PENGARUH KONSENTRASI JUS SEMANGKA Citrul

PENGARUH KONSENTRASI JUS SEMANGKA (Citrullus vulgaris)
TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA
MENCIT (Mus muscullus) DIABETES MELITUS

(Sebagai Alternatif Sumber Belajar Biologi SMA Kelas XII pada Materi
Pembelajaran Sistem Sirkulasi pada Manusia)

Oleh :
Dias Alvioriki
12008116

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata pelajaran biologi sebagai salah satu pelajaran di sekolah
dianggap sulit untuk dipahami. Sebagian orang menganggap biologi adalah
mata pelajaran yang membutuhkan daya ingat tinggi karena berisi materi yang
harus dihafal. Padahal pada hakikatnya biologi tidak hanya membutuhkan
hafalan, tetapi membutuhkan pemahaman yang mendalam trerhadap biologi
sangat ditrntukan oleh jalannya pembelajaran.
Proses pembelajaran di kelas umumnya dilakukan dengan metode
ceramah. Metode ceramah yang kerap kali digunakan menimbulkan kesan
bahwa biologi merupakan pelajaran yang penuh dengan teori-teori tanpa
mengetahui bahwa sesungguhnya objek dan materi biologi telah diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukan pentingnya peran guru
sebagai pendidik yang tidak hanya menyampaikan materi pembelajaran dari
buku ke siswa tetapi juga harus menunjukan bukti-bukti konkret dari materi
yang relah ia sampaikan. Sehingga selain buku sebagai bahan ajar dapat juga
digunakan bahan ajar lain yang dapat membantu pemahaman siswa.
Tujuan dari pembelajaran sendiri salah satunya adalah guna
mempersiapkan siswa untuk menghadapi dunia disekitarnya sehingga ilmu
yang disampaikan oleh guru adalah sebagai bekal bagi siswa yang nantinya
akan diaplikasikan dalam kehidupannya. Pembelajaran biologi masih sering
dilakukan di dalam kelas dengan sumber belajar berupa buku-buku

penunjang. Materi biologi tidak seluruhnya dapat diperoleh dari buku-buku
tersebut tetapi juga dapat diperoleh di luar sekolah. Fenomena-fenomena yang
terjadi disekitarpun dapat dijadikan sebagai sumber belajar, misalkan dalam
dunia kesehatan yaitu penyakit diabetes melitus.

Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam
jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 1995, jumlah
penderita diabetes di Indonesia mencapai 5 juta Pada tahun 2000 jumlah
penderita 8.400.000 jiwa, pada tahun 2003 jumlah penderita 13.797 juta pada
tahun 2005 sekitar 24 juta orang. Jumlah ini diperkirakan akan terus
meningkat pada tahun yang akan datang (Soegondo, 2008). Beberapa diantara
penderita diabetes baru mengetahui sakit yang diderita ketika sudah
mengalami komplikasi. Ketidaktahuan ini disebabkan karena kebanyakan
penyakit diabetes terus berlangsung tanpa keluhan sampai beberapa tahun dan
disebabkan karena minimnya informasi yang diperoleh masyarakat tentang
penyakit diabetes itu sendiri (Tandra, 2008).
Diabetes merupakan penyakit dimana tubuh penderita sudah tidak
mampu mengendalikan kadar gula dalam darah. Penderita mengalami
gangguan metabolisme pada proses penyerapan gula oleh tubuh, karena tubuh
tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara normal. Insulin

adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, merupakan zat utama yang
bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah. Penurunan
hormon insulin mengakibatkan seluruh glukosa dalam darah yang dikonsumsi
di dalam tubuh akan meningkat. Peningkatan kadar glukosa darah disebabkan
oleh kerusakan pankreas yang tidak dapat menghasilkan insulin. Kerusakan
pankreas ini dapat disebabkan oleh senyawa radikal bebas yang merusak selsel pada pankreas sehingga tidak dapat berfungsi (Studiawan, 2004).
Semangka (Citrullus vulgaris) termasuk salah satu tanaman buahbuahan yang tumbuh merambat dan termasuk dalam family buah labu-labuan
(Cucurbitaceae). Daging buah semangka berwarna kuning sampai merah dan
mengandung biji yang bentuknya memanjang. Warna daging buah disebabkan
oleh adanya kandungan pigmen terutama pigmen dari kelompok karotenoid,
yakni likopen (Mohr, 2005).
Likopen merupakan suatu hidrokarbon poliena dengan rantai asiklik
terbuka tak jenuh, mempunyai 13 ikatan rangkap, 11 diantaranya ikatan

rangkap terkonjugasi yang tersusun linier. Keberadaan ikatan rangkap
terkonjugasi, menjadikan likopen sebagai antioksidan yang baik. Kekuatan
antioksidan likopen sebagai penangkap singlet oksigen adalah dua kali lipat
dari â-karoten (Bohm et al., 2002) dan sepuluh kali lipat dari á-tokoferol (Shi
dan Maguer, 2000). Kandungan likopen banyak terdapat pada bagian daging
buah yang memiliki pigmen warna merah. Berdasarkan biosintesisnya,

likopen terbentuk melalui siklus asam mevalonat yang terjadi di dalam sitosol
dan deoksisilolusa phosfat yang yang terjadi di dalam kloroplas dan
kromoplas (Di Mascio, P, S. Kaiser and H. Sies, 1989).
Menurut Sutarya, (2009) buah semangka mengandung likopen relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan buah tomat, bahkan terindikasi merupakan
buah penghasil likopen tertinggi. Semangka mengandung likopen 6 ppm,
sedangkan tomat mengandung likopen antara 3–5ppm. Meskipun buah
semangka manis, namun ternyata mengandung gula yang relatif rendah.
Selain itu, manfaat buah Semangka bagi penderita diabetes yaitu kandungan
yang terdapat dalam buah semangka mampu merangsang produksi insulin
sehingga menurunkan kadar gula dalam darah. (Wenli et al., 2001;Sutaryaa,
G. Grubben dan H. Sutarno, 2009).
Likopen dalam industri pangan digunakan sebagai pewarna alami yang
selain berfungsi sebagai pewarna, juga berfungsi sebagai antioksidan. Dengan
fungsi tersebut, likopen digunakan untuk mencegah kerusakan pangan yang
disebabkan oleh oksidasi (Boham dan Bitsch, 1999; Koski et al., 2002;
Montesano et al., 2006 dalam Israwati, 2009). Likopen dalam industri
kosmetik digunakan sebagai pencegah kerusakan kulit yang disebabkan oleh
pengaruh oksigen dan cahaya yang bersifat toksik (Di Mascio et al., 1989).
Berdasarkan penelitian terdahulu, yang dilakukan di Italy oleh

Polidoridi et al. (2000) bahwa diabetes disebabkan karena miskinnya vitamin
A, vitamin E dan karotenoid dalam tubuh. Pada keadaan yang demikian gejala
diabetes dapat diatasi dengan pengaturan kembali keseimbangan metabolisme
zat gizi dalam tubuh dengan tersedianya zat gizi dalam suatu makanan.

