Analisis Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Puskesmas

2.1.1 Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
(Permenkes 75, 2014).
2.1.2 Tujuan Puskesmas
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang :
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
c. Hidup dalam lingkungan sehat dan
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.

2.1.3 Fungsi Puskesmas
Fungsi puskesmas ada tiga yaitu
a. Sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan masyarakat
di wilayah kerjanya melalui upaya menggerakkan lintas sektor dan dunia
usaha diwilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang

7
Universitas Sumatera Utara

8

berwawasan kesehatan, keaktifan memantau dan melaporkan dampak
kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan dan
mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
b. Pusat pemberdayaan masyarakat yang berupaya agar perorangan terutama
pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat memiliki kesadaran,
kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk
hidup sehat serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan dan memberikan bantuan yang bersifat

bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan
kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan
ketergantungan.
c. Pusat pelayanan kesehatan pertama yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan

tingkat

berkesinambungan

pertama
melalui

secara
pelayanan

menyeluruh,
kesehatan

terpadu,


dan

perorangan

dan

pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang diberikan
puskemas adalah pelayanan kesehatan menyeluruh yang meliputi
pelayanan promotif (peningkatan kesehatan), preventif (pencegahan),
kuratif (pengobatan), rehabilitatif (pemulihan kesehatan ). Upaya
kesehatan masyarakat esensial berdasarkan Permenkes 75 tahun 2014
ialah pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan,
pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana, pelayanan gizi
dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Setiap puskesmas

Universitas Sumatera Utara

9


harus menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat esensial tersebut
untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten atau
kota bidang kesehatan.
2.2

Diare

2.2.1

Pengertian Diare
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan

konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih
sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Ditjen PP&PL,
Kemenkes RI, 2011).
2.2.2 Penyebab Diare
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan
besar yaitu infeksi (disebabkan oleh

bakteri, virus atau infestasi parasit),


malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya.
Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare
yang disebabkan infeksi dan keracunan (Kemenkes RI, 2011).
2.2.3 Jenis-Jenis Diare
Pembagian diare ada dua yaitu Diare akut, Diare persisten atau Diare
kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, sementara
Diare persisten atau diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
(Kemenkes RI, 2011).
2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Diare
a.

Penyebaran kuman yang menyebabkan diare Kuman penyebab diare
biasanya

menyebar

melalui

fecal


oral

antara

lain

melalui

Universitas Sumatera Utara

10

makanan/minuman yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja
penderita.
b.

Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Faktor penjamu dapat meningkatkan insiden. Faktor-faktor tersebut ialah
tidak memberikan ASI esklusif, kurang gizi, campak dan imunodefesiensi.


c.

Faktor lingkungan dan perilaku
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan.
Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja.
Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta
berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat yaitu melalui
makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare
( Kemenkes RI, 2011).

2.2.5 Derajat dehidrasi dalam Diare
a)

Diare tanpa dehidrasi
Kehilangan cairan 10% berat badan penderita diare. Tanda-tandanya
lesu, tidak sadar, mata cekung, malas minum, dan turgor kembali sangat
lambat ( Kemenkes RI, 2011).
2.2.6 Tanda-Tanda Diare
Tanda-Tanda diare adalah buang air besar cair lebih sering dari biasanya

(tiga kali atau lebih) dalam satu hari, yang kadang disertai dengan muntah
berulang-ulang, rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam dan
tinja berdarah (Kemenkes RI, 2011).
2.3

Program Pengendalian Penyakit Diare
Program merupakan rangkaian kegiatan yang disusun dan dilaksanakan

oleh perorangan,lembaga,organisasi,dan institusi. Program dapat berjalan baik
harus diatur dan dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan dan pengawasan yang
artinya mengintegrasikansumber-sumber yang tidak berhubungan menjadi system
total untuk menyelesaikan suatu tujuan (Setyoko, 2014) .
2.3.1 Tujuan Pengendalian Penyakit Diare
Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas
program dan sektor terkait.
Tujuan Khusus
1.

Tercapainya penurunan angka kesakitan


2.

Terlaksananya tatalaksana diare sesuai standar

3.

Diketahuinya situasi epidemologi dan besarnya masalah penyakit diare di
masyarkat, sehingga dapat dibuat perencanaan dalam pencegahan,

Universitas Sumatera Utara

12

penanggulangan

maupun

pemberantasannya


pada

semua

jenjang

pelayanan.
4.

Terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati dan melaksanakan
hidup sehat melalui promosi kesehatan kegiatan pencegahan sehingga
kesakitan dan kematian karena diare dapat dicegah.

5.

Tersusunnya rencana kegiatan pengendalian penyakit diare di suatu
wilayah kerja yang meliputi target, kebutuhan logistic dan pengelolaannya
(Kemenkes RI, 2011).

