DINAMIKA BURSA SAHAM ASING DAN MAKROEKON
Editorial Office
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126
Jurnal Akuntansi dan Bisnis (JAB) is published by Accounting Department, Faculty Economics- Universitas Sebelas Maret. Published two times a year, February and August, JAB Is a media of communications and reply forum for scientific work especially concerning the fields of economics studies, business and accounting. Papers presented in JAB are solely that of author. Editorial staff may edit the papers, as long as not change its meaning.
ISSN: 1412-0852
Jurnal Akuntansi Bisnis
(Journal of Accounting Business)
Volume 14, No1, Februari 2013
Tjiptohadi Sawarjuwono dan Devi Kalajanti
Menumbuhkan Cinta Profesi Akuntan Publik Bagi Generasi Penerus
1-15
Hartina Husein
Pengaruh Pertumbuhan Penjualan dan Pangsa Pasar Relatif terhadap
17-26
Discretionary Revenue
Yulia Sandra Nur Fitriana
Fraud Risk Factor (Opportunity) dan Fraudulent Financial Statements
27-43
(Empirical Study on Non Financial Firm in Indonesia)
Isna Putri Rahmawati dan Bambang Riyanto
Perilaku Manajemen Laba: Pengaruh Jenis Profesi, Love of Money,
45-60
Sikap Skeptis, dan Komitmen Profesional
Ferda Puspitaningrum
Pengaruh Kualitas Audit dan Perusahaan Suspect Terhadap Real
61-74
Earnings Management
Annisa Perdany dan Sri Suranta
Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas
75-87
Audit Investigatif Pada Kantor Perwakilan BPK-RI Yogyakarta
Rowland Bismark Fernando Pasaribu dan Dionysia Kowanda
Dinamika Bursa Saham Asing dan Makroekonomi Terhadap Indeks
89-112
Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia
Jurnal Akuntansi dan Bisnis
Vol. 14, No. 1, Februari 2013: 89-112 www.fe.uns.ac.id
a Universitas Gunadarma
masih tertutup, pemodal melakukan inves-
tasi pada banyak jenis saham (yang pola
perekonomian dunia, hampir semua negara
pergerakannya berbeda) pada pasar modal
(termasuk Indonesia) tidak dapat lepas dari
dalam negeri. Namun dengan semakin ter-
pengaruh aliran modal antarnegara. Salah
bukanya sistem finansial dunia, pemodal
satu karakteristik pemodal di pasar modal
dapat
mengurangi
risiko dengan
adalah memperkecil risiko investasi. Pada
melakukan investasi di beberapa negara.
masa lalu, ketika sistem keuangan dunia
Pemodal berharap jika investasi hanya pa-
da satu negara dimana jika terjadi kondisi
rowland.pasaribugmail.com
Vol. 14, No. 1, Februari 2013: 89-112
yang buruk, maka investasi di negara yang
jatuh. Kejatuhan harga
lain diharapkan lebih baik dan dapat men-
surat utang
membawa
jadi kompensasi. Dengan demikian inves-
kerugian bagi bank dan perusahaan pengel-
tasi pemodal tersebut tidak hanya di-
ola dana (
) yang membeli
pengaruhi oleh kondisi satu negara saja.
surat utang tersebut. Akibatnya, harga sa-
Perihal pengaruh ini pun semakin
ham perbankan di Amerika Serikat ter-
menjadi rancu batasannya, yakni mana
gerus. Lalu mengapa kesalahan yang dil-
yang dapat dikontrol dan mana yang diluar
akukan investor di Amerika Serikat, tetapi
kendali. Sebagai contoh, pada akhir tahun
pasar keuangan Indonesia terkena dampak-
2003 indeks pada posisi 691,895, kemudi-
nya. Sudah sering kita alami gejolak pasar
an naik turun, bahkan sempat mencapai
keuangan di negara sedang berkembang
puncaknya pada level 818,159 tanggal 27
hampir selalu berdampak negatif ke Indo-
April 2004. Level ini merupakan level yang
nesia, tetapi kali ini gejolak di pasar keu-
tertinggi dan selanjutnya jatuh berfluktuasi
angan negara maju juga berdampak negatif
ke level 700. Fluktuasi IHSG ini tidak ter-
ke Indonesia. Mengapa nasib bursa efek
lepas dari berbagai faktor internal, seperti
Indonesia seperti tersandera oleh pasar
pemilu dan adanya terror bom. Demikian
keuangan internasional? Inilah dampak
juga fenomena suku bunga, pelemahan ru-
dari globalisasi pasar keuangan, ternyata
piah, yang juga berkorelasi dan men-
yang memiliki surat utang
imbulkan dampak terhadap pergerakan
bukan hanya perbankan di Amerika
harga saham. Faktor eksternal antara lain
Serikat, tetapi ada juga perbankan di Aus-
menguatnya dollar AS, China memperlam-
tralia, Singapura, Taiwan, China, atau di
bat pertumbuhan ekonomi, harga minyak
India. Perbankan di benua lain pasti juga
melonjak tak keruan, serta bank sentral AS
memiliki eksposur ke surat utang
menaikkan tingkat bunga yang kini 1,5 per-
. Akibatnya, harga saham per-
sen. Investor yang masuk berinvestasi ke
bankan di seluruh dunia jatuh. Berhubung
bursa ketika IHSG pada level tertinggi akan
psikologi pasar selalu cenderung ekstrem,
memiliki potensi kerugian setelah indeks
banyak pelaku pasar percaya bahwa meru-
jatuh.
ginya perbankan besar akan berdampak
Fluktuasi indeks bursa saham suatu
kepada pelambatan laju pertumbuhan
negara juga tak lepas dari dinamika
kredit, pelambatan kegiatan ekonomi, dan
perekonomian global, hal ini terlihat jelas
seterusnya. Akibatnya, harga saham non-
pada saat terjadinya krisis di Amerika Seri-
perbankan di seluruh dunia pun jatuh.
