PENGARUH KEBERADAAN PUPUK HAYATI TERHADA

PENGARUH KEBERADAAN PUPUK HAYATI TERHADAP KONDISI TANAH DAN
PERTUMBUHAN TANAMAN

MAKALAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas dalam Tugas Mata Kuliah
Biofertilisasi
Disusun oleh:
Kelompok 8

No.
1.
2.
3.
4.
5.

Nama
Ghefira Rahimah Riony
Lovian A. Sinambela
Ibnu Haikal

Sofiana Rahmayani
Guruh Nandana

NPM
150510120128
150510120130
150510120134
150510120135
150510120137

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME., karena atas rahmat, berkah,
ridho serta karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaruh
Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Kondisi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman” dengan
lancar dan tepat waktu.

Penulisan makalah merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas dalam mata
kuliah Biofertilisasi. Makalah ini berisikan uraian mengenai. Makalah ini tentunya masih
jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Reginawati Hindersah, Ir., M.S.
selaku dosen mata kuliah Biofertilisasi yang telah memberikan tugas, ilmu, serta
bimbingannya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga, teman-teman, serta
lingkungan sekitar yang telah mendukung kelancaran penulisan makalah ini. Akhir kata
penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Tuhan YME.
senantiasa meridhoi usaha kita. Amin.
Bandung, 17 Maret 2015

Penulis

Pengaruh Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Kondisi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................

DAFTAR GAMBAR .................................................................................
DAFTAR TABEL ......................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................

ii
iii
iv
1

1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3. Tujuan ............................................................................................... 2
1.4. Manfaat ............................................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 3
2.1. Definisi Pupuk Hayati ...................................................................... 3
2.2. Perkembangan Pupuk Hayati ............................................................ 3
2.3. Jenis-jenis Pupuk Hayati ................................................................... 4
BAB III. METODE...................................................................................... 5
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 8
BAB V. KESIMPULAN ............................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 25

Pengaruh Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Kondisi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

3

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pengaruh aplikasi PMPF Biophos terhadap efisiensi pemupukan P ..............

Pengaruh Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Kondisi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

1

4

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pengaruh Rhizoplus di beberapa lokasi pertanian kedelai bekas
lahan sawah berpengairan seluas 25 ha ............................................................... 1

Pengaruh Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Kondisi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman


5

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Di
Indonesia, masih banyak hutan lebat yang tumbuh dengan subur tanpa dipupuk, sedangkan
tanaman yang dibudidayakan perlu dilakukan pemupukan. Hal ini dikarenakan dalam alam
yang bebas dari pengaruh manusia, perkembangan tanaman seimbang dengan pelapukan
batuan dan sisa-sisa organisme. Akan tetapi, dengan usaha pertanian yang dilakukan manusia
ini, maka proses penghanyutan dan pencucian zat hara yang hilang dari tanah menjadi
semakin besar. Efisiensi pemupukan merupakan hal yang sangat penting bagi pelaku usaha
pertanian, mengingat tingkat kehilangan yang tinggi akibat proses-proses dalam tanah (aliran
pemupukan, pencucian, evaporasi, fiksasi, dan imobilisasi). Dengan kecenderungan semakin
tingginya biaya produksi pupuk urea sebagai akibat menipisnya ketersediaan serta
meningkatknya harga bahan gas alam (bahan baku pabrik urea), serta meningkatnya
kesadaran manusia akan isu lingkungan, maka penggunaan pupuk sintetik secara perlahan
akan diminimalkan dan ditingkatkan ke penggunaan pupuk yang ramah lingkungan dan
bersumber dari bahan baku terbaharui (renewable resources) seperti pupuk hayati