2.3.2 Kebijakan Pengendalian Penyakit Diare

1.

Melaksanakan tatalaksana diare sesuai standar, baik disarana kesehatan
maupun dirumah tangga/ masyarakat

2.

Melaksanakan SKD (Sistem Kewaspadaan Dini) diare

3.

Melaksanakan Surveilans epidemologi dan penanggulangan kejadian luar
biasa

4.

Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare

5.

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan
program aspek managerial dan teknis medis

6.

Mengembangkan jejaring lintas program dan sektor

7.

Pembinaan teknis dan monitoring pelaksanaan pengendalian penyakit
diare

8.

Melaksanakan evaluasi sebagai dasar perencanaan selanjutnya (Kemenkes
RI, 2011).

Universitas Sumatera Utara

13

2.3.3 Strategi Pengendalian Penyakit Diare
1.

Meningkatkan tatalaksana diare di tingkat rumah tangga

2.

Melaksanakan tatalaksana diare yang standar di sarana kesehatan melalui
LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare)

3.

Penguatan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) diare dan penanggulangan
Kejadian Luar Biasa (KLB)

4.

Meningkatkan upaya kegiatan pencegahan yang efektif

5.

Peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia)

6.

Melaksanakan monitoring dan evaluasi (Kemenkes RI, 2011).

2.3.4 Kegiatan Program Pengendalian Penyakit Diare
1.

Tatalaksana penderita diare

2.

Pengelolaan logistik

3.

Promosi kesehatan

4.

Pencegahan Diare

5.

Surveilans epidemologi

6.

Melaksanakan monitoring dan evaluasi (Kemenkes RI, 2011).

2.3.5

Melaksanakan Tatalaksana Penderita Diare
Prinsip dasar dalam tatalaksana penderita diare yaitu Lima Langkah

Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE) terdiri atas
1.

Berikan Oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida,

kalium klorida, dan trisodium sitrat hidrat serta glukosa anhidrat.oralit diberikan
untuk mengganti cairan dan elektolit dalam tubuh yang terbuang saat diare.

Universitas Sumatera Utara

14

Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan
baik oleh usus penderita diare.Bila diare segera beri oralit sampai diare berhenti.
Cara pemberian oralit dengan satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas
air matang (200 cc), anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap
kali buang air besar dan anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit
setiap kali buang air besar.
2.

Berikan zinc selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan

pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar
ketika anak mengalami diare, untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare,
anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga
agar anak tetap sehat. Penelitian menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan
pemberian oralit disertai zinc lebih efektif dan terbukti menurunkan angka
kematian akibat diare pada anak-anak sampai 40%. Manfaat pemberian zinc yaitu
mampu menggantikan kandungan zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan
mempercepat penyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan sistem kekebalan
tubuh sehingga dapat mencegah resiko terulangnya diare selama 2-3 hari bulan
setelah anak sembuh dari diare.
Zinc sebagai pengobatan diare dapat mengurangi insidens pneumonia
sebesar 26%, durasi diare akut sebesar 20 %, durasi diare persisten sebesar 24%
dan kegagalan terapi atau kematian akibat diare persisten sebesar 42%. Zinc
merupakan mineral penting bagi tubuh dan diperlukan oleh berbagai organ tubuh
seperti kulit dan mukosa saluran cerna. Pemberian zinc selama 10 hari terbukti

Universitas Sumatera Utara

15

membantu memperbaiki mukosa usus yang rusak dan meningkatkan fungsi
kekebalan tubuh secara keseluruhan. Obat Zinc merupakan tablet dispersible yang
larut dalam waktu sekitar 30 detik. Zinc diberikan dengan cara dilarutkan dalam
satu sendok air matang atau ASI dan untuk anak yang lebih besar, zinc dapat
dikunyah. Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut dengan
dosis balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10mg)/hari dan balita umur > 6 bulan: 1
tablet (20mg)/hari.
3.

Teruskan ASI ( Air Susu Ibu ) dan pemberian Makan
Bayi dibawah 6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI untuk mencegah

diare dan meningkatkan sistem imunitas tubuh bayi. Anak yang masih
mendapatkan ASI harus diteruskan pemberian ASI dan anak harus diberi makan
seperti biasa dengan frekuensi lebih sering, dilakukan sampai dua minggu setelah
anak berhenti diare karena lebih banyak makanan akan membantu mempercepat
penyembuhan, pemulihan dan mencegah malnutrisi. Anak yang berusia kurang
dari 2 tahun dianjurkan untuk mulai mengurangi susu formula dan menggantinya
dengan ASI.
4.