kat pada 2006-2007 yang lalu. Pada Awal
Telah
banyak
model struktural
Agustus 2007, indeks bursa saham Ameri-
ekonomi memasukkan harga aset sebagai
ka Serikat anjlok. Akibatnya terasa di se-
bagian mekanisme transmisi kebijakan
luruh dunia. Kurs rupiah melemah dari Rp
moneter. Sebagai contoh, Modigliani (1971)
9.000 ke Rp 9.300, imbal hasil surat utang
dan Mishkin (1977) mendiskusikan saluran-
negara melejit 30 basis poin ke 9,3 persen,
saluran di mana kebijakan moneter
imbal hasil surat utang negara (dollar) naik
mempengaruhi output perekonomian me-
24 basis poin ke 6,8 persen dan indeks bur-
lalui perubahan harga saham. Teori
sa saham Jakarta jatuh. Gejolak itu
ekonomi menyarankan bahwa kebijakan
disebabkan oleh jatuhnya pasar surat
moneter yang ekspansif seringkali diaso-
utang
di Amerika Seri-
siasikan dengan tingkat pengembalian sa-
kat. Untuk memudahkan penjelasan, sub-
ham yang lebih tinggi dan sebaliknya bila
prime mortgage securities adalah surat
kebijakan moneter tersebut bersifat restrik-
utang yang ditopang jaminan kredit
tif yang berimplikasi dengan rendahnya
kepemilikan rumah (KPR) yang profil debi-
tingkat pengembalian saham. Fluktuasi
tornya memiliki kemampuan membayar
tingkat suku bunga yang merefleksikan pe-
yang rendah. Melemahnya ekonomi Ameri-
rubahan kebijakan moneter dapat secara
ka Serikat menyebabkan meningkatnya per-
langsung mempengaruhi biaya modal se-
sentase gagal bayar debitor KPR segmen
bagaimana halnya ekspektasi tingkat keun-
tersebut. Akibatnya, harga surat utang
tungan perusahaan, yang karenanya me-
Dinamika Bursa Saham Asing dan Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham (Pasaribu dan Kowanda)
nyebabkan fluktuasi dalam harga saham
dan pasar modal. Volatilitas suku bunga
(Durham, 2001). Studi lainnya mengacu pa-
valuasi saham dengan cara mempengaruhi
da alasan-alasan tambahan untuk hub-
nilai dasar perusahaan, seperti pendapatan
ungan antara kebijakan moneter dan ting-
bersih suku bunga, penjualan, dan se-
kat pengembalian saham. Patellis (1997)
terusnya. Kenaikan pada suku bunga ber-
berpendapat bahwa kebijakan moneter
pengaruh negatif terhadap nilai aset me-
dapat merepresentasikan sumber penting
lalui tingkat pengembalian yang diper-
lukan. Selanjutnya, kenaikan pada tingkat
mempengaruhi tingkat pengembalian sa-
suku bunga mengarahkan para investor
ham. Berdasarkan Chami, et.al (1999), ke-
untuk mengubah stuktur investasinya dari
naikan pada jumlah uang beredar, yang
pasar modal kepada pasar uang pendapa-
meningkatkan ekspektasi inflasioner, me-
tan tetap (Surat Utang Negara, Obligasi).
nyebabkan penurunan pada nilai riil divi-
Sebaliknya, penurunan suku bunga akan
den mendatang yang dibayarkan terhadap
menyebabkan kenaikan pada nilai saat ini
para pemegang saham, menjadikan saham
dari
dividen
masa mendatang
kurang menarik dan karenanya mengurangi
(Hashemzadeh dan Taylor, 1988). Tingkat
harga saham. Gilchrist and Leahy (2002)
suku bunga dianggap sebagai salah satu
berpendapat bahwa perubahan pada harga
faktor yang sangat berpengaruh terhadap
aset dapat mempengaruhi pandangan para
harga saham (Modigliani and Chon, 1979).
Volatilitas nilai tukar valas adalah salah
perekonomian dan kebijakan yang diper-
satu sumber utama pada ketidakpastian
lukan. Studi mereka ini mengindikasikan
makroekonomi yang mempengaruhi perus-
bahwa pengaruh kebijakan moneter ter-
ahaan. Setelah liberalisasi keuangan dan
hadap harga aset memiliki implikasi yang
deregulasi serta adopsi rezim nilai tukar
penting terhadap manajer investasi, inves-
mengambang,
banyak negara-negara
tor dan bank sentral.
dihadapkan pada permasalahan volatilitas
Dengan menggunakan data negara-
nilai tukar valuta asing.
negara G-7, Lastrapes (1998) menunjukkan
Di sisi lain, nilai tukar valas
kejutan moneter mempengaruhi tingkat
mempengaruhi nilai perusahaan terutama
pengembalian saham, sementara Kaen et.al
karena arus kas mendatang perusahaan
(1997) menemukan bahwa perubahan pada
akan berubah-ubah sesuai dengan fluktuasi
kebijakan Bundesbank mempengaruhi sa-
nilai tukar valas. Luehrman (1991) menya-
ham-saham bank Jerman. Hasil penelitian
takan bahwa depresiasi mata uang suatu
Conover et.al (1999) juga menyatakan bah-
negara mempengaruhi tingkat kompetitif
wa adanya hubungan yang signifikan anta-
perusahaan-perusahaan dalam kompetisi
ra kebijakan moneter dan fluktuasi indeks
internasional perihal kenaikan dalam per-
bursa di negara-negara maju tersebut. Se-
mintaan bahan baku ekspornya. Adler dan
mentara Durham (2001), melaporkan hub-
Dumas (1984) menyatakan bahwa meski
ungan yang semakin lemah antara indi-
operasional perusahaan tersebut di dalam
kator-indikator kebijkan moneter yang ber-
negeri, ia dapat dipengaruhi oleh fluktuasi
beda-beda dengan kinerja saham jangka
nilai tukar valas baik pada harga input dan
panjang.
output-nya. Pada saat yang sama, apabila
Risiko tingkat suku bunga dan nilai
terjadi denominasi nilai tukar pada negara
tukar valas adalah dua faktor ekonomi dan
tujuan impor, semakin lemah nilai tukar
mata uang negara pengimpor secara lang-
mempengaruhi nilai saham. Tingkat suku
sung berpengaruh negatif terhadap kenai-
bunga yang merefleksikan harga uang,
kan biaya impor barangnya. Namun sudut
memiliki pengaruh terhadap variabel-
pandang tersebut diatas pun tidak selalu
variabel lainnya di pasar uang dan pasar
mutlak sifatnya, bila dikaitkan dengan
modal. Tingkat suku bunga secara tidak
dinamika pasar modal karena kenyataann-
langsung mempengaruhi valuasi harga sa-
ya, pergerakan antara indeks harga saham
ham dan juga volatilitasnya menciptakan
gabungan dan SBI pun tidak selalu berla-
pergeseran antara instrumen pasar uang
wanan arah. Pada periode Juni 2004 hingga
Juni 2006 misalnya, terlihat anomali bahwa kedua indikator ini bergerak searah. Dengan kata lain kenaikan pada SBI juga tidak selalu direspon negatif oleh para pelaku di pasar saham.
