Analisis Pengendalian Persediaan Ayam Pada Usaha Ayam Potong Pak Waginodengan Menggunakan Metode Economic Orderquantity (EOQ) Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif dalam menentukan jumlah optimasi. Data yang
dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil
wawancara mendalam dengan informan. Sedangkan data sekunder merupakan
hasil dari telaah dokumentasi untuk mendapatkan data biaya pemesanan,
penyimpanan dan jumlah persediaan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Usaha Ayam Potong Pak Waginodi Pasar
Nasional Jl. Williem Iskandar Medan Estate, Kecamatan Percut Sei Tuan dan
Gudang penyimpanan di Jl. Usman Siddik Gg. Makmur Pasar 4 Titi Sewa Medan
Tembung. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan
bahwa usaha ini merupakan salah satu usaha ayam potong yang memiliki
permintaan pasar yang cukup besar dan pelanggan yang cukup royal. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 - Februari 2017.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer maupun data sekunder. Data
primer didapatkan melalui suatu pengamatan langsung dan wawancara terhadap

pemilik usaha tersebut, yaitu Bapak H. Wagino sebagai informan kunci, para
konsumen sebagai informan utama dan para pekerja sebagai informan tambahan.
Sementara itu, data sekunder didapatkan dari laporan ataupun bon faktur
pemesanan, sumber pustaka yang dapat mendukung peulisan ini, dokumen-

Universitas Sumatera Utara

dokumen atau laporan tertulis serta informasi yang berhubungan dengan
penelitian ini.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi:
1. Data penjualan
2. Sumber bahan baku
3. Waktu tunggu pembelian bahan baku
4. Harga bahan baku
5. Biaya pemesanan
6. Biaya – biaya persediaan
7. Sejarah berdirinya Usaha Ayam Potong Pak Wagino.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan ini, metode pengumpulan data yang penulis lakukan
adalah sebagai berikut:

1. Observasi.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan atau peninjauan
secara langsung pada objek penelitian yakni pada Usaha Ayam Potong Pak
Wagino, Pasar Nasional Jl. Williem Iskandar Medan Estate Kecamatan Percut
Sei Tuan dan gudang penyimpanan bahan baku yang terletak di Jl. Usman
Siddik Gg. Makmur Pasar 4 Titi Sewa Medan Tembung untuk mendapatkan
data yang diperlukan sehubungan dengan penelitian ini.
2. Interview/ Wawancara
Interview ini merupakan suatu cara untuk mendapatkan data atau informasi
dengan tanya jawab secara langsung pada orang yang mengetahui tentang
objek yang akan diteliti.

Universitas Sumatera Utara

3. Dokumentasi
Dokumen yang dibutuhkan berupa bon faktur pembelian, bon tagihan listrik
dan lain-lain.
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis yaitu metode yang digunakan untuk membuat gambaran
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai suatu obyek yang akan diteliti.

a. Menentukan EOQ (Economic Order Quantity)
Economic Order Quantity (EOQ) adalah metode yang digunakan untuk
menekan tingkat pemesanan yang meminimasi biaya persediaan keseluruhan,
maka biaya yang digunakan hanya total biaya pemesanan dan total biaya
penyimpanan. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Ishak A,
2010:178).

2��

Dimana:

Q* =�



Q* = Ukuran pesanan ekonomis
A = Biaya Pemesanan per unit per periode
D = Biaya permintaan per unit per periode
h = Biaya penyimpanan per unit per periode


Universitas Sumatera Utara

1. Biaya Pemesanan per periode, merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan baku. Biaya pemesanan
berubah sesuai dengan kebutuhan frekuensi pemesanan. Biaya pemesanan
per tahun dapat dihitung dengan rumus,
Biaya Pemesanan(A) =

DS
Q

2. Biaya penyimpanan per periode, merupakan biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan penyimpanan bahan baku yang dibeli. Besarnya biaya
penyimpanan tergantung pada jumlah bahan baku yang dipesan setiap kali
pemesanan. Biaya penyimpanan per tahun dapat dihitung dengan rumus,
Biaya Penyimpanan (h) =

QH
2


3. Jumlah pesanan bahan baku optimal diperoleh saat biaya pemesanan per
tahun sama dengan biaya penyimpanan per tahun, yaitu:
Biaya Pemesanan (A)