Berikan antibiotik secara selektif
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi seperti diare berdarah atau

diare karena kolera atau diare dengan disertai penyakit lain. Pemberian antibiotik
yang tidak tepat bisa menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik bila tidak
dihabiskan sesuai dosis dan dapat membunuh flora normal yang justru dibutuhkan
tubuh. Anti diare akan menghambat gerakan itu sehingga kotoran yang
seharusnya dikeluarkan justru dihambat keluar. Selain itu anti diare dapat

Universitas Sumatera Utara

16

menyebabkan komplikasi yang disebut prolapsus pada usus (terlipat/terjepit).
Kondisi ini berbahaya karena memerlukan tindakan operasi,oleh karena itu anti
diare seharusnya tidak boleh diberikan.Resep antibiotik seharusnya hanya boleh
dikeluarkan oleh dokter.
5.

Berikan Nasihat pada Ibu / Pengasuh
Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian

oralit, zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anaknya ke
petugas kesehatan jika anak buang air besar cair lebih sering, muntah berulangulang, mengalami rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam,
tinjanya berdarah dan tidak membaik dalam 3 hari.
2.3.5.1 Prosedur Tata Laksana Penderita Diare
1. Riwayat Penyakit
a. Berapa lama anak diare ?
b. Berapa kali diare dalam sehari ?
c. Adakah darah dalam tinjanya ?
d. Apakah ada muntah ? berapa kali ?
e. Apakah ada demam ?
f. Makanan apa yang diberikan sebelum diare ?
g. Jenis makanan dan minuman apa yang diberikan selama sakit ?
h. Obat apa yang sudah diberikan ?
i. Imunisasi apa saja yang sudah didapat ?
j. Apakah ada keluhan lain ?

Universitas Sumatera Utara

17

2. Menilai Derajat Dehidrasi
Tabel 2.2 Tabel Penilaian Derajat Dehidrasi
PENILAIAN

A

B

C

Bila ada 2 tanda atau lebih
Lihat :

Baik, sadar

Gelisah, rewel

Lesu, lunglai /

Keadaan umum

Normal

cekung

tidak sadar

Mata

Minum biasa,

Haus,

Rasa haus (beri Tidak haus

ingin cekung

minum banyak

air minum)

Malas
atau

minum
tidak

bisa

minum
Raba/Periksa :

Kembali cepat

Kembali lambat

Turgor kulit

Kembali

sangat

lambat (lebih dari
2 detik)

Tentukan
Derajat

Tanpa Dehidrasi

Dehidrasi

Dehidrasi Berat

Ringan-Sedang

Dehidrasi
Rencana

Rencana Terapi A Rencana Terapi B

Rencana Terapi C

Pengobatan

1. Rencana terapi A untuk penderita diare tanpa dehidrasi di rumah
2. Rencana terapi B untuk penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang di
Sarana Kesehatan untuk diberikan pengobatan selama 3 jam

Universitas Sumatera Utara

18

3. Rencana terapi C untuk penderita diare dengan dehidrasi berat di Sarana
Kesehatan dengan pemberian cairan Intra Vena
2.3.5.2 Sarana Rehidrasi

Sarana rehidrasi di Puskesmas disebut pojok Upaya Rehidrasi Oral (URO) atau
lebih dikenal nama pojok oralit.
1. Pojok Oralit
Pojok oralit didirikan sebagai upaya terobosan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat/ibu rumah tangga, kader, petugas
kesehatan dalam tatalaksana penderita diare. Pojok oralit juga merupakan sarana
untuk observasi penderita diare, baik yang berasal dari kader maupun masyarakat.
melalui pojok oralit diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan
petugas terhadap tatalaksana penderita diare, khususnya dengan upaya rehidrasi
oral.
a. Fungsi
1) Mempromosikan upaya-upaya rehidrasi oral
2) Memberi pelayanan penderita diare
3) Memberikan pelatihan kader (Posyandu)
b. Tempat
Pojok oralit adalah bagian dari suatu ruangan di Puskesmas (ruangan
tunggu pasien) dengan 1-2 meja kecil. Seorang petugas puskesmas dapat
mempromosikan rehidrasi oral pada ibu-ibu yang sedang menunggu giliran untuk
suatu pemeriksaan. Bagi penderita diare yang mengalami dehidrasi Ringan-

Universitas Sumatera Utara

19

Sedang diobservasi di Pojok Oralit selama 3 jam. Ibu/keluarganya akan
dianjurkan bagaimana cara menyiapkan oralit dan berapa banyak oralit yang harus
diminum oleh penderita.
c. Sarana Pendukung
1) Tenaga pelaksana : dokter dan paramedis terlatih
2) Prasarana :
a) Tempat pendaftaran
b) Ruangan yang dilengkapi dengan meja, ceret, oralit 200 ml, gelas,
sendok, lap bersih, sarana cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
(wastafel), poster untuk penyuluhan dan tatalaksana penderita diare.
3) Cara membuat pojok oralit
a) Pilihan lokasi untuk “Pojok Oralit” :
- Dekat tempat tunggu (ruang tunggu), ruang periksa, serambi
muka yang tidak berdesakan
- Dekat dengan toilet atau kamar mandi
- Nyaman dan baik ventilasinya
b) Pengaturan model di Pojok Oralit
- Sebuah meja untuk mencampur larutan oralit dan menyiapkan
larutan
- Kursi atau bangku dengan sandaran, dimana ibu dapat duduk
dengan nyaman saat memangku anaknya
- Sebuah meja kecil dimana ibu dapat menempatkan gelas yang
berisi larutan oralit

