PO KAK 2017 KAK BPO 2017

KAK Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak perubahan Iklim

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Ozon (O3) merupakan bentuk stabil dari oksigen O 2 yang memiliki tiga atom. Seperti
oksigen stabil yang hanya memiliki dua atom. Ini merupakan keajaiban alam yang berfungsi
untuk melindungi planet bumi dari radiasi ultra violet yang berbahaya. Ozon dapat segera
membentuk polutan dengan molekul organik lainnya. Ozon dengan cepat melakukan
oksidasi dengan polutan, baik dari bahan biologis maupun bahan kimia dengan terlebih
dahulu mereverting dirinya untuk O 2(oksigen) dan kemudian menyetorkan atom oksigen
pada

polutan. Proses ini sangat

efektif untuk deodorizes, mendisinfeksi dan

mengghancurkan banyak patogen dan asap yang meracuni udara dalam ruangan. Ozon juga
dikenal memiliki sifat desinfektan yang paling kuat dan dapat membunuh kontaminan

seperti mikroba seperti E-coli, Candida, Listeria, Staph, Salmonella, Giardia dan
Cryptosporidium lebih efektif daripada desinfektan berbahaya seperti klorin atau pemutih.
Ozon dapat membunuh bakteri E-coli lebih dari 3000 kali lebih cepat daripada klorin.
Bagi kehidupan di bumi, ozon memegang peranan penting dengan menyerap
sebagian besar sinar ultraviolet yang disebut UV-A dan UV-B. Ozon juga memainkan peranan
penting dalam struktur suhu atmosfer bumi. Tanpa adanya lapisan ozon, radiasi UV-B
matahari akan menembus atmosfer. Kepedulian terhadap perlindungan lapisan ozon timbul
setelah para ahli melaporkan terjadinya fenomena penipisan lapisan ozon yang
menyebabkan intensitas radiasi ultraviolet-B yang mencapai permukaan bumi menjadi
semakin meningkat dan mengancam kesehatan manusia dan di bumi.
Penipisan lapisan ozon terjadi akibat berkurangnya molekul stratosfer disebabkan
oleh terlepasnya Bahan Perusak Ozon (BPO) yang mengandung Clorine dan Bromine ke
stratosphere. Oleh karena itu, penanganan kerusakan lapisan ozon dilakukan dengan cara
mencegah emisi BPO serta menghentikan produksi dan konsumsi BPO secara bertahap.
Biasanya BPO banyak digunakan sebagai bahan pendingin (refrigerant), insulating foams,
dan pelarut (solvents).

DLH PROV. SUMBAR

1


KAK Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak perubahan Iklim

Pada saat ini, upaya perlindungan terhadap lapisan ozon semakin mendapatkan
perhatian yang besar di masyarakat internasional. Hal ini telah diwujudkan dalam Konvensi
Wina dan Protokol Montreal, termasuk di Indonesia. Salah satu cara yang dapat dilakukan
Indonesia dalam menyelamatkan lapisan ozon dan juga mendukung pengurangan
pemanasan global adalah dengan menghentikan pemakaian Bahan Perusak Ozon (BPO)
secara bertahap. Berbagai macam upaya penaatan hukum dalam penggunaan dan
perdagangan BPO serta upaya sosialisasi terhadap masyarakat untuk memilih produk yang
tidak menggunakan BPO sudah dilaksanakan. Dengan harapan perlindungan terhadap
lapisan ozon dapat segera terwujud.
Saat ini Indonesia telah menghentikan konsumsi BPO jenis : Chlorofluorocarbon
(CFC), Metil Bromida, Halon, Carbon Tetra Chloride (CTC) dan Methylchloroform (TCA) sejak
Desember 2007. Indonesia juga telah mengurangi secara bertahap sebanyak 8,989 Metrik
Ton CFC pada akhir 2007, dua tahun lebih awal dari pada target Protokol Montreal.
Disamping itu, komitmen baru Protokol Montreal yang diadopsi pada tahun 2007
adalah dengan mempercepat penghapusan Hydrochlorofluorocarbons (HCFC), dimana HCFC
memiliki nilai potensi merusak ozon dan potensi pemanasan global lebih besar dibanding
dengan karbondioksida (CO2). HCFC yang paling umum digunakan berpotensi 2.000 kali