= Biaya Penyimpanan
DS
Q

=

��
2

4. Maka jumlah optimum Ayam hidup per pemesanan
DS ��
=
Q 2
2 2DS

2Q =


H

D S = Q2H
2DS
Q* = �
H

Universitas Sumatera Utara

Keterangan:
Q = Jumlah ayam hidup setiap pemesanan (ekor)
Q*= Jumlah optimal ayam hidup per pemesanan (ekor)
D = Permintaan ayam hidup tahunan
S = Biaya pemesanan ayam hidup tiap kali pesan (ekor)
H= Biaya Penyimpanan per unit per tahun
b. Menentukan Safety Stock
Rumus standar deviasi:

∑(� −


SD = �

x)



Keterangan :
SD : Standar deviasi
X

: Pemakaian sesungguhnya

x

: Perkiraan pemakaian

N

: Jumlah data


Dengan asumsi bahwa perusahaan menggunakan 5% penyimpangan sera
mengguankan satu sisi dari kurva normal (nilai dapat dilihat pada tabel standar
= 1.65), maka perhitungan safety stock adalah sebagai berikut :
SS = SD x 1.65
Keterangan :
SS : Safety Stock (persediaan pengaman)
SD : Standar Deviasi

Universitas Sumatera Utara

c. Menentukan EOQ dengan Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point)
Titik pemesanan ulang dapat dihitung dengan menjumlahkan kebutuhan
bahan baku selama Lead Time ditambah dengan jumlah persediaan
pengamanan (safety stock). Jadi, Reorder Point dapat dihitung dengan rumus
(Heizer dan Render, 2010:100)
ROP = (dL) + SS
Dimana:
ROP


= Reorder Point

d = Tingkat Kebutuhan per periode
L = Lead Time
SS = Safety Stock
3.5.1 Analisis Selisih Efisiensi Pemesanan yang Optimal dengan Pemesanan
yang dilakukan dengan Kebijakan Usaha Ayam Potong Pak Wagino
Analisis ini menggambarkan selisih besarnya biaya dan kuantitas pemesanan
bahan baku yang diperoleh menurut kebijakan Usaha Ayam Potong Pak Wagino
dengan besarnya biaya dan kuantitas pemesanan yang optimal dengan
menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ).
3.6 Konsespsi Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Biaya pemesanan bahan baku (Rp/Kg), adalah biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan pemesanan bahan baku, antara lain:
a. Biaya telepon
b. Biaya administrasi dan pembongkaran

Universitas Sumatera Utara


2. Biaya penyimpanan (Rp), adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
penyimpanan bahan baku, antara lain:
a. Biaya listrik
b. Biaya sewa gudang
3. Waktu tunggu dalam satuan hari, adalah lamanya waktu antara mulai
dilakukannya pemesanan bahan baku sampai kedatangan bahan baku yang
dipesan diterima digudang persediaan.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Usaha
Usaha ayam potong Pak Wagino berdiri sejak tahun 2002 dan memiliki
perkembangan yang cukup pesat. Awal mula berdirinya usaha ini ketika pemilik
berinisiatif untuk keluar dari pekerjaanya dan membuka usaha ayam potong
secara mandiri dengan 2 orang anaknya menjadi pekerja untuk membantu
kelancaran penjualan dan perkembangan usaha ini. Berbekal kemampuan yang

telah ia miliki setelah 5 tahun bekerja pada usaha ayam potong tempat ia bekerja
sebelumnya, ia merasa mampu untuk menjalankan usaha ini secara mandiri.
Dengan memiliki loyalitas konsumen yang amat kuat dan lumayan banyak
sehingga ia kini dapat menjual 360-400 Kg/hari dengan keuntungan bersih Rp
500.000 - Rp 1.000.000/hari. Berbeda dengan hari-hari besar seperti menjelang
Hari Raya Idhul Fitri, ia mampu menerima omset sebesar Rp 15.000.00025.000.000/hari. Penjualan dengan jumlah sebesar itu dilakukan dengan
pemesanan sebelumnya oleh para pelanggan yang dominan adalah penjual bakso.
Kini usaha ayam potong Pak Wagino memiliki 12 pekerja dan memiliki
sebuah kios serta gudang untuk menampung persediaan ayam hidup yang akan
dipotong dan kemudian dijual. Tidak hanya itu ia mengembangkan usahanya
dengan membuka usaha penggilingan daging ayam untuk kemudian menjadi
bakso. Setiap harinya pemilik berjualan pada pukul 04.00 hingga 10.00 pagi dan
setiap hari dalam seminggu. Jenis ayam yang dijual oleh Pak Wagino ini adalah
jenis ayam Kingkong dengan bobot 4-5 Kg/ekor.

