Efektivitas Reses Anggota DPRD Kabupaten Simalungun Periode 2014-2019 (Studi Kasus : Daerah Pemilihan II Kecamatan Dolok Batunanggar, Kelurahan Serbelawan)

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Negara Republik Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari
beribu-ribu pulau yang dibatasi dengan luasnya lautan, sehingga didalam
menjalankan sistem pemerintahannya tidak bisa dilakukan secara terpusat, karena
banyaknya pulau yang ada. Maka Indonesia membaginya atas daerah-daerah
Provinsi dan daerah Provinsi dibagi atas Kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap
Provinsi, Kabupaten dan Kota mempunyai pemerintahan daerah serta bentuk
susunan pemerintahannya diatur dengan Undang-Undang. 1
Negara Republik Indonesia memberikan hak, wewenang dan kewajiban
kepada setiap pemerintahan daerah untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan menurut asas otonomi daerah dan tugas pembantuan (medebewind),
diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta
peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan keadilan, keistimewaan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2
Dengan disahkanya UU No 23 tahun 2014 tentangPemerintah Daerah,
menandai telah terjadi pergeseran pelaksanaanprinsip otonomi daerah di

Indonesia. Berdasarkan UU tentangPemerintah Daerah, Prinsipotonomi daerah

1

Mahkamah Konstitusi RI.Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Tahun 1945.
(Jakarta:Sekretaris Jendral dan Kepanitreraan Mahkamah Konstitusi RI,2011). hal 13.
2
Haw Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi Daerah di Indonesia. Jakarta:Raja Grafindo
Perkasa.hal 37.

1
Universitas Sumatera Utara

seluas-luasnya, nyata dan bertanggung jawabmemberikan otoritas yang lebih
besar kepada Pemerintah Daerahdalam menyelenggarakan pemerintahan dan
mengelola keuangandaerah. Prinsip otonomi daerah seluas-luasnya,nyata dan
bertanggung

jawab


juga

menyediakan

ruang

kepadamasyarakat

untuk

berpartisispasi dalam peroses pengambilankeputusan yang berkaitan dengan
kebijakan startegis.
Di era reformasi dan otonomi daerah yang telah berjalan dinegara kita ini,
diharapkan mampu memberikan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat
diberbagai sektor kehidupan. Dengan adanya ekonomi dan desentralisasi
kekuasaan dari pusat kepada daerah untuk mengelola maupun mengatur
pemerintahan didaerahnya masing-masing, masyarakat setempat juga diharapkan
dapat berperan aktif dalam pengelolaan daerahnya sendiri.
Bila dikaitkan dengan kewenangan otonomi di daerah seperti yang sudah
disebutkan diatas, dikatakan dalam undang-undang otonomi daerah bahwa

lembaga legislatif atau biasa disebut DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah)
merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sementara kewajiban anggota DPRD
diantaranya yaitu menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti
aspirasi masyarakat
Salah satu wujud untuk mencapai tujuan daari prinsip otonomidaerah ialah
dengan penguatan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah(DPRD) dalam pembuatan
kebijakan

publik.

hanyamenjalankan

3

Penguatan
fungsi

DPRD dimaksudkan
perwakilan,


agar DPRD tidak
melainkan

juga

3

Syaukani dkk. 2004. Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

2
Universitas Sumatera Utara

memperjuangkankepentingan-kepentingan dari rakyat yang diwakilinya. 4 Tujuan
utama dilantiknya seseorang menjadi anggotaDPRD ialah untuk memperjuangkan
aspirasi rakyat di daerahnya.Hal ini terlihat dari sumpah yang diucapkan oleh
setiap anggotaDPRD ketika akan mengemban amanah sebagai

angota


DPRDyangberbunyi "bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi rakyat yangsaya
wakili untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentinganbangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia".
Kewajiban ini secara spesifik juga diatur di dalam Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, DPRD, bahwa anggota DPRD
Kabupaten diantaranya mempunyai kewajiban menyerap dan menghimpun
aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala, menampung dan
menindaklanjuti

aspirasi

dan

pengaduan

masyarakat,

dan

memberikan


pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah
pemilihannya.
Lembaga legislatif tidak semata diartikan sebagai badan yang bertugas
untuk membuat undang (law-making body), tetapi sebagai perantara rakyat kepada
pemerintah.

5

Maka salah satu fungsi DPRD untuk mengartikulasikan dan

mewujudkan kepentingan rakyat, juga menempatkan konstituen sebagai unsur
yang perlu diperhatikan dan merupakan proses politik yang paling mendasar
sebagai tuntutan relasi dapat dijadikan jembatan antara yang diwakili dan
mewakili. Selain itu, relasi dapat dijadikan jembatan antara warga/konstituen

4

Marijan, Kacung. 2011. Sistem Politik Indonesia Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru.


Jakarta. Kencana Prenada Media Group.hlm 42
5

Bambang Cipto.1995.Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Era Pemerintahan Modern
Industrial.Jakarta: Rajawali Pers.hlm 10

3
Universitas Sumatera Utara

dengan sistem kerja-kerja DPRD dan pemerintah sebagai pembuat kebijakan
publik. Dikaitkan dengan kerja-kerja DPRD, artikulasi sebaiknya lembaga untuk
memelihara sistem demokrasi yang stabil, membangun proses legitimasi
kebijakan yang sehat, mengembangkan potensi konstituen, serta membangun
kepercayaan konstituen pada sistem politik di parlemen. 6
Untuk mengetahui apa yang menjadi kebutuhan maupun keinginan para
konstituennya seorang wakil rakyat harus melalukan berbagai cara. Salah satunya
adalah dengan komunikasi antar keduanya, dengan ini diharapkan masyarakat
mampu menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah daerah begitu juga dengan
pemerintah daerah dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan rakyat guna
kesejahteraan masyarakatnya.

Salah satu bentuk komunikasi yang dapat dilakukan adalah reses DPRD.
Masa reses merupakan bagian dari masa persidangan dan dilaksanakan paling
lama enam hari kerja. Program masa reses ini dipergunakan oleh anggota DPRD
secara perseorangan ataupun kelompok untuk mengunjungi daerah pemilihannya
guna menyerap aspirasi masyarakat. Lalu setelah melakukannya, setiap anggota
DPRD maupun secara kelompok wajib membuat laporan tertulis atau hasil
pelaksanaan tugasnya pada masa reses tersebut, dan akan disampaikan kepada
pimpinan DPRD dalam rapat paripurna.
Dengan kegiatan reses ini diharapkan DPRD mampu menyuarakan
aspirasi masyarakat sebagai salah satu kinerja anggota DPRD untuk turun
kelapangan dan menyerap aspirasi di Daerah pemilihannya dala hal kegiatan reses
tersebut. Melalui reses, para wakil rakyat yang bersidang di gedung milik rakyat
6

Buku Saku DPRD, Membina Hubungan Dengan Konstituen.Local Govermen Support Program
(LGSP)-USAID.hlm 15

