota (RTRK). Sejalan dengan progam tersebut, dilaksanakan pembangunan fisik yang
merupakan pelaksanaan rencana teknis tersebut.

3-5

RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021

3.1.3 . Arahan Wilayah Pengembangan Strategis
Dalam UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengatur mengenai muatan dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW). Salah satunya muatan yang diatur adalah penetapan kawasan dan arahan
pengembangan wilayah strategis. Kawasan strategis yang dimaksud adalah kawasan yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam lingkup wilayah.
Kriteria penetapan kawasan strategis mengacu pada PP No.26 tahun 2008 tentang RTRWN sebagaimana
dijelaskan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Kriteria Penetapan Kawasan Strategis

No.

1.

2.

Sudut Kepentingan
Kawasan Strategis
Pertahanan dan
keamanan

Kriteria

a. diperuntukan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara
berdasarkan geostrategi nasional;
b. diperuntukan bagi basisi militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan
amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem
persenjataan, dan/atau kawasa industri sistem pertahanan; atau
c. merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk termasuk pulau-pulau kecil
terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.


Pertumbuhan
ekonomi

a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;
b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
kabupaten;
c. memiliki potensi ekspor;
d. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
e. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
f. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan kabupaten dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan kabupaten;
g. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka
mewujudkan ketahanan energi kabupaten; atau

3.

Sosial dan budaya

h. ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.
a. merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya
kabupaten;
b. merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa;
c. merupakan aset kabupaten atau interkabupaten yang harus dilindungi dan
dilestarikan;
d. merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya kabupaten;
e. memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau
f. memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala kabupaten.

4.

Pendayagunaan
sumber daya alam

a. diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis kabupaten, pengembangan

3-6

RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021

No.

Sudut Kepentingan
Kawasan Strategis
dan/atau teknologi

Kriteria
antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;

tinggi; dan/atau
b. memiliki sumber daya alam strategis kabupaten;
c. berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa;
d. berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau
e. berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
5.

Fungsi dan daya
dukung lingkungan
hidup

a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
b. merupakan aset kabupaten berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi
perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau
diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
c. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang menimbulkan kerugian negara;
d. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
e. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;
f. rawan bencana alam kabupaten; atau
g. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas
terhadap kelangsungan kehidupan.

Sumber : PP No. 26 Tahun 2008

Kawasan Strategis Nasional ditetapkan dengan PP No.26 Tahun 2008 tentang RTRWN. Kawasan
Strategis Nasional yang terdapat dalam wilayah Kota Lhokseumawe adalah Kawasan Industri
Lhokseumawe (KIL). Penetapan kawasan strategis ini didasarkan pada sudut kepentingan pertumbuhan
ekonomi.
Kawasan strategis yang berada di Kota Lhokseumawe terdiri dari Kawasan Strategis Nasional yang
ditetapkan dalam RTRWN, Kawasan Strategis Provinsi yang ditetapkan dalam RTRW Aceh dan Kawasan
Strategis Kota yang ditetapkan dalam RTRW Kota Lhokseumawe. Lebih jelas dapat dijelaskan pada Tabel
3.2 berikut :

3-7

RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021

Tabel 3.2
Penetapan Kawasan Strategis Di Kota Lhokseumawe
No.

Sudut Kepentingan
Kawasan Strategis

A.

Kawasan Strategis Nasional

1.

Pertumbuhan Ekonomi

B.

Kawasan Strategis Provinsi

1.

Pertumbuhan Ekonomi

Kawasan Strategis
Di Kota Lhokseumawe

Kawasan Industri Lhokseumawe

Kawasan Koridor Banda Aceh-LhokseumaweLangsa-Kuala Simpang

C.

Kawasan Strategis Kota

1.

Pertumbuhan Ekonomi

a. Kawasan Perdagangan Cunda
b. Kawasan Industri Sedang
c. Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pusong
d. Kawasan Wisata Pantai Pulau Semadu, Ujong Blang, Pulau
Darut dan KP3;
e. Kawasan Wisata Krueng Cunda
f. Kawasan Perkantoran
g. Kawasan Permukiman Blang Crum
h. Kawasan Koridor Jalan Elak

2.

Fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup

a. Kawasan Rawan Bencana Abrasi Pantai
b. Kawasan Waduk (Reservoir)

Sumber : PP No. 26 Tahun 2008

3.1.4 . Arahan Rencana Pembangunan Daerah
A. Kawasan Strategis Provinsi

3-8

RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021

Kawasan Strategis Provinsi ditetapkan dalam RTRW Provinsi Aceh. Kawasan Strategis Provinsi yang
terdapat dalam wilayah Kota Lhokseumawe adalah Koridor Banda Aceh-Lhokseumawe-Langsa-Kuala
Simpang. Penetapan kawasan strategis ini didasarkan pada sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi.
Kawasan Strategis Koridor Banda Aceh-Lhokseumawe-Langsa-Kuala Simpang ditetapkan karena
memiliki sektor unggulan sehingga perlu didorong pertumbuhan ekonominya dan pertumbuhan
ekonomi selayaknya dikendalikan agar tidak turun kinerja kawasannya. Kawasan strategis provinsi ini
dalam wilayah Kota Lhokseumawe terletak di sepanjang koridor Jalan Arteri Banda Aceh-Medan dimulai
dari perbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara di Kecamatan Muara Satu hingga perbatasan dengan
Kabupaten Aceh Utara di Kecamatan Blang Mangat.