Universitas Sumatera Utara

20

- Oralit paling sedikit 1 kotak (100 bungkus)
- Botol susu/gelas ukur
- Gelas
- Sendok
- Lembar balik yang menerangkan pada ibu, bagaimana mengobati
atau merawat anak diare
- Leaflet untuk dibawa pulang ke rumah
Media penyuluhan tentang pengobatan dan pencegahan diare perlu
disampaikan pada ibu selama berada di Pojok Oralit. Selain itu pojok oralit sangat
bermanfaat bagi ibu untuk belajar mengenai upaya rehidrasi oral serta hal-hal
penting lainnya, seperti pemberian ASI, pemberian makanan tambahan,
penggunaan air bersih, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun,
penggunaan jamban, serta poster tentang imunisasi.
d. Kegiatan Pojok Oralit
1) Penyuluhan upaya rehidrasi oral
a) Memberikan demonstrasi tentang bagaimana mencampur larutan oralit
dan bagaimana cara memberikannya
b) Menjelaskan cara mengatasi kesulitan dalam memberikan larutan oralit
bila ada muntah
c) Memberikan dorongan pada ibu untuk memulai memberikan makanan
pada anak atau ASI pada bayi (Puskesmas perlu memberikan makanan
pada anak yang tinggal sementara di fasilitas pelayanan).

Universitas Sumatera Utara

21

d) Mengajari ibu mengenai bagaimana meneruskan pengobatan selama
anaknya di rumah dan menentukan indikasi kapan anaknya dibawa
kembali ke Puskesmas.
e) Petugas kesehatan perlu memberikan penyuluhan pada pengunjung
Puskesmas dengan menjelaskan tatalaksana penderita diare di rumah serta
cara pencegahan diare.
2) Pelayanan Penderita
Setelah penderita diperiksa, tentukan diagnosis dan derajat rehidrasi di
ruang pengobatan, tentukan jumlah cairan yang diberikan dalam 3 jam selanjutnya
dan bawalah ibu ke Pojok URO untuk menunggu selama diobservasi serta :
a) Jelaskan manfaat oralit dan ajari ibu membuat larutan oralit
b) Perhatikan ibu waktu memberikan oralit
c) Perhatikan penderita secara periodic dan catat keadaanya setiap 1-2 jam
sampai penderita teratasi rehidrasinya (3-6 jam)
d) Catat/hitung jumlah oralit yang diberikan
e) Berikan pengobatan terhadap gejala lainnya seperti penurunan panas
dan antibiotika untuk mengobati disentri dan kolera.
2.3.6

Pengelolaan Logistik
Perhitungan kebutuhan logistik diare ditentukan berdasarkan perkiraan

jumlah penderita diare yang datang ke sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas
atau kader). Perkiraan jumlah penderita diare dihitung berdasarkan perkiraan
penemuan penderita, angka kesakitan, jumlah penduduk di suatu wilayah. Target

Universitas Sumatera Utara

22

yang dilayani suatu puskesmas adalah: Perkiraan penderita diare yang datang x
angka kesakitan x jumlah penduduk
a.

Perhitungan kebutuhan Oralit & Zinc

Oralit = target penderita diare x6 bungkus + cadangan – stok
Zinc = jumlah penderita diare balita x 10 tablet
b.

Cadangan adalah perkiraan obat yang rusak biasanya 10% dari jumlah
kebutuhan.

Cadangan = Jumlah balita x episode (10% x jumlah penduduk x 2 kali).
Ket: angka 10% adalah proporsi jumlah balita
2.3.7

Melakukan Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah suatu proses/upaya agar masyarakat mampu

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan atau upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu kelompok atau masyarakat
sehingga berprilaku yang kondusif untuk kesehatan yaitu perubahan perilaku,
pembinaan perilaku dan pengembangan perilaku dari yang baik menjadi lebih
baik. Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan yang menyangkut
pendidikan, organisasi, kebijakan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan
(Notoadmojo, 2010).
Tujuan promosi kesehatan adalah tersosialisasinya program-program
kesehatan, terwujudnya masyarakat yang berbudaya hidup bersih dan sehat ,serta
terwujudnya gerakan hidup sehat dimasyarakat untuk menuju terwujudnya
kabupaten/kota sehat, provinsi sehat dan Indonesia sehat.
Ruang lingkup promosi kesehatan adalah

Universitas Sumatera Utara

23

1.