4
Universitas Sumatera Utara


dapat mengetahui secara lebih detail kondisi masyarakat di daerahnya serta apa
yang menjadi aspirasi rakyat, sehingga pelaksanaan program serta evaluasi
pembangunan dapat dioptimalkan dan dimanfaatkan oleh seluruh lapisan
masyarakat. Selain itu, reses juga dilakukan untuk memaksimalkan kinerja
anggota dewan
Untuk itulah pentingnya pelaksanaan salah satu program kerja anggota
DPRD, yaitu masa reses. Reses merupakan kewajiban bagi pimpinan dan anggota
DPRD dalam rangka menjaring aspirasi masyarakat secara berkala untuk bertemu
konstituen pada daerah pemilihan masing-masing guna meningkatkan kualitas,
produktivitas, dan kinerja DPRD dalam mewujudkan keadilan dan kesejahteraan
rakyat, serta guna mewujudkan peran DPRD dalam mengembangkan check and
balances antara DPRD dan pemerintah daerah.
Dalam hal ini juga diharapkan peran masyarakat setempat juga sangat
berdampak terhadap laju perkembangan daerah dan juga berjalanya pemerintahan
tersebut bahkan juga untuk proses kegiatan reses. Dengan demikian keterlibatan
masyarakat dalam menyuarakan aspirasinya sangat diharapkan sehingga pada
akhirnya DPRD pun mengetahui langsung kebutuhan masyarakat,

terkhusus


daerah pemilihannya.
Sehingga dapat diharapkan reses anggota DPRD dapat berjalan dengan
efektif sebagaimana mestinya. Reses sebagai slah satu penyaluran aspirasi vertikal
keatas dari rakyat kepada pemerintahan, baik itu melalui kunjungan DPRD ke
daerah pemilihan (DaPil) kepada konstituennya, maupun melalui Kepala Derah
Setempat (Bupati) ataupun DPC/DPD Partai. Seperti yang tertuang dalam UU No

5
Universitas Sumatera Utara

17 tahun 2014 pasal 300, 7 Pertanggung jawaban secara moral dan politis seorang
anggota dewan disampaikan pada setiap masa reses kepada pemilih di daerah
pemilihannya.
Di DPRD Kabupaten Simalungun, Reses diatur di dalam peraturan DPRD
Kabupaten Simalungun Nomor 25 Tahun 2015 tentang Tata Tertib DPRD
Kabupaten Simalungun Pasal 80 ayat 2 dimana dijelaskan masa reses
dipergunakan oleh anggota DPRD secara perseorangan atau kelompok untuk
mengunjungi daerah pemilihannya guna menyerap apirasi masyarakat. Dan dalam
pelaksanaannya mengacu pada ayat 1 dan 3 peraturan tata tertib DPRD Kabupaten
Simalungun reses dilaksanakan tiga kali dalam satu tahun dan paling lama enam

hari kerja dalam satu kali reses, yang pelaksanaan kegiatan dan jadwal acara reses
ditetapkan dalam keputusan pimpinan DPRD setelah mendengar pertimbangan
Badan Musyawarah.
DPRD Kabupaten Simalungun telah melaksanakan reses persidangan II
tahun sidang 2016, dengan mengacu pada Surat Keputusan Pimpinan DPRD
Kabupaten Simalungun Nomor 4/Pimp.DPRD/2016 tanggal 21 Juli 2016 dan
mengacu pada Surat Perintah Tugas Ketua DPRD Nomor : 800/779
S.DPRD/2016 tanggal 22 Juli 2016, tentang Jadwal Pelaksanaan Reses Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Simalungun Masa Persidangan Kedua
Tahun Sidang 2016.
Adapun waktu pelaksanaan reses anggota DPRD Kabupaten Simalungun
selama lima hari terhitung mulai tanggal 26 sampai dengan 30 Juli di tiap Daerah
Pemilihan Anggota DPRD Kabupaten Simalungun. Dengan

agenda yang

7

UU No. 17 Tahun 2014. Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

6
Universitas Sumatera Utara

pertama, melakukan survei lapangan/lokasi secara langsung atas aspirasi,
usul/saran dan keluhan yang telah disampaikan oleh masyarakat di msing-masing
daerah pemilihan. Kedua, mengundang secara resmi perangkat nagori, pihak
kecamatan, tokoh masyarakat, kelompok tani, kelompok ternak, kelompok
pemuda untuk menyampaikan aspirasi pada forum tatap muka secara resmi.
Ketiga, mendengar dan menghimpun keluhan masyarakat tentang bidang
pemerintahan, ekonomi, keuangan, pembangunan, pendidikan, kesehatan,
olahraga dan tenaga kerja.
Pelaksanaan reses diadakan di tiap kecamatan dan di kecamatan tersebut
diadakan satu desa. Di Kecamatan Dolok Batunanggar reses diadakan di
Kelurahan Serbelawan reses diadakan pada tanggal 30 Juli 2016 tepatnya pukul
14.00 wib. Pertemuan itu diikuti oleh para masyarakat stempat dan tentunya
partai pengusung yaitu para kader Fraksi PAS Kecamatan, dimana para konstituen
dan pelaksana reses saling tukar informasi serta memberi masukan secara
interaktif di dalam koridor kekeluargaan yang tercermin di dalam jaringan
silaturahmi. Hal yang menarik dari reses DPRD di Kelurahan Serbelawan ini
dilihat dari bagaimana antusia masayarakat untuk menghadiri reses tersebut, hadir
1 jam sebelum acara dimulai dengan membawa semua anggota keluarganya
sampai anak kecil. Dimana berdasarkan daftar hadir ada 300 orang masyarkat
diluar anak-anak ataupun remaja. Namun waktu yang disediakan dalam masa
reses ini sangat singkat, sehingga tujuan dari masa reses ini juga diperhatikan
dalam penyerapan aspirasi konstituen oleh wakilnya (anggota DPRD),
mekanisme atau tahapan reses yang dilakukan, dan yang sangat ditunggu
masyarakat ialah bagaimana penrealisasiannya.

7
Universitas Sumatera Utara

Permasalahan yang disampaikan masyarakat pada saat anggota DPRD
Kabupaten Simalungun di Serbelawan pada saat melakukan reses yaitu mengenai
pembangunan fasilitas umum.