B. Kawasan Strategis Kota
Kawasan Strategis Kota ditetapkan dalam RTRW Kota Lhokseumawe. Kawasan Strategis Kota yang
ditetapkan berdasarkan pada sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi adalah Kawasan Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) Pusong, Kawasan Wisata Pantai Ujong Blang, Kawasan Wisata Pantai Pulau
Semadu, dan Kawasan Perdagangan Cunda. Sedangakan penetapan Kawasan Strategis Kota yang
ditetapkan berdasarkan pada sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup adalah
Kawasan Pantai Kota.

B.1 Kawasan Strategis Pengembangan Kota Lhokseumawe
1.

Kawasan Perdagangan Cunda
Kawasan Cunda yang berada di Kecamatan Muara Dua direncanakan sebagai pusat
perdagangan yang dapat melayani Kota Lhokseumawe maupun wilayah sekitarnya. Terdapat
beberapa permasalahan yang perlu ditangani, antara lain pemanfaatan lahan yang belum
optimal, percampuran sirkulasi pergerakan kendaraan dan orang, lahan perparkiran yang
belum memadai. Dengan demikian diperlukan penataan kawasan tersebut sehingga dapat
berfungsi sebagai mana yang direncanakan.

2.

Kawasan Industri Menegah
Kawasan Industri Menegah ini terdapat di Jeulikat, Kecamatan Blang Mangat. Kawasa ini
direncanakan sebagai pusat kegiatan industri pengolahan dalam skala menengah. Penyediaan
ruang bagi kegiatan industri ini adalah untuk pengembangan industri pengolahan pertanian,
perkebunan, dan peternakan yang cukup potensial dengan dukungan dari wilayah sekitarnya
sebagai penyedia bahan baku.

3.

Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pusong

3-9

RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021

Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Pusong direncanakan untuk dikembangkan agar
menjadi kawasan perikanan yang maju di Kota Lhokseumawe. Kawasan PPI Pusong ini
dilengkapi dengan dermaga, tempat pendinginan (coldstorage) dan sarana pendukung lainnya.
Kegiatan lain yang dekat dan terkait dengan Kawasan PPI Pusong yaitu adanya kawasan
permukiman nelayan, dan kawasan perdagangan.
4.

Kawasan Wisata Pantai
a.

Kawasan Wisata Pantai Pulau Semadu
Kawasan Wisata Pantai di Pulau Semadu merupakan salah satu objek wisata pantai yang
potensial untuk dikembangkan. Kawasan pantai ini telah lama menjadi kawasan wisata
pantai, akan tetapi memiliki prasarana dan sarana yang memadai. Dengan demikian
diperlukan adanya penataan terhadap kawasan ini. Diharapkan dengan tertatanya
kawasan ini dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah dan menjadi
objek wisata unggulan di Kota Lhokseumawe.

b.

Kawasan Wisata Pantai Ujong Blang
Kawasan Wisata Pantai di Ujong Blang direncanakan menjadi kawasan wisata yang dapat
memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah. Kawasan pantai ini telah lama
menjadi kawasan wisata pantai, akan tetapi dalam perkembangannya saat ini diperlukan
penataan kembali. Dengan adanya penataan kembali kawasan pantai di Ujong Blang ini
diharapkan dapat menjadi salah satu objek wisata pantai yang dapat dinikmati baik oleh
masyarakat Kota Lhokseumawe maupun masyarakat sekitarnya.

c.

Kawasan Wisata Pantai KP3
Kawasan Wisata Pantai di Pulau Semadu merupakan salah satu objek wisata pantai yang
potensial untuk dikembangkan. Kawasan pantai ini telah lama menjadi kawasan wisata
pantai, akan tetapi memiliki prasarana dan sarana yang memadai. Dengan demikian
diperlukan adanya penataan terhadap kawasan ini. Diharapkan dengan tertatanya
kawasan ini dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah dan menjadi
objek wisata unggulan di Kota Lhokseumawe.

d.

Kawasan Wisata Krueng Cunda
Kawasan Kreung Cunda yang berada di Kecamatan Banda Sakti dan Muara Dua. Kawasan
ini direncanakan sebagai kawasan wisata sungai yang meliputi penataan objek kawasan
sekitar Kreung Cunda. Selain objek wisata, dikembangkan pula atraksi/kegiatan wisata
yang memanfaatkan kondisi lingkungan serta wisata kuliner/makanan.

3 - 10

RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021

e.

Kawasan Koridor Jalan Elak
Kawasan Koridor Jalan Elak ini merupakan kawasan yang memiliki potensi untuk
berkembang. Fungsi Jalan Elak ini sebagai Jalan Kolektor 1 cukup strategis untuk
pengembangan Kota Lhokseumawe. Kawasan Koridor Jalan Elak ini dikembangkan sebagai
kawasan perdagangan Kota Lhokseumawe.

f.

Kawasan Perkantoran Banda Sakti
Kawasan Perkantoran Banda Sakti merupakan kawasan yang pengembangan kegiatan
perkantoran Kota Lhokseumawe. Kawasan ini berada di daerah Mon Geudong, Kecamatan
Banda Sakti. Untuk memenuhi kebutuhan untuk kegiatan perkantoran cukup mendesak,
maka kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan strategis.

5.

Kawasan Permukiman Baru
Untuk memenuhi kebutuhan permukiman Kota Lhokseumawe pada masa yang akan datang,
maka diperlukan ruang untuk pengembangan permukiman. Kecamatan Banda Sakti sebagai
pusat Kota Lhokseumawe saat ini tidak memungkinkan lagi untuk menampung kebutuhan
ruang untuk pengembangan permukiman. Wilayah lain yang cukup potensial untuk di
kembangkan sebagai lahan permukiman salah satunya adalah di daerah Blang Crum,
Kecamatan Muara Dua.