Di sisi lain, secara teoretis, investasi pada saham dapat memberikan perlin- dungan nilai yang baik dari pengaruh inflasi karena saham merupakan klaim ter- hadap sejumlah aset riil. Teori tersebut dikemukakan antara lain oleh Bodie (1976)
serta Fama dan Schwert (1977). Berdasar-
kan teori tersebut, tingkat pengembalian riil dari saham seharusnya tidak ter- pengaruh oleh perubahan harga barang dan jasa. Berlawanan dengan harapan dari teori tersebut, kenyataan empiris di Ameri- ka Serikat (AS) menunjukkan bahwa inflasi dan tingkat pengembalian investasi pada saham berkorelasi secara negatif dalam arti inflasi yang sangat tinggi cenderung dis- ertai dengan tingkat pengembalian inves- tasi pada saham yang rendah. Kenyataan empiris di AS pada periode 1953-1971 ter- sebut dikemukakan Fama (1981) dengan menggunakan hipotesa pendekatan (
)
yang menjelaskan bahwa karena tingkat pengembalian investasi pada saham berko- relasi positif dengan aktivitas ekonomi riil dan aktivitas ekonomi riil berkorelasi negatif dengan perubahan harga-harga ba- rang dan jasa (inflasi), maka tingkat pengembalian investasi pada saham berko- relasi negatif dengan inflasi. Hipotesa ter- sebut menyiratkan bahwa tingkat pengem- balian investasi pada saham lebih erat terkait dengan aktivitas ekonomi riil da- ripada dengan inflasi.
Terkait dengan hal ini, studi yang dil- akukan oleh Spyrou (2004) menyimpulkan bahwa di beberapa negara berkembang, selain
menunjukkan bahwa inflasi berkorelasi secara positif dengan tingkat pengembalian investasi pada saham. Temuan tersebut mengindikasikan bahwa dengan tingkat inflasi yang tinggi dapat diharapkan ting- kat pengembalian investasi pada saham yang tinggi pula. Menurut Spyrou (2004), indikasi tersebut kemungkinan disebabkan oleh korelasi positif antara inflasi dan ak- tivitas ekonomi riil di banyak negara berkembang serta kemungkinan adanya
keterkaitan erat antara kebijakan moneter dengan kebijakan sektor riil di negara- negara tersebut.
Pola interaksi antar aktivitas ekonomi global pun juga seringkali memunculkan gambaran anomali bila dihadapkan kausali- tas teoritis dan fakta. Contoh hal ini terjadi pada awal tahun 2009 dimana nilai tukar kurs rupiah terhadap dolar Amerika yang terus mengalami penurunan mulai dari kis- aran Rp 10.800 per awal Januari hingga mencapai Rp 12.000 USD1 per awal Febru- ari. Meski fenomena pelemahan kurs ini juga praktis terjadi pada hampir semua mata uang dunia terhadap dollar AS, tetap saja ini menimbulkan kekhawatiran. Dunia usaha masih dihinggapi trauma pelemahan rupiah sebagaimana terjadi pada krisis 1998. Menurut Prasetiantono (2009), setid- aknya bisa dipetakan adanya lima faktor penyebabnya:
, dalam setahun ter-
akhir terjadi penurunan hebat arus modal masuk dari negara-negara maju ke negara- negara pasar sedang berkembang di Asia. Pada Januari-Agustus 2008, modal masuk terpangkas 40 persen, dari 100 miliar dol- lar AS menjadi 60 miliar dollar AS (World Bank, Global Economic Prospects 2009: Commodities at the Crossroads). Modal asing yang masuk dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yakni penerbitan ob- ligasi, penjualan saham, dan pinjaman per- bankan. Ini belum termasuk penurunan modal asing langsung. Situasi kian membu- ruk sejak 15 September 2008 ketika Leh- man Brothers bangkrut. Investor di New York, Amerika Serikat, pun kemudian melakukan konsolidasi. Mereka menarik dananya dari seluruh dunia untuk menata ulang portofolionya. Kondisi pasar sedang berkembang bahkan diperkirakan mengala- mi defisit aliran modal, berarti lebih ban- yak modal keluar daripada modal masuk. Dalam kasus Indonesia, hal itu dapat dideteksi dari merosotnya cadangan devisa dari level tertinggi 57 miliar (Juli 2008) menjadi 51 miliar dollar AS. Repatriasi modal menyebabkan naiknya permintaan terhadap dollar AS sehingga kurs dollar AS menguat. Inilah penjelasan, mengapa dollar AS justru menguat ketika perekonomian AS memburuk? Kedua, surplus perdagangan Indonesia menurun tajam, dari 40 miliar
Vol. 14, No. 1, Februari 2013: 89-112
Dinamika Bursa Saham Asing dan Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham (Pasaribu dan Kowanda)
dollar AS (2007 dan 2006) menjadi hanya
menurunkan suku bunganya terlalu cepat.
11 miliar dollar AS (2008). Surplus 2008
Kebijakan ini memang sangat diperlukan
berasal dari ekspor 136 miliar dollar AS
untuk memacu sektor riil. Namun,
dikurangi impor 125 miliar dollar AS. Ek-
penurunan BI Rate yang terakhir dari 8,75
spor mulai melemah sejak Oktober 2008
persen ke 8,25 persen justru dilakukan pa-
ketika AS dan seluruh dunia sudah me-
da saat rupiah lemah, yakni Rp 11.700 per
masuki periode krisis. Hal ini juga diikuti
dollar AS.
oleh menurunnya impor, seiring dengan
Anomali interaksi antara indikator
kian mahalnya dollar AS. Menipisnya sur-
moneter dan indeks harga saham gabungan
plus perdagangan menghilangkan peluang
adalah konsekuensi bagi para pelaku pasar
untuk menambah cadangan devisa. Ketiga,
(sektor riil dan keuangan) dalam menyikapi
euforia stimulus fiskal AS. Keputusan un-
dinamika aktivitas perekonomian yang ada,
tuk menginjeksi stimulus fiskal 787 miliar
terlebih bila dikaitkan dengan konteks lib-
dollar AS juga berkorelasi dengan kenaikan
eralisasi
ekonomi
yang seringkali
kurs dollar AS. Keempat, sebelum 15 Sep-
menghasilkan output yang bertentangan
tember 2008, banyak mata uang dunia
dengan kausalitas definisi antar indikator.
cenderung terlalu mahal (
) ter-
Pemetaan pada pola pergerakan dinamis
hadap dollar AS. Akibatnya, neraca
indikator yang dimaksud adalah suatu tan-
perdagangan tertekan hebat (defisit). Indo-
tangan dan peluang baik bagi kalangan
nesia kurang lebih punya masalah mirip.
akademisi dan praktisi guna menghasilkan
Karena kurs dollar AS terlalu murah
estimasi yang sekomprehensif mungkin
), impor melonjak sangat be-
dalam menjelaskan interaksi tersebut.
sar. Pada Juli 2008, impor kita mencapai rekor tertinggi 12,82 miliar dollar AS, pa- dahal ekspor cuma 12,55 miliar dollar AS.