8

Adapun yang menjadi aspirasi masyarakat

terhadap hal ini adalah:
1. Pengaspalan jalan dari Kantor Camat Serbelawan sampai ke Pabrik PKS
Dolok Hilir
2. Membangut parit dari kota Serbelawan sampai ke Kantor Pos Serbelawan
3. Melakukan pengerasan jalan sepanjang 1200 x 5 m di Kampung Lalang
Kelurahan Serbelawan
4. Perbaikan jalan Lingkungan sepanjang 300 x 4 m di Masteng Kelurahan
Serbelawan
5. Mohon dilakukan Hotmix sepanjang 400 m x 4,5 m Jl.Kihajar Dewantara
SMU Negeri Serbelawan
6. Mohon dilakukan Hotmix di Jl. HM Salim sepanjang 800m x 4,5m
Kelurahan Serbelawan
7. Mohon dilakukan hotmix Jl Karya Bhakti sepanjang 800 m x 4,5m
Kelurahan Serbelawan
8. Diharapkan pemasangan parit di samping Puskesmas Kelurahan
Serbelawan sepajang 900m x 1,5m
9. Mohon melakukan rehap pintu gerbang pajak Inpres Serbelawan sebanyak
4 pintu

8

Laporan Kegiatan Reses Anggota DPRD Kabupaten Simalungu Masa Persidangan Kedua Tahun
2016

8
Universitas Sumatera Utara

10. Peningkatan jalan lintas antara Kabupaten Simalungun dan Kabupaten
Serdang Bedagai sepanjang 5000m x 5,5 m dari Kelurahan Amansari
sampai kepadang Maimun
11. Disarankan mendirikan bangunan Kantor dan Ruang pertemuan Kelurahan
12. Pengaspalan jalan lingkungan di Parluasan Barat sepanjang 400m x 4,5m
Kelurahan Serbelawan
13. Pembangunan parit 2.000m x 4,5 m dan 1 buah gorong0gorong di Jalan
Sangnawaluh Kelurahan Serbelawan
14. Pengaspalan jalan lingkungan Kmapung baru Kelurahan Serbelawan
sepanjang 600m x 4,5m
15. Pengerasan jalan 600m x 4,5m lorong buntu Kelurahan Aman Sari
16. Masyarakat meminta pembangunan yang sudah direncanakan benar-benar
direalisasikan terkhusus pembangunan jalan
Beberapa aspirasi masyarakat di atas sangat disayangkan bila tidak terealisasi
dengan baik, bahkan pelaksanaan reses yang sudah dikerjakan pun hanya akan
formalitas saja. Dan setiap aspirasi yang sudah disalurkan dengan baik bukan
hanya untuk didengar tetapi juga untuk direalisasikan. Sehingga pelaksanaan reses
benar-benar bermanfaat bagi masyarakat dan juga para wakil rakyat. Sehingga
dapat dilihat kefektifan pelaksanaan reses bagi kedua pihak tersebut.
Disamping itu, para anggota dewan hendaknya mampu merubah persepsi
masyarakat tentang kurang efektifnya reses yang dilakukan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat (DPRD) Kabupaten Simalungun dalam menampung aspirasi
masyarakat. Hal ini desebabkan masalah yang diadukan masyarakat hanya
ditampung dan dijawab secara diplomatis dari anggota dewan yang melakukan

9
Universitas Sumatera Utara

reses, sehingga masyarakat merasa hanya dijanji-janjikan saja tanpa ada aksi atau
tindakan dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Penelitian ini akan lebih mengarah pada permasalahan terkait fungsi
DPRD sebagai wakil rakyat. Masa reses yang tidak asing lagi ditelinga para
anggota legislatif dan program ini sangat menarik untuk diteliti, karena banyaknya
permasalahan terkait efisiensi maupun efektivitas dari program tersebut. Dari
masa reses ini juga diperhatikan dalam penyerapan aspirasi konstituen oleh
wakilnya (anggota DPRD), mekanisme atau tahapan reses yang dilakukan, dan
yang sangat ditunggu masyarakat ialah bagaiman penrealisasiannya.
Oleh karena itu banyak peneliti yang ingin melihat fenomena reses ini
sebagai suatu bahan kajian penelitianBerdasarkan uraian diatas penulis tertarik
untuk membahas tentang bagaimana sebenarnya penilaian masyarakat terhadap
reses yang mereka ikuti serta bagi anggota DPRD itu sendiri mengenai reses.
Sehingga peneliti mengangkat judul Efektivitas Reses Anggota DPRD
Kabupaten Simalungun Periode 2014-2019 (Studi Kasus : Daerah Pemilihan
II, Kecamatan Dolok Batunanggar, Kelurahan Serbelawan)
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang iatas, penulis merumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut: “Bagaimana Efektivitas Reses Anggota DPRD
Kabupaten Simalungun Periode 2014-2019 (Studi Kasus : Daerah Pemilihan II
Kelurahan Serbelawan, Kecamatan Dolok Batunanggar, )?”
I.3 Batasan Masalah
Batasan masalah berfungsi agar suatu penelitian lebih fokus dan terarah dalam
membahas permasalah yang diteliti sehingga dapat menghasilkan suatu karya

10
Universitas Sumatera Utara

ilmiah yang dapat memberikan informasi terhadap pembaca. Adapun batasan
masalah yang digunakan adalah : Penelitian ini fokus untuk melihat dan
menganalisis bagaimana keefektifan pelaksanaan reses anggota DPRD Kabupaten
Simalungun periode 2014-2019 Dapil II di Kecamatan Dolog Batunanggar,
Kelurahan Serbelawan.
I.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan reses di DPRD Kabupaten
Simalungun Dapil II di Kecamatan Dolok Batunanggar, Kelurahan
Serbelawan.
2. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas pelaksanaan reses di DPRD
Kabupaten Simalungun Dapil II di Kecamatan Dolok Batunanggar,
Kelurahan Serbelawan baik bagi masyarakat maupun anggota DPRD.
I.5 Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman
yang jelas dan kontribusi kajian teoritik dalam hal efektivitas pelaksanaan
reses di DPRD Kabupaten Simalungun Dapil II diKelurahan Serbelawan,
Kecamatan Dolok Batunanggar
2. Secara

akademik

penelitian

ini

diharapkan

dapat

menambah

perbendaharaan referensi penelitian sosial bagi Departemen Ilmu Politik,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara
3. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi atau
sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam hal
yang berkaitan dengan efektivitas pelaksanaan reses di DPRD Kabupaten

11
Universitas Sumatera Utara

Simalungun Dapil II di Kecamatan Dolok Batunanggar, Kelurahan
Serbelawan.
I.6 Kerangka Teori dan Konsep
I.6.1 Teori Perwakilan Politik
Konsep perwakilan merujuk kepada seseorang atau suatu kelompok tertentu
yang mempunyai kemampuan atau kewajiban untuk berbicara, bertindak dan
memperjuangkan hak politik atas nama suatu kelompok yang lebih besar.
Alfred de Gracia mendefiniskanperwakilan politik sebagai hubungan diantara
dua pihak, yaitu wakil dengan terwakili yang mana wakil memegang kewenangan
untuk melakukan berbagai tindakan yang berkenaan dengan kesepakatan yang
dibuatnya dengan terwakil. 9
Marijan mendefinisikan perwakilan politik ialah adanya relasi antara wakil
dan terwakili, yang terbalut oleh kepentingankepentingan, baik kepentingan
terwakil maupun wakil didalam konteks politik tertentu yang bisa mencakup
desain kelembagaan politik maupun budaya politik yang berkembang di dalam
masyarakat. 10
Dari definisi perwakilan diatas dapat disimpulkan perwakilan politik ialah
hubungan proses antara wakil dan yang diwakili dalam rangka memperjuangkan
kepentingan pihak yang terwakili sesuai dengan kesepakatan yang dibuat dengan
wakil.
Teori perwakilan memiliki 4 macam tipe perwakilan. 11 Keempat hal tersebut
adalah:

9

Efriza. 2014. StudiParlemen, Sejarah, KonsepdanLanskapPolitik Indonesia. Malang:Setara Press.
Hlm 18
10
Marijan, Kacung. 2011.Sistem Politik Indonesia Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru.
Jakarta. Kencana Prenada Media Group.hlm 41

12
Universitas Sumatera Utara

a. Si wakil bertindak sebagai ‘wali’ (trustee), diartikan bahwa si wakl bebas
bertindak atau mengambil keputusan menurut pertimbangannya sendriri
tanpa perlu berkonsultasi dengan yang diwakilinya.
b. Si wakil bertindak sebagai ‘utusan’ (delegate). Dalam sistuasi ini siwakil
sebagai utusan atau duta dari yang diwakilinya. Si wakil dalam melakukan
tugasnya selalu mengikuti instruksi dan petunjuk dari yang diwakilinya.
c. Si wakil bertindak sebagai ‘politico’, menurut tipe ini si wakil kadangkadang bertindak sebagai wali (trustee) dan ada kalanya bertindak sebagai
utusan (delegate). Tindakannya tergantung pada issue (materi) yang
dibahas.
d. Si wakil bertindak sebagai ‘partisan’. Dalam tipe ini si wakil bertindak
sesuai dengan keinginan atau program partai (organisasi) si wakil stelah si
wakil dipilih oleh pemilihnya (yang diwakilinya), maka lepaslah hubungan
dengan pemilih dan mulailah hubungannya dengan partai (organisasi)
yang mencalonkannya dalam pemilu.
Konsep perwakilan pun dapat dilihat dari sudut pandang hubungan antara
wakil dan yang diwakili. Berdasarkan sudut pandang ini, dikenal empat teori
perwakilan yaitu teori mandat, teori organ, teori sosiologi, teori hukum obyektif. 12
a. Teori Mandat
Teori mandat sering disebut dnegan Functional representation, pertama
kali dikenalkan oleh J.J.Rousseau. wakil dilihat sebagai penerima mandat dimana
ia harus merealisasikan kekuasaan pihak yang diwakilinya dalam proses
kehidupan politik. Atau dengan kata lain, teori ini pada dasarnya berasumsi bahwa
11
12

Abcarian, Gilbert.1970.”Contemporary Political System”, Jakta:Erlangga,hlm 44
Ibid.hlm 52

13
Universitas Sumatera Utara

substansi yang diwakili oleh seorang wakil terbatas pada mandat yang
disampaikan oleh orang-orang yang memberikan mandat. Sesuai dengan
perkembangan dari teori mandat ini, berkembang atas dasar asumsi tentang
kualitas mandat yang menjadi dasar hubungan antara seorang wakil dengan orangorang yang diwakilinya. Bila terjadi perbedaan pandangan, sikap dan tindakan
antara wakil dengan pihak yang diwakili, dapat berakibat turunnya reputasi para
wakil.
Menurut

Bintan

Saragih

ada

beberapa

variasi

di

dalam

teori

mandat, 13yaitu:
1. Mandat imperatif, berarti bahwa hubungan antara wakil dengan orang
yang diwakili itu terbatas pada instruksi yang disampaikan oleh orangorang yang mewakilinya itu.
2. Mandat Bebas, yang menyatakan bahwa didalam kedudukannya
sebagai seorang wakil maka semua tindakan yang dilakukan dipandang
berada pada bingkai mandat yang diberikan.
3. Mandat Representatif, merupakan perkembangan kualitas mandat yang
bersifat umum. Dalam hal ini duduknya seseorang di dalam lembaga
perwakilan dipandang mewakili keseluruhan kehendan atau aspirasi
orang yang memberikan mandat.
b. Teori Organ
Teori ini diungkapkan oleh Von Gierke, bahwa negara merupakan suatu
organisme yang mempunyai alat-alat perlengkapan seperti: eksekutif, parlemen
dan rakyat, yang semuanya

itu mempunyai fungsinya sendiri-sendiri namun

13

Bintan R Saragih. 1988.Lembaga Perwakilan Dan Pemilu Di Indonesia.Jakarta:Gaya Media
Pratama. hlm 82

14
Universitas Sumatera Utara

antara satu dengan yang lainnya saling berkepentingan. Dengan demikian setelah
rakyat memilih lembaga perwakilan mereka tidak perlu lagi mencampuri lembaga
perwakilan tersebut dan lembaga ini bebas menjalankan fungsinya sesuai dengan
kewenangan yang diberikan Undang-Undang Dasar. 14
c. Teori Sosiologi
Ajaran ini menganggap bahwa lembaga perwakilan bukan merupakan
bangunan politis, akan tetpi merupakan bangunan masyarakat (sosial). Para
pemilih akan memilih wakil-wakilnya yang dianggap benar-benar ahli dalam
bidang kenegaraan yang akan bersungguh-sungguh membela kepentingan para
pemilih. Sehingga lembaga perwakilan yang terbentuk itu terdiri dari golongangolongan dan kepentingan yang ada dalam masyarakat.
d. Teori Hukum Obyektif
Leon Duguit mengatakan bahwa hubungan antara rakyat dan parlemen
dasarnya adalah solidaritas. Wakil-wakil rakyat dapat melaksanakan dan
menjalankan tugas kenegarannya tanpa memberikan dukungan kepada wakilwakilnya dalam menetukan wewenang pemerintah. Dengan demikian ada
pembagian kerja antara rakyat dan parlemen (Bdan Perwakilan Rakyat).
Keinginan untuk berkelompok yang disebut solidaritas adalah merupakan dasar
dari hukum dan bukan hak-hak yang diberikan kepada mandataris yang
membentuk lembaga perwakilan tersebut. 15
Seiring dengan perjalanan transisi demokrasi yang dianggap banyak negara
sebagai model pemerintah dan ideologi yang lebih baik, maka muncul juga
konsep
14
15

perwakilan

sebagai

jawaban

atas

persoalan

masyarakat

yang

Ibid.hlm 54
Ibid.hlm 56

15
Universitas Sumatera Utara

terjadi.konsep ini merupakan solusi terhadap kondisi pertumbuhan dan
perkembangan penduduk baik secara kualitas maupun kuantitas, serta kenyataan
atas kebutuhan negaramoder yang memiliki wilayah yang sangat besar, sehingga
sangat mustahil untuk tetap menerapkan mekanisme dan sistem demokrasi
langsung. Implikasinya dibutuhkan lembaga-lembaga yang menjadi media anatara
pemerintah dengan masyarakat. lembaga-lembaga inilah yang aakan mewakili
kepentingan-kepentingan

