Analisis Pengendalian Persediaan Ayam Pada Usaha Ayam Potong Pak Waginodengan Menggunakan Metode Economic Orderquantity (EOQ)

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen Operasi
Manajemen operasi (Operations managements) adalah serangkaian
aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan
mengubah input menjadi output. Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa,
berlangsung di semua organisasi. Manajemen operasi merupakan salah satu dari
tiga fungsi utama sebuah organisasi, dan secara utuh berhubungan dengan semua
fungsi bisnis lainnya. Semua organisasi memasarkan, membiayai, dan
memproduksi, maka sangat penting untuk mengetahui bagaimana aktivitas
manajemen operasi berjalan. (Heizer dan Render, 2006:4)
Heizer dan Render (2006:9) menyebutkan bahwa terdapat sepuluh
keputusan yang berkaitan dengan strategi manajemen operasional, yaitu:
1. Desain produk dan jasa
2. Mengelola kualitas
3. Strategi proses
4. Strategi lokasi
5. Strategi tata letak
6. Sumber daya manusia
7. Manajemen rantai pasokan (Supply Chain Management)

8. Manajemen persediaan, perencanaan kebutuhan bahan, dan JIT (Just In Time)
9. Penjadwalan (jangka pendek dan menengah)
10. Pemeliharaan (Maintenance)

Universitas Sumatera Utara

2.2 Persediaan
2.2.1 Pengertian Persediaan
Cara yang paling mudah untuk menjaga agar operasi terjamin adalah
dengan mengisi persediaan barang sebanyak-banyaknya (biasanya ini kemauan
pemakai barang). Sedangkan yang paling mudah untuk menjaga agar biaya
investasi seminimal mungkin adalah dengan mengusahakan persediaan mencapai
nol (biasanya ini dikehendaki oleh fungsi keuangan). Disinilah letak fungsi
manajemen persediaan, yaitu menjembatani dua kepentingan yang bertolak
belakang tersebut. Pengelolaan persedian haruslah berdaya guna (efisien) dan
berhasil guna (efektif). Menjamin kelangsungan jalannya operasi perusahaan
adalah soal efektivitas, sedangkan menekan persediaan sampai ke tingkat
minimum adalah soal efisiensi. (Indrajit dan Pranoto, 2003:11)
Pengertian persediaan menurut Indrajit dan Pranoto (2003:4) adalah
sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam

tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap pakai dan ditatausahakan dalam
buku perusahaan. Setiap perusahaan selalu mengadakan persediaan, karena tanpa
adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada risiko bahwa
perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanngan yang
memerlukan atau meminta barang atau jasa yang dihasilkan. Hal ini mungkin
terjadi, karena tidak selamanya barang – barang atau jasa-jasa tersedia pada setiap
saat, yang berarti pula bahwa pengusaha akan kehilangan kesempatan
memperoleh keuntungan yang seharusnya ia dapatkan. Jadi persediaan sangat
penting artinya untuk setiap perusahaan baik perusahaan yang menghasilkan suatu
barang atau jasa. Persediaan ini diadakan apabila keuntungan yang diharapkan

Universitas Sumatera Utara

dari persediaan tersebut (terjadinya kelancaran usaha) hendaknya lebih besar
daripada biaya-biaya yang ditimbulkannya (Assauri, 2008:237).
Sedangkan menurut Kusuma (2009) persediaan adalah barang yang
disimpan untuk digunakan atau dijual pada periode mendatang. Persediaan dapat
berbentuk bahan baku yang disimpan untuk diproses, komponen yang diproses,
barang dalam proses manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk dijual.
Persediaan memegang peran penting agar perusahaan dapat berjalan dengan baik.

Karena bentuk persediaan dapat beraneka macam, penanganan persediaan pun
memunculkan

berbagai

masalah.

Tujuan

perencanaan

persediaan

ialah

menemukan jawaban atas masalah-masalah tersebut.
Menurut Handoko (2012:333) persediaan (inventory) adalah suatu istilah
umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang
disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Permintaan akan
sumber daya mungkin internal atau eksternal. Ini meliputi persediaan bahan

mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan-bahan
pembantu atau pelengkap, dan komponen-komponen lain yang menjadi bagian
keluaran produk perusahaan. Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan
dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat
persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar
pesanan yang harus dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Fungsi dan Peranan persediaan
Fungsi utama persediaan yaitu sebagai penyangga, penghubung antar
proses produksi dan distribusi untuk memperoleh efisiensi. Fungsi lain
persediaan

sebagai

stabilisator

harga


terhadap

fluktuasi

permintaan.