Berdasarkan pemaparan singkat diat-
Akibatnya, terjadi defisit perdagangan
as, penelitian ini bertujuan untuk:
hampir 300 juta dollar AS. kami menduga
1. Melihat perkembangan indeks harga sa-
hal ini terjadi karena dollar AS underval-
ham gabungan, tingkat inflasi, cadangan
ued, atau sebaliknya rupiah
devisa, tingkat suku bunga SBI, jumlah
Koreksi yang diperlukan adalah kombinasi
uang beredar, kurs rupiah terhadap
antara dollar AS menguat dan rupiah
Dolar Amerika Serikat, kurs rupiah ter-
hadap Euro, dan bursa saham asing
Vol. 14, No. 1, Februari 2013: 89-112
(KLSE, STI, PSEI, dan SSE)
setiap negara secara efektif merupakan ba-
2. Mengetahui pengaruh masing-masing
gian yang tidak otonom dari satu
variabel tersebut baik secara simultan
perekonomian
tunggal dunia. Jadi
maupun secara parsial terhadap indeks
pengertian integrasi lebih tegas dibanding-
harga saham gabungan (IHSG).
kan interaksi. Berdasarkan kedua kata kunci tersebut pengertian globalisasi ekonomi adalah bahwa suatu kondisi di- mana perekonomian nasional dan lokal ter-
Globalisasi secara sederhana diartikan
integrasi kedalam satu perekonomian tung-
sebagai integrasi perekonomian suatu
gal yang bersifat global (Thoha, 2001).
negara ke dalam perekonomian dunia (global). Proses integrasi perekonomian global itu sendiri, antara lain dicerminkan
Integrasi ekonomi adalah kebijakan
oleh adanya liberalisasi perdagangan dan
komersial atau perdagangan yang secara
investasi (ekonomi) (Darwin, 2005).
diskriminatif mengurangi atau mengha-
puskan hambatan-hambatan perdagangan
kegiatan finansial, produksi, investasi dan
hanya di antara pihak tertentu saja, yakni
di negara-negara yang memutuskan untuk
mempengaruhi tata hubungan ekonomi
bersatu membentuk integrasi ekonomi ter-
antarbangsa. Proses globalisasi itu telah
sebut.
meningkatkan kadar hubungan saling
Menurut Djamalius dalam Hanie
ketergantungan antarnegara, bahkan men-
(2006), integrasi ekonomi merupakan pen-
imbulkan proses menyatunya ekonomi
ciptaan struktur perekonomian inter-
dunia, sehingga batas-batas antarnegara
nasional yang lebih bebas dengan jalan
dalam berbagai praktik dunia usaha atau
menghapuskan
semua pembatasan-
bisnis seakanakan dianggap tidak berlaku
pembatasan yang dibuat terhadap beker-
lagi (Halwani, 2005). Lebih lanjut Halwani
janya perdagangan bebas dan dengan jalan
(2005) menjelaskan bahwa globalisasi
memasukkan semua bentuk bentuk kerja
ekonomi ditandai dengan makin menip-
sama dan unifikasi. Integrasi dapat dipakai
isnya batas-batas investasi atau pasar
sebagai alat untuk mengakses pasar yang
secara nasional, regional ataupun inter-
lebih besar, menstimulasi pertumbuhan
nasional. Hal itu disebabkan oleh adanya
ekonomi sebagai upaya untuk meningkat-
hal-hal berikut ini.
kan kesejahteraan nasional.
1. Komunikasi dan transportasi yang se-
Dalam penelitian ini integrasi IHSG
makin canggih.
dengan indeks bursa saham regional
2. Lalu lintas devisa yang semakin bebas.
mempunyai arti sebagai penyatuan bursa-
3. Ekonomi negara yang makin terbuka.
bursa saham dengan menganalisis keterkai-
4. Penggunaan secara penuh keunggulan
tan atau hubungannya dilihat dari harga
komparatif dan keunggulan kompetitif
saham, suku bunga dan tingkat inflasi.
tiap-tiap negara.
Adapun negara-negara yang akan diteliti
5. Metode produksi dan perakitan dengan
adalah Indonesia, Hongkong dan Singapu-
organisasi manajemen yang makin
ra.
efisien.
Suku bunga, tingkat inflasi dan harga
6. Semakin pesatnya perkembangan perus-
saham Indonesia memiliki keterkaitan
ahaan multinasional di hampir seluruh
dengan suku bunga, tingkat inflasi, harga
dunia.
saham Hongkong dan Singapura. Indeks
Dua kata kunci di dalam globalisasi
Bursa Saham (IHSG) berkorelasi positif dan
adalah interaksi dan integrasi, yakni in-
negatif dengan Indeks Bursa Regional
teraksi ekonomi antar negara dan tingkat
(Hangseng dan STI). Adanya penyatuan
integrasinya. Interaksi ekonomi antar nega-
atau integrasi ini dapat mempengaruhi per-
ra mencakup arus perdagangan, produksi
tumbuhan pasar modal di masing-masing
dan keuangan, sedangkan integrasi berarti
negara. Saham di bursa-bursa Asia
bahwa perekonomian lokal atau nasional
melemah terpengaruh anjloknya saham
Dinamika Bursa Saham Asing dan Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham (Pasaribu dan Kowanda)
Wall Street. Di Hong Kong, indeks
untuk 2006, arus dana asing memang
Hangseng turun dan indeks STI mengalami
cenderung untuk keluar dari bursa Korea
penurunan terendah dalam dua tahun tera-
dan Taiwan, tapi masih masuk untuk bursa
khir mengikuti penurunan indeks Dow
Indonesia dan India.
Jones. Menurut para investor, penurunan
Beberapa
manajer investasi
tingkat suku bunga bisa mengangkat
menggunakan indeks regional sebagai
ekonomi karena bisa menurunkan harga
dari
prestasinya dalam
barang konsumen (Hariyanto, 2001). Con-
melakukan investasi. Indeks regional ini
toh lain, menjelang akhir tahun 2006 lalu,
adalah indeks yang komponennya terdiri
dapat dilihat bahwa Bursa Efek Jakarta ber-
dari saham-saham yang terdaftar di bebera-
sama dengan bursa Shanghai China dan
pa
negara.
Manajer investasi yang
Mumbai India merupakan trio bursa di Asia
menggunakan indeks regional sebagai
dengan kinerja paling baik. Ketiganya ber-
benchmark bisa jadi cenderung untuk
sama-sama memecahkan rekor indeksnya
keluar dari seluruh region apabila terjadi
masing-masing. Diketahui bahwa pertum-
guncangan di satu negara yang menjadi
buhan indeks sebesar 57.25 persen dicapai
tujuan investasinya (Utomo, 2007). Contoh
bursa Jakarta, 65.05 persen oleh bursa
indeks regional ini adalah MSCI Asia Ex Ja-
Shanghai dan 48.64 persen oleh bursa
pan yang berisi saham-saham yang di-
Mumbai. Memasuki masa peralihan semes-
perdagangkan di bursa utama Asia di luar
ter pertama dan kedua sempat terjadi
Jepang, atau FTSE atau ASEAN 40 Index
penurunan indeks akibat ketidakpastian
yang berisi saham-saham yang ada di bursa
tingkat suku bunga global. Tetapi, setelah
ASEAN. Selain itu Nikkei-225 Bursa Saham
itu indeks di BEJ terus melaju dan sempat
Jepang, Hangseng Bursa Saham Hongkong,
mencapai level 1.800. Inflasi yang terken-
Strait Times Bursa Saham Singapura, SET
dali dan tingkat suku bunga yang terus
Bursa Saham Thailand dan lain-lain.
menurun membuat optimisme ke lantai bursa. Dimana para investor tertarik untuk membeli saham di bursa.
