jiptummpp gdl lusinitapr 39414 2 babi
                                                                                BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra merupakan wujud dari sebuah proses gejolak dan perasaan
seorang pengarang terhadap realitas sosial yang merangsang kesadaran
pribadinya. Seorang pengarang akan mencoba untuk menggambarkan realitas
yang ada ke dalam karya ciptanya melalui kedalaman imajinasi, visi, asumsi, dan
kadar intelektualitas yang dimilikinya. Tata kehidupan dan pola tingkah laku
masyarakat tempat karya sastra diciptakan tergambar di dalam karya sastra
tersebut. Ia akan senantiasa terlibat dengan berbagai permasalahan di dalamnya,
Jabrohim (2003:157) mengatakan, "Dalam bentuk yang paling nyata, ruang dan
waktu tersebut adalah masyarakat atau kondisi sosial, tempat berbagai pranata
nilai di dalamnya berinteraksi." Konteks ini menyatakan bahwa suatu karya sastra
bukanlah suatu karya yang bersifat otonom, berdiri sendiri, melainkan sesuatu
yang terikat erat dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat karya itu
diciptakan.
Menurut Hardjana (1981:10), sastra merupakan pengungkapan baku dari
apa yang telah disaksikan, dialami, diperenungkan, dan dirasakan orang mengenai
segi-segi kehidupan. Keadaan masyarakat, cara hidup masyarakat dapat menjadi
bahan bagi seorang sastrawan. Salah satu hakikat sastra adalah menggambarkan
keadaan manusia dalam masyarakat. Suatu karya sastra adakalanya tidak dapat
menggambarkan kehidupan masyarakat pada saat karya itu beredar. Secara umum
1
2
sastra akan tetap menggambarkan kehidupan masyarakat pada masa lalu dan masa
sekarang, serta masa yang akan datang. Menurut Ratna (2003:35), bahwa pada
dasarnya, seluruh kejadian dalam karya, bahkan juga karya-karya yang termasuk
dalam genre yang paling absurd pun merupakan prototipe kejadian yang pernah
dan mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Sastra berhadapan dengan pemikiran, penghayatan, penilaian dan sikap
hidup pengarangnya. Wellek dan Warren (1990:276), mengatakan, novel
dianggap sebagai dokumen atau kasus sejarah, sebagai pengakuan (karena ditulis
dengan sangat meyakinkan), sebagai sebuah cerita kejadian sebenarnya, sebagai
sejarah hidup seseorang dan zamannya. Damono (2002:1), menyatakan bahwa
karya sastra diciptakan sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan
masyarakat. Wellek dan Warren (1990:112), juga mengatakan bahwa pengarang
adalah warga masyarakat. Ia dapat dipelajari sebagai makhluk sosial. Biografi
pengarang adalah sumber utama, tetapi studi ini juga dapat meluas ke lingkungan
tempat pengarang tinggal dan berasal.
Realitas yang sering hadir dalam karya sastra adalah mengenai
permasalahan sosial. Masalah sosial sendiri muncul akibat adanya ketidaksesuaian
antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang dapat membahayakan
kehidupan kelompok sosial. Selain itu, adanya perbedaan yang mencolok antara
nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Masalah kemiskinan menjadi
salah satu permasalahan sosial yang banyak diejawantahkan dalam karya sastra.
Pengarang yang merupakan bagian dari masyarakat, tentunya sangat dekat
dengan persoalan ini. Pengarang yang hadir dengan membawa narasi besar
3
tentang kemiskinan dalam karyanya. Sumardjo (1981:24), mengatakan bahwa
novel Indonesia masih bertumpu pada realisme formal yang bergantung di suatu
masyarakat tertentu, penggambaran suatu masyarakat inilah yang dimaksudkan
dengan penggambaran sosial. Jelaslah bahwa novel yang ditulis oleh sastrawan
Indonesia sebagian besar menggambarkan kondisi masyarakat Indonesia dengan
segala masalahnya, seperti pendidikan, kesehatan, politik, kemiskinan dan
sebagainya. Karya sastra memberikan gambaran tentang kemiskinan yang
merupakan representasi dari kenyataan, namun belum sampai ke arah penyadaran
terhadap pembaca (masyarakat). Pengarang yang menulis karya sastra dengan
tema kemiskinan, lebih banyak menggambarkan kenyataan yang bersifat pasif.