Penelitian ini diberi perlakuan jus semangka 54 ml, 62 ml, 69 ml, dan
77 ml. Upritchard, (2000) menyatakan bahwa mengkonsumsi jus semangka
500 ml/hari dengan jumlah likopen 35 mg dapat menurunkan kerusakan
oksidatif pada penderita diabetes. Penelitian ini bertujuan menentukan
konsentrasi likopen dari jus semangka terhadap penurunan kadar gula dalam
darah pada mencit diabetes dan mengetahui konsentrasi jus semangka tebaik
terhadap penurunan kadar gula darah pada mencit diabetes.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan

uraian

latar


belakang

di

atas

maka

dapat

di

identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Indonesia menjadi Negara terbesar ke-4 terbesar dalam jumlah penderita
penyakit diabetes militus di dunia.
2. Penderita diabetes sudah tidak mampu mengendalikan kadar gula dalam
darah.
3. Buah semangka merupakan salah satu buah yang memiliki kandungan
likopen yang tinggi.
4. Likopen adalah antioksidan yang baik bagi tubuh.

5. Likopen mampu mengurangi kerusakan oksidatif pada DNA seluler dan
mengurangi lemak peroksidasi yang disebabkan oleh penyakit diabetes.

C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian tidak meluas
maka perlu adanya batasan masalah. Permasalahan dalam penelitian ini
dibatasi dalam beberapa aspek yaitu konsentrasi jus semangka yang diberikan
pada mencit, konsentrasi optimal penurunan gula darah mencit, dan pengaruh
pemberian jus semangka berbagai konsentrasi terhadap penurunan gula darah
mencit.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut:
1.

Apa sajakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit
diabetes?

2.


Berapakah kadar gula darah normal pada mencit?

3.

Berapakah konsentrasi optimal jus semangka yang diberikan untuk
menurunkan kadar gula darah pada mencit diabetes?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diperoleh tujuan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit
diabetes.
2. Untuk mengetahui kadar gula darah normal pada mencit.
3. Untuk mengetahui konsentrasi optimal jus semangka yang diberikan untuk
menurunkan kadar gula darah pada mencit diabetes.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:

1. Manfaat Praktis
Untuk memberikan informasi bahwa kandungan likopen dalam buah
semangka (Citrullus vulgaris) dapat digunakan untuk menurunkan kadar
gula dalam darah pada penderita diabetes.
2. Manfaat Teoritis
Untuk menambah pengetahuan serta wawasan guru dan peserta didik
terutama untuk mengetahui pengaruh kandungan likopen pada buah
semangka (Citrullus vulgaris) dalam menurunkan kadar gula darah bagi
penderita diabetes.

G. Definisi Operasional
Agar dapat lebih mempermudah memahami judul penelitian ini maka
ditampilkan definisi operasional sebagai berikut:
1. Pengaruh
Menurut Kurniasih (2002) pengaruh adalah suatu keadaan ada hubungan
timbal balik, atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi
dengan apa yang di pengaruhi.
2. Konsentrasi
Konsentrasi adalah perbandingan kadar murni suatu zat dengan
kandungan pelarut yang digunakan pada penelitian.

3. Semangka
Semangka (Citrullus vulgaris) merupakan salah satu varietas buah buahan
yang berbentuk bulat besar seperti buah melon, dimana bagian kulitnya
berwarna hijau dan bagian daging buahnya berwarna merah dengan
kandungan air yang banyak.
4. Kadar
Kadar adalah kandungan yang terdapat pada suatu media tertentu dengan
jumlah yang sedikit.
5. Gula Darah
Gula darah merupakan salah satu kandungan dalam bentuk glukosa yang
terdapat dalam darah hewan dan manusia.
6. Mencit
Mencit (Mus musculus L) merupakan hewan uji yang bentuknya seperti
tikus dan berwarna putih yang sering digunakan dalam penelitian karena
memiliki daya tahan tubuh yang baik disbanding hewan uji lain.
7. Diabetes
Diabetes adalah penyakit kelainan metabolik yaitu keadaan dimana
kandungan gula dalam darah berlebih akibat gangguan dari sekresi insulin
pada pancreas.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian yang Relevan

1. Menurut Preedy, V.R. and Ronald, R.W (2008), kandungan vitamin C dan
vitamin A pada semangka termasuk dalam kategori excellent. Kombinasi
dua vitamin tersebut membuat semangka dapat menjadi sumber
antioksidan yang sangat baik.
2. Percobaan yang dilakukan oleh Upritchard (2000), menyatakan bahwa
likopen mampu mengurangi kerusakan oksidatif pada DNA seluler dan
mengurangi lemak peroksidasi yang disebabkan oleh penyakit diabetes.
Kemudian berdasarkan penelitian Agha (2009), yang di lakukan di Kairo
bahwa likopen dapat meningkatkan konsentrasi insulin dan penurunan
kadar H202 dalam tubuh.

3. Giovannucci (1999) melaporkan bahwa efektivitas likopen, baik pada
semangka maupun buah-buahan lain yang berwarna merah, jauh lebih
baik daripada suplemen likopen. Hal itu disebabkan adanya mekanisme
sinergi dengan komponen-komponen lain pada buah-buahan, seperti
vitamin A dan vitamin C. Omega-3 pada seafood juga akan meningkatkan
efektivitas dari likopen itu sendiri.
Berdasarkan kajian yang relevan diatas, maka dapat diketahui
bahwa perbedaan yang khas pada penelitian ini dibandingkan dengan
penelitian yang terdahulu adalah terletak pada pemanfaatan jus buah
semangka yang mengandung likopen untuk menurunkan kadar gula darah
pada mencit yang telah diinduksi diabetes. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan solusi atas banyaknya penderita diabetes di Indonesia
dengan memberikan ajakan untuk hidup sehat, salah satunya adalah
dengan mengkonsumsi jus semangka.