(Ishak A 2010:162)
Sedangkan menurut Heizer dan Render (2008:60) persediaan dapat
melayani beberapa fungsi yang akan menambah fleksibilitas operasi
perusahaan. Empat fungsi persediaan adalah:
1. Untuk men- “decouple” atau memisahkan beragam bagian proses produksi.
Sebagai contoh, jika pasokan sebuah perusahaan berfluktuasi, maka
mungkin diperlukan persediaan tambahan untuk men-decouple proses
produksi dari para pemasok.
2. Untuk memisahkan perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan
persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan.
Persediaan semacam ini umumnya terjadi pada pedagang eceran.
3. Untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas, sebab pembelian dalm
jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau pengiriman
barang.

4. Untuk menjaga pengaruh inflasi dan naiknya harga.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Herjanto (2004:220) beberapa fungsi penting yang dikandung
oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan, sebagai berikut:
1.

Menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang
yang dibutuhkan perusahaan.

2.

Menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan.

3.

Menghilangkan risiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.


4.

Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman, sehingga
perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia dipasaran.

5.

Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas
(quantity discounts).

6.

Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang
diperlukan.

2.2.3 Jenis – Jenis Persediaan
Menurut Handoko (2012:334), setiap jenis persediaan mempunyai
karakteristik khusus tersendiri dari cara pengelolaannya yang berbeda. Menurut
jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas:
1.


Persediaan Bahan Mentah (raw materials), yaitu persediaan barang-barang
berwujud seperti, baja, kayu dan komponen-komponen lainnya yang
digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari para
supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses
produksi selanjutnya.

2.

Persediaan Komponen-Komponen Rakitan(Purchased parts/components),
yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen

Universitas Sumatera Utara

yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit
menjadi suatu produk.
3.

Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong (suppliers), yaitu persediaan
barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak

merupakan bagian ataau komponen barang jadi.

4.

Persediaan Barang dalam Proses (work in process), yaitu persediaan
barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam
proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih
perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.

5.

Persediaan Barang Jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang
yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual
atau dikirim kepada pelanggan.
Sedangkan menurut Heizer dan Render (2008:61) untuk mengakomodasi

fungsi persediaan, perusahaan memilki empat jenis persediaan:
1.

Persediaan Bahan Baku (raw material inventory) dibeli tetapi tidak

diproses. Persediaan ini dapat digunakan untuk men-decouple para
pemasok dari proses produksi. Bagaimana pun, pendekatan yang lebih
disukai adalah menghapuskan keragaman mutu, kuantitas, atau waktu
pengiriman pemasok sehingga pemisahan tidak lagi diperlukan.

2.

Persediaaan Barang Setangah Jadi (working in process – WIP inventory)
adalah bahan baku atau komponen yang sudah

mengalami beberapa

perubahan tetapi belum selesai. Adanya WIP disebabkan oleh waktu yang
dibutuhkan untuk membuat suatu produk (disebut siklus waktu – cycle
time). Mengurangi siklus waktu berarti mengurangi persediaan.

Universitas Sumatera Utara

3.


Persediaan yang diperlukan untuk menjaga agar permesinan dan proses
produksi tetap produktif. MRO tetap ada karena kebutuhan dan waktu
pemeliharaan dan perbaikan beberapaa peralatan tidak diketahui.
Walaupun permintaan MRO sering merupakan sebuah fungsi jadwal
pemeliharaan, permintaan MRO lain yang tidak dijadwalkan harus
diantisipasi.

4.

Persediaan Barang Jadi (finished good inventory) adalah produk yang
sudah selesai dan menunggu pengiriman. Barang jadi bisa saja disimpan
karena permintaan pelanggan di masa masa depan tidak diketahui.
Dilihat dari fungsinya, menurut Ishak (2010:162) persediaan dapat

dibedakan atas:
1.

Persediaan dalam Lot Size, persediaan muncul karena ada persyaratan
ekonomis untuk penyediaan (replishment) kembali. Penyediaan dalam lot
yang besar atau dengan kecepatan sedikit lebih cepat dari permintaan akan
lebih ekonomis. Faktor penentu persyaratan ekonomis antara lain biaya set
up, biaya persiapan produksi atau pembelian dan biaya transport.

2.