Variabel yang berhubungan dengan harga saham adalah tingkat inflasi. Besar
Globalisasi adalah salah satu penyebab
kecilnya laju inflasi akan mempengaruhi
dari korelasi antara IHSG dengan berbagai
suku bunga riil. Hal ini cukup berpengaruh
indeks yang ada di berbagai belahan dunia.
bagi instrumen-instrumen pasar modal.
Investor, baik perseorangan maupun yang
Bila inflasi mengalami kenaikan maka
tergabung dalam sebuah dana yang
pemerintah
akan
berusaha untuk
dikelola oleh seorang manajer investasi,
menurunkannya dengan cara mengen-
bisa dengan bebas melakukan alokasi aset
dalikan jumlah uang beredar. Hal ini me-
tanpa melihat batas-batas negara. Secara
nyebabkan meningkatnya tingkat suku
khusus, fund manager ini membuat IHSG
bunga riil. Dengan meningkatnya tingkat
berhubungan dengan bursa yang lain.
suku bunga riil maka akan menyebabkan
Maraknya pembentukan fund regional yang
investor cenderung untuk mengurangi
menggunakan indeks yang terdiri dari sa-
kegiatan investasinya. Dana investasi akan
ham-saham yang ada dalam satu regional
cenderung untuk diendapkan dalam ben-
sebagai
, adalah penyebab dari
tuk deposito karena tingkat pengembalian
semakin besarnya korelasi antara IHSG
yang ditawarkan deposito lebih besar
dengan berbagai indeks regional. Manajer
dibandingkan dengan tingkat pengem-
investasi regional bisa dengan bebas me-
balian yang ditawarkan pasar saham.
masukkan portofolio regionalnya dari satu
Dengan berkurangnya transaksi di pasar
negara ke negara yang lain. Manajer inves-
saham tersebut maka akan menyebabkan
tasi bisa saja keluar dari suatu negara un-
turunnya harga saham (Vimala, 2005).
tuk menginvestasikan dana yang dimilikin-
↑→
ya selama kedua bursa tersebut masih be-
→
↑→
rada dalam satu regional. Sebagai contoh,
↓→
↓
Vol. 14, No. 1, Februari 2013: 89-112
Hubungan antara suku bunga dengan
positif terhadap pertumbuhan output, se-
harga saham dapat dilihat dari hubungan
mentara untuk jangka pendek, harga sa-
antara suku bunga dengan investasi. Inves-
ham ternyata adalah fungsi masa lalu dan
tasi sangatlah dipengaruhi oleh tingkat su-
saat ini dari variabel-variabel mak-
ku bunga. Bila suku bunga mengalami ke-
roekonomi.
naikan maka masyarakat cenderung untuk
Maysami dan Sims (2002, 2001a,
tidak berinvestasi karena memilih untuk
2001b) menggunakan teknik pemodelan
menanamkan modalnya dalam tabungan
untuk menjelaskan hub-
atau deposito. Hal ini dikarenakan dengan
ungan antar variabel makroekonomi dan
tingkat suku bunga yang tinggi maka ting-
tingkat pengembalian saham di Hongkong
kat pengembalian yang akan diterima akan
dan Singapura (Maysami dan Sim, 2002b)
lebih tinggi dibandingkan dengan berinves-
Malaysia dan Thailand (Maysami dan Sim,
tasi dalam pasar modal. Ini menyebabkan
2001a), serta Jepang dan Korea (Maysami
berkurangnya transaksi di pasar modal
dan Sim, 2001b). Dengan menggunakan
terutama pasar saham sehingga akan me-
pendekatannya
Hendry (1986) yang
nyebabkan penurunan harga saham.
memungkinkan dilakukannya deduksi ter-
Bila hal sebaliknya yang terjadi,
hadap hubungan jangka pendek antara var-
dengan menurunnya tingkat suku bunga
iabel makroekonomi sebagaimana halnya
maka akan menyebabkan masyarakat tidak
penyesuaian jangka panjang terhadap ting-
menanamkan modalnya dalam tabungan
kat keseimbangan. Mereka menganalisis
atau deposito. Masyarakat akan menginves-
pengaruh suku bunga, inflasi, penawaran
tasikan modalnya pada instrumen investasi
uang, nilai tukar dan aktivitas riil secara
dengan imbalan hasil yang lebih tinggi dan
bersamaan dengan variabel dummi untuk
salah satu pilihan adalah dengan berinves-
menangkap akibat dari krisis keuangan
tasi dalam pasar modal. Hal ini menyebab-
Asia 1997. Hasil penelitiannya mengkonfir-
kan transaksi pasar modal akan meningkat
masi pengaruh variabel makroekonomi ter-
dan menyebabkan harga saham ikut men-
hadap indeks harga saham gabungan tiap-
galami peningkatan.
tiap negara, meski terjadi perbedaan peri- hal tipe dan ukuran asosiasi mengacu pada perbedaan struktur keuangan negara mas-
Maysami dan Koh (2000) meneliti hub-
ing-masing.
ungan demikian di Singapura. Mereka
Maghyereh (2002) meneliti hubungan
menemukan bahwa inflasi, pertumbuhan
jangka panjang antara harga saham dan
jumlah uang beredar, perubahan jangka
variabel makroekonomi Yordania dipilih,
pendek dan jangka panjang tingkat bunga
sekali lagi dengan menggunakan (1988)
dan variasi dalam nilai tukar membentuk
kointegrasi Johansen analisis dan data seri
hubungan kointegrasi dengan perubahan
bulanan waktu untuk periode Januari 1987
indeks gabungan pasar saham Singapura.
sampai Desember 2000. Hasil penelitian
Sementara Islam dan Watanapalachaikul
menunjukkan bahwa variabel ekonomi
(2003) menunjukkan, hubungan jangka
makro tercermin pada harga saham di
panjang yang kuat dan signifikan antara
pasar modal Yordania.
harga saham dan faktor makro ekonomi
Sementara penelitian Omran (2003)
(suku bunga, harga obligasi, kurs mata
difokuskan pada memeriksa dampak dari
uang asing, rasio
, kapitalisasi
suku bunga riil sebagai faktor kunci pada
pasar, dan indeks harga konsumen) selama
kinerja pasar saham Mesir, baik dari segi
1992 sampai 2001 di Thailand.