B. Tinjauan Keilmuan
1. Kajian Keilmuan
a. Semangka (Citrullus vulgaris)
1) Klasifikasi tanaman semangka
Klasifikasi ilmiah dari semangka (Citrullus Lanatus Tunb)
Menurut Backer dan Brink (1965) :
Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae
Kelas

: Dicotyledonae

Sub-kelas : Sympetalae
Ordo

: Cucurbitales

Famili

: Cucurbitaceae

Genus

: Citrullus

Spesies

: Citrullus lanatus (Thunberg) Matsum & Nakai

2) Deskripsi tanaman semangka
Dalam bahasa Inggris, semangka disebut watermelon.
Prancis: pasteque. Indonesia: semangka, cimangko (Minahasa).
Malaysia: tembikai, medikai. Papua Nugini: melon. Filipina:
pakwan

(Tagalog),

sandiya

(Bicol),

dagita

(Marinduque).

Kamboja: „oow llok. Laos: moo, teeng moo. Thailand: taengmo
(central), tang-chin (peninsular), matao (nothen) (Sunarjono,
2000).
Semangka merupakan tanaman setahun, bersifat menjalar,
batangnya kecil dan panjangnya dapat mencapai 5 m. Batangnya
ditumbuhi bulu-bulu halus yang panjang tajam dan berwarna putih.
Batangnya mempunyai sulur yang bercabang 2-3 buah, sehingga
memanjat. Tanaman semangka mempunyai bunga jantan, bunga
betina dan hermaprodit yang letaknya terpisah, namun masih
dalam satu pohon. Jumlah bunga jantan biasanya lebih banyak dari

pada bunga lainnya. Buahnya berbentuk bulat sampai bulat telur
(oval). Kulit buahnya berwarna hijau atau kuning, blurik putih atau
hijau. Daging buahnya lunak, berair dan rasanya manis. Warna
daging buah merah atau kuning (Sunarjono, 2000).

3) Jenis dan varietas buah semangka
Di Indonesia, varietas yang dibudidayakan dibagi menjadi 2
kelompok yaitu: Semangka lokal yang terdiri dari semangka hitam
dari Pasuruan, semangka Batu Sengkaling, Bajul Mati dan
Semangka Bojonegoro. Sedangkan Semangka impor diantaranya:
Round Dragon, New Dragon, Yellow Baby, Golden Crown,
Quality, Mindful, Orchid Sweet, Superior, Top Quality, Diana
Bangkok Dragon, Cream Suika, Grand Baby, Glory, Sugar Baby
(Prajnanta F, 2004).

4) Manfaat dan Kegunaan
Tanaman semangka dibudidayakan untuk dimanfaatkan
sebagai buah segar, tetapi ada yang memanfaatkan daun dan buah
semangka muda untuk bahan sayur-mayur. Biji semangka bisa
diolah menjadi makanan ringan yang disebut "kuwaci" (disukai
masyarakat sebagai makanan ringan). Kulit semangka juga dibuat
asinan/acar seperti buah mentimun atau jenis labu-labuan lainnya
(Paje, M.M. & H.A.M. van der Vossen, 1994).

5)

Syarat Tumbuh Tanaman Semangka
Tanaman semangka tumbuh baik di dataran rendah hingga
dataran tinggi 0-1000 mdpl. Daerah yang berkapur dan
mengandung banyak bahan organik (subur) dengan iklim yang
relatif kering lebih disenangi. Namun, di daerah yang bertipe iklim
basah pun tanaman semangka dapat hidup dan berbuah baik,

asalkan daerah itu tidak berkabut dan air tanah tidak menggenang
(mengandung pasir). Derajat keasaman tanah optimum antara pH
5,5-6,5. Meskipun demikian, tanaman semangka toleran terhadap
lahan masam (pH kurang dari 5) sehingga tanaman ini dapat
dikembangkan di lahan gambut. Tanaman semangka menghendaki
tempat yang tidak ternaungi atau mendapat sinar matahari penuh.
Tanaman ini tidak tahan terhadap hujan yang terus-menerus.
Tanaman menghendaki penyiraman 80% lebih (berada di tempat
terbuka). Tujuannya agar matahari menyinari penuh (tidak ada
naungan) (Paje, M.M. & H.A.M. van der Vossen, 1994).

b. Mencit (Mus musculus L)
1) Klasifikasi
Kedudukan taksonomi mencit (Mus musculus L) menurut
Vaughan (1985) adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Chordata

Sub phylum

: Vertebrata

Classis

: Mamalia

Ordo

: Rodentia

Sub ordo

: Myomorpha

Familia

: Muridae

Sub family

: Murinae

Genus

: Mus

Spesies

: Mus musculus L.

2) Karakteristik dan Morfologi Mencit (Mus musculus L)
Mencit merupakan hewan uji yang sering digunakan dalam
penelitian

karena

mencit

memiliki

ukuran

yang

kecil,

pengembangbiakan, pemeliharaan dan penggunaannya mudah dan

relative murah. Selain itu mencit juga memiliki daya tahan
terhadap penyakit lebih baik dari pada hewan uji lainnya.
Perubahan bentuk (morfologi), anatomi dan tingkah laku pada
mencit lebih mudah diamati, sehingga apabila ada kecacatan maka
kecacatan

tersebut

mudah

dikenali

dan

diamati

(Mankoewidjojo,1988).
Ada dua sifat yang membedakan mencit dari hewan
percobaan lain, yaitu hewan mencit tidak dapat muntah karena
struktur anatomi yang tidak lazim ditempati esophagus bermuara
kedalam lambung, dan mencit tidak mempunyai kandung empedu.
Mencit sering digunakan dalam penelitian karena mencit mewakili
hewan dari kelas mamalia, yang mana manusia juga merupakan
golongan mamalia. Sehingga sistem reproduksi, pernapasan, dan
peredaran darah, ekskresi dan organ lainnya sudah menyerupai
manusia. Karena bentuk yang kecil sehingga mudah dibius dan
ketika dibedah tidak terlalu banyak mengeluarkan darah
(Mankoewidjojo,1988).