Penelitian ini bermaksud membuka dan menggali makna karya sastra yang
berhubungan dengan representasi kemiskinan.
Kemiskinan dalam karya sastra dapat ditemukan representasinya dalam
karya sastra berupa, puisi, cerpen, novel, maupun drama. Data dalam penelitian
ini difokuskan pada karya sastra berupa novel. Pemilihan karya sastra berupa
novel ini didasari pada berbagai pertimbangan mengenai perbedaan yang menjadi
keunggulan novel dengan karya sastra lain. Pada dasarnya, novel merupakan salah
satu genre karya sastra yaitu prosa. Seperti halnya cerpen, novel merupakan
karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita. Novel dapat
mengemukakan sesuatu secara lebih bebas, banyak, rinci, detail, dan dapat
melibatkan berbagai masalah yang lebih kompleks, sehingga mencakup unsur
cerita yang membagun novel itu sendiri. Sumardjo dan Saini (1988), mengatakan
bahwa novel adalah bentuk karya sastra paling populer di dunia. Bentuk sastra ini
4
paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya
sangat luas pada masyarakat. Novel merupakan genre yang tepat untuk
menyajikan masalah sosial dengan berbagai dimensinya jika dilihat dari segi
penggunaan bahasanya, yaitu bentuk konotatif dan metaforis (Ratna, 2003:44).
Peneliti memilih novel yang bertemakan tentang kemiskinan dalam
penelitian ini. Beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi peneliti adalah
kemiskinan merupakan permasalahan klasik bagi bangsa dan negara. Kemiskinan
dapat menjadi penyebab timbulnya permasalahan sosial lainnya dalam kehidupan
masyarakat seperti kejahatan, kebodohan, bahkan kematian akibat mahalnya biaya
kesehatan. Kemiskinan sebagai tema yang diangkat dalam novel merupakan tema
yang cukup berat karena masalah ini belum dapat dituntaskan oleh pemerintah
hingga saat ini.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, peneliti memilih
bentuk karya sastra novel berjudul yang Miskin dilarang Maling (YMDM) yang
ditulis oleh Salman Rusydie Anwar sebagai objek kajian dalam penelitian ini.
Novel ini mengangkat tema kemiskinan, yang menceritakan kehidupan sebuah
keluarga miskin di sebuah kampung bernama Kalibaru. Pengarang menghadirkan
persoalan-persoalan yang diangkat ke permukaan sebagai gambaran dari
persoalan-persoalan sosial di masyarakat Indonesia dalam novel ini, yaitu
persoalan kemiskinan. Tokoh-tokoh dalam novel di antaranya, Sukasman dan
istrinya Suniyati serta Pak Imam dan istrinya seperti menjadi simbol masyarakat
miskin dengan persoalan sosial yang menyelimuti lingkungannya. Persoalanpersoalan yang dihadirkan oleh pengarang adalah menyoal potret kemiskinan
5
yang digambarkan melalui kondisi keluarga Sukasman yang diceritakan miskin
dan dikucilkan. Kehidupan keluarga Sukasman yang kurang layak dan potret
kesenjangan sosial sangat terlihat dalam novel YMDM ini. Penelitian ini akan
meneliti bagaimana representasi kemiskinan dalam novel YMDM serta
bermaksud membuka makna karya sastra yang berhubungan dengan kemiskinan.
Peneliti juga akan mencari jawaban tentang faktor yang melatarbelakangi
kemiskinan dalam novel tersebut.