lebih kuat dalam meningkatkan pemanasan global. Melalui percepatan penghapusan HCFC,
negara Pihak Protokol Montreal akan memberikan kontribusi yang signifikan untuk
melindungi sistem iklim global.
Indonesia telah menyusun Rencana Penghapusan konsumsi HCFC untuk mencapai
target freeze pada tahun 2014 dan 10% reduksi HCFC pada tahun 2015. Pada tahun 2030
diharapkan telah terjadi pengurangan konsumsi HCFC sebesar 97,5 %. Sehubungan dengan
penghentian penggunaan BPO jenis HCFC tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup bersama
dengan instansi terkait lainnya perlu melakukan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan untuk
mengantisipasi pembekuan dan penghentian penggunaan BPO dimaksud sehingga tidak
berdampak bagi industri dan pasar Indonesia
Untuk meningkatkan pengawasan terhadap peredaran BPO yang telah dihentikan
impornya, Kementerian Lingkungan Hidup melalui bantuan hibah Multilateral Fund dalam
mengimplementasikan Protokol Montreal telah menyerahkan bantuan hibah peralatan
refrigerant gas identifier kepada Ditjen Bea dan Cukai, pemerintah daerah yang menangani
DLH PROV. SUMBAR

2

KAK Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak perubahan Iklim


Lingkungan Hidup tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota prioritas. Di Provinsi Sumatera
Barat, salah satu yang memperoleh 1 (satu) unit peralatan refrigeran gas identifier tersebut
Bapedalda Provinsi pada bulan Mei 2009. Kondisi saat ini, peralatan refrigerant gas
identifier tersebut masih dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan pengujian
terhadap pemakaian bahan perusak ozon di bengkel servis peralatan pendingin.
Berkaitan dengan hal tersebut, melalui kegiatan Peningkatan Program Perlindungan
Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Dinas Lingkungan Hidup Provinsi
Sumatera Barat melakukan pengawasan terhadap kegiatan/usaha yang diperkirakan masih
menggunakan Bahan Perusak Ozon terhadap bengkel-bengkel servis peralatan pendingin di
16 (enam belas) Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat. Hasilnya diharapkan dapat
memberikan gambaran tentang penggunaan dan peredaran BPO di Provinsi Sumatera Barat
sehingga diharapkan akan dapat diambil langkah – langkah kebijakan lebih lanjut.
1.2

Maksud, Tujuan dan Sasaran
 Maksud
Maksud dari kegiatan Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan
Pengendalian Dampak Perubahan Iklim adalah :
1.


Melakukan pengawasan terhadap peredaran dan penggunaan BPO pada bengkel

2.

– bengkel servis peralatan pendingin.
Melakukan penyebarluasan informasi tentang bahaya penggunaan BPO terhadap
lapisan ozon dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat.

 Tujuan
Tujuan dari kegiatan Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian
Dampak Perubahan Iklim adalah :
1. Meningkatkan pengawasan terhadap peredaran dan penggunaan BPO pada bengkel
– bengkel servis peralatan pendingin.
2. Menyebarluaskan informasi tentang bahaya penggunaan BPO terhadap lapisan ozon
dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat.
 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dengan adanya kegiatan ini adalah :

DLH PROV. SUMBAR


3

KAK Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak perubahan Iklim

Terawasinya peredaran dan penggunaan BPO pada bengkel – bengkel

1.

servis peralatan pendingin.
2.
Terinformasikannya program perlindungan lapisan ozon dan dampak
perubahan iklim kepada masyarakat.
1.3

Lokasi Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan pada 16 (empat belas) Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera

Barat yaitu :
1.
2.

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.4.

Kota Padang
Kota Sawahlunto
Kota Bukittinggi
Kota Solok
Kota Payakumbuh
Kota Pariaman
Kab. Padang Pariaman
Kab. Pasaman Barat
Kab. Agam

10.

11.
12.
13.
14.
15.
16.