B.2 Kawasan Strategis Pengembangan dari Sudut Kepentingan Daya Dukung Lingkungan
Hidup

1.

Kawasan Rawan Abrasi Pantai Kota
Kawasan pantai yang berada di sepanjang Kota Lhokseumawe merupakan kawasan yang rawan
terhadap bencana abrasi. Dengan demikian memerlukan penanganan segera dan terencanakan.
Walaupun saat ini telah dibangun tanggul penahan ombak, akan tetapi tidak dapat
mempertahankan kondisi lahan pantai, sehingga dapat mengurangi luas wilayah Kota
Lhokseumawe. Selain itu perlu diperhatikan pula dengan adanya kegiatan masyarakat yang
bermatapencaharian sebagai nelayan dan kegiatan wisata pantai.

2.

Kawasan Waduk (Reservoir)
Kawasan waduk (reservoir) berada di Kecamatan Banda Sakti. Fungsi waduk (reservoir) ini adalah
sebagai pengendali banjir yang terintegrasi dengan jaringan drainase di Kota Lhokseumawe.
Untuk mempertahankan fungsi waduk (reservoir) dalam menjaga keberlangsungan kondisi
lingkungan di Kota Lhokseumawe, maka perlu adanya penanganan yang terencanakan dan
berkelanjutan. Selain itu perlu diperhatikan pula adanya kegiatan masyarakat yang berwisata di
kawasan waduk (reservoir) ini.

3 - 11

RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021

3.2 . Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya
i. Visi dan Misi Pengembangan Kawasan Permukiman
ii. Rencana Pembanguanan dan Pengembangan Kawasan Permukiman kabupaten/kota
Penyelenggaraan RKP tidak dapat dipisahkan dari kebijakan pengembangan dan pembangunan
kabupaten/kota secara keseluruhan. Berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, tiap kabupaten/kota diamanatkan memiliki dokumen
perencanaan pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
yang kemudian diterjemahkan dalam rencana 5 (lima) tahunan di dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD). Selain itu dari sisi ruang, UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
mengamanatkan tiap kabupaten/kota memiliki dokumen rencana tata ruang yang tertuang dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota berikut dengan rencana rincinya. Dalam bidang
permukiman dan infrastruktur perkotaan, SPPIP/RP2KP merupakan strategi yang dapat digunakan sebagai
acuan bagi pembangunan permukiman dengan tetap mengacu dan terintegrasi dengan arah
pembangunan.
Agar penanganan permukiman kumuh menjadi prioritas pembangunan di perkotaan, maka disusun
rencana-rencana aksi dalam hal ini diantaranya adalah muatan dalam dokumen RKP. Untuk mewujudkan
rencana pembangunan permukiman kumuh di perkotaan yang terencana, menyeluruh, terpadu dan
berkelanjutan maka dari itu dokuman RKP yang disusun harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten/Kota. Mengacu pada amanah UU No. 26 Tahun2007 tentang penataan Ruang, RTRW
merupakan alat pengaturan pengendalian dan pengarahan pemanfaatan ruang di wilayah
Kabupaten/kota. Oleh karena itu RTRW merupakan amanah acuan spasial terutama dalam perumusan
kebijakan pokok bagi arah pemanfaatan ruang dan sinergitasnya terhadap penyusunan rencana aksi
Penanganan

permukiman

kumuh.

Dokuman

RKP-KP

disusun

dengan

mensinergikan

semua

kegiatan/dokumen perencanaan kawasan kumuh perkotaan yang disusun melalui fasilitas kegiatan keCipta Karya-an maupun kegiatan/dokumen perencanaan yang disusun melalui fasilitasi pemerintah
daerah sendiri. Kedudukan RKP dalam rencana pembangunan dipahami sebagai berikut :
 RKP adalah produk Pemerintah Kabupaten/Kota
 RKP bersumber dari produk hukum yang yang berlaku pada kabupaten/kota

3 - 12

RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021

iii. Penetapan Kawasan Permukiman Proiritas
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penilaian lokasi menurut indikator kekumuhan dan penentuan skala
prioritas penanganan serta diskusi bersama team pokjanis menghasilkan kesepakatan bahwa 11 kawasan
(gampong) akan dikeluarkan dari Surat Keputusan (SK) Walikota Tahun 2014 tentang penetapan lokasi
perumahan dan permukiman kumuh.