Novel YMDM menceritakan arti kemiskinan yang sebenarnya dimana saat
tidak ada seorang pun di dunia ini yang mau membantu dan hanya Tuhan yang
mendengar doa dan tangis seorang hamba. Tokoh utama di novel ini
mencerminkan sesusah atau semiskin apapun orang itu harus tetap percaya pada
Tuhan dan harus selalu optimis menatap segala celah kemungkinan di masa
depan. Salman Rusydie Anwar menguraikan kehidupan tokoh utama yang miskin
di dalam novel YMDM ini, sehingga pembaca dapat memahami masalah
kemiskinan dengan jelas dan menjadikannya sebagai masalah yang harus disikapi
bersama.
Permasalahan yang mengangkat tentang kemiskinan dalam novel telah
diteliti oleh Sulistiyana (2013), dengan judul representasi kemiskinan dalam novel
jatisaba karya Ramayda Akmal. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya empat
gambaran kemiskinan dalam novel, yaitu kemiskinan pendidikan, harta, moral,
dan agama. Kemiskinan tersebut merepresentasikan kenyataan sosial masyarakat
Cilacap yang menjadi latar cerita, juga menggambarkan realitas sosial masyarakat
Indonesia secara umum. Hubungan representasi kemiskinan dengan persoalan
6
sosial yang muncul dalam novel adalah hubungan sebab akibat. Gambaran
persoalan sosial dalam novel tersebut menjadi representasi dari masalah sosial
yang dialami masyarakat Indonesia. Model representasi yang digunakan adalah
model representasi aktif, sehingga dalam merepresentasikan kemiskinan dan
permasalahan sosial, terdapat pemaknaan yang berupa kritik terhadap kenyataan
yang digambarkan. Kritikan tersebut yaitu berupa gugatan.
Terdapat kesamaan dan perbedaan antara penelitian Sulistiyana (2013),
dengan penelitian ini. Kesamaannya adalah tema sosial yang diangkat tentang
kemiskinan, menggunakan pendekatan sosiologi sastra, dan bentuk karya sastra
yang diteliti adalah novel Indonesia. Perbedaannya adalah konsep bentuk
kemiskinan yang digunakan, novel dan pengarangnya, dan daerah asal
pengarangnya. Konsep bentuk kemiskinan yang digunakan penelitian sebelumnya
adalah kemiskinan berupa kemiskinan pendidikan, harta, moral, dan agama.
Sedangkan konsep bentuk kemiskinan yang digunakan penelitian sekarang adalah
kemiskinan absolut, relatif, kultural, struktural.
Novel yang dikaji oleh peneliti sebelumnya berjudul Jatisaba karya
Ramayda Akmal, sedangkan penelitian sekarang menggunakan novel berjudul
yang Miskin dilarang Maling (YMDM). Novel Jatisaba lebih cenderung
mengangkat tentang seluk-beluk perdagangan manusia (trafficking) yang
disebabkan oleh kemiskinan. Desa Jatisaba pun sesungguhnya benar-benar ada
dan merupakan kampung halaman dari pengarangnya (Ramayda Akmal). Lain
halnya dengan novel YMDM yang cenderung mengangkat masalah kemiskinan
yang dialami oleh tokoh utamanya di Desa Kalibaru serta akibat dari kemiskinan
7
yang dialaminya. Desa Kalibaru sebenarnya fiktif karena tidak jelas diceritakan
berada di daerah mana, sehingga tidak mencerminkan kampung halaman
pengarangnya (Salman Rusydie Anwar) yang berasal dari Desa Candi di wilayah
Sumenep Madura.
Secara teoritis, landasan teori yang dipergunakan untuk mengkaji novel
YMDM dalam penelitian ini adalah Sosiologi Sastra. Sosiologi sastra adalah
telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat, sosiologi
mencoba mencari tahu bagaimana hal itu tetap ada (Damono, 2005:57). Menurut
Ratna (2004:18), sosiologi sastra yang mendominasi jelas teori-teori yang
berkaitan dengan sastra, sedangkan teori-teori yang berkaitan dengan sosiologi
berfungsi sebagai komplementer (pelengkap).