Kab. Tanah Datar
Kab. Pesisir Selatan
Kab. Dharmasraya
Kab. Sijunjung
Kab. Lima Puluh Kota
Kab. Pasaman
Kab. Solok

Asal Sumber Pendanaan
Sumber pembiayaan kegiatan penggunaan BPO pada bengkel – bengkel servis peralatan
pendingin berasal dari Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD Bapedalda Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2017 pada kegiatan Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon
dan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim dengan alokasi dana Rp. 45.000.000,- (Empat

puluh lima juta rupiah).

1.5

Organisasi Pengguna Jasa
Kegiatan ini sepenuhnya dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Barat.

DLH PROV. SUMBAR

4

KAK Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak perubahan Iklim

BAB II
DATA PERENCANAAN KEGIATAN
2.1.

Data Dasar
Sumber data dasar yang diperlukan dalam kegiatan Peningkatan Program Perlindungan
Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim pada tahun 2016 adalah sebagai

berikut :
Jumlah



bengkel



bengkel servis peralatan pendingin yang menggunakan BPO di 16 (Enam belas)
Kabupaten/Kota lokasi kegiatan.
Dokumen



perizinan

yang dimiliki bengkel – bengkel servis peralatan pendingin di 16 (enam belas)
Kabupaten/Kota.
2.2


Standar/Kriteria Yang Digunakan
Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap 16 (enam belas) Kabupaten/Kota
berdasarkan kriteria yang jelas dan terukur (akuntabilitas) antara lain berupa :


Monitoring ke bengkel – bengkel servis peralatan pendingin
Melakukan pengecekan penggunaan refrigerant pada bengkel – bengkel servis
peralatan pendingin dengan menggunakan refrigerant gas identifier



Wawancara Langsung
Wawancara dilakukan terhadap pemilik kegiatan untuk menghimpun data berupa
profil perusahaan/kegiatan, jenis izin yang dimiliki, data teknis penggunaan BPO
seperti

jenis

refrigerant

yang

digunakan,

asal

sumber

bahan,

jumlah

penggunaan/penjualan BPO, dll.


Observasi/Pengamatan Lapangan
Data yang dihimpun melalui observasi lapangan adalah pengamatan langsung kondisi
dan operasional bengkel – bengkel servis peralatan pendingin di lapangan.

2.3

Studi – Studi Terdahulu yang Pernah Dilaksanakan

DLH PROV. SUMBAR

5

KAK Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak perubahan Iklim

Referensi dari pelaksanaan kegiatan pengawasan terhadap bengkel – bengkel

servis

peralatan pendingin yang diperkirakan menggunakan Bahan Perusak Ozon (BPO) tahun
2016.
2.4.

Landasan Hukum
Pelaksanaan kegiatan ini mengacu kepada peraturan – peraturan yang berlaku dalam bidang
pemerintahan, baik pusat maupun daerah serta peraturan yang berlaku di bidang
lingkungan hidup, terkait perizinan, dokumen lingkungan, seperti berikut ini :
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
4. Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 24/M-DAG/PER/6/2006 tentang Ketentuan
Impor Bahan Perusak Lapisan Ozon.
5. Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 33/M-IND/PER/4/2007 tentang Larangan
Memproduksi Bahan Perusak Lapisan Ozon serta Memproduksi Barang yang
Menggunakan Bahan Perusak Lapisan Ozon.
6. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 20 Tahun 2007 tentang Perubahan
Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 6 Tahun 2001 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Badan/Kantor Daerah Propinsi Sumatera Barat.
7. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 14 Tahun 2012 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
8. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No.8 tahun 2016 tentang Pembentukan dan
9.

Susunan Perangkat Daerah Provinsi Sumatera Barat.
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 10 tentang APBD Provinsi Sumatera

Barat Tahun 2017.
10. Peraturan Gubernur No. 75 tahun 2016 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017.

DLH PROV. SUMBAR

6

KAK Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak perubahan Iklim

BAB III
RUANG LINGKUP
Kegiatan Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak
Perubahan Iklim Tahun 2017 dilaksanakan dengan ruang lingkup kegiatan meliputi :
3.1

Tujuan yang Ingin Dicapai
Tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatnya jumlah bengkel - bengkel servis peralatan
pendingin yang teridentifikasi pemakaian Bahan Perusak Ozon dan jumlah bengkel –
bengkel servis yang telah memiliki dokumen perizinan terkait kegiatan bengkelnya.