Promosi kesehatan pada aspek promotif. Sasaran: kelompok orang sehat
Tujuan: agar tetap sehat dan meningkatkan kesehatannya

2.

Promosi kesehatan pada aspek preventif. Sasaran: kelompok beresiko
tinggi. Tujuan: tidak jatuh sakit

3.

Promosi kesehatan pada aspek kuratif

Sasaran: kelompok penderita

penyakit. Tujuan : sembuh dan tidak menjadi parah
4.

Promosi kesehatan pada aspek rehabilitative. Sasaran:kelompok orang
yang baru sembuh. Tujuan : agar segera pulih kesehatannya (Syafrudin,
2009).
Mewujudkan visi dan misi promosi atau pendidikan kesehatan diperlukan

cara pendekatan yang strategis agar tercapai secara efektif dan efisien. Strategi
adalah bagaimana cara untuk mencapai atau mewujudkan visi dan misi
pendidikan kesehatan secara efektif dan efisien.
Strategi promosi kesehatan adalah cara atau langkah yang diperlukan
untuk mencapai,memperlancar atau mempercepat pencapaian tujuan promosi
kesehatan. Strategi promosi kesehatan ada 3 yaitu :
1.

Advokasi
Advokasi adalah kegiatan yang ditujukan kepada pembuatan keputusan

atau penentu kebijakan baik dibidang kesehatan maupun sektor lain diluar
kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap kesehatan publik. Strategi
advokasi kesehatan yaitu usaha mempengaruhi kebijakan public /pengambilan
keputusan dengan melalui berbagai macam bentuk komunikasi persuasif atau
suatu upaya agar pembuat keputusan secara aktif mendukung suatu masalah atau

Universitas Sumatera Utara

24

isu

dan mencoba mendapatkan dukungan dari pihak lain. Tujuan advokasi

kesehatan ialah mendapatkan dukungan, baik dalam bentuk kebijakan lisan atau
tertulis dalam bentuk surat keputusan, surat edaran, himbauan, pembentukan
kelembagaan, ketersediaan dan sarana, tenaga, mendorong para pengambil
keputusan untuk suatu perubahan dalam kebijakan, program atau peraturan dan
mendorong para pengambil keputusan untuk aktif mendukung kegiatan/tindakan
dalam pemecahan masalah.
Sasaran advokasi ada 3 yaitu
a) Pengambil keputusan tingkat pusat seperti DPR, Menteri, Dirjen
departemen terkait, bappenas, lembaga donor, Lsm, internasioanal, partai
politik
b) Pengambil kebijakan tingkat provinsi seperti DPRD, Bappeda, Gubernur
dan kesejahteraan rakyat, lembaga donor, institusi kesehatan, lembaga
swasta/industri, partai politik
c) Pengambil

kebijakan

tingkat

kabupaten/kota

seperti

DPRD

kabupaten/kota, komisi E, Bapedda, Bupati/walikota, Kepala Dinas
Kesehatan, lembaga donor, institusi kesehatan, lembaga swasta/industri,
partai politik.
2.

Dukungan Sosial/Bina Suasana
Dukungan sosial adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini

publik dengan berbagai kelompok opini yang ada dimasyarakat sehingga dapat
menciptakan opini publik yang jujur, terbuka sesuai dengan norma, situasi dan
kondisi masyarakat yang mendukung tercapainya perilaku hidup bersih dan sehat

Universitas Sumatera Utara

25

di semua tatanan. Dukungan sosial dilakukan agar kegiatan atau promosi
kesehatan tersebut memperoleh dukungan dari para tokoh masyarakat dan tokoh
agama.
Tujuan dukungan sosial /bina suasana dilakukan yaitu
a) Adanya ajuran atau contoh positif dan petugas kesehatan atau pemuka
masyarakat
b)

Adanya dukungan lembaga-lembaga masyarakat

c)

Adanya dukungan media massa / pembuat opini umum

d) Adanya kesiapan penyelenggara kesehatan dan sektor terkait
e)

Tersedianya sasaran dan sumber daya lainnya

f)

Sasaran penyelenggaran dukungan sosial /bina suasana

g) Tenaga professional kesehatan, institusi pelayanan kesehatan, organisasi
masa, organisasi promosi kesehatan
h) Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM )
i)

Para pemuka dan orang –orang yang berpengaruh di masyarakat,
kelompok media massa

j)
3.