3.2.2

Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM)
A. Rencana Sistem Pelayanan
Rencana Pengembangan SPAM
Berdasarkan analisa peta-peta di atas, maka dalam rencana system pengembangan penyediaan air
bersih di Kota Lhokseumawe harus memperhatikan lokasi sumber mata air yang ada, sistem jaringan
pipa eksisting yaitu pipa PDAM beserta dengan sumur pompanya, jumlah penduduk yang
bersangkutan, dan keadaan topografi Kota Lhokseumawe. Lokasi sumber mata air di Kota
Lhokseumawe berdasarkan hasil survey tahun 2015 yang berjumlah 8 sumber tidak semuanya
dimanfaatkan karena arahan sistem penyediaan air bersih nantinya menggunakan sistem pengambilan
air sumber secara gravitasi. Sistem gravitasi ini digunakan sehubungan dengan permasalahan biaya
operasional yang cukup tinggi. Apalagi pada saat ini kondisi Perusahaan Daerah Air Minum sebagai
lembaga pengelola pemenuh kebutuhan akan air bersih (air minum) penduduk Kota Lhokseumawe
mengalami defisit anggaran karena tingginya biaya pembuatan dan perawatan sumur pompa yang saat
ini kondisinya sudah banyak yang tidak berfungsi dan bahkan beberapa diantaranya yang masih aktif
sudah banyak yang mengalami pendangkalan sumur (debit air berkurang). Pemilihan sistem gravitasi
dipilih juga karena alas an kondisi topografi Kota Lhokseumawe yang relatif datar (tidak bergelombang)
dari utara ke selatan. Dengan adanya data dan fakta di atas, maka dalam pembuatan rencana sistem
pengembangan penyediaan air bersih Kota Lhokseumawe untuk mengatasi permasalahan kebutuhan
air yang semakin bertambah akan dipetakan menjadi 3 (tiga) sistem pengembangan, dengan alasan
cukup efektif dan efisien dalam membantu penyediaan dan pendistribusian air bersih kepada
penduduk yang belum terjangkau air bersih. Selain itu, pembagian sistem pengembangan penyediaan
air bersih juga didasarkan atas 3 (tiga) pembagian wilayah pendistribusian air PDAM, yakni
pendistribusian wilayah barat, tengah, dan timur. Sistem pengembangan penyediaan air bersih ini
nantinya akan dibuatkan suatu sarana bangunan fisik yang berfungsi sebagai bak penampung air
sumber yang rencananya akan diletakkan pada posisi elevasi terendah dari sistem tersebut. Kemudian
dengan adanya air tampungan tersebut dapat didistribusikan kepada penduduk yang berada di daerah
hilir dari bak penampung.

3 - 13

RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021

Hal ini dilakukan sebagai langkah awal dalam memenuhi kekurangan air penduduk yang sudah maupun
yang belum/bukan menjadi pelanggan PDAM. Untuk sistem pengembangan penyediaan air bersih
lainnya akan dilakukan hal yang sama dalam hal pemanfaatan dan pendistribusiannya. Adapun
penjelasan mengenai 3 (tiga) sistem pengembangan penyediaan air bersih Kota Lhokseumawe akan
diuraikan sebagai berikut:
A. Sistem Pengembangan Penyediaan Air Bersih 1
Dalam sistem pengembangan penyediaan air bersih 1 ini, sumber air yang dimanfaatkan yaitu
:


Sumber air Kr. peusangan (Q = 100 lt/dt ; elevasi = 28 m dpl)



Sumber air Kr. mane (Q = 50,6 lt/dt ; elevasi = 26 m dpl)

Dari kedua sumber mata air diatas, maka posisi bak penampung (Bak Penampung 1) akan
diletakkan di sumber mata air sebagai sumber mata air dengan elevasi paling rendah. Apabila
kapasitas debit kelima sumber mata air tersebut dikumpulkan menjadi satu di Bak Penampung
1/Tampungan, maka debit yang diperoleh sebesar 65,2 lt/dt. Debit akumulasi tersebut,
nantinya akan digunakan sebesar 80 % saja atau sekitar 52,16 lt/dt dengan alasan pengaruh
kehilangan air selama proses pengumpulan dan tentunya tidak mungkin menggunakan
sumber air 100 % atau sepenuhnya. Dengan adanya tampungan ini, debit yang ada dapat
membantu kekurangan suplei air di wilayah sebagian Kelurahan , Kelurahan.
B. Sistem Pengembangan Penyediaan Air Bersih 2
Sistem pengembangan penyediaan air bersih 2 ini, sumber mata air yang dimanfaatkan yaitu
:


Sumber air Kr. keuresek (Q = 32,2 lt/dt ; elevasi = 32 m dpl)



Sumber air Lhok Gajah (Q = 22.1 lt/dt ; elevasi = 45 m dpl)



Sumber air Seuneubok (Q = 14,2 lt/dt ; elevasi = 22,8 m dpl)



Sumber air Jeulekat (Q = 21,6 l/dt ; elevasi = 33,6 m dpl)

Dari sumber mata air yang ada pada sistem ini, maka posisi bak penampung (Bak Penampung
2) akan diletakkan di hilir sumber mata air jelekat sebagai sumber mata air dengan elevasi
paling rendah, yaitu secara administratif terletak di wilayah .Kota Lhokseumawe Apabila
kapasitas debit kelima sumber mata air tersebut dikumpulkan menjadi satu di Bak
Penampung 2/Tampungan, maka debit yang diperoleh sebesar ebit akumulasi tersebut,
nantinya juga akan digunakan sebesar 80 % saja atau sekitar sitas debit yang terkumpul di
Bak Penampung 2, akan mambantu pendistribusian air pada wilayah Kecamatan Muara Dua
dan blang Mangat.

3 - 14

RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021

C.

Rencana Pengembangan Air Bersih Kota Lhokseumawe
Proyeksi kebutuhan air minum hingga akhir tahun perencanaan (2027) dapat dihitung sebagai
berikut :
Kebutuhan Rumah Tangga : 1.280 lt/dt
Kebutuhan Komersial/Perkantoran : 256 lt/dt
Kebutuhan Industri : 256 lt/dt
Kebutuhan Hidran/Kran Umum : 128 lt/dt
Asumsi Tingkat Kebocoran 15% : 192 lt/dt
Total Kebutuhan Air bersih Kota Lhokseumawe 2027 adalah = 2112 lt/dt
Distribusi air bersih direncanakan menggunakan sistem perpipaan bercabang, dimana pipa
jaringan primer dengan diameter 400 mm/18 inch ditanam di sepanjang jalan utama kota dan
jalan utama lingkungan, dan jaringan pipa sekunder dengan diameter 200 mm – 250 mm
ditanam disepanjang jalan lokal, sedangkan pipa yang menuju ke rumah-rumah berdiameter
100 mm – 175 mm. Seluruh wilayah Kota Lhokseumawe diprioritaskan untuk pengembangan
jaringan air minum ini karena seluruh wilayah Kota Lhokseumawe tidak memiliki sumber air
permukaan dan sumur dangkal yang kualitas airnya memenuhi syarat kesehatan untuk
dikonsumsi. Ada wacana untuk membangun WTP untuk memenuhi kebutuhan air minum
Kota Lhokseumwe.

i.