aktivitas pasar dan likuiditas. Analisis koin-
Wongbangpo dan Sharma (2002)
tegrasi melalui mekanisme koreksi kesala-
mengkaji hubungan antara harga saham
han (ECM) menunjukkan hubungan jangka
dan beberapa faktor makroekonomi di lima
panjang dan jangka pendek yang signifikan
negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipi-
antara variabel-variabel, yang menyiratkan
na, Singapura dan Thailand). Temuan
bahwa suku bunga riil berdampak pada
kinerja pasar saham.
jangka panjang harga saham berhubungan
Hassan (2003) menggunakan teknik
Dinamika Bursa Saham Asing dan Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham (Pasaribu dan Kowanda)
kointegrasi multivariat Johansen (1988, 1991, 1992b) dan (1990) Johansen dan 'Juselius untuk menguji keberadaan hub- ungan jangka panjang antara harga saham di kawasan Teluk Persia. Menggunakan model vektor koreksi kesalahan, ia juga meneliti jangka pendek dinamika harga dengan menguji keberadaan dan arah antarwaktu Granger-kausalitas. Analisis indeks harga mingguan di Kuwait, Bahrain, Oman dan saham pasar menunjukkan bah- wa: (1) harga saham telah berkointegrasi dengan satu vektor kointegrasi dan dua tren stokastik umum yang menunjukkan adanya keseimbangan, stabil jangka pan- jang hubungan antara mereka, dan (2) har-
ga tidak dipengaruhi oleh perubahan jangka pendek tetapi bergerak sepanjang nilai-nilai tren satu sama lain. Oleh karena itu, informasi tentang tingkat harga akan sangat membantu untuk memprediksi pe- rubahan mereka.
Islam (2003) mereplikasi studinya Maysami dan Sims dalam menjelaskan hub- ungan penyesuaian dinamik jangka pendek dan hubungan keseimbangan jangka pan- jang antara empat variabel makroekonomi (suku bunga, tingkat inflasi, nilai tukar, dan produktivitas industri) dan indeks harga gabungan saham Kuala Lumpur. Kes- impulan studinya hampir serupa. Terdapat hubungan yang signifikan jangka pendek (dinamik)
(keseimbangan) secara statistik antara vari- abel makroekonomi dan tingkat pengem- balian pasar saham Kuala Lumpur. Ibrahim (1999) juga meneliti interaksi dinamis anta- ra indeks gabungan KLSE, dan tujuh varia- bel makroekonomi (indeks produksi indus- tri, jumlah uang beredar M1 dan M2, in- deks harga konsumen, cadangan devisa, kredit agregat dan nilai tukar). Hasil penga- matannya menyatakan bahwa variabel mak- roekonomi berpengaruh terhadap indeks saham Malaysia, ia menyimpulkan bahwa pasar saham Malaysia belum efisien secara informasi. Hasil yang sama juga diperoleh atas studi yang dilakukan Chong dan Koh (2003). Mereka menunjukkan bahwa harga saham, kegiatan ekonomi, suku bunga riil dan keseimbangan uang riil di Malaysia itu terkait dalam jangka panjang baik di pra- dan pasca periode kontrol modal.
Boucher (2004) mempertimbangkan perspektif baru pada hubungan antara har-
ga saham dan inflasi, dengan mem- perkirakan tren jangka panjang pada harga saham riil, sebagaimana tercermin dalam rasio laba-harga, dan keduanya: ekpektasi inflasi dan inflasi riil. Mereka mempelajari peran penyimpangan sementara dari ke- cenderungan umum dalam rasio laba-harga dan inflasi riil untuk memprediksi fluk- tuasi pasar saham. Secara khusus, mereka menemukan bahwa deviasi ini menunjuk- kan kemampuan peramalan yang substan- sial dalam sampel dan di luar sampel un- tuk keduanya, baik ekspektasi tingkat pengembalian
pengembalian serta ekses tingkat pengem- balian. Selain itu, mereka menemukan bah- wa variabel ini memberikan informasi ten- tang tingkat pengembalian saham di masa depan periode pendek dan menengah yang tidak ditangkap oleh variabel peramalan lain yang populer.
Chuang et al. (2007) mengkaji apakah variabel-variabel
makroekonomi,
khu-
susnya jumlah uang beredar, dan defisit APBN yang dianggap memiliki fungsi pent- ing guna memprediksi harga saham di Tai- wan, Hongkong, Singapura, dan Korea Se- latan. Data yang digunakan adalah indeks harga saham, jumlah penawaran uang, dan besarnya defisit APBN. Hasil penelitiannya secara umum konsisten dengan literatur mengenai makroekonomi. Temuan lainnya menyatakan bahwa terjadi hubungan kese- imbangan jangka panjang antara kebijakan makroekonomi dan harga saham atas keempat negara tersebut, sementara untuk periode jangka pendek, harga saham tidak otomatis langsung menyesuaikan atas pe- rubahan kebijakan moneter dan fiskal yang terjadi.
Chen (2008) meneliti apakah variabel- variabel makroekonomi dapat memprediksi resesi di pasar saham. Variabel yang digunakannya antara lain,
tingkat
suku bunga, tingkat inflasi, jumlah uang beredar, agregat output, dan tingkat pengangguran. Bukti empiris dari data bu- lanan indeks harga SP 500 menyatakan bahwa diantara variabel makroekonomi yang dipertimbangkan sebagai prediktor yang memiliki daya penjelas yang memadai
Vol. 14, No. 1, Februari 2013: 89-112
adalah spread kurva imbal hasil dan ting-
Mereka menganalisis data kuartalan 1991-
kat inflasi berdasarkan kinerja peramalan
2007 untuk variabel-variabel di atas
sampel yang dilakukan.
dengan menggunakan model co-integrasi,
model vektor koreksi uji kesalahan (VECM).
memvalidasi hubungan jangka panjang
Hasil penelitiannya menetapkan bahwa ko-
harga saham dengan nilai tukar dan inflasi
integrasi yang terjadi diantara variabel
makroekonomi dan harga saham di Ghana
penelitian tentang hubungan antara indeks
menunjukkan adanya hubungan jangka
saham dengan variabel makroekonomi. Hal
panjang. Analisis VECM menunjukkan bah-
ini memberikan latar belakang subyektif
wa nilai lag dari suku bunga dan inflasi
yang kuat untuk menguji adanya hubungan
memiliki pengaruh yang signifikan ter-
seperti di India. Penelitian ini terutama di-
hadap pasar saham. Sementara investasi
tangani dengan metode empiris dengan
langsung asing, harga minyak, dan nilai
menggabungkan teknik statistik yang ber-
tukar menunjukkan pengaruh yang lemah
beda untuk memeriksa adanya kointegrasi
pada perubahan harga.
antara indeks saham (Sensex) dan variabel lainnya. Ko-integrasi merupakan indikator yang diterima dengan baik untuk konteks
Manurung
(1996) melakukan
penjelasan hubungan jangka panjang anta-
penelitian tentang pengaruh variabel mak-
ra lebih dari satu variabel
ro, investor asing, bursa yang, telah maju
Penelitian ini mengambil pertimbangan
terhadap indeks BEI. Variabel makro
sepuluh tahun pengalaman ekonomi India
ekonomi yang dimasukkan ke dalam model
masa lalu yang tercermin ke dalam indeks
yaitu, tingkat bunga deposito, kurs dolar
saham, indeks harga grosir dan nilai tukar.