Kelompok pengusaha yang terkait kesehatan,kelompok peduli kesehatan.
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan ditujukan langsung kepada masyarakat sebagai sasaran

primer atau utama promosi kesehatan. Tujuannya adalah agar masyarakat
memiliki kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya mereka
sendiri. Pemberdayaan masyarakat ini dapat diwujudkan dengan berbagai
kegiatan antara lain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan

Universitas Sumatera Utara

26

masyarakat dalam bentuk misalnya koperasi, pelatihan-pelatihan keterampilan
dalam rangka meningkat pendapatan keluarga.
Gerakan masyarakat yaitu memberi kemampuan pada individu/kelompok
untuk memberdayakan sasaran primer adan sekunder agar berperan aktif dalam
kegiatan kesehatan. Tujuan gerakan masyarakat ialah untuk meningkatkan
perilaku sehat di masyarakat dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam
upaya kesehatan masyarakat. Sasaran pemberdayaan masyarakat yaitu masyarakat
secara perorangan/kelompok, masyarakat pengguna, tokoh masyarakat yang
menjadi panutan dan karyawan.
2.3.8

Pencegahan Diare
Kegiatan pencegahan penyakit diare bertujuan untuk mencegah penyakit

(mengurangi morbiditas) dan mencegah komplikasi (mengurangi mortalitas).
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan
adalah
1.

Perilaku Sehat

a)

Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan

dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal
oleh bayi. ASI saja sudah cukup umtuk menjaga pertumbuhan samapai umur 6
bulan. ASI bersifat steril dan mengandung nutrient dengan kualitas yang tinggi
dan perbandingan yang optimal, ASI juga mengandung enzim, zat anti mikrobial
dll. Bayi harus disusui secara penuh sampai 6 bulan, setelah 6 bulan pemberian
ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain. ASI mempunyai

Universitas Sumatera Utara

27

khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain.ASI
turut memberikan perlindungan terhadap diare. Berdasarkan penelitian Winda
(2010) bahwa adanya hubungan antara pemberian ASI Eklusif dengan angka
kejadian diare. Pada bayi yang diberi ASI Ekslusif presentase bayi yang tidak
diare lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang mengalami diare.
b)

Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap

mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Beberapa saran untuk
meningkat pemberian makanan pendamping ASI yaitu perkenalkan makanan
lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat teruskan pemberian ASI tambahkan
macam makanan setelah anak berumur 9 bulanatau lebih, tambahkan minyak,
lemak, dan gula kedalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk energy, tambahkan hasil
olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran
berwarna hijau dan cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi
anak, suapi anak dengan sendok yang bersih dan masak makanan dengan benar,
simpan sisanya dengan tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum
diberikan ke anak. Berdasarkan penelitian Zulfikar (2014) usia pemberian
makanan pendamping ASI mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian
diare dan merupakan faktor risiko kejadian diare dengan nilai p=0,000 dan
didapatkan OIR= 14,875 berarti bayi yang diberikan makanan pendamping ASI
pada usia 0-6 bulan beresiko 14,875 kali lipat terkena diare dibanding bayi yang
tidak diberi makanan pendamping ASI.

Universitas Sumatera Utara

28

c)

Menggunakan Air Bersih yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare dilakukan melalu face-oral

melalui makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja. Masyarakat
yang terjangkau penyediaan air bersih mempuyai resiko menderita diare lebih
kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.
Masyarakat

dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan

menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dan kontaminasi mulai
dari sumbernya sampai penyimpanan dirumah. Berdasarkan penelitian Candra
(2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara keadaan sanitasi sarana air
bersih dengan kejadian diare, dengan tingkat kekuatan hubungan termasuk dalam
kategori sedang.
d)

Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting

dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan dan sebelum makan. Berdasarkan penelitian Ali (2014)
menyatakan bahwa adanya hubungan antara variabel perilaku mencuci tangan
dengan variabel kejadian diare p= 0.015 dimana perilaku mencuci tangan yang
baik kemungkinan terkena diare kecil, sedangkan perilaku mencuci tangan yang
kurang baik semakin besar kemungkinan untuk terkena diare.
e)

Menggunakan Jamban
Penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan

risiko terhadap penyaki diare.keluarga yang tidak mempunyai jamban harus

Universitas Sumatera Utara

29

membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban .hal yang perlu
diperhatikan yaitu keluarga harus mempunyai jamban,bersihkan jamban secara
teratur dan gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
f)

Membuang Tinja Bayi yang Benar
Tinja bayi dapat menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya,

tinja bayi harus dibuang dengan benar. Keluarga harus memperhatikan beberapa
hal yaitu kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban ,bantu anak buang air
besar di tempat yang bersih dan mudah dijangkau olehnya, bila tidak ada jamban
pilih tempat untuk membuang tinja seperti didalam lubang atau kebun kemudian
ditimbun.
g)

Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola

Sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana
pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau,
mengganggu estetika dan dapat menjadi perindukan nyamuk dan bersarangnya
tikus kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti leptospirosis. Bila
ada saluran pembuangan air limbah di halaman secara rutin harus dibersihakan
agar air limbah dapat mengalir sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap
dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.
h)

Pemberian Imunisasi Campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah

agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai
dengan diare sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare.