Universitas Sumatera Utara

4.1.2 Lokasi Penjualan
Lokasi usaha sebelumnya terletak di Pasar Gambir Pasar 8 Tembung
kemudian pindah di Pasar Nasional Jl. Williem Iskandar Medan Estate,
Kecamatan Percut Sei Tuan. Pemindahan lokasi pasar tersebut diakibatkan karena
kurang strategis dan lokasi yang cukup jauh dari pembeli yang sudah menjadi
pelanggan setia.
4.2 Pemakaian Ayam
Selama ini kebutuhan bahan baku ayam potong Pak Wagino memperoleh
bahan baku berupa ayam hidup dari tangan pertama atau peternakan di Pantai
Labu, Kabupaten Deli Serdang. Kebijakan pengadaan bahan baku dilakukan
sesuai dengan permintaan pasar. Namun dalam menghadapi kebutuhan pada harihari besar seperti bulan ramadhan, Idhul Fitri, Natal dan Tahun baru yang
biasanya terjadi peningkatan yang hingga 25% maka pada saat tersebut harus
memiliki pengendalian khusus. Jadi pengansumsian yang dipakai hanya
pemakaian pada bulan-bulan normal saja.
Tabel 4.1
Data Penjualan Ayam Potong tahun 2016
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Agustus
September
Oktober
November

Minggu I
2877
2762
2845
2844
3060
3370
3068
2925
2867
2849

Minggu II
2857
2770
2830
2836
2910
2280
3090
2965
2824
2856
Total
Sumber : Pemilik Usaha (Diolah, 2017)

Minggu III
2868
2763
2850
2847
3045
3210
2970
2970
2878
2881

Minggu IV
2868
2783
2852
2843
2715
3010
3117
2960
3067
2865

Jumlah
11.470
11.078
11.377
11.370
11.730
12.800
12.245
11.820
11,637
11,451
116.642

Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini menggunakan data bahan baku berupa ayam hidup pada
bulan Januari-Desember 2016 karena pada periode ini terdapat kelengkapan
berupa data pembelian dan penjualan sehingga cukup objektif untuk menentukan
hasil maupun rekomendasi penelitian ini. Sebagaimana yang ditunjukkan pada
tabel di atas, pemakaian bahan baku pada usaha ini bervariasi setiap waktunya, hal
ini disebabkan karena adanya hari-hari besar nasional yang mengakibatkan jumlah
permintaan pasar bervariasi, misalnya Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha,
Natal dan sebagainya.
4.3 Pembelian Bahan Baku
Usaha ayam potong Pak Wagino memiliki permintaan pasar yang cukup
besar dan itu terjadi secara terus-menerus sejak berdirinya usaha ini. Pak Wagino
sebagai pemilik menentukan jumlah persediaan akhir dan pengadaan bahan baku
di gudang setiap hari. Besarnya pembelian bahan baku ayam hidup bervariasi
setiap waktunya, hal ini disebabkan karena jumlah permintaan konsumen yang
berbeda-beda setiap harinya dan didukung dengan harga ayam potong itu sendiri
yang bervariasi dengan mengalami kenaikan dan penurunan harga yang
disesuaikan dengan keadaan pasar. Pembelian bahan baku pada periode JanuariDesember 2016 disajikan pada tabel 4.2
Tabel 4.2
Data Pembelian Bahan Baku pada Tahun 2016
Bulan
Januari