Amerika Serikat, defisit transaksi berjalan,
Sebuah hubungan kausal tidak dapat diten-
tingkat inflasi, penawaran uang yang
tukan tanpa adanya ko-integrasi antara var-
diukur
dengan
M2, pengeluaran
iabel ekonomi makro yang dipilih.
pemerintah dan produk domestik bruto.
Gilbert (2008) menganalisis hubungan
Hasilnya, variabel inflasi tiga bulan, penge-
luaran pemerintah, dan produk domestik
roekonomi, tingkat pengembalian intraday
bruto
tidak
signifikan dalam
pada indeks SP 500, dan revisi terhadap
mempengaruhi indeks di Bursa Efek Indo-
data yang diumumkan. Informasi ini tidak
nesia.
Sedangkan,
sisanya terbukti
berhubungan dengan kejutan pengumu-
mempengaruhi indeks di Bursa Efek Indo-
man awal dan memprediksi revisi masa
nesia.
depan: Harga meningkat ketika revisi beri-
Pemerintah pun menganggap interaksi
kutnya akan positif. Pengamatan ini sangat
aliran modal yang masuk dan keluar me-
baik untuk kegiatan nyata dan variabel in-
lalui pasar modal dan perdagangan valuta
vestasi seperti gaji non-pertanian, produksi
asing adalah penting, sehingga melalui
industri, dan pesanan pabrik. Hasilnya me-
BAPEPAM melakukan kajian terhada pola
nunjukkan bahwa pelepasan informasi pu-
hubungan interaksi secara jangka pendek
blik memang berpotensi dalam memicu
dan jangka panjang. Penelitian yang dil-
agregasi informasi swasta yang lebih
akukan BAPEPAM ini bertujuan untuk men-
akurat.
guji hubungan kointegrasi dan hubungan
Adam dan Tweneboah (2008) meneliti
kausalitas antara aliran modal asing, perge-
dampak dari variabel makroekonomi ter-
rakan indeks harga saham dan pergerakan
hadap harga saham dalam indeks saham
nilai tukar rupiah serta untuk mengetahui
Databank. Untuk mewakili pasar saham
hubungan dinamis diantara ketiga variabel
dan (a) mengarahkan ke dalam investasi
penelitian tersebut periode 2000-2007. Da-
asing, (b) suku bunga T-Bill (sebagai ukuran
ta yang digunakan adalah data time series
tingkat suku bunga), (c) indeks harga kon-
harian berasal dari Badan Pengawas Pasar
sumen (sebagai ukuran inflasi), (d) harga
Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-
minyak mentah, dan (e) nilai tukar yang
LK), Kustodian Efek Indonesia (KSEI) dan
digunakan sebagai variabel makroekonomi.
Bank Indonesia (BI). Teknik analisis
Dinamika Bursa Saham Asing dan Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham (Pasaribu dan Kowanda)
menggunakan metode
harga saham gabungan (IHSG) secara simul-
dan
tan dipengaruhi oleh instrumen pasar keu-
dalam rerangka VAR (
angan seperti suku bunga SBI, inflasi dan
Variabel yang digunakan dalam penelitian
kurs Rupiah terhadap Dolar AS. Kurs ber-
ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan
pengaruh negatif dan signifikan secara
(IHSG), Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar
statistik terhadap IHSG sedangkan suku
(Kurs) dan
. Hasil
bunga SBI dan inflasi juga berpengaruh
penelitian menunjukkan secara empiris
negatif tetapi tidak signifikan secara statis-
bahwa uji akar unit (
) dengan
tik. Hal ini menunjukkan bahwa investor
metode
(ADF)
selama periode penelitian tidak terlalu
menunjukkan bahwa ketiga variabel mem-
memperhatikan pergerakan SBI dan inflasi
iliki
atau tidak stasioner pada da-
namun cenderung lebih memperhatikan
ta level, namun stasioner pada tingkat
pergerakan Rupiah terhadap Dolar AS. Pe-
yaitu variabel-variabel tersebut
rubahan dalam IHSG dapat dijelaskan oleh
mempunyai derajat integrasi yang sama
kurs Dolar Amerika, suku bunga SBI dan
pada I(1). Dari hasil uji Kointegrasi menun-
inflasi sebesar 26,5 persen. Kecilnya
jukkan bahwa ketiga variabel penelitian
pengaruh faktor-faktor pasar keuangan di
mempunyai hubungan kointegrasi atau
atas dalam mempengaruhi nilai IHSG kare-
keseimbangan jangka panjang. Dari hasil
na banyak informasi dan faktor-faktor lain
uji kausalitas menunjukkan bahwa IHSG
yang juga dijadikan bahan pertimbangan
lebih mampu menjelaskan pengaruhnya
oleh para investor dalam menanamkan in-
terhadap aliran modal asing yang masuk ke
vestasinya di bursa saham.
Indonesia, sedangkan aliran modal asing
Penelitian Mansur (2009) bertujuan
mampu menjelaskan pengaruhnya ter-
untuk menguji pengaruh tingkat suku bun-
hadap pergerakan nilai tukar rupiah.
ga SBI dan kurs dolar AS terhadap Indeks
Dengan menggunakan multivariate VECM
Harga Saham Gabungan (IHSG) di Busa Efek
yang ditunjukkan oleh
Jakarta (BEJ). Analisis model yang menun-
maupun
jukkan besarnya pengaruh dari dalam
memberikan hasil bahwa aliran modal as-
negeri memberikan hasil bahwa secara ber-
ing yang masuk ke Indonesia pada periode
sama-sama tingkat suku bunga SBI dan
penelitian memberikan pengaruh yang pos-
kurs dolar AS memberikan pengaruh yang
itif terhadap pergerakan indeks harga sa-
signifikan. Tetapi secara individual me-
ham gabungan, dan juga memberikan
nyimpulkan bahwa tingkat suku bunga SBI
pengaruh yang positif terhadap perubahan
dalam periode tahun 2000 sampai 2002
nilai tukar rupiah. Perubahan nilai tukar
ternyata tidak memberikan pengaruh yang
rupiah yang menguatmelemah mem-
signifikan terhadap Indeks Harga Saham
berikan pengaruh yang positifnegatif ter-
Gabungan di BEJ. Pengaruh yang signifikan
hadap pergerakan indeks harga saham
diberikan oleh kurs dolar AS dan besarnya
gabungan. Disamping itu, masing-masing
pengaruh kurs dolar AS tehadap IHSG Bur-
variabel dapat saling menjelaskan apabila
sa Efek Jakarta sebesar 51,55 dengan
terjadi kejutan terhadap salah satu varia-
arah pengaruh negatif. Artinya apabila ru-
bel.