Teori sosiologi sastra dipilih karena dengan menggunakan teori ini dapat
diketahui dengan jelas penggambaran kemiskinan yang dialami oleh suatu
masyarakat dalam sebuah karya sastra. Gambaran kemiskinan tersebut dialami
oleh keluarga Sukasman dan Pak Imam dalam novel YMDM.
1.2 Jangkauan dan Fokus Masalah
Jangkauan atau ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya pada kajian
sosiologi sastra novel berjudul yang Miskin dilarang Maling (YMDM) karya
Salman Rusydie Anwar. Novel ini diterbitkan pertama kali pada bulan Juli 2010
oleh Penerbit Laksana dengan jumlah halaman sebanyak 360 halaman.
Pemasalahan dalam penelitian ini difokuskan pada gambaran kemiskinan beserta
faktor-faktor penyebabnya yang dialami oleh keluarga Sukasman dan Pak Imam
8
dalam novel YMDM tersebut. Gambaran kemiskinan yang dikaji dalam novel
YMDM adalah bentuk atau aspek kemiskinan (harta/ekonomi), pendidikan, dan
moral), penyebabnya dan cara pengarang menggambarkan kemiskinan tersebut.
Cara pengarang menggambarkan kemiskinan dapat dikaji berdasarkan unsurunsur intrinsik yang membangun novel tersebut (plot, tokoh, latar, dan
sebagainya).
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a.
Bagaimanakah bentuk kemiskinan yang tergambar dalam novel yang Miskin
dilarang Maling karya Salman Rusydie Anwar?
b.
Bagaimana faktor yang melatarbelakangi kemiskinan dalam novel yang
Miskin dilarang Maling karya Salman Rusydie Anwar?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya
penelitian ini:
a.
Mendeskripsikan bentuk kemiskinan yang tergambar dalam novel yang
Miskin dilarang Maling karya Salman Rusydie Anwar.
b.
Mendeskripsikan faktor-faktor yang melatarbelakangi kemiskinan dalam
novel yang Miskin dilarang Maling karya Salman Rusydie Anwar.
9
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut ini.
a.
Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
potret kemiskinan dan berbagai penyebabnya dalam suatu novel.
b.
Bagi Dunia Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengkajian karya sastra
Indonesia, khususnya novel.
c.
Bagi Peneliti Berikutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai gambaran dan bahan acuan
(referensi) bagi pihak yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut dalam
rangka peningkatan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pengembangan
pendidikan bahasa dan sastra Indonesia pada khususnya.
1.6 Definisi Operasional
Definisi operasional untuk masing-masing istilah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a.
Gambaran atau representasi adalah suatu keadaan yang mewakili kondisi
tertentu.
Representasi
yang
dimaksud
dalam penelitian ini
adalah
penggambaran atau pencerminan yang melambangkan kenyataan. Namun
bukan gambaran kenyataan yang sebenarnya, melainkan kenyataan yang
diidealkan pengarang. Representasi sendiri merupakan istilah yang muncul
dalam bidang kesenian. Istilah ini muncul sehubungan dengan adanya
10
pandangan bahwa seni merupakan representasi (gambaran, cerminan, tiruan)
dari kenyataan.
b.
Novel adalah bentuk prosa yang tergolong cerita fiksi dalam bentuk tulisan
atau kata-kata yang memiliki unsur intrinsik dan ekstriksik. Novel juga dapat
dikatakan karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita
kehidupan
seseorang
dengan
orang-orang
di
sekelilingnya,
dengan
menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
c.
Kemiskinan yang dimaksudkan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai
sesuatu yang mewakili suatu keadaan yang miskin atau serba kekurangan.
d.
Sosiologi sastra merupakan pendekatan untuk menelaah hubungan antara
realitas sosial yang ada dalam masyarakat dengan realitas literer yang ada
dalam teks sastra tanpa mengenyampingkan cermin situasi penulisnya.