Persediaan cadangan, pengendalian persediaan timbul berkenaan dengan
ketidakpastian. Peramalan permintaan konsumen biasanya disertai
kesalahan peramalan. Waktu siklus produksi (lead time)mungkin lebih
dalam dari yang diprediksi. Jumlah produksi yang ditolak hanya bisa
diprediksi dalam proses. Persediaan cadangan mengamankan kegagalan
mencapai permintaan konsumen atau memenuhi kebutuhan manufaktur
tepat pada waktunya.

Universitas Sumatera Utara

3.

Persediaan antisipasi, persediaan dapat timbul mengantisipasi terjadinya
penurunan persediaaan dan kenaikan permintaan atau kenaikan harga.
Untuk menjaga kontinuitas pengiriman produk ke konsumen, suatu
perusahaan dapat memelihara persediaan dalam rangka liburan tenaga
kerja atau antisipasi terjadinya pemogokan tenaga kerja.

4.

Persediaan pipeline, sistem persediaan dapat diibaratkan sebagai
sekumpulan tempat (stock point) dengan aliran di antara tempat persedian
tersebut. Pengendalian persediaan terdiri dari pengendalian aliran
persediaan dan jumlah persediaan akan terakumulasi di tempat persediaan.

5.

Persediaan lebih, yaitu persediaan yang tidak dapat digunakan karena
kelebihan atau kerusakan fisik yang terjadi.

2.2.4 Biaya – Biaya Persediaan
Menurut Hakim (2008:121) secara umum dapat dikatakan bahwa biaya
sistem persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai
akibat adanya persediaan. Niaya sistem persediaan terdiri dari:
1. Biaya Pembelian (Purchasing Cost = c) adalah biaya yang dikeluarkan
untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada
jumlah barang yang dibeli dan harga satuan barang. Biaya pembelian
menjadi faktor penting ketika harga barang yang dibeli tergantung pada
ukuran pembelian.
2. Biaya Pengadaan (Procurement Cost = k). Biaya pengadaan dibedakan atas
dua jenis sesuai asal-usul barag yaitu pemesanan (ordering cost) bila barang
yang diperlukan diperoleh dari pihak luar (supplier) dan biaya pembuatan
(setup cost) bila barang yang diperoleh dengan memproduksi sendiri.

Universitas Sumatera Utara

a. Biaya Pemesanan (Ordering cost = k), semua pengeluaran yang timbul
untuk mendatangkan barang dari luar.
b. Biaya Pembuatan (Setup cost = k), semua pengeluaran yang ditimbulkan
untuk persiapan memproduksi barang.
3. Biaya Penyimpanan (Holding Cost/Carrying cost = h), adalah semua
pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang. Biaya ini meliputi:
a. Biaya memiliki persediaan (biaya modal).
b. Biaya gudang.
c. Biaya kerusakan dan penyusutan.
d. Biaya kadaluwarsa (absolence).
e. Biaya asuransi.
f. Biaya administrasi dan pemindahan.
4. Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost = p), bila perusahaan
kehabisan barang pada saat ada permintaan, maka akan terjadi keadaan
kekurangan persediaan. Keadaan ini akan menimbulkan kerugian karena
proses produksi akan terganggu dan kehilangan kesempatan mendapat
keuntungan atau kehilangan konsumen pelanggan karena kecewa sehingga
beralih ke tempat lain. Biaya kekurangan persediaan dapat diukur dari:
a. Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi.
b. Waktu pemenuhan.
c. Biaya pengadaan darurat.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Handoko (2012:336), dalam pembuatan setiap keputusan yang
akan mempengaruhi besarnya (jumlah) persediaan, biaya-biaya variabel berikut
ini harus dipertimbangkan.
1. Biaya penyimpanan. Biaya penyimpanan terdiri dari biaya-biaya yang
bervariasi secara langsung dengaan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan
per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan
semakin banyak, atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang
termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah:
a. Biaya fasilitas penyimpanan.
b. Biaya modal
c. Biaya keusangan
d. Biaya perhitungan phisik dan konsiliasi laporan
e. Biaya asuransi persediaan
f. Biaya pajak persediaan
g. Biaya pencuruan, pengrusakan, atau perampokan.
h. Biaya penanganan persediaan, dan sebagainya.
2. Biaya Pemesanan (Pembelian). Setiap kali suatu bahan dipesan, perusahaan
menanggung biaya pemesanan. Biaya-biaya pemesanan secara terperinci
meliputi:
a. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi
b. Upah
c. Biaya telephone
d. Pengeluaran surat menyurat
e. Biaya pengepakan dan penimbangan