3.2

Keluaran yang Akan Dihasilkan
Keluaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
a. Meningkatnya jumlah Kabupaten/Kota yang diidentifikasi pemakaian Bahan Perusak
Ozon pada bengkel - bengkel servis peralatan pendingin.
b. Meningkatnya persentase bengkel servis peralatan pendingin yang telah menggunakan
refrigerant ramah ozon.
c.

Data hasil pengecekan refrigerant yang digunakan berdasarkan refrigerant gas
identifier (alat pendeteksi refrigerant) pada bengkel – bengkel servis peralatan
pendingin di 16 (enam belas) Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat.

3.3

Mekanisme Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan
Pengendalian Dampak Perubahan Iklim dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
2) Persiapan
Pembuatan Petunjuk Operasional
Rapat koordinasi pelaksanaan kegiatan.
Persiapan administrasi seperti surat tugas dan surat pemberitahuan pelaksanaan
kegiatan ke Kabupaten/Kota terkait.
3) Pelaksanaan
Melakukan monitoring, evaluasi dan pengecekan jenis refrigerant yang digunakan oleh
bengkel – bengkel servis peralatan pendingin dengan menggunakan refrigerant gas
identifier.

DLH PROV. SUMBAR

7

KAK Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak perubahan Iklim

3.4

Peralatan dan Material
Pelaksanaan kegiataan monitoring dan evaluasi terhadap objek kegiatan Program
Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Tahun 2017 di 16
(enam belas) Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat dilakukan dengan menggunakan
refrigerant gas identifier.

3.5.

Lingkup Kewenangan
Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap 16 (enam belas) Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera Barat dalam rangka kegiatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan
Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Tahun 2017.

BAB IV
DLH PROV. SUMBAR

8

KAK Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak perubahan Iklim

PRODUK LAPORAN

Output kegiatan Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian
Dampak Perubahan Iklim Tahun 2016 mencakup hal – hal sebagai berikut :
4.1 Jenis Laporan
a. Laporan hasil monitoring lapangan
b. Laporan tahunan kegiatan yang berisikan tentang rangkuman dan kesimpulan serta saran
setelah pelaksanaan kegiatan.
c. Surat tindak lanjut (follow up) hasil monitoring kegiatan
4.2 Jumlah Laporan
a. Laporan hasil monitoring lapangan sebanyak 16 (enam belas) laporan, masing – masing 1
(satu) laporan untuk setiap lokasi kegiatan.
b. Laporan tahunan kegiatan berjumlah 1 (satu) buku laporan tahunan yang berisikan
tentang rangkuman dan kesimpulan serta saran setelah pelaksanaan kegiatan.
c. Surat tindak lanjut (follow up) hasil pembinaan terkait kegiatan terhadap 16 (enam belas)
kabupaten/Kota.
4.3 Frekuensi Laporan
a.
b.

Pelaporan kegiatan lapangan dilakukan pada setiap pelaksanaan kegiatan
Pelaporan kegiatan tahunan dilakukan satu kali setahun pada akhir kegiatan.

BAB V
PENUTUP

DLH PROV. SUMBAR

9

KAK Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak perubahan Iklim

Dengan disusunnya Kerangka Acuan Kerja (KAK) kegiatan Peningkatan Program
Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Tahun 2017 ini diharapkan
dapat dijadikan acuan atau pedoman bagi pelaksanaan kegiatan nantinya sehingga sasaran yang
diinginkan dapat tercapai dengan baik.

Padang,

Januari 2017

KEPALA BIDANG P2KLH &PHL

Disetujui dan disahkan
Tanggal :
Januari 2017

Ir. SITI AISYAH, M.Si
Pembina TK I
NIP.19670928 199203 2 002

KEPALA DINAS LINGKUNGAN HIDUP
PROVINSI SUMATERA BARAT,

Drs. ASRIZAL ASNAN, MM
Pembina Utama Madya
NIP. 19570803 198503 1 005

DLH PROV. SUMBAR

10