                                            
                PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra merupakan wujud dari sebuah proses gejolak dan perasaan
seorang pengarang terhadap realitas sosial yang merangsang kesadaran
pribadinya. Seorang pengarang akan mencoba untuk menggambarkan realitas
yang ada ke dalam karya ciptanya melalui kedalaman imajinasi, visi, asumsi, dan
kadar intelektualitas yang dimilikinya. Tata kehidupan dan pola tingkah laku
masyarakat tempat karya sastra diciptakan tergambar di dalam karya sastra
tersebut. Ia akan senantiasa terlibat dengan berbagai permasalahan di dalamnya,
Jabrohim (2003:157) mengatakan, "Dalam bentuk yang paling nyata, ruang dan
waktu tersebut adalah masyarakat atau kondisi sosial, tempat berbagai pranata
nilai di dalamnya berinteraksi." Konteks ini menyatakan bahwa suatu karya sastra
bukanlah suatu karya yang bersifat otonom, berdiri sendiri, melainkan sesuatu
yang terikat erat dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat karya itu
diciptakan.
Menurut Hardjana (1981:10), sastra merupakan pengungkapan baku dari
apa yang telah disaksikan, dialami, diperenungkan, dan dirasakan orang mengenai
segi-segi kehidupan. Keadaan masyarakat, cara hidup masyarakat dapat menjadi
bahan bagi seorang sastrawan. Salah satu hakikat sastra adalah menggambarkan
keadaan manusia dalam masyarakat. Suatu karya sastra adakalanya tidak dapat
menggambarkan kehidupan masyarakat pada saat karya itu beredar. Secara umum
1
2
sastra akan tetap menggambarkan kehidupan masyarakat pada masa lalu dan masa
sekarang, serta masa yang akan datang. Menurut Ratna (2003:35), bahwa pada
dasarnya, seluruh kejadian dalam karya, bahkan juga karya-karya yang termasuk
dalam genre yang paling absurd pun merupakan prototipe kejadian yang pernah
dan mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Sastra berhadapan dengan pemikiran, penghayatan, penilaian dan sikap
hidup pengarangnya. Wellek dan Warren (1990:276), mengatakan, novel
dianggap sebagai dokumen atau kasus sejarah, sebagai pengakuan (karena ditulis
dengan sangat meyakinkan), sebagai sebuah cerita kejadian sebenarnya, sebagai
sejarah hidup seseorang dan zamannya. Damono (2002:1), menyatakan bahwa
karya sastra diciptakan sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan
masyarakat. Wellek dan Warren (1990:112), juga mengatakan bahwa pengarang
adalah warga masyarakat. Ia dapat dipelajari sebagai makhluk sosial. Biografi
pengarang adalah sumber utama, tetapi studi ini juga dapat meluas ke lingkungan
tempat pengarang tinggal dan berasal.
Realitas yang sering hadir dalam karya sastra adalah mengenai
permasalahan sosial. Masalah sosial sendiri muncul akibat adanya ketidaksesuaian
antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang dapat membahayakan
kehidupan kelompok sosial. Selain itu, adanya perbedaan yang mencolok antara
nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Masalah kemiskinan menjadi
salah satu permasalahan sosial yang banyak diejawantahkan dalam karya sastra.
Pengarang yang merupakan bagian dari masyarakat, tentunya sangat dekat
dengan persoalan ini. Pengarang yang hadir dengan membawa narasi besar
3
tentang kemiskinan dalam karyanya. Sumardjo (1981:24), mengatakan bahwa
novel Indonesia masih bertumpu pada realisme formal yang bergantung di suatu
masyarakat tertentu, penggambaran suatu masyarakat inilah yang dimaksudkan
dengan penggambaran sosial. Jelaslah bahwa novel yang ditulis oleh sastrawan
Indonesia sebagian besar menggambarkan kondisi masyarakat Indonesia dengan
segala masalahnya, seperti pendidikan, kesehatan, politik, kemiskinan dan
sebagainya. Karya sastra memberikan gambaran tentang kemiskinan yang
merupakan representasi dari kenyataan, namun belum sampai ke arah penyadaran
terhadap pembaca (masyarakat). Pengarang yang menulis karya sastra dengan
tema kemiskinan, lebih banyak menggambarkan kenyataan yang bersifat pasif.