3) Kandang
Mencit dapat dikandangkan dalam kotak sebesar kotak
sepatu. Kotak dapat dibuat dari berbagai macam bahan, misalnya
plastic (polipropilen atar polikarbonat), aluminium, atau baja
tahan karat (stainless steel). Kadang-kadang mencit dapat
ditempatkan di kandang yang mepunyai dinding dan lanati dari
kawat. Prinsip dasar yang harus diingat jika memilih kotak mencit
ialah bahwa kotak harus mudah dibersihkan dan disterilkan. Kotak
mencit harus tahan lama, tahan gigit dan mencit tidak dapat lepas.
Setelah kandang-kandang terpilih, dapat dipilih rak yang sesuai
dengan macam kandang dan desain kamar. Banyak rak dijual,
pilih rak yang cukup longgar yang tidak perlu sering dicuci,

mudah dibongkar untuk dibersihkan, disterilkan dan mudah
disusun kembali. Alas yang digunakan di dalam kandang adalah
serbuk gergaji atau sekam padi dengan ketebalan sekitar 2 cm
(Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
4) Makan dan Minum
Beberapa bahan makanan yang dapat dipakai untuk
makanan mencit, yaitu makanan standar misalnya nasi, kangkung.
Tiap hari seekor mencit dewasa makan 3 gram sampai 5 gram
makanan. Kalau sedang bunting atau menyusui, nafsu makan
bertambah. Mencit dewasa minum 4-5 ml air tiap harinya (Smith
dan Mangkoewidjojo, 1988).

c. Diabetes
1) Definisi Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah penyakit kelainan metabolik yang
dikarakteristikkan dengan hiperglikemia kronis serta kelainan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang diakibatkan oleh
kelainan sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya.
Hiperglikemia kronis pada diabetes melitus akan disertai dengan
kerusakan, gangguan fungsi beberapa organ tubuh khususnya
mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Walaupun pada
diabetes melitus ditemukan gangguan metabolisme pada semua
sumber makanan tubuh kita, kelainan metabolisme yang paling
utama ialah kelainan metabolisme karbohidarat. Oleh karena itu
diagnosis diabetes melitus selalu berdasarkan tingginya kadar
glukosa dalam plasma darah. Prevalensi DM sulit ditentukan
karena standar penetapan diagnosisnya berbeda-beda. Berdasarkan
kriteria American Diabetes Association (ADA) tahun 2012, ada
sekitar 10,2 juta orang di Amerika Serikat menderita DM.
Sementara itu, di Indonesia prevalensi DM sebesar 1,5-2,3%

penduduk usia >15 tahun, bahkan di daerah Manado prevalensi
DM sebesar 6,1% (Rachmawati, A.M., Bahrun, U., Rusli, B.,
Hardjoeno, 2007).

2) Klasifikasi Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah kelainan endokrin yang ditandai
dengan Tingginya kadar glukosa darah. Secara etiologi DM dapat
dibagi menjadi DM tipe 1, DM tipe 2, DM dalam kehamilan, dan
diabetes tipe lain.
a) Diabetes Melitus tipe I atau yang dulu dikenal dengan nama
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena
kerusakan sel β pankreas (reaksi autoimun). Sel β pankreas
merupakan satu-satunya sel tubuh yang menghasilkan insulin
yang berfungsi untuk mengatur kadar glukosa dalam tubuh.
Bila kerusakan sel β pankreas telah mencapai 80-90% maka
gejala DM mulai muncul. Perusakan sel ini lebih cepat terjadi
pada anak-anak daripada dewasa. Sebagian besar penderita
DM tipe I sebagian besar oleh karena proses autoimun dan
sebagian kecil non autoimun. DM tipe I yang tidak diketahui
penyebabnya juga disebut sebagai type 1 idiopathic, pada
mereka ini ditemukan insulin openia tanpa adanya petanda
imun dan mudah sekali mengalami ketoasidosis. DM tipe I
sebagian besar (75% kasus) terjadi sebelum usia 30 tahun dan
DM Tipe ini diperkirakan terjadi sekitar 5-10 % dari seluruh
kasus DM yang ada ( John M.F, 2006).
b)

Diabetes Melitus tipe II merupakan 90% dari kasus DM yang
dulu dikenal sebagai Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM). Bentuk DM ini bervariasi mulai yang

dominan resistensi insulin, defisiensi insulin relatif sampai
defek sekresi insulin. Pada diabetes ini terjadi penurunan

kemampuan insulin bekerja dijaringan perifer (insulin
resistance) dan disfungsi sel β. Akibatnya, pankreas tidak
mampu

memproduksi

mengkompensasi

insulin

insulin

yang

cukup

resistance.

Kedua

untuk
hal

ini

menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif. Kegemukan
sering berhubungan dengan kondisi ini. DM tipe II umumnya
terjadi pada usia > 40 tahun. Pada DM tipe II terjadi gangguan
pengikatan glukosa oleh reseptornya tetapi produksi insulin
masih

dalam batas

normal

sehingga penderita tidak

tergantung pada pemberian insulin. Walaupun demikian pada
kelompok diabetes melitus tipe

II sering ditemukan

komplikasi Mikrovaskuler dan makrovaskuler ( John M.F,
2006).
c) Diabetes Melitus dalam kehamilan (Gestational Diabetes
Mellitus-GDM) adalah kehamilan yang disertai dengan
peningkatan

insulin

mempertahankan

resistance

euglycemia).