Jumlah
Februari

Jumlah

Minggu
I (Kg)
964
955
965
2,884
967
963
830
2,760

Minggu II
(Kg)
955
965
968
2,888
921
894
953
2,768

Minggu
III (Kg)
965
958
963
2,886
973
834
978
2,785

Minggu IV
(Kg)
954
963
932
2,849
843
932
976
2,751

Total

11.507

11.604

Universitas Sumatera Utara

Total
Maret

Jumlah
Total
April

Jumlah
Total
Mei

Jumlah
Total
Juni

Jumlah
Total
Agustus

Jumlah
Total
September

Jumlah
Total
Oktober

Jumlah
Total
November

Jumlah
Total
Jumlah
keseluruhan
Total Frekuensi
Rata-Rata/bulan
Rata-Rata/hari
Rata-Rata/Pesanan

11.064
954
967
976
2,897

933
932
929
2,794

965
963
968
2,896

933
922
943
2,798

976
923
959
2,858

945
953
963
2,861

910
931
942
2,783

963
963
942
2,868

11.385

11.370
963
983
955
2,901

941
974
985
2,900

931
990
1056
2,977

983
974
995
2,952

1174
1030
1145
3,349

1090
1020
1072
3,182

1162
1153
912
3,227

943
1152
962
3,057

1033
1043
1154
3,230

1064
953
1031
3,048

1034
1083
963
3,080

1021
933
942
2,896

1102
952
945
2,999

965
1043
955
2,963

923
942
1033
2,898

1070
1000
900
2,970

945
920
945
2,810

976
925
975
2,876

998
923
943
2,864

963
905
942
2,810

11.730

12.815

12.254

11.830

11.360
982
913
921
2,816

934
945
965
2,844

958
983
914
2,855

991
921
943
2,855
11.370
116.636
120 Kali
11,663
389
972

Sumber : Pemilik Usaha (Diolah, 2017)

Universitas Sumatera Utara

Pemilik usaha melakukan pemesanan bahan baku 12 kali setiap bulannya.
Ini diharapkan bahan baku yang dipesan akan tiba pada waktunya yaitu 1 hari
setelah pemesanan dilakukan. Kuantitas pemesanan dan tingkat persediaan ratarata berdasarkan kondisi permintaan pasar dan bergantung pada stok awal yang
tersedia di gudang. Pembelian paling sedikit terjadi pada bulan Febuari sebesar
11,064 Kg.
4.4 Waktu Tunggu (Lead Time) Pengadaan Bahan Baku
Waktu tunggu pengadaan bahan baku adalah waktu yang dibutuhkan sejak
bahan baku dipesan sampai dengan bahan baku tersebut sampai pada pemilik
usaha. Berdasarkan keterangan dari pemilik usaha, waktu tunggu untuk bahan
baku berupa ayam hidup adalah 1 hari. Pada penelitian ini, diasumsikan tidak
terjadi hal-hal diluar dugaan sehingga waktu tunggu bahan baku adalah konstan,
yaitu 1 hari.
4.5 Biaya Persediaan Bahan Baku
Secara umum, total biaya persediaan bahan baku pada usaha Pak Wagino
adalah jumlah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
1. Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan merupakan biaya yang akan langsung terkait dengan
kegiatan pemesanan yang dilakukan oleh pemilik usaha. Biaya pemesanan
berfluktuasi bukan dari jumlah yang dipesan, melainkan dengan frekuensi
pemesanan. Total biaya pemesanan setahun diperoleh dengan mengalikan
biaya pemesanan setiap kali pemesanan dengan frekuensi pemesanan selama
setahun. Komponen biaya pemesanan bahan baku meliputi biaya telepon dan
biaya pembongkaran muatan.Pemilik usaha tidak mengeluarkan biaya surat

Universitas Sumatera Utara

menyurat karena pemesanan hanya dilakukan melalui telepon. Biaya telepon
dihitung dari jumlah menit yang digunakan pada saat melakukan panggilan dan
pemesanan dengan tarif percakapan telepon per menit. Pesanan via telepon
rata-rata menghabiskan waktu 3 menit dengan tarif Rp 1200 per menit.
Selanjutnya akan disajikan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Data Komponen Biaya Pemesanan per Pesanan tahun 2016
No.