Penelitian ini bermaksud membuka dan menggali makna karya sastra yang
berhubungan dengan representasi kemiskinan.
Kemiskinan dalam karya sastra dapat ditemukan representasinya dalam
karya sastra berupa, puisi, cerpen, novel, maupun drama. Data dalam penelitian
ini difokuskan pada karya sastra berupa novel. Pemilihan karya sastra berupa
novel ini didasari pada berbagai pertimbangan mengenai perbedaan yang menjadi
keunggulan novel dengan karya sastra lain. Pada dasarnya, novel merupakan salah
satu genre karya sastra yaitu prosa. Seperti halnya cerpen, novel merupakan
karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita. Novel dapat
mengemukakan sesuatu secara lebih bebas, banyak, rinci, detail, dan dapat
melibatkan berbagai masalah yang lebih kompleks, sehingga mencakup unsur
cerita yang membagun novel itu sendiri. Sumardjo dan Saini (1988), mengatakan
bahwa novel adalah bentuk karya sastra paling populer di dunia. Bentuk sastra ini
4
paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya
sangat luas pada masyarakat. Novel merupakan genre yang tepat untuk
menyajikan masalah sosial dengan berbagai dimensinya jika dilihat dari segi
penggunaan bahasanya, yaitu bentuk konotatif dan metaforis (Ratna, 2003:44).
Peneliti memilih novel yang bertemakan tentang kemiskinan dalam
penelitian ini. Beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi peneliti adalah
kemiskinan merupakan permasalahan klasik bagi bangsa dan negara. Kemiskinan
dapat menjadi penyebab timbulnya permasalahan sosial lainnya dalam kehidupan
masyarakat seperti kejahatan, kebodohan, bahkan kematian akibat mahalnya biaya
kesehatan. Kemiskinan sebagai tema yang diangkat dalam novel merupakan tema
yang cukup berat karena masalah ini belum dapat dituntaskan oleh pemerintah
hingga saat ini.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, peneliti memilih
bentuk karya sastra novel berjudul yang Miskin dilarang Maling (YMDM) yang
ditulis oleh Salman Rusydie Anwar sebagai objek kajian dalam penelitian ini.
Novel ini mengangkat tema kemiskinan, yang menceritakan kehidupan sebuah
keluarga miskin di sebuah kampung bernama Kalibaru. Pengarang menghadirkan
persoalan-persoalan yang diangkat ke permukaan sebagai gambaran dari
persoalan-persoalan sosial di masyarakat Indonesia dalam novel ini, yaitu
persoalan kemiskinan. Tokoh-tokoh dalam novel di antaranya, Sukasman dan
istrinya Suniyati serta Pak Imam dan istrinya seperti menjadi simbol masyarakat
miskin dengan persoalan sosial yang menyelimuti lingkungannya. Persoalanpersoalan yang dihadirkan oleh pengarang adalah menyoal potret kemiskinan
5
yang digambarkan melalui kondisi keluarga Sukasman yang diceritakan miskin
dan dikucilkan. Kehidupan keluarga Sukasman yang kurang layak dan potret
kesenjangan sosial sangat terlihat dalam novel YMDM ini. Penelitian ini akan
meneliti bagaimana representasi kemiskinan dalam novel YMDM serta
bermaksud membuka makna karya sastra yang berhubungan dengan kemiskinan.
Peneliti juga akan mencari jawaban tentang faktor yang melatarbelakangi
kemiskinan dalam novel tersebut.