Universitas Sumatera Utara

f. Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan
g. Biaya pengiriman ke gudang
h. Biaya hutang lancar dan sebagainya.
3. Biaya Penyiapan (Manufacturing). Bila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi
diproduksi sendiri dalam pabrik perusahaan, perusahaan menghadapi biaya
penyiapan untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri
dari :
a. Biaya mesin-mesin menganggur
b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung
c. Biaya scheduling
d. Biaya ekspedisi, dan sebagainya.
4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan. Dari semua biaya-biaya yang
berhubungan dengan tingkat persediaan, biaya kekurangan bahan adalah
yang paling sulit diperkirakan. Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak
mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya
kekurangan bahan adalah sebagai berikut:
a. Kehilangan penjualan
b. Kehilangan langganan
c. Biaya pemesanan khusus
d. Biaya ekspedisi
e. Selisih harga
f. Terganggungnya operasi
g. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persediaan
Menurut Ma’rif dan Tanjung (2003:278) adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi persediaan bahan baku adalah:
1. Perkiraan Pemakaian. Angka ini mulak diperlukan untuk membuat
keputusan beberapa persediaan yang dilakukan untuk mengantisipasi masa
mendatang (biasanya dilakukan dalam kurun waktu setahun)
2. Harga bahan baku. Harga bahan baku yang mahal sebaiknya distok dalam
jumlah yang tidak terlalu banyak. Hal ini disebabkan terbenamnya yang
yang seharusnya bisa diputar.
3. Biaya-biaya dari persediaan. Biaya-biaya ini meliputi biaya pemesanan dan
biaya penyimpanan.
4. Kebijakan pembelanjaan. Kebijakan ini ditentukan oleh sifat dari bahan itu
sendiri. Untuk bahan-bahan yang cepat rusak (perishable), tentunya tidak
mungkin dilakukan penyimpanan yang terlalu lama, terkecuali ada alat yang
membuat bahan itu bertahan.
5. Pemakaian senyatanya. Mkasudnya adalah pemakaian yang riil dari data
tahun-tahun sebelumnya. Dari pemakaian riil tahun-tahun sebelumnya inilah
dilakukan proyeksi (forecasting) pemakaian tahun deoan dengan metodemetode forecasting.
6. Waktu tunggu (lead time). Waktu tunggu ini adalah waktu tunggu dari mulai
barang itu dipesan, sampai barang itu datang. Waktu tunggu ii tidak
selamanya konstan. Cenderung bervariasi, tergantung jumlah yang dipesan
dan waktu pemesanan.

Universitas Sumatera Utara

2.2.6 Model Persediaan
Model persediaan menurut Heizer dan Render (2008:67) adalah sebagai
berikut:
1. Permintaan Bebas vs Terikat, model yang menganggap bahwa permintaan
untuk sebuah barang mungkin bebas (independen) atau terikat (dependent)
dengan permintaan barang lain. Sebagai contoh, permintaan kulkas bebas
dengan permintaan pemanggang roti.
2. Biaya Penyimpanan, Pemesanan, dan Setup, Biaya Penyimpanan adalah
biaya yang berhubungan dengan penyimpanan atau membawa persediaan dari
waktu ke waktu. Oleh karena itu, biaya penyimpanan juga meliputi biaya
yang menjadi usang dan biaya yang berkaitan dengan gudang, seperti
asuransi, karyawan tambahan, dan pembayaran bunga.Biaya Pemesanan
mencakup biaya persediaan, formulir, proses perencanaan, pekerjaan
admministrasi pendukung dan sebagainya. Ketika pesanan diproduksi, maka
terdapat biaya pemesanan, tetapi biaya pemesanan ini menjadi bagian dari apa
yang disebut sebagai biaya setup. Biaya setup adalah biaya untuk menyiapkan
mesin atau proses untuk memproduksi sebuah pesanan. Proses ini meliputi
waktu dan tenaga kerja untuk membersihkan dan menganti perkakas atau alat
bantu. Para manajer operasi dapat menurunkan biaya pemesanan dengan
biaya setup dan menggunakan prosedur yang efisien seperti pemesanan dan
pembayaran elektronik.