Komponen Biaya

Jumlah

1

Biaya Telepon

Rp

3.600

2

Biaya Administrasi

Rp

250

3

Biaya Pembongkaran Muatan

Rp

50.000

Jumlah

Rp

53.850

Sumber : Pemilik Usaha (Diolah, 2017)
Biaya

telepon

timbul

pada

saat

terjadi

pemesanan

kepada

supplier/peternak. Biaya administrasi timbul ketika ada pencatatan dan
pembuatan

faktur

serta

penerimaan

bahan

baku,

sedangkan

biaya

pembongkaran muatan timbul pada saat bahan baku dibawa dan dipindahkan
dari lokasi peternakan ke gudang. Komponen biaya pemesanan terbesar adalah
biaya bongkar muat, yaitu Rp 50.000 sekali bongkar muat sehingga dalam
hitungannya untuk pemakaian setahun sebesar Rp 9.000.000/tahun. Sedangkan
komponen biaya pemesanan terkecil adalah biaya administrasi, yaitu Rp
250/pesanan maka Rp 45.000/tahun dan total biaya pemesanan pada tahun
2016 adalah sebesar Rp 9.693.000.

Universitas Sumatera Utara

2. Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan merupakan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik
usaha sehubungan dengan adanya bahan baku yang disimpan dalam gudang.
Komponen biaya penyimpanan terdiri dari biaya listrik dan biaya sewa gudang.
Fasilitas listrik sebagai penerangan yang dinyalakan 12 jam sehari. Gudang
menggunakan penerangan dari listrik sebesar 17 watt. Perhitungan biaya
penyimpanan bahan baku akan dijelaskan secara rinci pada tabel 4.4
Tabel 4.4
Data Komponen Biaya Penyimpanan Bahan Baku Pada Tahun 2016
No

Komponen Biaya

Jumlah Biaya/tahun

1

Biaya Listrik

Rp

600.000

2

Biaya Sewa Gudang

Rp 5.000.000

3

Biaya tenaga kerja

Rp 6.000.000

4

Biaya Pakan

Rp

Jumlah

Rp 12.100.000

500.000

Sumber : Pemilik Usaha (Diolah, 2017)
4.6 Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Aktual Perusahaan
Usaha Ayam Potong Pak Wagino memiliki permintaan konsumen yang cukup
besar sehingga penjualan terjadi terus menerus secara kontinu. Pemilik usaha
menentukan jumlah persediaan akhir dan keadaan bahan baku di gudang setiap
hari. Pencatatan terhadap bahan baku yang masuk setelah pemesanan disimpan
dalam bentuk bon faktur pembelian. Penentuan kebutuhan bahan baku disesuaikan
didasarkan pada permintaan konsumen setiap hari yang berbeda-beda dan
pengalaman pada waktu lalu. Walaupun demikian. Teknik yang digunakan
pemilik masih bersifat manual, yaitu dengan menerka-nerka tanpa acuan
perhitungan yang akurat.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.5
Data Kuantitas Pemesanan dan Tingkat Persediaan Rata-rata Usaha
Bulan

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Agustus

September

Oktober

November

Total
Rata-Rata

Min
ggu

Pers.
Awal
(Kg)

I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV

29
43
66
89
67
63
61
71
53
111
61
92
61
69
86
32
61
30
2
45
61
205
197
219
76
206
229
289
85
108
101
66
95
77
116
133
106
92
115
109
3,877
96,925

Pembelian
(Kg)

2,884
2,888
2,886
2,849
2,760
2,768
2,785
2,751
2,897
2,794
2,896
2,798
2,858
2,861
2,783
2,868
2,901
2,900
2,977
2,952
3,349
3,182
3,227
3,057
3,230
3,048
3,080
2,896
2,999
2,963
2,898
2,970
2,810
2,876
2,864
2,810
2,816
2,844
2,855
2,855
116.636
2915,9

Total
Pers.
Awal
(Kg)
2913
2931
2952
2938
2827
2831
2846
2822
2950
2905
2957
2890
2919
2930
2869
2900
2962
2930
2979
2997
3410
3387
3424
3276
3306
3254
3309
3185
3084
3071
2999
3036
2905
2953
2980
2943
2922
2936
2970
2964
120.562
3.014

Pemakaia
n
(Kg)

Total
Pers.
Akhir

2,870
2,865
2,863
2,871
2,764
2,770
2,775
2,769
2,839
2,844
2,865
2,829
2,850
2,844
2,837
2,839
2,932
2,928
2,934
2,936
3,205
3,190
3,205
3,200
3,100
3,025
3,020
3,100
2,976
2,970
2,933
2,941
2,828
2,837
2,847
2,837
2,830
2,821
2,861
2,855
116,642
2.916