Universitas Sumatera Utara

30

Berdasarkan penelitian Wisna (2014)

menyatakan bahwa adannya hubungan

antara kelengkapan imunisasi terhadap kejadian diare p=0,003.
2.

Penyehatan Lingkungan

a)

Penyediaan Air Bersih
Penyedian air bersih baik secara kualitas dan kuantitas mutlak diperlukan

dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan
diri dan lingkungan. Setiap rumah tangga harus tersedia sehingga perilaku hidup
bersih harus terlaksana.
b)

Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya

vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Tempat sampah harus
disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ketempat
penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan
sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah
dengan cara ditimbun dan dibakar. Berdasarkan penelitian Kotrun (2014)
menyatakan

bahwa

terdapat

hubungan

antara

pemisahan

sampah

dan

penyimpanan sampah dengan risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat
Tahun 2014.
2.3.9

Surveilans epidemologi
Surveilans epidemologi penyakit diare adalah kewaspadaan dalam

mengamati timbulnya dan penyebaran penyakit diare serta faktor-faktor yang
mempengaruhi pada masyarakat yang kegiatannya dilakukan secara terusmenerus, cepat dan tepat ( Kemenkes RI, 2011 ).

Universitas Sumatera Utara

31

Tujuan meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan
KLB yaitu
a)

Menumbuhkan sikap tanggap terhadap adanya perubahan dalam
masyrakat yang berkaitan dengan kesakitan dan kematian

b) Mengarahkan sikap tanggap tersebut terhadap tindakan penanggulangan
secara cepat dan tepat untuk mengurangi/mencegah kesakitan/kematian
c)

2.3.9

Memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat.

Prosedur Surveilans
Pengumpulan data diare ada tiga cara yaitu ;

1.

Laporan rutin
Dilakukan oleh puskesmas dan rumah sakit melalui SP2TP,SPRS,STP dan

rekapitulasi diare. Diare termasuk dalam penyakit yang dapat menimbulkan
wabah maka perlu dibuat laporan mingguan(W2). Membuat laporan rutin perlu
pencatatan setap hari (register) penderita diare yang datang ke sarana kesehatan
agar dapat dideteksi tanda-tanda akan terjadinya KLB/Wabah sehingga dapat
segera dilakukan tindakan penanggulangan secepatnya.Laporan rutin ini
dikompilasi oleh petugas RR/diare di puskesmas kemudian dilaporkan ke tingkat
kabupaten/kota melalui laporan bulanan dan STP setiap bulan. Petugas /pengelola
diare kabupaten/kota membuat rekapitulasi dari masing-masing puskesmas dan
secara rutin (bulanan) dikirim ke tingkat propinsi ke tingkat propinsi dengan
menggunakan formulir rekapitulasi diare, dari tingkat propinsi di rekap
berdasarkan kabupaten/kota secara rutin dan dikirim ke pusat.

Universitas Sumatera Utara

32

2.

Laporan KLB Diare
Setiap terjadi KLB /Wabah harus dilaporkan dalam periode 24 jam

(W1) dan Dilanjutkan dengan laporan khusus yang meliputi kronologi terjadinya
KLB, cara penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, keadaan
epidimiologis penderita, hasil penyelidikan yang telah dilakukan dan hasil
penanggulangan KLB dan rencana tindak lanjut.
3.

Pengumpulan data melalui studi kasus
Pengumpulan data ini dapat dilakukan satu tahun sekali misalnya pada

pertengahan atau akhir Tahun tujuannya untuk mengetahui base line data sebelum
atau sesudah program dilaksanakan dan hasil penilaian tersebut dapat digunakan
untuk perencanaan di tahun yang akan datang.
Data –data yang telah dikumpulkan diolah dan ditampilkan dalam bentuk
tabel-tabel atau grafik kemudian dianalisis dan diinterpretasi. Analisis ini
sebaiknya dilakukan berjenjang dari Puskesmas hingga Pusat sehingga kalau
terdapat

permasalahan

segera

dapat

diketahui

dan

diambil

tindakan

pemecahannya.
Hasil analisis dan interpretasi terhadap data yang dikumpulkan,
diumpanbalikkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada pimpinan
di daerah untuk mendapatkan tanggapan dan dukungan penanganannya .
KLB yaitu timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian
yang bermakna secara epidemologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu
dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah .
Kriteria KLB Diare

Universitas Sumatera Utara

33

a)

Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada
atau tidak dikenal pada suatu daerah.

b) Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam,hari atau minggu.
c)

Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun waktu
dalam jam,hari atau minggu berturut-turut.

d) Jumlah penderita baru dalam periode waktu satu bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per
bulan dalam tahun sebelumnya
e)

Rata-rata jumalah kejadian kesakitan perbulan salaam satu tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya .

f)

Angka kematian kasus dalam satu kurun waktu tertentu menunjukkan
kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus pada
suatu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

Manajemen KLB/Wabah diare dapat dibagi 3 fase yaitu
1.