(Hardjowigeno, S., 2010; Saraswati, R., 2012).
Pupuk hayati (biofertilizer) adalah pupuk yang mengandung inokulan berbahan aktif
organisme hidup, yaitu mikroba yang menguraikan atau mengikat unsur hara sehingga unsur
hara tersebut dapat tersedia dalam tanah dan dimanfaatkan oleh tanaman (Sumihar, S.T.T.,
2012). Perlindungan terhadap mikroogranisme dalam ekosistem pertanian sangat penting bagi
keberlanjutan sistem produksi pertanian. Dengan berbagai dampak positif yang timbul dari
pemanfaatan pupuk hayati dan komitmen yang tinggi dalam meningkatkan kelestarian lahan
akan menyelamatkan ekosistem dan mampu menopang kehidupan manusia. Pengelolaan
sistem produksi pertanian secara terpadu, intensif dan berkelanjutan melalui aplikasi pupuk
hayati yang bermutu unggul dapat meningkatkan efisiensi pemupukan, penghematan biaya
pupuk, tenaga kerja, pendapatan petani, produktivitas pertanian serta kelestarian lahan
pertanian (Saraswati, R., 2012).
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu bagaimanakah pengaruh
keberadaan pupuk hayati yang berkaitan terhadap kondisi tanah dan pertumbuhan tanaman.

Pengaruh Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Kondisi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

1


1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah dalam mata kuliah Biofertilisasi yang berjudul
“Pengaruh Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Kondisi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman”
adalah untuk memahami pengaruh yang ditimbulkan oleh keberadaan pupuk hayati terhadap
kondisi tanah dan pertumbuhan tanaman, baik itu pengaruh positif ataupun negatif.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dalam
mata kuliah Biofertilisasi serta memperoleh pengetahuan mengenai pengaruh keberadaan
pupuk hayati terhadap kondisi tanah dan pertumbuhan tanaman.

Pengaruh Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Kondisi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Pupuk Hayati
Pupuk hayati (biofertilizer) adalah pupuk yang mengandung inokulan berbahan aktif
organisme hidup, yaitu mikroba yang menguraikan atau mengikat unsur hara sehingga unsur
hara tersebut dapat tersedia dalam tanah dan dimanfaatkan oleh tanaman (Sumihar, S. T. T.,

2012). Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok
fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah, sehingga
dapat tersedia bagi tanaman. Memfasilitasi tersedianya hara ini dapat berlangsung melalui
peningkatan akses tanaman terhadap hara misalnya oleh cendawan Mikoriza Arbuskuler,
pelarutan oleh mikroba pelarut fosfat, maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset atau
cacing tanah. Penyediaan hara ini berlangsung melalui hubungan simbiotis atau nonsimbiotis.
Secara simbiosis berlangsung dengan kelompok tanaman tertentu atau dengan kebanyakan
tanaman, sedangkan nonsimbiotis berlangsung melalui penyerapan hara hasil pelarutan oleh
kelompok mikroba pelarut fosfat, dan hasil perombakan bahan organik oleh kelompok
organisme perombak (Simanungkalit, D. R. M., dkk., 2006).
2.2. Perkembangan Pupuk Hayati
Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah pertanian
maupun kehutanan. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah mulai pada permulaan dari
manusia mengenal bercocok tanam >5.000 tahun yang lalu. Bentuk primitif dari pemupukan
untuk memperbaiki kesuburan pupuk hayati tanah terdapat pada kebudayaan tua manusia di
negeri-negeri yang terletak di daerah aliran sungai-sungai Nil, Euphrat, Indus, di Cina,
Amerika Latin, dan sebagainya. Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran
sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara melalui banjir
yang terjadi setiap tahun. Menurut Simanungkalit, D. R. M., dkk. (2006), bakteri penambat
nitrogen Rhizobia merupakan pupuk hayati pertama di dunia yang dikenal dan telah

dimanfaatkan lebih dari 100 tahun sejak pertama kali digunakan untuk menginokulasi benih
kacang-kacangan.
Di Indonesia sendiri pembuatan inokulan Rhizobia dalam bentuk biakan murni
Rhizobia pada agar miring telah mulai sejak tahun 1938, tetapi hanya untuk keperluan
penelitian. Sedangkan dalam skala komersial pembuatan inokulan Rhizobia mulai di
Pengaruh Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Kondisi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