43
66
89
67
63
61
71
53
111
61
92
61
69
86
32
61
30
2
45
61
205
197
219
76
206
229
289
85
108
101
66
95
77
116
133
106
92
115
109
109
3,957
98,925

Pers.
Rata-rata

1478
1498,5
1520,5
1502,5
1445
1446
1458,5
1437,5
1530,5
1483
1524,5
1475,5
1494
1508
1450,5
1480,5
1496
1466
1512
1529
1807,5
1792
1821,5
1676
1756
1741,5
1799
1635
1596
1586
1532,5
1565,5
1491
1534,5
1556,5
1524,5
1507
1525,,5
1539,5
1536,5
60.734
1518

Sumber : Diolah oleh Peneliti (2017)

Universitas Sumatera Utara

Tingkat persediaan rata-rata pada tahun 2016 sebesar 1518 Kg. Tingkat
persediaan rata-rata tersebut merupakan hasil rata-rata dari penjumlahan total
persediaan awal dengan total persediaan akhir kemudian dibagi dua. Data-data di
atas cukup untuk menentukan besar total biaya persediaan bahan baku aktual
usaha tersebut. Total biaya persediaan bahan baku per tahun adalah total biaya
pemesanan ditambah total biaya penyimpanan per tahunnya. Biaya pemesanan
diperoleh dari banyaknya pesanan dikali biaya setiap kali pesan. Biaya
penyimpanan diperoleh dengan mengalikan biaya penyimpanan per tahun dengan
tingkat persediaan bahan baku rata-rata per tahun yang disimpan. Jumlah
persediaan yang disimpan di gudang merupakan jumlah persediaan rata-rata.
Perhitungan total biaya persediaan berdasarkan kondisi aktual usaha selama tahun
2016 diuraikan pada Lampiran 1 dan jumlah total biaya persediaan disajikan
secara rinci pada tabel 4.6 dan 4.7.
Tabel 4.6
Komponen Total Biaya Persediaan

Tahun

2016

Frekuensi
pesanan
aktual

Biaya
Pemesanan/tahun

Biaya
penyimpanan

Biaya Total
Persediaan

(Rp/Tahun)

(Rp/Tahun)

(Rp/Tahun)

120 kali

Rp 9.693.000

Rp 12.100.000

Rp 21.793.000

Sumber : Diolah oleh Peneliti (2017)
Berdasarkan tabel 4.6 biaya total persediaan bahan baku sebesar Rp
21.793.000. Besarnya total biaya persediaan bahan baku tersebut dikarenakan
frekuensi pemesanan yang terlalu sering dan biaya penyimpanan yang cukup
besar.

Universitas Sumatera Utara

4.7 Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Menggunakan
Metode Economic Order Quantiy (EOQ)
Salah satu upaya untuk mengefesiensikan biaya persediaan bahan baku adalah
dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Penggunaan
metode EOQ ini untuk mengetahui berapa besar kuantitas yang harus dipesan dan
berapa kali harus melakukan pemesanan agar biaya persediaan bahan baku
optimum. Hal ini dapat dilakukan karena terpenuhinya karakteristik, asumsi
kondisi serta kebutuhan dalam menjalankan usaha ayam potong ini. Pemilik
memilki data pembelian dan permintaan yang diketahui tetap dan bebas. Selain itu
lead time konstan, penerimaan persediaan lengkap, tidak ada diskon, biaya
variabel yang ada hanyalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, serta
kosongnya persediaan dapat dicegah sepenuhnya jika pesanan dilakukan pada
waktu yang tepat. Perhitungan kuantitas pemesanan optimal bahan baku ayam
potong yang optimal tahun 2016 dihitung secara rinci pada lampiran 3 dan
disajikan pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Perhitungan Kuantitas Optimal Bahan Baku Tahun 2016

Bahan
Baku

Ayam
Hidup

Pemakaian
(D)

116,642

Biaya
Pemesanan/pesanan

Biaya
Penyimpanan/Kg/Thn

(Rp)

(Rp)

(S)

(H)

53.850

7.853

EOQ
(Q*)