(ibu

Pada

hamil

gagal

umumnya

mulai

ditemukan pada kehamilan trimester kedua atau ketiga. Faktor
risiko GDM yakni riwayat keluarga DM, kegemukan dan
glikosuria ( John M.F, 2006).

d. Krotenoid
Karotenoid merupakan kelompok pigmen alami berwarna
kuning, jingga, merah jingga yang dapat ditemui pada tanaman dan
hewan. Karotenoid disebut sebagai pigmen lipokromik karena larut
dalam lemak. Pada tumbuhan tingkat tinggi karotenoid didapatkan di
daun bersama dengan klorofil, mereka juga yang memberikan pigmen
warna kuning, jingga dan merah pada bunga dan buah. Karotenid
dikelompokkan menjadi dua, yaitu hidrokarbon yang larut di dalam

petroleum eter, dan xantofil ( senyawa turunan oksigen dari karoten)
yang larut didalam etanol (Bruice P.Y, 2004).

e. Likopen
Likopen adalah hidrokarbon alifatik yang mengandung 13
ikatan rangkap dengan rumus mulekul C40H56. Terdapat 11 ikatan
rangkap terkonjugasi yang tersusun linier sehingga membuat likopen
lebih panjang dibandingkan karotenoid lainnya. Struktur asiklik dari
likopen menyebabkan simetri planar dan bagaimanapun likopen bukan
provitamin A. Likopen lebih larut di dalam kloroform, benzene, dan
pelarut organik lainnya daripada di dalam air. Kelarutan likopen di
dalam minyak sekitar 0.2 g/L pada temperatur ruang (Preedy et al,
2008).
Likopen merupakan pigmen merah alami pada tomat, guava,
dan semangka. Menurut George et al. (2004) kandungan likopen di
dalam

buah

bervariasi

(umumnya

akibat

pengaruh

genetik),

kematangan buah saat di panen, juga pengaruh agronomis dan kondisi
lingkungan selama penanaman. Peningkatan jumlah karotenoid dapat
dilihat dari perubahan pigmennya. Begitu juga peningkatan pigmen
merah terjadi karena peningkatan konsentrasi likopen.
Menurut Di Mascio et al. (1989) dan Stahl, et al. (1992), tidak
semua karotenoid memiliki keefektifan yang sama sebagai pelindung
fotokimia. Likopen dikenal secara khusus relatif lebih efisien sebagai
penangkap oksigen singlet daripada karotenoid lainnya (lebih tinggi
daripada â-karoten dan á-karoten). Kekuatan antioksidan likopen
sebagai penangkap oksigen singlet adalah dua kali lipat dari â-karoten
(Bohm et al., 2002) dan sepuluh kali lipat á-tokoferol (Shi dan
Maguer, 2000).

2. Kajian Kependidikan
a. Hakekat Pembelajaran Biologi
Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami
alam secara sistematis, sehingga biologi bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep dan
prinsip-prinsip, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Mata
pelajaran biologi di harapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya.
Biologi sebagai rumpun sains, melakukan karakteristik dalam
objek sarta permasalahnnya. Objek biologi adalah makhluk hidup dan
permasalahannya adalah fenomena kehidupan yang terjadi pada objek
tersebut. Fenomena kehidupan meliputi fenomena struktural dan
fungsional. Secara alami sains dibangun dari pola pikir deduktif,
sehingga antara deduktif dan induktif dapat merupakan proses yang
tidak berujung pangkal namin terjadi perkembangan pada setiap
putaran (Sudjoko, 2000).
Nurohman (2006), mengungkapkan bahwa nilai intelektualitas
IPA menuntut kecerdasan dan ketekunan dalam mencari jawaban
suatu persoalan didasarkan atas pertimbangan rasional dan objektifitas
melalui observasi atau kegiatan eksperimen untuk memperoleh data
yang dipertanggungjawabkan. Jelasnya, pendidikan IPA dengan segala
isi dan karakternya, memberikan sumbangan yang lebih real terhadap
peserta didik agar ia lebih memiliki bekal yang memadai sehingga
dapat bertahan hidup dimasyarakat. Pendidikan IPA Biologi senantiasa
berdekatan dengan realitas alam yang menjadi tempat hidup peserta
didik.
b. Sumber Belajar
Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan
dan disimpan dalam bentuk media, yang membantu siswa dalam
belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Bentuknya tidak terbatas

apakah dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau
kombinasi dari berbagai format yang dapat digunakan oleh siswa
ataupun guru (Majid, 2012 : 170).
Sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau
lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi
dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik sebagai proses
perubahan tingkah laku. Sumber belajar harus digunakan secara efektif
sehingga melakukan kontak pada pelajar secara ketat. Untuk
memperoleh kegiatan seperti itu personalia yang terlibat didalamnya
harus melalukan fungsinya (Majid, 2012 : 1070-171).
Menurut Mulyasa (2004) sumber belajar adalah segala sesuatu
yang dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam
memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan dalam mengajar. Sumber belajar dapat dibedakan
menjadi 5 jenis yaitu :
1. Manusia yaitu orang yang menyampaikan pesan secara langsung,
seperti guru, konselor, administrator, yang dinilai secara khusus
dan disengaja untuk kepentingan belajar (By Design).
2. Bahan, yaitu suatu yang mengandung kesan pembelajaran baik
yang diminati secara khusus seperti film pendidikan, peta grafik,
buku paket dan sebagainya yang biasa disebut sebagai media
pengajar atau instruktur media, maupun bahan yang bersifat
umum seperti film keluarga berencana bisa dimanfaatkan untuk
kepentingan belajar.
3. Lingkungan yaitu ruang yang tepat dimana sumber-sumber dapat
berinteraksi dengan peserta didik, baik secara khusus dinilai untuk
kepentingan

belajar

seperti

perpustakaan,

ruang

kelas,

laboratorium dan sebagainya.
4. Alat dan peralatan, yaitu alat dan peralatan yang digunakan
sebagai sumber belajar untuk produksi seperti kamera untuk

produksi foto dan tape recorder untuk rekaman atau untuk
memainkan sumber-sumber lain seperti proyektor film, pesawat tv
dan radio.
5. Aktivitas, yaitu sumber belajar yang biasanya merupakan
kombinasi antara teknik dengan sumber lain untuk memudahkan
belajar misalnya pengajaran berprogram merupakan antara teknik
penyajian bahan dengan bahan baku.

c. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yaitu terdiri dari pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi
kelulusan (SKL), kompetensi inti (KI), dan kompetensi dasar (KD)
pada standar isi yang harus dipelajari oleh siswa dalam rangka dalam
mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Isi materi pembelajaran
terdiri

dari

pengetahuan

(fakta,

konsep,

prinsip,prosedur),

keterampilan, dan sikap atau nilai (Rahman dan Sofan, 2013 : 77-79).
Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan materi
pembelajaran adalah kesesuaian (relevansi), keajekan (konsistensi),
dan kecukupan (adequacy).
1.