3

Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta sejak
tahun 1981 untuk memenuhi keperluan petani transmigran. Pada saat itu, inokulan diberikan
kepada petani sebagai salah satu komponen dalam paket yang diberikan dalam proyek
intensifikasi kedelai (Simanungkalit, D. R. M., dkk., 2006).
2.3. Jenis-jenis Pupuk Hayati
Keuntungan dari mikroba simbiosis ini, yaitu diperoleh ke dua belah pihak, tanaman
inang mendapatkan tambahan hara yang diperlukan, sedangkan mikroba mendapatkan bahan
organik untuk aktivitas dan pertumbuhannya (Suriadikarta, dkk., 2006 dalam Sumihar, S. T.
T., 2012).
Mikroba-mikroba bahan aktif pupuk hayati dikemas dalam bahan pembawa, bisa dalam
bentuk cair atau padat. Pupuk hayati juga ada yang hanya terdiri dari satu atau beberapa

mikroba saja, tetapi ada juga yang mengklaim terdiri dari bermacam-macam mikroba. Pupuk
hayati ini yang kemudian diaplikasikan ke tanaman.
Pada pupuk hayati majemuk terdapat berbagai mikroba (kebanyakan lebih dari tiga
jenis), tapi belum diketahui berapa jumlah minimal populasi masing-masing mikroba
fungsional pada pupuk hayati majemuk tersebut agar dapat menjalankan fungsinya masingmasing setelah berada dalam tanah (Simanungkalit, D. R. M., dkk., 2006).
Secara umum, peningkatan pertumbuhan tanaman dengan pemberian pupuk hayati
dapat terjadi melalui satu atau lebih mekanisme yang terkait dengan karakter fungsional dan
kepadatan populasi mikroba saat diaplikasikan serta kecocokan tanaman inang dan kondisi
lingkungan rizosfir. Karakter fungsional utama mikroba yang banyak dipilih untuk pupuk
hayati antara lain kemampuan mikroba menambat N2 dari udara, melarutkan hara P yang
terikat di dalam tanah, memacu pertumbuhan tanaman dengan menghasilkan zat pengatur
tumbuh, dan bahkan yang berfungsi sebagai pengendali patogen tular tanah. Berbagai
mikroba tanah berperan dalam penyediaan hara, penghasil homon tumbuh dan penghasil zat
anti penyakit tanaman yang berpotensi untuk digunakan sebagai komponen peningkatan
produktivitas melalui peningkatan hasil tanaman yang ramah lingkungan (Balai Penelitian
Tanah, tanpa tahun).

Pengaruh Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Kondisi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

4


BAB III
METODE
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah yang berjudul “Pengaruh
Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Kondisi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman” adalah
berupa pengumpulan data berdasarkan diskusi kelompok dan studi pustaka melalui buku,
jurnal, dan internet.

Pengaruh Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Kondisi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

5

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut adalah pengaruh mengenai keberadaan pupuk hayati terhadap kondisi tanah dan
pertumbuhan tanaman:
A. Pengaruh Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Kondisi Tanah dan Pertumbuhan
Tanaman
1. Seperti yang telah diketahui, bahwa pupuk hayati merupakan inokulan berbahan
aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau
memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman. Memfasilitasi
tersedianya hara ini dapat berlangsung melalui peningkatan akses tanaman
terhadap hara misalnya oleh cendawan Mikoriza Arbuskuler, pelarutan oleh
mikroba pelarut fosfat, maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset atau cacing
tanah. Penyediaan hara ini berlangsung melalui hubungan simbiotis atau
nonsimbiotis. Secara simbiosis berlangsung dengan kelompok tanaman tertentu
atau dengan kebanyakan tanaman, sedangkan nonsimbiotis berlangsung melalui
penyerapan hara hasil pelarutan oleh kelompok mikroba pelarut fosfat, dan hasil
perombakan bahan organik oleh kelompok organisme perombak. Bagi tanah,
mikroorganisme dalam pupuk hayati mengembalikan siklus nutrisi alami tanah dan
membentuk material organik tanah. Komponen habitat alam, mikroba mempunyai
peran dan fungsi penting dalam mendukung terlaksananya pertanian ramah
lingkungan melalui berbagai proses, seperti dekomposisi bahan organik,
mineralisasi senyawa organik, fiksasi hara, pelarut hara, nitrifikasi, denitrifikasi,
dan sebagainya. Pupuk hayati menambahkan nutrisi melalui proses alami, yaitu
fiksasi nitrogen atmosfer, menjadikan fosfor bahan yang terlarut, dan merangsang
pertumbuhan tanaman melalui sintesis zat-zat yang mendukung pertumbuhan
tanaman (Simanungkalit, D. R. M., dkk., 2006).
2. Menurut Garsoni (2009) pupuk hayati merupakan salah satu bahan yang sangat
penting dalam upaya memperbaiki kesuburan dan meningkatkan kesehatan tanah.
Sehingga apabila tidak diberikan pupuk hayati dalam kondisi tanah yang telah
diberi pupuk anorganik maupun yang netral, maka dapat menurunkan kesehatan
tanah. Kehadiran mikroorganisme di dalam tanah, selain dapat memperbaiki
kondisi biologis tanah, melalui aktivitas mikroorganisme, seperti bakteri fiksasi N 2
udara pada tanaman kacang-kacangan dengan memanfaatkan enzim nitrigenas,