1264

Sumber : Diolah oleh Peneliti (2017)
Berdasarkan hasil perhitungan EOQ pada tabel 4.7, bahwa kuantitas
pemesanan optimal pada tahun 2016 adalah sebanyak 1264 Kg setiap kali

Universitas Sumatera Utara

pesanan. Setelah mengetahui jumlah kuantitas optimal untuk setiap kali
pemesanan maka selanjutnya dapat menghitung frekuensi pemesanan bahan baku.
Frekuensi pemesanan bahan dihitung secara rinci pada lampiran 3 dan disajikan
pada tabel 4.8.
Tabel 4.8
Perhitungan Frekuensi Pemesanan Optimal Bahan Baku Tahun 2016
Bahan baku
Ayam Hidup

Permakaian (D)
116.642

EOQ (Q*)

Frekuensi (Kali)

1264

92 kali

Sumber : Diolah oleh Peneliti (2017)
Frekuensi pemesanan bahan baku yang optimal berdasarkan metode EOQ
adalah sebanyak sembilan puluh dua kali. Semakin kecil frekuensi pemesanan,
semakin kecil pula biaya yang dikeluarkan pemilik untuk biaya pemesanan, tetapi
biaya penyimpanan akan semakin besar. Namun, biaya pemesanan saja tidak
cukup untuk dapat membandingkan dua metode persediaan yang paling efisien.
Hal ini disebabkan karena masih ada satu komponen biaya lagi yang
memengaruhi total biaya persediaan secara keseluruhan, yaitu biaya penyimpanan
yang mana dipengaruhi oleh jumlah rata-rata persediaan di gudang.
Total biaya persediaan merupakan jumlah dari total biaya pemesanan dan
total biaya penyimpanan. Perhitungan biaya persediaan bahan baku berdasarkan
metode EOQ tahun 2016 secara terinci terdapat pada lampiran 3, sedangkan total
biaya persediaan disajikan pada tabel 4.9.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.9
Total Biaya Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Metode EOQ Tahun 2016
Bahan Baku

Biaya Pemesanan
(Rp/Tahun)

Ayam Hidup

Biaya
Penyimpanan
(Rp/Tahun)

4.954.200

4.963.096

Total Biaya
Persediaan
(Rp/Tahun)
9.917.296

Sumber : Diolah oleh Peneliti (2017)
4.8 Menentukan Safety Stock(Persediaan Pengaman)
Safety Stock merupakan persediaan tambahan yang diadakan untuk
menjaga kelangsungan penjualan dari kemungkinan terjadinya kekurangan bahan
baku. Penentuan kuantitas persediaan pengaman dapat dihasilkan dengan cara
mengalikan antara standar deviasi dengan standar penyimpangan sebesar 1.65.
Perhitungan safety stock pada tahun 2016 dijelaskan secara rinci pada lampiran 4,
sedangkan intisarinya disajikan pada tabel 4.10
Tabel 4.10
Jumlah Safety Stock Pada Tahun 2016 (per Kg)
Tahun

Standar Deviasi

Standar
Penyimpangan

Safety Stock

2016

14.44 Kg

1.65

24 Kg

Sumber : Diolah Oleh Peneliti (2017)
Jadi persediaan bahan baku yang harus disediakan pemilik usaha pada
tahun 2016 selama lead time atau sebagai persediaan pengaman adalah sebesar
23.76 Kg atau dibulatkan menjadi 24 Kg.
4.9 Menentukan Re Order Point (ROP)
Re Order Point merupakan batas dari jumlah persediaan yang ada di
gudang saat pesanan harus diadakan kembali. Hal ini bertujuan agar pemilik usaha
dapat mengetahui kapan waktu yang tepat untuk melakukan pesanan. ROP dapat

Universitas Sumatera Utara

dihitung dengan menjumlahkan kebutuhan bahan baku selama Lead Time
ditambah dengan jumlah persediaan pengaman (Safety Stock). Waktu tunggu yang
muncul akibat menunggu tibanya bahan baku di gudang adalah selama 1 hari.
ROP pada tahun 2016 akan disajikan pada tabel 4.11
Tabel 4.11
Re Order Point Pada Tahun 2016

Tahun

Waktu
Tunggu

ROP

Rata-rata
pemakaian/hari/Kg

dL

389

389

SS
(dL+SS)