Rencana Penurunan Kebocoran Air Minum
Disamping memenuhi kebutuhan air untuk rumah tangga perusahaan air minum biasanya juga
melayani kebutuhan untuk non rumah tangga. Kebutuhan non rumah tangga atau non domestik
adalah kebutuhan yang selain untuk keperluan rumah tangga dan sambungan kran umum, seperti
penyediaan air untuk sarana sosial, tempat ibadah, sekolah, rumah sakit, asrama dan juga untuk
keperluan komersial, seperti industri, hotel, perdagangan, pelabuhan, serta untuk pelayanan jasa
umum. Untuk kota kecil dan sedang konsumsi air untuk keperluan non domestik tidak seberapa besar
namun pada kota-kota besar kebutuhan air untuk keperluan ini dapat mencapai 30 % dari kebutuhan
domestik.
Pada sebuah sistem penyediaan air bersih tidak dapat lepas dari adanya kehilangan air. Secara umum
kehilangan air yang terjadi pada sistem penyediaan air bersih dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu
:
1.

Kehilangan air akibat faktor teknis, misalnya :
 Adanya lubang atau celah pada pipa atau pada sambungannya
 Pipa pada jaringan distribusi pecah

3 - 15

RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021

 Meter yang dipasang pada pipa konsumen kurang baik
 Kehilangan air pada instalasi pengolahan.
 Pemasangan perpipaan di rumah konsumen yang kurang baik, dan lain-lain
2.

Kehilangan air akibat faktor non teknis, misalnya :
 Kesalahan membaca meter air
 Kesalahan dalam penjumlahan atau pengurangan data
 Kesalahan pencatatan hasil pembacaan meter air
 Pencurian air atau pemasangan sambungan liar
 Kesalahan pembuatan rekening air, dan lain-lain

Untuk mengatasi permasalahan kebocoran yang terjadi saat ini maka dengan ini PDAM akan
merencanakan beberpa strategi perencanaan penurunan kebocoran yang ada di Kota Lhokseumawe
diantaranya :
A. Strategi Aspek Teknis :
1. Program Rncana Penurunan Kebocoran mencakup :
Pendeteksian kebocoran air secara lebih efektif.
Pengelolaan tekanan air dan pengendalian level tekanan air.
Membenahi sistem, dengan pemeliharaan, penggantian dan rehabilitasi.
Meningkatkan kecepatan dalam merespon laporan untuk perbaikan kebocoran pipa.
Penataan kembali wilayah pelayanan dan membaginya kedalam beberapa sub-zona
pelayanan.
Pengujian meter-meter air pada unit sambungan pelanggan.
Membenahi cara perekatan atau pemasangan meter air.
Penggantian meter air.
Memperbaiki cara pembacaan meter air.
Mengidentifikasi lokasi-lokasi sambungan liar.
Pemetaan atas sistem pelayanan air minum untuk aspek teknis dan nonteknis
Melaksanakan survey khusus pendeteksian kebocoran dan tekanan air pada sistem jaringan
perpipaan, baik yang berupa kebocoran karena pipa pecah, retak, maupun rembasan dari
sambungan pipa.
Pengadaan Leak detector sebagai alat pendeteksi kebocoran yang akurat.
Konsolidasi Sumber Daya yang Dimiliki.
Mendorong Partisipasi Masyarakat Pelanggan.
Pemberian ‘Reward and Punishment.
Monitoring & Evaluasi Kinerja Sistem.

3 - 16

RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021

Tim Khusus Penurunan NRW memiliki kewajiban menyusun Laporan Pelaksanaan kegiatan,
yang selanjutnya didistribusikan kepada pihak terkait yang berkepentingan, baik di
lingkungan internal maupun eksternal

2. Program Rncana Penurunan Kebocoran dan Kerugian yang Jelas mencakup 5 Komponen :

Menurunkan kesalahan pada meter air (meter error), dengan cara pengujian,
perekatan yang baik, dan penggantiannya.
Menurunkan kesalahan oleh manusia (human error), dengan cara pelatihan,
standarisasi, pelaporan dan auditing.
Menurunkan kesalahan oleh komputer (computer error), dengan cara auditing,
checking, analisa rutin, upgrade.
Menurunkan pencurian air, dengan cara pendidikan, tindakan hukum, tindakan
prabayar, pembatasan tekanan, dan pengendalian aliran.
Penurunan tingkat kebocoran di sistem distribusi menjadi sebesar 15% untuk
peningkatan cakupan pelayanan Kota Lhokseumawe sebesar 85% sesuai dengan
target SDG’s.
B. Strategi Aspek Kebijakan :
Pengukuran pada produksi dan konsumsi harus rutin dilakukan sepenuhnya.
Semua unit meter air pada instalasi produksi, harus dikalibrasi sekurang-kurang
sekali dalam satu bulan.
Seluruh meter air yang ada di setiap unit pelanggan domestik, harus diganti setiap 7
(tujuh) tahun sekali, dan untuk unit. pelanggan industri masa penggantiannya 4 (empat)
tahun sekali.
Seluruh sistem jaringan pipa distribusi, sekurang-kurangnya setahun sekali harus
dilakukan pengecekan kebocoran.
Seluruh wilayah pelayanan yang ada dan yang direncanakan, harus merupakan zona-zona
pelayanan yang dapat diisolasi sepenuhnya untuk dapat dimonitor dengan baik apabila
terjadi kebocoran pipa atau pencurian air.
Setiap kilometer segmen pipa distribusi, apabila mengalami pecah atau retak atau bocor,
sebanyak 3 (tiga) kali dalam setahun, maka segmen pipam tersebut harus diganti dengan
pipa baru.