Pengaruh Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Kondisi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

6

bakteri dan fungi pelarut fosfat, bakteri dan fungi perombak bahan organik, serta
bakteri, dan cendawan, juga dapat memperbaiki keadaan fisik tanah, yaitu seperti
struktur tanah, agregat tanah, lalu kondisi kimia tanah, seperti ketersediaan unsur
hara. Semakin tinggi populasi mikroba tanah akan semakin tinggi aktivitas
biokimia dalam tanah dan semakin tinggi indeks kualitas tanah. Populasi mikroba
tanah yang tidak bersifat patogenik, juga dianggap sebagai salah satu indikator
teknologi pertanian yang ramah lingkungan. Fungsi mikroba secara umum menjadi
4 (empat) fungsi, yaitu: (1) meningkatkan ketersediaan unsur hara tanaman dalam
tanah, (2) sebagai perombak bahan organik dalam tanah dan mineralisasi unsur
organik, (3) bakteri rizosfir-endofitik berfungsi memacu pertumbuhan tanaman
dengan membentuk enzim dan melindungi akar dari mikroba patogenik, dan (4)
sebagai agensia hayati pengendali hama dan penyakit tanaman (Saraswati, R.,
2012).
3. Dalam kondisi dimana tanah sudah diberikan pupuk anorganik, maka perlu adanya
pengelolaan pupuk terpadu. Pengelolaan pupuk terpadu merupakan sistem yang
mencoba mengkombinasikan penggunaan pupuk anorganik dengan pupuk hayati.
Penurunan kualitas tanah sebagai akibat dari penggunaan pupuk anorganik secara
terus-menerus dan dalam jumlah besar tanpa pemberian bahan organik yang cukup
pada pertanian konvensional sudah mulai dirasakan. Transformasi pupuk kimia
tanah bergantung pada keberadaan mikroba tanah, diantaranya nitrifikasi amonia,
katalisis hidrolisis pupuk P dan katalisis hidrolisis pupuk urea. Pemberian pupuk
kimia berlebihan dapat meningkatkan konsentrasi garam dalam larutan tanah
sehingga berpengaruh pada kesetimbangan hara, pH, dan kandungan nitrit.
Penggunaan pupuk organik saja, tidak dapat meningkatkan produktivitas tanaman
dan ketahanan pangan. Oleh karena itu sistem pengelolaan hara terpadu yang
memadukan pemberian pupuk hayati dan pupuk anorganik dalam rangka
meningkatkan produktivitas lahan dan kelestarian lingkungan perlu digalakkan.
Hanya dengan cara ini keberlanjutan produksi tanaman dan kelestarian lingkungan
dapat dipertahankan. Sistem pertanian yang disebut sebagai LEISA (low external
input and sustainable agriculture) menggunakan kombinasi pupuk hayati dan
anorganik yang berlandaskan konsep good agricultural practices perlu dilakukan
agar degredasi lahan dapat dikurangi dalam rangka memelihara kelestarian
lingkungan. Penggunaan pupuk hayati yang bermutu akan membantu upaya untuk
melestarikan produktivitas lahan dan produksi tanaman. Hasil penelitian untuk