politik

masyarakat

ditingkat

pemerintahan

(suprastruktur politik). Lembaga perwakilan ini sering dikenal dengan lembaga
legislatif.
Fungsi lembaga legislatif terdiri atas fungsi perwakilan politik, fungsi
perundang-undangan dan fungsi pengawasan. 16 Berikut akan dijelaskan fungsifungsi tersebut:
1. Melalui fungsi perwakilan politik, lembaga legislatif/lembaga perwakilan
membuat kebijakan atas nama anggota masyarakat yang secara
keseluruhan terwakili didalam lembaga tersebut. Dalam hal ini, lembaga
legislatif/lembaga perwakilan rakyat bertindak sebagai pelimdung
kepentingan adan penyalur aspirasi masyarakat yang diwakilinya.
2. Melalui

fungsi

perundang-undangan,

lembaga

legislatif/lembaga

perwakilan rakyat memuasakan kepentingan dan aspirasi anggota
masyarakat kedalam kebijaksanaan formal dalam bentuk undang-undang.
Dalam fungsi ini tergolong pula kewenangan untuk menghasilkan
anggaran pendapatan dan belanja negara, mengusulkan suatu rencana
undang-undang dan mengubah suatu undang-undang (amandemen).

16

Arbit Sanit.1985.Perwakilan Politikndi Indonesia.Jakarta:Rajawali.hlm 253

16
Universitas Sumatera Utara

3. Melalui fungsi pengawasan, lembaga ini melindungi kepentingan rakyat,
sebab melalui penggunaan kekuasaan yang dilandasi oleh fungsi ini,
lembaga legislatif/lembaga perwakilan rakyat dapat mengoreksi semua
kegiatan lembaga kenegaraan lainnya melalui pelaksanaan berbagai
haknya. Dengan demikian, tindakan-tindakan yang dapat mengabaikan
kepentingan anggota masyarakat dapat diperbaiki.
Lembaga perwakilan yang disebut parlemen umumnya mempunyai lima
fungsi, yaitu:
1. Fungsi perundang-undangan (legislasi), yang dimaksud dengan fungsi
perundang-undangan alaha membentuk undang-undang biasa, sperti:
a. Undang-undang biasa seperti undang-undang pajak dan peraturanperaturan daerah
b. Undang-undang tentang anggaran pendapatan belanja negara/daerah
(APBN/D)
2. Fungsi pengawasan (oversight) adalah fungsi yang dijalankan oleh
parlemen untuk mengawasi eksekutif, agar berfungsi menurut undanagundang yang dibentuk oleh parlemen. Dalam hal ini badan legislatif
melakukan
pelaksanaan

fungsi

pegawasan

anggaran

atas

pendapatan

pelaksanaan

belanja

daerah

undang-undang,
dan

kebijakan

pemerintah.
Untuk melaksanakan fungsi ini parlemen diberi beberapa hal antara lain:
a. Hak bertanya, anggota legislatif berhak mengajukan pertanyaan tertulis
kepada pemerintah mengenai suatu hal.

17
Universitas Sumatera Utara

b. Hak interpelasi, hak meminta keterangan kepada pemerintah mengenai
kebijakan disuatu bidang.
c. Hak angket, hak anggota badan legislatif untuk mengadakan
penyelidikan sendiri. Untuk keperluan ini dapat dibentuk suatu panitia
angket yang melaporkan hasil penyelidikannya kepada anggota badan
legislatif

lainnya,

yang

selanjutnya

merumuskan

pendapatnya

mengenai soal ini, dengan harapan agar diperhatikan oleh pemerintah.
d. Hak mengajukan memorandum, fungsi badan ini memeberikan
persetujuan hubungan diplomasi, selain itu bentuk komunikasi yan
berisi saran, arahan dan penerangan kepada badan eksekutif.
e. Hak inisiatif, hak untuk mengajukan rancangan undang-undang
f. Hak amandemen, hak untuk mengadakan perubahan undang-undang
g. Hak soepena, mengajukan jabatan publik
h. Hak protokoler, hak untuk mendapatkan mobil dinas dan fasilitas
lainnya
i. Hak resolusi, hak menyatakan pendapat
j. Hak impeachment, hk untuk menuntut pertanggujawaban
k. Hak imunitas, hak atas kekebalan hukum
l. Hak mosi, umumnya dipergunakan dalam sistem parlementer,
biasanya pernyataan mosi tidak percaya legislatif kepada pemerintah
m. Hak mosi dukungan, fungsi pemeberian dukungan
3. Hak budgetary, badan ini berwenang mengajukan rancanag anggaran
pendapatan belanja negara/daerah (APBN/D)

18
Universitas Sumatera Utara

4. Hak representative (sarana pendidikan politik), rakyat dididik untuk
mengetahui persoalan yang menyangkut kepentingan umum melalui
pembahasan dan pembicaraan tentang kebijakan yang dilakukan oleh
lembaga perwakilan yang dimuat baik dan diulas oleh media massa, rakyat
mengikuti persoalan yang menyangkut kepentingan umum dan menilai
menurut kemampuan masing-masing sehingga secara tidak langsung
mereka dididik menjadi warga negara yang sadar akan hak dan
kewajibannya.
5. Hak intitusional, hak untuk mendemgarkan pengaduan-pengaduan
masyarakat terhadap parlemen, seperti para demonstran yang ingin
menemui anggota dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD).
Adanya lembaga perwakilan rakyat adalah sebagai ciri dari pemerintahan yang
dikendalaikan oleh rakyat sebagaimana yang diajarkan dalam teori demokrasi.
Proses pemerintahan yang berjalan secara demokratis dan diproses oleh wakilwakil rakyat dalam suatu lembaga perwakilan rakyat merupakan esensi dari
konsepsi demokrasi perwakilan lembaga legislatif.
Keterlibatan rakyat dalam pembuatan keputusan yang mengikat, terefleksi
dengan adanya lembaga perwakilan rakyat. Partisispasi rakyat yang efektif dalam
proses pembuatan keputusan adalah ketika sepanjang proses pembuatan keputusan
yang mengikat, warga negara harus memiliki kesepamtan yang cukup dan
kesmpatan yang sama untuk mengemukakan pilihan mereka mengenai hasil
akhir. 17

17

Toni Andrianus Pito,dkk.2006.Mengenal Teori-Teori Politik:dari Sistem Politik Sampai
Korupsi. Bandung:Penerbit Nuansa,hlm 131-133

19
Universitas Sumatera Utara

Sedangkan menurut Undang-undang No 17 Tahun 2014 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah DPRD kabupaten/kota merupakan
lembaga

perwakilan

rakyat

daerah

yang

berkedudukan

sebagai

unsur

penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota. Mengenai tugas dan fungsi
Dewan Perwakilan Rakyar Daerah juga disebutkan dalam pasal diantaranya
adalah:
DPRD kabupaten/kota mempunyai fungsi:
a. Legislasi
b. Anggaran
c. Pengawasan
Ketiga fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijalankan dalam
kerangka representasi rakyat di kabupaten/kota. 18
DPRD kabupaten/kota mempunyai wewenang dan tugas:
a. membentuk

peraturan

daerah

kabupaten/kota

bersama

bupati/walikota;
b. membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan
daerah mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah
kabupaten/kota yang diajukan oleh bupati/walikota;
c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah
dan anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota;
d. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian bupati/walikota
dan/atau wakil bupati/wakil walikota kepada Menteri Dalam
18