3 - 17

RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021

Unit-unit Sambungan Rumah (SR) dibuat dari bahan yang tahan karat, tidak mudah pecah
dan sulit direkayasa oleh orang-orang yang bukan ahlinya. Untuk itu perlu dilakukan
pengecekan berkala oleh petugas PDAM pada SR.

C. Strategi Aspek Kebijakan :
Analisis manajemen pembiayaan dilakukan terhadap kemauan dan kemampuan membayar
(willingness and ability to pay) masyarakat Kota Mataram terhadap pelayanan PDAM.Untuk
selanjutnya dibuat skema pembiayaan, sehingga dapat bersifat berkelanjutan dengan
efisiensi biaya yang optimal.

3.2.3 . Strategi Sanitasi Kota (SSK)
i. Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi
Tujuan, Sasaran dan Strategi Sanitasi
Tujuan strategis merupakan penjabaran atau implementasi pernyataan misi yang akan dicapai atau
dihasilkan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun mendatang. Dengan diformulasikannya tujuan strategis
ini maka Kota Lhokseumawe dapat secara tepat mengetahui arahan untuk mencapai visi dan misi
dengan mempertimbangkan sumber daya daerah dan kemampuan yang dimiliki secara aktual maupun
potensial. Untuk mendukung pencapaian tujuan maka ditetapkan sasaran sesuai dengan misi sebagai
berikut:
1. Tujuan misi pertama adalah Mewujudkan Tata Kelola dan Kualitas Pemerintahan Daerah yang
Baik, dengan sasaran sebagai berikut :
1) Terwujudnya implementasi UUPA secara cepat dan akurat melalui implementasi berbagai
turunan UUPA yang mengikat dalam upaya pencapaian keutuhan, perdamaian abadi dan
percepatan pembangunan yang berkelanjutan;
2) Terwujudnya penyelenggaraan pemerintah yang bermartabat, baik, bersih dan amanah serta
bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme, dengan mengedepankan kualitas kerja dan
profesionalisme;
3) Terwujudnya birokrasi yang kuat melalui mengoptimalkan pelayanan publik, menjaga
kelangsungan pembangunan yang berkelanjutan serta tersedianya ruang dialog publik yang
bebas dan bertanggung jawab serta peningkatan peran serta dan partisipasi masyarakat sipil
dalam kehidupan politik dan kegiatan pembangunan;

3 - 18

RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021

4) Terciptanya tata kelola pemerintahan yang tertib sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dengan penguatan sistem kelembagaan yang memiliki nilai-nilai demokrasi yang diitik-beratkan
kepada prinsip-prinsip trnsparansi, akuntabilitas, non-diskriminasi dan kemitraan;
5) Terciptanya kemandirian keuangan daerah untuk peningkatan pembangunan dan kesejateraan
masyarakat.
2. Tujuan misi kedua adalah Mewujudkan nilai-nilai budaya Aceh dan nilai-nilai Dinul Islam di semua
sektor kehidupan masyarakat, dengan sasaran sebagai berikut :
1) Meningkatkan pemahaman dan penghayatan masyarakat terhadap sejarah Aceh sebagai nilai
budaya dalam tatanan kehidupan;
2) Terwujudnya masyarakat Kota Lhokseumawe yang berkualitas dan memiliki karakter islami;
3) Meningkatnya pemahaman, penghayatan, pengamalan dan ketaatan masyarakat serta
aparatur pemerintah terhadap pelaksanaan nilai-nilai Dinul Islam;
3. Tujuan misi ketiga memiliki dua poin diantaranya adalah Memperkuat struktur ekonomi,
ketahanan pangan dan penanggulangan kemiskinan, dengan sasaran sebagai berikut :
1) Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif serta
terwujudnya sektor pertanian, industri, perdagangan dan pariwisata menjadi basis aktivitas
ekonomi yang dikelola secara efisien sehingga menghasilkan komoditas unggulan yang
berkualitas;
2) Meningkatnya kesejahteraan sosial bagi seluruh lapisan masyarakat;
3) Menurunnya angka kemiskinan absolut dengan perbaikan pendapatan dan pemberdayaan
kemandirian masyarakat melalui perluasan lapangan usaha;
4) Meningkatnya luasan areal baru lahan pertanian, perikanan dan peternakan serta
produktivitasnya;
5) Meningkatnya Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat dengan penyediaan fasilitas
usaha mikro;
6) Meningkatnya pemulihan dan pertumbuhan sosial ekonomi;
7) Pengembangan sektor pertanian berbasis komoditi unggulan sesuai dengan sumber daya
alam dan agro ekosistem wilayah.
Mewujudkan wisata yang berkonsep islami di semua sektor pariwisata, dengan sasaran sebagai
berikut :
1) Meningkatkan perekonomian masyarakat dan meningkatkan PAD daerah melalui sektor
pariwisata.