Pengaruh Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Kondisi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

7

melihat pengaruh penggunaan pupuk anorganik dan pupuk hayati menunjukkan
bahwa kombinasi ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik.
Pupuk hayati yang diberikan haruslah dalam jumlah yang cukup. Pupuk anorganik
yang diberikan haruslah dalam jumlah yang tidak menekan pertumbuhan mikroba
pupuk hayati. Jumlah populasi mikroba bersangkutan dapat menurun kalau takaran
pupuk anorganik yang diberikan tinggi. Penelitian untuk menentukan kombinasi ini
belum banyak dilakukan baik dilihat dari jenis tanamannya, jenis pupuk hayatinya,
maupun agroekosistemnya (Simanungkalit, D. R. M., dkk., 2006).
4. Selain itu, dalam kondisi dimana tanah tidak diberikan pupuk anorganik (kondisi
netral), maka apabila tidak diberikan pupuk hayati, tanah tersebut akan kekurangan
suplai unsur hara, sehingga akan berdampak kepada pertumbuhan tanaman. Hal ini
dikarenakan tidak terdapatnya mikroorganisme pemfiksasi N dan pelarut fosfat,
sehingga tanaman menunjukkan gejala-gejala kekurangan N, yaitu seperti tanaman
tumbuh kerdil, pertumbuhan akar terbatas, dan daun-daun menjadi kuning dan
gugur. Selain itu, tanaman yang kekuragan unsur P (fosfat) juga pertumbuhannya
terhambat (kerdil), karena pembelahan sel terganggu, selain itu daun-daun menjadi
ungu/coklat mulai dari ujung daun, serta terhambatnya perkembangan akar. Saat
ini, telah dikenal juga pupuk hayati yang didalamnya dapat menyediakan unsur K
(kalium). Apabila tanaman kekurangan unsur ini, maka proses fisiologis,
perkembangan kara, dan metabolik dalam sel tanaman dapat terganggu, selain itu
kekurangan K juga dapat mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain dan dapat
mengurangi daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit (Hardjowigeno,
S., 2010).
5. Bagi tanah, pupuk hayati membantu menjaga kelembaban tanah dan mengurangi
tekanan atau tegangan struktur tanah pada akar-akar tanaman. Pupuk hayati dapat
meningkatkan struktur tanah dalam arti komposisi partikel yang berada dalam
tanah lebih stabil dan cenderung meningkat karena struktur tanah sangat berperan
dalam pergerakan air dan partikel udara dalam tanah, aktivitas mikroorganisme
menguntungkan, pertumbuhan akar, dan kecambah biji. Pupuk hayati berperan
positif dalam menjaga kehilangan secara luas hara Nitrogen dan Fosfor terlarut
dalam tanah. Hal ini dikarenakan pada pupuk hayati terdapat memfiksasi N dan
melarutkan fosfat (Simanungkalit, D. R. M., dkk., 2006).
6. Bagi tanaman, pupuk hayati berperan dalam pelepasan hara tanah secara perlahan
dan kontinu sehingga dapat membantu dan mencegah terjadinya ledakan suplai

Pengaruh Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Kondisi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