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, pasal 365-366

20
Universitas Sumatera Utara

Negeri

melalui

gubernur

untuk

mendapatkan

pengesahan

pengangkatan dan/atau pemberhentian;
e. memilih wakil bupati/wakil walikota dalam hal terjadi kekosongan
jabatan wakil bupati/wakil walikota;
f. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota terhadap rencana perjanjian internasional di daerah;
g. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional
yang dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota;
h. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati/walikota
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota;
i. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan
daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat
dan daerah;
j. mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan;dan
k. melaksanakan wewenang dan tugas lain yang diatur dalam
ketentuan peraturan perundangan
I.6.2.RESES
Reses DPRD pada dasarnya berkaitan dengan kegiatan memberi peluang bagi
masyarakat tanpa perbedaan rasial untuk partisipasi atau keterlibatan, keterbukaan
informasi, akuntabilitas bagi masyarakat, terbangunnya suatu konsensus dalam
proses pengambilan keputusan di DPRD. 19
19

Beriansyah, Alfa. 2015. Analisis Hasil Reses DPRD dalam Penyusunan Dan Penetapan APBD

Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Tahun Anggaran 2014.Lampung : Universitas
Muhammadyah.hlm 6

21
Universitas Sumatera Utara

Zuhri

menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Reses merupakan

komunikasi dua arah antara legislatif dengan konstituen melalui kunjungan kerja
secara berkala merupakan kewajiban anggota DPRD untuk bertemu dengan
konstituennya secara rutin pada setiap masa reses. 20 Efriza berpendapat bahwa,
reses DPRD merupakan hubungan antara anggota DPRD dengan konstituennya
dan sebagai bentuk konsultasi di daerah pemilihanya guna untuk untuk menyerap,
menghimpun serta menindaklanjuti aspirasi konstituen atau masyarakat. 21
Sedangkan masa reses adalah masa kegiatan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) diluar kegiatan masa sidang dan diluar gedung. Masa reses
mengikuti masa persidangan yaitu dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dalam setahun
atau 14 kali reses dalam periode 5 tahun masa jabatan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
Tujuan reses anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah
menyerap dan menindaklanjuti aspirasi konstituen dan pengaduan masyarakat
guna memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada kontituen
didaerah pemilihan sebagai perwujudan perwakilan rakyat dalam pemerintahan. 22


Tata Cara Pelaksanaan Reses

a. Kegiatan reses sekurangnya ada 4 (empat) tahapan berikut :
1. Rapat Pimpinan dan atau Badan Musyawarah penyusunan jadwal
pelaksanaan dan tempat tujuan reses.

20

Zuhri. Buku Panduan Reses. Pangkal Pinang. 2012.hlm 3

21

Efriza. 2014. Studi Parlemen, Sejarah, Konsep dan Lanskap Politik Indonesia. Malang:Setara

Press. hlm 258
22

http://opac.library.um.ac.id/index.php?s_data=bp_buku&s_field=0&s_teks=Zuhri&mod=b&cat
=1 diakses 28 Februari 2017 pukul 13.32

22
Universitas Sumatera Utara

2. Penjelasan pelaksanaan reses oleh Pimpinan dan Sekretariat
DPRD.
3. Pelaksanaan Reses
4. Rapat Paripurna pelaporan hasil reses.
b. Pelaksanaan reses dapat dilakukan dengan :
1.

Kelompok Dapil yang terdiri dari beberapa partai politik yang
ada Anggota DPRD pada dapil tersebut.

2.

Individu secara mandiri dan dilakukan secara impersonal kepada
kontituen pada dapilnya. 23

c. Hasil Pelaksanaan
Anggota DPRD secara perseorangan atau kelompok wajib membuat
laporan tertulis atas hasil pelaksanaan tugasnya pada masa reses sebagaimana
ketentuan pasal 64 ayat (6) Peraturan Pemerintah nomor 16 Tahun 2010,
kemudian disampaikan kepada pimpinan DPRD dalam rapat paripurna.
(format laporan terlampir).
Tata cara pelaporan dalam Rapat paripurna adalah sebagaiberikut :
a) Laporan perseorangan dan atau kelompok, dihimpun dan di Rekapitulasi
menjadi laporan perKecamatan
b) Laporan disampaikan oleh perwakilan Kecamatan
I.6.3. Efektevitas
A. Pengertian Efektivitas
Secara sederhana efektivitas dapat diartikan sebagai tepat sasaran yang juga
lebih diarahkan pada aspek kebijakan. Artinya, program pembangunan yang akan

23

Ibid. Hlm 11

23
Universitas Sumatera Utara

dan sedang dijalankan ditujukan untuk memperbaiki kualitas hidup rakyat.
Efektivitas fokus pada tingkat pencapaian terhadap tujuan dari organisasi publik.
Tingkat pelayanan dan derajat kepuasan masyarakat adalah salah satu ukuran dari
efektivitas.
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil
atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Efektivitas merupakan unsur
pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap
organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan
ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan.
Unsur yang penting dalam konsep ekfektivitas adalah; yang pertama
pencapaian tujuan yang sesuai dengan apa yang telah disepakati secara maksimal,
tujuan merupakan harapan yang dicita-citakan atau suatau kondisi tertentu yang
ingin dicapai oleh serangkaian proses. Diketahui bahwa efektivitas merupakan
suatau konsep yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran
mengenai keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasarannya atau dapat
dikatakan bahwa efektivitas merupakan tingkat ketercapaian tujuan dari aktivitas
yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan
sebelumnya.pada beberapa literatur ilmiah mengemukakan bahwa efektivitas
merupakan pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-yjuan yang tepat
dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menetukan pilihan dari beberapa
pilihan lainnya. Efektivitas juga bisa diartikan sebagai pengukuran keberhasialan
dalam pencapaian tujuan-tujuan.
Upaya mengevaluasi jalannya suatu program kegiatan, dapat dilakukan
melalui konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan

24
Universitas Sumatera Utara

apakah perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan
manajemen suatu program kegiatan atau tidak.. Dalam hal ini yang dimaksud
sumber daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan prasarana serta metode
dan model yang digunakan. Suatu programkegiatan dikatakan efisien apabila
dikerjakan dengan benar dan sesuaidengan prosedur sedangkan dikatakan efektif
bila kegiatan tersebutdilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang
bermanfaat.
Mengukur efektivitas suatu program kegiatan bukanlah suatu hal yang
sangat sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan
tergantung pada siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila dipandang
dari sudut produktivitas, maka seorang manajer produksi memberikan
pemahaman bahwa efektivitas berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan
jasa. Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana
yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan.
Efektivitas juga diartikan sebagai suatu ukuran yang menyatakan seberapa
jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen,
yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal
tersebut maka untuk mencari tingkat efektivitas dapat digunakan rumus sebagai
berikut :
Efektivitas = Output Aktual/Output Target >=1
a.Jika output aktual berbanding output yang ditergetkan lebih besar atau sama
dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektivitas
b.jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu),
maka efektivitas tidak tercapai