3 - 19

RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021

4. Tujuan misi keempat memiliki dua poin diantaranya adalah Meningkatkan kualitas Pendidikan dan
sumber daya manusia yang sesuai dengan nilai-nilai azas keislaman, dengan sasaran sebagai
berikut :
1) Terwujudnya pendidikan yang berkualitas pada pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan dayah dan pendidikan tinggi dalam menjawab tantangan global dan kebutuhan
ketenagakerjaan;
2) Terwujudnya pemerataan kesempatan belajar seluruh lapisan masyarakat;
3) Terwujudnya pengembangan mutu dan pembinaan layanan pendidikan yang berkualitas;
4) Mewujudkan Kota Lhoksemawe sebagai pusat pendidikan;
5) Terciptanya SDM pada bidang Pemuda dan Olahraga.
Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Kota Lhokseumawe, dengan sasaran sebagai berikut :
1) Mewujudkan Kota Lhoksemawe sebagai pusat kesehatan;
2) Terwujudnya layanan kesehatan yang berkualitas;
3) Terwujudnya kesehatan masyarakat yang optimal.
5. Tujuan misi kelima memiliki dua poin diantaranya adalah Mewujudkan integrasi infrastruktur dan
energi untuk meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan, dengan sasaran sebagai berikut :
1) Terciptanya integrasi infrastruktur di berbagai sektor pembangunan secara berkelanjutan
melalui pemanfaatan tata ruang dan dokumen perencanaan yang telah ditetapkan serta
sesuai dengan kebutuhan, manfaat, potensi dan daya dukung lingkungan yang terpadu;
2) Terciptanya manajemen pelayanan pembangunan.

3.2.4 . Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
i. Program Pembangunan dan Lingkungan
A. Konsep Struktur Tata Bangunan
Konsep pembentukan struktur tata bangunan adalah sebagai berikut:
Melestarikan bangunan yang bernilai sejarah.
Peningkatan kualitas bangunan melalui peningkatan kualitas visual, penataan bentuk dan
posisi massa bangunan, pengaturan pola perpetakan, menambahkan elemen pada bangunan
sebagai bagian untuk mewujudkan citra kawasan, dan lain sebagainya.
Mengatur kesan tata ruang bangunan yang meliputi pengaturan terhadap KDB, KLB, GSB,
ketinggian bangunan, ketinggian elevasi/ peil bangunan, serta orientasi bangunan.
Desain ulang dilakukan terhadap bangunan - bangunan yang tidak sesuai dengan skenario
dan konsep perencanaan dan lingkungan sekitarnya. Konsep desain ulang diberikan dalam
bentuk rekomendasi untuk menyesuaikan desain bangunan dengan kondisi bangunan
sekitarnya, sehingga menciptakan kesatuan morfologi dan tema kawasan.

3 - 20

RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021

B. Konsep Struktur Tata Lingkungan
Konsep struktur tata lingkungan adalah sebagai berikut :
Menjaga nilai-nilai norma ke islaman dan kelestarian adat serta budaya setempat.
Tetap menjaga kelestarian dan kualitas lingkungan.
Garis sempadan bangunan mengikuti peraturan yang berlaku.
Menyediakan fasilitas untuk kepentingan masyarakat banyak (umum).

Untuk menjaga keseimbangan sumber daya air maka tiap rumah tangga diwajibkan membuat
sumur resapan air limbah.
Adanya pengelolaan sampah secara kolektif
Pembuangan limbah rumah tangga sebelum dibuang harus melalui proses yang memenuhi
syarat sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
Jalur-jalur hijau dan tempat-tempat larangan membangun yang ditetapkan dengan peraturan
daerah (qanun).
Mengelola kegiatan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diarahkan.

ii. Rencana Umum dan Panduan Rancangan
Panduan umum dan panduan rancangan merupakan ketentuan-ketentuan tata bangunan dan
lingkungan yang memuat rencana peruntukan lahan makro dan mikro, rencana perpetakan, rencana
tapak, rencana sIstem pergerakan, rencana aksesibilitas lingkungan, rencana prasarana dan sarana
lingkungan, rencana wujud visual bangunan, dan ruang terbuka hijau. Panduan rancangan didalam
pembahasan ini bersifat melengkapi dan menjelaskan secara rinci panduan umum yang telah
ditetapkan, meliputi ketentuan dasar implementasi rancangan dan prinsip-prinsip pengembangan
rancangan kawasan Perdagangan Cunda Kota Lhokseumawe. Rencana umum merupakan ketentuanketentuan rancangan tata bangunan dan lingkungan yang bersifat umum dalam mewujudkan
lingkungan kawasan perencanaan yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan. Kota
Lhokseumawe merupakan kumpulan berbagai jenis sarana dan prasarana kegiatan yang saling
berinteraksi dengan intensitas yang berbeda-beda, sesuai dengan karakteristik masing-masing. Sarana
dan prasarana kegiatan tersebut merupakan elemen kota yang tersebar di seluruh wilayah kota. Secara
umum sarana dan prasarana kegiatan dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :
a.

Fasilitas sosial budaya, meliputi :
Pendidikan
Kesehatan
Fasilitas umum dan lain-lain.

3 - 21

RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021

b.

Fasilitas sosial ekonomi, meliputi :
Perdagangan
Jasa
Perkantoran, dan lain-lain.

c.

Infrastruktur dan utilitas :
Jalan
Terminal
Air bersih
Drainase
Listrik
Telepon, dan lain-lain.