Relevansi artinya kesesuaian. Materi pembelajaran hendaknya
relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan pencapaian
kompetensi daasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai
peserta didik berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran
yang diajarkan adalah berupa fakta, bukan konsep atau prinsip
ataupun jenis materi yang lain.

2.

Konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus
dikuasai peserta didik ada empat macam, maka materi yang
harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.

3.

Adequacy artinya kecukupan. Materi yang diajarkan hendaknya
cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai

kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu
sedikit dan tidak terlalu banyak. Jika terlalu sedikit maka kurang
membantu tercapainya standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Sebaliknya jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan
keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum (Depdiknas,
2008 : 5).
Masalah cakupan atau ruang lingkup, kedalaman, dan urutan
penyampaian materi pembelajaran penting diperhatikan. Ketepatan
dalam menentukan cakupan, ruang lingkup, dan kedalaman materi
pembelajaran akan menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu
sedikit atau terlalu banyak, terlalu dangkal atau terlalu mendalam.
Ketepatan urutan penyajian (sequencing) akan memudahkan bagi
siswa mempelajari materi pembelajaran (Rahman dan Sofan, 2013 :
80).
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi
pembelajaran perlu memperhatikan beberapa aspek, yaitu :
1. Aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur)
2. Aspek afektif
3. Aspek psikomotorik
Selain memperhatikan jenis materi pembelajaran juga harus
memperhatikan

prinsip-prinsip

yang

perlu

digunakan

dalam

menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut :
1. Kelulusan materi, yaitu
materi-materi

yang

menggambarkan beberapa banyak

dimaksukkan

kedalam

suatu

materi

pembelajaran.
2. Kedalaman materi, yaitu menggambarkan seberapa detail
konsep-konsep yang harus dipelajari/dikuasi oleh siswa (Rahman
dan Sofan, 2013 : 80-81).

Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup
serta kedalamannya dapat diurutkan melalui 2 pendekatan pokok,
yaitu pendekatan procedural dan pendekatan hierarkis.
1. Pendekatan procedural : menggambarkan langkah-langkah
secara urut.
2. Pendekatan hierarkis

: menggambarkan urutan yang

berjenjang (Rahman dan Sofan, 2013 : 81-82).

d. Strategi Pembelajaran
Startegi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan
yang berisi tentang rangkaian kegiatan didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Kemp, 1995
(Sanjaya, 2008). Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat
digunakan. Sanjaya (2008) menggelompokan strategi pembelajaran
sebagai berikut:
1) Strategi exposition-discovery learning
Dalam strategi eksposition, bahan pembelajaran disajikan kepada
siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai
bahan tersebut. Dalam strategi ini guru berfungsi sebagai
penyampai informasi. Berbeda dengan strategi discovery, dimana
siswa mencari sendiri bahan pembelajaran melalui berbagai
aktivitas, sehingga guru lebih banyak sebagai fasilitator dan
pembimbing bagi siswa.
2) Strategi pembelajaran individu
Dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan dan kelambatan
serta keberhasilan siswa sangat ditentukan oleh kemampuan

individual siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta
bagaiman mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri.
3) Strategi pembelajaran kelompok
Dilakukan secara berkelompok. Sekelompok siswa diajar oleh
sekelompok ini tidak memperhatikan kecepatan individual. Setiap
individu dianggap sama. Belajar dalam kelompok dapat terjadi,
siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh
siswa yang mempunyai kemampuan biasa-biasa saja dan
sebaliknya.

e. Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar
Sadiman dkk (2006), mengatakan media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat serta perhatian seswa sedemikian rupa sehingga proses belajar
terjadi. Lebih lanjut Sadiman dkk (2006), mengatakan secara umum
media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaa sebagai berikut:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbialitas
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra, seperti
objek yang terlalu besar, objek yang terlalu kecil, gerak yang
terlalu lambat atau cepat dan konsep yang terlalu luas.
3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan berfariasi dapat
mengatasi sifat pasif pada anak didik.
4) Dengan sifat yang unik pada siswa ditambah lagi dengan
lingkungan yang berbeda dapat memberikan perangsang yang
sama, persamaan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang
sama pada tiap siswa.

f. Macam-macam Media Pengajaran
Media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang
pikiran perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat
mendorong proses belajar mengajar. Menurut Ibrahim (2003),
berbagai jenis media pembelajaran dapat dikelompokan sebagai
berikut:
1) Media cetak, diartikan sebagai bahan yang diproduksi melalui
percetakan profesional seperti tulisan, bagan atau gambar.
2) Perangkat

slide,

media

ini

menuntut

keterampilan

dan

perlengkapan tertentu, obyek-obyek yang diperlihatkan dapat
ditampilkan dalam bentuk warna yang lebih realistik.
3) Overhead transparancies, merupakan media elektronik yang
disajikan dengan bantuan overhead projektor (OHP) dalam
kegiatan pengajaran.
4) Vidio Tape/ vidio Cassete, yaitu sumber informasi yang dapat
disajikan melalui film vidio.
5) Real, yaitu mempelajari sesuatu dalam obyek dan situasi yang
nyata.

C. Kerangka Berfikir
Diabetes merupakan salah satu penyakit yang paling banyak
menyebabkan kematian didunia. Di Indonesia saja, diabetes menempati urutan
ke-4 terbesar untuk penderita diabetes di seluruh dunia. Faktor gaya hidup
seperti banyak mengkonsumsi makanan mengandung glukosa tinggi,
konsumsi minuman beralkohol, aktifitas sehari-hari yang tidak diimbangi
dengan olah raga yang cukup serta hanya sedikit dari faktor genetik
merupakan beberapa penyebab utama tingginya jumlah penderita diabetes di
Indonesia.