Universitas Sumatera Utara

2.3 Pengendalian Persediaan
2.3.1 Pengertian Pengendalian Persediaan
Menurut

Kusuma

(2009:154),

terdapat

beberapa

keadaan

yang

memerlukan perhatian lebih, misalkan jika besaran yang digunakan dalam rencana
jumlah persediaan ideal berubah maka solusi optimalnya juga berubah.
Selanjutnya perlu dibahas penerapan konsep pengendalian persediaan dalam
kegiatan aktual perusahaan. Assauri (2004:176) menyatakan bahwa pengendalian
persediaan adalah suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi
persedian komponen rakitan (parts), bahan baku, dan barang hasil/produk,
sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta
kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien.
2.3.2 Tujuan Pengendalian Persediaan
Tujuan pengendalian persediaan secara terinci dapat dinyatakan sebagai
usaha untuk (Assauri, 2004:177)
a. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat
mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
b. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu
besar atau berlebih-lebihan.
c. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan
berakibat biaya pesanan terlalu besar.
Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa tujuan pengendalian
persediaan adalah untuk memperoleh kualitas dan jumlah yang tepat dari bahan
atau barang-barang yang minimum untuk keuntungan atau kepentingan
perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

2.4 Metode EOQ (Economic Order Quantity)
2.4.1 Pengertian Economic Order Quantity (EOQ)
Dalam teori, konsep EOQ (kadang-kadang disebut model fixed order
quantity) adalah sederhana. Model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas
pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan
persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan.
(Handoko T, 2012:339).
2.4.1.1 Asumsi-asumsi Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Menurut Hakim dan Prasetyawan (2008:134) model persediaan yang paling
sederhana ini memakai asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Hanya satu item barang (produk) yang diperhitungkan.
2. Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui (tertentu).
3. Barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia (instaneously) atau
tingkat produksi (production rate) barang yang dipesan berlimpah (tak
terhingga).
4. Waktu ancang-ancang (lead time) bersifat konstan.
5. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat
digunakan.
6. Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan.
7. Tidak ada quantity discount.

Universitas Sumatera Utara

2.4.2 Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Menurut Kusuma (2009:156), risiko kehabisan bahan disebabkan oleh
variasi kebutuhan atau waktu ancang. Kehabisan bahan dapat disebabkan oleh
kebutuhan yang lebih besar, waktu ancang yang lebih panjang, atau peningkatan
kebutuhan ditambah dengan kelambatan pengiriman. Cara untuk menghindarkan
kehabisan persediaan adalah dengan menyediakan persediaan pengaman.
Persediaan pengaman ini jelas akan meningkatkan ongkos persediaan. Masalah
selanjutnya

ialah

menentukan

tingkat

persediaaan

pengaman

yang

menyeimbangkan ongkos oportunitas akibat bahan terhadap ongkos simpan
persediaan pengaman. Untuk menentukan biaya persediaan pengaman digunakan
analisa statistik yaitu dengan mempertimbangkan penyimpangan-penyimpangan
yang telah terjadi antara perkiraan pemakaian bahan baku dengan pemakaian
sebenarnya sehingga diketahui standar deviasinya.
2.4.3 Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point)
Setelah berapa banyak pesanan yang telah diputuskan, maka akan dilihat
pertanyaan persediaan yang kedua, kapan pemesanan dilakukan. Model
persediaan sederhana menggunakan asumsi bahwa penerimaan sebuah pesanan
bersifat seketika. Dengan kata lain, diasumsikan bahwa:
1. Suatu perusahaan akan menempatkan sebuah pesanan ketika tingkat persediaan
untuk barang tertentu mencapai nol.
2. Ia akan menerima barang yang dipesan dengan segera.
Bagaimanan pun, waktu antara penempatan dan penerimaan sebuah
pesanan, yang disebut sebagai lead time, atau waktu pengiriman, bisa singkat
dalam waktu beberapa jam atau cukup lama hingga beberapa bulan.

Universitas Sumatera Utara

Dengan demikian, keputusan kapan untuk memesan pada umumnya dinyatakan
dalam kaitan dengan sebuah titik pemesanan ulang (Heizer & Render 2008:75).
2.5 Penelitian Terdahulu
Analisis

tentang

sebelumnya.Berbagai

pengendalian
model

bahan

telah

baku

digunakan

telah
untuk

banyak

dilakukan

menganalisis

dan

meningkatkan optimalisasi persediaan sehingga dapat meminimalisasi biaya
persediaan.
Indriswari Puspa Ratri (2016) melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tepung Terigu Dengan
Menggunakan EOQ (Economic Order Quantity) Pada Home Industry Roti
Prima”. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menentukan
EOQ (Economic Order Quantity), Persediaan Pengaman (safety stock),
Total Persediaan Optimal dan Pesanan Ulang (Reorder Point). Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa penerapan metode EOQ pada perusahaan menghasilkan biaya
yang lebih murah dibandingkan dengan metode yang selama ini diterapkan
perusahaan.
Mohammad Vikramul (2016) melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Persediaan Bahan Baku Menggunakan Metode Economic Order
Quantity (EOQ) Terhadap Kelancaran Produksi Pada Industri Pembuatan Tempe
Al-Hidayah Gondanglegi Prambon Nganjuk Tahun 2010-2014”. Metode analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah EOQ, Persediaan Pengaman (Safety
Stock), Maximum Inventory, dan