8

hara yang dapat membuat tanaman menjadi keracunan (Simanungkalit, D. R. M.,
dkk., 2006).
7. Dalam aliran “pertanian input organik”, mikroba diposisikan sebagai produsen
hara, tanah dianggap sebagai media bio-sintesis dan hasil kerja mikroba dianggap
sebagai pensuplai utama kebutuhan hara bagi tanaman. Proses perombakan bahan
organik, siklus hara dan pembentukan humus bergantung pada adanya mikroba
penyedia hara dan perombak bahan organik. Perubahan pada tanah dari fisik
maupun kimia akan mempengaruhi jumlah pertumbuhan populasi mikroba dan
keanekaragamannya. Dengan adanya dekomposisi sisa tanaman merupakan strategi
yang tepat untuk melindungi dan meningkatkan kualitas tanah karena sisa tanaman
akan menghasilkan senyawa karbon organik larut yang dapat meningkatkan
populasi mikroba pada tanah. Pada lingkungan tanah pertanian, mikroorganisme
memegang peranan kunci baik dalam memperbaiki kondisi tanah maupun
merangsang pertumbuhan tanaman. Pada tanah subur yang normal terdapat 10 100 juta bakteri di dalam setiap gram tanah. Jumlah ini dapat meningkat tergantung
dari kandungan bahan organik tanah (Saraswati, R., 2012).
B. Pengaruh Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Aspek Lainnya
Selain memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap tanah dan tanaman, penggunaan
pupuk hayati pun memiliki pengaruh terhadap aspek-aspek lainnya, yaitu seperti di bidang
ekonomi dan sosial, dimana penggunaan pupuk hayati ini dapat menghemat biaya pupuk,
tenaga kerja, dan berpengaruh terhadap pendapatan petani, karena dapat mengurangi
penggunaan pupuk N (urea) sekitar 25%, dan pupuk P (TSP) sebesar 25%, serta dengan
penggunaan pupuk hayati ini dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman, sehingga
dapat meningkatkan pendapatan usaha tani (Balai Penelitian Tanah, tanpa tahun).
Penggunaan pupuk hayati juga tidak akan meninggalkan residu pada hasil tanaman
sehingga aman bagi kesehatan manusia. Selain itu, penggunaan pupuk hayati juga
memberikan pengaruh yang positif bagi lingkungan (environment). Hal ini dikarenakan
sejalan dengan meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap kesehatan dan pelestarian
lingkungan, maka inovasi teknologi peningkatan produktivitas tanah dan tanaman saat ini
dianjurkan harus ramah lingkungan, yaitu seperti penggunaan pupuk hayati. Hal ini
dikarenakan agar lahan dapat digunakan secara lestari dalam jangka waktu yang panjang,
yang kemudian sering disebut sebagai pertanian organik, mengusahakan tanah sambil
memeliharanya bagi kepentingan mempertahankan kesuburan secara jangka panjang atau
pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). Oleh karena itu, kegiatan ini dapat

Pengaruh Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Kondisi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

9

meningkatkan kelestarian lahan yang akan berdampak pada keselamatan ekosistem dan
mampu menopang kehidupan dan kesejahteran manusia (Saraswati, R., 2012).
Selain memiliki pengaruh yang positif terhadap tanah, tanaman, dan aspek lainnya,
pupuk hayati yang mengandung mikroba ini, juga memiliki kelemahan. Salah satu kelemahan
mikroba, yaitu mikroba sangat tergantung dengan banyak hal. Mikroba sangat dipengaruhi
oleh kondisi lingkungannya, baik lingkungan biotik maupun abiotik. Jadi, pupuk hayati yang
cocok di daerah sub tropis belum tentu efektif di daerah tropis. Demikian juga pupuk hayati
yang efektif di Indonesia bagian barat, belum tentu efektif juga di wilayah Indonesia bagian
timur. Mikroba yang bersimbiosis dengan tanaman juga lebih spesifik lagi. Misalnya,
Rhizobium sp yang bersimbiosis dengan kedelai varietas tertentu belum tentu cocok untuk
tanaman kacang-kacangan yang lain (Pratama. A., 2011).
C. Contoh Pengaruh Penggunaan Pupuk Hayati pada berbagai Komoditas
1. Pemberian pupuk hayati (biofertilizer) yang mengandung 9 konsorsium mikroba
dan bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman agar menjadi lebih baik yang
diaplikasikan oleh Suwahyono (2011) dalam Masfufah, A. (2012). Mikroba yang
digunakan yaitu (1) bakteri fiksasi Nitrogen nonsimbiotik Azotobacter sp. dan
Azospirillum sp.; (2) bakteri fiksasi Nitrogen simbiotik Rhizobium sp.; (3) bakteri
pelarut Fosfat Bacillus megaterium dan Pseudomonas sp.; (4) bakteri pelarut Fosfat
Bacillus subtillis; (5) mikroba dekomposer Cellulomonas sp.; (6) mikroba
dekomposer Lactobacillus sp.; dan (7) mikroba dekomposer Saccharomyces
cereviceae).