Pra-KLB/Wabah
Persiapan yang perlu diperhatikan pada pra-KLB/Wabah adalah kab/kota
propinsi dan pusat perlu membuat surat edaran atau instruksi
kesiapsiagaan disetiap tingkat, meningkatkan kewaspadaan dini di wilayah
puskesmas terutama di desa rawan KLB, mempersiapkan tenaga dan
logistik yang cukup di puskesmas kab/kota dan propinsi dengan

Universitas Sumatera Utara

34

membentuk tim gerak cepat (TGC), meningkatkan uapaya promosi
kesehatan dan meningkatkan kegiatan lintas program dan sektor.
2.

Saat KLB/Wabah
Kegiatan saat KLB/Wabah yaitu penyelidikan KLB.Tujuan nya adalah

untuk memutus rantai penularan, menegakkan diagnosa penderita yang
dilaporkan, mengidentifikasi etiologi diare, memastikan terjadinya KLB diare,
mengetahui distribusi penderita menurut waktu/tempat/orang,
Mengidentifikasi sumber dan cara penularan penyakit diare dan
mengidentifikasi populasi rentan yaitu
a) Pemutusan rantai penularan meliputi peningkatan kualitas kesehatan
lingkungan yang mencakup air bersih, jamban, pembuangan sampah,
dan air limbah dan promosi kesehatan yang mencakup pemanfaatan
jamban, air bersih dan minum air yang sudah dimasak dan
pengendalian serangga/lalat
b) Penanggulangan KLB dengan mengaktifkan tim gerak cepat yang
terdiri dari unsur lintas program dan lintas sektor dan pembentukan
pusat rehidrasi untuk menampung penderita diare yang memerlukan
perawatan dan pengobatan. Tempat yang dapat dijadikan sebagai
pusat rehidrasi adalah tempat yang terdekat dari lok.asi KLB diare dan
terpisah dari pemukiman
3.

Pra dan saat KLB/Wabah
Setelah KLB tenang, beberapa kegiatan yang perlu dilakukan ialah

pengamatan intensif masih dilakukan selama 2 minggu berturut-turut untuk

Universitas Sumatera Utara

35

melihat kemungkinan timbulnya kasus baru, perbaikan sarana lingkungan yang
diduga penyebab penularan dan promosi kesehatan tentang PHBS.
2.4.

Fokus penelitian
Pelaksanaan program dapat diukur melalui indikator masukan (input),

proses (process) dan luaran (output).
Input

1.Tenaga
2.Sarana

Output

Proses
1. Tatalaksana penderita diare
2. Pengelolaan logistik

Penurunan
kasus Diare

3. Promosi kesehatan
4. Pencegahan Diare
5. Surveilans epidemologi
6. Melaksanakan monitoring &
evaluasi

Gambar 2.1 Fokus penelitian
Berdasarkan gambar diatas, dapat disimpulkan definisi fokus penelitian
sebagai berikut:
1.`

Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat
melaksanakan program diare dengan baik
a.

Tenaga adalah tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan program
diare di Puskesmas Pancur Batu.

b.

Sarana adalah seluruh bahan, peralatan serta fasilitas yang digunakan
dalam pelaksanaan program diare di Puskesmas Pancur Batu.

Universitas Sumatera Utara

36

2.

Proses adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan yaitu
a.

Tatalaksana penderita diare ialah kegiatan yang dilakukan dalam tuntaskan
diare meliputi riwayat penyakit, menilai derjat dehidrasi, menentukan
tindakan dan memberi pengobatan

b.

Pengelolaan logistik ialah perhitungan kebutuhan logistik diare bagi
jumlah penderita diare.

c. Promosi kesehatan ialah pemberian informasi tentang diare kepada
masyarakat.
d.

Pencegahan diare ialah proses mencegah diare melalui peningkatan
kesehatan lingkungan dan penyuluhan tentang perilaku sehat.

e.

Surveilans epidemologi ialah pengamatan diare dan kegiatan pengumpulan
data melalui laporan rutin, laporan KLB diare dan melalui studi kasus.

f.

Melaksanakan monitoring&evaluasi ialah melakukan analisis informasi
dan proses penilaian pencapaian.

3.

Keluaran adalah hasil dari pelaksanan program diare yang menurunnya
jumlah kasus diare di Puskesmas Pancur Batu yang dinilai dari kegiatan
yang telah dilakukan.

Universitas Sumatera Utara