Untuk mencapai hubungan yang serasi dan harmonis antara elemen-elemen, terutama dalam
hubungannya dengan struktur ruang kota, maka penempatan elemen-elemen tersebut perlu diatur
dalam suatu pola yang didasarkan pada karakteristik tiap elemen serta tingkat hubungan masingmasing.

iii. Rencana Investasi
A. Prioritas Dan Rencana Investasi
Untuk mewujudkan tujuan pembangunan yang telah dirumuskan bagi pengembangan dan
penataan Kota Lhokseumawe, maka produk RTBL Kawasan Perdagangan Cunda ini diharapkan
dapat menghasilkan suatu rencana yang jelas dan realistis. Rencana yang dibuat harus dapat
dijabarkan dari program-program pembangunan menjadi proyek-proyek yang dapat dilaksanakan
dengan pertimbangan ketersediaan dana serta persiapan aparatur dan perundang-undangan. Pada
prinsipnya, penyusunan suatu rencana perlu disesuaikan dengan kemampuan serta keterbatasan
pelaksanaan dan pengelolaan pembangunan yang berkaitan dengan :
1.

Ketersediaan dana pembangunan

2.

Kemampuan aparatur pelaksana dan pengelolaan proyek pembangunan

3.

Tingkat kebutuhan penanganan ( tingkat kepentingan ) setiap masalah yang terjadi

4.

Ketersediaan waktu untuk menangani setiap masalah

Prioritas yang akan dilakukan pada penyusunan tahap pelaksanaan program pembangunan
akan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

3 - 22

RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021

Berdasarkan tingkat kepentingan/kebutuhan yang mendesak.
Memperhatikan sektor-sektor yang dianggap dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan penduduk.
Mempertimbangkan masalah-masalah yang harus segera ditangani dan antisipasi
terhadap masalah yang mungkin timbul.
Mempertimbangkan partisipasi dan aspirasi masyarakat serta keterkaitan pengusaha
swasta/investor untuk pengembangan suatu kegiatan tanpa bantuan, atau dengan
bantuan pemerintah.

Mempertimbangkan

sektor-sektor

kegiatan

kota

yang

mempunyai

tingkat

perkembangan tinggi.
Mempertimbangkan aspek efisiensi dan efektivitas pembangunan
Bagian ini memuat rincian tahapan dan program-program pembangunan yang akan diterapkan di
Kota Lhokseumawe berkenaan dengan penyusunan RTBL Kawasan Perdagangan Cunda.
Pelaksanaan program pembangunan ditentukan sesuai dengan skala prioritasnya, mengingat
adanya keterbatasan sumber dana pembangunan. Sesuai dengan pentahapan pelaksanaan, tiap
komponen RTBL Kawasan Perdagangan Cunda dijabarkan ke dalam bentuk indikasi program
pembangunan, lokasi, tahapan pelaksanaan, sumber dana, serta institusi pelaksana program
tersebut. Sesuai dengan sifatnya kegiatan yang lebih rinci dari rencana-rencana yang ada seperti
RTRW,

RDTR maka

indikasi program dijabarkan kedalam program tahunan

dengan

mempertimbangkan aspek-aspek teknis pelaksanaan dan pendanaannya. Komponen RTBL
Kawasan Perdagangan Cunda yang perwujudannya dijabarkan dalam bentuk indikasi program
pembangunan meliputi :
Program penataan bangunan
Program penataan lingkungan
B. Pembiayaan Pembangunan
Kebutuhan dana pembangunan pada dasarnya akan ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a.

Keterampilan Aparat (Human Skill)

b.

Pengendalian dan Pengawasan Operasional (Operational Function)

c.

Pertanggungjawaban (Responsibility and Accountability)

d.

Koordinasi Perencanaan (Planning Coordination).

Faktor keterampilan aparat dapat mewarnai dan membentuk prakarsa-prakarsa (inisiatif) untuk
mengembangkan dan meningkatkan sumber pendapatan daerah khususnya bagi pembiayaan
pembangunan. Bagaimanapun baiknya suatu rencana, apabila tidak didukung dengan

3 - 23

RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA LHOKSEUMAWE 2017 – 2021

keterampilan aparat yang tangguh, tanggap dan trengginas, disamping kejujuran yang memadai,
adalah kepastian peningkatan pendapatan yang terabaikan.
Berdasarkan hasil perkiraan diketahui bahwa dana yang dibutuhkan untuk membiayai rencana
atau program-program yang sudah disusun cukup besar, biaya ini merupakan hasil perhitungan
dari mulai tahap pra konstruksi berupa pembebasan lahan, pembersihan lahan, dan sebagainya;
tahap konstruksi yang merupakan tahap pelaksanaan atau pembangunan; serta tahap pasca
kontruksi berupa biaya operasional, pemeliharaan, dan sebagainya. Biaya pembangunan atau
pelaksanaan rencana tersebut dihitung berdasarkan masing-masing peruntukan. Untuk
menghasilkan angka perhitungan yang lebih rinci dapat dilakukan studi yang lebih detail untuk
masing-masing peruntukan.

C.

Sumber Pembiayaan Pembangunan
Disamping pembiayaan yang bersumber dari pemerintah daerah, maka dalam era otonomi daerah
ini perlu diusahakan dan ditingkatkan pembiayaan yang berasal dari pihak swasta dan swadaya
masyarakat. Pada dasarnya pembiayaan pembangunan dapat dilaksanakan dengan menggunakan
sumber-sumber pendanaan sebagai berikut :
1.

Pendapatan Asli Daerah, terdiri dari :
a)

Hasil pajak daerah;

b) Hasil retribusi daerah;
c)

Hasil perusahaan daerah milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan;

d) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
2.

Dana Perimbangan, yang terdiri dari:
a)

Bagian daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan dan penerimaan dari sumber daya alam;

b) Dana alokasi umum;
c)

Dana alokasi khusus.

3.

Pinjaman Daerah.

4.

Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Dari ketentuan tersebut di atas, maka pendapatan daerah itu dapat dibedakan ke dalam dua jenis
yaitu, pertama pendapatan asli daerah, kedua pendapatan non asli daerah. Kedua kompone