25
Universitas Sumatera Utara

Beberapa pendapat yag dikemukakan dapat diambil kesimpulan bahwasanya
efektivitas merupakan alat ukur untuk menentukan keberhasilan suatu program
sesuai dengan tujuan pelaksanaannya. Beberapa teori efektivitas yang telah
diuraikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

24

dalam mengukur efektivitas suatu

kegiatan atau aktivitas perlu diperhatikan beberapa indikator, yaitu pemahaman
program, tepat sasaran, tepat waktu, tercapainya tujuan, dan perubahan nyata.
B. Pendekatan Terhadap Efektivitas
Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktivitas
itu efektif. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektivitas yaitu:
a. Pendekatan Sasaran
Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil
merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam
pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan
mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut.
Selain tercapainya tujuan, efektivitas juga selalu memperhatikan faktor
waktu pelaksanaan. Sasaran yang penting dalam pengukuran efektivitas dengan
pendekatan ini adalah sasaran resmi dengan memperhatikan permasalahn yang
ditimbulkanya, dengan memusatkan perhatian terhadap aspek output yaitu dengan
mengukur keberhasilan program dalam mencapai tingkat output yaitu dengan
mengukur keberhasilan

program

dalam

mencapai

tingkat

output

yang

direncanakan. Oleh karena itu, dalam efektivitas selalu terkandung unsur waktu
pelaksanaan. Tujuan tercapai dengan waktu yang tepat maka program tersebut
efektif.

24

Edy Sutrisno.2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prenada Media Group.Hal 125

26
Universitas Sumatera Utara

b. Pendekatan Sumber
Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu
lembaga

dalam

mendapatkan

berbagai

berbagai

macam

sumber

yang

dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber
dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat efektif. Pendekatan ini
didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suau lembaga terhadap
lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan
lingkungannya
merupakan

dimana

input

dari

lembaga

lingkungan
tersebut

dan

diperoleh
output

sumber-sumber
yang

dihasilkan

yang
juga

dilemparkannya pada lingkungannya. Sumber-sumber yang ada pada lingkungan
seringkali bersifat langka dan bernilai tinggi. Mendapatkan berbagai jenis sumber
untuk memelihara sistem dari suatu lembaga merupakan kriteria yang digunakan
untuk mengukur efektivitas.
c. Pendekatan Proses
Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan
dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan
dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang berjalan secara terkoordinasi.
Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan
perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang
dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga.
Menurut Subagyo efektivitas adalah kesesuaian antara otput dengan tujuan
yang ditetapkan. Tingkat efektivitas program dalam hal ini menggambarkan
kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan setiap aspirasi dari

27
Universitas Sumatera Utara

masyarakat yang sudah ditampung dikegiatan reses dibandingkan dengan target
yang ditetapkan.
1.6.4 Efektivitas Reses
Berdasarkan pandangan tentang pengertian efektivitas, dapat dikatakan
efektif merupakan suatu ukuran yang melihat seberapa jauh suatu aktivitas
kegiatan atau program mencapai target ataupun tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan. Adanya ketentuan waktu dalam memberikan pelayanan dalam hal ini
kegiatan reses dan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat. apabila tujuan dan
target dapat dicapai sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka
kegiatan tersebut dikatakan efektif. Sebaliknya ,apabila tujuan dan target tidak
dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka
pelaksanaan kegiatan ataupun program dikatakan tidak efektif.
Reses DPRD sebagai bentuk komunikasi dua arah antara legislatif dengan
konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala merupakan kewajiban anggota
DPRD untuk bertemu dengan konstituennya secara rutin pada setiap masa reses.
Reses DPRD juga merupakan hubungan antara anggota DPRD dengan
konstituennya dan sebagai bentuk konsultasi di daerah pemilihanya guna untuk
untuk menyerap, menghimpun serta menindaklanjuti aspirasi konstituen atau
masyarakat.
Pelaksanaan Reses yang bertujuan untuk menyerap aspirasi masyarakat
diharapakan mampu memberikan perubahan yang positif bagi masyarakat
tersebut. Dimana sebagai pihak yang mewakili pun akhirnya mengetahui apa yang
menjadi kebutuhan dari yang diwakilinya sehingga tercipta hubungan yang baik.

28
Universitas Sumatera Utara

Dan masyarakat pun dapat memahami bagaimana reses dan juga pengetahuan
politik lainnya.
Yang menjadi saasaran dari pelaksanaan kegiatan reses adalah menyerap
aspirasi selain dari bersilaturahmi dengan daerah pemilihannya. Dalam hal ini
besar harapan masyarakat dengan dilaksanakannya kegiatan reses tersebut dapat
memberikan perubahan yang baik bagi kesejahteraan masyarakat. Dalam
pelaksanaan reses DPRD kebanyakan masyarakat akhirnya mengharapkan
perubahan infrastruktur yang ada didesanya dan hal ini sebagai wakil rakyat
seorang DPRD harus bijak dalam menanggapinya.
Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan sebelumnya, ada empat hal
yang merupakan unsur-unsur dari efektivitas pelaksanaan suatu program/kegiatan
yaitu :
a.Pencapaian tujuan, yaitu suatu program dikatakan efektif apabila dapat
mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya
b.Ketepatan waktu, yaitu suatu program yang dikatakan efektif apabila
penyelesaian atau tercapainya tujuan sesuai atau bertepatan waktu dengan yang
telah ditentukan
c.Manfaat, suatu program dikatakan efektif apabila tujuan itu memberiakn
manfaat bagi masyarakat sesuai dengan kebutuhannya
d.Hasil, suatu program dikatakan efektif, apabila kegiatan itu memberiakn sebuah
hasil
Berdasarkan beberapa uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa efektivitas
reses merupakan sampai sejauhmana aspirasi masyarakat tersampaikan serta

29
Universitas Sumatera Utara

pemahaman terhadap reses dan juga sejauh mana pihak DPRD dalam
merealisasikan aspirasi tersebut.
Beberapa pendapat dan teori efektivitas yang tealh diuraikan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa dapat mengukur efektivitas suatu kegiatan atau aktivitas
perlu diperhatikan beberapa indikator yaitu
1. Pemahaman progam
2. Tepat sasaran
3. Tepat waktu
4. Tercapainya tujuan
5. Perubahan nyata
I.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional
I.7.1 Defenisi Konsep
Konsep

merupakan

istilah

atau

dfenisi

yang

diguanakn

untuk

menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang
menjadi pusat perhatian ilmu sosial.
Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang
dijadikan objek penelitian, maka seorang

peneliti harus menegaskan dan

membatasi makna konsep-konsep yang diteliti. Perumusan defenisi konsep dalam
suatu penelitian ilmiah menunjukkan bahwa peneliti ingin mencegah salah
pengertian atas konsep yang diteliti. Peneliti berupaya menggiring para pembaca
hasil penelitian itu memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan
dimaksudkan oleh si peneliti, jadi defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas
suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian.