Reorder Point (ROP). Hasil penelitian ini

menyatakan bahwa penerapan metode EOQ dalam pengendalian persediaan pada

Universitas Sumatera Utara

Industri tersebut lebih efisien dibandingkan dengan metode yang selama ini
diterapkan industri tersebut.
Yustinus Chrisna (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Pengendalian Bahan Bakar Minyak High Speed Diesel dengan Menggunakan
Metode Economic Order Quantity (EOQ) Pada PT. Frisian Flag Indonesia Plant
Pasar Rebo”. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah EOQ,
Safety Stock, Reorder Point, Maximum Inventory, dan Total Inventory Cost. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa penerapan metode EOQ kuantitas jumlah
pembelian yang paling optimal tidak melebihi dari kapasitas penyimpanan
minimum tanki BBM HSD sebesar 509.000 liter serta total jumlah biaya
persediaan perusahaan lebih kecil dengan menerapkan metode EOQ dibandingkan
dengan kebijakan perusahaan.
Fitriani (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengendalian
Persediaan Bahan Baku Di PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar”. Metode
analisis yang digunakan dalam metode ini adalah adalah EOQ, Safety Stock,
Reorder Point, Maximum Inventory, dan Total Inventory Cost. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa penerapan metode EOQ dalam pengendalian persediaan pada
Industri tersebut lebih efisien dibandingkan dengan metode yang selama ini
diterapkan industri tersebut.
Hasbi Asrori (2010) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu Sengon PT. Abhirama Kresna
Dengan Metode EOQ”. Metode analisis yang digunakan dalam metode ini adalah
adalah EOQ, Safety Stock, Reorder Point, Maximum Inventory, dan Total
Inventory Cost. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penerapan metode EOQ

Universitas Sumatera Utara

dalam pengendalian persediaan pada Industri tersebut lebih efisien dibandingkan
dengan metode atau kebijakan yang selama ini diterapkan industri tersebut.
2.6 Alur Kerangka Pemikiran Operasional
Pertama kali yang dilakukan dalam penelitian mengenai persediaan bahan
baku pada Usaha Ayam Potong Pak Wagino adalah mengidentifikasi sistem
pengadaan bahan baku yang dilakukan pada usaha tersebut. Sehingga dalam hal
ini perlu diketahui kebijakan pemilik usaha sehubungan dengan pembelian bahan
baku, dan penentuan kebutuhan bahan baku yang digunakan dalam proses
produksi.

Identifikasi

pengadaan

bahan

baku

perusahaan

meliputi

mengidentifikasi jenis dan asal bahan baku, organisasi pengadaan bahan baku dan
prosedur pembelian bahan baku. Kemudian setelah mengetahui kondisi dalam
upaya pengadaan bahan baku, maka selanjutnya yang akan dianalisis adalah
volume pemakaian bahan baku, waktu tunggu pengadaan bahan baku dan biaya
persediaan bahan baku yang termasuk didalamnya ialah biaya pemesanan dan
biaya penyimpanan. Dengan tersedianya data tersebut maka dapat dilihat
bagaimana biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pemilik Usaha yaitu Pak Wagino
sehubungan dengan persediaan bahan baku dibandingkan dengan biaya yang
ditetapkan metode pengendalian persediaan yang paling efisien.

Universitas Sumatera Utara

2.7 Kerangka Pemikiran Teoritis
Gambar 2.1
KerangkaPemikiranTeoritis
Economic Order
Quantity (EOQ)

Persediaan
Reorder Point
(ROP)

Bahan Baku

Safety Stock (SS)

Optimum

Sumber: Diolah oleh Peneliti (2016)
Berdasarkkan gambar diagram diatas, menurut Heizer dan Render
(2008) Economic Order Quantity, Reorder Point dan Safety Stock dapat
digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui tingkat persediaan bahan baku
optimum dalam suatu usaha.

Universitas Sumatera Utara