Novel YMDM menceritakan arti kemiskinan yang sebenarnya dimana saat
tidak ada seorang pun di dunia ini yang mau membantu dan hanya Tuhan yang
mendengar doa dan tangis seorang hamba. Tokoh utama di novel ini
mencerminkan sesusah atau semiskin apapun orang itu harus tetap percaya pada
Tuhan dan harus selalu optimis menatap segala celah kemungkinan di masa
depan. Salman Rusydie Anwar menguraikan kehidupan tokoh utama yang miskin
di dalam novel YMDM ini, sehingga pembaca dapat memahami masalah
kemiskinan dengan jelas dan menjadikannya sebagai masalah yang harus disikapi
bersama.
Permasalahan yang mengangkat tentang kemiskinan dalam novel telah
diteliti oleh Sulistiyana (2013), dengan judul representasi kemiskinan dalam novel
jatisaba karya Ramayda Akmal. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya empat
gambaran kemiskinan dalam novel, yaitu kemiskinan pendidikan, harta, moral,
dan agama. Kemiskinan tersebut merepresentasikan kenyataan sosial masyarakat
Cilacap yang menjadi latar cerita, juga menggambarkan realitas sosial masyarakat
Indonesia secara umum. Hubungan representasi kemiskinan dengan persoalan
6
sosial yang muncul dalam novel adalah hubungan sebab akibat. Gambaran
persoalan sosial dalam novel tersebut menjadi representasi dari masalah sosial
yang dialami masyarakat Indonesia. Model representasi yang digunakan adalah
model representasi aktif, sehingga dalam merepresentasikan kemiskinan dan
permasalahan sosial, terdapat pemaknaan yang berupa kritik terhadap kenyataan
yang digambarkan. Kritikan tersebut yaitu berupa gugatan.
Terdapat kesamaan dan perbedaan antara penelitian Sulistiyana (2013),
dengan penelitian ini. Kesamaannya adalah tema sosial yang diangkat tentang
kemiskinan, menggunakan pendekatan sosiologi sastra, dan bentuk karya sastra
yang diteliti adalah novel Indonesia. Perbedaannya adalah konsep bentuk
kemiskinan yang digunakan, novel dan pengarangnya, dan daerah asal
pengarangnya. Konsep bentuk kemiskinan yang digunakan penelitian sebelumnya
adalah kemiskinan berupa kemiskinan pendidikan, harta, moral, dan agama.
Sedangkan konsep bentuk kemiskinan yang digunakan penelitian sekarang adalah
kemiskinan absolut, relatif, kultural, struktural.
Novel yang dikaji oleh peneliti sebelumnya berjudul Jatisaba karya
Ramayda Akmal, sedangkan penelitian sekarang menggunakan novel berjudul
yang Miskin dilarang Maling (YMDM). Novel Jatisaba lebih cenderung
mengangkat tentang seluk-beluk perdagangan manusia (trafficking) yang
disebabkan oleh kemiskinan. Desa Jatisaba pun sesungguhnya benar-benar ada
dan merupakan kampung halaman dari pengarangnya (Ramayda Akmal). Lain
halnya dengan novel YMDM yang cenderung mengangkat masalah kemiskinan
yang dialami oleh tokoh utamanya di Desa Kalibaru serta akibat dari kemiskinan
7
yang dialaminya. Desa Kalibaru sebenarnya fiktif karena tidak jelas diceritakan
berada di daerah mana, sehingga tidak mencerminkan kampung halaman
pengarangnya (Salman Rusydie Anwar) yang berasal dari Desa Candi di wilayah
Sumenep Madura.
Secara teoritis, landasan teori yang dipergunakan untuk mengkaji novel
YMDM dalam penelitian ini adalah Sosiologi Sastra. Sosiologi sastra adalah
telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat, sosiologi
mencoba mencari tahu bagaimana hal itu tetap ada (Damono, 2005:57). Menurut
Ratna (2004:18), sosiologi sastra yang mendominasi jelas teori-teori yang
berkaitan dengan sastra, sedangkan teori-teori yang berkaitan dengan sosiologi
berfungsi sebagai komplementer (pelengkap).