Salah satu solusi atau cara mengantisipasi dari penyebar luasan
penyakit diabetes adalah dengan menerapkan pola hidup yang sehat, salah
satunya adalah dengan mengkonsumsi buah-buahan. Buah-buahan yang dapat
dikonsumsi untuk mengurangi resiko terkena diabetes adalah dengan
mengkonsumsi buah-buahan yang tinggi akan kandungan antioksidan. Selain
itu peneliti juga menemukan bahwa kandungan likopen yang terdapat pada
buah-buahan yang memiliki pigmen warna merah pada kulit dan daging
buahnya ternyata dapat menurunkan kadar gula dalam darah.
Namun

demikian

ilmu

yang

bermanfaat

ini

belum

banyak

dikembangkan, khususnya di Indonesia. Keterbatasan Sumber Daya Manusia
dan alat juga menjadi penghambat pengembangan ilmu tersebut. Dunia
pendidikan menjadi sorotan dalam mempersiapkan generasi muda yang aktif
dan kreatif, namun kenyataan dilapangan menunjukan bahwa sampai sekarang
Indonesia selalu berpangku tangan dalam kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan. Generasi muda kita harus diberi fasilitas penunjang agar mereka
dapat berfikir kreatif tentang keadaan nyata di Negara kita serta diharapkan
dapat melakukan hal yang inovatif dimana hal tersebut sangat dibutuhkan
pengembangannya di Indonesia. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan adanya
pelopor yang memulai aksi kreatif dan inovatif dalam upaya meningkatkan
kualitas hidup masyarakat Indonesia melalui apa yang telah anak bangsa
lakukan, salah satunya adalah dalam pengembangan ilmu kesehatan.
Harapan dari dilakukannya penelitian ini adalah akan ada banyak
masyarakat yang sadar akan pentingnya hidup sehat serta mengetahui potensi
alam yang ada disekitar yang dapat dijadikan sebagai solusi alternative dari
apa yang banyak orang butuhkan. Selain itu harapan untuk siswa adalah,
siswa menjadi sadar bahwa banyak sumber daya yang ada disekitar kita yang
perlu dikembangkan menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat untuk
kelangsungan hidup. Penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi acuan dan
sumber belajar siswa untuk mengetahui fenomena yang belum diketahui

mengenai penyakit diabetes mellitus pada pokok bahasan materi sistem
sirkulasi manusia.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian
ekpperimen merupakan penelitian untuk mengukur pengaruh suatu atau
beberapa variabel terhadap variabel lain. Penelitian ini menggunakan
kelompok control dan kelompok eksperimen (Sukmadinata, 2012 : 212).

B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
a. Pemeliharaan dan perlakuan hewan uji mencit dilakukan di
Laboratorium Biologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Jalan
Prof. Dr. Soepomo, SH, Janturan, Warungboto, Umbulharjo.
b. Pembuatan

preparat

perlakuan

jus

semnagka

dilakukan

di

Laboratorium Biologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Jalan
Prof. Dr. Soepomo, SH, Janturan, Warungboto, Umbulharjo.
c. Pengamatan preparat mencit dilakukan di Laboratorium Biologi
Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
d. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April-Juni 2016.

C. Variable Penelitia
Variabel penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel terikat,
yaitu :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi konsentrasi jus
semangka (Citrullus vulgaris) yaitu 270 mg/KgBB; 312 mg/KgBB; 347
mg/KgBB; dan 388 mg/KgBB.

2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah gambaran penurunan kadar
gula darah pada mencit yang terkena diabetes akibat pemberian jus
semangka (Citrullus vulgaris).

3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, berat badan,
umur, pakan, dan kondisi lingkungan.

D. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan jus semangka (Citrullus
vulgaris) adalah pisau, blender, alat saring, botol jam, timbangan

digital, gelas arloji, inkubator, erlenmeyer, sendok, labu ukur, kain
kasa, petridish, corong dan botol flakon.
b. Alat-alat yang digunakan untuk aklimasi hewan uji adalah kandang
pemeliharan.
c. Alat-alat yang digunakan untuk menginduksikan diabetes pada
mencit adalah kandang, suntikan, cawan plastik.
d. Alat-alat yang digunakan untuk uji likopen adalah timbangan digital,
erlernmeyer, vortex, tabung reaksi, labu ukur, dan spektrofotomrter.
e. Alat-alat yang digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah
mencit adalah pisau, papan strip test, adventage glucosemeter
(Roche) dan alat tulis.
2. Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
a. Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan adalah jus dari buah semangka (Citrullus
vulgaris).

b. Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan sebanyak 25 ekor
dengan umur sekitar 10 minggu dan berat antara 25-40 gram.
c. Bahan kimia
Bahan-bahan kimia yang diperlukan untuk dalam percobaan adalah
aquades, larutan kanji 1%, tepung mayzena, larutan, iod 0,01N , asam
sitrat, Na asetat, asam askorbat, heksana, aseton, etanol, aloksan, dan
larutan glukosa 10%.

E. Cara Kerja
1. Pembuatan Ekstrak Jus Semangka
Proses pembuatan ekstrak jus semangka berpedoman pada (Agustinisari
dan Sunarmani, 2006).adalah sebagai berikut :
a. Buah semangka dipilih yang masak dan masih keras, kemudian
dicuci hingga bersih,
b. Semangka diblansir pada suhu 80oC selama 15 menit.
c. Semangka dipotong kecil-kecil kemudian diblender dan diasring,
d. Pure semangka di campur dengan asam sitrat 0,1 gr dan tepung
meyzena 1 gr,
e. Adonan semangka yang sudah dihancurkan, kemudian dimixing
sampai homogen selama 15 menit,
f. Selanjutnya, adonan dipanaskan dengan menggunakan, evaporator
dengan 80oC,
g. Tahap terakhir, jus semangka dikemas dalam botol kaca.

2. Langkah-langkah pengelompokkan penelitian dengan mengelompokkan
25 ekor mencit menjadi 5 kelompok dimana masing-masing keompok
terdiri dari 5 ekor mencit dan diperlakukan sebagai berikut:

Perlakuan A

: Kontrol (tanpa diberi ekstrak jus semangka)

Perlakuan B

: Perlakuan jus semangka dengan dosis 270 mg/KgBB.