piah terdepresiasi terhadap dolar AS maka
Menurut Hajiji (2008) perkembangan
IHSG cenderung akan melemah dan begitu
nilai indeks harga saham gabungan (IHSG)
juga sebaliknya, apabila rupiah terapresiasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam
terhadap dolar AS maka IHSG akan men-
sistem pasar keuangan di Indonesia. IHSG
galami penguatan. Tidak signifikannya
selama periode penelitian mengalami fluk-
tingkat suku bunga SBI terjadi karena pada
tuasi namun secara umum mengalami ke-
periode penelitian, yaitu tahun 2000 sam-
naikan. Suku bunga SBI dan tingkat inflasi
pai tahun 2002 terjadi banyak sentimen
selama periode penelitian mengalami fluk-
diluar variabel yang diteliti. Faktor sen-
tuasi. Kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika
timen tersebut berasal dari situasi politik,
juga berfluktuasi namun pergerakannya
ekonomi dan keamanan dalam negeri serta
cukup stabil. Perkembangan nilai indeks
faktor kebijakan-kebijakan investasi. Misal-
Vol. 14, No. 1, Februari 2013: 89-112
nya di dalam bidang keamanan adanya
sioneritas terhadap nilai residu membuk-
konflik di Aceh, Ambon dan Papua, serta
tikan bahwa antara variabel makro
peristiwa bom Bali yang terjadi pada akhir
ekonomi yang terdiri dari suku bunga de-
tahun 2002. Dibidang politik terjadinya
posito satu bulan, suku bunga Sertifikat
pergantian pimpinan nasional atau presi-
Bank Indonesia, jumlah uang beredar, nilai
den. Di bidang ekonomi adalah proses re-
tukar rupiah terhadap dolar Amerika Seri-
strukturisasi dan privatisasi yang terus ber-
kat dan tingkat inflasi dengan pergerakan
jalan sepanjang tahun 2000 sampai tahun
tingkat pengembalian IHSG terdapat kese-
2002. Pengaruh dari variabel-variabel lain
imbangan hubungan jangka. Jadi, variabel
diluar variabel yang diteliti (variabel residu)
makro ekonomi dapat dikatakan memiliki
tersebut cukup besar kepada IHSG, yaitu
pengaruh signifikan terhadap tingkat
sekitar 48,45.
pengembalian IHSG atau setiap perubahan
Penelitian Frensidy (2009) berusaha
pada variabel makro ekonomi akan
untuk mengetahui pengaruh aliran bersih
berdampak
pada
perubahan tingkat
asing, kurs dolar Amerika, dan indeks re-
pengembalian IHSG dalam jangka panjang.
gional (dengan proxy indeks Hang Seng)
Sementara berdasarkan pengujian dengan
terhadap pergerakan IHSG periode Januari
menggunakan metode mekanisme koreksi
2006 – Oktober 2007. Selain itu, penelitian
kesalahan (ECM) menunjukkan bahwa ter-
ini juga mencoba untuk mencari model
dapat keseimbangan jangka pendek antara
yang paling tepat untuk menjelaskan hub-
variabel makro ekonomi dan tingkat
ungan variabel-variabel independen di atas
pengembalian IHSG. Implikasinya, variabel
dan perubahan IHSG. Dari hasil perhi-
makro
ekonomi
signifikan dalam
tungan diperoleh temuan bahwa Aliran ber-
mempengaruhi tingkat pengembalian IHSG
sih dana asing (NFF) mempengaruhi peru-
atau setiap perubahan pada variabel makro
bahan IHSG secara positif dan signifikan.
ekonomi akan berdampak pada perubahan
Sementara itu, hubungan antara perubahan
tingkat pengembalian IHSG dalam jangka
kurs dengan perubahan IHSG adalah
pendek. Selain itu, dalam jangka pendek
negatif dan koefisien hubungan antara pe-
variabel tingkat pengembalian IHSG akan
rubahan indeks Hang Seng dengan peru-
menurun dan mampu menyesuaikan peru-
bahan IHSG adalah positif. Secara kese-
bahan variabel makro ekonomi pada satu
luruhan, variasi variabel bebas seperti ali-
periode berikutnya untuk mengoreksi
ran bersih dana asing, perubahan kurs, dan
kesalahan dan menuju keseimbangan
jangka panjang sebesar 91,10.
nyumbangkan 56,9 variasi variabel peru-
Penelitian Witjaksono (2010) bertujuan
bahan IHSG, cukup signifikan. Semua vara-
untuk mengetahui Pengaruh Tingkat Suku
bel independen signifikan pada = 1. Be-
Bunga SBI, Harga Minyak Dunia, Harga
gitu juga dengan nilai F-stastitik untuk
Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei
keseluruhan model yang juga signifikan
225, dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG
pada α = 1.
selama periode 2000-2009. Hasil dari
Studi yang dilakukan Endri (2009) ber-
penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
tujuan untuk menginvestigasi hubungan
Tingkat Suku Bunga SBI, dan Kurs Rupiah
dinamis jangka panjang dan jangka pendek
berpengaruh negatif terhadap IHSG. Se-
faktor-faktor makroekonomi yang terdiri
mentara variabel Harga Minyak Dunia, Har-
dari suku bunga, jumlah uang beredar, nilai
ga Emas Dunia, Indeks Nikkei 225 dan In-
tukar rupiah terhadap dolar Amerika Seri-
deks Dow Jones berpengaruh positif ter-
kat, dan tingkat inflasi dengan pergerakan
hadap IHSG. Selain itu diperoleh bahwa
tingkat pengembalian Indeks Harga Saham
nilai adjusted R square adalah 96.1 persen.
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.
Ini berarti 96.1 persen pergerakan IHSG
Berdasarkan uji kointegrasi data awal
dapat diprediksi dari pergerakan ketujuh
(level) menunjukkan bahwa variabel tingkat
variabel independen tersebut.
pengembalian IHSG terkointegrasi dengan
Penelitian yang dilakukan Novianto
variabel bebas makro ekonomi. Atau
(2011) bertujuan untuk menganalisis
dengan kata lain, analisis dari hasil uji sta-
bagaimana pengaruh variabel nilai tukar
Dinamika Bursa Saham Asing dan Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham (Pasaribu dan Kowanda)
(kurs) dolar Amerika, tingkat suku bunga
H4 Nilai tukar rupiah terhadap dolar
SBI, inflasi, dan jumlah uang beredar ter-
Amerika Serikat berpengaruh negatif
hadap variabel IHSG (Indeks Harga Saham
dengan IHSG
Gabungan) di Bursa Efek Indonesia secara