Pupuk ini diaplikasikan pada tanaman tomat yang di tanam di

polybag, hasil yang diperoleh adalah pemberian biofertilizer dengan dosis 10
ml/tanaman memberikan hasil tinggi tanaman tomat yang tertinggi akan tetapi
dosis pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, jumlah buah, dan berat
buah tomat. Dari percobaan ini terlihat bahwa pemberian pupuk hayati ini
memberikan dampak yang baik pada pertumbuhan tanaman tomat yang
diujicobakan.
2. Menurut Moelyohadi, Y., dkk (2012) yang melakukan percobaan terhadap genotipe
tanaman jagung B-41 yang dipupuk dengan pupuk hayati mikoriza. Pemberian
pupuk hayati mikoriza memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman jagung di lahan kering marginal, dengan hasil panen rata-rata
8,57 ton pipilan kering/hektar. Mikoriza dapat menyebabkan perubahan pada
sistem perakaran tanaman, yaitu antara lain: meningkatkan jumlah percabangan
akar, pemanjangan akar sekunder dan menginduksi pembentukan akar kuartier

Pengaruh Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Kondisi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

10

serta meningkatkan jumlah akar lateral pada tanaman jagung (Kaldorf dan LudwigMuller 2000 dalam Moelyohadi, Y., 2012).
3. Berbagai jenis pupuk hayati dengan komposisi mikroba berbeda banyak ditemukan di
lapangan, salah satunya beberapa produk Badan Litbang Pertanian. Hasil penggunaan
Rhizo-plus di 24 provinsi pada tahun 1997/98,dengan luas areal keseluruhan 273.013
ha pada kedelai dapat menekan kebutuhan pupuk N (sampai 100%) dan P (sampai
50%) dari yang direkomendasikan, dengan rata-rata peningkatan hasil di 9 provinsi
yang tersebar di 30 kabupaten 4,79-5,40 kw/ha (42,09–56,69%) (Saraswati, 1999;
Simanungkalit dan Saraswati, 1999). Di beberapa lokasi pertanian kedelai bekas
sawah berpengairan seluas 25 ha (laporan hasil demonstrasi area oleh Direktorat
kacang-kacangan dan umbi-umbian, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Tingkat II),
MT2003, menunjukkan bahwa aplikasi Rhizoplus mampu menghasilkan kedelai ratarata 2,5 t ha-1 (Tabel 1).
Tabel 1. Pengaruh Rhizoplus di beberapa lokasi pertanian kedelai bekas lahan sawah
berpengairan seluas 25 ha

Sumber: Saraswati, R., 2012
Pupuk mikroba pelarut fosfat, BioPhos dapat digunakan untuk memecahkan masalah
inefisiensi pemupukan P. Aplikasi BioPhos pada tanaman kedelai di lahan podsolik
merah kuning yang belum pernah ditanami kedelai mampu menekan kebutuhan pupuk
SP-36 sampai 60% (53 kg ha-1), sedangkan tanpa aplikasi BioPhos membutuhkan
pupuk SP-36 sebanyak 125 kg ha-1 (Gambar 1).

Gambar 1. Pengaruh aplikasi PMPF Biophos terhadap efisiensi pemupukan P
Sumber: Saraswati, R., 2012

Pengaruh Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Kondisi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

11

Pengaruh Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Kondisi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

12

BAB V
KESIMPULAN
Pupuk hayati (biofertilizer) adalah pupuk yang mengandung inokulan berbahan aktif
organisme hidup, yaitu mikroba yang menguraikan atau mengikat unsur hara sehingga unsur
hara tersebut dapat tersedia dalam tanah dan dimanfaatkan oleh tanaman. Ketidakberadaan
pupuk hayati yang mengandung mikroorganisme di dalam tanah dapat menurunkan kesehatan
dan kualitas tanah, baik dalam sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Hal ini akan
berdampak pula pada pertumbuhan serta produktivitas suatu tanaman, karena dapat
menghambat pertumbuhan tanaman, yaitu tanaman menjadi kerdil karena pembelahan sel
yang terganggu. Pengelolaan sistem produksi pertanian secara terpadu, intensif dan
berkelanjutan melalui aplikasi pupuk hayati yang bermutu unggul dapat meningkatkan
efisiensi pemupukan, penghematan biaya pupuk, tenaga kerja, pendapatan petani,
produktivitas pertanian serta kelestarian lahan pertanian yang akan berdampak pada
keselamatan ekosistem dan mampu menopang kehidupan dan kesejahteran manusia.