Perlakuan C

: Perlakuan jus semangka dengan dosis 312 mg/KgBB

Perlakuan D

: Perlakuan jus semangka dengan dosis 347 mg/KgBB

Perlakuan E

: Perlakuan jus semangka dengan dosis 388 mg/KgBB

3. Persiapan Hewan Percobaan Diabetes
a. Sebelum digunakan hewan diaklimatisasi selama satu minggu dengan
diberi makan dan minum yang cukup. Hewan dinyatakan sehat jika
tidak mengalami perubahan berat badan lebih dari 10 % dan secara
visual menunjukkan perilaku normal (Anonymous, 1979).
b. Mencit yang akan diinduksikan diabetes dipuasakan selama 16 jam
(air minum tetap diberikan).
c. Kemudian mencit didiabetkan dengan cara menginjeksikan larutan
dingin aloksan secara intraperitonial dengan dosis 150 mg/kg BB.
d. Mencit diberi makan pellet dan minum yang mengandung glukosa
10% selama dua hari setelah pemberian aloksan. Pada hari ke-2 dan
seterusnya glukosa 10% diganti dengan air minum biasa, setelah 5
hari diukur glukosa darahnya.
e. Mencit dipindahkan ke kandang metabolit yang berisi satu ekor
mencit tiap kandang. Mencit yang akan digunakan untuk uji
antidiabetes adalah mencit yang telah dinyatakan diabetes dengan
kadar glukosa darah puasanya besar dari 150 mg/dl.

4. Penentuan Besar Dosis Perlakuan
a. Percobaan tidak melebihi jumlah tertentu, batas volume maksimal
(ml) yang diberikan pada mencit adalah 1 ml/bb mencit.
b. Dosis likopen yang digunakan oleh manusia adalah perlakuan (A)
35mg, (B) 40mg, (C) 45mg, (D) 50mg, setara dengan jumlah jus
semangka (A) 21,71 g, (B) 23,67g, (C) 26,63g, (D) 29,59g.

c. Dosis pemakaian untuk mencit dapat dihitung dengan mengkalikan
dosis pemakaian pada manusia tersebut dengan faktor konversi
manuasia ke tikus yaitu 0.0026, sehingga didapat dosis pemakaian
untuk mencit dengan berat 20 g adalah (A) 54, (B) 62, (C) 69, (D) 77.

5. Tahap Perlakuan
a. Mencit yang telah diinduksikan diabetes kemudian diberi jus
semangka dengan dosis masing-masing sebanyak satu kali sehari
selama 7 hari secara oral.
b. Selama penelitian, semua kelompok mencit diberikan makanan
standar mencit dan minum setiap hari kecuali pada hari pengukuran
kadar glukosa darah.

6. Pengukuran Kadar Gula Darah
a. Penentuan kadar glukosa darah mencit dilakukan setelah 5 hari
diinduksi dengan aloksan dan satu hari setelah pemberian terakhir
ekstrak uji.
b. Pengambilan darah ekor mencit dilakukan dengan cara:
1) Kapas yang telah diberi alkohol digosokan disekitar ekor mencit,
2) Ujung ekor mencit kemudian dipotong dengan menggunakan
gunting,
3) Pangkal ekor diurut secara perlahan agar memudahkan darah
keluar. Tetesan darah pertama dibuang.
4) Pengukuran kadar glukosa darah mencit dilakukan dengan cara
meneteskan darah pada strip test yang telah dipasang pada alat
advantage glucosemeter (Roche) hingga menutupi seluruh
permukaan strip test. Kadar gula darah akan terbaca dalam waktu
± 15 detik kemudian.

DAFTAR PUSTAKA

Bruice, P.Y. 2004. Organic Chemistry, Fourth Edition. Prentice Hall: Upper
Saddle River, NJ.
Di Mascio, P., S. Kaiser and H. Sies.1989. Lycopene as the Most Efficient
biological carotenoid singlet oxygen quencher. Arch. Biochem.
Biophys. 274:532-538.

Hardjono. Tes Diabetes Melitus. Dalam Hardjono dkk. Interpretasi Hasil
Diagnostik Tes Laboratorium Diagnostik. Cetakan 3 . Lembaga

Pendidikan Universitas Hasanudin. Makasar. 2006. p. 201-06 .
John. MF Adam. Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus yang
Baru. Cermin Dunia Kedokteran. 2006; 127:37-40.

Mohr, H.C. 2005. Watermelon breeding. In M.J. Bassett (ed). Breeding
Vegetable Crops. Avi Publishing Company, Inc. Westport,

Connecticut : Amerika.
Mulyasa. 2004. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Nurohman, S. 2006. “Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
(STM) dalam

Pembelajaran IPA sebagai Upaya Peningkatan

Life Skills Peserta Didik”. Jurnal

Pendidikan.

Majalah

Ilmiah Pembelajaran. Vol. 2. No. 1.
Paje, M.M. & H.A.M. van der Vossen. 1994. Citrullus lanatus (Thunb)
Matsum & Nakai. In J.S. Siemonsma and K. Piluek (eds).
Vegetables, Plant Resources of South-East Asia (Prosea) 8. Prosea

Foundation, Bogor, Indonesia. & Pudoc-DLO, Wageningen, the
Netherlands.
Prajnanta, F. 2004. Kiat Sukses Bertanam Semangka Berbiji. Penebar
Swadaya: Jakarta.

Preedy, V.R. and Ronald, R.W. 2008. Lycopene: Nutritional, Medicinal and
Therapeutic Properties. USA : Science Publishers, Enfield, NH.

Sadiman, Arif. 2006. Media Pendidikan. Yogyakarta : Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Shi, J and M.L. Maguer. 2000. Lycopene in Tomatoes: Chemical and
Physical properties affected by food processing. Crit. Rev. Food
Sci. Nutr .40:1.

Soegondo, Sidartawan dan Sukardji, Kartini. 2008. Hidup Secara Mandiri
dengan Diabetes Melitus; Kencing Manis; Sakit Gula . Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Studiawan H, Santosa M,H,. 2005. Uji Aktivitas Penurunan Kadar Glukosa
Darah Ekstrak Daun Eugenia polyantha Pada Mencit yang
Diinduksi Aloksan. Media Kedokteran Hewan. 21(5). No 2
Sudjoko. 2000. Strategi Belajar Mengajar . Yogyakarta : IKIP UNY.
Sunarjono, H. 2000. Prospek Berkebun Buah. Penebar Swadaya: Jakarta.
Sutarya, R., G. Grubben dan H. Sutarno. 2009. Pedoman Bertanam Sayuran
Dataran Rendah. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.

Tandra, H. 2008. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang
Diabetes. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Upritchard JE, Sutherland WHF, Mann JI (2000). Effect of supplementation
with tomato juice, vitamin E, and vitamin C on LDL oxidation and
products of inflammatory activity in Type 2 diabetes. Diabetes

Care 23, 733–738.

.