Teori sosiologi sastra dipilih karena dengan menggunakan teori ini dapat
diketahui dengan jelas penggambaran kemiskinan yang dialami oleh suatu
masyarakat dalam sebuah karya sastra. Gambaran kemiskinan tersebut dialami
oleh keluarga Sukasman dan Pak Imam dalam novel YMDM.
1.2 Jangkauan dan Fokus Masalah
Jangkauan atau ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya pada kajian
sosiologi sastra novel berjudul yang Miskin dilarang Maling (YMDM) karya
Salman Rusydie Anwar. Novel ini diterbitkan pertama kali pada bulan Juli 2010
oleh Penerbit Laksana dengan jumlah halaman sebanyak 360 halaman.
Pemasalahan dalam penelitian ini difokuskan pada gambaran kemiskinan beserta
faktor-faktor penyebabnya yang dialami oleh keluarga Sukasman dan Pak Imam
8
dalam novel YMDM tersebut. Gambaran kemiskinan yang dikaji dalam novel
YMDM adalah bentuk atau aspek kemiskinan (harta/ekonomi), pendidikan, dan
moral), penyebabnya dan cara pengarang menggambarkan kemiskinan tersebut.
Cara pengarang menggambarkan kemiskinan dapat dikaji berdasarkan unsurunsur intrinsik yang membangun novel tersebut (plot, tokoh, latar, dan
sebagainya).
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a.
Bagaimanakah bentuk kemiskinan yang tergambar dalam novel yang Miskin
dilarang Maling karya Salman Rusydie Anwar?
b.
Bagaimana faktor yang melatarbelakangi kemiskinan dalam novel yang
Miskin dilarang Maling karya Salman Rusydie Anwar?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya
penelitian ini:
a.
Mendeskripsikan bentuk kemiskinan yang tergambar dalam novel yang
Miskin dilarang Maling karya Salman Rusydie Anwar.
b.
Mendeskripsikan faktor-faktor yang melatarbelakangi kemiskinan dalam
novel yang Miskin dilarang Maling karya Salman Rusydie Anwar.
9
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut ini.
a.
Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
potret kemiskinan dan berbagai penyebabnya dalam suatu novel.
b.
Bagi Dunia Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengkajian karya sastra
Indonesia, khususnya novel.
c.
Bagi Peneliti Berikutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai gambaran dan bahan acuan
(referensi) bagi pihak yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut dalam
rangka peningkatan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pengembangan
pendidikan bahasa dan sastra Indonesia pada khususnya.
1.6 Definisi Operasional
Definisi operasional untuk masing-masing istilah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a.
Gambaran atau representasi adalah suatu keadaan yang mewakili kondisi
tertentu.
Representasi
yang
dimaksud
dalam penelitian ini
adalah
penggambaran atau pencerminan yang melambangkan kenyataan. Namun
bukan gambaran kenyataan yang sebenarnya, melainkan kenyataan yang
diidealkan pengarang. Representasi sendiri merupakan istilah yang muncul
dalam bidang kesenian. Istilah ini muncul sehubungan dengan adanya
10
pandangan bahwa seni merupakan representasi (gambaran, cerminan, tiruan)
dari kenyataan.
b.
Novel adalah bentuk prosa yang tergolong cerita fiksi dalam bentuk tulisan
atau kata-kata yang memiliki unsur intrinsik dan ekstriksik. Novel juga dapat
dikatakan karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita
kehidupan
seseorang
dengan
orang-orang
di
sekelilingnya,
dengan
menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
c.
Kemiskinan yang dimaksudkan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai
sesuatu yang mewakili suatu keadaan yang miskin atau serba kekurangan.
d.
Sosiologi sastra merupakan pendekatan untuk menelaah hubungan antara
realitas sosial yang ada dalam masyarakat dengan realitas literer yang ada
dalam teks sastra tanpa mengenyampingkan cermin situasi penulisnya.