30
Universitas Sumatera Utara

Memahami pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan,
maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:
1. Yang dimaksud dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah
badan legislatif tempat wakil rakyat membuat undang-undang di tingkat
provinsi, kota atau Kabupaten.
2. Yang dimaksud dengan Reses adalah komunikasi dua arah antara legislatif
dengan konstituen melalui kunjungan kerja secara .
3. Yang dimaksud dengan efektivitas adalah ukuran pencapaian tujuan pada
hasil akhir, apakah berhasil guna atau tidak.
4. Yang dimaksud dengan masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti
seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap
sama.
I.7.2 Defenisi Operasional
Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikemukakan
bahwa perumusan defenisi operasional merupakan langkah lanjutan dari
perumusan defenisi konsep. Defenisi konsep ditujukan untuk mencapai
keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa,
maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan defenisi operasional ditunjukan
dalam upaya transformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep
penelitian dapat diobservasi.

31
Universitas Sumatera Utara

Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam reses DPRD Kabupaten
Simalungun Periode 2014-2019 Kecamatan Dolok Batunanggar di Kelurahan
Serbelawan diukur melalui indikator sebagai berikut:
a. Pemahaman program, meliputi:
1. Informasi pertama responden mengenai pelaksanaan reses
2. Materi yang disampaikan oleh Anggota DPRD
3. Pemahaman akan peran DPRD
4. Pemahaman sebelumnya mengenai reses DPRD
5. Pengetahuan tentang tujuan pelaksanaan reses
6. Pemahaman akan reses sesudah pelaksanaan kegiatan reses
b. Ketepatan sasaran meliputi
1.

Kesesuaian dengan yang diharapkan masyarakat

2.

Tersampainya aspirasi masyarakat

3.

Respon masyarakat

4.

Respon dari Anggota DPRD terhadap masyarakat

5.

Kehadiran masyarakat

6.

Fasilitas yang digunakan

c. Ketepatan waktu, meliputi :
1.

Waktu pemberian informasi pelaksanaan kegiatan reses

2.

Waktu kegiatan reses dimulai

3.

Waktu yang diberikan kepada masyarakat dalam menyampaikan
aspirasinya

4.

Waktu yang diberikan kepada Anggota DPRD dalam merespon
masyarakat

32
Universitas Sumatera Utara

5.

Durasi waktu

d. Tercapainya tujuan
1.

Kesesuian pelaksanaan reses dengan tujuan reses

2.

Manfaat yang diperoleh

3.

Tindakan dari DPRD

e. Perubahan nyata, meliputi
1.

Perubahan dalam infrastruktur

2.

Perubahan dalam pembangunan ekonomi

3.

Perubahan dalam pembangunan pendidikan

I.8 Metodologi Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif.
Penelitian

deskriptif

adalah

penelitian

yang

dilakukan

dengan

tujuan

menggambarkan atau mendeskripsikan objek dan fenomena yang ingin diteliti.
Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian
itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung. 25
Penelitian deskriptif menggunakan kata-kata dan gambar bukan angka
ketika data dikumpulkan. Berdasarkan hal tersebut maka jelas bahwa penelitian
deskriptif bersifat menggambarkan dan melukiskan sesuatu hal berupa gambar
atau foto yang didapat dari data lapangan dan kemudian menjelaskannya dengan
kata-kata. Melalui penelitian deskriptif kantitatif, penulis ingin membuat
gambaran menyeluruh tentang Efektivitas Reses Anggota DPRD Kabupaten
Simalungun Periode 2014-2019 di Daerah Pemilihan II Kecamatan Batunanggar,
Kelurahan Serbelawan.
25

Matias Siagian.2011.Metode Penelitian Sosial (Pedoman Praktek Penelitian Bidan Ilmu-ilmu
Sosial dan Kesehatan).Medan:PT Grasindo Monoratama. Hlm 52

33
Universitas Sumatera Utara

I.9 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada lembaga DPRD Kabupaten Simalungun
Provinsi Sumatera Utara. Selain itu, untuk mengakuratkan analisis data dilakukan
juga penelitian di Kelurahan Serbelawan, Kecamatan Dolok Batunanggar.
I.10 Peopulasi dan Sampel
I.10.1 Populasi
Secara sederhana populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan objek,
benda,

peristiwa

penelitian.

26

ataupun

individu

yang

akan

dikaji

dalam

suatu

Adapun yang menjadi Populasi dalam penelitian ini adalah

Masyarakat Kecamatan Batuna

Dokumen yang terkait

Peran Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun Terhadap Masyarakat Dikecamatan Sidamanik Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Serta Pelaksanaannya Berdasarkan Uu Pa Dan Peraturan Pemerintah Nomor24 Tahun 1997

2 111 115

Relasi Kekuasaan Kepala Daerah Dengan Kepala Desa (Melihat Good Governance Kepala Desa Nagori Dolok Huluan, Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun)

4 83 107

Dampak Relokasi Pusat Pemerintahan Kabupaten Simalungun Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Raya

2 36 189

Marketing politik calon anggota DPR RI Ledia Hanifa Amaliah dalam pemilihan anggota DPR RI periode 2014-2019

1 15 154

PELAKSANAAN PENYERAPAN ASPIRASI MASYARAKAT OLEH ANGGOTA DPRD PARTAI NASDEM PERIODE 2014-2019 KOTA SEMARANG PADA MASA RESES TAHUN 2014 -

1 5 71

Efektivitas Reses Anggota DPRD Kabupaten Simalungun Periode 2014-2019 (Studi Kasus : Daerah Pemilihan II Kecamatan Dolok Batunanggar, Kelurahan Serbelawan)

1 2 13

Efektivitas Reses Anggota DPRD Kabupaten Simalungun Periode 2014-2019 (Studi Kasus : Daerah Pemilihan II Kecamatan Dolok Batunanggar, Kelurahan Serbelawan)

0 0 2

Efektivitas Reses Anggota DPRD Kabupaten Simalungun Periode 2014-2019 (Studi Kasus : Daerah Pemilihan II Kecamatan Dolok Batunanggar, Kelurahan Serbelawan)

0 2 18

Efektivitas Reses Anggota DPRD Kabupaten Simalungun Periode 2014-2019 (Studi Kasus : Daerah Pemilihan II Kecamatan Dolok Batunanggar, Kelurahan Serbelawan) Chapter III IV

0 0 36

Efektivitas Reses Anggota DPRD Kabupaten Simalungun Periode 2014-2019 (Studi Kasus : Daerah Pemilihan II Kecamatan Dolok Batunanggar, Kelurahan Serbelawan)

0 0 3