Pengaruh Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Kondisi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

13

DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Tanah. Tanpa tahun. Pupuk Hayati untuk Padi. Balai Besar Sumberdaya
Lahan Pertanian. Bogor.
Garsoni, S. 2009. Pupuk Hayati. http://www.indonetwork.co.id/pupuk_hayati/pupuk-hayati-lbio-fertilizer-l-bakteri-pengurai-organik-l.htm (Diakses 22 Februari 2015).
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta: CV. Akademika Pressindo.
Masfufah, A., Supriyanto, A., Surtiningsih, T. 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati
(Biofertilizer) pada Berbagai Dosis Pupuk dan Media Tanam yang Berbeda terhadap
Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum) pada
Polybag. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Airlangga Surabaya.
Moelyohadi, Y., Harun, M. U., Manandar, Hayati, R. Gofar, N. 2012. Pemanfaatan Berbagai
Jenis Pupuk Hayati pada Budidaya Tanaman Jagung (Zea mays. L) Efisien Hara di
Lahan Kering Marginal. Jurnal lahan suboptimal ISSN 2252-6188. Vol.1, No.1: 31-39.
Pratama. A. 2011. Pupuk. http://repository.usu.ac.id (Diakses 17 Maret 2015).
Saraswati, R. 1999. Teknologi Pupuk Mikrob Multiguna Menunjang Keberlanjutan Sistem
Produksi Kedelai. Jurnal Mikrobiologi Indonesia. Journal of The Indonesia Society for
Microbiology. Vol. 4, No.1, Feb. 1999. ISSN 0853-358X., 1-9
Saraswati, R., T. Prihatini, dan R.D. Hastuti. 2004. Teknologi Pupuk Mikroba Untuk
Meningkatkan Efisiensi Pemupukan dan Keberlanjutan Sistem Produksi Padi Sawah. P.
169-189. Dalam: Fahmuddin Agus et al. (eds.) Tanah Sawah dan Teknologi
Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Saraswati, R. Irwan Nasution, Erny Yuniarti, Elsanti. 2006. Bioakumulasi Kadmium di Tanah
Sawah Tercemar Limbah Industri. Prosiding Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia,
2006.
Saraswati, R. 2012. Teknologi Pupuk Hayati untuk Efisiensi Pemupukan dan Keberlanjutan
Sistem Produksi Pertanian. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pemupukan dan
Pemulihan lahan Terdegradasi. Bogor 29-30 Juni 2012.
Sismiyati, R, I. Nasution, L. Sukarno, A. K. Makarim, 1998. Masalah Pencemaran Kadmium
(Cd) pada Padi Sawah. Simposium Penelitian Tanaman Pangan III, Jakarta. 477 – 493.
Simanungkalit, D. R. M., Suriadikarta, D. A., Saraswati, R., Setyorini, D. dan Hartatik, W.
2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati (Organic Fertilizer and Biofertilizer). Bogor:
Balai

Besar

Litbang

Sumberdaya

Lahan

Pertanian.

Badan

Penelitian

dan

Pengembangan Pertanian.
Sumarno, A. Hasanuddin, dan Suyamto. 2000. Sistem Produksi Tanaman Pangan, Padi
Berciri Ekologis dan Berkelanjutan. Simposium Tanaman Pangan V. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Bogor, 28-29 Agustus 2007.

Pengaruh Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Kondisi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

14

Sumihar, S. T. T. 2012. Pengaruh Pupuk Hayati dan Kompos Tandan Kosong Sawit terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pembibitan Awal.
Lembaga Penelitian. Universitas Hkbp Nommensen. Medan.

Pengaruh Keberadaan Pupuk Hayati terhadap Kondisi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

15