Mata uang historiografi Kesultanan Banjarmasin

MATA UANG
KESULTANAN BANJARMASIN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ekonomi Moneter

DOSEN PEMBIMBING:
Asyari Hasan S.H.I, M.Ag.
DISUSUN OLEH:
Trace Lathifah
1116086000032
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
a. Awal Muncul Diproduksi
Berawal dari lahirnya kerajaan Banjarmasin yang diperkirakan berdiri
pada sekitaran abad ke-13 sekaligus menjadi kerajaan hindu pertama di
Kalimantan selatan. Dimana pada saat itu Hindia Belanda masih memimpin
pemerintahan di Indonesia. Namun akhirnya berubah menjadi Kesultanan
Banjarmasin yang berlandaskan nilai-nilai keislaman.


Tak beda jauh awalnya sistem barter adalah sistem yang digunakan
dalam jual beli yang disesuaikan barang yang ingin ditukar adalah sama
sehingga terjadinya barter kerajaan Banjarmasinpun menggunakan sistem
yang sama. Namun lambat laun VOC dibawah kepemimpinan Hindia
Belanda mengeluarkan uang untuk memberi upah atas hasil perkebunan
kopi, jagung, teh dan sebagainya kepada para petani membuat uang semakin
tidak asing lagi di masyarakat Indonesia pada saat itu, sudah jarang yang
menggunakan sistem barter melainkan menggunakan uang yang telah
beredar tersebut.
Setiap kerajaan atau kesultanan mulai memproduksi uang mereka
sendiri-sendiri untuk bisa memiliki ciri khas mata uang disetiap kerajaan.
Tak terkecuali kesultanan Banjarmasin yang ikut memproduksi mata uang
sendiri selama kersultanannya berdiri semua orang patut menggunakan mata
uang tersebut namun bisa juga menggunakan mata uang VOC sebab di
zaman itu mata uang tidak hanya satu seperti zaman sekarang. Tetapi mata
uang yang beredar cukup beragam membuat penggunaan mata uang ini
haruslah disesuaikan dengan keberadaan kita disuatu wilayah. Apabila ada
pada wilayah A kita harus memiliki mata uang wilayah A atau bisa juga
menggunakan mata uang VOC yang hampir berlaku disemua wilayah yang
disebebkan pendistribusiannya yang termasuk cepat dan merata karena pada

saat itu merekalah yang menjadi pemerintah tertinggi di Indonesia. Mencoba
untuk membuat tunduk seluruh kerajaan Indonesia agar Indonesia dapat
seutuhnya mereka kuasai tanpa adanya halangan sedikitpun
Dari sebuah buku saya mendapat info bahwa sekitar tahun 1812 M uang
di Banjarmasin mulai diproduksi, namun pada saat itu kerajaan Banjarmasin
tidak bisa benar-benar memproduksi mata uang sendiri secara keseluruhan,
akhirnya kerajaan Banjarmasin memanfaatkan uang VOC yang salah cetak
misalnya adalah tulisan tahun yang terbalik atau lainnya, lalu mereka
tambahkan gambar perisai dan tulisan arab yang bertuliskan Banjarmasin
pada sisi yang lain dari uang tersebut dan itulah mata uang yang menjadi
mata uang Kesultanan Banjarmasin kala itu yang berawal diproduksi di
masa pemerintahan Sultan Tamjid Illah III (1785-1808).

a. Bentuk dan Model Mata Uang
Pada dasarnya bentuknya seperti koin biasa pada zaman sekarang namun
lebih besar diameternya dibandingkan uang koin sekarang, selain itu
menggunakan bahan dasar tembaga. Dalam hal ini saya tidak menemukan
foto asli dari mata uang Banjarmasin pada saat itu, namun saya menemukan
gambar uang VOC yang beredar kala itu sehingga kurang lebih akan seperti
inilah bentuk dari mata uang kesultanan Banjarmasin


Perbedaannya seperti yang saya paparkan sebelumnya terletak adanya
penambahan gambar perisai, bertahun AH 1221, dan tulisan Arab
bertuliskan Banjarmasin. .Uang tersebut disebut duit oleh masyarakat sekitar
Kalimantan. Menurut suatu riset tentang peninggalan masa kerajaan
Indonesia mata uang berbentuk tembaga seperti ini ditemukan di
Kalimantan dan berkemungkinan besar adalah peninggalan dari kerajaan
Banjarmasin yang notabene adalah kerajaan besar tertua di daerah
Kalimantan selatan.
b. Laporan Keberangkatan Ke Bank Indonesia
Pada hari Kamis tanggal 22 Maret 2018 saya pergi bersama 8 orang
teman saya bernama Hania, Nakania, Ghitsa, Niza, Rozana, Adinda, Tsana,
dan Sopi ke Bank Indonesia untuk mencari data mengenai sejarah mata
uang kerajaan-kerajaan Indonesia untuk memenuhi tugas Ekonomi Moneter.
Dalam foto terseut saya menggunakan kerudung warna hijau tua

Untuk mencari data tersebut kami mengunjungi Perpustakaan Bank
Indonesia yang terletak pada Gedung B di lantai 2