(Hari)
2016

1

24

413

Sumber : Diolah Oleh Peneliti (2017)
Sesuai data di atas, maka penilik harus melakukan pesanan kembali pada
saat persediaan yang ada di gudang sebesar Kg. Hal ini berarti bahwa pada saat
persediaan bahan baku benar-benar habis, pesanan bahan baku yang telah dipesan
1 hari sebelumnya telah tiba di gudang. Pada saat inilah persediaan dengan bahan
yang tadinya telah habis akan segera terisi lagi dengan bahan baku yang telah
diterima sesuai dengan jumlah pesanan hingga jumlah kuantitas persediaan
optimal terpenuhi kembali. Hal ini berarti, kelancaran dalam penjualan ayam
potong tidak perlu terhenti karena kehabisan bahan baku.
4.10 Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku
Metode yang telah dilakukan oleh pemilik usaha dapat dibandingkan
dengan menggunakan metode EOQ. Dengan mengetahui hasil perbandingan,
maka pemilik akan mengetahui metode mana yang akan menghasilkan biaya yang
paling minimum, yang berarti merupakan metode persediaan yang lebih efektif
bagi pemilik usaha yang bila diterapkanakan menghasilkan keuntungan yang
terbesar. Perbandingan tersebut disajikan pada tabel 4.12

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.12
Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku Tahun 2016
Uraian

Aktual

EOQ

Penghematan

1.Biaya Pemesanan

Rp 9.693.000

Rp 4.954.200

Rp 4.738.800

2.Biaya Penyimpanan

Rp 12.100.000

Rp 4.963.096

Rp 7.136.904

Total Biaya Persediaan

Rp 21.793.000

Rp 9.917.296

Rp 11.875.704

Sumber : Diolah Oleh Peneliti
Data di atas menunjukkan bahwa pemilik usaha dapat menghemat biaya
sebesar Rp 11.875.704 per tahun secara keseluruhan, dimana menggunakan
metode EOQ biaya yang dikeluarkan lebih rendah dari biaya persediaan yang
dikeluarkan oleh pemilik usaha selama ini.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan hasil perhitungan yang telah diperoleh,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kuantitas pembelian bahan baku
yang optimal pada Usaha Ayam Potong Pak Wagino adalah sebesar 1264
Kg pada tahun 2016.
2. Dari hasil penelitian diketahui bahwa total biaya persediaan bahan baku
yang dikeluarkan oleh pemilik Usaha Ayam Potong Pak Wagino jika
menerapkan metode EOQ adalah sebesar Rp Rp 9.917.296 pada tahun
2016.
3. Dari hasil penelitian diketahui bahwa jumlah persediaan pengaman
(safety stock) yang dibutuhkan oleh Usaha Ayam Potong Pak Wagino
adalah sebesar 24 Kg pada tahun 2016.
4. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Pemilik Usaha harus melakukan
pemesanan kembali pada tingkat persediaan sebesar 413 Kg pada tahun
2016.

Universitas Sumatera Utara

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis di atas, maka penulis mengajukan
saran yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam kebijakan persediaan
bahan baku, antara lain :
1. Pemilik usaha hendaknya mempertimbangkan penggunaan metode

EOQ

dalam kebijakan persediaan bahan baku karena dengan menggunakan metode
EOQ pembelian bahan baku yang optimal dengan biaya yang lebih kecil
dibandingkan kebijakan pemilik yang selama ini dilakukan.
2. Pemilik usaha perlu mengadakan persediaan pengaman (safety stock) untuk
mencegah kekurangan bahan baku pada saat proses penjualan langsung kepada
konsumen dan menentukan waktu ataupun jadwal yang tepat untuk melakukan
pemesanan kembali bahan baku guna menjamin kelancaran usaha.
3. Pemilik usaha juga harus memperhatikan dua komponen biaya, yaitu biaya
penyimpanan dan biaya pemesanan. Dua komponen biaya ini menjadi acuan
utama pemilik usaha dalam menentukan kebijakan persediaan bahan baku.
4. Pemilik usaha perlu melakukan perluasan gudang penyimpanan agar dapat
menampung kuantitas yang optimum dan mencegah ayam agar tidak mudah
stress dan terserang penyakit.

Universitas Sumatera Utara